2.Tinjauan Pustaka

64
TINJAUAN PUSTAKA Pemodelan Sistem Dinamik Pemodelan (modelling) dapat diartikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual (Eriyatno 1998). Istilah lainnya disebut tiruan model dunia nyata yang dibuat virtual (Sterman 2000). Bentuk yang berupa tiruan ini maka model tidak mesti harus sama persis dengan aslinya, minimal memiliki keserupaan. Model yang dibuat harus dilakukan analisis lebih lanjut. Pemodelan merupakan kumpulan aktivitas pembuatan model. Sebagai landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada tahap pemodelan, perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model- model secara terperinci. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah-peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat di antara peubah- peubah. Teknik kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam sebuah model (Dimyati 1987). Model juga dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis, model statis komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan fenomena kejadian

Transcript of 2.Tinjauan Pustaka

Page 1: 2.Tinjauan Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Sistem Dinamik

Pemodelan (modelling) dapat diartikan sebagai suatu perwakilan atau

abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual (Eriyatno 1998). Istilah lainnya

disebut tiruan model dunia nyata yang dibuat virtual (Sterman 2000). Bentuk yang

berupa tiruan ini maka model tidak mesti harus sama persis dengan aslinya,

minimal memiliki keserupaan. Model yang dibuat harus dilakukan analisis lebih

lanjut. Pemodelan merupakan kumpulan aktivitas pembuatan model. Sebagai

landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu

sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada

tahap pemodelan, perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model

secara terperinci. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah

guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah-

peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan

yang terdapat di antara peubah-peubah. Teknik kuantitatif seperti persamaan

regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam

sebuah model (Dimyati 1987).

Model juga dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis,

model statis komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan

fenomena kejadian pada saat ini. Model statis komparatif merupakan model yang

membandingkan beberapa fenomena dengan kejadian yang berbeda dalam suatu

waktu. Model dinamis merupakan model yang dapat dikembangkan untuk

menunjukkan perubahan over time permintaan dan pasokan. Model ini juga

merefleksikan perubahan melalui simulasi ataupun berdasarkan waktu real dan

menghitung komponen secara konstan dengan memasukkan beberapa alternatif

tindakan yang akan datang (McGarney dan Hannon 2004).

Proses pemodelan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Sterman

2000) :

1. Perumusan masalah dan pemilihan batasan dunia nyata. Tahap ini meliputi

kegiatan pemilihan tema yang akan dikaji, penentuan variabel kunci,

rencana waktu untuk mempertimbangkan masa depan yang jadi

Page 2: 2.Tinjauan Pustaka

pertimbangan serta seberapa jauh kejadian masa lalu untuk

mempertimbangkan masa depan yang jadi pertimbangan serta seberapa

jauh kejadian masa lalu dari akar masalah tersebut dan selanjutnya

mendefinisikan masalah dinamisnya

2. Formulasi hipotesis dinamis dengan menetapkan hipotesis berdasarkan

pada teori perilaku terhadap masalah dan bangun peta struktur kausal

melalui gambaran model mental pemodel dengan bantuan alat-alat seperti

Causal Loop Diagram (CLD) dan stock flow diagram.

Klasifikasi perbedaan model memberikan tambahan pendalaman sesuai

dengan tingkat kepentingannya, karena dapat dijelaskan dalam banyak cara.

Model dapat dikategorikan menurut fungsi, struktur, acuan waktu, dan

kepastiannya. Kategori umum adalah jenis model yang pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : (1) ikonik, (2) analog dan (3)

simbolik.

1. Model Ikonik

Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal baik dalam bentuk

ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai

karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan terutama amat sesuai

untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik dapat

berdimensi dua (foto, peta, cetak biru) atau tiga dimensi (prototip mesin, alat).

Apabila model berdimensi lebih dari tiga maka tidak mungkin lagi

dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik.

2. Model Analog (Model Diagramatik)

Model analog dapat mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan berubah

menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai daripada model ikonik karena

kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji.

Model analog banyak berkesusaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif

antara sifat dan klas-klas yang berbeda. Dengan melalui transformasi sifat

menjadi analognya, maka kemampuan membuat perubahan dapat

ditingkatkan. Contoh model analog ini adalah kurva permintaan, kurva

distribusi frekuensi pada statistik, dan diagram alir.

6

Page 3: 2.Tinjauan Pustaka

3. Model Simbolik (Model Matematik)

Pada hakekatnya, ilmu sistem memusatkan perhatian kepada model

simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang sedang dikaji. Format model

simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol, dan rumus. Jenis model simbolik

yang umum dipakai adalah suatu persamaan. Bentuk persamaan adalah tepat,

singkat, dan mudah dimengerti. Simbol persamaan tidak saja mudah

dimanipulasi daripada kata-kata, namun juga lebih cepat ditangkap

maksudnya.

Model yang dirancang dalam penelitian ini berupa model analog

berdasarkan kategori umum jenis model. Model ini dikategorikan analog karena

rancangan model ini mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan yang berubah

terhadap waktu yaitu di mana terdapat sistem boundary yang membatasi

pemasokan bahan baku dengan waktu panen.

Sistem yang telah diekspresikan pada notasi matematik dan format

bersamaan, timbullah keuntungan dari fasilitas manipulatif dari matematik.

Seorang analis dapat memasukkan nilai-nilai yang berbeda dalam model

matematik dan kemudian mempelajari perilaku dari sistem tersebut. Pada

pengkajian tertentu, sensitivitas dari sistem dilakukan dengan perubahan dari

input sistem itu sendiri. Bahasa simbolik ini juga membantu dalam komunikasi

karena pernyataan yang singkat dan jelas daripada deskripsi lisan.

Pemodelan diawali dengan menguraikan seluruh komponen yang akan

mempengaruhi efektivitas dari operasi suatu sistem. Setelah daftar komponen

tersebut lengkap, langkah selanjutnya adalah penyaringan komponen mana yang

akan dipakai dalam pengkajian tersebut. Hal ini umumnya sulit karena adanya

interaksi antar peubah yang seringkali mengaburkan proses isolasi satu peubah.

Peubah yang dipandang tidak penting ternyata mempengaruhi hasil studi setelah

proses pengkajian selesai. Hal ini dapat dihindari melalui percobaan pengujian

data guna memilih konponen kritis. Setelah itu, dibentuk gugus persamaan yang

dapat dievaluasi dengan mengubah-ubah komponen tertentu pada batas yang ada.

Tahap pemodelan pada pendekatan siatem lebih kompleks namun relatif

tidak banyak ragamnya ditinjau baik dari jenis sistem ataupun kecanggihan model.

Permodelan abstrak menerima input berupa alternatif sistem yang layak. Proses

7

Page 4: 2.Tinjauan Pustaka

ini membentuk dan mengimplementasikan model-model matematik yang

dimanfaatkan guna merancang program terpilih untuk dipraktekkan di dunia nyata

pada tahap berikutnya. Output utama dari tahap ini adalah deskripsi terperinci dari

keputusan yang diambil berupa perencanaan, pengendalian, dan kebijakan

lainnya.

Penyelesaian pemodelan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu

optimasi standar, meta-heuristik dan simulasi. Philport dan Everett (2001)

melakukan optimasi standar untuk menyelesaikan permasalahan rantai pasokan

dengan tujuan maksimisasi pendapatan dengan kendala-kendala kapasitas

produksi, bahan baku dan permintaan. Demikian halnya dengan Wouda et al.

(2002) menggunakan programa linier bulat campuran untuk masalah alokasi

lokasi. Model ini melibatkan banyak variabel, dan diselesaikan dengan program

linier umum dengan tujuan minimisasi biaya. Optimasi yang menggunakan meta-

heuristik dilakukan oleh Yandra et al. (2007) dengan mengembangkan model

obyektif majemuk dengan total biaya rantai pasok dan jumlah produk yang rusak.

Model programa matematis ini diselesaikan dengan menggunakan integrasi

algoritma genetika dan logika fuzzy. Penyelesaian model dengan teknik simulasi

dilakukan oleh Djohar et al. (2003) dalam manajemen rantai pasok untuk

agroindustri kelapa sawit kasar. Teknik-teknik yang digunakan untuk membangun

model yaitu regresi tunggal untuk pola pasokan tandan buah segar, metode rerata

bergerak untuk perkiraan permintaan minyak sawit kasar, dan selanjutnya

dirangkai dalam suatu model simulasi.

Model dinamis mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah model.

Model dinamik lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan

kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata. Pemilihan model tergantung

pada tujuan dari pengkajian sistem dan terlihat jelas pada formulasi permasalahan

pada tahap evaluasi kelayakan. Sifat model juga tergantung pada teknik

pemodelan yang dipakai. Model yang mendasarkan pada teknik peluang dan

memperhitungkan ketidakpastian disebut model probabilistik atau model

stokastik. Dalam mengkaji suatu sistem, model ini sering digunakan karena

perihal yang dikaji umumnya mengandung keputusan yang tidak tentu. Kebalikan

dari model ini adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang

8

Page 5: 2.Tinjauan Pustaka

kejadian atau dikenal dengan model deterministik. Contohnya adalah model pada

program linear. Model ini memusatkan penelaahannya pada faktor-faktor kritis

yang diasumsikan mempunyai nilai eksak dan tertentu pada waktu yang spesifik..

Metodologi dinamika sistem pada dasarnya menggunakan hubungan-

hubungan sebab-akibat (causal) dalam menyusun model suatu sistem yang

kompleks, sebagai dasar dalam mengenali dan memahami tingkah laku dinamis

sistem tersebut. Penggunaan metodologi dinamika sistem lebih ditekankan kepada

tujuan-tujuan peningkatan pengertian tentang bagaimana tingkah laku sistem

muncul dari strukturnya. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan

menggunakan metodologi dinamika sistem adalah masalah yang:

1. mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu)

2. struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan-balik

(feedback structure).

