27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

28
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 05/K/I-XIII.2/5/2008 No. 100.700 / 2008 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2008

description

gfjh

Transcript of 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Page 1: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 05/K/I-XIII.2/5/2008

No. 100.700 / 2008

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

2008

Page 2: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 05/K/1-III.2/5/2008

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS

PENETAPAN BATAS MATERIALITAS

PEMERIKSAAN KEUANGAN

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia 2008

Page 3: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf
Page 4: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf
Page 5: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf
Page 6: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

LAMPIRAN

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 05/K/1-III.2/5/2008

Tanggal 30 Mei 2008

Page 7: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Tujuan.....................................................................................................................................1

C. Lingkup...................................................................................................................................1

D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis ..........................................................................................2

E. Sistematika Penulisan .............................................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM MATERIALITAS .....................................................................3

A. Pengertian Materialitas ...........................................................................................................3

B. Jenis Materialitas ....................................................................................................................3

C. Materialitas dan Tolerable Error (TE) ...................................................................................4

BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS ..................................................5

A. Umum .....................................................................................................................................5

B. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas................................................................................5

C. Penentuan Tingkat Materialitas ..............................................................................................6

D. Penetapan Nilai Materialitas Awal (PM)................................................................................7

E. Penetapan Tingkat Kesalahan yang Dapat Ditoleransi...........................................................7

F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini ........................................................................8

G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas ..............................................................................9

H. Dokumentasi.........................................................................................................................10

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................11

A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas.......................................................11

B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas .......................................................11

C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas ..........................................................11

Referensi ………………………………………………………………………………... ...........12

Lampiran-lampiran

Page 8: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Penetapan PM

Lampiran 3.2 Alokasi TE

Lampiran 3.3 Perubahan PM

Lampiran 3.4 Pertimbangan Kualitatif

Page 9: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 1 dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Dalam melaksanakan pemeriksaan, pemeriksa selalu dihadapkan dengan berbagai keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya sehingga pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan “materialitas” dalam pemeriksaan.

Keterbatasan dalam pemeriksaan

02 Standar Pemeriksan Keuangan Negara (SPKN) mensyaratkan pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan sebaik-baiknya, menguji pengendalian intern, dan memperoleh bukti kompeten yang cukup. Untuk melaksanakan SPKN tersebut dan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan di atas, pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep materialitas.

Perencanaan & bukti terkait dengan

materialitas

03 Konsep materialitas secara praktik telah banyak dilakukan dalam pemeriksaan keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan mengungkapkan opini kewajaran suatu laporan keuangan terhadap standar akuntansi yang berlaku dalam segala hal yang material. Hasil pemeriksaan berupa opini tersebut diperoleh dari suatu ‘reasonable assurance’ (keyakinan yang memadai) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.

Konsep materialitas dalam pemeriksaan

04 Dengan demikian, materialitas merupakan salah satu konsep penting dan mendasar di dalam pemeriksaan keuangan. Hal ini disebabkan penetapan materialitas mempengaruhi pemberian opini atas kewajaran suatu laporan keuangan.

05 Penetapan batas materialitas merupakan pertimbangan profesional pemeriksa. Namun, SPKN yang memberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengatur perencanaan pemeriksaan dengan mempertimbangkan materialitas.

07 Berdasarkan hal-hal di atas, penetapan materialitas dalam pemeriksaan perlu diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai penjabaran dari SPKN, SPAP, dan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis terkait lainnya sehingga pemeriksa memiliki dasar atau justifikasi serta keseragaman dan konsistensi dalam menetapkan materialitas.

Perlunya pedoman penetapan materialitas

B. Tujuan

08 Tujuan petunjuk teknis penetapan batas materialitas adalah untuk memberikan pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas materialitas dalam pemeriksaan.

C. Lingkup

09 Petunjuk teknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas dalam pemeriksaan keuangan dhi pemeriksaan laporan keuangan.

Lingkup juknis

Page 10: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 2 dari 12

10 Petunjuk teknis ini merupakan penjabaran dari petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan terutama langkah ke-7 tahap perencanaan pemeriksaan keuangan, yaitu penetapan materialitas awal (PM) dan kesalahan tertoleransi (TE). Selain itu, juknis ini terkait dengan juknis pemahaman dan penilaian risiko, juknis uji petik dalam pemeriksaan keuangan, juknis pemeriksaan LKPP/LKKL, serta juknis pemeriksaan LKPD.

