3-5-2-PB

8
Pendahuluan Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguan pompa jantung dan berakhir pada kelemahan dan kematian sel-sel jantung. Penyakit Jantung Koroner (PJK) termasuk bagian penyakit kardiovaskular dan merupakan penyakit yang menjadi “wabah” di KESIAPAN PULANG PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER MELALUI PENERAPAN DISCHARGE PLANNING Aria Wahyuni 1,2* , Elly Nurrachmah 3 , Dewi Gayatri 3 1. STIKES Fort De Kock Bukittinggi Keperawatan Medikal Bedah, Bukittinggi 26181, Indonesia 2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email: [email protected] Abstrak Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner. Kata Kunci: discharge planning, kesiapan pulang, penyakit jantung koroner Abstract Coronary Heart Disease (CHD) is a form of blood vessel disorder that belongs to the category of coronary atherosclerosis. An unreadiness of patients with CHD to go home from the hospital will have an impact on readmission as a result of ineffective discharge planning program during hospitalized. The purpose of this study was to examine the effect of the implementation of discharge planning program on the readiness to be discharged from the hospital. A quasi experiment with non-equivalent post test only control group design was employed. The participant of the study was 32 respondents devided into control and intervention groups, each had 16 respondents who were taken from three hospitals in Bukittingi. The result showed that discharge planning program has significance influence on patient’s perception of their readiness to be discharged from the hospital, it consisting of personal status, knowledge, coping ability, and support (p= 0.001; α= 0.05). This study recommends that a good discharge planning program can be implemented to improve the quality of nursing care, to reduce the risk of readmission to the hospital and the quality of life of patients with coronary heart diseases. Keywords: coronary heart disease, discharge planning, readiness to be discharged dunia modern saat ini. Laporan World Health Organization (WHO) pada September 2009 menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian pertama saat ini (Yahya, 2010). Program discharge planning merupakan suatu proses mempersiapkan pasien untuk mendapatkan kontinuitas dalam perawatan dan mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungan keluarganya, proses tersebut dimulai sejak awal pasien datang ke sebuah tempat pelayanan kesehatan (Cawthorn, 2005).

description

DP PJK

Transcript of 3-5-2-PB

Page 1: 3-5-2-PB

Pendahuluan

Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguanpada pembuluh darah koroner berupa penyempitanatau penyumbatan yang dapat mengganggu prosestransportasi bahan-bahan energi tubuh, sehinggadapat mengakibatkan terjadi ketidakseimbanganantara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguanpompa jantung dan berakhir pada kelemahan dankematian sel-sel jantung. Penyakit Jantung Koroner(PJK) termasuk bagian penyakit kardiovaskulardan merupakan penyakit yang menjadi “wabah” di

KESIAPAN PULANG PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONERMELALUI PENERAPAN DISCHARGE PLANNING

Aria Wahyuni1,2*, Elly Nurrachmah3, Dewi Gayatri3

1. STIKES Fort De Kock Bukittinggi Keperawatan Medikal Bedah, Bukittinggi 26181, Indonesia2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: [email protected]

Abstrak

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegoriarterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat daripelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpenerapan discharge planning terhadap  kesiapan  pulang  pasien  penyakit  jantung  koroner.  Penelitian  ini  menggunakandesain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yangterbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi.Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantungkoroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian inimerekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitashidup pasien penyakit jantung koroner.

Kata Kunci: discharge planning, kesiapan pulang, penyakit jantung koroner

Abstract

Coronary Heart Disease (CHD) is a form of blood vessel disorder that belongs to the category of coronary atherosclerosis. Anunreadiness of patients with CHD to go home from the hospital will have an impact on readmission as a result of ineffectivedischarge planning program during hospitalized. The purpose of this study was to examine the effect of the implementation ofdischarge planning program on the readiness to be discharged from the hospital. A quasi experiment with non-equivalent posttest only control group design was employed. The participant of the study was 32 respondents devided into control andintervention groups, each had 16 respondents who were taken from three hospitals in Bukittingi. The result showed thatdischarge planning program has significance influence on patient’s perception of their readiness to be discharged from thehospital, it consisting of personal status, knowledge, coping ability, and support (p= 0.001; α= 0.05). This study recommendsthat a good discharge planning program can be implemented to improve the quality of nursing care, to reduce the risk ofreadmission to the hospital and the quality of life of patients with coronary heart diseases.

