300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

29
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ilmu farmasi seringkali terkait dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dalam tubuh. Untuk mempelajari salah satu kaitan tersebut, ahli farmasi mempelajari ilmu farmakologi. Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya reseptor. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Tanpa pengetahuan farmakologi, seorang farmasis dapat meyebabkan suatu masalah bagi pasien karena ketidaktahuan tingkat keamanan obat dalam tubuh dengan baik. Salah satu ilmu farmakologi yang mempelajari tentang hal tersebut yakni farmakokinetik. Istilah farmakokinetik menurut ilmu farmakologi adalah suatu proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat di dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini meliputi beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat, distribusi atau penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap 1

description

science paper about pharmacyst and drugs. interaction between molecule. #pharmacology #pharmacyst #medicalstudent #drugs #health #life

Transcript of 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

Page 1: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ilmu farmasi seringkali terkait dengan fenomena-fenomena yang

terjadi di dalam tubuh. Untuk mempelajari salah satu kaitan tersebut, ahli

farmasi mempelajari ilmu farmakologi. Dalam arti luas, farmakologi adalah

ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia

khususnya reseptor. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih

menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan

obat.

Tanpa pengetahuan farmakologi, seorang farmasis dapat meyebabkan

suatu masalah bagi pasien karena ketidaktahuan tingkat keamanan obat

dalam tubuh dengan baik. Salah satu ilmu farmakologi yang mempelajari

tentang hal tersebut yakni farmakokinetik.

Istilah farmakokinetik menurut ilmu farmakologi adalah suatu proses

yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat di dalam

tubuh. Proses farmakokinetik ini meliputi beberapa tahapan mulai dari

proses absorpsi atau penyerapan obat, distribusi atau penyaluran obat ke

seluruh tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi obat

itu sendiri atau proses pengeluaran zat obat dari dalam tubuh.

Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam

tubuh. Pemasukan tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena

fisikokimia yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase

farmakokinetik ini merupakan salah satu unsur penting yang menentukan

profil keberadaan zat aktif pada tingkat biofase dan selanjutnya menentukan

aktivitas terapeutik obat (Aiache, 1993).

Aktivitas serta toksisitas suatu obat tergantung pada lama keberadaan

dan perubahan zat aktif didalam tubuh (Aiache, 1993). Menurut Shargel

(1988), bahwa intensitas efek farmakologik atau efek toksik suatu obat

seringkali dikaitkan dengan konsentrasi obat pada reseptor, yang biasanya

terdapat dalam sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-sel jaringan

1

Page 2: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

diperfusi oleh cairan jaringan atau plasma, maka pemeriksaan kadar obat

dalam plasma merupakan suatu metode yang sesuai untuk pemantauan

pengobatan.

Tanpa data farmakokinetik, kadar obat dalam plasma hampir tidak

berguna untuk penyesuaian dosis. Dari data tersebut dapat diperkirakan

model farmakokinetik yang kemudian diuji kebenarannya, dan selanjutnya

diperoleh parameter-parameter farmakokinetiknya (Shargel, 1988).

Data farmakokinetik ini sangat penting untuk semua jenis obat

terutama untuk obat yang lazim dikonsumsi masyarakat. Karena

kemungkinan besar konsumsi obat yang terlalu sering akan menimbulkan

toksisitas serta efek samping yang beresiko terhadap kelanjutan penyakit.

Melihat pentingnya farmakokinetik obat didalam tubuh maka

dibuatlah suatu model farmakokinetik dalam praktikum ini untuk

mengetahui karakteristik suatu obat dengan meniru suatu perilaku dan nasib

obat dalam sistem biologik jika diberikan secara intravena dan dengan dosis

tertentu.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui model in vitro

farmakokinetik obat setelah pemberian secara bolus intravena.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan:

1. Memahami proses in vivo dan perkembangan kadar obat dalam darah

setelah pemberian obat secara bolus intravena.

2. Mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala

semilogaritmik.

3. Mampu menentukan berbagai parameter farmakokinetik obat yang

berkaitan dengan pemberian obat secara bolus intravena.

2

Page 3: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Farmakokinetik

Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang

dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolism dan

eksresi. Dalam arti sempit farmakokinetik khususnya mempelajari

perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya didalam

darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay dan Rahardja, 2002).