Menurut Sterman (2000) prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik dengan

ciri-ciri seperti yang diuraikan di atas adalah sebagai berikut:

1. keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus

dibedakan di dalam model;

2. adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat

direpresentasikan di dalam model;

3. aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus

dibedakan;

4. hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem

yang harus digunakan dalam pemodelan keputusannya;

5. struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah sesuai (cocok)

dengan praktek-praktek manajerial; dan

6. model harus dapat menyesuaikan dengan kondisi-kondisi ekstrim.

Menurut Sterman (2000) sejumlah pengujian tertentu perlu dilakukan

terhadap model agar dapat meningkatkan keyakinan pengguna terhadap

kemampuan model di dalam mengungkapkan sistem yang diwakilinya. Keyakinan

ini menjadi dasar bagi kesahihan model. Simulasi dapat dirancang apabila

kesahihan model telah dapat dicapai, simulasi selanjutnya dapat digunakan untuk

merancang kebijakan-kebijakan yang efektif.

9

Page 6: 2.Tinjauan Pustaka

Model dinamika sistem dibentuk karena adanya hubungan sebab-akibat

(causal) yang mempengaruhi struktur di dalamnya baik secara langsung antar dua

struktur, maupun akibat dari berbagai hubungan yang terjadi pada sejumlah

struktur, hingga membentuk umpan-balik (causal loop). Struktur umpan-balik ini

merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran

hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel yang melingkar secara tertutup.

Ada 2 macam hubungan kausal, yaitu

1. hubungan sebab-akibat positif; dan

2. hubungan sebab-akibat negatif.

Ada 2 macam umpan-balik, yaitu:

1. umpan-balik positif (growth)

2. umpan–balik negatif (goal seeking).

Representasi aktivitas dalam suatu lingkar umpan-balik, digunakan dua

jenis variabel utama yang disebut sebagai stok dan aliran (level and rate atau

dikenal juga dengan sebutan stock and flow). Stok menyatakan kondisi sistem

pada setiap saat. Dalam kerekayasaan (engineering) stok sistem lebih dikenal

sebagai state variable system. Stok merupakan akumulasi di dalam sistem.

Persamaan suatu variabel rate merupakan suatu struktur kebijaksanaan yang

menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada

informasi yang tersedia di dalam sistem. Aliran adalah satu-satunya variabel

dalam model yang dapat mempengaruhi stok.

Beberapa hal yang dapat melengkapi variable stock dan aliran, dalam

memodelkan dinamika sistem dikenal juga variable lain berupa auxilary,

konstanta (constant) dan tundaan (delay). Auxilary merupakan variabel yang bisa

berubah seiring dengan waktu, perubahannya dapat disebabkan atas hubungan-

hubungan sebab-akibat yang terjadi antara variabel dalam model atau pun akibat

variabel dari luar secara independen. Konstanta merupakan variabel dengan nilai

tetap yang tidak berubah sepanjang waktu. Sedangkan tundaan adalah variabel

waktu pada perilaku perubahan yang tidak serta-merta (tertunda) atas proses yang

terjadi dalam hubungan-hubungan antar struktur hingga mempengaruhi perilaku

model.

10

Page 7: 2.Tinjauan Pustaka

Pembuatan model dinamika sistem umumnya dilakukan dengan

menggunakan software yang memang dirancang khusus. Sofware tersebut seperti

Powersim, Vensim, Stella, dan Dynamo. Dengan software tersebut model dibuat

secara grafis dengan simbol-simbol atas variabel dan hubungannya. Namun

demikian tidak menutup kemungkinan sebuah software yang dapat mengolah

operasi matematis jenis spreadsheet seperti Microsoft Excel atau Lotus juga bisa

dimanfaatkan untuk kebutuhan pembuatan model dinamika sistem.

Sistem dinamik awalnya digunakan untuk mengkaji dinamika industri

oleh JW Forrester. Sistem dinamik ini merupakan pendekatan yang membantu

manajemen puncak dalam memecahkan permasalahan kecil dan dianggap sukar

untuk dipecahkan. Kebanyakan orang dalam menetapkan tujuan yang hendak

dicapai pada awalnya terlalu rendah. Hal yang diinginkan adalah sebuah

peningkatan peningkatan dengan sikap umum yang dilakukan dalam lingkungan

akademis, yaitu dengan menjelaskan perilakunya dan setelah itu menemukan

struktur dan kebijakan untuk hasil yang lebih baik (Sterman 2000).

Sistem dinamik merupakan suatu metodologi untuk mempelajari

permaslahan di sekitar yang melihat permaslahan secara keseluruhan (holistik).

Metodologi ini tidak seperti metodologi lain yang mengkaji permaslahan dengan

memilahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan saling membatasi.

Konsep utama sistem dinamik adalah pemahaman tentang bagaimana semua

obyek dalam suatu sistem saling berinteraksi satu dengan yang lain. Sistem

dinamik menurut masyarakat sistem dinamik (system dynamics society) adalah

metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks,

seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial lainnya.

Sterman (2000) mendefinisikan bahwa sistem dinamik adalah metode

untuk meningkatkan pembelajaran dalam sistem yang kompleks. Lebih lanjut,

metode ini diilustrasikan seperti sebuah simulasi dalam kokpit pesawat bagi

manajemen untuk memahami dalam belajar dinamika yang kompleks,

memamhami sumber resistensi (hambatan) dalam kebijakan dan merancang

kebijakan yang lebih efektif. Pemahaman kekompleksan tersebut maka sistem

dinamik didasarkan atas teori dinamika non linier dan kontrol umpan balik yang

dikembangkan dalam disiplin ilmu matematika, fisika dan kerekayasaan.

11

Page 8: 2.Tinjauan Pustaka

Sushil (1993) membuat keterpaduan antara teori-teori tersebut ke dalam

sebuah ilustrasi berupa bangunan metodologi. Bangunan metodologi sistem

dinamik ini terdiri atas tiga latar belakang disiplin ilmu manajerial tradisional,

sibernetika dan simulasi komputer. Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini

saling bersinergi dengan mengenyampingkan kelemahannya masing-masing

dalam memecahkan permasalahan secara holistik. Sistem dinamik merupakan

suatu metode pemodelan dengan simulasi komputer sebagai suatu alat yang

digunakan oleh para manager untuk menganalisis permasalahan yang kompleks.

Sistem dinamik adalah metodologi berfikir, metodologi untuk

mengabstraksikan suatu fenomena di dunia sebenarnya ke model yang lebih

eksplisit. Fenomena yang dimaksud meliputi dua hal yaitu struktur dan perilaku.

Struktur merupakan suatu unsur pembentuk fenomena. Pola yang mempengaruhi

keterkaitan antar unsur tersebut adalah (1) feedback (causal loop); (2) stock (level)

dan flow (rate); (3) delay; dan (4) nonlinearity. Perilaku (behaviour) adalah

perubahan suatu besaran/variabel dalam suatu kurun waktu tertentu, baik

kuantitatif maupun kualitatif atau catatan tentang magnitude (besar, nilai, angka)

sesuatu dalam suatu kurun waktu tertentu (pertumbuhan, penurunan, osilasi,

stagnan, atau kombinasinya). Pemahaman hubungan struktur dan perilaku sangat

diperlukan dalam mengenali suatu fenomena.

(1) Feedback (Causal Loop) atau Hubungan Causal.

Suatu struktur umpan–balik harus dibentuk karena adanya hubungan

kausal (sebab-akibat). Dengan perkataan lain, suatu struktur umpan-balik adalah

suatu causal loop (lingkar sebab-akibat). Struktur umpan-balik ini merupakan blok

pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup.

Lingkar umpan-balik (feedback loop) tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat

variabel-variabel yang melingkar, bukan manyatakan hubungan karena adanya

korelasi-korelasi statistik.

Hubungan sebab-akibat antar sepasang variabel harus dipandang bila

hubungan variabel lainnya terhadap variabel tersebut di dalam sistem dianggap

tidak ada. Sedangkan suatu korelasi statistik antara sepasang variabel diturunkan

dari data yang ada dalam keadaan variabel variabel tersebut mempunyai hubungan

dengan variabel lainnya di dalam sistem dan kesemuanya berubah secara

12

Page 9: 2.Tinjauan Pustaka

simultan. Rancangan causal-loop diagram (CLD) biasanya digunakan dalam

system thinking (berpikir sistemik) untuk mengilustrasikan hubungan cause-effect

(sebab-akibat). Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku

yang bervariasi dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem nyata.

(2) Stock (Level) dan Flow (Rate)

Dalam merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar umpan-balik,

digunakan dua jenis variabel yang disebut sebagai stock (level) dan flow (rate).

Level menyatakan kondisi sistem pada setiap saat. Dalam kerekayasaan

(engineering) level sistem lebih dikenal sebagai state variable system. Level

merupakan akumulasi di dalam sistem.

Persamaan suatu variabel rate merupakan suatu struktur kebijaksanaan yang

menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada

informasi yang tersedia di dalam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel dalam

model yang dapat mempengaruhi level.

(3) Delay (tunda)

Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya delay menghasilkan

sesuatu hal yang menarik pada perilaku kompleks sistem, ketika sistem tersebut

tidak memiliki feedback dan kompleksitas cause-effect yang terbatas.

(4) nonlinearity (non linearitas)

Pendekatan sistem dinamik merepresentasikan dinamika perubahan state

dari sistem dan menghasilkan isyarat-isyarat sebagai keluarannya. Isyarat-isyarat

ini diformulasikan ke dalam model keputusan dan kemudian bersama dengan

isyarat dari lingkungannya menjadi feedback bagi dinamika sistem itu sendiri.

Model secara prinsip masih dikatakan berbasis linear thinking di mana kausalitas

diasumsikan terjadi secara serial sehingga penyebab pertama dari rangkaian

sebab-akibat ini sering bukanlah sumber masalahnya.

Penggunaan pendekatan sistem dinamik maka keputusan-keputusan dan

kebijakan yang dibuat serta reaksi dari lingkungannya akan direpresentasikan ke

dalam causal-loop diagram, menggunakan stock-flow model sehingga akhirnya

dapat disimulasikan dengan komputer.