Keywords: coronary heart disease, discharge planning, readiness to be discharged

dunia modern saat ini. Laporan World HealthOrganization (WHO) pada September 2009menyebutkan bahwa penyakit jantung koronermerupakan penyebab kematian pertama saat ini(Yahya, 2010).

Program discharge planning merupakan suatuproses mempersiapkan pasien untuk mendapatkankontinuitas dalam perawatan dan mempertahankanderajat kesehatannya sampai pasien merasa siapuntuk kembali ke lingkungan keluarganya, prosestersebut dimulai sejak awal pasien datang ke sebuahtempat pelayanan kesehatan (Cawthorn, 2005).

Page 2: 3-5-2-PB

Program discharge planning yang diberikan sejakpasien masuk rumah sakit dapat meningkatkanperkembangan kondisi kesehatan dan membantupasien mencapai kualitas hidup optimum sebelumdipulangkan. Ketidaktahuan atau ketidakmampuanpasien dan keluarga mengenai cara perawatan dirumah berdampak pada masalah kesehatan atauketidaksiapan pasien menghadapi pemulangansetelah pasien dirawat di rumah sakit. Hal tersebutmenyebabkan risiko peningkatan komplikasi danberakibat kepada hospitalisasi ulang (Potter &Perry, 2006).

Data yang ada saat ini di ketiga rumah sakit diKota Bukittinggi pada 2010 bahwa terdapat 10%pasien PJK yang dirawat mengalami rawatan ulang.Diperkirakan bahwa salah satu penyebab terjadinyarawatan ulang yaitu kemungkinan ketidaksiapanpasien pulang ke rumah dengan rata-rata rentangpasien PJK yang mengalami rawatan ulang darirawatan sebelumnya tiga sampai enam bulan.

Mengingat penerapan program discharge planningmerupakan hal yang penting untuk meningkatkankualitas hidup pasien sebelum pulang dan untukmempersiapkan pasien pulang serta meningkatkankeselamatan pasien. Maka peneliti melakukanpenelitian tentang “Pengaruh Penerapan DischargePlanning terhadap Kesiapan Pulang Pasien PJKdi Rumah Sakit Kota Bukittinggi”. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapanprogram discharge planning terhadap kesiapanpulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiristatus personal, pengetahuan, kemampuan koping,dan dukungan.

Metode

Penelitian menggunakan desain quasi experimentdengan pendekatan non-equivalent post-test onlycontrol group design, dengan jumlah sampel 32orang yang terdiri masing-masing 16 orang untukkelompok kontrol dan intervensi. Adapun sampelyang dipilih memenuhi kriteria inklusi antara lainbersedia menjadi responden, pasien PJK yang barumasuk ruang perawatan (hari pertama dirawat),

kesadaran komposmentis dan dalam keadaantenang, tidak dimensia atau gangguan kognitif.Penelitian ini dilakukan di ruang ICCU/ICU, ruangrawat inap (ruang jantung dan ruang interna) di tigarumah sakit Kota Bukittinggi. Waktu pengumpulandata dilaksanakan pada November–Desember2011. Penelitian ini dilakukan dengan memeganglima prinsip etik yaitu self determination, privacyand anonymity, beneficience, maleficence, andjustice.

Discharge planning dilakukan selama tujuh haripasien dirawat di rumah sakit. Pada kelompokkontrol proses penelitian dengan memberikandischarge planning sesuai kondisi rumah sakitdari hari pertama sampai keenam. Pada hari keenamtersebut pasien diberikan leaflet tentang PJK padapasien, rerata 4 jam pasien sebelum dipulangkanpeneliti mengkaji kesiapan pulang pasien PJKdengan meminta pasien mengisi RHDS (Readinessfor Hospital Discharge Scala).

