Proposal Indra Purnama
-
Upload
indra-al-farizy -
Category
Documents
-
view
102 -
download
0
Transcript of Proposal Indra Purnama
PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA – 400)
“Analisis Stabilitas Lereng Untuk Mendukung Penambangan
Batubara Pada Tambang Terbuka (Surface Mining) di PT Dinamika Jaya Perkasa (PT. DJP) di Sungai Danau,
Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan ”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Prasarat Untuk Melakukan Tugas Akhir Pada Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Oleh :
INDRA PURNAMA
10070108051
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2012 M / 1434 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Lereng
2.2 Faktor Penentu Kemantapan Lereng
2.2.1 Geometri Lereng
2.2.2 Penyebaran Batuan
2.2.3 Relief Permukaan Bumi
2.2.4 Struktur Geologi Regional
2.2.5 Iklim dan Curah Hujan
2.2.6 Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
2.3 Tipe Longsoran
2.3.1 Longsoran Bentuk Circular
2.3.2 Longsoran Bidang (Batuan Keras)
2.3.3 Longsoran Baji
BAB III RENCANA KEGIATAN
3.1 Peserta Kegiatan Penelitian
3.2 Permohonan Fasilitas
3.3 Rencana Kegiatan
3.4 Penutup
3.5 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam dunia pertambangan, baik yang menggunakan metode
penambangan terbuka maupun tambang bawah tanah (Underground
Mining) pasti akan dihadapkan dengan permasalahan mengenai Savety
Factor lereng maupun lubang bukaan. Selain itu faktor ekonomi juga perlu
dipertimbangkan, apakah bahan galian tersebut apabila ditambang
ekonomis atau tidak.
Kemantapan Lereng pada tambang Terbuka (Surface Mining)
adalah salah satu faktor penting dalam pelaksanaan tambang. Design dan
analisis struktur dalam lubang bukaan yang stabil dan aman akan
mempunyai dampak yang besar terhadap nilai ekonomi dari suatu
kegiatan pertambangan. Kegiatan analisis stabilitas lereng sangat penting
untuk menjamin bahwa pekerja, peralatan, bangunan dan infrastruktur lain
yang terdapat disekitar daerah tambang aman serta kelangsungan
tambang dapat dijaga dengan baik. Oleh karena itu, analisis stabilitas
lereng merupakan hal yang perlu dilakukan karena setiap kemajuan
tambang akan selalu berhubungan dengan kemantapan stabilitas lereng,
produksi, ekonomis dan keamanan (Savety).
Penulis berencana akan melaksanakan Penelitian (Skripsi) di PT
Dinamika Jaya Perkasa, dimana dalam pelaksanaan Tugas akhir ini
penulis berencana mengambil judul “Analisis Stabilitas Lereng Untuk
Mendukung Penambangan Batubara Pada Tambang Terbuka
(Surface Mining) di PT Dinamika Jaya Perkasa (PT. DJP) Di Sungai
Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan ”.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 MAKSUD
Maksud dari kegiatan Tugas Akhir ini adalah untuk melakukan
analisis kemantapan lereng pada tambang terbuka (Surface Mine) untuk
mendukung rencana penambangan Batubara berdasarkan data hasil
penyelidikan geoteknik di lapangan, data sekunder, data hasil uji
laboratorium.
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Tugas Akhir ini adalah :
a. Mengetahui jenis batuan dan karakteristiknya dalam hubungannya
dengan stabilitas lereng yang akan dibuat agar kegiatan
penambangan aman,
b. Membuat dan menentukan simulasi dan analisis kemantapan
lereng dari desain geoteknik yang nantinya dapat
direkomendasikan untuk semua section sehingga desain sudut dan
kedalaman lereng bukaan tambang yang stabilnya dapat
ditentukan.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup Kegiatan Tugas Akhir ini terdiri dari kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
Studi Lapangan
Yaitu dengan cara mendatangi langsung lokasi kegiatan
penambangan di PT Dinamika Jaya Perkasa dan ikut secara
langsung kedalam kegiatan pengambilan data kemantapan
lerengnya.
