260110140097 Destiana Purnama Pemeriksaan Bahan Baku ZnO
-
Upload
destiana-purnama -
Category
Documents
-
view
78 -
download
28
description
Transcript of 260110140097 Destiana Purnama Pemeriksaan Bahan Baku ZnO
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU ZnO SECARA TITRASI
KOMPLEKSOMETRI
NAMA : DESTIANA PURNAMA
NPM : 260110140097
HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA, 22 SEPTEMBER 2015
ASISTEN : 1. HASYA AQDAN
2. HESTI JUWITA SARI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
Abstract
Zinc oxide is an inorganic compound with the formula ZnO. ZnO is a white
powder that is insoluble in water, and is widely used as an additive in a variety of
materials and products including rubber, plastics, ceramics, glass, cement,
lubricants, paints, ointments, adhesives, sealants, pigments, foods (source of Zn
nutrient) , batteries, ferrites, fire retardants, and first aid tape. It occurs naturally as
a mineral zincite, but most of zinc oxide produced synthetically. Complexometric
titration is a titration based on the formation of complex compounds (complex
ions or salts which are difficult to ionizing). Complexometry is a type of titration
where the titrant and mutual clicking titrat complex, results in the form of
complex shape. According to literature ZnO content of not less than 99% of this
lab results obtained ZnO content of 87.18%.
Keywords : ZnO, Titration Complexometry, levels of purity ZnO
Abstrak
Seng oksida merupakan senyawa anorganik dengan rumus ZnO. ZnO merupakan bubuk putih yang tidak larut dalam air, dan secara luas digunakan sebagai aditif dalam berbagai bahan dan produk termasuk karet, plastik, keramik, kaca, semen, pelumas, cat, salep, lem, Sealants, pigmen,makanan (sumber Zn gizi), baterai, ferit, retardants api, dan kaset pertolongan pertama. Ini terjadi secara alami sebagai mineral zincite, tetapi kebanyakan seng oksida diproduksi secara sintetis. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Menurut literature kadar ZnO tidak kurang dari 99 % hasil dari praktikum ini didapat kadar ZnO sebesar 87,18 %. Kata kunci : ZnO, Titrasi Kompleksometri, Kadar Kemurniaan ZnO.
Pendahuluan
Praktikum kali ini adalah tentang
pemeriksaan bahan baku ZnO secara
titrasi kompleksometri. Praktikum
kali ini bertujuan untuk menetapkan
kadar sampel secara kuantitatif
menggunakan prinsip reaksi
pembentukan kompleks
(kompleksometri) dan menghitung
kemurnian bahan baku ZnO dan
membandingkan dengan
persayaratan. Prinsip yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu Titrasi
Kompleksometri adalah titrasi yang
digunakan untuk menentukan
kandungan garam-garam logam
(Gandjar, 2007). Titrasi Langsung
titrasi ini dapat dilakukan terhadap
sedikitnya 25 kation dengan
menggunakan indikator logam.
Buffer NH3- NH4Cl dengan pH 9-10
sering digunakan untuk logam yang
membentuk kompleks amoniak
(Underwood, 2002). Titrasi Tidak
Langsung Cara titraasi tidak
langsung dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion-ion seperti
anion yang tidak bereaksi pengkelat
(Pudjatmaka,2002). Indikator EBT
(Eriochrome Black T) umumnya
berwarna merah seperti H2IN. Titrasi
harus diatur pada pH 7 atau lebih.
Sehingga indikator bebas dalam
bentuk HIn2 yang berwarna lain
(Krisnadwi, 2014). Tititk Akhir
Titrasi
Keadaan waktu menghentikan titrasi.
Jika menggunakan indikator yaitu
pada saat indikator berubah warna
(Levie, 2010).
Dalam analisis suatu zat kimia
digunakan berbagai macam
metode. Salah satu metode yang di
pakai untuk penetapan kadar
logam adalah Kompleksometri.
