3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
-
Upload
muthmainnah-muhammad -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
1/13
1
ANEMIA HEMOLITIK
I. PENDAHULUANAnemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit
atau konsentrasi hemoglobin.1 Anemia bukan suatu keadaan spesifik,
melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologis dan
fisiologis. Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala
objektif, namun dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-
gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat beraktivitas, takikardia,
dilatasi jantung, dan gagal jantung.2,3
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia;
diperkirakan terdapat pada 43% anak-anak usia kurang dari 4 tahun.4
(1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbookof Pediatrics. 18thed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007.)
(2.Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D. Nathan and OskisHematology of Infancy and Childhood. 7th ed. Philadelphia: Saunders;
2008.)
(3. Khusun H, Yip R, Schultink W, Dillon DHS. World HealthOrganization Hemoglobin Cut-Off Points for the Detection of Anemia
Are Valid for An Indonesia Population. J Nutr. 1999;129:1669-74.)
Anemia ialah berkurangnya jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin atau
kadar hematokrit dalam darah tepi dibawah nilai-nilai normal untuk umur
dan kelamin penderita sehingga kemampuan darah untuk memberikan
oksigen ke jaringan berkurang.
1
Anemia secara fungsional dedefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carryng capacity). Anemia hanyalah kumpulan gejala yang
disebabkan oleh berbagai penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
2/13
2
keluar dari tubuh (perdarahan), dan proses penghancuran eritrosit dalam
tubuh sebelum waktunya.2
II. DEFINISIAnemia hemolitik ialah anemia yang disebabkan karena kecepatan
penghancuran sel darah merah (eritrosit) lebih besar dari pada normal. Pada
anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur
eritrosit 100-120 hari). Pada anemia hemolitik keadaan anemi terjadi karena
meningkatnya penghancuran dari sel eritrosit yang diikuti dengan
ketidakmampuan dari sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit.
Untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit
tersebut, penghancuran sel eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hiperplasi sumsum tulang sehingga produksi sel eritrosit akan
meningkat dari normal. Hal ini terjadi bila umur eritrosit berkurang dari
120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemi. Namun bila
sumsum tulang tidak mampu mengatasi keadaan tersebut maka akan terjadi
anemi.1,3,4
Penghancuran Sel darah merah dalam sirkulasi dikenal dengan hemolisis
yang dapat disebabkan karena gangguan pada sel darah merah itu sendiri
yang memperpendek umurnya (instrinsik) atau perubahan lingkungan yang
menyebabkan penghancuran eritrosit.5
III. EPIDEMIOLOGISferositosis herediter merupakan anemia hemolitik yang sangat berpengaruh
di Eropa Barat, terjadi sekitar 1 dari 5000 individu. Sferositosis mengenai
demua jenis etnis namun pada ras non kaukasian tidak diketahui.
Sferositosis herediter paling sering diturunkan secara dominan autosomal.
Pada beberapa kasus, sferositosis herediter mungkin disebabkan karena
mutasi atau anomali sitogenik.6
Di Amerika, prevalensi eliptospirosis kira-kira 3-5 per 10.000. eliptospirosis
paling sering pada orang Afrika dan Amerika. Eliptospirosis sering terjadi
pada daerah dengan endemik malaria. Di Afrika ppada area ekuator,
eliptospirosis terjadi sekitar 20,6%. Bentuk lain dari penyakit ini ditemukan
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
3/13
3
pada Asia Tenggara yang ditemukan sekitar 30% darai populasi. Penyakit
ini diturunkan secara dominan autosomal.6
Defisiensi G6PD dilaporkan di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi terjadi
pada daerah tropis dan subtropis. Telah dilaporkan lebih dari 350 varian.