Keterkaitan dengan perangkat lunak lainnya

D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis

11 Dasar hukum penyusunan juknis penetapan batas materialitas adalah sebagai berikut:

a. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

b. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

d. Keputusan BPK RI Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan

e. Keputusan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 34/K/I-VIII.3/6/2007 Tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

g. Keputusan Kaditama Revbang No..... Tahun ..... tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

E. Sistematika Penulisan

12 Petunjuk teknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran Umum Materialitas

Bab III : Teknik Penetapan Batas Materialitas

Bab IV : Penutup

Referensi

Lampiran-Lampiran

Page 11: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 3 dari 12

BAB II GAMBARAN UMUM MATERIALITAS

A. Pengertian Materialitas

01 Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut1.

Pengertian materialitas

02 Definisi materialitas tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

03 Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menetapkan materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga, jumlah yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.

Keadaan yang melingkupi

04 Pertimbangan kuantitatif dalam menetapkan materialitas biasanya disajikan dalam bentuk persentase atau angka tertentu yang ditetapkan pada tahap awal. Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang material. Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.

Pertimbangan kuantitatif dalam

penetapan materialitas

05 Pertimbangan kualitatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal tanggapan pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya, kekeliruan pada suatu akun yang tidak mempengaruhi akun-akun lainnya dalam laporan keuangan (kekeliruan yang terisolasi), yang tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip akuntansi dianggap tidak signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa mendeteksi adanya kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh (implikasi) integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek pemeriksaan. Misalnya, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan yang material.

Pertimbangan kualitatif dalam penetapan

materialitas

B. Jenis Materialitas

06 Pertimbangan pemeriksa tentang materialitas merupakan pertimbangan yang bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan dan kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa. Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang, waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu objektivitas.

1 Pernyataan Standar Auditing No. 25, “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit Seksi 312 paragraf 10.

Page 12: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 4 dari 12

07 Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi :

a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.

b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.

08 Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi ada faktor yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan materialitas, yaitu :

a. tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap objek yang diperiksa, misalnya pada objek laporan keuangan pemerintah, pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap masalah legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang berlaku.

b. batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan, misalnya batasan materialitas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat cenderung konservatif karena sektor publik lebih mementingkan pengujian terhadap legalitas, ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.

C. Materialitas dan TE

09 Dalam pemeriksaan laporan keuangan, pemeriksa perlu menetapkan:

a. ‘Planning Materiality’ (materialitas awal), yaitu materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan.

b. ‘Tolerable Error/TE’ (tingkat kesalahan yang tertoleransi), yaitu materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan

10 Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar.

11 Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah saji material.

Page 13: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 5 dari 12

BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS

A. Umum

01 Penetapan materialitas awal meliputi lima tahapan kegiatan:

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas;

2. Penentuan tingkat materialitas;

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal;

4. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi;

5. Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

B. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

02 Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah menentukan dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa di antaranya adalah nilai laba bersih sebelum pajak, total aset, ekuitas, total penerimaan, atau total belanja/biaya.

03 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:

a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa;

b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna laporan keuangan;

c. kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

04 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa adalah sebagai berikut:

a. total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba;

b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba; dan

c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.

05 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka tahun lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat perencanaan, kemudian diiekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.

Page 14: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 6 dari 12

06 Misalnya, Departemen Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan kesehatan di seluruh Indonesia sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan materialitas yang paling sesuai untuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini adalah total belanja.

C. Penentuan Tingkat Materialitas

07 Setelah menentukan dasar penetapan, pemeriksa harus mempertimbangkan tingkat yang akan digunakan dalam menghitung materialitas awal.

08 Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total penerimaan atau total belanja;

b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai dengan 10% dari laba sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total penjualan/pendapatan; dan

c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau 0,5% sampai 1% dari total aktiva.

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

09 Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut:

a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada saat pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai. Pemeriksa dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai dengan tingkat meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.

b. 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan nonpublik dan anak perusahaannya dan 5% digunakan pada perusahaan publik.

c. 0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah beroperasi pada atau mendekati titik impas dan keuntungan atau kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.

d. 1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang menyebabkan likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat pengguna laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada hasil dari operasi..

e. 0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik paling rendah.

10 Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas yang baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.

Konservatisme dalam penerapan tingkat

materialitas

Page 15: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 7 dari 12

D. Penetapan Nilai Materialitas Awal (Planning Materiality/PM)

11 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna Laporan Keuangan.

