2 Bab I II III IV v, Dan Daftar Pustaka
-
Upload
kesit-bayuwardhana -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
description
Transcript of 2 Bab I II III IV v, Dan Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang penuh dengan kompetitif merupakan tantangan
bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif seyogyanya
dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi teknologi
pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini tidak lain
merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu kebijakan
inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal atau
nasional saja. (Mohamad Nur, 2003)
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UURI No.
20 Th. 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika
yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif,
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan
kemampuan menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan.
Sehingga matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk
membentuk generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan
kompetitif tersebut.
Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan
dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi
1
berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan
kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia
bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi
teknologi.
Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia,
bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang
mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa
berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu
berada di tingkat bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian matematika yang
pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8 dan
hanya 50% siswa mencapai nilai 60 atau >60 . Padahal idealnya minimal
harus mencapai 100% siswa mendapat 60 atau >60. Sedangkan operasi hitung
merupakan dasar bagi kompetensi dasar berikutnya seperti menghitung luas
bangun, volum bangun, dan sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh
kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa kelihatannya jenuh
mengikuti pelajaran matematika. Pembelajaran sehari-hari menggunakan
metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada
interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini terbukti
sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika. Sering jika
diberi tugas tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol,
alasannya pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.
Menyikapi kondisi tersebut penulis sebagai guru kelas VIA yang harus
menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir sekolah dan mampu bersaing
dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu berusaha memperbaiki
pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan,
mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan
diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan
pembelajaran STAD dan bermain kuis.
Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision)
adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan
teori belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky
memiliki keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul
dalam percakapan atau kerjasama antar individu. (Depag RI, 2004). STAD
juga memiliki keunggulan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen
berdasarkan kemampuan siswa terhadap matematika akan terjadi interaksi
yang positif dalam menyelesaikan masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain.
Jika sebelumnya tidak ada interaksi antar individu, maka dalam STAD siswa
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sampai semua anggota
kelompok dapat menyelesaikan masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai
jika ada anggotanya belum selesai.
Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak
usia sekolah dasar. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis
antar kelompok agar matematika yang dianggap membosankan akan berubah
menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa
meningkat dan hasil belajar juga meningkat.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberi batasan permasalahan agar lebih jelas dan terarah,
maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong
siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?
2. Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang
luas bangun menjadi lebih bersemangat ?
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan model kooperatif STAD,
maka semangat belajar siswa akan meningkat.
2. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan bermain kuis, maka
semangat belajar siswa akan meningkat.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui :
a. Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar
tentang luas bangun lebih bersemangat.
b. Bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun
menjadi lebih bersemangat.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
a. Siswa, agar mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik,
menyenangkan, dan mengasyikkan.
b. Guru, agar dapat menambah wawasan dan informasi tentang pilihan
berbagai bentuk- bentuk strategi pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.
c. Lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan informasi dalam
peningkatan kualitas pendidikan.
d. Penelitian lanjutan, sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.
F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan definisi operasinal sebagai berikut:
1. Peningkatan adalah suatu usaha untuk menjadikan lebih baik atau lebih
bermutu, lebih berdaya guna dan berhasil guna.
2. Proses adalah seluruh rangkaian suatu tindakan (Trisno Yuwono, 1994).
Dalam penelitian ini, proses adalah seluruh rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dan guru dalam pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar secara maksimal.
3. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan para
siswa secara bersama-sama dalam proses belajar mengajar (Ninik, 2000)
4. Luas bangun adalah salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran
matematika kelas VI semester I (Kurikulum 2004)
5. Model kooperatif STAD adalah merupakan suatu model pengajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu
bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. (Depag RI, 2004)
6. Kuis suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. (Depag RI, 2001)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas
(Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, 2005).
2. Fungsi dan Tujuan
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen,
sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika,
serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan (Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, 2005).
Pembelajaran Matematika bertujuan melatih cara berfikir dan
bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Mohamad Nur, 2003)
7
8
3. Pembelajaran
Pembelajaran Matematika akan bermakna bagi siswa apabila
mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep, atau
prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di
bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap
kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (cotextual problem).
4. Penilaian
Penilaian yang dilakukan lebih berfokus pada penilaian berbasis
kelas. Dalam merancang penilaian, termasuk memilih teknik dan alat
penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan
penilaian karya atau portofolio.
Standar Kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk
melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Kelompok
normal adalah kelompok yang memerlukan waktu belajar relatif lebih
lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan pelayanan dalam
bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remediasi. Sedangkan
kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih
cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan pelayanan
dalam bentuk akselerasi (percepatan) belajar atau memberikan materi
pengayaan (Mohamad Nur, 2003).
9
Beberapa aspek penilaian sebagai berikut:
a. Karya meliputi: garis bilangan, maket, model, peta, rumus, dan bangun
ruang.
b. Kinerja atau unjuk kerja meliputi: menghitung, menimbang, mengukur
jarak, menafsir, mencatat data, dan membuat tabel, grafik, diagram.
c. Perilaku: menunjukkan sifat teliti, menunjukkan sikap kritis, dan
kebiasaan berfikir logis (Nur Mohamad, 2003).
B. Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum menguasai bahan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori
belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk
pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga
sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual
teaching and learning), yaitu tentang learning community (Depag RI, 2004).
10
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Student Teams Achievment
Division (STAD) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan diskusi secara efisien.
Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok –kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya hasil belajar individu maupun kelompok.
C. Bermain Kuis
Bermain kuis atau dikenal dengan strategi pembelajaran Team Quiz.
Langkah-langkah pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut:
1. Guru membentuk tiga kelompok (disesuaikan jumlah siswa).
2. Membagi tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan
penilaian.
11
3. Buat skor masing-masing jawaban tiap kelompok (Depag. RI, 2001).
Team Quiz adalah suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam
kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak
membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan
dengan pendapat yang mengatakan ”Berfikir itu sendiri adalah bertanya”
(Hasibuan dan Moejiono, 2004).
Pengertian bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respons dari
seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan
sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya
merupakan stimulus efektif yang mendorong berfikir (Hasibuan dan
Moejiono, 2004).
Dari pendapat dan pengertian tersebut, bertanya menunjukkan
bahwa, baik yang bertanya maupun yang menjawab telah terjadi proses
berfikir dari dirinya. Sedangkan berfikir merupakan proses belajar.
Pemecahannya adalah mengajukan pertanyaan tentang semua informasi
penting.
Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang fakta yang
disampaikan dengan kata-kata sendiri, bukannya mengulang tepat seperti yang
tertulis, membantu siswa mempelajari makna teks itu dan bukannya sekedar
menghafalkannya (Mohamad Nur,1998). Pendapat ini mendukung bahwa
memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan
dan menjawab pertanyaan dari teman adalah sama dengan memberi
kesempatan belajar kepada siswa, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa
atau student center.
12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian berlangsung di kelas VIA SDN Sadang yang beralamat di
Jalan Raya Sadang nomor 2, Desa Sadang, Kecamatan Taman, Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sedangkan waktu penelitian diadakan pada
semester I tahun pelajaran 2006/2007.
Sekolah Dasar Negeri Sadang berdiri diatas tanah seluas 3.500 m2.
Jumlah gedungnya ada 5 unit terdiri dari:
1. Gedung barat ada 3 kelas dipakai pagi siang (kelas IV A, IV B, V B, VI A,
dan VI B), 1 ruang guru, 3 toilet, dan 1 gudang.
2. Gedung timur ada 3 kelas dipakai pagi siang (kelas I A, I B, II A, II B, III
A, dan III B), 1 ruang kantor Kepala Sekolah, 1 ruang komputer dan
perpustakaan.
3. Gedung TL (Tambah Lokal), 1 kelas untuk kelas V A.
4. Gedung Perumahan Kepala Sekolah.
5. Gedung Perumahan guru.
Jumlah murid SDN Sadang tahun pelajaran 2006/2007 adalah 347
siswa dan jumlah kelas 12 kelas, jumlah guru PNS 13 orang , guru honorer 2
orang, penjaga sekolah honorer 1 orang, dan 5 guru kegiatan ekstrakurikuler.
Letak lokasi sekolah cukup strategis karena terletak ditepi jalan raya yang
mudah dijangkau oleh kendaraan angkutan desa.
13
14
B. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari 4 September 2006 sampai
dengan 23 November 2007. Jadual pelaksanaannya dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 3.1 : Jadual Penelitian
No Waktu Kegiatan Pelaksana1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
4-9 September 2006
11 September 2006
20 - 22 September 2006
23 Sep. – 25 Sept. 2006
26 September 2006
27 Sep.-11 Okt. 2006
27 September 200629 September 200630 September 2006
2 Oktober 20064 Oktober 20066 Oktober 2006
9 Oktober 200611 Oktober 2006
12 – 31 Oktober 2006
Minggu ke 1,2 NovMinggu ke 3 Nov. 06
Identifikasi masalah
Mengajukan Izin ke Kepala Sekolah Pembuatan Proposal Penelitian
Pembuatan RPP, LKS, Instrumen Observasi, penggandaan perangkat pembelajaran dan lain- lainnya
Pertemuan Tim Kolaboratif untuk membahas pelaksanaan tindakan Siklus I.
