Alwin Antariksa Purnama Salura-libre

13
Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012 Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati PELESTARIAN ARSITEKTUR GEREJA KATEDRAL PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI KOTA BANDUNG Alwin Suryono ¹, Antariksa², Purnama Salura³ 1) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Parahyangan (email [email protected] ) 2) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Parahyangan Abstrak Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (1922) kini masih asli, utuh, berfungsi baik, yang kini berdekatan dengan bangunan dua kali tingginya. Studi ini membaca kebertahanan gereja Katedral dengan prinsip Pelestarian Arsitektur. Elemen arsitektur Fungsibentukmakna dibaca wujudnya pada objek, lalu diungkap Makna Kulturalnya untuk menetapkan elemen bangunan yang patut dilestarikan. Teori Capon: arsitektur tersusun dari elemen Fungsibentukmakna. Teori Pelestarian Orbasli, Feilden, SidhartaBudihardjo: pendekatan Makna Kultural, yang dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Metoda yang digunakan ialah deskriptifevaluatif. Fungsibentukmakna dideskripsikan pada objek, sekaligus sebagai acuan Makna Kultural, yaitu: aspek bentuk berupa Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspek Fungsi berupa Nilai Keteknikan dan Kelokalan, aspek Makna berupa nilai Sejarah dan Simbolik. Hasil studi. “Bentuk”: Selubung bangunan (megah, sakral, indah); Tata ruang bertema salibgotik (indah, nyaman dan sakral). “Fungsi”: Dinding selubung sebagai struktur dan penyerap bising/lembab; Plafon gaya Gotik sebagai elemen akustik dan keindahan; Jendela sebagai sumber penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik; Menara lonceng dan ornamen salib sebagai simbol spiritual. “Makna”: Ketinggian bangunan, menara lonceng, lambang salib bermakna spiritual; gaya NeoGotik bermakna sejarah. Makna Kultural berupa nilai Arsitektural, Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik (kesakralan tergannggu bangunan tinggi sebelahnya). Nilai Sejarah pada gaya arsitektur NeoGotik, sedang nilai Kelokalan kurang berperan. Bangunan masih utuh, asli, kokoh, hanya kerusakan kecil, kotor, lembab, berkarat. Tindakan pelestariannya ialah Preservasi, perawatan rutin dan pengendalian vegetasi. Kata kunci: Makna kultural, bentuk, fungsi, makna, preservasi. Pendahuluan Politik Etis (Balas Budi) yang diawali pidato Ratu Wihelmina tahun 1901 telah mengubah pendekatan kolonialisme Belanda, menjadi peduli pada kemakmuran rakyat Indonesia (Ricklefs,1993:152). Pemerintah Belanda lalu memodernisasi kotakota lama

description

aa

Transcript of Alwin Antariksa Purnama Salura-libre

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    PELESTARIANARSITEKTURGEREJAKATEDRALPENINGGALANKOLONIALBELANDADIKOTABANDUNG

    AlwinSuryono,Antariksa,PurnamaSalura1) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan

    ([email protected])2) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasBrawijaya

    3) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan

    AbstrakGerejaKatedralSantoPetrusBandung(1922)kinimasihasli,utuh,berfungsibaik,yang

    kiniberdekatandenganbangunandua kali tingginya. Studi inimembaca kebertahanan gerejaKatedraldenganprinsipPelestarianArsitektur. Elemen arsitektur Fungsibentukmaknadibacawujudnyapadaobjek, laludiungkapMaknaKulturalnyauntukmenetapkan elemenbangunanyangpatutdilestarikan. TeoriCapon:arsitektur tersusundarielemenFungsibentukmakna.TeoriPelestarianOrbasli,Feilden,SidhartaBudihardjo:pendekatanMaknaKultural,yangdipertahankanmelaluitindakanpelestarian. Metodayangdigunakan ialahdeskriptifevaluatif.Fungsibentukmaknadideskripsikanpadaobjek,sekaligussebagaiacuanMaknaKultural,yaitu:aspekbentukberupaNilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspek Fungsi berupaNilai Keteknikan dan Kelokalan, aspekMaknaberupanilaiSejarahdanSimbolik. Hasilstudi.Bentuk:Selubungbangunan(megah,sakral, indah);Tataruangbertemasalibgotik(indah,nyamandansakral).Fungsi:Dindingselubungsebagaistrukturdanpenyerapbising/lembab;PlafongayaGotiksebagaielemenakustikdankeindahan;Jendelasebagaisumberpeneranganalamidanelemenestetik temaGotik;Menara loncengdanornamensalibsebagaisimbol spiritual. Makna: Ketinggian bangunan, menara lonceng, lambang salib bermaknaspiritual;gayaNeoGotikbermaknasejarah.MaknaKulturalberupanilaiArsitektural,Kekriyaan,KeteknikandanSimbolik(kesakralantergannggubangunantinggisebelahnya).NilaiSejarahpadagayaarsitekturNeoGotik,sedangnilaiKelokalankurangberperan.Bangunanmasih utuh,asli,kokoh,hanyakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.TindakanpelestariannyaialahPreservasi,perawatanrutindanpengendalianvegetasi.Katakunci:Maknakultural,bentuk,fungsi,makna,preservasi.Pendahuluan