12 Ilustrasi penetapan nilai materialitas awal adalah sebagai berikut:

Dasar penetapan materialitas

: Total Belanja

Tingkat Materialitas : 1%

Nilai Total Belanja pada LK

: Rp 12.260.000.

PM : 1% X Rp 12.260.000 = Rp122.600

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

E. Penetapan Tingkat Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi

13 Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun dalam laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan, memastikan adanya kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari penggabungan salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.

14 TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai apakah ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk akun tertentu berdasarkan pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah saji pada akun-akun tertentu tersebut. Aturan umum yang sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM.

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

15 Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan adalah sebagai berikut:

- tentukan nilai PM

- hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa, kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan sebagainya.

- alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus

TNPMTE *=

Dimana:

TE = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

PM = Materialitas awal

N = Nilai akun

T = Total nilai akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa

Page 16: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 8 dari 12

- alokasikan kembali dengan menggunakan pertimbangan pemeriksa, di antaranya dengan mempertimbangkan risiko inheren, risiko pengendalian masing-masing akun, jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan, serta biaya pemeriksaan yang mungkin diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.

F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini

16 Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas materialitas berbanding terbalik dangan risiko pemeriksaan yang ditetapkan oleh pemeriksa. Pada entitas yang menurut pertimbangan pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih tinggi, pemeriksa dapat menetapkan batasan materialitas yang lebih rendah daripada batasan materialitas untuk entitas yang menurut pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih rendah. Langkah-langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan dapat dilihat pada juknis tentang analisis risiko.

17 Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas berhubungan terbalik dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bahan bukti yang harus diperoleh sehingga semakin sedikit sampel yang harus diambil jika pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji petik.

1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas

2. Penentuan Tingkat Materialitas

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal

4. Penetapan Kesalahan yang Dapat Ditoleransi

5. Pertimbangan atas PM, TE dan Opini

18 Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta banyaknya bukti yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:

Materialitas

Tinggi Rendah

Tinggi X Risiko Pemeriksaan Rendah X

Banyak X Bukti

Sedikit X

Tingkat materialitas berbanding terbalik

dengan risiko pemeriksaan dan

banyaknya bahan bukti yang harus diuji

19 Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai kesesuaian tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut dan mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.

PM dapat disesuaikan dengan kondisi yang

ditemui pada tahap pelaksanaan

20 Materialitas awal dapat direvisi pada saat pengambilan kesimpulan pemeriksaan dan dalam mengevaluasi temuan pemeriksaan dengan alasan adanya:

(1) perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan

(2) informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya pekerjaan lapangan.

21 Perubahan tersebut harus disetujui oleh penanggung jawab dan dikomunikasikan secara tertulis kepada pemberi tugas.

Page 17: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 9 dari 12

22 Contoh penerapan perubahan materialitas adalah adanya indikasi kecurangan dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat perencanaan pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal materialitas sebesar Rp 8 milyar. Sejalan dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya kecurangan yang melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar Rp 5 milyar, maka dilakukan penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi) dengan menurunkan batas materialitas menjadi Rp 5 milyar.

22 Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan keuangan maupun pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini yang akan diberikan oleh pemeriksa.

Hubungan antara materialitas dan opini

23 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun masing-masing tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif yang mengharuskan pemeriksa memberi opini lain.

24 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa harus memberikan pendapat tidak wajar.

25 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar daripada TE akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi opini wajar dengan pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika salah saji pada akun tersebut menurut pertimbangan pemeriksa mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.

G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas

26 Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti telah diilustrasikan sebelumnya, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif baik dalam menetapkan materialitas pada tingkat laporan keuangan maupun pada pada tingkat akun.

27 Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah pengendalian intern dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya salah saji baik disengaja atau tidak merupakan dampak dari kelemahan pengendalian intern. Pemeriksa juga perlu menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah suatu salah saji yang tidak material sebenarnya merupakan praktik-praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan. Pemeriksa harus menetapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah manajemen dengan sengaja menyajikan secara salah beberapa akun tertentu (yang mungkin dilakukan pada angka di bawah batas materialitas) untuk memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga apabila praktik akuntansi yang dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

Pertimbangan faktor kualitatif pada tingkat

akun

28 Faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan oleh pemeriksa dalam menentukan tingkat materialitas pada tingkat akun adalah signifikansi kesalahan tersebut terhadap sebuah entitas yang diperiksa, hubungannya terhadap laporan keuangan (misalnya, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam laporan keuangan), serta dampak dari kesalahan tersebut terhadap laporan keuangan.

