260110140078 Ayu Apriliani Pewarnaan Gram
Click here to load reader
-
Upload
ayu-apriliani -
Category
Documents
-
view
40 -
download
2
description
Transcript of 260110140078 Ayu Apriliani Pewarnaan Gram
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEWARNAAN GRAM
NAMA : AYU APRILIANI
NPM : 260110140078
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 23 SEPTEMBER 2015
ASISTEN :1. BETHARY K
2. HIMMATUL ULYA
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
I. Tujuan
1. Mengamati dua kelompok bakteri yaitu bakteri Gram positif dan Gram
negatif dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram.
2. Memahami setiap langkah dan reaksi – reaksi kimia yang terjadi dalam
prosedur tersebut.
II. Prinsip
1. Teknik Pewarnaan Diferensial
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel
mikroba atau bagian-bagian sel mikroba (Pelczar dan Chan, 2007).
2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar gram-positif
dan gram-negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel bakteri
(Karman, Oman, 2008).
3. Zat Warna
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif,
salah satu di antaranya berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
III. Teori Dasar
Pewarnaan gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang
mengembangkan tehnik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri klebsiella pneumoniae. Pewarnaan Gram adalah
pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran
sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu
gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang
tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai
dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Iud,2008).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena
bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun
biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati
dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri
terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar
mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai
mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti
spora dan butiran (Schlegel, 1994).
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri untuk membantu
identifikasinya bakteri perlu diwarnai.Jenis- jenis pewarnaan kuman yang dikenal
adalah :
1. Pewarnaan negatif (back grown staining)
Suspensi kuman dibuat dalam zat warna negrosin atau tinta bak dan disebar-
ratakan dengan gelas alas lain (sediaan hapus). Disini kuman tidak diwarnai
dan tampak sebagai benda-benda terang dengan latar belakang hitam.
Pewarnaan ini dipakai untuk kuman yang sukar diwarnai, misalkan
Spirochaeta (Treponema, Leptospora dan Borrelia).
2. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna. Misalkan biru
metilen, air fukhsin atau ungu kristal selama 1-2 menit. Zat warna aniline
mudah diserap oleh kuman.
3. Pewarnaan differensial
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu macam zat warna, terdiri
atas :
a. Pewarnaan Gram yang ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884
untuk membedakan kuman-kuman yang bersifat Gram positif dan Gram
negatif.
b. Pewarnaan tahan asam (acid-fast staining), misalnya pewarnaan Ziehl
Neelsen dan Kinyoun-Gabbet untuk membedakan kuman-kuman yang tahan
asam dari yang tidak tahan asam.
c. Pewarnaan khusus, pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian
sel kuman atau kuman tertentu yang sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa,
misalnya pewarnaan Gray untuk mewarnai flagel, pewarnaan Klein untuk
mewarnai spora dan pewarnaan Becker-Krantz untuk mewarnai Spirokhaeta
(Assani, 1994).
E. coli termasuk bakteri berbahaya karenadapat menyebabkan diare.
Salah satu syarat E. coli dalam SNI 01-6366-2000 harus negatif. Isolasi dan
identifikasi merupakan metode konvensional dalam pemeriksaan bakteri yang
didasarkan pada reaksi biokimia. Oleh karena itu, dalam isolasi dan identifikasi
bakteri diperlukan media yang selektif. Setelah dilakukan pewarnaan Gram
dilanjutkan dengan uji biokimia pada berbagai media seperti gula. Bakteri yang
sudah diisolasi dan diidentifikasi selanjutnya diuji secara serologis untuk
menentukan serotipenya (Cowan 1984).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri. Contoh beberapa bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi diantaranya S. aureus dan E. coli. Staphylococcus
merupakan penyebab infeksi piogenik (menghasilkan pus) pada manusia dan
paling sering. Staphylococcus dapat menyebabkan sepsis pada luka bedah,
abses payudara pada ibu-ibu, mata lengket dan lesi-lesi kulit pada bayi
(Donnelly, 1996).
Salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu adalah S.
aureus. Di beberapa negara di Eropa, seperti Norwegia, S. aureus merupakan
salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu (Jorgensen et al.
2005). Sumber-sumber S. aureus terdapat di sekitar kita, yaitu bagian
permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala. Pemeriksaan S.
aureus dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma
kelinci (AOAC 1996).
IV. Alat, Bahan dan Gambar Alat
Alat
1. Bak pewarna
2. Botol semprot
3. Kaca obyek
4. Kapas
5. Kertas saring
6. Mikroskop majemuk
7. Ose
8. Pembakar spirtus
Bahan
1. Air fuksin.
2. Akohol 95 %
3. Alkohol 70%
4. Aquades
5. Karbol gentian violet
6. Lugol
7. Minyak emersi
8. Suspensi campuran bakteri E. coli dan S. aureus.
Gambar Alat
Bak Pewarna Botol Semprot Kaca Objek
Kapas Kertas Saring Mikroskop Majemuk
Ose Pembakar Spirtus
V. Prosedur
Disediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari masing-masing
campuran bakteri. Diletakkan kaca-kaca obyek di atas rak kawat di atas bak
pewarna. Digenangi olesan bakteri dengan pewarna karbol gentian violet
selama 1 menit, buangt zat warna yang berlebih, lalu bilas dengan air suling.