Metode ini didasarkan atas
pembentukan senyawa komplek
antara logam dengan zat
pembentuk komplek. Sebagai zat
pembentuk kompleks yang banyak
digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam
dinatrium etilen diamina tetra asetat
(dinatrium EDTA). Kestabilan dari
senyawa komplek yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH
dari larutan, sehingga titrasi harus
dilakukan pada pH tertentu. Untuk
menetapkan titik akhir titrasi
(TAT) digunakan indikator logam,
yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam
harus lebih lemah daripada ikatan
kompleks atau larutan titer dan ion
logam. Larutan indikator bebas
mempunyai warna yang berbeda
dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri
adalah kalkon, asam kalkon
karboksilat, hitam eriokrom-T dan
jingga xilenol. Untuk logam yang
dengan cepat dapat membentuk
senyawa kompleks pada umumnya
titrasi dilakukan secara langsung,
sedang yang lambat membentuk
senyawa kompleks dilakukan titrasi
kembali. Titrasi Zn++ merupakan
salah satu contoh titrasi yang
pHnya harus diatas 7 dan
menggunakan Eriochrom Black T
sebagai indikator. Untuk itu buffer
yang dipakai adalah campuran
NH4OH dan NH4Cl misalnya dengan
pH 9
pada tingkat kebasaan ini Zn++
dapat mengendap, tetapi tercegah
oleh pembentukan senyawa
kompleks dengan NH3.
(Yusrin, 2008).
Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–
reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak
sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang
cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi
titrasi kompleksometri : Ag+ + 2
CN- Ag(CN)2 Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
Seng merupakan salah satu
logam yang membentuk senyawa
komplek dimana penetapan kadar
seng menurut Farmakope Indonesia
edisi III ditetapkan secara
kompleksometri menggunakan
dapar amonia amonium klorida (pH
dapar ±9-10), ditambah indikator
EBT dan di titrasi dengan Na2EDTA
(Farmakope Indonesia Edisi III,
1979).
Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakan
indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai
warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator
demikian disebut indikator
metalokromat, contohnya :
Eriochrome black T dan Asam
salisilat. Penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH
untuk titrasi adalah 10 dengan
indikator Eriochrome black T. pada
pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan
mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan
indicator murexide. Keunggulan
EDTA adalah mudah larut dalam air,
dapat diperoleh dalam keadaan
murni, sehingga EDTA banyak
dipakai pada percobaan
kompleksometri (Pustaka Arsip
Kampar, 2014).
Metode titrasi tergantung
pada reaksi kesetimbangan yang
mungkin ada dalam larutan antara
ion logam dan anion, yang bentuk,
menurut konsentrasi mereka, baik
sebagai endapan tidak larut atau ion
kompleks yang larut stabilitas cukup
rendah untuk terurai dengan cepat
dan reversibel pada pengenceran
(Caley, 1963).
Metode
Alat
1. Buret
2. Gelas Kimia
3. Gelas Ukur
4. Labu volumetri
5. Pipet
6. pH universal
Bahan
1. Aquadest
2. HCL 4N
3. Indikator EBT
4. Larutan Baku Primer
5. Larutan Buffer Salmiak
6. Larutan Komplekson III
7. Larutan NH4OH
8. ZnO
9. ZnSO4
Prosedur
Pembuatan Larutan Na2EDTA
0.05 M
Ditimbang sebanyak 2,79gr
Na2EDTA kemudian dilarutkan
dengan 150mL H2O di dalam gelas
kimia kemuadian aduk hingga larut.
Pembakuan EDTA
Sebanyak 250mg ZnSO4.H2O
ditimbang dan dilarutkan dalam
50mL Aquadest. Dicek pH larutan.
Karena belum stabil pada pH 10
ditambahkan buffer hingga pH stabil
pada pH 10. Lalu tambahkan
indicator EBT sesepora. Kemudian
dititrasi dengan larutan EDTA
hingga terjadi perubahan warna (titik
akhir titrasi). Lalu hitung
molaritasnya.