Pertimbangan faktor kualitatif pada tingkat

akun

Page 18: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 10 dari 12

29

Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah saji yang secara kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara kualitatif menjadi material. Sebagai contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan keuangan BUMD adalah Rp15 milyar. Pada saat pemeriksa melakukan pekerjaan lapangan ditemukan adanya pendapatan yang kurang dicatat sebesar Rp14 milyar; secara kuantitatif hal ini tidak material. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kekurangcatatan tersebut disebabkan keinginan manajemen menangguhkan pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar ke periode mendatang karena telah tercapainya target pendapatan yang telah ditetapkan pada periode berjalan. Hal tersebut secara kualitatif menjadi material karena manajemen dengan sengaja melakukan suatu manipulasi terhadap laporan keuangan untuk suatu tujuan tertentu.

H. Dokumentasi

30 Setiap langkah di dalam penetapan tingkat materialitas memerlukan pertimbangan profesional pemeriksa dan harus direviu dan disetujui oleh pengendali teknis dan penanggung jawab pemeriksaan. Untuk memudahkan proses reviu, pemeriksa perlu mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang dilakukannya dalam rangka menetapkan tingkat materialitas tersebut.

Pemeriksa perlu mendokumentasikan semua pertimbangan

profesionalnya

31 Contoh dokumentasi atau kertas kerja untuk penetapan materialitas awal (Planning Materiality), perhitungan alokasi penetapan TE (Tolerable Error), perubahan atas materialitas awal serta pertimbangan kualitatif atas PM dan TE masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3.1 sampai dengan 3.4.

Page 19: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 11 dari 12

BAB IV PENUTUP

A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas

01 Petunjuk teknis penetapan materialitas ini mulai berlaku untuk setiap pemeriksaan atas Laporan Keuangan (pemeriksaan keuangan) Tahun 2008.

Juknis berlaku mulai tahun 2008

B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas

02 Pemutakhiran petunjuk teknis penetapan materialitas dapat berupa perubahan petunjuk teknis dimaksud atau penjelasan atas substansi petunjuk teknis tersebut. Perubahan atas petunjuk teknis ini akan disampaikan secara resmi melalui surat keputusan tentang perubahan petunjuk teknis tersebut. Penjelasan atas substansi petunjuk teknis ini disampaikan secara tertulis dari tim pemantauan petunjuk teknis penetapan materialitas pada Subdirektorat Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan.

Pemutakhiran dapat berupa perubahan

dan tambahan penjelasan

C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas

03 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juknis ini akan dilakukan oleh tim pemantauan juknis terkait. Selain itu, masukan atau pertanyaan terkait dengan petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada:

Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Ditama Revbang Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI

Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210 Telp. (021)-5704395 pesawat 104, 730

Email: [email protected]

Pemantauan dilakukan oleh tim

pemantauan

Page 20: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 12 dari 12

Referensi

Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing and Assurance Services: An

Integrated Approach 11th Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall

Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity of Financial Reporting 8th Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc

Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach 4th Edition, New York: McGraw-Hill Companies

Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan Kinerja, Konsep Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan, Belum dipublikasikan

Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of Thumb, The CPA Journal, Edisi Juni, 62-63

Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring (1983), Using Materiality in Audit Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54

Page 21: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.1 Penetapan PM

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

KKP Indeks :

Disajikan oleh/Tgl : [Initial]1/[tgl/bln/tahun]

Direviu oleh/Tgl : [Initial]2/[tgl/bln/tahun]

Disetujui oleh : [Initial]3/[tgl/bln/tahun]

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama entitas] Tahun [tahun laporan keuangan] Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM) Dasar Penetapan Materialitas : [dasar penetapan] ([alasan pemilihan dasar penetapan])

Nilai dalam Laporan Keuangan

: [nilai dasar penetapan dalam LK]

Tingkat : [persentase yang digunakan dalam menghitung PM]

Materilaitas Perencanaan (PM)

: [persentase x nilai dasar penetapan]

1 Ketua Tim Pemeriksaan 2 Pengendali Teknis 3 Penanggung Jawab

Page 22: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.1 Penetapan PM

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

KKP Indeks :