Suatu fenomena dinamis dimunculkan oleh adanya struktur fisik dan

struktur pembuatan keputusan yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk

13

Page 10: 2.Tinjauan Pustaka

oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan.

Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi (stok) dan

jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor (manusia) dalam sistem

yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya. Proses

pembuatan keputusan menyangkut fenomena-fenomena yang dinamis.

Metode sistem dinamik erat kaitannya tentang tendensi-tendensi dinamik

sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan

oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Penggunaan metodologi sistem

dinamik lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang

bagaimana tingkah laku muncul dari struktur dalam sistem tersebut. Pemahaman

ini sangat penting dalam perancangan kebijaksanaan yang efektif.

Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metodologi

sistem dinamik adalah masalah yang mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap

waktu); dan struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur

umpan- balik (feedback structure). Penggunaan metodologi sistem dinamik yang

dimodelkan adalah struktur informasi sistem yang didalamnya terdapat aktor-

aktor, sumber-sumber informasi, dan jaringan aliran informasi yang

menghubungkan keduanya. Analogi fisik dan matematik untuk struktur informasi

itu dapat dibuat dengan mudah. Sebagai suatu analogi fisik, sumber informasi

merupakan suatu tempat penyimpanan (storage), sedangkan keputusan merupakan

aliran yang masuk ke atau keluar dari tempat penyimpanan itu. Dalam analogi

matematik, sumber informasi dinyatakan sebagai variabel keadaan (state

variable), sedangkan keputusan merupakan turunan (derivative) variabel keadaan

tersebut.

Dengan demikian, model yang dibentuk untuk tujuan seperti di atas

haruslah memenuhi syarat-syarat berikut:

1. adanya efek suatu intervensi (kebijakan), dalam bentuk perilaku,

merupakan suatu kejadian berikutnya, maka untuk melacaknya unsur

(elemen) waktu perlu ada (dinamik);

2. Mampu mensimulasikan bermacam intervensi dan dapat memunculkan

perilaku sistem karena adanya intervensi tersebut;

14

Page 11: 2.Tinjauan Pustaka

3. Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang efeknya dapat

berbeda secara dramatik dalam jangka pendek dan jangka panjang

(kompleksitas dinamik);

4. Perilaku sistem di atas dapat merupakan perilaku yang pernah dialami dan

teramati (historis) ataupun perilaku yang belum pernah teramati (pernah

dialami tetapi tidak teramati atau belum pernah dialami tetapi

kemungkinan besar terjadi); dan

5. Mampu menjelaskan mengapa suatu perilaku tertentu (transisi yang sukar

misalnya) dapat terjadi.

Dalam hubungannya dengan kesahihan (validity) model, suatu model haruslah

sesuai (cocok) dengan kenyataan (realitas) empirik yang ada.

Metode ini menyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak

titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan pembandingan

yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak

tersebut haruslah membuat model menjadi robust.

Adapun prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik dengan ciri-ciri

seperti yang diuraikan di atas menurut Sterman (2000) adalah sebagai berikut:

1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus

dibedakan di dalam model;

2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat

direpresentasikan di dalam model;

3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus

dibedakan;

4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem

yang harus digunakan dalam pemodelan keputusannya;

5. Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah sesuai (cocok)

dengan praktek-praktek manajerial; dan

6. Model haruslah tetap tegap (robust) dalam kondisi-kondisi ekstrim.

Sistem dinamis merupakan suatu cara berpikir tentang sistem sebagai

jaringan yang saling behubungan yang mempengaruhi sejumlah komponen yang

telah ditetapkan dari waktu ke waktu. Simulasi merupakan prosedur kuantitatif

15

Page 12: 2.Tinjauan Pustaka

yang menggambarkan suatu proses dengan mengembangkan suatu model dan

menerapkan serangkaian uji coba terencana untuk memprediksikan tingkah laku

proses sepanjang waktu, sehingga analisis dapat dilakukan untuk sistem yang baru

tanpa harus membangunnya atau merubah sistem yang telah ada serta tidak perlu

menggangu operasi dari sistem tersebut. Pada umumnya simulasi digunakan untuk

model-model dinamis yang melibatkan periode waktu ganda (Randers 2000).

Pendekatan dalam Sistem Dinamik

Sistem dinamik adalah metodologi untuk rnemahami suatu masalah yang

kompleks. Metodologi ini dititikberatkan pada pengambilan kebijakan dan

bagaimana kebijakan tersebut menentukan tingkah. laku masalah-masalah yang

dapat dimodelkan oleh sistem secara dinamik (Richardson dan Pugh 1986).

Permasalahan dalam sistem dinamik dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh dari

luar namun dianggap disebabkan oleh struktur internal sistem. Tujuan metodologi

sistem dinamik berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan

pemahaman yang mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati 2002;

Muhammad; et a!. 2001). Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik adalah :

a. ldentifikasi dan definisi masalah

b. Konseptualisasi sistem

c. Formulasi model

d. Sirnulasi model

e. Verifikasi dan validasi model

f. Analisis kebijakan

g. Impiementasi kebijakan

Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik diawali dan diakhiri dengan

pemahaman sistem dan permasalahannya sehingga membentuk suatu lingkaran

tertutup.

Pemodelan merupakan merupakan alat bantu dalam pengambilan

keputusan. Model digambarkan sebagai suatu sistem yang dibatasi. Sistem yang

dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi semua konsep dan variabel yang

saling berhubungan dengan permaslahan dinamik yang ditentukan. Permasalahan

16

Page 13: 2.Tinjauan Pustaka

dalam sistem dinamik dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh dari luar, namun

dianggap disebabkan oleh struktur internal dari sistem. Tujuan metodologi sistem

dinamik berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan

pemahaman mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati 2002).

Proses pemodelan terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut (Sterman

2000):

1. Perumusan masalah dan pemilihan batassan dunia nyata. Tahap ini

meliputi kegiatan pemilihan tema yang akan dikaji, penentuan variabel

kunci, rencana waktu untuk mempertimbangkan masa depan yang jadi

pertimbangan serta seberapa jauh kejadian masa lalu dari akar masalah

tersebut dan selanjutnya mendefinisikan masalah dinamisnya.

2. Formulasi hipotesis dinamis dengan menetapkan hipotesis berdasarkan

pada teori perilaku tergadap masalahnya dan membangun peta struktur

kausal melalui gambaran model mental pemodel dengan bantuan alat-lat

seperti causal loop diagram. Stock flow diagram, dan alat bantu lainnya.

Model mental adalah asumsi yang sangat dalam melekat, umum atau

bahkan suatu gambaran dari bayangan atau citra yang berpengaruh pada

bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan

(Senge 1995).

3. Tahap formulasi model simulasi dengan membuat spesifikasi struktur,

aturan keputusan, estimasi parameter dan uji konsistensi dengan tujuan

dan batasan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Pengujian meliputi pengujian membandingkan dari model yang dijadikan

referensi, pengujian kehandalan (robustness) dan uji sensistivitas.

5. Evaluasi dan perancangan kebijakan berdasarkan skenario yang telah

diujicobakan dari hasil simulasi. Perancangan kebijakan

mempertimbangkan analisis dampak yang ditimbulkan, kehandalan model

pada skenario yang berbeda dengan tingkat ketidakpastian yang berbeda

pula serta keterkaitan antar kebijakan agar dapat bersinergi.

Tahapan-tahapan pemodelan :

1. mendefinisikan masalah dan tujuan model

2. Menentukan variabel tujuan

17

Page 14: 2.Tinjauan Pustaka

3. memilih variabel control

4. memilih parameter variabel kontrol

5. menguji model yang dihasilkan

6. melihat bagaimana model akan bekerja, memilih horizon waktu atau

perilaku dinamis dalam waktu

7. jalankan model

8. mengganti parameter dengan alasan ekstrim

9. membandingkan hasil dengan data eksperimen

10. Perbaiki model berdasarkan parameter yang ada

Simulasi dalam Sistem Dinamik

Analisis model sistem dinamis menggunakan analisis model simulasi.

Simulasi sebagai teknik penunjang keputusan dalam pemodelan, misalnya

pemecahan masalah bisnis secara ekonomis dan tepat menghadapi perhitungan

rumit dan data yang banyak. Simulasi adalah aktivitas di mana pengkaji dapat

menarik kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem melalui penelaahan

perilaku model yangs selaras, di mana hubungan sebab akibatnya sama dengan

atau seperti yang ada pada sistem sebenarnya (Eriyatno 1998).

Simulasi diartikan sebagai aktivitas di mana pengkaji dapat menarik

kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem, melalui penelaahan

perilaku model yang selaras, di mana hubungan sebab akibatnya sama dengan

atau seperti yang ada pada sistem sebenarnya (Eriyatno 1998). Alat yang

digunakan adalah stock flow diagram (SFD) sebagai konsep sentral dalam teori

sistem dinamik. Stock merupakan akumulasi atau pengumpulan dan karakteristik

keadaan sistem dan pembangkit informasi di mana aksi dan keputusan

didasarkan. Stock ini digabungkan dengan rate atau flow sebagai aliran informasi,

sehingga stock menjadi sumber ketidakseimbangan dinamik dalam sistem. Basis

penentuan nilai dari stock dan flow berdasarkan persamaan matematik integral

dan differensial.

Perilaku model sistem dinamis ditentukan oleh keunikan dari struktur

model, yang dapat dipahami dari hasil simulasi model. Dengan simulasi akan

didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem,

18

Page 15: 2.Tinjauan Pustaka

sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses

tersebut di masa depan. Simulasi dilakukan dengan memasukkan faktor

kebijakan/intervensi kebijakan (sesuai skenario yang diinginkan) kedalam model

yang telah dibangun. Perubahan kebijakan akan berpengaruh terhadap variabel

yang lain sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja sistem.

Kondisi ini merupakan gambaran tentang kondisi riil yang mungkin terjadi. Hasil

dari perubahan ini akan diamati pada tabel atau grafik variabel yang diinginkan.