Model farmakokinetik merupakan model matematika yang

menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap

individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang

dipercaya penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek

obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter antara

lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd),

klerens (Cl), dan kecepatan absorbs (Ka), parameter sekunder terdiri dari

kecepatan eliminasi (K), dan waktu paruh (T1/2), serta parameter-

parameter turunan. Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi

langsung untuk terapi obat dengan menentukan aturan dosis yang sesuai

(Aiache, 1993).

Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular.

Pada pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di

sirkulasi sistemik tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian

secara ekstravaskular umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda,.dkk,

1995).

Untuk mengetahui mekanisme farmakokinetik suatu obat dapat

dilakukan simulasi metode in vivo atau in vitro. Metode in vivo

merupakan metode penentuan suatu efek obat menggunakan hewan

percobaan dengan analisis terhadap organ, urin maupun darah. Sedangkan

Metode in vitro adalah proses metabolisme yang terjadi di luar tubuh

hewan uji (Admin, 2014).

3

Page 4: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan

suatu volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam system

biologi dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen

dua. Kadang-kadang perlu untuk menggunakan multi kompartemen,

dimulai dengan determinasi apakah data eksperimen cocok atau pas untuk

model kompartemen satu dan jika tidak pas dapat mencoba model yang

memuaskan.sebenarnya tubuh manusia adalah model kompartemen

multimillion, mengingat konsentrasi obat dalam organel yang berbeda sel

atau jaringan. Dalam tubuh kita memiliki jalan masuk untuk dua jenis

cairan tubuh, darah dan urin.

Model kompartemen yang sering digunakan adalah model

kompartemen satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai

perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang

sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi model ini tidak

menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah

sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat didalam tubuh juga

tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi

obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).

Pada pemberian bolus secara intravena, obat seluruhnya akan sekaligus

masuk dalam sistem peredaran darah sehingga pada waktu pemberian

obat, kadar obat dalam darah adalah yang tertinggi. Kemudian kadar obat

akan menurun karena adanya proses distribusi ke dalam jaringan lain dan

eliminasi.

Persamaan kinetika obat dalam darah pada pemberian secara bolus

intravena dengan suatu dosis D yang mengikuti model satu kompartemen

deberikan dengan persamaan sebagai berikut:

Ct = C0 *e-kt

Dimana Cl adalah kadar obat dalam waktu t, C0 adalah kadar obat pada

waktu 0, k atau ke adalah konstanta kecepatan eliminasi obat. Dengan

menggunakan kadar obat pada berbagai waktu harga C0 dan k dapat

4

Page 5: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

dihitung dengan cara regresi linear setelah persamaan ditranformasikan ke

dalam nilai logaritik:

lnC1 = lnC0 – k.t

Setelah ditentukan nilai C0 dan k berbagai parameter farmakokinetik

yang berkaitan dengan cara pemberian obat secara bolus intravena dapat

dihitung seperti nilai volume distribusi (Vd), klirens (Cl) dan waktu paruh

eliminasi (t1/2).

II.1.1 Absorpsi

Yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat

dari permukaan tubuh ke dalam aliran darah atau kedalam sistem

pembuluh limfa. Dari aliran darah atau system pembuluh limfa terjadi

distribusi obat kedalam organisme keseluruhan. Absorpsi, distribusi dan

eksresi tidak mungkin terjadi tanpa suatu transport melalui membran.

Penetrasi senyawa melalui membrane dapat terjadi sebagai difusi, difusi

terfasilitas, transport aktif, pinositosis atau fagositosis. Absorpsi

kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi.

II.1.2 Distribusi

Apabila obat mencapai pembuluh darah obat akan ditransfer lebih

lanjut bersama aliran darah dalam sitstem sirkulasi. Akibat perubahan

konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat meninggalkan pembuluh

darah dan terdistribusi ke dalam jaringan (Mutscler, 1985).