Studi Literatur
Yaitu pengumpulan data sekunder untuk mempelajari data dan
informasi dari laporan-laporan teknik terkait dan hasil penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang memuat antara lain :
1. Peta topografi daerah penelitian,
2. Peta Geologi daerah penelitian,
3. Data Lithology daerah penelitian,
4. Data muka air tanah daerah penelitian,
5. Data-data penunjang lainnya.
Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan ahli yang menangani
obyek yang sedang diteliti.
Pengamatan atau survey
Yaitu dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan mengenai
masalah yang akan dibahas.
Uji Laboratorium, kegiatan ini dilakukan setelah sample bor
geoteknik yang di ambil dapat dilakukan uji laboratorium. Pengujian
Laboratorium ini mencakup Uji sifat fisik dan Mekanik batuan.
Simulasi Analisis Stabilitas Lubang Bukaan, kegiatan ini merupakan
pengerjaan setelah ada input data dari studi pustaka (Data
Sekunder), kegiatan lapangan (Data Primer) dan hasil uji sifat fisik
dan mekanik batuan.
Bagan alir penelitian seperti terlihat pada gambar di bawah ini
(Gambar 1.1).
Rekomendasi Desain Lereng
Tidak
Ya
Gambar 1.1
Diagram Alir Kegiatan Penelitian
Analisis Laboratorium
Uji Geomekanik
LA
Simulasi
Analisis Stabilitas Lereng
(Data Primer)
Kegiatan Lapangan Pengumpulan Data Geoteknik :
Karakterisasi Massa
Batuan
Pengukuran Struktur
Geologi
Pengeboran Geoteknik
Wawancara
LA
Persiapan (Studi Literatur daerah
Penelitian)
Studi Geoteknik
(Data Sekunder)
Kegiatan Lapangan Pengumpulan Data Geoteknik :
Peta Topografi
Peta Geologi
Peta Situasi Tambang
Data Curah Hujan
Literatur
LA
Lereng
Stabil
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Lereng
Secara umum lereng dapat diartikan sebagai bentang alam yang
memiliki bentuk miring terhadap bidang horizontal. Lereng terbagi menjadi
2, yaitu :
a. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk karena proses-proses
alamiah contohnya seperti lereng suatu bukit atau gunung (foto
3.1).
b. Lereng buatan, yaitu lereng yang terbentuk karena aktifitas
manusia. Misalnya pada penggalian suatu tambang atau konstruksi
galian pada pekerjaan sipil.
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang
sangat penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian
dan penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut
persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta
kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam
bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan,
bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan
dan lain-lain.
Dengan adanya pembuatan jenjang akan mempengaruhi
kemantapan lereng dan tegangan dipermukaan. Pada batuan yang tidak
kompak dengan adanya perubahan tegangan yang besar dapat
mengakibatkan kelongsoran. Jenjang yang dibuat dalam rancangannya
agar stabil yang bertujuan supaya rancangan geometri lereng dapat
direalisasikan.
Gambar 2.1
Lereng Tambang Yang Longsor Akibat Tingginya Curah Hujan
2.2 Faktor Penentu Kemantapan Lereng
Faktor –faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
kemantapan suatu lereng adalah:
2.2.1 Geometri Lereng
Lereng yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kondisi yang tidak
mantap dan cenderung lebih mudah longsor, demikian juga untuk sudut
lereng yang mempunyai kemiringan yang besar akan menjadikan lereng
kurang mantap. Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :
Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng
Tinggi dan kemiringan (tiap-tiap jenjang).
Lebar jenjang (Berm).
2.2.2 Penyebaran Batuan
Macam penyebaran dan hubungan antar batuan yang terdapat
didaerah penyelidikan harus diketahui. Hal ini perlu dilakukan karena sifat
fisis dan mekanis batuan berbeda sehingga kekuatan batuan dalam
menahan bebannya sendiri juga berbeda.
