31_223Opini-Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Mayor
-
Upload
richardo-marchel -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of 31_223Opini-Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Mayor
-
8/17/2019 31_223Opini-Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Mayor
1/3
949
OPINI
CDK-223/ vol. 41 no. 12, th. 2014
resusitasi. The American Burn Association (ABA)
telah mengeluarkan pedoman tatalaksana
terapi pada pasien luka bakar, termasuk didalamnya tatalaksana terapi nutrisi sebagai
berikut (Tabel 1):
Jalur Pemberian Nutrisi
Saluran gastrointestinal (GI) umumnya
berisiko pada fase awal resusitasi luka bakar
karena stres mayor yang disebabkan oleh
luka bakar tersebut dan juga oleh terapi
itu sendiri. Syok hipovolemik dapat terjadi
karena kebocoran kapiler yang besar; cairan
kristaloid diberikan dalam 24-48 jam pertama
untuk mempertahankan tekanan darah.
Permeabilitas usus meningkat bermakna
setelah kejadian jika dibandingkan dengan
kondisi di ICU lainnya; pemberian nutrisi
enteral secara dini (6-12 jam setelah kejadian)
dapat memberikan manfaat klinis dan
biologis, seperti menurunkan kadar hormon
stres dari respons hiperkatabolik yang dapat
berdampak kepada peningkatan produksi
immunoglobulin (Ig), penurunan risiko stress
ulcer , dan juga menurunkan risiko malnutrisi
dan kekurangan energi (enegy decit ).
Nutrisi enteral bisa diberikan melalui PEG
( percutaneous endoscopic gastrostomy ).
Formula nutrisi enteral umumnya tidak ber-beda dengan nutrisi enteral pada pasien
penyakit kritis umum di ICU, lebih dipilih
formula yang bersifat polimerik, tinggi energi,
dan tinggi nitrogen (protein). Kandungan
serat (ber) sangat diperlukan sejak awal
karena pasien luka bayar mayor memiliki
risiko konstipasi karena pergerakan cairan
dan efek obat sedatif dosis tinggi, juga opioid
yang digunakan sebagai analgesik. Nutrisi
parenteral (PN) digunakan sebagai alternatif
dan diindikasikan jika nutrisi enteral gagal
atau dikontraindikasikan. PN memerlukan
pemantauan kadar glukosa yang lebih ketat
dan juga kebutuhan kalori pasien untuk
mencegah overfeeding.
Kebutuhan Energi
Pasien luka bakar derajat berat akan men-
derita respons hipermetabolik panjang
tergantung kepada derajat keparahan luka
bakar tersebut; respons hipermetabolik ini
disebabkan oleh respons stres endokrin
dan respons inamasi (mediator multiple).
Alamat korespondensi email: [email protected]
PENDAHULUAN
Luka bakar derajat berat masih menjadi
masalah utama di seluruh dunia. Kabar baik-nya yaitu mayoritas kasus luka bakar adalah
ringan dan dapat diobati dengan rawat
jalan, hanya sekitar 10% yang membutuhkan
rawat inap, dan hanya sejumlah kecil yang
membutuhkan perawatan intensif di ICU
(intensive care unit ). Selain itu, perawatan
luka juga telah mengalami perkembangan
sangat pesat yang dapat menurunkan
mortalitas.
Luka bakar mayor, yang mengenai lebih
dari 20% TBSA (total burn surface area),
dengan atau tanpa gangguan pernapasan,
merupakan kondisi spesifik di unit intensive
care. Pasien penyakit kritis luka bakar memiliki
gejala seperti stres oksidatif tinggi, respons
inamasi berat, hipermetabolik dan respons
katabolik yang lama dan berkepanjangan;
tanda-tanda tersebut berkorelasi dengan
tingkat keparahan luka bakar pasien tersebut.
Terapi nutrisi merupakan bagian dari terapi
luka bakar, dimulai sejak dini dari permulaan
Tatalaksana Nutrisipada Pasien Luka Bakar Mayor
Marcel Aldion Rahardja
Medical Department, PT Kalbe Farma Tbk,
Jakarta, Indonesia
RINGKASAN
Luka bakar derajat berat masih menjadi masalah utama di seluruh dunia. Luka bakar mayor, yang mengenai lebih dari 20% TBSA ( total burn
surface area), dengan atau tanpa gangguan pernapasan, merupakan kondisi spesifik di unit intensive care. Terapi nutrisi merupakan bagian dari
terapi luka bakar, dimulai sejak dini dari permulaan resusitasi. Pemberian nutrisi yang spesifik dengan perhitungan kalori yang adekuat sangat
diperlukan sebagai bagian tatalaksana luka bakar untuk memperbaiki outcome klinis dari pasien luka bakar mayor.