Pada tahap distribusi ini penyebarannya sangat peka terhadap berbagai

pengaruh yang terkait dengan tahap penyerapan dan tahap yang terjadi

sesudahnya yaitu peniadaan, serta terkait pula dengan komposisi biokimia

serta keadaan fisiopatologi subjeknya, disamping itu perlu diingat

kemungkinan adanya interaksi dengan molekul lainnya. Pada tahap ini

merupakan fenomena dinamik, yang selalu terdiri dari fase peningkatan

dan penurunan kadar zat aktif. Pengertian akumulasi dan penimbunan

terutama penimbunan bahan toksik, harus dijajaki dari sudut pandang

dinamik, maksudnya melihat perbedaan antara kecepatan masuk dan

kecepatan keluar.Sebenarnya penimbunan bahan toksik maupun efek

5

Page 6: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

racun dan hasil fatal sebagai akibat lambat atau sangat lambatnya laju

pengeluaran dibandingkan laju penyerapannya (Aiache, 1993).

II.1.3 Metabolisme

Obat yang telah diserap diusus ke dalam sirkulasi lalu diangkut melalui

sistem pembuluh porta (vena portae), yang merupakan suplai darah utama

dari daerah lambung usus ke hati. Dalam hati, seluruh atau sebagian obat

mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis dan hasil perubahannya

(metabolit) menjadi tidak kurang aktif, dimana proses ini disebut proses

diaktivasi atau bioinaktivasi (pada obat dinamakan first oass effect). Tapi

adapula obat yang khasiat farmakologinya justru diperkuat (bio-aktivasi)

oleh karenanya reaksi-reaksi metabolism dalam hati dan beberapa organ

lain lebih tepat disebut biotransformasi (Tjay dan rahardja, 2012).

Faktor yang mempengaruhi metabolism obat yaitu induksi enzim yang

dapat meningkatkan kecepatan biotransformasi.Selain itu inhibisi enzim

yang merupakan kebalikan dari induksi enzim, biotransformasi obat

diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya menigkat, menimbulkan

efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Kompetisi (interaksi obat) juga

berpengaruh terhadap metabolism dimana terjadi oleh obat yang

dimetabolisir oleh system enzim yang sama (contoh alkohl dan

barbiturate). Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap metabolisme

karena adanya genetic polymorphsm, dimana seseorang mingkin memiliki

kecepatan metabolisme berbeda untuk obat yang sama ( Hinz, 2005).

Bila obat diberikan per oral, maka availabilitas sistemiknya kurang

dari 1 dan besarnya bergantung pada jumlah obat yang dapat menembus

dinding saluran cerna (jumlah obat yang diabsorpsi) dan jumlah obat yang

mengalami eliminasi presistemik (metabolisme lintas pertama) di mukosa

usus dan dalam hepar (Setiawati, 2005).

Obat yang digunakan secara oral akan melalui lever (hepar) sebelum

masuk ke dalam darah menuju ke daerah lain dari tubuh (misalnya otak,

jantung, paru-paru dan jaringan lainnya). Di dalam lever terdapat enzim

khusus yaitusitokrom P-450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk

6

Page 7: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

metabolitnya. Metabolit umumnya menjadi lebih larut dalam air (polar)

dan akan dengan cepat diekskresi ke luar tubuh melalui urin, feses,

keringat dan lain-lain. Hal ini akan secara dramatik mempengaruhi kadar

obat dalam plasma dimana obat yang mengalami first pass metabolism

akan kurang bioavailabilitasnya sehingga efek yang di hasilkan juga

berkurang (Hinz, 2005).

Tipe metabolisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu Nonsynthetic

Reactions (Reaksi Fase I) dan Synthetic Reaction (Reaksi Fase II).Reaksi

fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, hidrolisa, alkali, dan

dealkilasi.Metabolitnya bisa lebih aktif dari senyawa asalnya.Umumnya

tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan adanya metabolisme lebih

lanjut. Reaksi fase II berupa konjugasi yaitu penggabungan suatu obat

dengan suatu molekul lain. Metabolitnya umumnya lebih larut dalam air

dan mudah diekskresikan (Hinz, 2005).

Metabolit umumnya merupakan suatu bentuk yang lebih larut dalam

air dibandingkan molekul awal.Perubahan sifat fisiko kimia ini paling

sering dikaitkan dengan penyebaran kuantitatif metabolit yang dapat

sangat berbeda dari zat aktifnya dengan segala akibatnya. Jika metabolit

ini merupakan mediator farmakologik, maka akan terjadi perubahan, baik

berupa peningkatan maupun penurunan efeknya (Aiache, 1993).