Simulasi digunakan untuk membuat peramalan secara terintegrasi mengenai

fenomena perilaku sistem yang akan terjadi berdasarkan nilai-nilai peubah dari

model (Pramudya 1989).

Simulasi merupakan salah satu kegiatan dalam analisis sistem yang secara

garis besar meliputi tiga kegiatan:

1. Merumuskan model yang menggambarkan sistem dan proses yang terjadi di

dalamnya;

2. Melakukan eksperimen;

3. Menggunakan model dan data untuk memecahkan masalah.

Titik tolak pemodelan dengan simulasi adalah menyederhanakan sistem

nyata yang hanya memperhatikan beberapa bagian atau sifat utama yang memiliki

hubungan sebab akibat dari sistem sebenarnya. Definisi ini sejalan dengan

pemikiran Pegden (1991) dalam Suryadi dan Ramdhani (2002) yang

mendefinisikan simulasi sebagai proses desain model suatu sistem nyata dan

melakukan eksperimen terhadap model tersebut dengan tujuan untuk memahami

keadaan sistem dan atau mengevaluasi berbagai strategi operasi dalam sistem.

Emshorf dan Simon (1970) dalam Suryadi dan Ramdhani (2002) mendefinisikan

simulasi sebagai suatu model sistem di mana komponennya dipresentasikan oleh

proses-proses aritmatika dan logika yang dijalankan pada komputer untuk

memperkirakan sifat-sifat dinamis sistem tersebut. Simulasi menyangkut

pembangkitan proses serta pengamatan dari proses untuk menarik kesimpulan dari

sistem yang diwakili.

Simulasi juga merupakan prosedur kuantitatif yang menggambarkan suatu

proses dengan mengembangkan modelnya dan menerapkan serangkaian ujicoba

terencana untuk memprediksikan tingkah laku proses sepanjang waktu (Lari

19

Page 16: 2.Tinjauan Pustaka

2003). Menurut Gottfried (1984) simulasi adalah suatu aktivitas untuk menarik

perilaku suatu sistem dengan mempelajari perilaku model yang memiliki

kesamaan dengan sistem. Model Simulasi menurut Eppen dan Gould (1984)

adalah serangkaian operasi yang bersifat logis dan matematis yang dilengkapi

dengan ukuran ketepatan nilai-nilai parameter ataupun keputusan. Menurut

Borowski dan Borwein (1989) simulasi adalah teknik untuk membuat konstruksi

model matematika untuk suatu proses atau situasi dalam rangka menduga secara

karakteristik atau menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menggunakan

model yang diajukan.

Simulasi juga dilakukan dengan menggunakan bahasa program dalam

beberapa software program komputer yang dirancang untuk kebutuhan simulasi

seperti Dynamo, AutoMod II, ProModel, Simfactory II.5, Witness, XCELL+, -

Powersim, Stella dan lain-lain. Perangkat lunak dalam pemodelan sistem dinamik

tersebut merupakan alat bantu yang dapat memudahkan pemodel dalam

menerjemahkan bahasa causal loop diagram ke dalam stock flow diagram. Stock

flow diagram harus dilengkapi dengan persamaan matematika dan nilai awal

untuk aktivitas simulasi. Stock flow diagram sebagai konsep sentral dalam teori

sistem dinamik. Stock adalah akumulasi atas pengumpulan dan karakteristik

keadaan sistem dan pembangkit informasi di mana aksi keputusan didasarkan

padanya. Stock digabungkan dengan rate atau flow sebagai aliran informasi,

sehingga stock menjadi sumber ketidakseimbangan dinamis dalam sistem.

Perangkat pemodelan sistem dinamis juga dilengkapi berbagai kemudahan

seperti tampilan yang mudah dimengerti sehingga memudahkan pemodel bagi

pemodel taupun pemakai yang tidak mengerti secara teknis sekalipun. Stella yang

dipakai dalam penelitian ini merupakan suatu pernagkat lunak yang dibuat atas

dasar model sistem dinamis dengan kemampuan yang tinggi dalam melakukan

simulasi.

Rantai Pasokan

Rantai pasokan menurut Clark and Scarf (1960) dalam Lee and Wang

(1999) merupakan suatu rangkaian dari beberapa lokasi yang harus dilewati suatu

material sebelum pada akhirnya sampai kepada konsumen. Rantai pasokan ini

mencerminkan suatu sistem penyimpanan multi eselon dalam suatu rangkaian

20

Page 17: 2.Tinjauan Pustaka

kebijakan kontrol optimalnya dengan karakteristik tertentu. Menurut Simchi-Levi

et al. (2003), masalah kunci yang terkait dalam pengelolaan rantai pasokan terdiri

dari konfigurasi jaringan distribusi, pengendalian inventori, kontrak pemasokan,

strategi distribusi, integrasi rantai pasokan dan kemitraan strategis, strategi

perantaraan (procurement) dan outsourcing, desain produk, teknologi informasi

dan sistem penunjang keputusan serta penilaian pelanggan. Pengelolaan rantai

pasokan tidak hanya dilakukan agar seluruh bagian sistem memberikan kinerja

keseluruhan yang efektif, tetapi juga efisien.

Menurut Vorst (2004) rantai pasokan adalah jejaring fisik dan aktivitas

pengambilan keputusan yang terkait dengan aliran bahan dan informasi yang

melintasi batas-batas perusahaan. Menurut Vidal & Goetschalckx (1997),

rancangan rantai pasokan mengharuskan keputusan yang terkait dengan beberapa

hal, yaitu:

Jumlah, lokasi, kapasitas dan tipe pabrik dan gudang yang akan digunakan.

Kumpulan pemasok yang akan dipilih.

Saluran transportasi yang akan digunakan.

Jumlah bahan baku dan produk yang akan diproduksi dan pengiriman ke

sejumlah pemasok, pabrik, gudang dan pelanggan.

Jumlah bahan baku, produk lanjutan dan produk akhir yang perlu disimpan

sebagai persediaan di beberapa lokasi.

Istilah manajemen rantai pasokan dipopulerkan pertama kalinya pada

tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada

pasokan bahan baku. Pada tahun 1990-an isu manajemen rantai pasok telah

menjadi agenda para manajer sebagai kebijakan strategis perusahaan. Hal ini juga

didasari adanya kesadaran bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh

aliran barang dari pemasok hingga pengguna akhir. Ada beberapa tahapan yang

harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok bahan baku,

pabrik, distributor, retail dan konsumen akhir.

Menurut Watanabe (2001), manajemen rantai pasokan merupakan suatu

konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam

rantai pasokan melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan.

Menurut Kalakota (2000), manajemen rantai pasokan adalah sebuah ‘proses

21

Page 18: 2.Tinjauan Pustaka

payung’ di mana produk dibuat dan disampaikan kepada konsumen dari sudut

struktural. Suatu rantai pasokan merujuk kepada jaringan yang rumit dari

hubungan di mana organisasi mempertahankan dengan rekan bisnisnya untuk

mendapatkan sumber produksi dalam mendistribusikan kepada konsumen.

Menurut Chopra (2001), tujuan yang ingin dicapai dari setiap rantai pasokan

adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai

pasokan yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan

dari rantai pasokan tersebut.

Manajemen rantai pasokan tersebut pada hakekatnya merupakan

koordinasi rantai-rantai pasokan mulai dari proses produksi, pengolahan,

distribusi, pemasaran hingga konsumen akhir. Manajemen rantai pasokan merujuk

pada manajemen keseluruhan proses produksi, distribusi dan pemasaran di mana

konsumen dihadapkan pada produk-produk yang sesuai dengan keinginan dan

produsen dapat memproduksi produk-produk tersebut dengan jumlah, kualitas,

waktu dan lokasi yang tepat. Menurut Vidal & Goetschalckx (1997), rancangan

rantai pasokan mengharuskan keputusan yang terkait dengan lokasi, pemasok,

transportasi dan manajemen pasokan bahan baku. Berdasarkan hal ini maka

manajemen rantai pasok harus dapat mengintegrasikan aspek-aspek tersebut

dalam proses pengambilan keputusannya.

Tujuan pengelolaan rantai pasokan adalah memasok produk siap pakai

secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat biaya dan yang terpenting, tepat mutu,

dengan cara yang paling efisien. Manajemen rantai pasokan merupakan sebuah

pendekatan yang dipakai untuk mengintegrasikan aktivitas pemasok, penjual,

pengolah, pergudangan dan pengguna/konsumen agar produk dan jasa yang

dihasilkan dapat didistribusikan dengan jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat

dan pada tempat yang tepat dengan sasaran akhir meminimalkan keseluruhan

biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen.

Manajemen rantai pasokan berkaitan dengan siklus yang menyeluruh dari

bahan mentah dari para pemasok ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut

ke ditribusi sampai kepada konsumen. Hal penting yang menjadi dasar pemikiran

pada konsep ini adalah fokus pada pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan

nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Merupakan pengelolaan berbagai

22

Page 19: 2.Tinjauan Pustaka

kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan

transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk

jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem

distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara

tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan

supplier dan distributor. Oleh karena itu manajemen rantai pasokan antara lain

meliputi penetapan:

a. Pengangkutan.

b. Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)

c. Pemasok

d. Distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti bank

e. Hutang maupun piutang

f. Pergudangan

g. Pemenuhan pesanan

h. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian

persediaan.

Menurut Pujawan (2008) terdapat beberapa hal yang menjadi area cakupan

utama rantai pasokan yaitu :

1. pengembangan produk

2. pengadaan

3. perencanaan dan pengendalian

4. operasi/produksi

5. pengiriman/distribusi

Menurut Marshal Fisher dalam Pujawan (2008), kegiatan rantai pasokan

dibedakan menjadi dua yaitu: aktivitas fisik dan aktivitas mediasi pasar. Kegiatan

aktivitas fisik meliputi sourcing (mencari bahan baku), produksi, penyimpanan

material/produk, distribusi/transportasi, pengembalian produk (return). Aktivitas

mediasi pasar meliputi riset pasar, pengembangan produk, penetapan harga diskon

dan pelayanan purna jual.

