260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
-
Upload
ellena-maggyvin -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
1/11
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU VITAMIN C DENGAN
TITRASI IODIMETRI
NAMA : ELLENA MAGGYVIN
NPM : 260110140137
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 14 SEPTEMBER 2015
ASISTEN :1. EKKY ILHAM
2. DESTRIA RAHMADINI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
2/11
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU VITAMIN C DENGAN TITRASI IODIMETRI
Ellena Maggyvin, 260110140137
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jatinangor –
Bandung
ABSTRAK
Vitamin C atau asam askorbat sangat dibutuhkan tubuh, dan merupakan salah satu vitamin yang
larut dalam air. Merupakan senyawa penting untuk pembentukan kolagen, karnitin dan
biosintesis neurotransmitter. Kebanyakan tumbuhan dan tanaman mensisntesis asam askorbat
untuk kebutuhannya sendiri. Tetapi, untuk primate dan manusia tidak dapat mensintesis asam
askorbat dikarenakan kurangnya enzim gulonalactone oksidasi. Maka dari itu, asam askorbat
harus didapatkan dari dari makanan yang dikonsumsi, seperti buah, sayur, ataupun tablet vitamin
C. Pada percobaan ini, didapatkan hasil dari titrasi iodimetri adalah kadar vitamin C sebesar77,93%, dalam 389,665 mg dari sampel 500 mg. Metode iodimetri yang digunakan didasarkan
pada reaksi redoks, dimana I2 akan menjadi oksidator dan asam askorbat reduktor. Prinsip yang
digunakan dalam reaksi ini adalah titrasi iodimetri, iodometri, serta reaksi redoks. Hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan persyaratan dimana harusnya kadar vitamin C adalah 99 –
100,5%.
Kata Kunci : Vitamin C, titrasi, iodimetri, reaksi reduksi oksidasi.
ABSTRACT
Vitamin C or ascorbic acid is needed by the body, and is one of the water-soluble vitamins. Is an
important compound for the formation of collagen, carnitine and neurotransmitters biosynthesis.
Most of the plants and plant mensisntesis ascorbic acid for its own needs. But, for primates and
humans can not synthesize ascorbic acid oxidation due to the lack of the enzyme gulonalactone.
Therefore, ascorbic acid must be obtained from the food consumed, such as fruits, vegetables, or
a tablet of vitamin C. In this experiment, the result of titration iodimetri is the vitamin C content
of 77.93%, to 389.665 mg of a sample of 500 mg , Iodimetri method used is based on a redox
reaction, where I2 will be oxidizing and reducing agent ascorbic acid. The principle used in this
reaction is iodimetri titration, iodometry, and redox reactions. The results obtained do notcomply with the requirements which should have levels of vitamin C is 99 to 100.5%.
Keywords: vitamin C, titration, iodimetri, oxidation reduction reaction.
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
3/11
PENDAHULUAN
Vitamin adalah suatu senyawa
organik yang terdapat di dalam makanan
dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan
dalam jumlah yang besar untuk fungsi
metabolisme yang normal. Vitamin dapat
larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang
larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E,
dan K, dan yang larut dalam air adalah
vitamin B dan C[1]
Vitamin C atau asam askorbat adalahsuatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat
larut dalam air. Vitamin C merupakan
vitamin yang disintesis dari glukosa dalam
hati dari semua jenis mamalia, kecuali
manusia. Manusia tidak memiliki enzim
gulonolaktone oksidase, yang sangat penting
untuk sintesis dari prekursor vitamin C,
yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga
manusia tidak dapat mensintesis vitamin C
dalam tubuhnya sendiri[2]
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat
di dalam darah (khususnya leukosit), korteks
anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C
akan diserap di saluran cerna melalui
mekanisme transport aktif[3]
Asam askorbat (vitamin C) adalah
turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan
monosakarida. Vitamin C dapat disintesis
dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam
tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar
hewan. Vitamin C terdapat dalam dua
bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat
(bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro
askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi
bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-
asam dehidro askorbat terjadi apabila
bersentuhan dengan tembaga, panas, atau
alkali [4]
(Gambar 1) Struktur vitamin C
Vitamin C memainkan peran
penting dalam kehidupan sehari-hari;
Pertama,memberikan kontribusi ke sintesis
kolagen jaringan di sekitar tulang, gigi,
tulang rawan, kulit, dan jaringan yang
rusak.Kedua, vitamin ini diperlukan untuk
mengaktifkan berbagai Enzim yang
berhubungan dengan sistem saraf, hormon,
dan detoksifikasi obat dan racun dalam hati.
