22 BAB II DAFTAR PUSTAKA Laporan Keuangan Kinerja keuangan ...
3. Bab II - Daftar Pustaka
-
Upload
nur-hidayah -
Category
Documents
-
view
7 -
download
1
Transcript of 3. Bab II - Daftar Pustaka
![Page 1: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Narkoba atau NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan/psikologi seseorang(pikiran, perasaan dan perilaku) serta
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya.
Pemakai narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di
Indonesia diduga mencapai sekitar 1,3juta sampai dua juta orang, kata
S. Sunatrio dari Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia(UI)/Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo(RSCM) Jakarta.
Total pengeluaran pembelian NAPZA setiap hari bisa mencapai Rp
200 miliar, jika setiap harinya pemakai mengonsumsi obat seharga Rp 50
ribu sampai Rp250 ribu, katanya di Semarang, akhir pekan lalu.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah upaya yang
dilakukan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab, baik
secara langsung maupun tidak langsung, agar seseorang atau sekelompok
masyarakat mengubah keyakinan, sikap dan perilakunya sehingga tidak
memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba. Keluarga adalah
lingkungan pertama & utama dalam membentuk dan mempengaruhi
keyakinan, sikap dan perilaku seseorang terhadap penggunaan narkoba.
B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan kegiatan Field Lab ini adalah mahasiswa:
1. Mampu mengetahui pelaksanaan UKS di SMP dan SMA di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Memberikan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pembinaan dan
pengembangan UKS kepada pengelola UKS masing-masing SMP dan SMA
di wilayah kerja Puskesmas.
1
1
![Page 2: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/2.jpg)
3. Merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS khususnya
tentang pembinaan kesehatan jiwa remaja terutama NAPZA dan gangguan
belajar.
4. Mengkaji dan memberikan pendidikan kesehatan masyarakat tentang
pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif, hubungannya dengan gangguan belajar) kepada pihak/tim UKS
masing-masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas.
2
![Page 3: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pelaksanaan field lab diawali dengan kedatangan kami pada pukul 07.30
WIB untuk mendapatkan pengarahan dari pihak Puskesmas Delanggu. Pada
pengarahan kali ini kami bertemu dengan Kepala Puskemas Delanggu, dr. Hj.
Shalikatun Esawati, M.Kes sementara instruktur kami, dr. Tini Wijayanti
berhalangan hadir dikarenakan ada kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan.
Hal-hal yang dilakukan adalah memperkenalkan diri dengan pihak
puskesmas, pengarahan dari kepala puskesmas dan memperoleh kesepakatan
bahwa kegiatan field lab dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :
1. Pertemuan I (Rabu, 12 November 2013) : Pengarahan dari puskesmas dan
penyuluhan NAPZA ke SMK Muhammadiyah Delanggu
2. Pertemuan II (Rabu, 20 November
2013) : Pelaporan, evaluasi dan pengumpulan laporan
A. Tahap Pengarahan dan Praktik Lapangan 1 (12 November 2013)
Hari, Tanggal : Rabu, 12 November 2013
Tempat : Puskesmas Delanggu, SMK Muhammadiyah Delanggu
Kegiatan : Pada pertemuan pertama ini kegiatan yang dilakukan
adalah mendapat pengarahan dari kepala puskesmas dan melakukan penyuluhan
NAPZA ke SMK Muhammadiyah Delanggu. Pada Penyuluhan ini, kami juga
didampingi oleh pihak dari puskesmas yaitu Bapak Sukris Aldjuno, Ibu
Indrianingsih, Ibu Tin Ambar Astuti, dan dr. Riska. Penyuluhan dilakukan di
kelas IX PK dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang. Pada akhir penyuluhan,
kami mengadakan posttest kepada para siswa untuk mengetahui sejauh mana
mereka memahami materi penyuluhan NAPZA yang telah kami berikan. Selain
itu kami juga melakukan sesi tanya jawab. Selain penyampaian materi penyuluhan
NAPZA dari kami, pihak puskesmas juga memberikan materi penyuluhan
mengenai HIV AIDS yang disampaikan oleh dr. Riska. Kegitan yang dilakukan
3
3
![Page 4: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/4.jpg)
hari ini berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan yang berarti dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
B. Tahap Pelaksanaan Praktik Lapangan II (20 November 2013)
Hari, Tanggal : Rabu 20 November 2013
Tempat : Puskesmas Delanggu
Kegiatan : Tahap ini direncanakan untuk dilakukan sebagai
rangkaian kegiatan field lab terakhir. Pada tahap ini direncanakan beberapa hal,
yang meliputi pelaporan, evaluasi kegiatan field lab, dan penyerahan laporan
kegiatan kepada pihak puskesmas untuk disetujui/disahkan.