Pada kelompok intervensi discharge planningyang disusun peneliti dimulai pada hari pertamasampai hari ketujuh pasien dirawat; Hari pertama:pasien dan keluarga diorientasikan terlebih dahulu,membina hubungan saling percaya dan diberikanbuku pedoman PJK setelah itu rehabilitasi jantungtahap I pada hari pertama dimulai; Hari kedua:pengkajian kebutuhan persiapan pulang pasien,rehabilitasi jantung tahap I hari kedua; Hari ketiga:pemberian pendidikan kesehatan (anatomi danfisiologi jantung, dan penyakit jantung koroner),rehabilitasi jantung tahap I pada hari ketiga;Hari keempat: pemberian pendidikan kesehatan(pemeriksaan pada PJK, dan pengobatan PJK),rehabilitasi jantung tahap I pada hari keempat;Hari kelima: pemberian pendidikan kesehatan(modifikasi lingkungan), rehabilitasi jantungtahap I pada hari kelima diruang rawat inap;Hari keenam: pemberian pendidikan kesehatan(program rehabilitasi jantung dan tempat pelayanankesehatan jantung), rehabilitasi jantung tahapI pada hari keenam; Hari ketujuh, yaitu evaluasikeperawatan, rehabilitasi jantung tahap I hariketujuh, persiapan pulang pasien (obat-obatan,

152 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No.3, November 2012; hal 151-158

Page 3: 3-5-2-PB

daftar diet, jadwal kontrol), dilanjutkan denganpeneliti mengukur kesiapan pulang menggunakaninstrumen RHDS pada kelompok intervensi padaempat jam pasien sebelum dipulangkan. Padasaat empat jam pasien akan dipulangkan penelitimemberikan RHDS untuk mengukur kesiapanpulangnya, penelitian dimulai pada kelompokkontrol selanjutnya kelompok intervensi.

RHDS ini dikembangkan Weiss dan Piacentinepada 2006, digunakan untuk menilai kesiapanpulang pasien, dan pada penelitian ini penelitimemfokuskan pada kesiapan pulang pasien PJK.Jumlah item pertanyaan dari kesiapan pulangdalam RHDS yaitu 23 pertanyaan yang diukurmenggunakan skala 0-10 (0= tidak siap samasekali untuk pulang sampai 230= benar-benarsiap untuk pulang). Kesiapan pulang pada RHDSdibagi dalam empat komponen antara lain; statuspersonal, pengetahuan, kemampuan koping, dandukungan. Status personal jumlah item pertanyaanadalah 7 item (0= lemah sampai 70= sangat kuat),pengetahuan 7 item (0= tidak tahu sampai 7= sangattahu), kemampuan koping 4 item (0= tidak mampusampai 40 = sangat mampu), dan dukungan 5 item(0= tidak ada dukungan sampai 50= ada banyakdukungan).

Hasil

Hasil analisis univariat karakteristik pasien PJKdi tiga rumah sakit Kota Bukittinggi didapatkanrerata umur pada kelompok kontrol dan kelompokintervensi adalah 53,50 tahun (95% CI : 48,87;58,13), dengan standar deviasi 12,84 tahun, umurtermuda 24 tahun dan umur tertua 74 tahun. Ka-rakteristik responden berdasarkan proporsi jeniskelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-lakiyakni 20 orang (62,5%).

Proporsi status perkawinan menunjukkan bahwaresponden sebagian besar berstatus kawin yakni 30orang (93,8%), tingkat pendidikan diperoleh bahwasebagian besar berpendidikan lanjut 22 orang(68,8%). Proporsi banyaknya jumlah serangan PJKmenunjukkan sebagian besar memiliki jumlah

serangan PJK > 2 kali yakni 18 orang (56,2%)dijelaskan dalam tabel 1.

Hasil analisis rata-rata kesiapan pulang pasien PJKmeliputi status personal, pengetahuan, kemampuankoping, dan dukungan. Rata-rata kesiapan pulangkelompok kontrol adalah 100 dengan nilai terendah91 dan nilai tertinggi 106. Sedangkan rata-ratakesiapan pulang kelompok intervensi adalah208,31 dengan nilai terendah 197 dan nilai tertinggi217. Sehingga rata-rata kesiapan pulang kelompokintervensi lebih tinggi dua kali dengan kelompokkontrol atau dengan perbedaan rata-rata 108,31.