    PolitikEtis(BalasBudi)yangdiawalipidatoRatuWihelminatahun1901telahmengubahpendekatankolonialismeBelanda,menjadipedulipadakemakmuranrakyatIndonesia(Ricklefs,1993:152).PemerintahBelandalalumemodernisasikotakotalama

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    abad ke13dan ke14diHindiaBelanda (Sachari,2007:45;Passchier,2009:132), sertamenghadirkanbangunanbangunankolonialyangmemperhatikanalam/budaya lokal.Gaya Arsitektur Indis (sintesa unsur arsitektur tradisional lokal teknologi Eropa)menampilkan tradisi lokal yang modern, sedangkan gaya modern Nieuwe Bouwen(sintesaarsitekturmodernEropaalam/budayalokal)menampilkanmodernitasEropayang tanggap lingkungan. Kearifan lokal telah menjadi dasar pada dua arsitekturkolonial ini,namundengan tampilanberbeda.GayaNeoklasik yang sedangpopulersaat itu (gaya Eropa, tampilan monumental) menjadi juga memperhatikanalam/budaya lokal (Kusno,2009:174). Sampai saat ini, arsitektur kolonial BelandatersebutmasihbanyakterdapatdikotakotabesarsepertiJakarta,Bandung,Semarangdan Surabaya (Handinoto,2010:24; Sachari,2001: 28). Pemandangan kota denganbangunanbangunan megah yang mewakili zamannya, menjadikan suatu daya tarikwisata(Soekiman,2000:309).Namunbanyakjugabangunanyangbernilaisejarahdanbudaya tinggi digerogoti oleh kepentingan komersial dan digantikan oleh arsitekturmodern, yang mengikuti selera internasional. Hasilnya, kota yang seragam danmonoton(Danisworo,1999:104). GerejaKatedralSantoPetrusadalahsalahsatubangunan langkadiBandung,dibanguntahun1922olehM.KunstberdasarkandesainarsitekCP.WolffSchoemaker(Winarwan,2002).Kinimasihasli,utuhdanberfungsibaik, namunharusberadaptasidengan tuntutan masa kini. Posisinya di pojok jalan Merdeka jalan Jawa (jalanutama)dandi tepi rel kereta apimenjadikannya terkenadampak gangguan getarantanah,polusidebuasapkendaraan,bising.Hotelbesaryang tingginyaduakali tinggigereja inidipersil sebelah turutmengganggu kesakralannya. Efekglobalisasi ini takterhindarkan, namun keadaan ini perlu disikapi dengan tepat terkait konteksnyasebagaiBangunanCagarBudayakelasA. Bangunan Cagar Budaya adalah kekayaanbudaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah,ilmupengetahuandan kebudayaandalam kehidupanbermasyarakat,berbangsadanbernegara, sehingga perlu dilestarikan (UURI no.11 tahun 2010). Pelestariannyabermanfaat padaduniaarsitekturdanhalhal terkait, seperti:1.Sebagaimediaajarperkembanganarsitekturdankota.2.Memberikantautanbermaknadenganmasalalu.3. Membantu terpeliharanya warisan arsitektur (Antariksa, 2004). Maka upayamelestarikan arsitektur warisan kolonial Belanda bermakna kultural ini menjadipentinguntukdikedepankan. Tujuan studi ini ialah mengkaji pelestarian gereja Katedral Santo Petrusdengan pendekatanArsitektural danMakna Kultural, danmengevaluasi pelestarianyang telah dijalankan.Manfaat studi ini ialahmendapatkan proses pelestarian yangdapat mengatasi tuntutan arsitektur masa kini sekaligus mempertahankan maknakulturalnya,sertamendukungpengetahuanteoritis/empirispelestarianarsitektur.