2.2.3 Relief Permukaan Bumi
Faktor ini mempengaruhi laju erosi, pengendapan, menentukan
arah aliran air permukaan lebih besar dan mengakibatkan pengikisan
yang lebuh banyak. Akibatnya adalah banyak dijumpai singkapan-
singkapan yang mempercepat proses pelapukan. Batuan akan mudah
lapuk dan mempengaruhi kekuatan batuan. Pada akhirnya kekuatan
batuan menjadi kecil sehingga kemantapan lereng berkurang.
2.2.4 Struktur Geologi Regional
Struktur geologi yang perlu diketahui adalah bidang diskontinuitas
atau bidang lemah seperti sesar, kekar, perlapisan, bidang
ketidakselarasan dan sebagainya. Struktur geologi ini merupakan bidang
lemah dalam massa batuan dan dapat menurunkan kemantapan lereng.
2.2.5 Iklim dan Curah Hujan
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim
mempengaruhi perubahan temperatur. Temperatur yang cepat
berubahakan mempercepat proses pelapukan batuan, yang jelas
mengurangi gaya tahan dari lereng tersebut . Untuk daerah tropis
pelapukan berlangsung lebih cepat dan kelongsoran pada lereng lebih
cepat berlangsung. Degan kandungan air pada pori batuan yang lebih
besar dapat menyebakan bertambahnya gaya penggerak untuk terjadinya
kelongsoran.
2.2.6 Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Sifat fisis dan mekanis batuan yang diperlukan sebagai data
menganalisis kemantapan lereng adalah :
Bobot isi,
Porositas,
Kandungan air,
Kuat geser batuan dan bidang lemah,
Kuat tekan uniaksial, kuat tarik, modulus deformasi, poison’ ratio.
Analisis kemantapan lereng untuk mengetahui sifat fisik dan
mekanik biasanya menggunakan metode numerik. Suatu istilah umum
yang digunakan untuk menyatakan suatu kemantapan lereng adalah
faktor keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan
perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap
mantapdengan gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor.
Secara matematis rumus faktor keamanan lereng dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Dimana :
F = Faktor keamanan lereng,
R = Gaya penahan,
F = Gaya penggerak, berupa gaya penyebab lereng longsor.
Pada keadaan ; F > 1 = Lereng dalam keadaan mantap/stabil.
F = 1 = Lereng dalam keadaan seimbang.
F < 1 = Lereng dalam keadaan tidak mantap.
2.3 Tipe Longsoran
2.3.1 Longsoran Bentuk Circular
Banyak metode analisis yang didasarkan atas prinsip
keseimbangan batas, yang sudah dikenalkan, yaitu antara lain metode
Hoek’s Charts (1981), Jambu (1972), Morgenstern Price (1965), dan
Bishop (1955). Untuk aplikasi di pertambangan yang kondisi massa
batuannya relatif lunak sampai agak keras seperti pada banyak tambang-
tambang batubara di Sumatera dan Kalimantan, disarankan untuk
menggunakan metode Hoek’s Charts dan Bishop.
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur disebut
dengan busur. Longsoran busur akan terjadi pada tanah atau material
yang bersifat seperti tanah, yang diantara partikel tanah tidak saling terikat
satu sama lain. Dengan demikian longsoran busur juga dapat terjadi pada
batuan yang sudah lapuk dan banyak terdapat bidang-bidang lemah
maupun tumpukan batuan hancur.
Longsoran jenis ini akan banyak terjadi pada lereng batuan lapuk
atau sangat terkekarkan dan juga dilereng-lereng timbunan. Bentuk
bidang gelincir pada kondisi ini umumnya adalah menyerupai busur bila
digambarkan pada penampang melintang.
Metoda yang banyak digunakan untuk menganalisis jenis longsoran
ini adalah metoda Fellenius atau swedia dan metoda Bhisop. Namun
untuk keperluan praktis, Hoek and Bray, 1983, telah menuangkan dalam
bentuk diagram.
a. Metode Circular Hoek’s Charts :
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam membangun kurva ini
adalah :
Material pembentuk lereng dianggap homogen, bersifat lunak,
Shear strength material ditentukan oleh parameter kohesi c, dan
sudut geser dalam, Ø sesuai rumus : г = c + σ tan Ø.
Longsoran terjadi melalui bidang longsoran berbentu circular
melalui Toe.