Kata Kunci: tatalaksana, nutrisi, luka bakar
SUMMARY
Management of high-degree burn is still problematic in the world. Major burn that accounts for more than 20% TBSA, with or without
respiratory problem, is a specific condition in intensive care. Nutrition therapy is an important component of burn management since
early phase, and adequate calorie and nutrition supply is essential in improving clinical outcome. Marcel Aldion Rahardja. Management of
Nutrition in Major Burns.
K eywords: management, nutrition, burns
-
8/17/2019 31_223Opini-Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Mayor
2/3
950
OPINI
CDK-223/ vol. 41 no. 12, th. 2014
Kebutuhan energi pasca-luka bakar mayor
meningkat secara bermakna jika dibanding-
kan dengan kebutuhan energi basal/dasar
(REE – resting enegy expenditure), peningkatan
secara perlahan dan juga proposional dengan
TBSA.
Pada tahun 1970an, pengetahuan dasar
tentang burn care baru saja dipahami,
kondisi kehilangan berat badan pada pasien
luka bakar mayor menyebabkan pemberian
kalori hingga 5000 kkal/hari, sehingga meng-
akibatkan terjadinya overfeeding. Beberapa
penelitian menyebutkan peningkatan REE
yang bermakna umumnya terjadi pada 1
minggu pertama pasca-kejadian, kemudian
secara perlahan akan menurun.
Perhitungan nutrisi pasien ICU secara
umum berdasarkan berat badan dengan
formula 25-30 kk al/kgBB/hari menyebabkan
underfeeding pada pasien luka bakar mayor.
Perhitungan dengan penambahan stres faktor
berdasarkan formula Harris & Benedict sering
salah dan tidak tepat sehingga menyebabkan
overfeeding. Overfeeding dapat menimbulkan
morbiditas seperti infiltrasi perlemakan hati
dan peningkatan risiko infeksi. Oleh karena itu,
indirect calorimetry merupakan gold standard
untuk menentukan kebutuhan energi pasien
luka bakar, baik dewasa maupun anak.
Beberapa literatur terkait kebutuhan energi
pada pasien luka bakar dilihat di tabel 2.
Pasien luka bakar mayor lebih sensitif
terhadap overfeeding jika dibandingkan
dengan pasien penyakit kritis lain. Oleh
karena itu penggunaan larutan dextrose 5%
pada minggu pertama untuk mengkoreksi
hipernatremi dan/atau agen sedasi propofol
larut lemak perlu dimasukkan ke dalam
perhitungan total energi dan digolongkan
sebagai sumber karbohidrat dari sumber non-
nutritional .
Protein dan Asam Amino Spesik
Kebutuhan protein umum pada pasien
luka bakar mayor berkisar 1,5-2 g/kgBB/
hari. Asupan protein >2,2 g/kgBB/hari tidak
memiliki efek menguntungkan terhadap
sintesis protein total. Asupan protein 3 g/
kgBB/hari yang pernah dilaporkan pada anak
tidak memiliki keuntungan bermakna.
Glutamine merupakan jenis asam amino
yang berguna pada kasus pasien luka bakar
karena merupakan substrat yang dipilih olehlimfosit dan enterosit. Terdapat beberapa
studi kecil yang sudah menunjukkan manfaat
glutamine pada pasien luka bakar, akan tetapi
jalur pemberian, durasi pemberian, dan dosis
masih sangat beragam dan belum dapat
ditentukan dengan jelas. Pada saat ini, dosis
glutamine yang direkomendasikan adalah 0,3
g/kgBB/hari selama 5-10 hari. Pada sebuah
studi, pemberian glutamine kurang dari 3 hari
pada pasien anak dengan luka bakar tidak
menunjukkan manfaat.
Ornithine alpha-ketoglutarate merupakan
prekursor glutamine, sehingga dapat
dijadikan alternatif, akan tetapi pada saat
ini hanya tersedia di Perancis dalam bentuk
sediaan enteral. Pemberian pada fase
akut dapat mempercepat penyembuhan
luka. Dosis 30 g per hari yang dibagi
menjadi 2-3 pemberian dibuktikan efisien
memperbaiki keseimbangan nitrogen. Pada
saat ini belum ditemukan penelitian yang
merekomendasikan suplementasi arginine
pada pasien dengan luka bakar.