Disajikan oleh/Tgl : AA/31Mar 08

Direviu oleh/Tgl : BB/1 Apr 08

Disetujui oleh : CC/3 Apr 08

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan Tahun 2006 Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM) Dasar Penetapan Materialitas : Total Belanja

(Departemen Kesehatan yang bertugas meningkatkan kesehatan sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada LRA Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari pemerintah tersebut)

Nilai dalam Laporan Keuangan

: Rp12.260.724,15 juta

Tingkat : 1% Materilaitas Perencanaan (PM)

: Rp122.607,24 juta

CONTOH

Page 23: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.2 Alokasi TE

KKP Indeks :Disajikan oleh/tg : [Initial] /[tgl]Direviu oleh/tgl : [Initial] /[tgl]Disetujui oleh/tg : [Initial] /[tgl]

Laporan Keuangan Pemda Kabupaten A Tahun 20XXWorksheet penetapan Tolerable Error

Perhitungan PMJumlah yang mendasari : Total BelanjaTingkat Materialitas: 1%Planning Materiality : -

Alokasi TE Alokasi TE

(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran sampel

Berdasarkan pertimbangan

profesional pemeriksa

1 2 3 4 5 6 7 8 9NERACA

ASETASET LANCARKasInvestasi Jangka PendekPiutangPersediaan

INVESTASI JANGKA PANJANGInvestasi NonpermanenInvestasi Permanen

ASET TETAPTanahPeralatan dan MesinGedung dan BangunanJalan, Irigasi dan JaringanAset Tetap LainnyaKonstruksi dalam PengerjaanAkumulasi Penyusutan Aset TetapTOTALDANA CADANGANDana Cadangan

ASET LAINNYATagihan Penjualan AngsuranTuntutan PerbendaharaanTOTALTOTAL ASETKEWAJIBANKEWAJIBAN JANGKA PENDEKUtang Perhitungan Pihak KetigaUtang BungaUtang PajakBagian Lancar Hutang Jangka Panjang Dalam NegeriPendapatan Diterima di MukaUtang Jangka Pendek LainnyaTOTALKEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam NegeriUtang Luar NegeriUtang Jangka Panjang LainnyaTOTALTOTAL KEWAJIBANEKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCARSALSisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Cadangan PiutangCadangan PersediaanDana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

EKUITAS DANA INVESTASIDiinvestasikan Dalam Investasi Jangka PanjangDiinvestasikan Dalam Aset TetapDiinvestasikan Dalam Aset LainnyaDana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka PanjangEKUITAS DANA CADANGAN

Diinvestasikan Dalam Dana CadanganTOTAL EKUITASTOTAL

Nilai dalam Laporan Keuangan

Akun-akun yang diaudit

Pertimbangan lain *)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Page 24: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.2 Alokasi TE

Alokasi TE Alokasi TE

(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran sampel

Berdasarkan pertimbangan

profesional pemeriksa

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nilai dalam Laporan Keuangan

Akun-akun yang diaudit

Pertimbangan lain *)

LRA

PENDAPATANPENDAPATAN ASLI DAERAHPendapatan Pajak DaerahPendapatan Retribusi DaerahPendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLain-lain PAD yang SahPENDAPATAN TRANSFERTRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGANDana Bagi Hasil PajakDana Bagi Hasil Sumber Daya AlamDana Alokasi UmumDana Alokasi KhususTRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYADana Otonomi KhususDana Penyesuaian

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHPendapatan HibahPendapatan Dana DaruratPendapatan Lainnya

TOTAL PENDAPATANBELANJABELANJA OPERASIBelanja PegawaiBelanja BarangBungaSubsidiHibahBantuan SosialBELANJA MODALBelanja TanahBelanja Peralatan dan MesinBelanja Gedung dan BangunanBelanja Jalan, Irigasi dan JaringanBelanja Aset Tetap LainnyaBELANJA TAK TERDUGABelanja Tak TerdugaTRANSFERTRANSFER BAGI HASIL KE KABUPATEN/KOTA/DESABagi Hasil PajakBagi hasil RetribusiBagi Hasil Pendapatan LainnyaTOTAL BELANJA + TRANSFERSURPLUS (DEFISIT)PEMBIAYAANPENERIMAAN PEMBIAYAANPenggunaan SilpaPencairan Dana CadanganHasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang DipisahkanPenerimaan Pinjaman DaerahPenerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

Penerimaan Kembali Piutang DaerahTOTALPENGELUARAN PEMBIAYAANPembentukan Dana CadanganPenyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahPembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman DaerahTOTALPEMBIAYAAN NETTOSILPA