Ada banyak variasi pada expresi klinis pada varian enzim.6
Talasemia merupakan sindroma kelainan darah herediter yang paling sering
terjadi di dunia, sanagt umum terjadi di sepanjang sabuk talasemia yang
sebagian besar wilayahnya merupakan endemis malaria. Gen talasemia
sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit genetik
manusia yang paling prevalen. Di beberapa Asia Tenggara sebanyak 40%
dari populasi memiliki satu atau lebih gen talasemia. Daerah geografi
dimana talasemia merupakan prevalen yang sangat paralel dengan
Plasmodium falciparumdulunya merupakan endemik.7
Insiden anemia hemolitik autoimun kira-kira 1 dari 80.000 populasi. Pada
perempuan predominan terjadi tipe idiopatik. Tipe sekunder terjadi
peningkatan pada umur 45 tahun dimana variasi idiopatik terjadi sepanjang
hidup. 6,8
Kelainan hemolitik yang terpenting dalam praktek pediatrik adalah
eritroblastosis fetalis pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh trnsfer
transplasenta antibodi ibu yang aktif terhadap eritrosit janin, yaitu anemia
hemolitik isoimun. Eritroblastosis fetalis disebut Hemolitik Disease of the
Newborn(HDN).9
IV. ETIOLOGIPenyakit anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
1. Golongan dengan penyebab hemolisis yang terdapat dalam eritrosit
sendiri. Umumnya penyebab hemolisis ini adalah kelainan bawaan
(kongenital).
2. Golongan dengan penyebab hemolisis ekstraseluler. Biasanya
penyebabnya merupakan faktor yang di dapat (acquired).3
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
4/13
4
Gangguan intrakorpuskular (kongenital)
Kelainan ini umumnya disebabkan karena adanya gangguan metabolisme
dalam eritrosit itu sendiri. Keadaan ini dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Gangguan pada struktur dinding eritrositGangguan pada struktur didnding eritrosit terbagi menjadi:
a. SferositosisKelainan kongenital ini sering terjadi pada orang Eropa Barat. Pada
penyakit ini umur eritrosit lebih pendek, kecil, bundar dan
resistensinya terhadap NaCl hipotonis menjadi rendah. Limpa
membesar dan sering terjadi ikterus.jumlah retikulosit menjadi
meningkat. Hemolisis diduga disebabkan karena kelainan
membran eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok
dibanding ikterus. Kelainan radiologis ditemukan pada anak yang
telah lama menderita penyakit ini. 40-80% penderita sferositosis
ditemukan kolelitiasis.
b. Ovalositosis (eliptositosis)Pada penyakit ini 50-90% eritrositnya berbentuk oval. Penyakit ini
diturunkan secara dominan menurut hukum Mendel. Hemolisis
tidak seberat sferositosis. Splenektomi biasanya dapat mengurangi
hemolisis.
c. A-beta lipoproteinemiaPada penyakit ini terjadi kelainan bentuk eritrosit. Diduga kelainan
bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding
sel.
d. Gangguan pembentukan nukleotidaKelainan ini menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya
pada panmielopatia tipe fanconi.
2. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalameritrosit.
Setiap gangguan metabolisme dalam eritrosit akan menyebabkan umur
erotrosit menjadi pendek dan timbul anemia hemolitik.
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
5/13
5
a. Defisiensiglucose-6-Phosphate-Dehydrogenase(G-6PD)Defisiensi G-6PD ditemukan pada berbagai bangsa di dunia.
Kekurangan enzim ini menyebabkan glutation tidak tereduksi.
Glutation dalam keadaan tereduksi diduga penting untuk
melindungi eritrosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan.
Penyakit ini diturunkan secara dominan melalui kromosom X.
Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada:
Obat-obatan. (asetosal, piramidon, sulfa, obat anti malaria,
dll)
Memakan kacang babi
Bayi baru lahir.
b. Defisiensiglutation reduktaseKadang disertai trombopenia dan leukopenia.
c. DefisiensiglutationPenyakit ini diturunkan secara resesif dan jarang ditemukan.
d. Defisiensipiruvat kinasePada bentuk homozigot terjadi lebih berat. Khasnya terjadi
peninggian kadar 2,3 difosfogliserat.
e. Defisiensi Triose Phosphate IsomeraseGejala mirip dengan sferositosis, tetapi tidak terdapat fragilitas
osmotik dan hasil darah tepi tidak ditemukan sferositosis. Pada
keadaan homozigot terjadi lebih berat dan bayi akan meninggal di
tahun pertama kehidupannya.
f. DefisiensiDifosfogliserat Mutase
g. Defisiensi heksokinase
h. Defisiensigliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
3. Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal terdiri dari HbA yang merupakan 98%
dari seluruh hemoglobinnya. HbA2 yang tidak lebih dari 2% dan HbF
yang tidak lebih dari 3%. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian
terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudianntrasi HbF akan menurun,
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
6/13
6
sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan normal. Terdapat 2
golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin yaitu:
a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglibinabnormal) misalnya HbS, HbE dan lain-lain.
Kelainan hemoglobin ini ditentukan oleh adanya kelainan genetik
yang dapat mengenai HbA, HbA2 atau HbF. Pada penyakit ini
terjadi pergantian asam amino dalam rantai polipeptida pada
tempat-tempat tertentu atau tidak adanya asam amino atau
beberapa asam amino pada tempat-tempat tersebut. Kelainan yang
paling sering terjadi pada rantai dan .
b. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa rantai globin misalnyatalasemia.
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik yang herediter
yang diturunkan secara resesif . Di Indonesia, talasemia merupakan
penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan
penyebab intrekorpuskuler.
Secara klinis talasemia dibagi menjadi 2 golongan yaitu talasemia
mayor (homozigot) yang memberikan gejala klinis yang khas dan
talasemia minor yang biasanya tidak memberi gejala.
Gangguan ekstrakorpuskuler (acquired)
Gangguan ini biasanya didapat yang dapat disebabkan oleh:
1. Obat-obatan, racun ular, jamur, bahan kimia (bensin, saponin,air),
toksin (hemolisin) Streptococcus, virus, malaria, luka bakar.
2. Hipersplenisme. Pembesaran limpa apapun sebabnya dapat
menyebabkan penghancuran erotrosit.
3. Anemia oleh karena terjadinya penghancuran eritrosit akibat
terjadinya reaksi antigen-antibodi seperti:
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
7/13
7
a. Antagonisme ABO atau inkompatibilitas golongan darah lain
seperti Rhesus dan MN
b. Alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, tapi dalam tubuh
melekat pada permukaan eritrosityang merangsang pembuatan anti
yang kemudian menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang
menyebabkan hemolisis.
c. Hemolisis akibat proses autoimun.3
V. PATOGENESISProses hematopoesis pada embrio janin terjadi diberbagai tempat, termasuk
hati, limpa,timus,kelenjar getah bening, dan sumsum tulang. Sejak lahir
sepanjang sisa hidupnya terutama di sumsum dan sebagian kecil di kelenjar
getah bening. 10
Dalam keadaan normal, sel-sel darah merah yang sudah tua difagositosis
oleh sel-sel retikuloendotelial, dan hemoglobin diuraikan menjadi
komponen-komponen esensialnya. Besi yang didapat dikembalikan ke
transferin untuk pembentukan sel darah merah baru dan asam-asam amino
dari bagian globin molekul dikembalikan ke kompartemen asam amino
umum. Cincin protoporfirin pada heme diuraikan di jembatan alfa metana
dan karbon alfanya dikeluarkan sebagai karbon monoksida melalui
ekspirasi. Tetrapirol yang tersisa meninggalkan sel retikuloendotelial
sebagai bilirubin indirek dan menjadi hati, tempat zat ini terkonjugasi untuk
ekskresi di empedu. Dui usus, biliruin glukoronida diubah menjadi
urobilinogen untuk eksresi di tinja dan urin.2,3
Hemolisis dapat terjadi intravaskuler dan ekstravaskuler. Pada hemolisis
intravaskuler, destruksi eritrosit terjadi langsung di sirkulasi darah. Sel-sel
darah merah juga dapat mengalami hemolisis intravaskuler disertai
pembebasan hemoglobin dalam sirkulasi. Tetramer hemoglobin bebas tidak
stabil dan cepat terurai menjadi dimer alfa-beta, yang berikatan dengan
haptoglobulin dan disingkarkan oleh hati. Hemoglobin juga dapat
teroksidasi menjadi methemoglobin dan terurai menjadi gugus globin dan
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
8/13
8
heme. Sampai pada tahap tertentu, heme bebas dapat terikat oleh
hemopeksin dan atau albumin untuk selanjutnya dibersihkan oleh hepatosit.
