3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

9
3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam dan LNG dari Mini LNG Plant 3.2.1 Analisis cadangan gas alam di Donggi-Senoro Jika dilihat dari lokasinya, Donggi-Senoro memiliki cadangan gas alam skala menengah ke bawah, sehingga cocok untuk didirikan pabrik mini LNG. Cadangan gas alam di daerah Donggi- Senoro berada di daerah Blok Senoro-Toili dan Blok Matindok dengan total cadangan gas alam sebesar 2,7 BSCF. Gas alam ini dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri di sekitarnya yaitu berupa pabrik ammonia, pembangkit listrik, dan kilang LNG. Cadangan gas alam di kedua blok ini diperkirakan mampu memasok kebutuhan gas industri di Sulawesi Tengah dan pembangkit listrik hingga tahun 2035. Sumur-sumur pada kedua blok ini ditargetkan untuk dapat memproduksi gas alam sebesar 415 MMSCFD, di mana 335 MMSCFD gas alam akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan kilang LNG Donggi-Senoro (DSLNG), sedangkan sisa gas alam 80 MMSCFD dijual dan dipasok ke berbagai pasar/industri domestik maupun luar negeri. Selain itu, produktivitas gas alam pada kedua blok ini juga ditargetkan untuk meningkat hingga 2020 dari 6 sumur gas menjadi 20 sumur gas, sehingga pasokan gas alam sebagai bahan baku atau pendukung industri dan sebagai pembangkit listrik telah disesuaikan dengan proyeksi perkembangan masa depan. Cadangan gas alam non konvensional seperti CBM dan shale gas di wilayah Sulawesi Selatan juga tergolong sebagai skala kecil, yaitu sekitar 2 TSCF, sehingga pendirian mini LNG plant dapat menjadi pilihan tepat untuk pengolahan gas alam di masa depan.

description

yuhuuuuuu

Transcript of 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

Page 1: 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam dan LNG dari Mini LNG Plant

3.2.1 Analisis cadangan gas alam di Donggi-Senoro

Jika dilihat dari lokasinya, Donggi-Senoro memiliki cadangan gas alam skala menengah ke

bawah, sehingga cocok untuk didirikan pabrik mini LNG. Cadangan gas alam di daerah

Donggi-Senoro berada di daerah Blok Senoro-Toili dan Blok Matindok dengan total

cadangan gas alam sebesar 2,7 BSCF. Gas alam ini dipasok untuk memenuhi kebutuhan

industri di sekitarnya yaitu berupa pabrik ammonia, pembangkit listrik, dan kilang LNG.

Cadangan gas alam di kedua blok ini diperkirakan mampu memasok kebutuhan gas industri di

Sulawesi Tengah dan pembangkit listrik hingga tahun 2035. Sumur-sumur pada kedua blok

ini ditargetkan untuk dapat memproduksi gas alam sebesar 415 MMSCFD, di mana 335

MMSCFD gas alam akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan kilang LNG Donggi-Senoro

(DSLNG), sedangkan sisa gas alam 80 MMSCFD dijual dan dipasok ke berbagai

pasar/industri domestik maupun luar negeri. Selain itu, produktivitas gas alam pada kedua

blok ini juga ditargetkan untuk meningkat hingga 2020 dari 6 sumur gas menjadi 20 sumur

gas, sehingga pasokan gas alam sebagai bahan baku atau pendukung industri dan sebagai

pembangkit listrik telah disesuaikan dengan proyeksi perkembangan masa depan. Cadangan

gas alam non konvensional seperti CBM dan shale gas di wilayah Sulawesi Selatan juga

tergolong sebagai skala kecil, yaitu sekitar 2 TSCF, sehingga pendirian mini LNG plant dapat

menjadi pilihan tepat untuk pengolahan gas alam di masa depan. Komposisi gas alam yang

berada di Blok Senoro-Toili dan Matindok disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi gas alam Blok Donggi-Senoro dan Matindok (Sumber: PT Pertamina-EP PPGM, 2005)

No.

Komponen Komposisi (%-m)

1. Hidrogen Sulfida (H2S) 0,12. Alkil Merkaptan (RSH) 0,00053. Karbonil Sulfida (COS) 0,00024. Nitrogen (N2) 1,135. Karbon dioksida (CO2) 2,466. Metana (CH4) 92,287. Etana (C2H6) 1,518. Propana (C3H8) 1,179. Iso Butana (i-C4H10) 0,3310. Normal Butana (n-C4H10) 0,3411. Iso Pentana (i-C5H12) 0,1912. Normal Pentana (n-C5H12) 0,12

Page 2: 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

13. Hexana (C6H14) 0,1014. Heptane plus (C7H16) 0,3715. Mercury (Hg) 8,2 x 10-8

Total 100

3.2.2 Analisis Profit Margin Mini LNG Plant

Dengan didirikannya mini LNG plant berkapasitas 10 MMSCFD atau 70.000 ton per tahun