II.1.4 Ekskresi

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh

ginjal melalui air seni disebut ekskresi.Lazimnya tiap obat diekskresi

berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam keadaan asli yang

utuh. Tapi adapula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat,

paru-paru melalui pernafasan dan melalui hati dengan empedu (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Turunnya kadar plasma obat dan lama efeknya tergantung pada

kecepatan metabolisme dan ekskresi. Kedua faktor ini menentukan

kecepatan eliminasi obat yang dinyatakan dengan pengertian plasma half-

life eliminasi (waktu paruh) yaitu rentang waktu dimana kadar obat dalam

7

Page 8: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya. Kecepatan

eliminasi obat dan plasma t1/2-nya tergantung dari kecepatan

biotransformasi dan ekskresi.Obat dengan metabolisme cepat half life-nya

juga pendek. Sebaliknya zat yang tidak mengalami biotransformasi atau

yang resorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t1/2-nya

panjang (Waldon, 2008).

II.2 Parameter Farmakokinetika

Bioavailabilitas dari suatu sediaan obat adalah persentase obat yang

secara utuh mencapai sirkulasi umum untuk melakukan kerjanya. Selama

proses absorpsi dapat terjadi kehilangan zat aktif akibat tidak

dibebaskannya dari sediaan pemberiannya. Atau pula karena penguraian

didalam usus atau dindingnya dalam hati salama peredaran pertama

disistem porta sebelum tiba diperedaran darah.Karena Firs Fass Effect

(FPE) ini, maka bio-availability obat menjadi rendah dari pada persentase

yang sebenarnya diabsorpsi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Adapun parameter-parameter farmakokinetika :

a. T maksimum (tmaks) yaitu waktu konsentrasi plasma mencapai puncak

dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai

konsentrasi obat maksimum setelah pemberian obat. Pada tmaks absorpsi

obat adalah terbesar, dan laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi

obat. Absorpsi masih berjalan setelah tmaks tercapai, tetapi pada laju

yang lebih lambat.Harga tmaks menjadi lebih kecil (berarti sedikit

waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak)

bila laju absorpsi obat menjadi lebih cepat (Shargel, 2005).

b. Konsentrasi plasma puncak (Cmaks) menunjukkan konsentrasi obat

maksimum dalam plasma setelah pemberian secara oral. Untuk

beberapa obat diperoleh suatu hubungan antara efek farmakologi suatu

obat dan konsentrasi obat dalam plasma (Shargel, 2005).

c. Menurut Holford (1998), Volume Distribusi (Vd) adalah volume yang

didapatkan pada saat obat didistribusikan. Menghubungkan jumlah

8

Page 9: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat ( C ) dalam darah atau

plasma.

d. AUC (Area Under Curve) adalah permukaan di bawah kurva (grafik)

yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari

waktu. AUC dapat dihitung secara matematis dan merupakan ukuran

untuk bioavailabilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk

membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan

kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara

kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat hubungan langsung

(Waldon, 2008).

II.3 Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 ; Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur : H H

H C C O H

H H

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,

baunya khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah

dan mendidih pada suhu 78°. Mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Khasiat : Sebagai disinfektan

Kegunaan : Sebagai pelarut dan untuk membersihkan alat yang

akan digunakan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

2. Parasetamol (Dirjen POM, 1979; Sweetman, 2009)

Nama resmi : Acetaminophenum

Nama lain : Asetaminofen, parasetamol

9

Page 10: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

RM/BM : C8H9NO2/151,16

Rumus struktur : OH

NHCOCH3

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol

P, larut dalam larutan alkali hidroksida

Khasiat : Sebagai analgetikum, antipiretikum

Kegunaan : Sebagai sampel

Stabilitas : Parasetamol stabil dalam larutan. Degradasi

parasetamol di katalisis oleh asam dan basa,

terdegradasi menjadi asam asetat dan p-aminofenol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

10

Page 11: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

BAB III

METODE KERJA

III. 1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi, Jurusan Farmasi,

Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, pada hari

Sabtu, 16 Januari 2016 sampai dengan selesai.