Rata-rata status personal kelompok kontrol adalah33,75, nilai terendah 30 dan tertinggi 36. Sedangrata-rata status personal kelompok intervensiadalah 63,88, nilai terendah 61 dan nilai tertinggi68. Sehingga rata-rata kesiapan pulang kelompokintervensi lebih tinggi 1,9 kali dengan kelompokkontrol atau dengan perbedaan rata-rata 30,13.

Rata-rata pengetahuan kelompok kontrol adalah10,81, nilai terendah 8 dan tertinggi 16. Sedangkanrata-rata kesiapan pulang kelompok intervensiadalah 64,88, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi70. Sehingga rata-rata pengetahuan kelompokintervensi lebih tinggi 6 kali dengan kelompokkontrol atau dengan perbedaan rata-rata 54,06.

Rata-rata kemampuan koping kelompok kontroladalah 22,38 dengan nilai terendah 19 dan nilaitertinggi 24. Sedangkan rata-rata kemampuankoping kelompok intervensi adalah 35,25 dengannilai terendah 32 dan nilai tertinggi 39. Sehinggarata-rata kemampuan koping kelompok intervensilebih tinggi 1,6 kali dengan kelompok kontrol ataudengan perbedaan rata-rata 12,88.

Rata-rata dukungan kelompok kontrol adalah 33,06dengan nilai terendah 22 dan nilai tertinggi 36.Sedangkan rata-rata dukungan kelompok intervensiadalah 44,31, nilai terendah 42 dan nilai tertinggi48 sehingga rata-rata kesiapan pulang kelompokintervensi lebih tinggi 1,3 kali dengan kelompokkontrol atau dengan perbedaan rata-rata 11,25.

Kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner melalui penerapan Discharge Planning (Aria Wahyuni, Elly Nurrachmah, Dewi Gayatri) 153

Page 4: 3-5-2-PB

Hasil analisa lebih lanjut terhadap kesiapan pulangdidapatkan bahwa ada perbedaan yang bermaknakesiapan pulang pasien PJK terdiri dari statuspersonal, pengetahuan, kemampuan koping, dandukungan  (p=  0,001;  α= 0,05) yang dijelaskandalam tabel 2.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatpengaruh penerapan discharge planning terhadapkesiapan pulang pasien PJK di rumah sakit KotaBukittinggi. Pasien PJK mengalami penurunanfungsi jantung akibat dari suplai dan kebutuhan

oksigen yang tidak seimbang sehingga pasienmengalami ketidakmampuan memenuhi kebutuhanperawatan dirinya sendiri secara mandiri dalamsemua aspek kebutuhan meliputi biopsikososial(Hasymi, 2009).

Dijelaskan oleh Orem (2001) dalam teori Self CareDefisit bahwa upaya keperawatan dalam memenuhikebutuhan individu dengan cara mengenal danmemenuhi kebutuhannya yaitu melalui supportingeducative nursing system. Sistem pendukungedukasi diberikan dalam bentuk arahan, yaitu untukmemenuhi kebutuhan diri dengan cara memberikandorongan secara fisik dan psikologis pada pasien,

Tabel 1. Karakteristik Responden

Variabel / Kelompok n Mean (Tahun) Median SD Min – Maks

95 % CI

Lower ; Upper

Umur Kontrol Intervensi Gabungan

16 16 32

52,44 54,66 53,50

53,00 55,00 54,00

16,13 8,84 12,84

24,00 – 74,00 36,00 – 70,00 24,00 – 74,00

43,84 ; 61,04 49,85 ; 55,27 48,87 ; 58,13

Variabel Kontrol (n=16)

Intervensi (n=16) Total

n % n % n %

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total Pendidikan SD SMP SMU PT / Akademik Total Status Perkawinan Tidak berstatus kawin Berstatus kawin Total Jumlah Serangan PJK 1 kali > 2 kali Total