(3.650.000 MMBtu per tahun), maka akan dibutuhkan pasokan gas alam sebagai bahan baku

sebanyak 11.170.000 ft3/hari ( 11,2 MMSCFD) atau 4.000.000 MMBtu/tahun. Dengan asumsi

pabrik dapat berjalan selama 10 tahun, harga gas alam sebagai bahan baku sebesar US$ 4 per

MMBtu, dan harga jual LNG domestik sebesar US$ 11 per MMBtu, maka dapat dihitung

perkiraan gross profit margin yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

Profit Margin=( Kapasitas produksi LNG x Harga jual )−( Kebutuhan gasalam x Hargabeli )

Profit Margin=(3.650 .000 x10 x11 )−(4.000 .000 x10 x 4 )=US $ 241.500 .000 atau241,5 million dollars

3.2.3 Analisis Kondisi Pasar dan Permintaan Masa Depan

Permintaan lokal akan LNG di daerah sekitar Donggi-Serono pada tahun 2013 dinilai sangat

rendah. Namun pada beberapa tahun ke depan, permintaan ini diprediksi akan meningkat

pesat akibat adanya pembangunan industri-industri baru dan pembangunan infrastruktur di

daerah-daerah sekitar Donggi-Serono. Ibukota Kecamatan Toili direncanakan akan menjadi

Kota Pusat Kegiatan Lokal (KPKL), ibukota Kecamatan Batui akan dikembangkan menjadi

Kota Pusat Kegiatan Sub Wilayah (KPKSW), dan ibukota Kecamatan Kintom akan

dikembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Khusus (KPKK). Adanya pembangunan industri

baru dan infrastruktur daerah-daerah di sekitar Donggi-Senoro pada tahun 2015-2022 sebagai

salah satu fokus ekonomi pembangunan pemerintah Sulawesi Tengah akan menjadi prospek

pasar yang baik untuk dibangunnya mini LNG plant dalam mengoptimalkan lahan gas alam

marjinal dan dalam memenuhi kebutuhan energi industri maupun pembangkit listrik di

perkotaan dalam menunjang kegiatan perekonomian.

Sebagai salah satu kilang LNG besar yang telah berdiri di Donggi-Senoro, DSLNG telah

beroperasi dengan kapasitas produksi sebesar 2,1 juta ton LNG setiap tahunnya (2,1 mtpa).

LNG tersebut dijual ke Jepang (Chubu Electric sebanyak 1 mtpa dan Kyushu Electric

sebanyak 0,3 mtpa) dan Korea (KOGAS sebanyak 0,7 mtpa). Kilang DSLNG ini

mendapatkan pasokan gas alam dari Blok Senoro-Toili sebanyak 250.000.000 ft3/hari

Page 3: 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

(MMSCFD) dan dari Blok Matindok sebanyak 85.000.000 ft3/hari. Kegiatan produksi kilang

DSLNG ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 30% dari produksi

dan 70% sisanya untuk diekspor. Selain produk LNG, DSLNG ini mampu menghasilkan

kondensat hingga 1.500 barel minyak per hari. DSLNG sebagai kilang LNG besar di kawasan

Donggi-Senoro dapat berperan sebagai kompetitor maupun ally untuk mini LNG plant jika

dibangun di kawasan yang sama. Dari sisi kompetitor, DSLNG memiliki market power dan

position yang lebih kuat dibandingkan mini LNG plant, serta adanya ancaman dominasi pasar

oleh DSLNG baik pasar lokal maupun domestik. Namun dengan adanya regulasi pemerintah

yang mengatur pemerataan pasar perusahaan LNG, maka DSLNG dapat menjadi ally bagi

mini LNG plant, misalnya dalam penjualan kolektif ke pasar-pasar domestik dan ekspor,

maupun peran mini LNG plant sebagai penyedia pembangkit listrik di daerah Sulawesi

Tengah, Selatan, dan Utara. Penjalinan kerjasama dengan perusahaan LNG skala besar seperti

DSLNG juga dapat meningkatkan stabilitas ekonomi dari mini LNG plant, karena sudah

tersedianya infrastruktur krusial di daerah Donggi-Senoro seperti FSU, FSRU, dan jalur pipa

distribusi gas. Adanya kebijakan pemberian insentif dari pemerintah untuk pemanfaatan

lapangan gas marjinal melalui pembangunan mini LNG plant juga dapat menjadi supportive

system bagi industri LNG skala kecil dalam keberlangsungan proyek.

Pendirian mini LNG plant di daerah Donggi-Senoro memiliki beberapa potensi pasar, baik

pasar lokal maupun domestik.