Table 1 Summary of statements
Topic Grade Agreement
IndicationNutritional therapy should be initialed early within 12 h of injury,
preferentially by the enteral route.
B strong
RouteWe recommend to give priority to he enteral route, parenteral
administration being rarely indicated.
C strong
Energy
requirements
& predictive
Equations
We recommend considering indirect calorimetry as a gold
standard to assess energy requirements. If not available or not
suitable, we recommend using Toronto equation for burn adults.
For burn children, we suggest to use Schoffi eld formula.
D weak
Proteins
Protein requirement, are higher than in order categories of
patients, and should be set around 1.5-2.0 g/kg in adults and 1.5-3
g/kg/day in children.
D strong
Glucose and
glycemis
control
We strongly suggest to consider glutamine supplementation (or
ornithine alpha-ketoglutarate) but not arginine.
We strongly suggest to limit carbohydrate delivery (prescribed
for nutritional and drug dilution purpose to 60% of total energy
intake, and not to exceed 5 mg/kg/min in both adults andchildren.
We strongly suggest to keep glucose levels under 8 mmol/l (and
over 4.5 mmol/l), using continuous intravenous infusion of insulin.
C
D
D
weak
strong
strong
Lipids
Micronutrients
We suggest to monitor total fat delivery, and to keep energy from
fat 60%
B
B
strong
weak
Table 2 Best predictive equations according to the burn literature
Age category Equation Requirement (kcal/day)
Adults Toronto -4343 + (10.5 x % TBSA) + (0.23 x caloric in take) + (0.84 x REE by Harris-
Benedict [crude]) + (114 x t°) - (4.5 x days after injury)
Girls 3 – 10 years Schoffi eld (16.97 x weight in kg) + (1618 x hei ght in cm) + 371.2
Boys 3 – 10 years Schoffi eld (19.6 x weight in kg) + (1033 x hei ght in cm) + 414.9
Gir ls 10 – 18 years Schoffi eld (8365 x weight in kg) + (4.65 x height in cm) + 200
Boys 10 – 18 years Schoffi eld (16.25 x weight in kg) + (1372 x height in cm) + 515.5
-
8/17/2019 31_223Opini-Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Mayor
3/3
951
OPINI
CDK-223/ vol. 41 no. 12, th. 2014
Karbohidrat dan Kontrol Glikemik
Penelitian terkait kebutuhan karbohidrat
pada pasien luka bakar mayor sampai saat ini
masih sangat terbatas. Beberapa penelitian
yang cukup baik memberikan rekomendasi
pemberian karbohidrat sebesar 55-60% total
kebutuhan energi tanpa melebihi 5 mg/kgBB/
menit baik pasien dewasa maupun pasien
anak, atau sama dengan 7 g/kgBB/hari pada
pasien dewasa.
Kontrol glikemik dan terapi insulin intensif
perlu diperhatikan pada pasien luka bakar
mayor karena pemberian terapi insulin
intensif memiliki risiko hipoglikemi. Pe-
ningkatan risiko hipoglikemi pada pasien luka
bakar mayor disebabkan oleh peningkatan
REE pasien dan juga asupan nutrisi yang tidak
teratur (durasi singkat dan tidak teratur), dankarena pasien menjalani intervensi dengan
anestesi, sehingga pemberian nutrisi enteral
harus dihentikan.
Kontrol glikemik yang baik berkisar 5-8
mmol/L yang telah ditunjukkan memiliki
manfaat klinis pada pasien luka bakar.
Beberapa manfaat klinis meliputi penerimaan
graft lebih baik, komplikasi infeksi lebih
minimal, dan penurunan mortalitas.
Rekomendasi khusus untuk kontrol glikemik
pada pasien luka bakar belum ditentukan
dengan jelas, oleh karena itu umumnya klinisimengacu pada tatalaksana pasien ICU secara
umum, yaitu target kadar glukosa 6-8 mmol/L
(100-150 mg/dL).
Metformin yang dapat menurunkan kadar
gula darah melalui beberapa mekanisme
dapat digunakan sebagai alternatif insulin,
tetapi risiko asidosis laktat perlu di-
perhitungkan. Selain itu, Exenatide, golongan
obat incretin baru yang menghambat sekresi
glukagon, dapat menurunkan kebutuhan
insulin eksogen seperti yang ditunjukkan
pada studi awal pada pasien anak dengan
luka bakar.