Pelaksanaan Tindakan:Siklus I :- Pertemuan I- Pertemuan IIRencana Tindakan Siklus IISiklus II :- Pertemuan III- Pertemuan IVRencana Tindakan Siklus IIISiklus III :- Pertemuan V- Pertemuan VI
Penulisan Laporan PTK
Persiapan SeminarSeminar hasil PTK
Peneliti
Peneliti dan KS
Peneliti
Peneliti
Tim Peneliti
Tim PenelitiTim PenelitiTim Peneliti
Tim PenelitiTim PenelitiTim Peneliti
Tim PenelitiTim Peneliti
Peneliti
PenelitiPeneliti
C. Mata Pelajaran Matematika
Penelitian tindakan kelas ini mengangkat mata pelajaran matematika
sebagai obyek penelitian. Peneliti mengangkat mata pelajaran matematika
15
karena matematika memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-
hari terutama dalam mendukung kemajuan teknologi dan segala aspek
kehidupan yang menyangkut kehidupan di zaman modern sekarang ini.
Menurut struktur program Kurikulum 2004 jam pelajaran matematika
sebanyak 6 jam pelajaran per minggu.
Dilihat dari tersedianya jam pelajaran dengan tingkat kesulitan siswa
dalam menguasai kompetensi dasar yang ada, masih belum imbang. Karena
kenyataan yang terjadi masih banyak siswa yang belum menguasai secara
tuntas terhadap kompetensi dasar yang ditetapkan.
Kompetensi dasar untuk kelas VI adalah sebagai berikut:
1. Bilangan : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2. Geometri : Melakukan pengukuran dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
3. Pengolahan Data : Membaca, mengumpulkan, dan menyajikan data.
Dalam penelitian ini mengangkat kompetensi dasar geometri yang
meliputi luas bangun datar yaitu : luas persegipanjang, persegi, segitiga,
jajargenjang, belah ketupat/layang-layang, gabungan bangun datar, dan luas
bangun ruang sperti kubus, balok, dan tabung.
D. Karakteristik siswa
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIA Tahun Pelajaran
2006/2007 yang berada di SDN Sadang Kecamatan Taman, Kabupaten
16
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Jumlah subyek penelitian 26 siswa yang terdiri
dari 17 putra dan 9 putri. Kondisi kemampuan matematika sangat kurang
karena hasil ulangan harian pada pembelajaran sebelumnya hanya mencapai
rata-rata 57,8.
Siswa kelas VI A sebagai subyek penelitian ini memiliki karakteristik
yang heterogen. Heterogen baik dalam segi kemampuan intelegensi, motivasi
belajar, latar belakang keluarga, maupun sifat dan wataknya. Dari segi watak
ada beberapa siswa yang memiliki watak sulit diatur, sehingga kadang-kadang
menyulitkan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Namun secara umum
memiliki kepribaduan yang cukup baik.
Dilihat dari kemampuan matematika sangat kurang. Permasalahan
tersebut mungkin dikarenakan semangat belajar yang kurang. Keadaan
tersebut dapat dilihat keadaan sehari-hari, di mana siswa sering mengeluh
pusing dan bosan bila diajak belajar matematika. Permasalahan inilah yang
mendorong peneliti mengangkat mata pelajaran matematika kompetensi dasar
tentang luas bangun sebagai obyek penelitian.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani,
2005). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan
Mc Taggart (dalam Yatim Riyanto, 2001) merupakan penelitian yang
Aksi
Observasi
RefleksiRencana
Rencana
RencanaAksi
Refleksi
Observasi
dst.
17
bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang
dilakukan secara berulang, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Tahapan Per Siklus
Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran
kooperatif STAD (Student Team Achievement Devisions) dengan variasi
bermain kuis. Pembelajaran dengan kooperatif STAD memiliki keunggulan
yang dapat mengatasi masalah yang ada. Karena dalam kooperatif STAD akan
terjadi meningkatnya fungsi mental melalui percakapan dan interaksi lainnya,
serta kerjasama antar siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.
Begitu pula bermain kuis diyakini memiliki keunggulan menciptakan
suasana pembelajaran yang mengasyikkan, karena berupa permainan tanya
jawab antar kelompok. Dalam situasi demikian diharapkan siswa tidak akan
mengantuk dan bosan belajar matematika. Kegiatan bertanya dan menjawab
adalah bentuk kegiatan berfikir, sedangkan belajar juga melalui proses
berfikir.
TAHAP I
Refleksi
(Ra)
TAHAP II
Perencanaan
(P-T)
TAHAP III
Tindakan Observasi
(T-O)
TAHAP IV
Refleksi
(R)
18
Sebagaimana layaknya penelitian tindakan kelas, maka penelitian
ini akan dimulai dari siklus I yang pelaksanaannya melalui 4 (empat) tahap
yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar : 3.2 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Bagaimana pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan
berikut ini:
a. Perencanaan
Perencanaan dibuat berawal dari permasalahan yang muncul di
lapangan yaitu dari pengalaman peneliti sebagai guru di kelas VIA SDN
Sadang. Permasalahan ini dapat disebut sebagai refleksi awal, yaitu hasil
belajar matematika yang selalu rendah terutama pada kompetensi dasar
tentang “Luas Bangun” yang mencakup:
1). Luas bidang datar (persegipanjang, jajargenjang, dan lingkaran)
2). Luas permukaan bangun ruang ( kubus, balok, tabung )
3). Luas gabungan beberapa bangun datar (variasi dari bangun di atas)
4). Luas gabungan sebagian bangun datar (variasi dari sebagian bangun
datar)
19
Dari permasalahan di atas muncul gagasan untuk menerapkan
pembelajaran STAD dengan variasi kuis, dengan tujuan untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, inovatif, memudahkan,
mengasyikkan, dan menyenangkan. Kegiatan perencanaan ini diawali
dengan kegiatan:
1). Mengajukan izin ke Kepala Sekolah untuk mengadakan PTK.
2). Mengadakan pertemuan dengan tim kolaboratif yang terdiri dari:
Peneliti, 2 orang guru sebagai observer, yang membicarakan langkah-
langkah penelitian.
3). Mempersiapkan rencana pelajaran, Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
dan instrument pengamatan.
4). Mempersiapkan pengelolaan kelas menjadi beberapa kelompok yang
heterogen berdasarkan kemampuan siswa dan jenis kelamin.
Tindakan akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran
STAD, tetapi ada variasi dengan kegiatan kuis. Kuis dilaksanakan pada
tahap unjuk kerja dari setiap kelompok. Jika pada pembelajaran STAD
murni, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, namun pada
pembelajaran ini setiap kelompok memberikan pertanyaan kepada
kelompok-kelompok lain. Untuk lebih konkritnya dapat diikuti langkah-
langkah kegiatan pembelajaran berikut:
Tabel: 3.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran STAD dan KUIS
20
Fase Tingkah laku Guru Kegiatan Siswa
Fase 1Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa disertai observasi ( 10 menit )
Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar.
Aktif mendengar, melihat, mencatat, bertanya, dan menjawab.
Fase 2Menyajikan informasiDisertai observasi (15 menit)
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi dan lewat bahan bacaan.
Aktif mendengar, melihat, mencatat, bertanya, dan menjawab, serta membantu melakukan demontrasi.
Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar, setiap kelompok 4 siswa yang heterogen (5 menit)
Guru menjelaskan kepada siswa agar membentuk kelompok belajar dengan memberikan data nama anggota kelompok dan mengarahkan setiap kelompok agar membuat soal dan kunci jawaban soal yang telah diberikan
Berkelompok secara heterogen sesuai kemampuan, memberi nama, kelompok. Mendengar, melihat, bertanya, menjawab
Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajardisertai observasi (15 menit)
Guru membimbing kelompok –kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Membuat soal dan jawabannya sejumlah anggota melalui diskusi kelompok.
Fase 5Evaluasi disertai observasi (35 menit)
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyampaikan soal kepada kelompok lain
Bermain kuis antar kelompok melalui kegiatan bertanya dan menjawab.
Pada fase 5, yaitu pada saat kegiatan kuis, setiap kelompok
memberikan soal kepada kelompok lain. Setiap kelompok mempunyai
anggota dengan kode sebagai berikut:
Kelompok A mempunyai anggota berkode: A1, A2, A3, dan A4.