4
![Page 5: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut KMK No. 422, NAPZA adalah akronim dari Narkotik, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Dalam penegakan hukum dan masyarakat
secara umum lebih mengenalnya dalam istilah Narkoba atau Narkotika dan Bahan
Berbahaya lainnya (Depkes, 2010).
Menurut UU No 35 tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam tiga golongan. Menurut UU No 5 tahun 1997,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat
Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang
membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan
fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan
dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan
tersebut dari pada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat menyebabkan
keadaan gejala putus zat (Depkes, 2012).
B. Efek NAPZA
a. Halusinogen : Menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan pikiran, seperti ganja.
b. Stimulan : Meningkatkan kegiatan SSP sehingga merangsang dan
meningkatkan kemampuan fisik orang yang menggunakan,
mengkonsentrasikan diri untuk membuat pretasi yang lebih baik, sanggup
bekerja lebih kuat, dan lebih lama tanpa istirahat, namun efeknya tidak baik
(Pratiwi, 2010).
5
5
![Page 6: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/6.jpg)
c. Depressan : Dapat mengurangi aktivitas SSP. Secara medis untuk mengurangi
rasa cemas dan gelisah, meredakan ketegangan jiwa, epilepsi, serta merangsang
untuk tidur.
d. Adiktif dan Overdosis : Dapat terjadi ketergantungan terhadap obat sehingga
ingin mengonsumsi obat tersebut terus menerus.
C. Jenis dan Golongan NAPZA
1. Narkotika
Jenis narkotika dibagi atas 3 golongan :
a. Narkotika golongan I : narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat
tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contoh : ganja, kokain, opium, morphine, putauw (heroin tidak murni
berupa bubuk).
b. Narkotika golongan II : narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan
turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan
turunannya (Martono, 2006).
2. Psikotropika
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk
menyebabkan ketergantungan, jenis ini termasuk esktasi (menthylendioxy
menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk
kristal berisi zat menthaphetamin).
b. Golongan II : psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan
Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian.
Contoh : ampetamin dan metapetamin.
Namun, golongan I dan II, berdasarkan UU No 35 tahun 2009, termasuk
Narkotika Golongan I.
6
![Page 7: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/7.jpg)
c. Golongan III : psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.
d. Golongan IV : psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono, 2006).
3. Zat Adiktif Lainnya
Diantaranya adalah :
a. Rokok
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat,
bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).
D. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan napza dapat didefinisikan sebagai berikut :
Pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter.
Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus.
Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik secara
fisik/jasmani maupun psikologis.
Menimbulkan gangguan pada tubuh, pikiran, perasaan dan perilaku.
E. Jenis dan Efek NAPZA yang Sering Disalahgunakan
1. Ganja/ Mariyuana/ Kanabis
Cara penyalahgunaannya adalah dengan mengeringkan dan dicampur
dengan tembakau rokok atau langsung dijadikan rokok lalu dibakar dan
dihisap. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji maupun bunga.
Beberapa efek dapat termasuk euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit,
nafsu makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan,
hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang (Jayati, 2010).
2. Kokain
Kokain menimbulkan risiko tinggi terhadap pengembangan ketergantungan
fisik dan fisiologis, perilaku yang lazim selama di bawah pengaruh kokain
dapat termasuk hiperaktif, keriangan, dan bertenaga, ketajaman perhatian,
7
![Page 8: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/8.jpg)
percaya diri dan kegiatan seksual yang meningkat. Pengguna juga dapat
berprilaku tidak berpendirian tetap, merasa tidak terkalahkan dan menjadi
agresif dan suka bertengkar.
3. Opium
Penggunaan jangka panjang mengakibatkan penurunan dalam kemampuan
mental dan fisik, serta kehilangan nafsu makan dan berat badan.
4. Alkohol
Adalah zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras.
merupakan zat yang mengandung etanol yang berfungsi memperlambat kerja
sistem saraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan,
denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian.