Ketiga,perannya sebagai antioksidan dikenal
luas dalam masyarakat; kelarutan vitamin C
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
4/11
memungkinkannya untuk bekerja sebagai
antioksidan dalam cairan tubuh. Keempat,
Vitamin C meningkatkan tingkat penyerapan
zat besi, kalsium, dan asam folat.
Kelima,mengurangi reaksi alergi,
meningkatkan sistem kekebalan
tubuh,merangsang pembentukan empedu di
kandung empedu, dan memfasilitasi ekskresi
berbagai steroid[5].
Vitamin C penting dalam fungsi
otak, karena otak mengandung vitamin C
dalam konsentrasi tinggi. Sebuah penelitian
dilakukan oleh dua peneliti di Universitas
Texas untuk Perempuan, dimana ditemukan
bahwa siswa SMA dengan tingkat Vitamin
C lebih tinggi dalam darahnya menghasilkan
nilai IQ yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang konsentrasi vitamin C
dalam darah lebih rendah.[6]
Peran penting dari Vitamin C
dalam metabolisme memiliki
mengakibatkan sejumlah penelitian, antara
lain: penentuan jumlah Vitamin C dalam
berbagai minuman dengan menggunakan
metode titrasi redoks. Metode ini
menghasilkan hasil yang akurat, meskipun
rendahnya tingkat asam askorbat ini [7].
Penentuan jumlah Vitamin C dalam
berbagai buah-buahan dan sayuran juga
dapat dilakukan dengan metode titrasi
iodimetri. Metode ini menghasilkan asam
askorbat efisien kuantifikasi dengan harga
yang relatif rendah dengan peralatan murah
[8]. Perbandingan antara iodimetri dan
metode spektrofotometri terlihat dalam
penentuan Vitamin C dengan
spektrofotometri kurang layak, karena lebih
mahal dan memakan waktu daripada metode
iodimetry dengan perbedaan signifikan
dalam akurasi[9]
. Berdasarkan hasil di atas,
penulis yang tertarik untuk mempelajari
lebih lanjut penentuan kadar vitamin C
dengan titrasi iodimetri, cara analisa kadar
vitamin C dan konsep dasar reaksi oksidasi
reduksi pada vitamin C.
METODE
Alat
Batang pengaduk, buret, bulb, corong,
Erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, kaca
arloji, labu ukur 250ml, neraca analitik,
pipet ukur, spatula, statif dan klem
Bahan
Arsen, indicator amilum, larutan iodine
vitamin c
Pembuatan Larutan I2
Pertama, Kalium Iodida ditimbang sebanyak
27 gram dengan menggunakan Neraca
Analitik .Kemudian dilarutkan ke dalam
aquadest sebanyak 150 ml di dalam gelas
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
5/11
kimia , lalu ditimbang 19 gram I2 dan
dilarutkan dalam larutan KI . Setelah
itu, aquadest ditambahkan sebanyak 1,5 L ke
dalam gelas kimia dan dipindahkan ke
dalam botol cokelat dengan bantuan corong.
Pembuatan Indikator Amilum
Indikator amilum dibuat dengan melarutkan
serbuk amilum manihot dalam air panas.
Pertama, amilum manihot, serbuk,
ditimbang sebanyak 3 gram dengan
menggunakan neraca analitik, kemudian,
aquadest dipanaskan diatas penangas air
sebanyak 600 mL, setelah mendidih serbuk
amilum dimasukkan kedalam air panas.
Lakukan pengadukan hingga larutan
berubah menjadi jernih dan seluruh serbuk
telah larut dalam air panas.
Pembakuan Larutan Iodine 0,005 M
Pembakuan dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran.
Pembakuan dilakukan dengan menggunakan
senyawa arsen. Arsen pertama-tama
ditimbang masing-masing sebanyak 75 mg
sebanyak 3 kali dengan neraca analitik,
untuk dilakukan pembakuan triplo. Mula-
mula 75 mg arsen dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan
15 ml aquadest, 20 ml larutan NaOH dan 3-
4 tetes HCl. Kemudian terakhir ditambahkan
indicator amilum, sebelum dititrasi dengan
menggunakan larutan iodine dalam keadaan
gelap, hingga terjadi perubahan warna
menjadi warna biru tua pada larutan.
Penentuan Kadar Vitamin C
Bahan baku vitamin C ditimbang sebanyak
500 mg dengan menggunakan neraca
analitik dan dilarutkan dalam 250 ml
aquadest di dalam labu ukur 250 mL .