Pasar lokal meliputi daerah Sulawesi Tengah, Utara, dan Selatan:

Kebutuhan listrik baik untuk keperluan industri dan rumah tangga di wilayah Sulawesi Utara,

Tengah, dan Selatan semakin meningkat setiap tahunnya akibat adanya pertumbuhan ekonomi

dan populasi. Industri-industri baru banyak didirikan dan industri yang ada terus berkembang

seperti adanya peningkatan kebutuhan listrik baru untuk PT Titan Mineral Utama (60 MW),

PT Cinta Jaya (35 MW), dan PT Cheng Feng Mining (39 MW) di daerah Sulawesi Selatan

pada tahun 2015-2016. Pada tahun 2015 ini, Sulawesi Selatan mengalami kekurangan daya

listrik sebesar 100 MW dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan listrik. Sedangkan beberapa

daerah di Sulawesi Tengah seperti Sigi dan Palu telah mengalami krisis energi listrik setiap

harinya (neraca listrik -18MW), yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat, termasuk

industri menengah kecil yang selama ini hanya mengandalkan listrik PLN sebagai sumber

energi operasionalnya. Kebutuhan listrik daerah Sulawesi Tengah diperkirakan akan

Page 4: 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

meningkat 10,81% tiap tahunnya sejak tahun 2011. Mini LNG plant memiliki potensi pasar

dalam pemenuhan listrik di daerah lokal sekitar Donggi-Senoro melalui proses elektrifikasi

dari gas alam sebagai bahan baku yang lebih murah dibandingkan minyak diesel, mengingat

adanya concern pemerintah untuk mengganti PLT Batubara dan Minyak menjadi PLT Gas

sebagai upaya konservasi energi dan harga listrik di Sulawesi yang lebih mahal 3x lipat

dibandingkan dengan daerah-daerah di Pulau Jawa.

Selain dilihat dari segi produksi listrik, pasar lokal akan LNG dan gas alam di Sulawesi

bagian tengah juga dapat dianalisis dari kebutuhan akan gas alam dan LNG itu sendiri sebagai

bahan baku industri. Perkiraan neraca gas untuk Sulawesi bagian tengah disajikan pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Perkiraan neraca gas Sulawesi Bagian Tengah (Sumber: SKK Migas)

Total pasokan gas alam Region Sulawesi Bagian Tengah (SBT) pada tahun 2013 tercatat

sebesar 8,6 MMSCFD. Lantaran belum ada contracted demand, terjadi surplus sebanyak 8,6

MMSCFD. Adanya tambahan committed demand menjadikan total kebutuhan gas mencapai

30 MMSCFD, sehingga terjadi defisit pasokan sebanyak 21,4 MMSCFD. Pada 2020, pasokan

existing dan supply membengkak menjadi 377,3 MMSCFD. Begitu pula kebutuhan

Page 5: 3.2 Analisis Supply-Demand Gas Alam Dan LNG Dari Mini Plant

contracted menjadi 335 MMSCFD. Dengan demikian terjadi surplus 42,3 MMSCFD. Adanya

tambahan committed demand menjadikan total kebutuhan gas mencapai 450 MMSCFD,

sehingga terjadi defisit pasokan sebesar 72,7 MMSCFD pada tahun 2020.

Pada 2028, Region SBT tidak memiliki pasokan existing dan project serta kebutuhan

contracted. Selain itu, terdapat kebutuhan committed sebesar 450 MMSCFD yang kontan

menjadi defisit pasokan gas region ini. Pada tahun 2028, masih akan terdapat beberapa lahan

cadangan gas alam di Sulawesi bagian tengah yang masih dapat dimanfaatkan, namun lahan

tersebut merupakan lahan marjinal yang dapat dikelola dalam skala kecil. Oleh karena itu

pada tahun 2028, optimalisasi lahan sumur marjinal berkapasitas kecil untuk pendukung

penyediaan gas alam menjadi penting sehingga mini LNG plant hingga tahun 2028 masih

dibutuhkan.

Pasar domestik meliputi wilayah domestik Indonesia selain Sulawesi:

Menurut Buku Neraca Gas Indonesia, beberapa daerah di Indonesia masih belum terpenuhi

kebutuhan akan gas bumi. Berdasarkan forecasting yang dilakukan oleh Ditjen Migas

Kementrian ESDM pada tahun 2020 dan 2028, maka sebagian daerah di Indonesia juga masih

akan tetap kekurangan gas alam, baik dalam sektor pembangkit listrik maupun industri. Hal

ini disajikan oleh Neraca Net Balance Supply-Demand gas alam pada Tabel 3.X (tabel di huda

yg selisih). Tabel 3.2 menunjukkan bahwa Indonesia dapat memproduksi surplus gas, namun

memiliki masalah dalam sistem distribusinya sehingga beberapa daerah masih mengalami

kekurangan gas alam. Oleh karena itu, pasar domestik potensial untuk LNG hingga tahun

2028 dapat mencakup wilayah NAD, Sumatera Utara, dan Riau. Proses penjualan LNG ke

wilayah domestik luar pulau ini dapat dilakukan secara kolektif dengan FSRU atau shipping.

Selain itu, menurut Peta Jalan Kebijakan Gas Bumi Nasional hingga tahun 2028, terdapat

beberapa daerah di Indonesia yang mengalami net balance gas bumi yang negatif, yang dapat

menjadi potensi pasar untuk perusahaan pengolahan LNG skala kecil. Net balance ini

disajikan dalam Gambar 3.X. (Gambar di huda yg peta indo)