Diasumsikan terdapat vertical tension cracks di belakang Crest atau
di permukaan lereng,
Lokasi tension cracks dan bidang longsoran terjadi pada nilai SF
minimal untuk suatu geometri dan kondisi air tanah tertentu,
Variasi kondisi level air tanah diasumsikan dari kering sampai fully
sarurated (modelnya terlampir di belakang).
Tabel 2.1
Groundwater Flow Conditions
b. Metode Bishop
Perhitungan stabilitas (faktor keamanan) lereng dengan metode
Bishop, pada prinsipnya adalah menghitung besarnya kekuatan geser
yang tersedia untuk menahan longsoran (sliding) dibandingkan dengan
besarnya tegangan geser yang bekerja sepanjang bidang longsor.
F = Shear strength available to resist sliding
Shear stress mobilized along failure surface
2.3.2 Longsoran Bidang (Batuan Keras)
Masalah kelongsoran pada lereng batuan keras berbeda dengan
kelongsoran pada lereng tanah karena sifat-sifat dan perilakunya yang
memang berbeda. Stabilitas lereng pada batuan lebih ditentukan oleh
adanya bidang-bidang lemah yang disebut diskontinuitas, sedangkan
stabilitas lereng pada batuan lunak atau tanah ditentukan oleh kekuatan
geser tanah dan gaya-gaya atau stress yang bekerja pada massa tanah
tersebut.
Berdasarkan orientasi dan kondisi bidang-bidang diskontinuitas
pada massa batuan lereng, bentuk longsoran pada lereng batuan
dibedakan menjdi 3 (tiga), yaitu :
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa bidang sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Syarat-
syarat terjadinya longsoran adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang luncur
harus lebih kecil dari kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur searah atau mendekati sejajar dengan arah
lereng.
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalam
batuan.
4. Terdapatnya bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada
kedua sisi longsoran.
Gambar 2.2
Geometri Longsoran Bidang
Posisi rekahan tarik perlu diperhatikan dalam analisis ini, yaitu
dibelakang crest lereng atau dimuka lereng. Sedangkan asumsi-asumsi
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Bidang gelincir dan rekahan tarik mempunyai strike sejajar dengan
strike lereng.
Gambar 2.3
Analisis Longsoran Bidang
Rekahan tarik adalah bidang vertical dan terisi air sedalam Zw.
Air membasahi bidang gelincir lewat bagian bawah bidang rekahan
tarik dan merembes sampai di jejaknya pada muka lereng.
Gaya W (berat blok yang menggelincir), U ( gaya angkat oleh air)
dan V (gaya tekan air direkahan tarik) bekerja di titik pusat blok.
Sehingga diasumsikan tidak ada momen penyebab rotasi.
Kuat geser (t) dari bidang gelicir adalah t = c + σ.tanФ, dimana c =
kohesi dan Ф = sudut geser dalam.
Terdaoat bidang release dikanan-kiri blok sehingga tak ada
hambatan dikanan-kiri blok yang menggelincir.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan factor keamanan adalah
sebagai berikut :
Dimana :
A = (H-z) cosec ψp
U = ½γw.zw (H-z) cosec ψp
V = ½γw.zw2
W = ½γH2 {(1 – (z/H)2)cot ψp - cot ψf}
(rekahan tarik dibelakang crest lereng)
W = ½γH2 {(1 – (z/H)2)cot ψp (cot ψp.tan ψf – 1)}
(rekahan tarik dibelakang crest lereng)
Bila lereng batuan tersebut berada di daerah rawan gempa dan
percepatan yang ditimbulkan gempa dapat dimodelkan menjadi gaya
statis αW, maka perhitungan factor keamanan (FK) dapat dilakukan
dengan memasukkan pengaruh gempa dengan cara memodifikasi
persamaan menjadi sebagai berikut :
pVW
VUWcAF
p
pp
cossin
tan)sincos(
pVW
VUWcAF
pp
ppp
cos)cossin(
tan}sin)sin(cos{
2.3.3 Longsoran Baji (Wedge Failure)
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih
dari satu bidang lemah yang bebas saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut
geser dalam batuan. Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar,
rekahan maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui
salah satu beberapa bidang lemahnya, atau melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya.