III. 2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

1. Disposable

2. Gelas kimia

3. Gelas ukur

4. Labu disolusi

5. Labu ukur

6. Mechanical stirrer tipe dayung

7. Neraca analitik

8. Pipet

9. Sendok tanduk

10. Spektrofotometer

11. Waterbath

III.2.2 Bahan

1. Air bebas CO2

2. Alkohol 70%

3. Etanol 95%

4. Parasetamol

5. Tissue

III. 3 Cara kerja

a. Larutan baku

1. Diukur 5 mL etanol 95%

b. Larutan sampel

1. Ditimbang 10 mg parasetamol

2. Dilarutkan dalam 5 mL etanol 95 %

11

Page 12: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

3. Dicampur sampai larut

c. Penentuan laju eliminasi

1. Diukur 100 mL air bebas CO2

2. Dimasukkan kedalam labu disolusi

3. Diatur waterbath pada temperatur 37°C

4. Dimasukkan larutan sampel kedalam labu disolusi

5. Dijalankan motor penggerak dengan kecepatan 100 rpm

6. Diambil cuplikan sebanyak 5 mL pada waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30,

35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95 dan 100 menit

setelah alat dijalankan. Setiap kali pengambilan cuplikan

ditambahkan sejumlah air volume sama dengan volume cuplikan

7. Ditentukan kadar obat dalam cuplikan menggunakan

spektrofotometer

8. Diplot data kadar obat terhadap waktu pada kertas semilogaritmik

9. Dihitung harga t1/2 dan AUC

12

Page 13: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Tabel Pengamatan

a. Kurva baku

C A

1 ppm 0,269

2 ppm 0,304

3 ppm 0,451

4 ppm 0,486

5 ppm 0,537

r = 0,970

a = 0,194

b = 0,0718

y = bx + a

= 0,0718x + 0,194

WAKTU A Mb MT

T80 0,729 7,451 7,451

T85 0,555 5,027 5,765

T90 0,395 2,799 4,037

T95 0,311 1,629 3,155

T100 0,201 0,097 1,785

r = -0,98

a = 2,7782

b = -0,026

y = bx + a

= -0,026x + 2,7782

13

Page 14: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

IV.1.2 Perhitungan

a. Sebelum koreksi (Mb)

y = bx + a

= 0,0718x + 0,194

T80 = 0,729 = 0,0718 (x) + 0,194

x = 7,451

T85 = 0,555 = 0,0718 (x) + 0,194

x = 5,027

T90 = 0,395 = 0,0718 (x) + 0,194

x = 2,779

T95 = 0,201 = 0,0718 (x) + 0,194

x = 0,097

b. Sesudah koreksi (Mt)

MT1 = Mb1

MT1 = 7,451

MT2 = Mb2 + 10100 Mb1

= 5,02 + 10

100 7,451

= 5,765

MT3 = Mb3 + 10100 (Mb1 + Mb2)

= 2,799 + 10

100 (7,451 + 5,02)

= 4,037

MT4 = Mb4 + 10100 (Mb1 + Mb2 + Mb3)

= 1,629 + 10

100 (7,451 + 5,02 + 2,79)

= 3,155

MT5 = Mb5 + 10100 ((Mb1 + Mb2 + Mb3 + Mb4)

14

Page 15: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

= 0,097 + 10

100 (7,451 + 5,02 + 2,79 + 1,629)

= 1,785

c. Waktu paruh

T1/2 =0,693

k b = -k

=0,6930,026

= 26,65 menit = 27 menit

d. AUC

AUC =Cp0

kCp0 = anti ln a

=16,090,026 = 16,09

= 618,84 mg jam/L

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan perubahan

konsentrasi obat paracetamol terhadap waktu yang dilakukan secara

invitro. Percobaan di simulasikan dengan keadaan yang ada didalam tubuh

dimana obat diberikan dalam bnetuk injeksi intravena (IV bolus).

Percobaan ini bertujuan untuk dapat menjelaskan proses farmakokinetik

obat dalam tubuh setelah pemberian injeksi bolus secara intravena.

Adapun langkah kerja, pertama disiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat yang akan digunakan terlebih dahulu dibilas dengan

alkohol 70 % agar steril karena sifat alkohol sebagai desinfektan, yaitu

dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri (Dirjen

POM, 1979). Selanjutnya dibuat larutan baku dengan melarutkan 10 mg

paracetamol ke dalam 5 mL etanol 95%. Menurut FI III (1979) dilihat dari

kelarutan paracetamol dimana paracetamol ini larut dalam 7 bagian etanol,

dalam 70 bagian air dan dalam 13 bagian aseton. Kemudian divorteks

untuk mendapatkan campuran yang homogen sehingga diperoleh larutan

15

Page 16: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

paracetamol dengan konsentrasi 1000 ppm. Setelah itu larutan diencerkan

menjadi 100 ppm. Pengenceran ini dilakukan untuk mengubah zat larutan

yang pekat agar larutan dari pengenceran tersebut menghasilkan volume

akhir yang lebih besar serta mempermudah pengukuran absorban

menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pengenceran ini dilakukan