Keunggulan kompetitif dengan adanya suatu manajemen rantai pasokan

adalah suatu aliran barang atau produk dalam rantai pasokan dapat dikelola.

Model dari rantai pasokan mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan

23

Page 20: 2.Tinjauan Pustaka

produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk

memenuhi tuntutan konsumen. Tujuan utama dari manajemen rantai pasokan

adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu untuk memuaskan

konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai

pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan

perencanaan dan distribusi.

Upaya untuk memperbaiki masalah-masalah tentang ketersediaan material

tersebut, dengan berdasarkan definisi di atas, dapat dievaluasi kembali dari semua

aktivitas pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dalam kegiatan operasional

sehari-hari dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah aktivitas pemasok, penjual, pengolah, pergudangan dan pengguna

sudah terintegrasi dengan baik?

2. Apakah produk dan jasa dapat sampai kepada pengguna dalam jumlah yang

tepat, pada waktu yang tepat, dan pada lokasi yang tepat?

3. Apakah biaya yang dikeluarkan sudah cukup efisien?

4. Apakah kualitas pelayanan terhadap pengguna sudah menjadi lebih baik

Gambar 1. Aliran Rantai Pasokan (Pujawan 2008)

Secara konseptual, representasi dari suatu jaringan logistik dalam rantai

pasokan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Aliran material dari supplier

hingga ke konsumen melibatkan beberapa bagian dalam suatu jaringan rantai

pasok dan harus dikelola secara optimal.

24

Pusat distribusi

Layanan konsumenKonsumen/ user

Distributor

Perencanaan Rantai pasokan

Pengolahan

Penggudangan/ distribusi

Pengiriman dan pelayanan pasar

PengolahanPenyimpanan

Page 21: 2.Tinjauan Pustaka

Gambar 2 Contoh Rantai Pasokan Logistik (Jain 2004)

Fungsi dari sistem pasokan bahan baku yaitu untuk mengirimkan material

dalam jumlah dan kualitas secara tepat untuk input fasilitas proses dalam waktu

dan pada biaya yang beralasan. Kebutuhan untuk fasilitas prosesing sesuai dengan

masing-masing dimensi yaitu kuantitas, kualitas, waktu dan biaya yang akan

ditentukan untuk bagian terpenting dalam suatu analisis yang berhubungan selama

pemasaran dan fase prosesing pada desain proyek (Brown, 1994).

Gambar 3 Jalur Rantai Pasokan Bahan Baku (Jain 2004)

Bahan baku suatu agroindustri dapat diperoleh melalui beberapa cara.

Alternatif dasar berupa membeli bahan baku langsung ataupun memproduksi

25

Pengolah Pengecer

Suppler

Customer

Jumlah produk (Yt) (Up-to-level)

Lead time(L)

Lead time(l)Lead Time

Pemasok konsumen

Lead Time

Permintaan (Dt)

Pesanan

Konsumen

Pusat pelayanan konsumen

Permintaan pengapalan

Pusat distribusi

Permintaan pengisian kembali

Pemasok

Page 22: 2.Tinjauan Pustaka

sendiri. Jika bahan baku tersebut dapat dibeli, apakah di pasar terbuka ataukah

melalui sistem kontrak dengan perjanjian pembelian sebelum transaksi penjualan

dilakukan. Masing-masing sistem ini dapat diterapkan masing-masing atau

kombinasi. Faktor prinsip untuk memutuskan pemilihan sistem pada pengadaan

ini adalah biaya, kontrol dan fleksibilitas. Alternatif tersebut memberikan

implikasi dengan memperhatikan biaya, kontrol dan fleksibilitas seperti pada tabel

di bawah ini :

Tabel 1 Implikasi Pemilihan Alternatif dalam Sistem Pasokan Bahan Baku

No Faktor Perusahaan memproduksi sendiri

Perusahaan membeli Bahan baku di bawah kontrak

Perusahaan membeli bahan Baku di Pasar terbuka

1 Biaya Biaya produksi penuh termasuk tanah, perbaikan, dan modal peralatan

Biaya administrasi kontrak Harga pembelian bahan baku

Penambahan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengatur tenaga kerja dan fungsi produksi

Risiko dari biaya yang tidak diperoleh kembali pada :- pengadaan dan distribusi input- tenaga ahli- pelayanan konsumen- tambahan biaya

2. Kontrol Pengendalian maksimum di atas fungsi produksi, dengan kendala sumberdaya yang dapat digunakan

Keadaan pertumbuhan bahan yang berlebihan atau input lain, husbandry, dan delivery

Tidak ada, atau melalui insentif lain

Maksimum eksposure dari resiko bencana alam

Pengurangan resiko jumlah, kualitas dan waktu pada pemasokan

3. Fleksibilitas Dibatasi oleh investasi dalam produksi

Perubahan dilakukan dalam jangka dan term kontrak

Sangat fleksibel

Sumber : (Pujawan, 2008)

Manajemen rantai pasokan membutuhkan pendekatan dan model

pengelolaan yang tangguh untuk bisa tetap bertahan dalam dunia bisnis. Oleh

sebab itu ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pengelolaan rantai

pasokan. Tantangan tersebut yaitu berupa kompleksitas struktur rantai pasokan

dan adanya ketidakpastian dalam rantai pasokan. Konflik antar bagian merupakan

suatu bentuk tantangan yang kompleks dalam mengelola rantai pasokan.

Ketidakpastian merupakan suatu sumber utama kesulitan pengelolaan dalam suatu

rantai pasokan. Berdasarkan sumber, terdapat tiga klasifikasi utama ketidakpastian

26

Page 23: 2.Tinjauan Pustaka

pada rantai pasokan yaitu berupa ketidakpastian permintaan, ketidakpastian

berasal dari pemasok, dan ketidak pastian internal. anajemen rantai suplai dapat

memberikan sebuah gambaran yang lengkap, dan berdasarkan data yang nyata dan

perbandingan berbagai situasi virtual agar pasokan berjalan wajar.

Optimasi secara keseluruhan kapasitas produksi dengan prinsip-prinsip

bisnis yang sehat dan rencana operasional untuk membuat perintah

memaksimalkan keuntungan dan memenuhi berbagai tingkat pelanggan, dengan

menjamin kepentingan strategis pelanggan dan mitra untuk memastikan

pertumbuhan yang berkelanjutan dari perusahaan. Manajemen rantai pasokan

dalam bisnis proses manufaktur dapat memilah agar dapat meningkatkan rantai

pasokan sesuai dengan efisiensi operasional secara keseluruhan dari prinsip

kesatuan operasi.

Verifikasi dan Validasi

Verifikasi model adalah pembuktian bahwa model komputer yang telah

disusun pada tahap sebelumnya mamapu melakukan simulasi dari model abstrak

yang dikaji (Eriyatno 1998). Dalam pengertian lain, verifikasi adalah sebuah

proses untuk meyakinkan bahwa program komputer yang dibuat beserta

penerapannya adalah benar. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh mana

program komputer yang dibuat telah menunjukkan perilaku dan respon yang

sesuai dengan tujuan dari model (Schlesinger et al. 1979 dalam Sargent 1998).

Validasi adalah upaya penyimpulan apakah model sistem tersebut

merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, sehingga dapat

menghasilkan kesimpulan yangmeyakinkan (Eriyatno 1998). Validasi juga

merupakan proses iteratif sebagai proses penyempurnaan model komputer

(Muhamadi et al. 2001, Eriyatno 1998). Validasi dalam pengertian yang lain

adalah substansi bahwa model yang dikomputerisasikan dalam lingkup

aplikasinya memiliki kisaran akurasi yang memuaskan dan konsisten dengan

maksud dari penerapan komputer (Schlesinger et al. 1979 dalam Sargent 1998).

Proses verifikasi dan validasi dilakukan dalam setiap tahapan proses pemodelan

yaitu berupa validasi terhadap model konseptual, verifikasi terhadap model

komputer dan validasi operasional serta validitas data.

27

Page 24: 2.Tinjauan Pustaka

Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi

dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika

kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi

di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut

digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta kecenderungan di

masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk

merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang.

Suatu model dikatakan valid jika struktur dasarnya dan polanya dapat

menggambarkan perilaku sistem nyata, atau dapat mewakili dengan cukup akurat,

data yang dikumpulkan sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat

berdasarkan referensi sesuai cara sistem nyata bekerja. Walaupun validasi suatu

sistem sangat dibatasi oleh mental model dari pemodel, namun demikian untuk

memenuhi kaidah keilmuan, pada suatu sistem dinamik tetap tetap harus

dilakukan uji validasi. Dalam pengujian validasi suatu model, saat ini terdapat

beberapa teknik.

Selain itu, validasi model ini dilakukan pula terhadap kinerja atau keluaran

model, yaitu membandingkan hasil keluaran model yang dirancang dan data

lapangan pada periode waktu selama 10 tahun. Validasi kinerja ini dapat

dilakukan dengan memverifikasi grafik keluaran model dan membandingkannya

dengan grafik kecenderungan (trend) perubahan dari data lapangan berdasarkan

suatu seri data, atau dengan memverifikasi data lapangan berdasarkan perhitungan

standar penyimpangan data (root mean square error) pada masing-masing level

keluaran model dengan tingkat perbedaan maksimal dari nilai rata-rata data

empirik sebesar 10% berdasarkan persamaan standar deviasi.

Model dinyatakan valid jika hasil pengujian (verifikasi) sesuai dengan data

lapangan. Hasilnya dianggap dapat digunakan untuk mensimulasikan atau

memproyeksikan keadaan perubahan yang diperkirakan terjadi untuk periode

selama 10 tahun ke depan. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah uji

keyakinan yang dipaparkan oleh R.G Coyle dalam System Dinamics Modeling: A

Practical Approach (1996):

28

Page 25: 2.Tinjauan Pustaka

1. Causal Loop diagram harus berhubungan dengan permasalahan,

2. Persamaan harus disesuaikan dengan causal loop diagram khususnya tanda +

atau – harus konsisten di antara persamaan dengan causal loop.