Kedua jalur ini membantu tubuh menghemat besi untuk menunjang
hematopoiesis. Apabila haptoglobin telah habis dipakai, maka dimer
hemoglobinyang tidak terikat akan di eksresikan oleh ginjal sebagai
hemoglobin bebas, methemoglobin, atau hemosiderin.2,11
Hemolisis yang lebih sering adalah hemolisis ekstravaskuler. Pada hemolisis
ekstravaskuler destruksi sel eritrosit dilakukan oleh sistem retikuloendotelial
karena sel eritrosit yang telah mengalami perubahan membran tidak dapat
melintasi sistem retikuloendotelial sehingga difagositosis dan dihancurkan
oleh makrofag.2
Sejumlah bahan dan kelainan dengan kemampuan dapat merusak eritrosit
yang dapat menyebabkan destruksi prematur eritrosit. Di antara yang paling
jelas telah di pastikan adalah antibodi yang berikatan dengan anemia
hemolitik. Ciri khas penyakit ini adalah dengan uji Coombs direk positif,
yang menunjukkan imunoglobulin atau komponen komplemen yang
menyelubungi permukaan eritrosit. Kelainan hemolitik yang terpenting
dalam praktek pediatrik adalah penyakit hemolitik bayi baru lahir(
eritroblastosis fetalis) atau HDN yang disebabkan oleh transfer transplasenta
antibodi ibu yang aktif terhadap eritrosit janin, yaitu anemia hemolitik
isoimun.2
Pada Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) sering terjadi ketika ibu
dengan Rh(-) mempunyai anak dari seorang pria yang memiliki Rh(+).
Ketika Rh bayi (+) seperti ayahnya, masalah dapat terjadi jika sel darah
merah si bayi dengan Rh(+) sebagai benda asing. Sistem imun ibu kemudian
menyimpan antibodi tersebutketika benda asing itu muncul kembali, bahkan
pada saat kehamilan berikutnya. Sekarang Rh ibu terpapar.9
Pada anemia hemolitik autoimun, antibodi abnormal ditujukan kepada
eritrosit, tetapi mekanisme patogenesisnya belum jelas. Autoantibodi
mungkin dihasilkan oleh respon imun yang tidak serasi terhadap antigen
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
9/13
9
eritrosit. Atau, agen infeksi dapat dengan sesuatu cara mengubah membran
eritrosit sehingga menjadi asing atau antigenik terhadap hospes.2
VI. GEJALA KLINISVII. DIAGNOSIS
VIII. Semua jenis anemia hemolitik ditandai dengan:IX. 1. Peningkatan laju destruksi sel darah merahX. 2. Peningkatan kompensatorik eritropoiesis yang menyebabkan
retikulositosis
XI. 3. Retensi produk destruksi sel darah merah oleh tubuh termasuk zatbesi.
XII. Karena zat besi dihemat dan mudah di daur ulang, regenerasi sel darahmerah dapat mengimbangi hemolisis. Oleh karena itu, anemia ini
hampir selalu berkaitan dengan hiperplasia aritroid mencolok di dalam
sumsum tulang dan meningkatnya hitung retikulosit di darah tepi.