Lemak
Jumlah lemak tertentu diperlukan untuk
mencegah defisiensi asam lemak esensial,
tetapi hanya beberapa studi yang menunjuk-
kan kebutuhan lemak pada pasien luka
bakar. Dari dua studi ditunjukkan pemberian
lemak mencapai 35% total kebutuhan energi
berdampak negatif terhadap lama rawat di RS
(LOS – length of hospital stay ) dan risiko infeksi
jika dibandingkan dengan hanya 15% total
kebutuhan. Dengan sediaan komersial saat
ini yang memiliki kandungan lemak berkisar
30-52% total kebutuhan energi, pembatasan
asupan lemak ini membutuhan prosedur
compounding di rumah sakit. Selain itu, perlu
juga diperhitungkan asupan lemak yang
berasal dari sumber non-nutritional seperti
agen sedatif larut lemak propofol yang dapat
berkontribusi mencapai 15-30 g/hari padapasien dewasa. Kebutuhan omega-3, mono-
dan polyunsaturated fatty acid masih dalam
penelitian.
Mikronutrien
Pasien luka bakar mayor memiliki kebutuhan
mikronutrien, seperti trace element dan
vitamin, yang meningkat karena respons
hipermetabolik, untuk penyembuhan luka
dan kehilangan melalui membran kulit,
khususnya pada pasien luka bakar dengan
luka terbuka (open wound ). Stres oksidatif yang
sangat tinggi, bersamaan dengan responsinamasi meningkatkan aktivitas antioksidan
endogen yang sangat bergantung terhadap
kandungan mikronutrien tubuh. Kebutuhan
mikronutrien yang tidak terpenuhi akan
menimbulkan gejala klinis, khususnya pada
bulan pertama seperti komplikasi infeksi dan
juga penyembuhan luka yang terhambat.
Sediaan komersial nutrisi enteral atau
multivitamin/ trace element parenteral saat
ini masih belum cukup untuk menutupi
kebutuhan yang meningkat pada pasien
luka bakar mayor. Penggantian kehilangan
dan peningkatan kebutuhan tidak bisa di-
penuhi hanya dengan nutrisi enteral, karena
gangguan penyerapan dan juga kompetisi
antara trace element .
Berdasarkan penelitian, dosis vitamin C
dan E 1,5-3 kali AKG dapat meningkatkan
penyembuhan luka pasien anak dan
dewasa. Pada studi terbaru, pemberian
dosis vitamin C tinggi (0,66 mg/kg/jam
selama 24 jam) pada fase awal menunjukkan
dapat menstabilkan endotel sehingga
dapat menurunkan kebocoran kapiler dan
kebutuhan cairan resusitasi sebesar 30%. Dosis
vitamin D masih belum dapat ditentukan
pada saat ini, akan tetapi dosis umum 400
IU/hari vitamin D2 tidak dapat memperbaiki
densitas tulang.
Kandungan copper, selenium, dan zinc hilangdalam jumlah besar bersamaan dengan
cairan eksudat, dan kehilangan dapat
berlangsung lama jika luka belum tertutup.
Durasi peningkatan kebutuhan trace element
pengganti sesuai derajat luka bakar, seperti
7-8 hari untuk luka bakar 20-40% TBSA, 2
minggu untuk 40-60% TBSA, dan 30 hari
untuk luka bakar >60% TBSA. Pemberian trace
element pengganti dini dikaitkan dengan
penurunan peroksidasi lemak, perbaikan
pertahanan antioksidan, perbaikan sistem
imun, penurunan risiko komplikasi infeksi,
percepatan penyembuhan luka, dan lamarawat ICU lebih singkat. Perlakuan sama juga
dapat dilakukan pada pasien anak dengan
memperhitungkan dosis trace element
pengganti berdasarkan berat badan dan
derajat keparahan luka bakar.
SIMPULAN
Pemberian nutrisi enteral dini, 12 jam pertama
pasca-k ejadian, merupakan bagian dari terapi
resusistasi awal. Pemberian nutrisi yang
spesifik dengan perhitungan kalori yang
adekuat sangat diperlukan sebagai bagian
tatalaksana luka bakar untuk memperbaiki
outcome klinis dari pasien luka bakar mayor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rousseau AF, Losser MR, Ichai C, Berger MM. ESPEN endorsed recommendations: Nutritional therapy in major burns. Clin Nutr. 2013;32(4):497-502.
2. Singer P, Berger MM, Van den Berghe G, Biolo G, Calder P, Forbes A, et al. ESPEN Guidelines on Parenteral Nutrition: Intensive care. Clin Nutr. 2009;28(4):387-400.