Kelompok B mempunyai anggota berkode: B1, B2, B3, dan B4.
Kelompok C mempunyai anggota berkode: C1, C2, C3, dan C4.
Kelompok D mempunyai anggota berkode: D1, D2, D3, dan D4.
Kelompok E mempunyai anggota berkode: E1, E2, E3, dan E4.
Kelompok F mempunyai anggota berkode: F1, F2, dan F3.
Kelompok G mempunyai anggota berkode: G1, G2, dan G3.
21
Sedangkan aturan mainnya diatur sebagai berikut: Setiap kelompok
diberi kesempatan menyampaikan pertanyaan sebanyak 4 soal. Ketika
kelompok A tampil menyampaikan pertanyaan, yang diberi kesempatan
menjawab adalah kelompok B (B1) , C (C1), D (D1), dan E (E1). Dan
ketika kelompok B tampil, yang menjawab adalah kelompok F (F1), G
(G1), A (A1), C (C2), begitu seterusnya. Agar lebih jelas dapat
digambarkan sebagai berikut:
22
Gambar: 3.3 Interaksi Pembelajaran Kuis Keterangan : Kelompok warna adalah kelompok penanya
Kelompok putih adalah kelompok penjawab
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa setiap siswa mendapat
kesempatan bertanya dan menjawab. Dari kegiatan kuis dapat diketahui
kemampuan setiap siswa dalam menilai jawaban temannya maupun
kemampuannya dalam menjawab pertanyaan temannya.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa
instrument yaitu:
1). Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.
2). Angket, digunakan untuk mengumpulkan kegiatan pembelajaran
klasikal.
3). Angket, digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajarn
kelompok.
4). Angket, untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajaran kuis, baik
penjawab, penanya maupun pengamat.
Kegiatan analisis data dilakukan untuk menganalisis data di atas
seperti tes hasil belajar, hasil angket dalam berbagai kegiatan
pembelajaran tersebut. Bagaimana data tersebut dianalisis, dapat diuraikan
berikut ini.
23
1). Data hasil belajar dianalisis berdasarkan pada ketuntasan belajar, yaitu
100% siswa mencapai 60 - >60.
2). Data aktifitas pembelajaran klasikal diharapkan dapat mencapai nilai
rerata 60% s.d 70%
3). Data aktifitas pembelajaran kelompok ditargetkan dapat mencapai
rerata 70 s.d. 80%.
4). Data aktifitas pada pembelajaran kuis diharapkan tiap siswa mampu
melaksanakan lima aktifitas dengan benar yaitu: penampilan bertanya,
menilai jawaban, membuat kunci jawaban, penampilan menjawab, dan
kualitas jawaban. Namun target minimal dapat mencapai rerata
sampai 70% - 80%
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1). Siswa berkelompok dengan anggota 4/3 orang siswa yang heterogen
kemampuannya.
2). Setiap kelompok bekerjasama membuat soal tentang luas bangun beserta
kunci jawabannya.
3). Setiap kelompok unjuk kerja dengan memberikan soalnya kepada
anggota kelompok lain secara menyebar. Jika soalnya 4 maka pertanyaan
tersebut harus dijawab oleh 4 kelompok.
Sedangkan indikator keberhasilan proses pembelajaran ditetapkan
sebagai berikut :
24
1). Tercapainya aktifitas belajar melalui kooperatif STAD dengan rerata 70 -
80%.
2). Tercapainya nilai aktifitas belajar melalui KUIS dengan rerata 70 - 80%.
3). Tercapainya nilai hasil belajar 100% siswa memperoleh 60 - > 60.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan skenario
pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun pada tahap perencanaan
di atas. Siklus I dilaksanakan selama 2 (dua) pertemuan atau dua kali 40
menit (80 menit). Untuk siklus berikutnya disesuaikan dengan
perkembangan siklus I.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh tim observer yang terdiri dari 2 orang guru
untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa
kegiatan penting yang perlu diamati adalah :
1) Fase pembelajaran klasikal, berapa prosen siswa yang aktif: melihat,
mendengar, bertanya, menjawab, dan mencatat. Pada fase ini observer
menggunakan instrumen angket.
2). Fase pembelajaran kelompok, yang perlu diamati adalah bagaimana
kegiatan masing-masing anggota kelompok dalam memainkan
peranannya dalam kelompoknya, antara lain : kerja sama, berpendapat,
semangat kerja, dan hasil kerja. Fase ini menggunakan instrumen angket.
3). Fase unjuk kerja tiap kelompok penanya, yang diamati adalah:
a). Bagi penanya dinilai : penampilan, kualitas soal, kualitas kunci
jawaban, menilai jawaban.
25
b). Bagi penjawab dinilai : penampilan, kualitas jawaban, kerjasama,
waktu. Pada fase ini digunakan instrumen angket.
4). Semua aktifitas pembelajaran yang positif maupun negatif perlu dicacat
sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus berikutnya.
d. Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini, tim peneliti mengadakan pertemuan
untuk membahas hasil observasi. Data yang terekam pada instrumen
observasi dievaluasi dan diambil kesimpulan untuk membuat rencana
pelaksanaan siklus II. Dari hasil pertemuan tim peneliti menyususn
rencana dan mempersiapkan keperluan pembelajaran pada siklus II
misalnya: peraga, LKS, dan instrumen observasi atau mungkin penataan
ruangan dan peralatan lain yang diperlukan misalnya foto, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Tindakan
Peneliti melaporkan hasil lokakarya dan tindak lanjut dari lokakarya yaitu
mengadakan penelitian tindakan kelas kepada Kepala Sekolah. Peneliti
membentuk tim yang terdiri dari peneliti dan dua orang guru serta seorang
pengambil gambar. Kemudian tim membahas segala kegiatan yang akan
dilakukan pada kegiatan pembelajaran, antara lain:
1. Mempelajari langkah-langkah kegiatan pembelajaran beserta pembagian
waktunya.
2. Mempelajari instrumen yang akan digunakan merekam segala kejadian dan
cara pengisiannya.
3. Mempelajari interaksi antar kelompok pada saat kegiatan kuis.
4. Mempelajari kode anggota kelompok beserta kartu anggota kelompok dan
tugas masing-masing kelompok.
5. Pembagian tugas masing-masing anggota tim, sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai pemberi tindakan dan mengamati segala kejadian yang
muncul, baik positif maupun negatif.
b. Pengamat I sebagai pengamat kegiatan belajar klasikal, kegiatan
kelompok (A, B, dan C), dan kegiatan penanya.
c. Pengamat II sebagai pengamat kegiatan belajar klasikal, kegiatan
kelompok (D, E, F, dan G), dan kegiatan penjawab.
26
27
d. Pemotret, sebagai pengambil gambar semua kegiatan pembelajaran.
Setelah semua anggota tim memahami berbagai kegiatan yang akan dilakukan,
pertemuan diakhiri.
Sehari sebelum melakukan tindakan tepatnya tanggal 26 Sepetember
2006, peneliti/ guru kelas VIA memberi pengarahan kepada siswa bahwa
besok akan diadakan pembelajaran STAD atau belajar kelompok. Kemudian
peneliti membentuk kelompok menjadi tujuh kelompok, memberi nama
kelompok dengan nama bangun seperti: Persegi, Persegipanjang, Segitiga,
Jajargenjang, Lingkaran, Trapesium, dan Belah Ketupat. Nama-nama
kelompok ini berdasarkan tema dan bentuk kartu anggota kelompok. Agar
tidak terjadi persamaan dalam membuat soal, maka setiap kelompok membuat
soal sesuai dengan nama kelompoknya. Misalnya kelompok Persegi membuat
soal tentang persegi, kelompok lingkaran membuat soal tentang lingkaran dan
seterusnya. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok berdasarkan kemampuan
matematika. Di mana setiap kelompok terdapat siswa pandai, sedang, dan
kurang. Diharapkan terjadi interaksi yang positif diantara anggota kelompok.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tentang pembagian
kelompok.
Langkah selanjutnya peneliti menggandakan instrumen sesuai
kebutuhan pada siklus I, yaitu:
1. Instrumen kegiatan pembelajaran klasikal 2 lembar, karena dua Pengamat
melakukan pengamatan bersama-sama.
28
2. Instrumen kegiatan pembelajaran kelompok, 7 lembar. Pengamat I
mengamati kelompok A, B, dan C. Sedangkan Pengamat II mengamati
kelompok D, E, F, dan G.