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    StudiLiteratur Studi literatur diawali dengan paham keilmuan yang akan dianut, sebagaipengarahdalampenetapanteoriteoriyangdigunakanagardapatsejalan.StrukturalismePaham Strukturalis berusaha membaca semua bentuk kebudayaan denganmemahami sistemsistem utamanya, melalui analogi bahasa (Saussure dalamLeach,1997). Teori utama arsitektur strukturalis dipilih dari teori Capon, denganpertimbangan: (1)Melihat arsitektur sebagai susunan dari elemenelemennya, yangdikatagorikan Fungsibentukmakna. (2) Aspek tinjauannya tergolong luas. (3) TeoriCaponmerupakanhasil rangkumandariberbagai teoriarsitektur strukturalis. UntukteoriutamaPelestariandipilihteoriSidhartaBudihardjo(1989),Orbasli(2008),Feilden(2003) yangmenggunakan pendekatanMakna Kultural dalam pelestarian arsitektur.Nilainilai inilah yang akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Teoriteoripendukungjugadaristrukturalisme,agarsejalan.TeoriArsitektur Capon (1999,ix) berargumen bahwa semua unsur di alam selalu mengacukepada struktur. Selanjutnya,arsitekturmerupakan strukturdarielemenelemennya,yangdikatagorikandalamFungsibentukmakna.Teori arsitekturCaponyangdipilihmerupakan dasar untukmengungkap elemen arsitektur pada objek studi.Dasarnya,idea awal arsitektur ialah kebutuhan ruang untuk Kegiatan (fungsi). Ruang yangdibutuhkan tersebutdanpelingkup fisiknyadiakomodasiolehmedium (bentuk). Lalubentuk menampilkan pesan yang membawa arti/makna (Salura, 2010:50). MakaFungsibentukmakna ialah elemen arsitektur (Capon,1999; Salura,2010), diuraikansebagaiberikut:Bentuk.Bentukdapatdilihatmelalui: (1).Elemennya:garis,bidangdan volume. (2).Susunannya: melalui penggunaan sumbu, grid, pengulangan dan rotasi. (3).Estetikanya,melaluiasasasaskesatuan,keragaman,tema/variasitema,keseimbangan,evolusidanhirarki(Capon,1999:41;ParkerdalamSachari,2001:158).Bentukgarislurusmerupakan bentuk yang dominan pada Arsitektur awal abad 20 (Capon,1999;49).Bentuk bidang dapat berupa dinding dengan bukaan pintu/jendela yang berperanuntuk penonjolan bentuk bangunan atau pola komposisi fasad bangunan. Susunanbentukmelalui penggunaan sumbu di atas adalah untukmemudahkan pemahamanbentuk tersebut,atauuntukmengatur tatananarsitektural.Pengulanganmerupakancara yang sering digunakan pada Arsitektur Modern (Taut, dalam Capon, 1999:55),termasuk Arsitektur Kolonial. Susunan bentuk juga dapat berpola radial, kluster,terpusat, linier (Ching,1979). Asas tema dapat berupa keragaman

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    (kontras/perbedaan), harmoni (Capon,1999:41) atau kesatuan dalam keragaman(Berlage dalam Capon,1999:61). Irama pada selubung bangunan dapat berupa polasusunan jendela, bidang kaca, susunan kolom atau lainnya. Relasi elemen bentukdenganfungsidanmaknaadalah: Relasinya dengan Fungsi dapat berupa: bentuk yang penekanannya pada

    fungsi,ataubentukdipadukandenganfungsi. Relasinya dengan Makna dapat berupa: bentuk yang memberi citra, ide,simbol.

    Bentukbangunan terkaitdengan caradiwujudkan, yaituberkenaandengan prosesdan material nya. Proses terdiri dari proses menjadi, berubah dan berhenti.Proses menjadimeliputidesaindankonstruksi,proses berubahberuparehabilitasi,adaptasi atau lainnya, sedangkan proses berhenti berupa penghancuran. Material,adalah inti fisik bangunan, yang mengalami perubahan menerus (Kant, dalamCapon,1999:143).Fungsi.FungsididefinisikansebagaiPeranbangunanuntukmemenuhimaksud/tujuanyang telah ditetapkan, yangmeliputi: fungsi fisik, sosial, simbol budaya (Ligo dalamCapon,1999:76; Schulz,1997:109). Fungsi Fisik ialah peran bangunan menyediakankenyamananfisikuntukaktifitasyangdiwadahi,antaralain(Mangunwijaya,1981:161;Olgay,1992:16): Kenyamanan ruang, terkait luas dan bentuk ruang terhadap kebutuhan

    aktivitasnya. Kenyamanan termal, faktornya:suhu ruang,kelembaban relatif, radiasisinarmatahari,pergerakanudara. Kenyamanan visual, terkait teratasinya masalah silau, misal melalui teritisyanglebar. Kenyamananaudial,terkaitteratasinyagangguanbunyisecaraAktifdan/atausecaraPasif.

    Fungsisimbolialahperanbangunanmemberitandapadafungsiyangdiwadahinya.Fungsiarsitekturselaluterkaitdengankonteksnya,yangdikelompokkansebagai: (1).Konteks manusia: pengguna bangunan, hasil karya (aturan, pedoman, tradisi,bentuk/warna kesukaan), kelompok sosial yang berpengaruh (dan budayanya). (2).Konteks alam: tempat dari bangunan (karakter fisik, spirit) dan lingkungan alamnya(yangmewadahi tempat danmemberi pengaruh). (3). Konteks bangunan: bentukanbangunan dan tapak di sekelilingnya yang berkaitan.Misalkan konteksmelalui polagaya arsitektur, bentuk atap, ornamentasi atau material (Salura, 2010:14;Capon,1999:185). Ornamen ialah perlakuan pada permukaan berupa nilainilai