Apabila anemia berat dapat terjadi hematopoiesis ekstramedularis di
limpa, hati, dan kelenjar getah bening. Apapun mekanismenya,
hemolisis intravaskuler bermanifestasi sebagai hemoglobinemia,
hemoglobinuria, jaundice dan hemosiderinuria. 1,10,12
XIII. Gejala umum penyakit ini disebabkan oleh adanya penghancuraneritrosit dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi
terhadap penghancuran tersebut. Bergantung pada fungsi hepar, akibat
pengancuran eritrosit berlebihan itu dapat menyebabkan peninggian
kdar bilirubin atau tidak. Sumsum tulang dapt membentuk 6-8 kali
lebih banyak eritropoietik daripada biasa, sehingga dalam darah tepi
dijumpai banyak sekali eritrosit berinti, jumlah retikulosit meninggi,
polikromasi. Bahkan sering terjadi eritropoiesis ekstrameduler.
Kekurangan bahan sebagai pembentuk seperti vitamin, protein dan
lain-lain atau adanya infeksi dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan antara penghancuran dan pembentukan sistem
eritropoietik, sehingga keadaan ini dapat menimbulkan krisis aplastik.3
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
10/13
10
XIV. Limpa umumnya membesar karena organ ini menjadi tempatpenyimpanan eritrosit yang dihancurkan dan tempat pembuatan sel
darah ekstrameduler. Pada anemia hemolitik yang kronis terdapat
kelainan tulang rangka akibat hiperplasia sumsum tulang.3
XV. Gejala klinikXVI. Salah satu dari tanda yang paling sering di kaitkan dengan anemia
adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan karena berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Dispneu, nafas
pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktifitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengirirman O2. Sakit kepala, pusing,
pingsan dan tinitus (telinga berdengung) dapat mencerminkan
berkurangnya oksigenasi pada sistem saraf pusat.5
Pemeriksaan fisis
- Tampak pucat dan ikterus
- Tidak ditemukan perdarahan dan limfadenopati
- Dapat ditemukan hepatosplenomegali.1
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit, DDR, hapusan darah tepi,
analisa Hb, Coombs test, tesfragilitas osmotik, urin rutin, feses
rutin,pemeriksaan enzim-enzim.1
XVII. DIAGNOSIS BANDINGXVIII.PENATALAKSANAAN
Orang dengan anemia hemolitik yang ringan mungkin tidak membutuhkan
pengobatan khusus selama kondisinya tidak jelek. Seseorang dengan anemia
hemolitik berat biasanya membutuhkan pengobatan berkelanjutan. Anemia
hemolitik yang berat dapat menjadi fatal jika tidak diobati dengan tepat.
Tujuan pengobatan anemia hemolitik meliputi:
Menurunkan atau menghentikan penghancuran sel darah merah.
Meningkatkan jumlah sel darah merah
-
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
11/13
11
Mengobati penyebab yang mendasari penyakit.
Pengobatan tergantung pada tipe, penyebab dan beratnya anemia
hemolitik. Dokter mungkin mempertimbangkan umur, kondisi
kesehatan dan riwayat kesehatan.
Transfusi darah
Transfusi darah digunakan untuk mengobati anemia hemolitik berat.
Obat-obatan
Obat-obatan dapat memperbaiki beberapa tipe anemia hemolitik,
khususnya anemia hemolitik karena autoimun. Kortikosteroid seperti
prednison dapat menekan sistem imun atau membatasi kemampuannya
untuk membentuk antibodi terhadap sel darah merah.
Jika tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka dapat diganti dengan
obat lain yang dapat menekan sistem imun misalnya rituximab dan
siklosporin.
Jika ter jadi anemia sel sabit yang berat maka diberikan
hydroxiurea. Obat ini mempercepat pembentukan fetal hemoglobin.
Fetal hemoglobin membantu mencegah pembentukan sel sabit pada sel
darah merah.
Plasmapheresis
Plasmapheresis merupakan prosedur untuk menghilangkan antibodi
dari darah. Pengobatan ini mungkin membantu jika pengobatan lain
untuk anemia imun tidak bekerja.