3. Dimensi dalam model harus valid,

4. Model tidak menghasilkan nilai yang tidak masuk akal, seperti stok negatif,

5. Perilaku model harus masuk akal, artinya apabila ada sesuatu yang seharusnya

terjadi, maka harus sesuai dengan apa yang diharapkan dari model tersebut,

6. Massa model harus balance, artinya total kuantitas yang telah masuk dan

keluar dari proses sistem tetap dapat dijelaskan.

Komoditas Kelapa dan Potensi Pengembangan

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) masih merupakan tanaman

perkebunan di Indonesia yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman kelapa

sawit. Tanaman ini diusahakan melalui perkebunan rakyat, perkebunan swasta

maupun perkebunan pemerintah. Luas areal kelapa ini terdiri atas kelapa varietas

Dalam dan Hibrida, dengan pemeliharaan intensif dapat mencapai produksi

masing-masing 2,5 ton kopra/ha/thn dan 4 ton kopra/ha/thn (Allolerung dan

Mahmud 2002).

Menurut Brotosunaryo (2003), potensi bahan baku ini harus

didayagunakan secara optimal, sehingga kelapa dapat terangkat menjadi

komoditas primadona dalam peningkatan nilai tambah bagi sekitar 16.32%

penduduk Indonesia yang masih tergantung pada komoditas kelapa.

Gambaran ringkas sebaran potensi kelapa Indonesia ini dapat dilihat pada

gambar 4 di bawah ini. Wilayah dengan luas areal penghasil kelapa dari yang

terluas berturut-turut Propinsi Riau, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Jawa Tengah,

Maluku Utara dan Jawa Barat. Wilayah dengan hasil produksi butir buah kelapa

berturut-turut dari yang terbanyak yaitu Propinsi Riau, Sulawesi Utara, Jawa

Timur, Maluku Utara dan Jawa Tengah.

29

Page 26: 2.Tinjauan Pustaka

Gambar 4 Sebaran Potensi Kelapa Indonesia (APCC 2007)

Wilayah-wilayah tersebut memiliki sejumlah industri dengan skala besar yang

mengolah buah kelapa menjadi produk olahan lain seperti minyak kelapa, nata de

coco, santan krim dan tepung kelapa. Lokasi beberapa industri dengan skala besar

tersebut dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini. Sebaran industri pengolahan

kelapa yang lain di Indonesia cukup merata di beberapa propinsi seperti tampak

pada tabel 2.

Gambar 5 Peta Penyebaran Industri Besar Pengolahan Kelapa

30

Riau PT. Pulau Sambu Jatim

PT. Ikan DorangPT. Vegetable Oil

Jabar & DKIPT. BarcoPT. PMK Mangga DuaPT. Airland Hilman Abadi

PT. Permata HijauPT. SorintaloPT. BimoliCV. Kairagi

LampungPT. Nimpindo Prima Coconut

PT Sari Segar Husada

Riau 547.479 Ha498.219 Ton

Jawa Timur 290.167 Ha241.074 TonDIY

44.285 Ha51.569 Ton

Maluku Utara209.870 Ha226.567 Ton

Sulawesi Utara 268.696 Ha250.934 Ton

Jawa Barat190.631 Ha165.117 Ton

Jawa Tengah244,357 Ha186,432 Ton

Page 27: 2.Tinjauan Pustaka

Tabel 2 Sebaran Lokasi Jenis Industri Pengolahan Kelapa Di Indonesia

No. Jenis Industri Pengolahan

Kelapa

Sebaran Lokasi

1. Kopra Berbagai propinsi di Indonesia

2. Gula kelapa (cetak dan

butiran)

Berbagai propinsi di Indonesia

3. Nata de coco Berbagai propinsi di Indonesia

4. Minyak kelapa mentah Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi

5. Minyak kelapa murni Pulau Sulawesi Jawa, Sumatera dan

Kalimantan

6. Minyak goreng Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara

7. Santan kelapa yang

dipasteurisasi dan kemasan

UHT

Jawa dan Sumatera

8. Produk kelapa kaleng Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi

9. Kelapa parut kering Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi Utara

10. Serat sabut kelapa Berbagai Propinsi

11. Serbuk sabut kelapa Berbagai Propinsi

12. Serbuk tempurung kelapa Berbagai propinsi

13. Arang tempurung kelapa Berbagai propinsi

14. Karbon aktif Sulawesi, Sumatera

15. Produk olahan kayu kelapa

(furnitures, handycrafts)

Berbagai propinsi

Sumber : Notowijoyo (2001)

Buah kelapa tersebut secara umum memiliki komposisi 35% sabut, 12%

tempurung, 28% daging biji dan 25% air kelapa. Komposisi ini sangat bervariasi

menurut jenis kelapa (Samosir 1992). Jenis tanaman kelapa pada awal mulanya

hanya dikenal dua varietas yaitu varietas dalam (tall variety) dan varietas genjah

(dwarf variety). Seiring dengan perkembangan pemuliaan tanaman, dikenal juga

varietas kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kelapa dalam dan kelapa

genjah (Palungkun 1993).

31

Page 28: 2.Tinjauan Pustaka

Ketiga varietas tersebut memiliki ciri karakteristik tersendiri. Ciri-ciri

secara garis besar tersebut nampak pada tabel 3 ini.

Tabel 3 Karakteristik Varietas Kelapa

Karakteristik Varietas Kelapa

Kelapa Dalam Kelapa Genjah Kelapa Hibrida

1.Batang Tinggi dan besar ramping Ramping dan pendek

2. Tinggi Rata-rata 15-18m

bahkan mencapai 30m

atau lebih

Mencapai 5 m atau

lebih

Mencapai 5 m

3. Umur mulai berbuah 6-7 tahun setelah tanam 3-4 tahun setelah tanam 4 tahun

4. Umur ekonomis Mencapai 90 - 100

tahun

Mencapai 50 tahun 35 tahun

5. Jumlah produksi

tandan

11 tandan/pohon/tahun 18 tandan/pohon/tahun 20 tandan/pohon/tahun

6.. Produktivitas 90 butir/pohon/tahun 100 butir/pohon/tahun 140 butir/pohon/tahun

7. Produksi kopra 1 ton kopra/Ha/tahun

pada umur 10 tahun

0.5 ton kopra/ha/tahun

pada umur 10 tahun

6-7 ton/ha/tahun pada

umur 10 tahun

Sumber : Data olahan dari Palungkun (1993) dan Litbang Deptan

Deskripsi beberapa jenis kelapa unggul yang ada di Indonesia menurut

Pulitbangbun (2005) yaitu sebagai berikut :

Tabel 4 Deskripsi Beberapa Jenis Kelapa Unggul di Indonesia

Jenis Kelapa Unggul

Morfologi Tanaman Produksi Kesesuaian Daerah

Kelapa dalam Mapanget

mulai berbuah umur 5 tahun; warna buah coklat kemerahan, merah kekuningan; bentuk buah bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata

Jumlah buah per pohon per tahun 90 butir; jumlah buah per hektar per tahun 12.870 butir; berat kopra per hektar per tahun 3,3 ton; kadar minyak 62,95%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan 2.500-3.500 mm/tahun)

Kelapa dalam Tenga

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; warna buah hijau, merah kekuningan, hijau kekuningan; bentuk buah bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir; jumlah buah per hektar per tahun 16.725 butir; berat kopra per hektar per tahun 3,0 ton; kadar minyak 69,31%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500 mm/tahun)

32

Page 29: 2.Tinjauan Pustaka

Jenis Kelapa Unggul

Morfologi Tanaman Produksi Kesesuaian Daerah

Kelapa dalam Palu

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; warna buah hijau, merah kecoklatan, hijau kekuningan; bentuk buah elips; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir; jumlah buah per hektar per tahun 10.725 butir; berat kopra per hektar per tahun 2,8 ton; kadar minyak 69,28%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <1.500 mm/tahun)

Kelapa dalam Bali

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; warna buah hijau, merah kekuningan, hijau kekuningan; bentuk buah hampir bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir; jumlah buah per hektar per tahun 10.725 butir; berat kopra per hektar per tahun 3,0 ton; kadar minyak 65,52%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500 mm/tahun)

Kelapa Genjah Salak

Mulai berbuah pada umur 2 tahun; warna buah hijau; bentuk buah lonjong.

Jumlah buah per pohon per tahun 80-120 butir; jumlah buah per hektar per tahun 20.500 butir; kadar gula air buah 1,7%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500 mm/tahun)

Kelapa Genjah Raja

Mulai berbuah pada umur 40 bulan; warna buah merah kecoklatan; bentuk buah bulat.

Jumlah buah per pohon per tahun 70-120 butir; jumlah buah per hektar per tahun 13.500 butir; kadar gula air buah 1,7%

sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500 mm/tahun)

Sumber : Puslitbangbun (2005)

Indonesia memang menempati urutan pertama dalam luas areal tanaman kelapa

dan total produksi dibandingkan dengan Philipina. Namun, dalam pemanfaatan

hasil tanaman kelapa, Indonesia masih kurang sebanding dengan Philipina.

Industri hilir di Philipina yang sudah mencapai pasar ekspor lebih dari 100 jenis,

sedangkan Indonesia baru mencapai kurang lebih 10 jenis.

Selama ini kelapa hanya dimanfaatkan dalam bentuk produk primernya,

baik kelapa segar maupun kopra untuk bahan baku minyak goreng.

Pengembangan menjadi produk hilir belum banyak dilakukan, demikian juga

pemanfaatan hasil sampingnya masih kurang. Oleh sebab itu wajar apabila peran

tanaman kelapa sebagai pendukung perekonomian belum optimal di beberapa

daerah di Indonesia.