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    simbolik,yangbelakangantakmementingkanmakna lagi.Ornamenberkaitandengankonteks visual dan perasaan, lebih dari sekedar fungsional. (Moholy, dalamCapon,1999:207). Padabangunan tua yang fungsinya tetap, standar fungsi tersebutdapat berkembang sesuai kebutuhan terkini. Misalnya standar kenyamanan,kesehatan, keamanan yang berdampak pada peningkatan kebutuhan sistemkelengkapanbangunandaninterior(Prudon,2008:30).Makna. Arsitekturadalah suatubentukpengungkapanperasaan,yangdisampaikanmelaluidesain(Gorman,1998:89).Bangunanhendaknyatakhanyaterlihatbaikdanberfungsi baik, tapi juga berkomunikasi baik (Ruskin dalam Capon,1999:107).Makna suatu bangunan diperoleh melalui interpretasi seni/sejarah, dan maknasimbolik bangunan dapat berupa: (1) Simbolik pemilik/ organisasi. (2) Simbolikbudaya/gayahidup(3)Simbolikuntuktujuantertentu(Capon,1999:120).Simboldapatberlaku hanya untuk sekelompok orang/masyarakat. Makna (arti pesan yangditampilkan)dapattentangfungsinyaatautentangsusunanelemenbentuknya(Salura,2010:83). Bentuk simetrismemusat mengekspresikan simbol kekuasaan (Sachari,2007:161). Tampilan dapat mengekspresikan suatu keinginan/emosi. Ekspresimerupakan fungsi dari bentuk bangunan sedangkan makna sebagai penggantikomunikasi isinya. Penekanan ekspresi dapat pada fungsi, struktur, kegunaan, ataubudayaperiodetertentu.Penerapanelemenarsitekturpadaobjekstudiadalah: Bentuk mengacu pada bangunan dan tempat/lingkungannya. Bangunan

    berupaselubungbangunan,tataruang,struktur,elemendekoratif,ornamen.Tempat/lingkunganialahruangluarterkait. Fungsi, mengacu kepada peran/kegunaan bangunan, berupa fungsi fisik(kenyamananruang,termal/audial/visual),fungsisimbol(tandadariaktivitasyangdiwadahinya). Makna, dapat berupa spirit zaman kolonialisme baru, simbolik budayaEropa/daerahdiNusantaraataumaknatentangfungsi/susunanbentuk.

    TeoriPelestarian

    Secara umum, pelestarian ialah perbuatan menjadikan sesuatu tetap takberubah (Poerwadarminta, 2003:698). Pelestarian ialah proses memiliki kembalikeutuhan suatu objek yang masih ada (Murtagh,1988:16), atau seluruh prosesmemahamidanmenjaga suatu tempatuntukmempertahankannilainilaibudayanya(Piagam Burra,1999; Orbasli,2008:38) . Proses tersebut termasuk perawatan dan,tergantung keadaan, mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi atau

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    kombinasinya. Pendapat lain, pelestarian adalah upaya untukmempertahankan danmelindungibangunanbersejarah,untukmemahamimasa laludanmemperkayamasakini, sehingga bermanfaat bagi perkembangan kota dan generasi masa datang(Antariksa,2010). Untukpenelitian ini,pengertianpelestarianyangdigunakanadalah:Upaya memahami, mempertahankan dan melindungi suatu tempat(bangunan/lingkungan)bersejarahyangmasihada,agarmaknakulturalnyabertahan.Pelaksanaannya dengan cara perawatan, disertai tindakan pelestarian yang sesuai,seperti:preservasi,restorasi,rehabilitasi,adaptasi,ataukombinasinya.PendekatanPelestarian Studi pelestarian arsitektur ini menggunakan pendekatan arsitektural danmakna kultural. Pendekatan arsitektural untuk mengkatagorikan elemenelemenarsitekturobjek studi sebagai Fungsibentukmakna,berdasarkan teoriCapon. LalutiapelemenarsitekturiniakandiungkapMaknaKulturalnya(berupaNilainilaiterkait),yangakandipertahankansemaksimalnya.NilaiArsitekturaldanKekriyaanpadaelemenBentuk,nilaiKeteknikandanKelokalanpadaelemenFungsi,nilaiSejarahdanSimbolpada elemen Makna (Orbasli,2008; Feilden:2003; SidhartaBudihardjo,1989). Peranpelestarian adalahmempertahankannilainilai tersebutdanmempertingginilai yangcocok (Orbasli,2008:38). Tindakan pelestarian ditetapkan berdasarkan kondisi fisikelemenelemen arsitektur di atas serta tuntutanmasa kini, dalammempertahankannilainilainya.PrinsipPelestarian Prinsippelestarianyangjadipegangandalamstudiiniadalah:(Orbasli,2008:51dan SidhartaBudihardjo, 1989:14): 1.Keutuhan,meliputi bentuk,material, struktur,estetika, konteks/suasana. 2.Keaslian, terkait dengan bentuk,material, teknik/tradisikonstruksi, tempat, konteks, lingkungan dan fungsi. Perubahan yang dapatmerusakkeaslian harus dihindari. 3. Keamanan, terkait tindakan pelestarian harus bisamenjamin keamanandanpemeliharaannyadimasadatang.4. Intervensi fisik,harusdiupayakan sedikit mungkin agar tidak mengubah bukti sejarah, demi penghargaanpadakeadaan semula.5.Bukti sejarah tidakbolehdipalsukan, sehinggapenggantianbagianyanghilangharusharmonisdenganbagianyanglama,tapimudahdibedakan.TindakanPelestarian Tindakanpelestariandiperlukanuntukmempertahankanmaknakulturalsuatuobjek/bangunan berdasarkan kondisi fisiknya, penyebab kerusakannya dan kondisibaru yang diinginkan (Feilden,2003:8) serta dipengaruhi oleh kondisi lapangan,anggaran, penaikan mutu yang disyaratkan (Orbasli,2008). Untuk studi pelestariangerejaKatedralBandung,makajenistindakanpelestarianyangdigunakanialah:

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    (1) Preservasi, yaitumempertahankan bangunan pada bentuk dan kondisi yang ada(Feilden, 2003:9;Orbasli: 2008:47) danmencegah/memperlambat penurunanmutu(Rodwell,2007:8) tanpa adaperubahan (SidhartaBidihardjo,1989).Upayamencegahpenurunan mutu dapat berupa: a). Pengendalian lingkungan, agar perantarapenurunan mutu bangunan tidak berubah menjadi aktif (Feilden,2003:9) danmemperlambat proses kerusakan (Orbasli,2008:47). Bentuknya dapat berupapengaturan pertumbuhan vegetasi, buangan drainase, keamanan vandalisme. b).Penguatanelemenbangunan(struktural,pengisi,penutup)untukmenjaminketahanandan keutuh an strukturnya (Feilden,2003:9) dan menghentikan penurunankekuatan/ketidakstabilanstruktural(Orbasli,2008:47).(2) Adaptasi, ialah perubahan tidak drastis pada bangunan untuk suatu kegunaan(SidhartaBudiharjo,1989:11).AspekStrukturaldanMaterialBangunanTua

    Bangunan tua umumnyamemiliki cadangan kekuatan namun tidakmerata,sehingga beberapa bagian bangunan relatif lebih kuat atau lemah dari lainnya(Feilden,2003:25).Makapenelitian kekuatanbangunanperlumempertimbangkan:1)bentuk keseluruhan struktur bangunan. 2) seluruh elemen struktural dan lapisandibawahbangunan.3)materialbangunan. Penyebab penurunan kekuatan bangunan tua umumnya ialah gaya berat,tindakanmanusia,perantaraalamdan lingkungan.Tindakanmanusiaumumnyaberupapengabaianataukekurangtahuanyangberakibatpadakerusakan,vandalismeataukebakaran.Perantaraalam,berupapanassinarmatahari,temperaturudara,hujandanangin. Perubahan temperatur dan kelembaban dapatmengakibatkan pemuaian danpenyusutan, yang jika tertahan menghasilkan tegangantegangan yang cukup besar(Feilden, 2003; Schodek,1999). Perantara lingkunganberupa getaran lalu lintas akanberdampakjangkapanjang,walaupunbebannyatermasukkecil(Feilden,2003).Metode StudiinimerupakanpemahamansecaradeskripsipadafenomenapelestarianbangunangerejaKatedraldiKotaBandungterhadaptuntutanarsitekturalmasakini.KarenaitustudiinidapatdigolongkansebagaiPenelitianKualitatif.Permasalahanyangdistudi bersifat mendasar terkait Elemenelemen Arsitektur gereja dan MaknaKultural yang terkandung. Untuk maksud ini dibutuhkan Metode Kualitatif, berupapengamatan, wawancara, telaah dokumen, dan menghasilkan data deskriptif.Tahapannya ialah: 1. Membaca elemen arsitektur Fungsibentukmakna pada objekstudi.2.MengungkapMaknaKulturalobjek sertawujudnya.3.Menetapkanelemen