dengan cara dipipet 1 mL larutan dari 1000 ppm menggunakan pipet mikro

dan dimasukkan kedalam labu ukur. Kemudian ditambahkan pelarut etanol

95% dan divorteks agar larutan bercampur dengan homogen. Selanjutnya

larutan parasetamol dengan konsentrasi 100 ppm diencerkan lagi hingga

menjadi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm yakni dengan cara dipipet

secara berturut-turut 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL dan 0,5 mL larutan

dari 100 ppm menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam labu

ukur. Setelah itu ditambahkan pelarut etanol 95% dan divorteks hingga

homogen.

Absorbansi larutan parasetamol dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3

ppm, 4 ppm dan 5 ppm dihitung menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Menurut Day (2002) tujuan penggunaan Spektrofotometri UV-Vis karena

Spektrofotometri UV-Vis mempunyai kelebihan yakni merupakan

gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible, menggunakan dua buah

sumber cahaya berbeda, yaitu sumber cahaya ultra ungu dan sumber

cahaya tampak. Dimana nilai absorbansi yang diperoleh dari konsentrasi 1

ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm secara berturut-turut adalah 0,269,

0,304, 0,451, 0,486, 0,537.

Perlakuan selanjutnya yaitu penentuan laju eliminasi. Pertama-tama

hal yang dilakukan yaitu diukur 100 mL air bebas CO2 dan dimasukkan

dalam labu disolusi. Pada ercobaan ini medium yang digunakan yaitu air

dimana air merupakan cairan penyusun utama dalam tubuh manusia.

Sehingga dapat disesuaikan dengan proses yang terjadi di dalam tubuh.

Setelah itu diatur waterbath pada temperatur 37°C hal ini disesuaikan

dengan suhu fisiologi tubuh manusia yaitu 37-38°C. Kemudian

dimasukkan larutan sampel ke dalam bejana yang berisi air bebas CO2, dan

16

Page 17: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

dinyalakan motor penggerak pada kecepatan 100 rpm. Setelah itu diambil

larutan sebanyak 5 mL pada waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55,

60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95 dan 100 menit dengan cara mengambil

cuplikan sebanyak 5 mL dan ditentukan kadar paracetamol dengan melihat

absorbansinya pada spektrofotometri UV-Vis. Cairan yang hilang akan

diganti sesuai dengan volume yang diambil agar volume larutan tetap

konstan. Adapun nilai absorban dari masing-masing cuplikan secara

berturut-turut yaitu 3,555, 3,312, 3,190, 3,308, 3,724, 4,615, 4,041, 3,698,

3,255,2,890, 2,446, 2,008, 1,596, 1,250, 0,962, 0,729, 0,555, 0, 395, 0,311

dan 0,201 serta waktu paruh dari parasetamol diperoleh yaitu 27 menit dan

nilai AUC adalah 618,84 mg jam/L.

17

Page 18: 300668101 Farmakokinetik Bab 1 Docx

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Simulasi model in vitro farmakokinetika digunakan untuk menguji

farmakokinetika obat dalam suatu wadah yang digambaran seperti

kompartemen darah dalam tubuh sebagai tempat didistribusikan dan

dieliminasikannya obat. Adapun waktu paruh yang diperoleh dari

parasetamol yaitu 27 menit dan nilai AUC (Area Under Curve) adalah

618,84 mg jam/L.

V.2 Saran

1. Jurusan

Saran untuk jurusan yaitu sebaiknya menyediakan anggaran

yang lebih besar untuk laboratorium agar alat-alat yang ada di dalam

laboratorium lengkap dan dapat digunakan dengan maksimal oleh

praktikan.

2. Laboratorium

Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di

laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum

bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.

3. Praktikan

Saran untuk praktikan yaitu, praktikan harus teliti dalam

melakukan percobaan dan berhati-hati memakai peralatan-peralatan

agar tidak tejadi kecelakaan dalam percobaan dan tidak ribut ketika

sedang melakukan percobaan.

18