Pembuatan Buffer Salmiak
Ditimbang NH4Cl sebanyak 33,75gr
kemudian ditambahkan NH4OH
325mL lalu ditambahkan asam asetat
glasial hingga pH 9, tambahkan
aquadest hingga 500ml.
Pembuatan Indikator EBT
Ditimbang 1gr EBT dan 10gr NaCl
kemudain campur keduanya lalu
gerus hingga homogen.
Penetapan Kadar Bahan Baku
ZnO
Ditimbang 100mg ZnO kemudian
dilarutkan dengan 2mL HCl 4N. Lalu
ditambahkan aquadest hingga 20 ml
kemudian netralkan dengan NH4OH
hingga pH 7. Ditambahkan larutan
buffer salmiak hingga pH 10 lalu
titrasi dengan larutan komplekson III
indikator EBT sampai titik akhir
titrasi. Lakukan sebanyak tiga kali
(triplo). Hitung kemurnian bahan
baku ZnO, bandingkan dengan
persyaratan.
Hasil
Reaksi
1. Mn+ + H2Y2 (MY)n-4 + 2H- (Gandjar, 2007).
2. Zn2+ + NH3 Zn(NH3)2+ (Triwahyuni.E, 2008).
Data Pengamatan
No Perlakuan Hasil 1. Ditimbang 100 mg ZnO kemudian
dimasukan kedalam erlenmeyer. 100 mg ZnO dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 2 ml HCl 4N. ZnO larut. 3. Ditambahkan aquadest hingga 20 ml. Terbentuk larutan ZnO. 4. Dinetralkan dengan NH4OH hingga
pH 7. Larutan netral.
5. Ditambahkan larutan buffer salmiak hingga pH 10.
Larutan menjadi pH 10.
6. Dititrasi menggunakan komplekson III dengan indikator EBT.
Terjadi perubahan warna dari ungu jadi biru mantap.
- Titrasi 1 : 38 mL - Titrasi 2 : 20,5 mL - Titrasi 3 : 31,5 mL
Perhitungan
1. Pembakuan Na-EDTA
a. Erlenmeyer 1
Me EDTA = �����
��������
�
�
=���,���
���,���
�
��= 0,872�0,041 = 0,0357�
b. Erlenmeyer 2
Me EDTA = ���,���
���,���
�
��= 0,870�0,041 = 0,0356�
c. Erlenmeyer 3
Me EDTA = ���,���
���,���
�
��= 0,874�0,041 = 0,0358�
Me EDTA Rata-rata = �,������,������,����
�= 0,0357�
2. Penetapan Kadar ZnO
a. Titrasi 1
% ZnO = ������,�������,���
������100% = 110,43%
b. Titrasi 2
% ZnO = ��,�����,�������,���
������100% = 59,57%
c. Titrasi 3
% ZnO = ��,�����,�������,���
������100% = 91,54%
Rata –rata kadar ZnO (%) = ���,��%���.��%���,��%
�= 87,18%
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini praktikan melakukan penentuan kadar dari bahan baku ZnO dengan menggunakan titrasi kompleksometri. Menurut Farmakope Indonesi Edisi Ketiga ZnO (Zinc Oxide) berbentuk amorf,sangat halus,putih atau putih kekuningan,tidak berbau,tidak berasa,lambat laun menyerap karbondioksida dari udara. ZnO praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Seng oksida mengandung tidak kurang dari 99,0% ZnO, dihitung terhadap zat yang tidak dipijarkan. Sedangkan titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan ligan sehingga membentuk suatu kompleks. Ligan merupakan gugus yang terikat pada ion pusat. Ligan yang dipakai dalam
kompleksometri dikenal juga sebagai pengkhelat. Ligan yang digunakan mengikat logam lebih dari satu atom. Biasanya senyawa pengkhelat memiliki atom N atau O. Berdasarkan strukturnya, EDTA memiliki 6 pasang elektron bebas pada 4 atom O dan 2 atom N, yang dapat terikat pada ion logam. Berdasarkan literatur Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat yang seringkali digunakan sebagai titran dalam titrasi kompleksometri.
EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya
asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehinggaEDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut. Struktur EDTA seperti dibawah ini :
EDTA harus di bakukan terlebih dahulu karena EDTA memiliki sifat higroskopis dan merupakan larutan baku sekunder sehingga harus dibakukan dengan larutan baku primer yaitu ZnSO4.
Indikator yang digunakan yaitu indikator EBT. Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator yang
berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 ± 0,1. Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil, dan hanya bisa digunakan dalam suasana basa . Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite. Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Eriochrome Black T. Bila indikator Erichrom Black T (EBT) ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian dititrasi dengan EDTA, ion Ca dan Mg akan terikat sebagai kompleks. Pada titik akhir titrasi yaitu bila seluruh ion Ca dan Mg sudah terikat oleh EDTA, larutan yang berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru.
Dari titrasi yang dilakukan maka didapat kadar ZnO sebesar 87,18 %. Berdasarkan Farmakopae Edisi III ZnO mengandung tidak kurang dari 99 % ZnO. Dari persyaratan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ZnO belum murni.
Simpulan
Kadar ZnO yang didapat dari
praktikum kali ini sebesar 87,18 %.
Berdasarkan Farmakopae Edisi III
hal.636 ZnO mengandung tidak
kurang dari 99% ZnO. Dari
persyaratan diatas maka dapat
disimpulkan kadar ZnO yang
diujikan belum murni.
Daftar Pustaka
Caley, Earle R.;Farrohha, Sabri M.
1963. A New Type of
Complexometric Titration.
Ohio Journal of Science.
Vol.63. Tersedia online di
http://hdl.handle.net/1811/
4926 [Diakses pada 25
September 2015].
Departemen Kesehatan RI. 1979.
Farmakope Indonesia,
Edisi III. Jakarta: Depkes
RI.
Gandjar,I.G. 2007. Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Krisnadwi. 2014. Titrasi
kompleksometri. Tersedia
online di
http://bisakimia.com/2014/
09/02/titrasi-
kompleksometri/ [diakses
pada tanggal 19 September
2015].
Levie,R. 2010. Potentiometric
Titration. Tersedia online
di
http://www.titrations_info/
[diakses pada tanggal 19
september 2015].
Pudjatmaka,A.H. 2002. Kamus
Kimia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pustaka Arsip Kampar. 2014.
Kompleksometri titrasi
kompleksometri. Tersedia
online di
http://kamparkab.go.id/pus
taka/berita-
kompleksometri-titrasi-
kompleksometri.html
[diakses pada tanggal 26
September 2015].
Triwahyuni,E. 2002. Penggunaan
Metode Kompleksometri
Pada penetapan Kadar
Seng Sulfat dalam
Campuran Seng Sulfat
dengan Vitamin C.
Tersedia online di
http://jurnal_unimus.ac.id/i
ndex_php/psn/atride/new/
B6/117/ [diakses pada
tanggal 19 September
2015].
Yusrin dan Endang. 2008.
Penggunaan Metode
Kompleksometri Pada
Penetapan Kadar Seng
Sulfat Dalam Campuran
Seng Sulfat Dengan
Vitamin C. Tersedia online
di
http://jurnal.unimus.ac.id_
Vol_1,No_1(2008).
Underwood, A.L. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Lampiran
100 mg ZnO dalam erlenmeyer
ZnO larut dalam 2 mL HCl 4 N dan
ditambahkan aquadest sampai 20 mL
Erlenmeyer ke-1 dititrasi dengan larutan
komplekson III dan indikator EBT
Erlenmeyer ke-2 dititrasi dengan larutan
komplekson III dan indikator EBT
Erlenmeyer ke-3 dititrasi dengan larutan
komplekson III dan indikator EBT