Larutan Vitamin C kemudian dipipet
menggunakan pipet volumetric sebanyak
masing-masing 20 ml dalam 3 buah labu
erlenmeyer. Larutan Vitamin C tersebut
dititrasi dengan menggunakan larutan Iodine
yang ada pada buret hingga bewarna kuning
pucat. Setelah itu , larutan tersebut ditetesi
1ml larutan indikator amilum 0,5 % dan
dititrasi lagi hingga terbentuk warna biru
tua. Kemudian volume titrasi dicatat dan
kadar vitamin C dapat dihitung.
Hasil
3.1. Tabel Pengamatan
No Perlakuan Hasil Gambar
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
6/11
1. Vitamin C ditimbang sebanyak
500 mg
Vitamin C 500 mg
2. Vitamin C 500 mg dimasukkan
ke dalam labu ukur
Vitamin C didalam
gelas ukur
2. Vitamin C dilarutkan di dalam
aquades 250 mL
Vitamin C larut
3. Di pipet 20 mL aliquate Larutan di dalam
pipet volume
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
7/11
4. Aliquate dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer
Aliquate di dalam
labu erlenmeyer
5. Di tambahkan indikator
amilum sebanyak 5 mL
Aliquate bercampur
dengan amilum
6. Larutan di titrasi dengan
Iodin
Titrasi 1 : larutan
menjadi bewarna biru
muda
Titrasi 2 : larutan
menjadi bewarna biru
muda
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
8/11
Titrasi 3 : larutan
menjadi bewarna biru
muda
3.2 Tabel Pembakuan I2
Volume Awal
Titrasi
Volume
Akhir
Titrasi
N Larutan
I2
0 mL 20,30 mL 0,0756 N
0 mL 20,50 mL 0,074 N
0 mL 20,50 mL 0,074 N
Rata-rata normalitas larutan I2 0,0745 N
3.3 Tabel Penentuan Kadar Vitamin C
Volume Awal Volume I2 Warna
Titrasi Titrasi Hasil
Akhir
Titrasi
20 mL 3,8 mL Biru Tua20 mL 5,0 mL Biru Tua
20 mL 5,5 mL Biru Tua
Rata-rata hasil akhir titrasi penentuan
kadar 4,76 mL
Perhitungan
1 mL iodine 0,1 N ; 4,946 mg As₂O₃
Standarisasi I₂
1. 0,1
=
4,946
75,8
X mek =7,58
4,946
= 1,5326
M ek I₂ = V1₂ x N1₂
1,5326 = 20,3 x N1₂
N1₂ = 0,07550
2.0,1
=
4,946
75,0
X mek =
7,5
4,946
= 1,5163
Mek x I₂ =V1₂ x N1₂
1,5163 =20,5 x N1₂
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
9/11
N1₂ =0,074
3.0,1
=
4,946
75,0
X mek =7,5
4,946
= 1,5163
Mek x I₂ = V1₂ x N1₂
1,5163 = 20,5 x N1₂
N1₂ = 0,074
[I₂] =0,07550 +0,074 +0,074
3
= 0,0745 N
Perhitungan % Kemurnian VitaminC
mek Vit C =mek I₂
=0,0745 N x 4, 76 mL
= 0, 354
Massa Vit C=mek Vit C x BE Vit C x 250/20
=0,354 x 88,06 x 12,5
=389,665 mg
% Vit C =
x100%
=389,665
500 100%
= 77, 93 %
PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan untuk
menentukan kadar daripada sampel vitamin
C. Vitamin C sendiri merupakan senyawa
organic yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
melakukan metabolism dalam tubuh,
biasanya terdapat pada makanan namun
dalam skala yang kecil. Penentuan kadar
vitamin C bertujuan untuk menganalisis cara
penentuan kadar dengan cara iodimetri,
dimana penentuan kadar dilakukan dengan
melakukan titrasi dengan larutan I2 dalam
kondisi gelap.
Mula-mula dibuat terlebih dahulu
bahan yang akan digunakan, yaitu larutan I2,
larutan amilum, dan larutan sampel vitamin
C. pembuatan I2 dilakukan dengan cara
melarutkan I2 dalam larutan KI karena sifat
dari I2 yang sukar larut dalam air, namun
larut dalam KI. Iodin hanya larut sedikit
dalam air (0,00134 mol/liter pada 25oC),
selain keterlarutan yang kecil sehingga
menyebabkan I2 tidak dapat langsung
dilarutkan dalam air, larutan air+I2 akan
menyebabkan tekanan uap yang cukup besar
pada larutan, yang menyebabkan terjadinya
penguapan besar pada saat digunakan, yang
berefek pada pengurangan konsentrasi pada
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
10/11
saat digunakan. Maka dari itu pelarutan I2
dilakukan dengan menambahkan I2 dalam
larutan KI karena I2 mudah larut dalam
larutan yang mengandung ion iosisa,
sehingga semakin pekat larutan itu maka
semakin besar pula keterlarutan I2.