Operasi
Beberapa oarang dengan anemia hemolitik mungkin memerlukan
operasi untuk mengangkat limpa.limpa pada orang normal yang sehat
membantu melawan infeksi dan menyaring sel darah yang telah tua
http://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.html -
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
12/13
12
dan menghancurkannya. Pembesaaran atau penyakit pada limpa dapat
menghilangkan lebih banyak sel darah merah dari jumlah yang normal
sehingga menyebabkan anemia. Pengankatan limpa dapat
menghentikan atau menurunkan jumlah sel darah merah yang
mengalami destruksi.
Transpalantasi stem sel darah dan sumsum tulang belakang
Pada beberapa tipe anemia hemolitik seperti talasemia, sumsum tulang
tidak dapat membentuk sel darah merah yang sehat. Sel darah merah
yang terbentuk dapat dihancurkan sebelum waktunya. Transplantasi
darah dan sumsum tulang mungkin dapat dipertimbangkan untuk
mengobati jenis anemia hemolitik ini.transplantasi ini mengganti stem
sel yang rusak dengan stem sel yang sehat dari donor.
Perubahan pola hidup
Jika seseorang menderita anemia hemolitik dengan antibodi reaktif
terhadap dingin, coab untuk hindari temperatur dingin. Seseorang yang
lahir dengan defisiensi G6PD harus menghindari hal yang dapat
mencetuskan anemia misalnya fava beans, naftalena, dan obat-obatan
tertentu.13
XIX.KOMPLIKASIXX. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS.Anemia Hemolitik. Dalam: Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Hal 192-193
2. Sudoyo,Aru W dkk.Anemia Hemolitik Non Imun. Dalam:Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi
4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2009. Hal 622,653
3. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Hematologi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.1985.
4. Koesoema, A.A. Klasifikasi etiologi dan Aspek Laboratorik pada Anemia Hemolitik [Cited
on January 2011]. Available fromhttp://usu.ac.id
http://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://usu.ac.id/http://usu.ac.id/http://usu.ac.id/http://usu.ac.id/http://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.htmlhttp://lionqueensubhy.blogspot.com/2012/06/referat-anak-anemia-hemolitik.html -
7/22/2019 3. ISI ANEMIA HEMOLITIK.docx
13/13
13
5. Price, S.A., Wilson L.M. Gangguan Sel Darah Merah. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005
6. Schumacher, Harold R; Rock, William A; Stass, Sanford A. Handbook Hematologic
Phatology. New York: Marcel Dekker Inc;2000
7. Yunanda, Yuki. Thalasemia. [Cited on January 2012]. Available from
http://repository.usu.ac.id
8. Wibowo, Satrio. Tesis: Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus dengan dan tanpa
Defisiensi Glukosa-6-Phosphatase Dehydrogenase. [Cited on January 2012]. Available
fromhttp://eprints.undip.ac.id
9. Childrens Hospital of Pittsburgh of UPMC. Hemolytic Disease of Newborn [Cited on
Desember 2012]. Available fromhttp://www.chp.edu
10. Kumar, Vinay., Ramzi S. Cotran.,Stanley L. Robbins.:alih bahasa dr. Brahm U.Pendit. Red
Blood Cell and Bleeding Disorders. Dalam: Robbins and Cortran Pathologic Basic of
Disease Seventh edition. Philadephia: Elsevier. 2005
11. Behrmann, Kliegman, Arvin. Anemia Hemolitik.Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Textbook of Pediatric edisi 15. EGC
12. What is hemolytic anemia?.National Heart Lung and Blood Institude. [cited on January
2012] Available fromhttp://nhlbi.org
13. How is Anemia Hemolytic Treated?National Heart Lung and Blood Institude. [cited on
January 2012] Available fromhttp://nhlbi.org
http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://eprints.undip.ac.id/http://eprints.undip.ac.id/http://eprints.undip.ac.id/http://www.chp.edu/http://www.chp.edu/http://www.chp.edu/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://nhlbi.org/http://www.chp.edu/http://eprints.undip.ac.id/http://repository.usu.ac.id/