3. Instrumen kegiatan bertanya 7 lembar diamati oleh Pengamat I.
4. Instrumen kegiatan menjawab 7 lembar diamati oleh Pengamat II.
B. Aktifitas Pembelajaran Siklus I
Pada hari Rabu, tanggal 27 September 2006 dimulai pertemuan I siklus
I. Pelaksanaan tindakan diawali dengan pembelajaran klasikal, di mana
peneliti/Guru membuka pembelajaran dengan berdoa dan menjelaskan bahwa
pada hari ini kita belajar matematika ditemani oleh Ibu Muamaroh dan Ibu
Rohmiatun (sebagai observer), dilanjutkan apersepsi, yaitu guru menanyakan:
”Apakah para siswa tadi pagi sudah sahur ?”. Semua siswa menjawab
”Sudah”. Kembali guru bertanya: ”Berapa piring ?”. Sebagian siswa
menjawab ”Satu piring”. Kemudian guru menanyakan, ”Bagaimana bentuk
bibir piring?”. Beberapa siswa menjawab, ”Bundar”. Guru menjawab, ”Ya
bundar atau lingkaran”. ”Kalau meja makan, bagaimana bentuknya?”.
”Persegipanjang”, jawab sebagian siswa. ”Ya , betul jawab guru”. Kemudian
guru menjelaskan tentang luas bangun melalui bantuan karton berbentuk
persegipanjang yang berisi gambar persegi kecil-kecil yang menunjukkan
satuan persegi. Kemudian siswa diajak menghitung jumlah kotak kecil pada
sisi atas, dilanjutkan menghitung kotak kecil pada sisi samping. Kemudian
guru menanyakan: ”Bearpa jumlah kotak kecil semuanya?”. ”Sembilan puluh”
Jawab salah satu siswa. ”Dari mana?” tanya guru, ”Dari sepuluh kali
29
sembilan” jawab siswa. Dengan demikian, melalui tanya jawab guru dan
siswa, dapat diambil kesimpulan bahwa luas persegipanjang adalah panjang
kali lebar. Dilanjutkan dengan karton persegipanjang yang dipotong-potong
menjadi beberapa bagian yang dapat diubah menjadi dua segitiga, sehingga
dapat disimpulkan bahwa luas segitiga adalah alas kali tinggi dibagi dua.
Kemudian potongan-potongan tadi dibentuk jajargenjang. Dan dilanjutkan
dengan bangun lainnya seperti lingkaran, dan belah ketupat. Waktu yang
disediakan untuk kegiatan klasikal yaitu 15 menit tepat selesai. Pada kegiatan
ini dapat dijelaskan hasil pengamatan dari pengamat I dan II sebagai berikut:
Tabel : 4.1 Hasil Pengamatan Belajar Klasikal Siklus I dari Pengamat I
No. Nama Kegiatan Jumlah Siswa yang Melakukan
Prosentase Keterangan
1.2.3.4.5.
MelihatMendengarMencatatBertanyaMenjawab
26260018
100 %100%0069,23%
Jumlah siswa 26Prosentase= jumlah yang melakukan : jumlah yang hadir x 100
Rata-rata = 269,23 : 5 = 53,84 % (Pengamat I)
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan belajar klasikal manunjukkan
rerata 53,84% menurut pengamat I. Sedangkan hasil pengamat II sebagai berikut:
30
Tabel : 4.2 Hasil Pengamatan Belajar Klasikal Siklus I dari Pengamat II
No. Nama Kegiatan Jumlah Siswa yang Melakukan
Prosentase Keterangan
1.2.3.4.5.
MelihatMendengarMencatatBertanyaMenjawab
2526--20
96,151000076,93
Jumlah siswa 26Prosentase= jumlah yang melakukan : jumlah yang hadir x 100
Rata-rata = 296,15 : 5 = 54,61 % (Pengamat II)
Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengamatan pengamat II dengan rerata
54,61%. Jika hasil kedua pengamat diambil rerata, maka hasilnya sebagai
berikut:
Pengamat I = 53,84 %
Pengamat II = 54,61 % +
Rata-rata = 108, 45 : 2 = 54,22 %
Dari data di atas belum mencapai target yang diharapkan yaitu 60-70%.
Kegiatan bertanya dan mencatat masih belum ada sama sekali. Untuk siklus II
perlu ada motivasi untuk melakukan kegiatan bertanya dan mencatat. Pada
kegiatan klasikal pengamat I dan II menemukan beberapa temuan antara lain:
a. Seorang siswa bernama Adin memukul-mukul bangku.
b. Seorang siswa bernama Riki melamun sambil memainkan kukunya.
Dari beberapa temuan tadi disarankan agar pada kegiatan klasikal
berikutnya semua siswa diberi alat peraga seperti yang dipakai oleh guru
sehingga semua siswa aktif belajar.
Kemudian dilanjutkan kegiatan membentuk kelompok sesuai
pengarahan guru sebelumnya. Masing-masing ketua kelompok membagikan
31
kartu identitas kepada anggotanya. Siswa dengan sendirinya mengelompok
sesuai dengan nama kelompok dan kartu identitasnya. Setelah semua siswa
duduk tenang pada kelompok masing-masing, guru memberi pengarahan tugas
kelompok, yaitu setiap siswa membuat satu soal beserta jawabannya. Soal dan
jawaban yang dibuat disesuaikan dengan nama kelompoknya. Misalnya
kelompok persegi, harus membuat soal tentang persegi. Guru memberi
pengarahan bahwa, setiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab
membuat satu soal dan jawabannya. Namun, jika ada anggota yang kesulitan,
anggota lain harus membantu mengajari sampai berhasil. Setelah pengarahan
guru membagikan lembar kegiatan siswa kepada setiap siswa. Selama kegiatan
kelompok berjalan, guru berkeliling sambil memberi bimbingan kepada
kelompok yang kesulitan. Sedangkan pengamat I mengamati kelompok A, B,
dan C. Dan pengamat II mengamati kelompok D, E, F, dan G. Kegiatan
kelompok ini berjalan cukup lancar, walaupun masih ada beberapa kelompok
yang masih sering bertanya, terutama kelompok lingkaran. Ketika waktu yang
disediakan selama 35 menit habis, masih ada kelompok yang belum selesai yaitu
kelompok lingkaran.
Hasil pengamatan kegiatan kelompok dari pengamat I dan II dapat
disampaikan sebagai berikut:
32
Tabel : 4.3 Hasil Pengamatan Belajar Kelompok Siklus I
No Kegiatan Kelompok
Jumlah AnggotaJumlah/RerataA B C D E F G
1.
2.
3.
4.
Kerjasama
Berpendapat
Semangat
Hasil Kerja
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
3
1
3
3
3
1
3
3
26
18
26
26
Prosentase 100 100 93,75 81,25 100 83,33 83,33 91,66 %
Data di atas menunjukkan nilai yang sangat tinggi yaitu nilai rerata
91,66%, jauh di atas yang diharapkan yaitu 70-80 %. Pada kegaiatan kelompok ini
memang hampir semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar sesuai tugasnya
masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kuis atau bertanya
menjawab.
Dalam kegiatan bertanya dan menjawab setiap kelompok maju ke depan
kelas untuk menanyakan soal-soalnya kepada kelompok penjawab. Kelompok
penjawab berasal dari beberapa kelompok yang berbeda duduk di bangku depan
yang sudah disediakan. Kegiatan kuis berjalan dengan lancar. Setiap individu baik
dari kelompok penanya maupun kelompok penjawab telah melaksanakan
tugasnya masing-masing. Namun dari kelompok lingkaran hasil kerja membuat
soal betul, namun jawabannya masih salah semua. Pada kelompok trapesium hasil
kerja membuat soal benar tiga orang dan satu orang gagal membuat soal yang
benar tetapi hasil kunci jawabannya salah. Namun kelompok penjawab dapat
menjawab soal trapesium dengan benar dan satu orang tidak menjawab karena
soalnya salah. Sehingga kelompok trapesium tidak dapat menilai jawaban
33
kelompok penjawab karena jawabannya sendiri salah. Sedangakan kelompok
lainnya yaitu kelompok segitiga, persegipanjang, jajargenjang, persegi, dan
belaketupat hasil kerja membuat soal dan jawaban betul semua dan dapat dijawab
oleh kelompok penjawab dengan benar juga.
Hasil observasi dari pengamat I yang mengamati kelompok penanya dapat
dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel : 4. 4 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penanya Siklus I
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
1.2.3.4.5.6.7.
ABCDFGH
97,0597,0598,5261,7657,5394,1190,19
Rerata 85,17
Data kegiatan kuis kelompok penanya pada tabel tersebut mencapai rerata
85,17%. Tercapainya rerata 85,17% pada kegiatan kuis melalui observasi
kelompok penanya telah mencapai jauh di atas yang diharapkan yaitu 60-70%.
Sedangkan hasil observasi kegiatan penjawab dapat dilaporkan sebagai berikut:
34
Tabel : 4. 5 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penjawab Siklus I
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
1.2.3.4.5.6.7.