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    objek yang patut dilestarikan. 4. Menetapkan cara/tindakan pelelestariannya. 5.Evaluasitindakanpelestarianyangtelahdijalankan.ElemenArsitekturFungsibentukmakna Wujud elemen arsitektur fungsibentukmakna gereja Katedral Bandungadalahsebagaiberikut:1. Aspek Fungsi berupa fungsi fisik dan fungsi simbol. Fungsi fisik ialah peranbangunanmenyediakankenyamananfisikuntukakivitasyangdiwadahi,meliputi:1).Kenyamanan ruang (luas dan bentuk ruang terhadap kebutuhan). 2). Kenyamanantermal, faktornya: (a) Suhu nyaman, yaitu 25C27C. (b) Kelembaban udara relatif,areanyaman40% 70%.(c)Bebasradiasisinarmatahari,karenadiserap/dipantulkanbangunan. (d)Pergerakanudara,areanyaman0,250,5meter/detik.3).KenyamananVisual, terkait teratasinyamasalah silau. 4). Kenyamanan Audial, terkait teratasinyagangguanbunyisecaraAktif(padasumberbunyi)dan/atausecaraPasif(sistemakustikruangan). Fungsi simbol ialah peran bangunan sebagai tanda dari aktivitas yangdiwadahinyaatautempatnya.2.AspekBentukberupa:1).Bangunan(selubung,tataruang,strukturbangunan).2).Ruangluar(tapak,lingkungan.3).Elemendekoratif,ornamnen.Estetikabentukdibacamelalui asasasas kesatuan, keseimbangan, keragaman, tema/variasi tema, evolusi,hirarki.3.AspekMaknamengacukegayaarsitekturNeoGotikyangtelahberadaptasidenganiklimlokal,danpadamaknasimbolikspiritual.MaknaKultural Nilainilai makna kultural yang diungkap dari gereja Katedral perlu terkaitdengan elemen arsitekturnya Bentukfungsimakna dari teori Capon, yaitu: aspekbentukberupaNilaiArsitekturaldanKekriyaan,aspekFungsiberupaNilaiKeteknikandanKelokalan,aspekMaknaberupanilaiSejarahdanSimbolikbangunan.Kaitannilainilai tersebut dengan elemen bangunan gereja ialah: 1. Nilai Arsitektural, terkaitselubungbangunan, tataruang,struktur. 2.NilaiKekriyaan,terkaitelemendekoratifdan ornamen. 3. Nilai Keteknikan, terkait teknik konstruksi dan kenyaman fisik.4. Nilai Kelokalan, terkait konteks lokal (tempat, iklim, tardisi arsitektur). 5. NilaiSejarah,terkaitperangerejakatolikdalamsejarah.6.NilaiSimbolik,terkaitbangunansebagaisimbolbudayaatauaktifitasyangdiwadahi.HasilAnalisa Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dibangun tahun 1921, dan diberkatitahun 1922 oleh Mgr. Luypen, adalah gereja katolik tertua di Kota Bandung,menggantikan gereja St. Franciscus Regis (berdiri tahun 1895) yang kemudian

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    Bentuk 3 Dimensi,strukturbangunan

    RuangUmat,plafonbentukGotik,jendelaataskirikanan,kacapatrialtar

    Gambar 1. Bentuk Banguan: Selubungan dalam 3 dimensi, Ruang Umatplafon Gotikjendelaataskirikananaltar,detilplafon,pintuutamalantaimezzanine

    difungsikanuntukgedungperkumpulansosialKatolik.GayaarsitekturnyaadalahgayaNeogotik, lengkapdengan Jendelamawar (rosewindow)dan jendelajendela lukisankacapatribertemaketuhanan.BentukfungsimaknaArsitektur Berfasar pengamatan lapangan, wujud elemen arsitektur BentukfungsimaknapadagerejaKatedralBandungadalahsebagaiberikut:Bentuk.WujudnyapadaGambar1:1.SelubungbangunangayaarsitekturNeoGotik:proporsiskalabangunanyangtinggibesar,atapcuram,susunanjendelapolalengkungGotik dan jendela mawar untuk penerangan alami; pintu entrance besarberpola,bertampilanmegah,sakral,indah.2.Tataruangbertema/bentuksalib,plafonbertemagotik (pointedarch), susunan jendela kacapolaGotikdi kirikanan atas ruangumat,membentuk keindahan, kenyamanan dan suasana spiritual. 3. Jendela lukisan kacapatribertemaketuhanandibelakangaltar,plafon lambriseringkayupolaGotik,pintuutamakayujatiberpolakotakkotakdibuatamatindahcermat.

    Fungsi.Wujudnya (Gambar1):1.Konstruksidindingpemikulpasanganbata sebagaiselubung, struktur utama serta penyerap bising dan lembab. 2. Konstruksi plafonlambrisering kayu berbentuk busur Gotik berperan sebagai elemen akustik dan

    PintuUtama(barat),lantaiMezzanine

    DetilbentukplafonGotik

    DenahgerejaberbentukSalib

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    Gambar 2. Lingkungan gereja semula (kiri) dan kini (kanan).

    Gambar 3. Situasi Gereja Katedral dan Bangunan tinggi di sebelahnya (sumber : google earth. )

    keindahan. 3. Jendelajendela kirikanan ruang umat dan jendela mawar sebagaisumberpeneranganalamidanelemenestetikbertemaGotik.4.Menara loncengdanornamensalibuntuksimbolspiritualkatolik.Makna. Wujudnya berupa: 1. Bangunan berproporsi tinggi atap curam, menaralonceng, lambang salib merupakan elemenelemen bermakna spiritual, yang kiniterganggudenganadanyabangunantinggibesardipersilsebelah(padaGambar2danGambar3).2.SelubungbangunanGotikbermaknasejarah(arsitekturGotik).