33

Page 30: 2.Tinjauan Pustaka

Tabel 5 Perbandingan Kondisi Perkelapaan di Indonesia dan Philipina

Tahun 2006

No. Parameter Indonesia (ton)

Philipina (ton)

1 Luas area kelapa (Ha) 3.818.000 3.243.0002 Produksi kelapa (kesetaran kopra) 1.231.200 2.474.000

3 Perkiraan konsumsi domestik minyak kelapa 222.500 281.1004 Volume ekspor :

a. Buah kelapa segar 30.562 14.077b. Kopra 38.363 Tidak

dieksporc. Minyak kelapa 519.973 1.069.500d. Bungkil kopra 238.400 431.500e. Kelapa parut kering (Desiccated Coconut) 62.410 122.032f. Santan kelapa (bubuk) - 2.717 Santan kelapa (krim) 27.402 1.782g. Arang aktif 20.205 34.263h. Tempurung kelapa 656 26.620i. Serat sabut 3.450 4.967

Sumber : APCC (2007)

Tabel di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil dari tanaman kelapa

di Indonesia tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan negara lain. Semua

bagian dari tanaman kelapa dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat untuk

kehidupan manusia. Hal ini tercermin dari pohon industri kelapa seperti pada

gambar 6 di bawah.

Aneka produk olahan dapat dibuat dari bagian tanaman kelapa. Daging

buah kelapa merupakan sumber bahan pangan yang mudah dicerna. Buah yang

sudah mengandung kalori, lemak, vitamin A dan mencapai maksimal. Kandungan

zat daging kelapa ini dapat diolah menjadi produk kebutuhan rumah tangga

berupa bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan kelapa parut kering.

Minyak kelapa dapat diolah sehingga dapat menghasilkan bioenergi dan

produk-produk oleokimia seperti fatty alcohol, fatty acid dan methyl ester. Selain

itu juga dapat digunakan sebagai bahan untuk margarin, es krim, bahan pelumas,

kembang gula, shampoo, cuci, dan minyak rambut. Minyak kelapa kasar memiliki

keunggulan dibandingkan dengan CPO yang terletak dari hasil pemrosesan yaitu

oleokimia menjadi asam lemak (fatty acid), alkohol berlemak (fatty alkohol), dan

34

Page 31: 2.Tinjauan Pustaka

glicerin. Pada pembuatan alkohol berlemak misalnya kandungan rantai menengah

hydro carbon pada Crude Coconut Oil C-12 dan C-14 mencapai 54% sedangkan

Crude Palm Oil hanya mencapai 1%. Produk-produk inilah yang lebih lanjut akan

diolah oleh industri sabun, deterjen, farmasi, kosmetik dan tekstil.

Bunga kelapa (mayang), bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap

untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini digunakan sebagai bahan baku produk

antara lain gula kelapa, asam cuka, ragi, minuman beralkohol dan juga untuk

industri kerajinan hiasan dinding dan dekorasi. Pelepah kelapa dapat dibuat

sebagai industri kerajinan, seperti topi, kipas, gabus dan bahan bakar. Air kelapa,

selain dapat diminum langsung dapat diolah menjadi sirop, nata de coco, kecap,

minuman isotonik dan lain-lain.

Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan berbagai industri seperti arang dan

karbon yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas selain sebagai barang kerajinan,

alat rumah tangga dan barang-barang seni lainnya, seperti ikat pinggang, gelang,

sendok, asbak, kancing dan hiasan dinding. Sabut kelapa dapat dijadikan sebagai

bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan

lain-lain. Sabut gabus kelapa dapat dibuat pot bunga dan mulsa. Sabut berkaret

bisa dibuat batako, kasur, dan mebeler. Sabut kelapa juga dapat dibuat pupuk

dengan cara dibakar terlebih dahulu.

Akar kelapa telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku karya seni,

mebeler dan barang kerajinan. Akar kelapa ini juga dapat menghasilkan obat-

obatan dan zat warna. Batang kelapa yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan

bangunan, jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Daya tahan bahan

bangunan dari batang kelapa ini mencapai puluhan tahun. Batang kelapa juga

dapat digunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti gagang cangkul, patung,

tempat buah, asbak, hiasan dinding dan mebeler rumah tangga. Daun kelapa yang

muda biasanya untuk kemasan masakan tradisional (ketupat) atau hiasan janur.

Daun kelapa yang sudah tua dimanfaatkan sebagai atap, sapu lidi, tusuk sate dan

berbagai manfaat lainnya, seperti tikar, topi, janur, dan keranjang (Wagu 2007).

Industri pengolahan kelapa tersebut umumnya berupa industri pengolahan

tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan

dengan potensi yang tersedia. Produksi buah kelapa rata-rata dari 15,5 juta butir

35

Page 32: 2.Tinjauan Pustaka

per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air kelapa, 0,75

juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut dan 3,3 juta ton debu sabut.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa potensi ketersediaan bahan baku

untuk membangun industri masih sangat besar (Sudjarmoko 2007)

Sekitar 90% dari bahan baku daging kelapa digunakan untuk

menghasilkan minyak kelapa kasar/ crude coconut oil dan sisanya dibagi untuk

produk lainnya, namun kecenderungan tersebut semakin menurun, dan produk

lainnya semakin meningkat. Sesuai dengan dinamika pasar produk,

kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia turunan dari crude coconut

oil ini juga tampak semakin tinggi (Sudjarmoko 2007).

Produk-produk daging buah kelapa selain oleokimia, yang sangat

prospektif untuk berkembang adalah minyak kelapa murni, tepung kelapa, santan

kelapa, dan krim kelapa. Produk-produk turunan tempurung yang prospektif

untuk dikembangkan adalah karbon aktif dan tepung tempurung. Produk-produk

turunan dari sabut kelapa berupa serat sabut kelapa, debu sabut (Sudjarmoko

2007).

36

Page 33: 2.Tinjauan Pustaka

Gambar 6 Pohon Industri Kelapa (Allorerung 2005)

37

Page 34: 2.Tinjauan Pustaka

Agroindustri Kelapa Terpadu

Berdasarkan sistem pengolahan, pengolahan kelapa dapat dibagi dalam

dua sistem, yakni parsial dan terpadu. Pengolahan parsial merupakan cara

pengolahan dengan memanfaatkan sebagian atau salah satu dari komponen hasil

kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung, daging dan air kelapa dalam satu unit

proses, seperti pengolahan kopra, dan penyeratan sabut. Pengolahan terpadu

adalah cara pengolahan yang mendayagunakan seluruh komponen hasil kelapa

pada beberapa unit proses dalam satu unit pengolahan (Grimwood 1975). Unit

pengolahan kelapa terpadu dapat menerapkan pengolahan dengan cara kering atau

cara basah tergantung pada produk yang akan dihasilkan dan nilai manfaatnya

(Gonzales 1986).

Pengolahan kelapa terpadu akan meningkatkan nilai tambah komoditas

kelapa dan peningkatan harga kelapa butiran yang akan diterima petani (Nambiar

1984). Menurut Mulyadi et al. (1989), pengembangan pengolahan terpadu akan

lebih menguntungkan dibanding dengan pengolahan parsial antara lain: (a)

peningkatan efisiensi bahan baku, (b) perluasan lapangan kerja, (c) peningkatan

pendapatan petani, dan (d) pemantapan keterkaitan antar sektor industri,

pertanian, jasa dan sektor lainnya.

Konsep industri pengolahan kelapa terpadu merupakan konsep yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani, kesempatan kerja,

perdagangan dan pendapatan hasil samping juga untuk meningkatkan kemajuan

kawasan. Ada tiga faktor penting yang berpengaruh yaitu diversifikasi produk,

pemodalan dan pasar produk. Kendala yang umum adalah kurangnya pemodalan

dan kurangnya motivasi petani atau anggota kelompok tani untuk berkoperasi

(Notowijoyo 2001).

Menurut Basrah dalam Notowijoyo (2001), pemanfaatan maksimum

kelapa secara industri dapat dilakukan dengan pengembangan industri kecil dan

menengah di sentra industri kelapa. Industri pengolahan kelapa terpadu dapat

didirikan secara komplementer dengan usaha pengolahan kopra, minyak, atau

sabut kelapa yang telah ada atau membangun unit pengolahan kelapa terpadu yang

38

Page 35: 2.Tinjauan Pustaka

baru. Pelaksanaan dapat dilakukan dengan petani setempat secara berkoperasi atau

bermitra dengan pengusaha sebagai investor.

Berdasarkan skala produksi, produk yang dapat dipilih untuk dihasilkan pada

agroindustri kelapa terpadu tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 6 Skala Industri Beberapa Produk Olahan Kelapa

Jenis Industri Skala IndustriKecil Menengah/Besar1 2 3 4 5

A. Daging Kelapa1. Kopra V V V2. Minyak Kelentik V V3. Minyak mentah V V V4. Minyak dimurnikan V V5. Produk lemak dan derivatnya V V6. Santan Awet V V V7. Santan Serbuk V V8. Protein Kelapa V V9. Desiccated Coconut V V V10. Yoghurt Berbasis Kelapa V V V11. Minuman Skim Kelapa V V VB. Air Kelapa1. Nata de Coco V V V2. Cuka Air Kelapa V V V3. Kecap Air Kelapa V V4. Minuman Penyegar V VC. Nira kelapa1. Gula merah cetak V V2. Gula semut V V3. Cuka Nira V V4. Minuman Penyegar V VD. Tempurung Kelapa1. Arang V V2. Arang Aktif V V V3. Tepung Tempurung V V VE. Sabut Kelapa1. Coir fibre V V V2. Coir dust V V VF. Batang Kelapa1. Mebel V V V2. Kerajinan V V VSumber : Notowijoyo ( 2001)

Program agroindustri kelapa terpadu diharapkan dapat memberi manfaat antara

lain :

39

Page 36: 2.Tinjauan Pustaka

1. menambah keragaman produk industri yang dapat diperoleh di dalam negeri

2. menghasilkan sumber energi dan bahan mentah bernilai tinggi bagi sektor lain

3. meningkatkan devisa negara dengan adanya ekspor produk jadi dan setengah

jadi yang bernilai ekonomis tinggi

4. mengembangkan bahan baku lokal untuk substitusi impor

5. meningkatkan tenaga kerja produktif di sentra-sentra industri

6. meningkatkan peluang kerja tambahan dan pendapatan masyarakat pedesaan

7. meningkatkan pendapatan petani di pedesaan

8. memanfaatkan hasil samping yang sebelumnya tidak atau kurang

dimanfaatkan.