IIIIIIIVVVIVII
86,5378,8475,0061,5367,3079,4876,92
Rerata 64,47
Tercapainya rerata 64,47% pada kegiatan kuis melalui observasi kelompok
penjawab telah mencapai target yang diharapkan yaitu 60-70%. Apabila diambil
rerata dari kelompok penanya dan penjawab dapat dilihat sebagai berikut:
( 85,17% + 64,47% ) : 2 = 74,82 %
Maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa proses pembelajaran melalui
kegiatan kuis telah mencapai target yang telah ditentukan, bahkan mencapai di
atas target yang diharapkan.
Adapun hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilaporkan sebagai berikut:
Tabel : 4. 6 Hasil Belajar dan Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
N Kode Nomor Soal Jumlah Nilai Keterangan
35
o Benar1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas2 A2 - - - - - - - - - - - - Absen3 A3 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 60 Tuntas4 A4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 40 Tak Tuntas5 B1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 Tuntas6 B2 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 40 Tak Tuntas7 B3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas8 B4 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4 40 Tak Tuntas9 C1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Tuntas10 C2 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 5 50 Tak Tuntas11 C3 - - - - - - - - - - - - Absen12 C4 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 30 Tak Tuntas13 D1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Tuntas14 D2 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 40 Tak Tuntas15 D3 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Tak Tuntas16 D4 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 6 60 Tuntas17 E1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Tuntas18 E2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas19 E3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas20 E4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas21 F1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas22 F2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 60 Tuntas23 F3 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4 40 Tak Tuntas24 G1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas25 G2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas26 G3 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 60 TuntasJumlah Salah/Rerata
3 10
1 7 7 9 5 17 18
784/156 65,00 66,66%
Tuntas
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua orang siswa yang tidak
hadir pada saat evaluasi hasil belajar karena sakit. Sehingga jumlah siswa
yang hadir 24 siswa. 16 siswa telah mencapai ketuntasan belajar atau 66,66%
telah mencapai nilai 60 - >60. Masih ada 8 siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar atau 33,33% masih mendapat nilai < 60. Maka target hasil
belajar pada siklus I belum dapat tercapai. Walaupun ada kenaikan rerata dari
kondisi semula yaitu dari 57,80 dan hanya 50% siswa yang mencapai
ketuntasan belajar. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan-perbaikan pada
siklus berikutnya sesuai dengan masukan-masukan baik dari pengamat
maupun dari peneliti sendiri. Ditinjau dari jumlah kesalahan siswa pada soal
36
nomor 8 dan 9 lebih dari separoh siswa yaitu 17/18 siswa masih mengalami
kesalahan. Maka perlu penjelasan ulang tentang penyelesaian soal nomor 8
dan 9 tersebut. Penjelasan ulang itu dilakukan pada waktu sebelum
melanjutkan siklus II. Sedangkan siswa-siswa yang belum tuntas diberi
bimbingan di luar jam efektif dan diberi tugas latihan soal-soal untuk
dikerjakan di rumah.
Setelah diselesaikan siklus I, tim peneliti mengadakan pertemuan
untuk membahas hal-hak positif maupun negatif yang muncul dalam siklus I.
Pertemuan Tim peneliti terdapat beberapa masukan untuk perbaikan-perbaikan
pada siklus II yaitu:
1. Pengamat I menyarankan agar semua siswa diberi alat peraga pada
pembelajaran klasikal.
2. Pengamat II menyarankan agar dua orang siswa yang kurang
memperhatikan pada saat pembelajaran klasikal dipanggil dan diberi
pengarahan.
3. Peneliti berinisiatif pada saat presentasi kuis, siswa lain tidak hanya
melihat dan mendengar saja, tapi juga diberi tugas untuk ikut mengerjakan
soal-soal yang disampaikan oleh teman-temannya agar juga ikut aktif
belajar. Karena jika tidak ikut aktif mengerjakan sebagian ada yang bicara
dan ramai. Bagi yang mengerjakan akan diberi motivasi penilaian.
C. Aktifitas Pembelajaran Siklus II
37
Pembelajaran pada siklus II ini siswa diajak belajar tentang luas
bangun gabungan dari beberapa bangun datar. Sehari sebelum pelaksanaan
tindakan siswa diajak membahas tentang tugas pembuatan soal pada tiap-tiap
kelompok. Telah disepakati bahwa setiap kelompok bebas membuat soal
dengan gabungan beberapa bangun tetapi setiap kelompok wajib
mencantumkan bangun kelompoknya. Misalnya kelompok lingkaran harus
mengandung unsur lingkaran. Begitu pula persegi bangun gabungan yang
dibuat harus mengandung unsur persegi begitu seterusnya. Siswa juga diberi
motivasi agar meningkatkan kegiatan belajar seperti bertanya dan mencatat
pada saat diberi penjelasan materi atau pada saat pembelajaran klasikal.
Karena pada saat pembelajaran klasikal siklus I belum ada kegiatan bertanya
dan mencatat.
Pada saat pelaksanaan tindakan, pembelajaran berjalan sesuai dengan
rencana. Pada saat pembelajaran klasikal semua siswa diberi beberapa
potongan kertas yang berbentuk berbagai macam bangun datar. Sebelum
memberi tugas guru mengingatkan kembali rumus-rumus luas bangun datar
dilanjutkan dengan demontrasi menghitung luas gabungan berbagai macam
bangun. Setelah demonstrasi menghitung luas gabungan bangun diberi
kesempatan bertanya dan mencatat. Sebagian besar siswa mencatat dan ada
empat siswa yang mengajukan pertanyaan yaitu:
1. Putri: ” Jika gambar separoh lingkaran bagaimana mencari luasnya?”
Guru: ”Siapa ynag dapat menjawab pertanyaan Putri ?”
Sebagian siswa menjawab: ”Caranya sama dengan mencari luas lingkaran,
kemudian hasilnya dibagi 2”
38
2. Sarah: ” Tugas membuat soal nanti, membuat bangun gabungan sebanyak-
banyaknya atau ada batasnya ?”
Guru menawarkan kepada semua siswa, bagaimana, dibatasi apa bebas ?
semua siswa sepakat bebas.
3. Novia: ”Jika bangun digabung sesuai dengan panjang sisinya apakah dapat
disebut satu bangun?”
Guru: ”Bagaimana, siapa yang dapat menjawab pertanyaan Novia?”
Karena tidak ada yang menjawab maka guru memberi penjelasan bahwa
jika gabungan bangun itu membentuk suatu bangun baru boleh saja
dikatakan satu bangun asal kalian dapat menghitungnya langsung satu
bangun. Tetapi jika kesulitan, menghitungnya satu persatu kemudian baru
dijumlahkan kedua luasnya.
4. Isniah: ” Jika bangun gabungan dikatakan dua bangun, apakah dicari
luasnya sendiri-sendiri?”
Guru: ” Bagaimana menurut Kalian mengenai pertanyaan Iis?”
Siswa: ” Ya dicari luasnya sendiri-sendiri, kemudian dijumlahkan”.
Pada pembelajaran klasikal tim pengamat mengadakan pengamatan
bersama-sama. Tidak seperti pada siklus I dimana kedua pengamat mengamati
sendiri-sendiri. Pemeblajaran klasikal berjalan lebih baik dari siklus I, karena
terjadinya interaksi yang semkin hidup antara siswa dan guru dan antara siswa
dan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel 4.7 hasil observasi
pembelajaran klasikal berikut ini:
Tabel : 4.7 Hasil Pengamatan Belajar Klasikal Siklus II
No. Nama Kegiatan Jumlah Siswa Prosentase Keterangan
39
Aktif
1.2.3.4.5.
MelihatMendengarMencatatBertanyaMenjawab
262620410
10010076,9215,3838,46
Jumlah siswa 26Prosentase= jumlah yang melakukan : jumlah yang hadir x 100
Rerata : 330,76 : 5 = 66,15%
Hasil pengamatan belajar klasikal menunjukkan rerata 66,15%. Hal
ini menunjukkan kenaikan rerata dari siklus I yang hanya mencapai rerata
54,22%. Kenaikan rerata ini disebabkan adanya peningkatan kegiatan
pembelajaran mencatat dan bertanya sebagaimana dijelaskan pada uraian di
atas.
Belajar kelompok juga berjalan dengan lancar. Semua kelompok
bekerja membuat soal dan jawaban dengan menggunakan potongan-potongan
kertas yang berbentuk bermacam-macam bangun. Semua siswa dalam
kelompok dengan semangat merangkai beberapa potongan kertas tersebut
menjadi bangun gabungan yang bervariasi sesuai dengan imajinasi masing-
masing. Ada yang menyerupai rumah, pesawat terbang, roket, dan sebagainya.
Pengamat I mengamati kelompok A, B,dan C. Pengamat II mengamati
kelompok D, E, F, dan G. Sedangkan guru berkeliling memberikan bimbingan
pada semua kelompok. Bagaimana hasil pengamatan kerja kelompok, dapat
dilaporkan pada tabel berikut ini:
Tabel : 4.8 Hasil Pengamatan Belajar Kelompok Siklus II
No Kegiatan Kelompok
Jumlah AnggotaJumlah/RerataA B C D E F G
40
1.