    MaknaKultural. Pembahasan nilainilai makna kultural diberikan berurutan sesuai aspekbentuk, fungsidanmakna.NilaiArsitektural:1.Selubungbangunan:TemaNeoGotiktampak jelasdan indahdariproporsiskalabangunan,susunan jendelapola lengkungGotik (Gambar 4). 2. Tata ruang bertema salibGotik, susunan jendela kaca di kirikanan ruang umat, membentuk keindahan dan suasana spiritual yang baik, padaGambar4.NilaiKekriyaan(craftmanship)dapatdilihatpada jendela lukisankacapatribertema ketuhanan yang indah dan akurat; plafon lambrisering kayu pola bentukGotikyangamatindahcermat,padaGambar4. Nilai Keteknikan: 1). Konstruksi plafon papan kayu jati bentuk Gotik. 2).Akustik ruangan yang baik (tidak bergema, bising dari luar tak terdengar). 3).Kenyamanan termalalami sistem ventilasi silang.4).Kenyamanan visualpeneranganalamimelaluideretanjendelabesarpolaGotikkirikananruangumatdandibelakangaltar(Gambar4).Nilai Kelokalan berupa adaptasi bangunan terhadap iklim setempatmelalui ventilasi alami dan penerangan alami, sedangkan bentukbentuk arsitekturlokaltakterasa. Nilai Sejarah berupa gereja tertua yang masih aktif dengan wujud gayaarsitekturNeoGotikpadaselubungbangunanmaupunruangdalamnya.NilaiSimbolik

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    diwujudkanmelaluibentukbangunanyangtinggi,menara loncengdanornamensalibpadapuncakmenaradanatapentranceutama,padaGambar4.Dapat disimpulkan bahwa makna kultural terletak pada nilainilai Arsitektural,Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur NeoGotik,sedangkannilaiKelokalankurangberperan.

    Berdasarkanuraiandiatas,makaelemenbangunanyangperludipertahankan

    antara lain: selubung bangunan (atap, dinding fasad,jendelajendela kaca, lubangventilasi),menaralonceng,entrance,ruangdalamplafonbertemaGotik.

    TindakanPelestarian Berdasarkan studi lapangan, kondisi bangunan gereja masih utuh, asli dankokoh. Kerusakan kecil terjadi pada dinding luar berupa retakretak plester, catterkelupas, kerakkerak/kotoran. Jendela kaca samping tampak kotor, tapi jendelabelakangaltarrelatiflebihbersih.Padatalangatapadayangtelahditumbuhitanaman,

    Keterangan:1. PintuBarat2. NarthexSerambiKatedral:

    A.BaptiseriumB.RuangtanggamenaraLoncengC.KapelMaria

    3. NaveRuangUmat4. KamarPengakuan5. TranseptUtara6. PintuUtara7. TranseptSelatan8. PintuSelatan9. Apse,untukPantiImam

    Gambar4.Bentukbangunan.Kiriatas:bentukselubung3dimensi,deretanjendelabentukgotik,entranceutamasamping,menaralonceng.Kiribawah:Denahlantai,tataruangdanketeranganruangdi kanannya.Kananatas:ruangumat,altarjendelakacapatri,plafonpolaNeogotik.Tengahatas:jendelakacapatribertemaketuhanandibelakangaltar.Kanantengahbawah:pintuutama.Kananbawah:puncakmenaraloncengdanjendelamawar.