5 11 16

3 2 8 3 16

1 15 16

8 8 16

31,2 68,8 100

18,75 12,50 50,0

18,75 100

6,2 93,8 100

50,0 50,0 100

7 9

16

1 4 9 2

16

1 15 16

6 10 16

43,8 56,2 100

6,25 25,0

56,25 12,50 100

6,2 93,8 100

37,5 62,5 100

12 20 32

4 6

17 5

32

2 30 32

14 18 32

37,5 62,5 100

12,5 18,8 53,1 15,6 100

6,2 93,8 100

43,8 56,2 100

154 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No.3, November 2012; hal 151-158

Page 5: 3-5-2-PB

serta mengajarkan pasien mengenai prosedurdan aspek-aspek tindakan agar pasien dapatmelakukan perawatan diri sendiri secara mandirisetelah kembali ke rumah. Discharge planningmerupakan salah satu upaya mempersiapkan ataumemandirikan pasien agar mampu melakukanperawatan terhadap diri sendiri mencapai kesiapanfisik, psikis, dan sosial (Potter & Perry, 2006).

Pasien pasca serangan jantung yang disiapkankepulangannya dengan diberikan konseling danpendidikan kesehatan serta berbagi pengalamanpenyakit yang diatur dalam bentuk grup konselingsaat awal di rumah sakit sampai pulang ternyataefektif meningkatkan kesiapan pulang pasiensecara fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Kesiapantersebut secara langsung meningkatkan kualitashidup pasien PJK karena pasien paska seranganjantung sering mengalami penurunan kualitas hidupdapat berdampak terhadap penurunan kesehatanjantung (Bagheri, Memarian, & Alhani, 2007).Berdasar penelitian tersebut, discharge planningyang terprogram dan terstruktur sangat efektifdigunakan untuk meningkatkan kesiapan pulangpasien dan kemandirian pasien dalam memenuhikebutuhan perawatan diri sendiri setelah pasiensampai di rumah. Kesiapan pulang tersebut terdiridari status personal, pengetahuan, kemampuankoping, dan dukungan.

Status Personal

Status personal yang dirasakan oleh pasien diukurmeliputi keyakinan pasien untuk pulang, kesiapanfisik, nyeri, kekuatan, energi, kesiapan emosional,dan stres. Program discharge planning jugaterdapat tentang rehabilitasi jantung fase satu yaituadanya pemberian pendidikan kesehatan PJKtermasuk konseling, pengaturan diet, modifikasifaktor resiko, dan manajemen stres ditambahdengan latihan fisik. Rehabilitasi jantung terutamalatihan fisik pada pasien PJK akan membantumenurunkan kadar total kolesterol dan LDLkolesterol penyebab utama terjadinya PJK.

Penurunan kolesterol membantu untuk mengurangipenyumbatan arteri koroner, dimana penyumbatan

yang berkurang tersebut dapat menyebabkan suplaioksigen menjadi adekuat. Kemudian, dilanjutkandengan pengurangan kerusakan sel otot jantungyang mengakibatkan nyeri dada berkurang, suplaioksigen ke jaringan jadi adekuat juga. Kelelahandan kelemahan yang terasa berubah jadi bertenagadan lebih berenergi. Dengan demikian, rehabilitasijantung fase satu diyakini dapat mengurangi nyeri,menjadi bertenaga dan benergi, dan mempengaruhikesiapan fisik dan kesiapan pulang pasien (Yahya,2010).

Pengaruh dari rehabilitasi jantung tidak hanyamengurangi gejala fisik melainkan mempengaruhipengurangan gejala secara psikososial seperticemas dan stres akibat dari serangan PJK. Latihanfisik dapat meningkatkan tonus otot, mengurangiketegangan, meningkatkan relaksasi, mengurangirisiko penyakit kardiovaskuler, serta meningkatkanfungsi kardiovaskuler. Latihan fisik yang dilakukansecara efektif dapat meningkatkan pelepasan opioidendogen yang menciptakan perasaan sejahterauntuk mengurangi rasa cemas dan stres (Potter &Perry, 2005).