2.
3.
4.
Kerjasama
Berpendapat
Semangat
Hasil Kerja
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
21
19
21
23
Prosentase 100 75 100 75 100 100 100 92,85%
Tabel di atas menunjukkan angka rerata dari belajar kelompok sebesar
92,85%. Sedangkan pada siklus I belajar kelompok telah menunjukkan rerata
91,66%. Maka terdapat peningkatan yang sangat tipis yaitu 2,19% dari siklus
I. Hal positif yang perlu dijelaskan adalah bahwa semua siswa bekerja
menyelesaikan tugas dengan senang tanpa ada gangguan teman-temannya
yang biasanya suka mengganggu karena mereka yang suka mengganggu pun
juga asyik bekerja dengan senang. Munculnya situasi positif tersebut karena
adanya alat peraga potongan kertas dengan berbagai macam bangun.
Membuat soal dan jawaban dalam kerja kelompok telah selesai sesuai
waktu yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan kuis. Ada sedikit
perbedaan pada saat kegiatan kuis siklus I dan siklus II. Pada siklus I penanya
menyampaikan soal dengan lisan tetapi pada siklus II penanya menyampaikan
soal dengan gambar dan tulisan di papan tulis. Begitu juga indikator penilaian
pada instrumen juga ada perubahan sedikit pada aspek penampilan pada siklus
I ada penilaian suara pada siklus II diganti penilaian gambar. Hasil kerja
masing-masing kelompok penanya menunjukkan bangun-bangun gabungan
yang cukup rumit, sehingga tim pengamat harus cepat bekerja untuk
menyelesaikan jawaban dari soal-soal yang ditampilkan oleh kelompok
penanya. Karena untuk memberi penilaian kinerja masing-masing kelompok
41
dan individu kelompok diperlukan kunci jawaban yang benar dari soal-soal
yang dibuat oleh penanya. Kadang-kadang siswa lebih cepat selesai dari pada
pengamat karena siswa hanya menyelesaikan satu soal sedangkan pengamat
harus menyelesaikan empat soal. Sedangkan guru bekerja mengatur jalannya
kuis. Untuk mengetahui hasil observasi pengamat I sebagai pengamat
kelompok penanya dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel : 4. 9 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penanya Siklus II
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
1.2.3.4.5.6.7.
ABCDFGH
10082,3583,8279,4197,0580,39100
Rerata 89,00
Tabel 4.9 menunjukkan keberhasilan kinerja kelompok penanya yang
mencapai rerata 89,00%. Keberhasilan tersebut di samping mencapai target
yang ditentukan yaitu 60% -70%, juga mengalami kenaikan dari siklus I yang
telah mencapai 85,17%. Sedangkan hasil observasi kinerja kelompok
penjawab dapat dijelaskan pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel: 4.10 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penjawab Siklus II
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
42
1.2.3.4.5.6.7.
IIIIIIIVVVIVII
75,0069,2373,0790,3888,4697,4389,74
Rerata 83,33
Tabel 4.10 menunjukkan hasil kegiatan kelompok penjawab yang
mencapai rerata 83,33%. Keberhasilan yang dicapai kelompok penjawab selain
mencapai target yang ditentukan 60% -70% juga mengalami kemajuan yang
berarti dibandingkan dari siklus I yang baru mencapai 64,47. Apabila diambil
rerata dari kelompok penanya dan penjawab dapat dilihat sebagai berikut:
( 89,00% + 83,33% ) : 2 = 86,16% terdapat kenaikan dari siklus I (74,82%)
Dari beberapa kenaikan proses kegiatan pembelajaran yang dicapai, maka
dapat dilihat keberhasilan hasil belajar pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel : 4. 11 Hasil Belajar dan Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No
Kode Nomor Soal JumlahBenar
Nilai Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas
43
2 A2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 40 Tak Tuntas3 A3 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 6 60 Tuntas4 A4 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 40 Tak Tuntas5 B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas6 B2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 50 Tak Tuntas7 B3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 80 Tuntas8 B4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70 Tuntas9 C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas10 C2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas11 C3 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 5 50 Tak Tuntas12 C4 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas13 D1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas14 D2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80 Tuntas15 D3 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 60 Tuntas16 D4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas17 E1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas18 E2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Tuntas19 E3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas20 E4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas21 F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas22 F2 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5 50 Tak Tuntas23 F3 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 5 50 Tak Tuntas24 G1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70 Tuntas25 G2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6 60 Tuntas26 G3 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 60 TuntasJumlah Salah Dan Rerata
0 4 3 3 5 9 8 8 16
16 72/188 72,30 76,92% Tuntas
Dari tabel 4.11 dapat dilihat siswa yang mencapai ketuntasan belajar
mencapai 76,92%. Walaupun belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%
siswa tuntas, namun terdapat kenaikan ketuntasan belajar dibandingkan dengan
siklus I yang baru mencapai 66,66%. Dengan demikian masih ada 23,08% atau 6
siswa yang belum tuntas. Untuk itu diperlukan remidial melalui bimbingan belajar
bagi keenam siswa tersebut. Dilihat dari materi soal nomor 9 dan 10, masih >50%
siswa belum berhasil menyelesaikan dengan benar. Maka diperlukan penjelasan
ulang atau remidial klasikal tentang soal nomor 9 dan 10.
Setelah seluruh kegiatan siklus II selesai maka dilanjutkan dengan
pertemuan tim peneliti untuk merefleksi kegiatan siklus II dan dipakai pedoman
44
untuk penyusunan rencana siklus III. Beberapa masukan yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Dari Pengamat I: untuk menghemat waktu pada saat pembelajaran klasikal
berpindah ke pembelajaran kelompok, diperlukan penataan tempat duduk
secara kelompok.
2. Dari Pengamat II: Pada siklus III supaya tetap diusahakan alat peraga untuk
semua siswa agar kegiatan pembelajaran klasikal meningkat.
3. Peneliti berinisiatif untuk memberikan banyak latihan-latihan soal untuk
dikerjakan di rumah, karena materi pelajaran semakin sulit.
D. Aktifitas Pembelajaran Siklus III
Sebelum pelaksanaan siklus III peneliti mempersiapkan:
1. Alat peraga untuk peneliti sendiri yaitu beberapa balok, kubus, dan tabung
berasal dari bekas bungkus makanan kemas. Sedangkan untuk para siswa
adalah beberapa gambar jaring-jaring bangun ruang seperti: jaring-jaring
kubus, balok, silinder, limas, dan prisma segitiga.
2. Beberapa instrumen untuk observasi kegiatan pembelajaran klasikal,
kelompok, kuis, dan soal-soal tes untuk mengetahui hasil belajar.
3. Lembar kegiatan siswa baik kelompok, kuis, maupun pos tes.
Siklus III dimulai dengan diawali berdoa, membaca Teks
Pancasila, presensi. Kemudian guru membuka pelajaran dengan apersepsi
sebagai berikut: Anak-anak! Lebaran sudah dekat ibu Kalian tentu sudah
mulai belanja berbagai macam kue atau minuman untuk lebaran nanti. Bu
Guru juga membawa beberapa bungkus kue dan minuman. Coba siapa
45
yang tahu nama-nama bentuk bungkus ini? Hampir semua siswa
menjawab: balok, persegi, tabung. Guru mengambil kubus, lalu mengajak
para siswa untuk memeriksa bagaimana bentuk dan ukuran sisi-sisi kubus
dan berapa jumlahnya? Beberapa siswa menjawab: ada 6 sisi yang sama.
Kalau begitu bagaimana cara menghitung seluruh luas permukaan kubus
ini. Coba Kalian periksa beberapa jaring-jaring bangun ruang milik
Kalian! Cari yang merupakan jaring-jaring kubus. Setelah semua siswa
menemukan jaring-jaring kubus Guru mengajak para siswa untuk
memikirkan bagaimana cara menghitung luas jaring-jaring tersebut?
Kemudian Rani mengatakan sendiri ketika teman-temannya masih
berfikir, ” Caranya rusuk kali rusuk kali enam”. Guru menanyakan
”Mengapa kali enam?” Novia menjawab, ”Karena jumlah sisi kubus ada
enam”. Guru menjawab:” Bagus! Jadi untuk mencari luas permukaan
kubus adalah ...” Siswa serentak menjawa: ” Rusuk kali rusuk kali enam!”