5. Amfetamin
Amfetamin tersedia dalam merk-merk umum dalam bentuk dexamphetamin
(dexedrine) dan pemoline (volisal). Efek amfetamin biasanya hilang setelah 3-6
jam dan pemakai dapat secara tiba-tiba menjadi lelah, suka marah, murung dan
tidak bisa konsentrasi, peningkatan kewaspadaan, peningkatan tenaga dan
kegiatan, mengurangi nafsu makan dan kepercayaan diri. Penggunaan jangka
panjang dapat mengakibatkan malnutrisi, kelelahan, depresi dan psikosis.
6. Sedatif
Adalah merupakan zat yang dapat mengurangi berfungsinya sistem syaraf
pusat. Dapat menyebabkan koma, bahkan kematian jika melebihi takaran.
7. Ekstasi/ Dolphin/ Black Hear/ Gober/ Circle K.
Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat. Ekstasi merusak
mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar dan berpikir dengan
cepat. Terbukti dapat menyebabkan kerusakan jantung dan hati (Partodiharjo,
2008).
8. Shabu-shabu
Shabu berisi metapetamin yang dicampur dengan berbagai psikotropika.
Pemakai yang kronis akan tampak kurus, mata merah, malas mandi, emosi
labil, dan loyo.
9. Kafein
8
![Page 9: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/9.jpg)
Merupakan zat perangsang yang dapat ditemukan dalam obat generik, kopi,
teh coklat atau makanan bersoda.
10. Tembakau
Nikotin, terdapat di tembakau, adalah salah satu zat yang paling adiktif yang
dikenal. Nikotin merangsang susunan saraf pusat (SSP) dan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
nafsu makan berkurang, menimbulkan emfisema ringan(Partodiharjo, 2008).
F. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Ketergantungan pada NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai
dampak negatif dan berbahaya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
1. Dampak Fisik
Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat
yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung, paru-
paru, hati, ginjal dan panca indera.
2. Dampak psikologis atau kejiwaan dan sosial
Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat
berpikir dan berperilaku normal. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang
sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain rasa
tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah, agresif, dll.
Gangguan jiwa ini bisa sementara tetapi juga bisa selamanya. Gangguan
psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa mengendalikan diri
untuk terus menerus menggunakan NAPZA (UNICEF, 2004).
G. Undang-Undang
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-undang tentang
Narkotika, No.9 Tahun 1976, dan pasal 23, ayat 1-7 menantumkan perbuatan-
perbuatan yang dipidanakan, yaitu:
1. Menanam, memiliki tanaman koka, ganja, papaver.
2. Memproduksi, mengolah, meracik koka, ganja, narkotika.
3. Memiliki, menguasai koka, ganja, narkotika.
4. Membawa, mengirim, mengangkut, mentransito(menyelundupkan) koka,
ganja, narkotika.
9
![Page 10: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/10.jpg)
5. Mengimpor, mengexpor, menyalurkan, menjadi perantara koka, ganja,
narkotika.
6. Menggunakan terhadap atau memberikan kepada orang lain koka, ganja
narkotika.
7. Menggunakan bagi diri sendiri koka, ganja, narkotika.
Serta pasal 36, ayat 8:
1. Tanaman papaver, koka, ganja di atas tanahnya karena lalai (Maramis,
2009).
H. Kiat Menghindari NAPZA
Menghindari NAPZA dapat dilakukan melalui penerangan kepada para
muda-mudi di daerah-daerah yang dianggap perlu. Para orang tua dan guru perlu
juga diberi penerangan agar mereka dapat lebih memperhatikan pendidikan yang
berhubungan dengan NAPZA dan juga dapat lebih lekas mengenal gejala-
gejalanya. Selain itu harus ada pertahanan dari diri sendiri dengan mengisi waktu
luang dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan meningkatkan keimanan
(Maramis, 2009).
PEMBAHASAN
Kegiatan field lab kali ini membahas mengenai keterampilan pembinaan
UKS kesehatan jiwa, NAPZA dan gangguan belajar. Topik ini dipilih agar kami
selaku mahasiswa kedokteran mengetahui secara langsung peran Puskesmas dan
UKS dalam upaya preventif perilaku berisiko remaja, salah satunya adalah
penyalahgunaan NAPZA. Namun kegiatan yang kami lakukan di Puskesmas
Karanganyar difokuskan kepada kegiatan KIE NAPZA melalui media
penyuluhan.