Pengetahuan

Khan, et al. (2006) mengemukakan bahwa pasienyang mengalami serangan jantung sebagian besarkurang pengetahuan tentang gejala akan terjadinyaserangan jantung, nyeri dada, palpitasi, diaforesisdengan angka statistik sebesar 63% dari 720 orangsehingga terlambat dibawa ke rumah sakit sampaimenyebabkan kematian mendadak. Khan, et al.(2006) juga melakukan penelitian terjadinya PJKakibat ketidaktahuan pasien tentang faktor resikopenyebab terjadinya PJK didapatkan 68% pasienmemiliki pengetahuan yang rendah. Saran darikedua hasil penelitian ini, Khan, et al. menyarankanbahwa agar pasien diberikan pengetahuan tentangPJK.

Discharge planning merupakan stimulus yangdiberikan melalui media yang melibatkan indrapenglihatan dan pendengaran setelah itu stimulusditransfer kedalam otak untuk melakukan prosesberfikir dan mempertimbangkan terhadap stimulus.

Kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner melalui penerapan Discharge Planning (Aria Wahyuni, Elly Nurrachmah, Dewi Gayatri) 155

Page 6: 3-5-2-PB

Stimulus yang diterima kemudian dicoba untukdilakukan sehingga timbul keyakinan terjadinyakemandirian dalam merawat diri dan kesiapanuntuk mencegah terjadinya kekambuhan.

Kemampuan Koping

Kondisi psikologis pasien setelah mendapatkanserangan jantung atau menderita PJK seringmengalami kecemasan, khawatir, ketidakpastiandan ambigu, takut akan timbul serangan jantunglagi, dan kerusakan kesehatan, serta kebosanan.Kecemasan dan depresi mempengaruhi kualitashidup, kepatuhan, dan prognosis pasien PJK.

Sebanyak 10,8% pasien paska serangan jantungmengalami depresi namun gejalanya 40% sudahada, seperti khawatir dan cemas. Strategi kopingyang seharusnya digunakan pasien paska seranganjantung adalah konfrontasi, optimis, kemandirian.Akan tetapi, mekanisme koping yang paling seringdilakukan oleh kebanyakan pasien paska serangan

jantung adalah koping yang diekspresikan dengancemas dan depresi (Daly, et al., 2000).

Discharge planning merupakan strategi mekanismekoping dalam mempersiapkan pasien pulang kerumah dari rumah sakit dengan keadaan yang tidakmengalami kecemasan dan depresi paska seranganPJK sehingga pasien memiliki kemampuan kopingsetelah sampai di rumah. Menurut Potter dan Perry(2005), pemberian pengajaran dan pembelajaranterkait masalah koping adalah cara perawatan dirumah, yakni seperti obat-obatan, diet, aktifitas,rehabilitasi lanjutan, dan pencegahan komplikasi.

Dukungan

Intervensi keperawatan terkait kegiatan dischargeplanning diberikan dengan tujuan untuk membantumempersiapkan pasien dan keluarga merawatpasien serta pendukung yang lainnya hingga dapatmenunjang perbaikan di rumah sampai pasien dirumah (Bullecheck, Butcher, & Docterman, 2008).

Tabel 2. Perbedaan Kesiapan Pulang pada Pasien PJK antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

*Bermakna pada α= 0,05

156 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No.3, November 2012; hal 151-158

Variabel N Mean SD SE t Mean Diff 95 % p

Kesiapan Pulang Kontrol Intervensi Status Personal Kontrol Intervensi Pengetahuan Kontrol Intervensi Kemampuan Koping Kontrol Intervensi Dukungan Kontrol Intervensi

16 16

16 16

16 16

16 16

16 16

100,00 208,31

33,75 63,88

10,81 64,88

22,38 35,25

33,06 44,31

3,48 6,32

1,44 1,99

2,19 3,14

1,63 1,95

3,07 2,02

0,87 1,58

0,36 0,49

0,55 0,79

0,41 0,49

0,77 0,51

60,03

48,99

56,44

20,28

12,25

108,31

104,58 ; 112,04

30,13 28,87 ; 31,39

54,06 52,10 ; 56,03

12,88 11,58 ; 14,17

11,25 9,36 ; 13,14

0,001*

0,001*

0,001*

0,001*

0,001*

Page 7: 3-5-2-PB

Discharge planning yang diberikan dengan carakomprehensif dan ditambah dengan ada dukungansetelah pulang pada pasien jantung yang bermaknadapat mengurangi readmission dan meningkatkankesehatan seperti kelangsungan hidup dan kualitashidup (Phillips, et al., 2004).