Kegiatan dilanjutkan dengan guru mendemonstrasikan cara
menghitung luas permukaan luas kubus. Semua siswa mencatat di buku
tulis masing-masing. Begitu pula untuk menemukan luas permukaan
tabung dan bangun-bangun lainnya menggunakan prosedur di atas. Pada
saat pembelajaran klasikal muncul beberapa pertanyaan dari siswa anatar
lain:
1. Novia : ” Satuan luas untuk bangun ruang menggunakan persegi apa
kubik?” Guru mengembalikan kepada siswa, siapa yang dapat
menjawab pertanyaan Novia? Karena tidak ada yang menjawab, maka
46
guru menjawab: ” Tetap menggunakan persegi karena satuan luas
bukan satuan isi atau volum”.
2. Yulio: ” Rumus luas limas segitiga mengapa dikalikan 4?” Guru
kembali bertanya kepada semua siswa mengapa dikalikan 4? ”
Beberapa siswa menjawab:” Karena terdiri dari 4 segitiga yang sama.”
3. Wulan: ” Bagaimana caranya mencari luas lingkaran jika diketahui
diameter 7 cm?”. Guru menanyakan lagi kepada siswa, kemudian
sebagian siswa menjawab:”Harus dicari jari-jarinya dengan cara
diameternya dibagi 2.” Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang
lainnya.
Untuk mengetahui hasil pengamatan kegiatan klasikal dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel : 4.12 Hasil Pengamatan Belajar Klasikal Siklus III
No. Nama Kegiatan Jumlah Siswa Aktif
Prosentase Keterangan
1.2.3.4.5.
MelihatMendengarMencatatBertanyaMenjawab
2626261022
10010010038,4684,61
Jumlah siswa 26Prosentase= jumlah yang melakukan : jumlah yang hadir x 100
Rerata : 423,07 : 5 = 84,61%
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari hasil pengamatan
pembelajaran klasikal siklus III telah berhasil mencapai rerata 84,61%.
Keberhasilan tersebut telah dapat memenuhi target yang ditentukan yaitu
60% -70% dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan
47
siklus I yang baru mencapai 54,22% dan siklus II telah mencapai 66,15%.
Hasil catatan bebas dari Pengamat II menjelaskan: ” Guru menerangkan
secara klasikal setelah itu muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa
sehingga terjadi timbal balik dalam proses pembelajaran. Karena adanya
alat peraga dan alat bantu belajar untuk siswa, maka yang biasanya tidak
aktif bertanya menjadi aktif bertanya dan mau berusaha menyelesaikan
tugasnya seperti siswa yang bernama: Adin, Brata, Rizal, Rico, Riki, dan
Andre. Peningkatan proses pembelajaran klasikal tersebut disebabkan
semakin banyaknya pertanyaan dari siswa dan peningkatan kegiatan
mencatat siswa, juga kegiatan menjawab. Ada 22 siswa yang aktif
menjawab pertanyaan guru tentang rumus-rumus luas lingkaran, balok,
dan kubus. Sedangkan ada beberapa siswa yang tidak ikut menjawab
antara lain: Adin memanggil-manggil temannya, Rangga dan Rizal
berbicara sendiri. Gejala negatif yang muncul perlu direfleksi dengan
bimbingan dan penyuluhan.
Sedangkan hasil pengamatan proses pembelajaran kelompok dapat
dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel : 4.13 Hasil Pengamatan Belajar Kelompok Siklus III
48
No Kegiatan Kelompok
Jumlah AnggotaJumlah/RerataA B C D E F G
1.
2.
3.
4.
Kerjasama
Berpendapat
Semangat
Hasil Kerja
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
3
3
3
3
3
26
24
26
26
Prosentase 93,75 100 100 100 100 91,66 100 97,91
Tabel di atas menunjukkan angka rerata dari belajar kelompok sebesar
97,91%. Sedangkan pada siklus II belajar kelompok telah menunjukkan rerata
92,85%. Maka terdapat peningkatan 5,06% dari siklus II. Peningkatan kegiatan
kelompok ini disebabkan karena hampir semua kelompok mencapai keaktifan
100% kecuali kelompok A dan F karena masing-masing kelompok tersebut ada
satu siswa yang kurang berpendapat dalam diskusi kelompok. Hasil observasi
tersebut telah mencapai jauh di atas target yang ditentukan.
Sedangkan untuk mengetahui hasil pengamatan kegiatan kuis dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel : 4. 14 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penanya Siklus III
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
49
1.2.3.4.5.6.7.
ABCDFGH
97,0598,52100
79,1497,0580,39100
Rerata 93,16
Tabel 4.14 menjelaskan hasil observasi kegiatan kelompok penanya
pada kegiatan kuis. Rerata yang diperoleh adalah 93,16%, berarti terjadi
peningkatan kegiatan dari siklus II yang baru mencapai 89,00%, sehingga
peningkatan yang terjadi adalah 4,16%. Tercapainya rerata 93,16% telah
memenuhi jauh di atas target yang ditentukan yaitu 70% - 80%. Untuk lebih
mengetahui kegiatan kuis seluruhnya dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel: 4.15 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelompok Penjawab Siklus III
No. Nama Kelompok Perolehan Nilai dalam Prosen
1.2.3.4.5.6.7.
IIIIIIIVVVIVII
10098,0710075
94,2389,7489,74
Rerata 92,39
Hasil pengamatan kelompok penjawab dapat diperoleh rerata sebesar
92,39%. Terjadi peningkatan 9,06% dari siklus II yang baru mencapai rerata
83,33%. Jika diambil rerata dari kegiatan kelompok penanya dan kelompok
penjawab, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
93,16 + 92,39 = 185, : 2 = 92,77% terdapat kenaikan dari siklus II ( 86,16%)
50
Pada saat kegiatan kuis semua aktif belajar dan melaksanakan
tugasnya sesuai ketentuan. Bahkan pada saat bel istirahat berbunyi para siswa
ingin tetap meneruskan kuis. Padahal biasanya meminta segera istirahat.”
Dari beberapa peningkatan proses pembelajaran tersebut, bagaimana
dampaknya terhadap hasil belajar?. Maka dapat dilihat hasil belajar siswa
pada siklus III sebagai berikut:
Tabel: 4.16 Hasil Belajar dan Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III
No Kode Nomor Soal JumlahBenar
Nilai Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas2 A2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 60 Tuntas3 A3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 Tuntas4 A4 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 60 Tuntas5 B1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas6 B2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 70 Tuntas7 B3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 Tuntas8 B4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas9 C1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Tuntas10 C2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 60 Tuntas11 C3 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 60 Tuntas12 C4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas13 D1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 70 Tuntas14 D2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 Tuntas15 D3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 Tuntas16 D4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas17 E1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas18 E2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas19 E3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas20 E4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas21 F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas22 F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Tuntas23 F3 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 6 60 Tuntas24 G1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas25 G2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Tuntas26 G3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6 60 TuntasJumlah Salah Dan Rerata
0 0 3 2 2 4 15
5 15
7 53/207 79,61 100% Tuntas
Tabel: 4.16 menunjukkan hasil belajar siswa yang mencapai rerata
79,61% dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian indikator
keberhasilan telah dicapai yaitu 100% siswa mengalami ketuntasan belajar.
Namun demikian masih ada dua soal yaitu soal nomor 7 dan nomor 9 masih
51
ada 15 siswa yang belum bisa menyelesaikan dengan benar. Karena ada >50%
siswa yang belum menguasai maka perlu ditindaklanjuti dengan penjelasan
ulang secara klasikal.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar harus melalui peningkatan
proses pembelajaran. Peningkatan proses pembelajaran dilakukan melalui
tindakan kelas dan saat ini lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto,
2006).
Setiap guru tidak pernah lepas dari permasalahan pembelajaran di
kelasnya. Untuk mengatasinya diperlukan ide-ide untuk mengatasinya. Namun
dalam menentukan suatu strategi pembelajaran guru perlu ingat pendapat yang
mengatakan bahwa, seseorang mampu mengingat 90% dari apa yang ia
lakukan (De Porter Bobbi, 2006). Jadi dalam menyusun strategi pembelajaran
guru harus berfikir apakah yang harus siswa lakukan agar mereka dapat
menguasai kompetensi dasar yang dikehendaki.
Dalam penelitian ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan siswa dan
bagaimana pengaruh kegiatan tersebut terhadap peningkatan proses
pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti
pembahasan berikut ini.