Kemampuan I2 untuk larut disebabkan
karena pembentukan iontriiodida dalam
larutan. Hasil yang didapatkan dengan
adanya penambahan KI adalah larutan yang
dihasilkan memiliki tekanan uap yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan I2 dalam
air murni, sehingga penguapan dapat
dihindari. Namun demikian, penguapan
masih dapat terjadi maka dari itu,dilakukan
tindakan pencegahan dengan menyimpan
larutan I2 dalam bejana coklat agar terhindar
dari sinar matahari, juga pada saat
melakukan titrasi, buret senantiasa
dilakukan dalam suasaana gelap untuk
menghindari proses penguapan tersebut.
Penentuan kadar vitamin C
dilakukan dengan metode iodimetri. Metode
iodimetri merupakan metode titrasi secara
langsung yang mengacu kepada titrasi
dengan suatu larutan iodine standar. Metodeiodimetri menggunakan system redoks
iodine (triiodida) – iodide. Dengan reaksi
sebagai berikut : I3 - + 2e 3I- . Dalam
reaksi iodimeteri ini, iodine digunakan
sebagai agen pengoksidasi, dimana iodine
akan mengalam reduksi atau penurununan
bilangan oksidasi. Namun hanya sedikit
substansi penting yang cukup kuat sebagai
unsure reduksi untuk dititrasi langsung
dengan iodine yaitu zat dengan potensial
reduksi yang jauh lebih rendah, seperti
tiosulfat, arsenic (III), antimony (III),
sulfide, sulfit, timah (II) dan ferosianida,
zat-zat ini kemudian akan bereaksi lengkap
dan cepat dengan iodine bahkan dalam
larutan asam.
Kadar yang didapatkan dari titrasi
iodimetri yang dilakukan adalah sebesar 77,
93%. Dengan perhitungan didapatkan
389,665 mg dari 500 mg sampel. Bila
dibandingkan dengan jumlah kadar menurut
Farmakope Indonesia, kadar yang
didapatkan tidak sesuai dengan persyaratan,
dimana persyaratan menunjukkan bahwa
kadar vitamin C dalam 500mg harus
memiliki kadar 99% - 100,5%.
Ketidakmurnian ini dapat diakibatkan
karena penurunan kadar dari vitamin C yang
teroksidasi dengan udara sekitar,
dikarenakan sifat daripada vitamin C yang
tidak stabil. Maka dari itu, ketidaktepatankadar sangat mungkin terjadi dalam kondisi
ini.
Simpulan
-
8/18/2019 260110140137 Ellena,m Lapak Anfar1
11/11
Kadar asam askorbat yang diperoleh dari
sampel vitamin C dapat ditentukan dengan
metode iodimetri, yaitu sebesar 77,93% atau
389,665 mg. hasil tersebut menunjukkan
bahwa vitamin C dalam sampel tidak
memenuhi persyaratan yang menurut
farmakope 99 -100,5%. Adapun konsep
yang digunakan dalam titrasi titrasi
iodimetri ini adalah konsep reaksi redoks
dimana reaksi oksidasi dan reduksi
menyebabkan perubahan-perubahan biloks.
DAFTAR PUSTAKA
1. Padayatty S.J.. (2003). Vitamin C as
an antioxidant: evaluation of its role
in disease prevention. Available
Online at:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1256
9111 [Accessed : 20 September
2015]
2. Sherwood, L. (2000). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Dorland, (2009). Kamus Kedokteran
Dorland . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
4.
Akhilender. (2003). Dasar-Dasar
Biokimia I . Jakarta : Erlangga,.
5. Nurfatimah. (2008). Konsumsi
Vitamin C “Majalah Percikan
iman”.
www.percikaniman.com/mapi/indeks
.phd.html,[Accessed :20 September
2015]
6. Rahmawati, S., and Bunbun B,.
(2012). Kinetics of The Oxidation of
Vitamin C . Indo. J. Chem., 12 (3),
291-296.
7. Sigmann, S.B., and Wheeler,
D.E.(2004). Quantitative
Determination of Citric and Ascorbic
Acid in Powdered Drink Mixes. J.
Chem. Educ., 81(10), 1479 –
1481.
8. Verdini, R.A., and Lagier, C.M.
(2004). Rapid Analysis of Ascorbic
and Isoascorbic Acids in Fruit Juice
by Capillary Electrophoresis. J.
Chem. Educ. 81(10). 1482 – 1485.
9. Saputro, D.E.(2005). Perbandingan
Metode Penetapan Kadar Vitamin C
secara Iodometri dan Spektroskopi
Visibel Menggunakan Pereaksi
FolinCioucalteu. Surakarta: UMS
digital library.