Penyebab kematian pada paska serangan jantungtertinggi yaitu tingkat depresi dan kurang dukungansosial. Dukungan sosial dipercaya dalam kesiapanpulang yaitu dukungan instrumental dan emosional(Bomar, 2004; Kaakinen, Duff, Coehlo, & Hanson,2010). Adanya dukungan sosial terutama keluargaterhadap anggota keluarganya yang menderitaPJK sangatlah penting peranannya dalam prosespenyembuhan. Dalam menjalankan peran keluargamaka keluarga harus memahami tentang caramerawat pasien PJK.

Ketidaktahuan pihak keluarga akan mempengaruhiperubahan sistem keluarga yang dapat menghambatproses penyembuhan dan kemungkinan berdampaknegatif terhadap keutuhan rumah tangga (Moser& Riegel, 2008). Dukungan sosial yang diberikandengan cara sederhana dan mendasar yaitu melaluidukungan emosional dan intimasi. Dukungan yangdiberi dalam bentuk dukungan emosional berupapenghargaan, instrumental, informasi, dan jaringansosial serta dukungan kerabat atau teman. Sedangintimasi yang dimaksud merupakan intim secaraemosional, sosial, seksual, intelektual, dan rekreasi(Hasymi, 2009).

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,terutama pada proses penelitian yaitu periodememberikan program discharge planning lebihsingkat dari yang dianjurkan teori dimana untukmendapat perubahan perilaku yang memerlukanwaktu minimal 12 minggu. Disamping itu, selamaproses penelitian, kehadiran anggota keluarga yangsering berganti-ganti diduga kurang memberidukungan optimal pada pasien untuk melaksanakanprogram.

Implikasi hasil penelitian ini berdampak secaratidak langsung terhadap pemahaman perawat

mengenai discharge planning, yang memberikandampak terhadap pemahaman pada pasien sehinggapasien merasa nyaman, puas dan mempercepat harirawat inap pasien di rumah sakit serta mencegahterjadi readmission. Implikasi tersebut membantuteraplikasinya peran perawat.

Implikasi lain adalah dengan menjadikan salahsatu model atau asuhan keperawatan pelayanankeperawatan medikal bedah, sehingga perawatjuga dituntut mempunyai kemampuan melakukanskoring tingkat kesiapan pulang pasien. Penerapandischarge planning memberikan inspirasi baruterhadap penelitian yang terkait dengan penerapandischarge planning melalui teknologi yang canggihdan media pembelajaran yang up to date.

Kesimpulan

Penelitian ini memberikan gambaran karakteristikpasien PJK yang dirawat di Kota Bukittinggi yaiturerata berusia 53,50 tahun, jenis kelamin terbanyakadalah laki-laki dengan tingkat pendidikan SMU,status perkawinan yang paling terbanyak adalahberstatus kawin atau menikah, dan bila dilihat darijumlah serangan PJK paling banyak pasien PJKsudah mengalami serangan > 2 kali serangan.

Rata-rata kesiapan pulang yang dirasakan pasienPJK yang terdiri dari status personal, pengetahuan,kemampuan koping, dan dukungan lebih tinggipada kelompok intervensi dibandingkan dengankelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang bermakna antarakesiapan pulang pasien PJK yang terdiri dari statuspersonal, pengetahuan, kemampuan koping, dandukungan antara kelompok kontrol dan kelompokintervensi.