TOTAL

*) : Pertimbangan lain diisi sesuai dengan hasil penilaian resiko, pemahaman pengendalian dan catatan lainnya Kolom Resiko diisi dengan T untuk tinggi, M untuk menengah, dan R untuk rendah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Page 25: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.2 Alokasi TEKKP Indeks :Disajikan oleh/t : AA/26-03-08Direviu oleh/tgl : BB/27-03-08Disetujui oleh/t : CC/30-03-08

Laporan Keuangan Pemda Kabupaten A Tahun 20XXWorksheet penetapan Tolerable Error

Perhitungan PMJumlah yang mendasari : Total BelanjaTingkat Materialitas: 1%Planning Materiality : 7,090

Alokasi TE Alokasi TE

(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran sampel

Berdasarkan pertimbangan

profesional pemeriksa

1 2 3 4 5 6 7 8 9NERACA

ASETASET LANCARKas 100,000 100,000 168 T M 1) populasiInvestasi Jangka Pendek - - - - Piutang 131,000 131,000 220 R R 50 unsur 250 Persediaan 25,000 25,000 42 M M 50

256,000 - - INVESTASI JANGKA PANJANG - - Investasi Nonpermanen 20,000 20,000 34 50 Investasi Permanen 159,000 159,000 268 250

179,000 - - ASET TETAP - - Tanah 130,000 130,000 219 219 Peralatan dan Mesin 145,000 145,000 244 244 Gedung dan Bangunan 170,000 170,000 286 286 Jalan, Irigasi dan Jaringan 169,000 169,000 284 284 Aset Tetap Lainnya 45,000 45,000 76 76 Konstruksi dalam Pengerjaan 160,000 160,000 269 269 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (34,000) (34,000) (57) (57) TOTAL 785,000 - - DANA CADANGAN - - Dana Cadangan 66,000 66,000 111 111

- - ASET LAINNYA - - Tagihan Penjualan Angsuran 17,000 17,000 29 29 Tuntutan Perbendaharaan 10,000 10,000 17 17 TOTAL 27,000 - - TOTAL ASET 1,313,000 - - KEWAJIBAN - - KEWAJIBAN JANGKA PENDEK - - Utang Perhitungan Pihak Ketiga 15,000 15,000 25 25 Utang Bunga 5,000 5,000 8 8 Utang Pajak 12,000 12,000 20 20 Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Dalam Negeri 13,000 13,000 22 22 Pendapatan Diterima di Muka 1,000 1,000 2 2 Utang Jangka Pendek Lainnya 4,000 4,000 7 7 TOTAL 50,000 - - KEWAJIBAN JANGKA PANJANG - - Utang Dalam Negeri 50,000 50,000 84 84 Utang Luar Negeri 100,000 100,000 168 168 Utang Jangka Panjang Lainnya 200,000 200,000 337 337 TOTAL 350,000 - - TOTAL KEWAJIBAN 400,000 - - EKUITAS DANA - -

- - EKUITAS DANA LANCAR - - SAL 35,000 - - Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) 50,000 - - Cadangan Piutang 131,000 - - Cadangan Persediaan 25,000 - - Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (35,000) - -

- - EKUITAS DANA INVESTASI - - Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang 179,000 - - Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 785,000 - - Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 27,000 - - Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (350,000) - - EKUITAS DANA CADANGAN - -

Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan 66,000 - - TOTAL EKUITAS 913,000 - - TOTAL 1,313,000 - -

Pertimbangan lain *)

Nilai dalam Laporan Keuangan

Akun-akun yang diaudit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Page 26: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.2 Alokasi TEAlokasi TE Alokasi TE

(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran sampel

Berdasarkan pertimbangan

profesional pemeriksa

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertimbangan lain *)

Nilai dalam Laporan Keuangan

Akun-akun yang diaudit

- - LRA - -

- - PENDAPATAN - - PENDAPATAN ASLI DAERAH - - Pendapatan Pajak Daerah 190,000 190,000 320 320 Pendapatan Retribusi Daerah 75,000 75,000 126 126 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 60,000 60,000 101 100 Lain-lain PAD yang Sah 50,000 50,000 84 85 PENDAPATAN TRANSFER - - TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN - - Dana Bagi Hasil Pajak 80,000 80,000 135 135 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 90,000 90,000 151 160 Dana Alokasi Umum 100,000 100,000 168 170 Dana Alokasi Khusus 60,000 60,000 101 100 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA - - Dana Otonomi Khusus - - - - Dana Penyesuaian - - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - Pendapatan Hibah 40,000 40,000 67 67 Pendapatan Dana Darurat - - - - Pendapatan Lainnya 30,000 30,000 50 50