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    ada pula yang telah berkarat. Penurunan mutu tersebut relatif ringan. Penyebabkerusakan antara lain: 1. Kurangnya perawatan. 2. Faktor lingkungan: polusi asapgetaran kendaraan, debu, hujan angin uap lembab, tumbuhan liar.Maka tindakanpelestarianyangdianggapcocokadalahPreservasi,yaitumempertahankanbangunanpadabentukaslinyadanmencegahkerusakantanpaadaperubahan,berupa: a). Penanaman dan pengaturan pertumbuhan pohon penyerap polusi dan peneduhbesar berdaun jarum (cemara angin/bulan) untuk peneduh bangunan dan halaman.Salurandrainaseperluperawatanrutin. b). Perbaikanpenguatan dinding luar yang retak dan lapisan finishingnya untukmenjaminketahanandankeutuhan. c).Perawatanrutinperludilakukan,denganperiodesesuaikebutuhan(perbikanretakdan pengecatan dinding, penecatan pintu utama dengan cat transparan (lasur,polyurethane)danplafondenganlasur. d). Penanaman pohonpohon pinus/cemara daun jarum (bentuk meruncingtinggi)pada batas sisi Selatan persil gereja, untukmemperbesar pengaruh bentukmenaragereja pada lingkungan alam demi menjaga kesakralan bentuk gereja (pengaruhbangunantinggibesardipersilsebelahdiperkecil).Kesimpulan Bangunan gereja Katedral Bandung adalah bangunan Cagar Budaya yangmemilikiMakna Kultural amat baik dan letaknya strategis di Kota Bandung. Elemenarsitekturnya ialah:1).Aspekbentuk:Selubungbangunanmegah, sakral, indah;Tataruang bertema/bentuk salibgotik yang indah, nyaman dan sakral. 2). Aspek fungsi:Dinding selubungberfungsi strukturutamadanpenyerapbising/lembab;PlafongayaGotikberperansebagaielemenakustikdankeindahan;JendelajendelasebagaisumberpeneranganalamidanelemenestetiktemaGotik;Menaraloncengdanornamensalibsebagai simbol spiritual.3).Aspekmakna:Bangunanberproporsi tinggi,menara lonceng, lambang salibmerupakan elemenelemen bermakna spiritual (kini tergannggudengan adanya bangunan tinggibesar di persil sebelah); Selubung bangunan Gotikbermaknasejarah (arsitekturGotik).Maknakulturalgereja initerletakpadanilainilaiArsitektural, Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitekturNeoGotik, sedangkan nilai Kelokalan kurang berperan. Elemenelemen arsitekturtersebutmasihutuh,aslidankokoh,hanyaadakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.MakatindakanpelestariannyaadalahPreservasi,yaitumempertahankanbangunandanmencegahkerusakantanpaperubahan,melaluiperawatanrutindanpengendalianlingkunganberupatanamanpenyerappolusidanpeneduhberdaunjarum.

  • Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra 4-5 Mei 2012

    Towards Emphatic Architecture Menuju Arsitektur yang Berempati

    DaftarPustakaAntariksa (2010), Pendekatan DeskriptifEksploratif dalam Pelestarian ArsitekturBangunanKolonialdi Kawasan Pecinan Kota Pasuruan, proseding SeminarNasionalMetodeRisetdalamArsitektur, UdayanaUniversityPress,Denpasar.Capon,DavidSmith(1999),LeCorbusiersLegacy,JohnWilley&SonsLtd,BaffinsLane,Chichester,WestSussex.Ching,FDK.(1979),Form,SpaceandOrder,Danisworo, Mohammad (1999), Kesinambungan dan Perubahan dalam KonservasiKota,dalam Monumen dan Situs Indonesia, ICOMOS Scientific Publication,Bandung.Feilden,BernardM.(1994),ConservationofHistoricBuildings,ButterworthHeinemannLtd.,Oxford.Handinoto (2010),ArsitekturdanKotakotadi JawapadamasaKolonial,Graha Ilmu,Yogyakarta.Leach,Neil(1997),RethinkingArchitecture,Routledge,London.Kusno,Abidin (2009),Gaya ImperiumyangHidupKembaliSetelahMati,dalamMasaLaludalamMasaKiniArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.Mangunwijaya, YB (1981), Pasalpasal Penghantar Fisika Bangunan, PT. Gramedia,Jakarta.Moleong(2010),MetodologiPenelitianKualitatif,PT.RemajaRosdakaarya,Bandung.Murtagh,William J. (1988), Keeping Time, the history and theory of preservation inAmerica,TheMainStreetPress,Pittstown.Orbasli,Aylin(2008),ArchitecturalConservation,BlackwellScienceLtd.,OxfordPasschier,C.(2009),ArsitekturKolonialdiIndonesia,dalamMasaLaludalamMasaKiniArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.Poerwadarminta, WJS. (2003), Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, BalaiPustaka,Jakarta.Prudon,TheodoreHM.(2008),PreservationofModernArchitecture,JohnWiley&Son,Inc.,NewJersey.PiagamBurra,1999.Riawanti,Selly(2003),MetodaKualitatifdalamIlmuilmuSosial,JurusanAntropologi,FISIP,UNPAD.Rodwell, Dennis (2007), Conservation and Sustainability in Historic Cities, BlackwellPublishingLtd., Oxford.Salura,P.(2010),ArsitekturyangMembodohkan,CSSPublishing,Bandung.Sachari,Agus(2001),WacanaTransformasiBudaya,PenerbitITB,Bandung.Schodek,Daniel(1999),Structures,Schulz,CN.(1997),IntentionsinArchitecture,MITPress,Cambrigde.Sidharta; Budihardjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan KunoBersejarahdiSurakarta, GajahMadaUniversityPress,Yogyakarta.Soekiman,Djoko(2000),KebudayaanIndisdanGayaHidupMasyarakatPendukungnyadiJawa,YayasanBentangBudaya,YogyakartaWinarwan, A.; Widodo J. (2002), Ziarah ArsitekturKatedral St. Petrus Bandung,Architecture&Communication,Bandung.