Apabila ternyata ketahanan geser bidang gelincir dipengaruhi oleh
kohesi dan dijumpai pula adanya rembesan air di bidang-bidang lemah
tersebut, maka penentuan faktor keamanan harus mempertimbangkan
kedua faktor tersebut. Dengan membuat asumsi untuk air, bahwa air
hanya masuk di sepanjang garis potong bidang lemah dengan muka atas
lereng dan merembes keluar di sepanjang garis potong bidang lemah
dengan muka lereng. Bias dihitung dengan rumus :
Dimana :
dan adalah nilai kohesi bidang A dan bidang B.
dan adalah sudut geser dalam bidang A dan bidang B.
adalah density dari batuan.
adalah density air.
Bw
Aw
BA BAYCXCH
F
tan)
2(tan)
2()(
3
H adalah tinggi total dari baji.
X,Y,A,B adalah factor non dimensi yang tergantung pada geometri
bajinya.
Gambar 2.4
Geometri Longsoran Baji
Tetapi, jika nilai kohesi diabaikan (asumsi pesimis bahwa lereng
akan longsor) didapat rumus yang sangat sederhana.
BA BAF tantan.
BAB III
RENCANA PENELITIAN
3.1 PESERTA KEGIATAN PENELITIAN
Adapun data peserta kegiatan Tugas Akhir di PT.
Dinamika Jaya Perkasa (PT. DJP) ini adalah sebagai berikut :
Nama : Indra Purnama
NPM : 10070108051
Prog. Studi : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA)
3.2 PERMOHONAN FASILITAS
Untuk mendukung terlaksana dan kelancaran kegiatan Tugas Akhir
ini, maka kami mengharapkan dari pihak perusahaan menyediakan
fasilitas berupa :
1. Konsumsi dan penginapan untuk 1 orang selama kegiatan
penelitian berlangsung,
2. Penyediaan alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
selama kegiatan Tugas Akhir berlangsung,
3. Penyediaan transportasi dari Bandung – Lokasi PT. Dinamika Jaya
Perkasa (PT. DJP) - Bandung dan selama kegiatan berlangsung.
4. Peralatan dan perlengkapan penunjang kegiatan.
3.3 Rencana Kegiatan
Tabel 3.1
Rencana Kegiatan Penelitian
Jenis Kegiatan Desember Januari
4 5 1 2 3
Bulan/Minggu/Hari 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
TAHAP PERSIAPAN
1. Orientasi Lapangan
2. Penetapan Pembimbing
3. Orientasi Ke Tiap Dept.
4. Studi Literatur
TAHAP KEGIATAN
5. Studi Lapangan
6. Pengambilan Data Lapangan
7. Analisis Data
8. Bimbingan
9. Pengumpulan Data Lapangan
TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
10. Evaluasi Bahan dan Bimbingan
11. Pembuatan Laporan
12. Pertanggung jawaban
13. Lain-lain
Keterangan : 1 Minggu ; 5 hari (Senin – Selasa) waktu efektif kegiatan; 2 hari (Sabtu dan Minggu) waktu luang, waktu luang ini digunakan untuk penataan kembali data yang didapat, dokumentasi dan kegiatan lain yang menunjang. : Kegiatan Dilakukan
: Kegiatan Tidak Dilakukan
3.4 PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini kami ajukan, besar harapan
kami akan bantuan semua pihak di PT. Dinamika Jaya Perkasa (PT. DJP)
demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan Penelitian yang akan kami
laksanakan.
3.6 DAFTAR PUSTAKA
Deere, D U (1989). "Rock quality designation (RQD) after twenty
years", U.S. Army Corps of Engineers Contract Report GL-89-1,
Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS (67).
Price, D.G. (2009). De Freitas, M.H.. ed. Engineering Geology:
Principles and Practice. Springer. p. 450. ISBN 3-540-29249-7.
https://sites.google.com/site/introtogeotechnicalengineering/rqd
http://bestcoaltrading.blogspot.com/2011/07/rock-quality-
classification.html