Mengingat penting dan bermanfaatnya penerapandischarge planning sebagai upaya peningkatankualitas asuhan keperawatan maka diharapkanpara perawat mampu untuk mensosialisasikandan melaksanakan discharge planning, membantudan menyusun Standard Operational Procedure(SOP) mengenai discharge planning rumah sakit,

Kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner melalui penerapan Discharge Planning (Aria Wahyuni, Elly Nurrachmah, Dewi Gayatri) 157

Page 8: 3-5-2-PB

membentuk tim discharge planner yaitu denganmemberdayakan perawat berpendidikan tinggi(Ners), menjadikan discharge planning sebagaiintervensi keperawatan, serta membentuk klubjantung sehat dengan membentuk peer educativeatau group counseling.

Untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengandischarge planning, perlu dikembangkan danditingkatkan lebih lanjut. Bagi institusi pendidikankeperawatan diharapkan memperkenalkan danmenjadikan discharge planning sebagai acuanmateri pokok di dalam kelas dan diharapkan dapatmenerapkan di lahan praktek atau di rumah sakitsaat melakukan praktek klinik (JH, ENR, TN).

ReferensiBagheri, H., Memarian, R., & Alhani, F. (2007).

Evaluation of the effect of group counsellingon post myocardial infarction patient: Determinedby an anlysis of quality of life. JournalOf Clinical Nursing, 16 (2), 402–406. Doi:10.1111/j.1365-2702.2005.01498.x

Bomar, P.J. (2004). Promoting health in families:Applying family research and theory to nursingpractice. Philadelphia: WB. Saunders Company.

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman,J.M. (2008). Nursing interventions classification(NIC) (5th Ed.). St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.

Cawthorn, L. (2005). Discharge planning underthe umbrella of advanced nursing practicecase manager. Canada: Longwoods Publishing.

Daly, J., Elliot, D., Cameron-Traub, E., Salamonson,Y., Davidson, P., Jackson, D., et al. (2000).Health status, perceptions of coping, and so-cial support immediately after discharge of sur-vivors of acute myocardial infarction. AmericanJournal Of Critical Care, 9 (1), 62–70.

Hasymi, Y. (2009). Pengaruh dukungan sosial keluargadan intimasi terhadap persepsi tingkat nyeripada pasien miokard infark di RSUD Dr. M.YunusBengkulu (Master tesis, tidak dipublikasikan).Program Pascasarjana Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia, Jakarta.

Kaakinen, J.R., Duff, V.G., Coehlo, D.P., & Hanson,S.M.H. (2010). Family health care nursing:Theory, practice, & research (4th Ed.).Philadephia: F.A Davis Company.

Khan, M.S., Jafary, F.H., Jafar, T.H., Faruqui, A.M.,Rasool, S.I., Hatcher, J., & Chaturvedi, N. (2006).Knowledge or modifiable risk factors of heartdiseases among patients with acute myocardialinfarction in Karachi, Pakistan: A cross sectionalstudy. Researcher Article, BMC CardiovascularDisorder, 6 (18). doi:10.1186/1471-2261-6-18.

Moser, D.K., & Riegel, B. (2008). Cardiac nursing:A companion braunwald’s heart disease.Philadelphia: Saunders Elsevier.

Orem, D.E. (2001). Nursing concepts of practice(6th Ed.). St. Louis, Missouri: Mosby.

Phillips, C.O., Wright, S.M., Kern, D.E., Singa,R.M., Shepperd S., & Rubin, H.R. (2004).Comprehensive discharge planning with post-discharge support for cardiac patient. JournalAmerican Medical Association, 291 (11),1358–1367. Doi:10.1001/jama.291.11.1358.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajarfundamental keperawatan: Konsep, proses,dan praktik (Edisi 4, Vol. 1). (Yasmin, dkk., AlihBahasa). Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Buku ajarfundamental keperawatan: Konsep, proses,dan praktik (Edisi 4, Vol 2). (Yasmin, dkk., AlihBahasa). Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Weiss, M., & Piacentine, L. (2006). Psychometricproperties of the readiness for hospital dischargescale. Journal of Nursing Measurement ,13 (3), 163–180.

Yahya, A.F. (2010). Menaklukkan PembunuhNo.1: Mencegah dan mengatasi penyakit jantungkoroner secara tepat dan cepat. Bandung: PT.Mizan Pustaka.

158 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No.3, November 2012; hal 151-158