52
Penelitian ini berangkat dari permasalahan di kelas VIA SDN Sadang,
yaitu siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Matematika dan
berakibat hasil belajar tidak mencapai ketuntasan belajar. Kondisi awal hasil
belajar yang dicapai hanya 50% siswa yang tuntas mencapai nilai 60 - >60
dengan rerata 57,8. Setelah dilakukan tindakan oleh guru yang dilakukan oleh
siswa berupa belajar klasikal dan kelompok model kooperatif STAD yang
dilakukan melalui tiga siklus dan hasil pengamatan menunjukkan peningkatan
dari siklus ke siklus yang dapat ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Gambar: 4.1 Peningkatan Pembelajaran klasikal Siklus I, II, dan III
Gambar di atas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran
klasikal dari siklus I mencapai 54,22%, siklus II mencapai 66,15%, dan siklus
III mencapai 84,61%. Peningkatan tersebut menunjukkan peningkatan
semangat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Untuk
mengetahui gambaran peningkatan proses pembelajaran melalui Kooperatif
STAD dapat dilihat gambar grafik berikut ini:
Siklus I Siklus II Siklus III0
102030405060708090
54,22%
66,15%
PROSEN
84,61%
53
Gambar: 4.2 Peningkatan Pembelajaran Kooperatif STAD Siklus I, II, dan Siklus III
Gambar di atas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran
kooperatif STAD dari siklus I mencapai 91,66%, siklus II mencapai
92,85%, dan siklus III mencapai 97,91%. Peningkatan tersebut
menunjukkan peningkatan semangat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika. Dari dua gambar tersebut membuktikan bahwa
belajar klasikal dan Kooperatif STAD dapat meningkatkan proses
pembelajaran dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran Matematika. Maka dari rumusan masalah pertama yang
diajukan yaitu: Bagaimana pembelajaran model kooperatif STAD dapat
mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat ?
dapat terjawab dengan data di atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran dengan Model Kooperatif STAD dapat mendorong siswa
untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat.
Siklus I Siklus II Siklus III8889909192939495969798
Series1
PROSEN
91,66 %
92,85
97,91
54
Kemudian bagaimana pengaruh kegiatan kuis terhadap
peningkatan proses pembelajaran matematika tentang luas bangun, dapat
dilihat melalui gambar berikut ini:
Gambar: 4.3 Peningkatan Pembelajaran Melalui Kuis Siklus I, II, dan III
Gambar di atas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran
melalui kegiatan kuis dari siklus I mencapai 74,82%, siklus II mencapai
86,16%, dan siklus III mencapai 92,77%. Peningkatan tersebut
menunjukkan peningkatan semangat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika melalui kuis. Dari gambar grafik tersebut
membuktikan bahwa belajar melalui Kuis dapat meningkatkan proses
pembelajaran dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran Matematika. Maka dari rumusan masalah kedua yang
diajukan yaitu: Bagaimanakah bermain Kuis dapat mendorong siswa untuk
belajar tentang luas bangun lebih bersemangat ? dapat terjawab dengan data
Siklus I Siklus II Siklus III0
102030405060708090
100
Series1
PROSEN
74,82
86,1692,77
55
di atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar matematika dengan
Bermain Kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun
lebih bersemangat.
Dengan terjawabnya kedua rumusan masalah yang diajukan maka
kedua hipotesis tindakan yang diajukan pun dapat diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa baik secara teori maupun pengalaman di lapangan
belajar melalui Model Kooperatif STAD dan Permainan Kuis dapat
membantu memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika. Masalah
pembelajaran tersebut dapat berupa masalah hasil belajar menurun, motivasi
maupun semangat belajar yang kurang.
Sebagai dampak positif dari peningkatan proses pembelajaran,
adalah meningkatnya hasil belajar hingga mencapai ketuntasan belajar yang
diharapkan. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada gambar
grafik berikut ini:
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II Siklus III
RerataTuntas
PROSEN
56
Gambar: 4.4 Peningkatan Rerata & Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I, II, III
Grafik tersebut menunjukkan peningkatan rerata hasil belajar yang
diikuti oleh ketuntasan belajar. Siklus I dicapai rerata 65 dan siswa tuntas
belajar 66,66%, Siklus II dicapai rerata 72,3 dan siswa tuntas belajar 76,92%,
Siklus III dicapai rerata 79,61 dan siswa tuntas belajar 100%, Karena
ketuntasan belajar telah mencapai 100% mendapat nilai 60 - > 60 maka target
yang ditentukan telah dicapai.
Perkembangan kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dan
hasil belajar dalam penelitian tindakan kelas ini mulai dari siklus I sampai
dengan siklus III dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel: 4.17 Rekapitulasi Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar
No. Proses Pembelajaran/Hasil
Belajar
KondisiAwal
Kemajuan yang dicapai KenaikanSI-SII
SII-SIII**)Siklus
ISiklus
IISiklus
III
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II Siklus III
Rerata
Tuntas
57
1.
2.
3.
4.
5.
Klasikal
Kooperatif STAD
Kuis
Hasil Belajar(R*)
Ketuntasan Belajar
-
-
-
57,80
50%
54,22%
91,66%
74,82%
65,00
66,66%
66,15%
92,85%
86,16%
72,30
76,92%
84,61%
97,91%
92,77%
79,61
100%
11,93/18,46
1,19/5,06
11,34/6,61
7,2/7,3/7,31
16,66/10,26/23,08
Keterangan: *) Rerata **) Siklus I, Siklus II, Siklus III
Rekapitulasi peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar pada
tabel 4.17 dapat ditunjukkan kemajuan-kemajuan yang dicapai dari seluruh
kegiatan mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada pembelajaran
klasikal selain mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, kenaikan itu
sendiri juga mengalami peningkatan yaitu dari 11,93 menjadi 18,46. Begitu
juga pada kegiatan kelompok kooperatif STAD, dari kenaikan 1,19 menjadi
5,06.
Pembelajaran kuis mengalami peningkatan dari siklus ke siklus,
namun kenaikannya turun dari 11,34 menjadi 6,61. Hal ini terjadi mungkin
karena pelaksanaan penelitian ini pada saat siswa berpuasa bulan Romadlon,
sedangkan kuis banyak memerlukan kegiatan fisik, sehingga terjadi
penurunan.
Hasil belajar terjadi kenaikan dari siklus ke siklus dan terjadi
peningkatan kemajuan dari kondisi semula ke siklus I adalah 7,2, dari siklus I
ke siklus II 7,3 dan dari siklus II ke siklus III 7,31. Peningkatan kenaikan
memang sangat tipis, namun karena kompetensi dasar yang harus dicapai juga
semakin sulit maka terjadinya kenaikan tersebut juga cukup berarti.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil analisis data dan pembahasan dapat menunjukkan beberapa
kemajuan yang dicapai selama pembelajaran baik melalui pembelajaran
klasikal, model kooperatif STAD, bermain kuis, maupun hasil belajar. Maka
hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk
belajar tentang luas bangun lebih bersemangat, meningkatkan proses
pembelajaran, dan hasil belajar.
2. Bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun
menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan
hasil belajar.
Beberapa temuan lain yang diperoleh adalah munculnya kreatifitas
siswa dalam membuat soal dan jawabannya, banyaknya pertanyaan yang
diajukan siswa, adanya tanggung jawab menyelesaikan tugas, hilangnya
keluhan bosan, bahkan siswa lebih senang menyelesaikan tugas daripada
beristirahat.
Hasil penelitian tindakan kelas ini hanya berlaku pada kelas VIA
SDN Sadang Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dengan Kompetensi
Dasar tentang ”Luas Bangun Datar dan Ruang” pada Mata Pelajaran
Matematika.
58
59
B. Saran-saran
Berdasarkan beberapa kemajuan yang dicapai dan hasil simpulan
penelitian ini, maka perlu disampaikan beberapa saran yang berkaitan
dengan pemanfaatan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan
pembelajaran Model Kooperatif STAD dengan variasi KUIS. Beberapa sara
yang perlu disampaikan adalah:
1. Bagi teman-teman guru, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran
matematika yang cenderung tidak disukai oleh siswa , maka sebagai
alternatif penyelesaiannya adalah menerapkan model kooperatif STAD.
2. Juga untuk teman-teman guru, untuk menerapkan Strategi pembelajaran
kuis seperti pada penelitian ini diperlukan persiapan yang matang,
terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan
dari siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal
yang dibuat oleh temannya.
3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan
penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih
sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta
rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan kuis. Juga disarankan agar
tim pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti
tim pengamat sangat sibuk dalam menilai soal dan jawaban yang dibuat
siswa pada saat kegiatan kuis.
60
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,Suharsimi & Suharjono & Supardi. 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2001. Bahan Penataran ( Modul Metodologi Pendidikan Agama Islam) Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika untuk Tingkat Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan.
De Porter, Bobbi. 2001. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa.
Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Kelas VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo
Hasibuan & Mujiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Mohammad. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.
Nur, Mohammad. 2003. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pembelajaran sebagai Salah Satu Prasyarat Utama Pengimplementasian Kebijaka-kebijakan Inovatif Depdiknas dalam Merespon Tuntutan dan Tantangan Masa Depan. Makalah disajikan dalam Wisuda VII Pascasarjana Teknologi Pembelajaran Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 20 Desember 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Cemerlang.
Wardani, I.G.A.K. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.
Yuwono, Trisno & Abdullah Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Arkola.