TOTAL PENDAPATAN 775,000 - - BELANJA - - BELANJA OPERASI - - Belanja Pegawai 45,000 45,000 76 70 Belanja Barang 50,000 50,000 84 100 Bunga 7,000 7,000 12 20 Subsidi 45,000 45,000 76 80 Hibah - - - - Bantuan Sosial - - - - BELANJA MODAL - - Belanja Tanah 120,000 120,000 202 200 Belanja Peralatan dan Mesin 70,000 70,000 118 150 Belanja Gedung dan Bangunan 90,000 90,000 151 170 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 150,000 150,000 252 250 Belanja Aset Tetap Lainnya 65,000 65,000 109 120 BELANJA TAK TERDUGA - - Belanja Tak Terduga 20,000 20,000 34 50 TRANSFER - - TRANSFER BAGI HASIL KE KABUPATEN/KOTA/DESA - - Bagi Hasil Pajak 30,000 30,000 50 50 Bagi hasil Retribusi 12,000 12,000 20 20 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5,000 5,000 8 10 TOTAL BELANJA + TRANSFER 709,000 - - SURPLUS (DEFISIT) 66,000 - - PEMBIAYAAN - - PENERIMAAN PEMBIAYAAN - - Penggunaan Silpa 100,000 100,000 168 T 170 Pencairan Dana Cadangan 70,000 70,000 118 125 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 150,000 150,000 252 250 Penerimaan Pinjaman Daerah 30,000 30,000 50 50 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 100,000 100,000 168 170

Penerimaan Kembali Piutang Daerah 50,000 50,000 84 100 TOTAL 500,000 - - PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - Pembentukan Dana Cadangan 66,000 66,000 111 100 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 100,000 100,000 168 170 Pembayaran Pokok Utang 200,000 200,000 337 350 Pemberian Pinjaman Daerah 150,000 150,000 252 250 TOTAL 516,000 PEMBIAYAAN NETTO (16,000) SILPA 50,000 -

- TOTAL 4,213,000 7,090 7,090

1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dialkukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Page 27: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.3 Perubahan PM

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

KKP Indeks :

Disajikan oleh/Tgl : [Initial]1/[tgl/bln/tahun]

Direviu oleh/Tgl : [Initial]2/[tgl/bln/tahun]

Disetujui oleh : [Initial]3/[tgl/bln/tahun]

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama entitas] Tahun [tahun laporan keuangan] Perubahan Perhitungan Materialitas (jika ada) Materilaitas Perencanaan (PM)

: [batas materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan]

Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang disesuaikan dengan kondisi yang ditemukan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan]

Alasan : [kondisi-kondisi yang ditemukan pada pelaksanaan pemeriksaan yang mengharuskan perubahan batas materialitas]

1 Ketua Tim Pemeriksaan 2 Pengendali Teknis 3 Penanggung Jawab

Page 28: 27046305-Petunjuk-Teknis-Penetapan-Batas-Materialitas-Pemeriksaan-Keuangan.pdf

Juknis Penetapan Batas Materialitas Lampiran 3.4 Pertimbangan Kualitatif

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

KKP Indeks :

Disajikan oleh/Tgl : [Initial]1/[tgl/bln/tahun]

Direviu oleh/Tgl : [Initial]2/[tgl/bln/tahun]

Disetujui oleh : [Initial]3/[tgl/bln/tahun]

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama entitas] Tahun xxxx Pertimbangan Kualitatif atas PM/TE Penetapan PM/TE secara kuantitatif

: [nilai PM/TE disertai dengan rujukan pada KKP penetapan PM atau TE secara kuantitatif]

Jumlah salah saji yang ditemukan pada LK/Akun

: [nilai salah saji yang ditemukan pada LK atau akun]

Pertimbangan-pertimbangan kualitatif

: [alasan-alasan kualitatif yang menjadi bahan pertimbangan untuk mengubah batas materialitas pada LK atau akun sehingga salah saji yang ditemukan dapat dianggap material]

1 Ketua Tim Pemeriksaan 2 Pengendali Teknis 3 Penanggung Jawab