Agroindustri kelapa terpadu ini diharapkan dapat dilaksanakan melalui

integrasi kegiatan on-farm dan off-farm pada sentra-sentra produksi kelapa,

sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai tambah dan mengurangi resiko usaha.

Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan perkebunan yaitu untuk

meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing perkebunan,

kemampuan sumber daya manusia perkebunan, pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat perkebunan, penerimaan dan devisa negara dari sub sektor

perkebunan, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan pasokan bahan baku industri

dalam negeri, dukungan penyediaan pangan, dukungan penyediaan substitusi

energi (biofuel), dukungan pengembangan wilayah dan optimalisasi pengelolaan

sumberdaya secara arif dan berkelanjutan (Ditjenbun 2006).

Sasaran pengembangan kelapa terpadu di Indonesia pada 20 sentra

produksi kelapa. Sasaran pada tahun 2007 diarahkan untuk mendukung

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan melalui

peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, yang

tercermin diantaranya dengan indikator berupa pengembangan agroindustri

pedesaan pengembangan kelapa terpadu (on-farm dan off-farm) di Riau, Banten,

Kalbar, Sulut, Sulsel dan Sulbar.

40

Page 37: 2.Tinjauan Pustaka

Ulasan Penelitian Terdahulu

Ada beberapa ranah penelitian yang mendasari penelitian ini yaitu ranah

penelitian kelapa dan agroindustri kelapa, ranah penelitian rantai pasokan dan

ranah penelitian optimasi dengan simulasi. Beberapa penelitian terdahulu ini

cukup untuk mendasari penelitian yang berkaitan dengan rancang bangun model

rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini. Penelitian kelapa dan

agroindustri kelapa sudah banyak dilakukan, namun belum ada yang spesifik

merancang model rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu dengan

optimasi melalui simulasi.

Kustanto (1999) melakukan penelitian untuk membantu pengambilan

keputusan dalam perencanaan pengembangan agroindustri komoditas unggulan

pada kawasan andalan yang merupakan studi kasus di Kabupaten Ciamis dengan

menghasilkan program Agrodev.

Rukmayadi (2002) melakukan penelitian yang menghasilkan model SPK

untuk pemilihan daerah potensial, pemilihan produk prospektif, analisa kelayakan

finansial dan Fuzzy interpretative structural, serta strategi pengembangan

agroindustri kelapa dengan studi kasus di Kabupaten Ciamis.

Rinaldi (2008) melakukan penelitian untuk membuat model rantai

kegiatan dari industri kelapa. Model ini mengkaji rantai kegiatan dari agroindustri

kelapa, nilai tambah yang dihasilkan oleh rantai kegiatan agroindustri kelapa.

Pendekatan yang dilakukan berdasarkan analisis rantai kegiatan agroindustri

kelapa, maksimisasi nilai tambah dan penggunaan metoda linier programming

untuk optimasi.

Hani (2007), melakukan analisis terhadap pengelolaan dan efisiensi rantai

pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan melihat

jaringan konfigurasi logistik, pengendalian inventori, integrasi rantai pasokan dan

efisiensi rantai pasokan pada sebagian level anggota rantai pasokan. Analisis yang

dilakukan bersifat deskriptif yang menggambarkan keadaan pasar dan aliran rantai

pasokan kelapa. Analisis efisiensi diukur dengan membandingkan biaya total

transportasi berdasarkan alokasi optimal. Penentuan alokasi kebutuhan yang

optimal dilakukan dengan mengembangkan model transportasi dengan teknik

41

Page 38: 2.Tinjauan Pustaka

optimasi program linier. Analisis rantai pasokan hanya dilakukan terbatas pada

pasokan buah kelapa di pasar di wilayah Kotamadya Bogor.

Sudjarmoko (2007), melakukan analisis efisiensi relatif komoditas kelapa

pada lahan pasang surut dan lahan kering. Penelitian dilakukan dengan identifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha tani kelapa, khususnya pada

tanaman kelapa perkebunan rakyat, mengetahui kondisi ekonomi skala usaha

tanaman perkebunan rakyat, serta menganalisis efisiensi ekonomi, harga, dan

teknis relatif dari kategori usaha tani kelapa yang berbeda, khususnya pada

tanaman kelapa perkebunan rakyat yang diusahakan pada lahan pasang surut dan

lahan kering serta berdasarkan luas lahan usaha tani. Penelitian ini cukup

mendukung dan mendasari dalam merancang bangun model rantai pasokan untuk

agroindustri kelapa terpadu.

Sungkar (2006) melakukan penelitian berkaitan dengan penguatan

kapasitas kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia. Pola-pola hubungan

dalam lingkup petani kelapa dan strategi pengembangannya. Penelitian ini dapat

mendukung dalam membangun model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa

terpadu dengan melihat pada pola kelembagaan petani kelapa selaku pemasok.

Andria (2007), melakukan penelitian yang menghasilkan suatu model

rantai pasokan agroindustri, kemudian melakukan optimasi model melalui

algoritma genetika, serta mengkaji penerapan program algoritma genetika tersebut

untuk rantai pasokan agroindustri cocodiesel. Model rantai pasokan ini cukup

bagus untuk mempertajam tinjauan dari sisi optimasi.

Adiarni (2007), melakukan penelitian yang berkaitan dengan rantai

pasokan dan menghasilkan sistem pasokan bahan baku namun ditujukan untuk

agro industri farmasi yang berbasis jaringan sehingga mampu meningkatkan

pendapatan bagi petani anggota dan hubungan yang berkelanjutan.

Hartati (2007) menghasilkan penelitian yang mengembangkan suatu

model supply contract yang menggabungkan model total minimum quantity

commitment dengan fleksibilitas disertai dengan model optimasi untuk

menentukan kebijakan kontrak pasokan bahan baku, sekaligus juga

mengakomodasi pemilihan pemasok. Namun, penelitian ini dilakukan dalam

industri manufaktur.

42

Page 39: 2.Tinjauan Pustaka

Penelitian yang terkait rantai pasokan biasanya mengukur kinerja

berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam proses bisnis tersebut (Apaiah dan

Hendrix 2004; Araki et al. 2006; Yandra et al. 2007). Minimisasi biaya dalam

rantai pasokan produk pertanian dapat dilakukan dengan penentuan lokasi

produksi, komposisi produk, dan metode transportasi yang digunakan (Apaiah dan

Hendrix 2004), serta tingkat persediaan (Yandra et al. 2007). Metode yang

digunakan untuk menunjukkan hubungan kerjasama yang terjadi antara pembeli

dan pemasok dilakukan dengan simulasi rantai pasokan (Mukhtar et al. 2002).

Model rantai pasokan yang didesain juga dapat menggunakan simulasi

untuk tujuan tertentu, seperti mempertemukan permintaan konsumen sebagai

garansi pengiriman dengan kualitas yang bagus dan biaya sedikit dalam waktu

penyampaian yang minimal (Chang dan Makatsoris 2002). Simulasi juga

digunakan untuk mendesain kembali jaringan rantai pasokan pangan yang

merupakan model kualitas untuk mengontrol logistik (Van der Vorst 2005), untuk

menunjukkan konsekuensi dalam supply chain industri makanan (Minegishi dan

Thiel 2000), untuk mereduksi bulwhip effect (Reiner dan Trcka 2004). Simulasi

skenario dari sisi manajemen, penjadwalan supply dan manajemen tangki untuk

meramalkan CPO (Djohar et al. 2003). Simulasi juga dilakukan oleh Yoshizumi

dan Okano (2007) yang didasarkan pada algoritma untuk optimasi supply chain

dengan mengeksploitasi kedua teknik simulasi dan teknik optimasi. Penggunaan

komputer melalui software-software simulasi dan algoritma tertentu dilakukan

untuk mempermudah pekerjaan, seperti halnya dengan penggunaan SimmProcess

(Reiner dan Trcka 2004) dan Stella (Djohar et al. 2003). Kumar dan Yamaoka

(2007) melakukan penelitian yang berkaitan dengan dinamika sistem untuk

agroindustri otomotif di Jepang yang mengeksplorasi keterkaitan reused, recycle

dan disposal pada industri mobil Jepang untuk melihat jumlah mobil yang

diekspor, digunakan kembali, dan dibuang dengan parameter data aktual dan

peramalan permintaan mobil.

Secara ringkas, posisi beberapa penelitian pendahuluan dan penelitian

yang dilakukan dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini ;

43

Page 40: 2.Tinjauan Pustaka

Tabel 7 Posisi Penelitian yang Dilakukan

Penelitian Ranah Metode Indikator

1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

Adiarni (2007) √ √ √

Andria (2007) √ √ √

Apaiah dan Hendrix, (2004) √ √ √ √

Araki et al. (2006) √ √ √

Chang dan Makatsoris (2002) √ √ √ √ √

Djohar et al (2003) √ √ √ √ √

Hani (2007) √ √ √ √

Hartati (2007) √ √ √

Kumar dan Yamaoka (2007) √ √ √

Kustanto (1999) √ √ √

Minegishi dan Thiel (2000) √ √ √ √

Mukhtar et al. (2002) √ √ √ √

Reiner dan Trcka (2004) √ √ √ √

Rinaldi (2008) √ √ √ √

Rukmayadi (2002) √ √ √

Sudjarmoko (2007) √ √ √

Sungkar (2006) √ √ √

Van der Vorst (2005) √ √ √

Yandra et al. (2007) √ √ √ √

Yoshizumi dan Okano (2007) √ √ √ √ √

Penelitian yang akan dilakukan √ √ √ √ √ √

Keterangan :

Ranah Penelitian : 1. Kelapa dan agroindustri kelapa; 2. Rantai Pasokan;

3. Simulasi

Metode : 1. Optimasi standar; 2. Meta heuristik; 3. Simulasi

Indikator : 1. Kualitas Produk; 2. Biaya; 3. Waktu; 4. lainnya

44