Pertemuan pertama dilakukan tanggal 13 November 2013 dengan agenda
pembekalan dari Kapuskes dan pelaksanaan di lapangan. Kami diperkenankan
untuk memberi penyuluhan mengenai NAPZA bersama tim penyuluhan dari
Puskesmas yaitu Bapak Sukris Aldjuno, Ibu Indrianingsih, Ibu Tin Ambar Astuti,
dan dr. Riska. Sasaran penyuluhan kami adalah para siswa kelas XI PK SMK
10
![Page 11: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/11.jpg)
Muhammadiyah Delanggu. SMK ini berlokasi di sebelah selatan Puskesmas
Delanggu, Kabupaten Delanggu. Penyuluhan dilakukan melalui media elektronik
yaitu dengan menggunakan slide presentasi Power Point. Materi yang diberikan
mencakup pengertian NAPZA, jenis NAPZA, efek penggunaan NAPZA,
perubahan yang terjadi akibat penggunaan NAPZA, dampak penggunaan NAPZA
terhadap kesehatan, UU yang mengatur mengenai penyalahgunaan NAPZA, serta
tips-tips menghindari penyalahgunaan NAPZA.
Setelah melakukan presentasi, kami mengadakan postest guna menilai
pemahaman para siswa terhadap materi yang disampaikan. Kemudian, dilanjutkan
pemberian materi tentang HIV-AIDS dari pihak penyuluhan Puskesmas. Materi
disampaikan oleh dr. Riska.
Penyuluhan dilakukan secara tepat sasaran, dimana sasaran yang paling
tepat untuk penyuluhan NAPZA adalah remaja (anak usia sekolah) setingkat
SMP/SMA. Seperti yang telah kita ketahui, usia sekolah adalah masa yang paling
rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Tidak terdapat begitu banyak kendala
yang kami alami pada kegiatan field lab kali ini. Para siswa tampak antusias
dalam menyimak materi yang kami sampaikan serta sangat aktif selama sesi tanya
jawab. Namun, kami tidak dapat meninjau tebih jauh mengenai keberjalanan
pembinaan UKS di SMK tersebut melalui dialog dan wawancara maupun
observasi secara langsung dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia.
Pada pertemuan kedua pada tanggal 20 November 2013 dilaksanakan
pelaporan, evaluasi, mengumpulkan laporan kegiatan dan pengambilan nilai.
11
![Page 12: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan Field Lab topik Keterampilan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa,
NAPZA dan Gangguan Belajar di Puskesmas Delanggu dan SMK
Muhammadiyah Delanggu sudah terlaksana dengan baik. Mahasiswa
dipandu oleh tim dari Puskesmas Delanggu bersama dokter internship
melakukan penyuluhan tentang NAPZA dan HIV/AIDS.
2. Hasil pelaksanaan didapatkan adanya peningkatan pemahaman siswa SMK
Muhammadiyah Delanggu mengenai NAPZA dan HIV/AIDS.
B. Saran
1. Pelaksanaan UKS sebagai pengontrol perilaku hidup sehat siswa
SMP/SMA perlu ditingkatkan terkait fungsinya yang strategis sebagai
penyalur antara tenaga kesehatan dan warga sekolah khususnya siswa.
2. Perlunya sosialisasi lebih lanjut dan pemantauan secara berkala terhadap
penyalahgunaan NAPZA dan gangguan belajar siswa melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler sekolah.
12
12
![Page 13: 3. Bab II - Daftar Pustaka](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071716/55cf9843550346d03396953e/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Alifia, U. 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang : PT. Bengawan Ilmu.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-5-1997Psikotropika.pdf (diakses
tanggal 16 November 2013).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._35_Th_2009_ttg_Narkotika.p
df (diakses tanggal 16 November 2013).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman
Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA.
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/
kepmenkes/KMK%20No.%20422%20ttg%20NAPZA.pdf (diakses tanggal
16 November 2013).
Jayati, Dewi. 2010. Gambaran Penggunaan Narkoba Pada Pria Yang
Direhabilitasi Di Yayasan Al-Kamal Sibolangit Center Tahun 2010.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19888 (diakses tanggal 16
November 2013).
Martono, dkk. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Berbasis Sekolah. Jakarta : Balai Pustaka.
Maramis, Willy F; Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Pratiwi, Beby Ayu. 2011. Pengaruh Narkoba terhadap Kesehatan Periodontal
Tahanan Narkoba di Poltabes MS.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25051 (diakses tanggal 16
November 2013).
UNICEF. 2004. HIV-AIDS Booklet. www.unicef.org/indonesia/id/HIV-
AIDSbooklet_part4. pdf (diakses tanggal 16 November 2013).
13