Digenangi olesan dengan lugol selama 2 menit, buang lugol yang berlebih lalu
bilas dengan air suling. Dicuci olesan dengan pemucat alkohol 95% tetes demi
tetes selama 30 detik atau sampai zat warna larut, lalu bilas dengan air suling.
Digenangi olesan dengan pewarna tandlingan air fuksin selama 30 detik,
buang warna yang berlebih bilas dengan air suling lalu keringkan dengan
kertas saring. Diteteskan sedikit minyak emersi pada preparat, lalü periksa di
bawah mikroskop. Dimulai dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, Jalu
ganti dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. Diamati dan digambarkan
hasilnya. Bakteri Gram positif akan benwarna ungu dan bakteri Gram negatif
akan berwarna merah.
VI. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1. Kaca objek dibersihkan dan
dikeringkan dengan kapas
Kaca objek sudah bersih dan
kering
2. Ose difiksasi dengan membakar ose
diatas pembakar spirtus
Ose sudah difiksasi
3. Ose dimasukkan ke dalam tabung
reaksi berisi suspensi bakteri dan ose
dioleskan ke atas kaca objek agar
bakteri menempel pada kaca objek
Bakteri sudah menempel di kaca
objek
4. Kaca objek dikeringkan dengan
dilewati diatas pembakar spirtus
Kaca objek sudah kering
5. CGV diteteskan pada kaca objek
dimana bakteri berlokasi dan
diamkan selama 1 menit
Kaca objek berwarna biru tua
6. Kaca objek dibilas perlahan dengan
air suling
Kaca objek bersih dan tidak ada
CGV yang tersisa
7. Lugol diteteskan pada kaca objek
dimana bakteri berlokasi dan
didiamkan selama 2 menit
Kaca objek berwarna kuning
8. Kaca objek dibilas perlahan dengan Kaca objek bersih dan tidak ada
air suling lugol yang tersisa
9.
Kaca objek ditetesi alkohol 95 %
Kaca objek sudah ditetesi alkohol
90%
10. Kaca objek dibilas perlahan dengan
air suling
Kaca objek bersih dan tidak ada
alkohol yang tersisa
11.
Kaca objek ditetesi fuchsin dan
didiamkan selama 30 detik
Kaca objek berwarna merah muda
12. Kaca objek dibilas perlahan dengan
air suling
Kaca objek bersih dan tidak ada
fuchsin yang tersisa
13.
Kaca objek dikeringkan dengan
menggunakan kertas saring dan
ditetesi minyak emersi
Kaca objek sudah kering dan sudah
ditetesi minyak emersi, siap untuk
dilihat di bawah mikroskop
14. Kaca objek diletakkan dibawah
mikroskop dan dilihat pada
perbesaran 10, 40 dan 100
Bakteri terlihat berwarna
merah/biru
VII.
Foto Keterangan
1.
Bacilli
Perbesaran : 40 x
Bentuk : Bacilli
Warna : Merah
Pewarna : CGV, Lugol, Fuchsin
Bakteri : E. coli
2.
Coccus
Perbesaran : 10 x
Bentuk : Coccus
Warna : Biru
Pewarna : CGV, Lugol, Fuchsin
Bakteri : Staphylococcus
Aureus
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pewarnaan gram dengan tujuan
dari praktikum ini adalah mengamati dua kelompok bakteri yaitu bakteri Gram
positif dan Gram negatif dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram dan
memahami setiap langkah dan reaksi – reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur
tersebut. Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pada umumnya
antara lain karbol gentian violet , lugol , fuchsin .
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan
mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di
bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal
violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin
akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh
perbedaan dalam truktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam
pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine
(Lay.1994).
Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat
warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif
terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih kuat,
sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori
mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol (Fardiaz,
1989)
Langkah pertama yang dilakukan adalah sterilisasi kaca objek dengan cara
di celupkan kedalam larutan desinfektan kemudian dicelupkan kedalam alkohol
70%. Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua
mikroorganisme termasuk spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan
digunakan. Setelah sterilisasi alat-alat, langkah selanjutnya adalah fiksasi adalah
suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik
dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan
untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa
merusak struktur selnya. Fiksasi harus dilakukan secara benar agar sel bakteri
dapat terlihat jelas ketika dilihat dengan mikroskop.
Setelah difiksasi selanjutnya pengolesan bakteri pada kaca objek. Pastikan
kaca objek harus bersih dari debu atau kotoran lainnya agar tidak mengganggu
pada saat pengamatan sel bakteri. Pengolesan bakteri dilakukan seharusnya tidak
terlalu tebal alau terlalu tipis dan tahan pencucian satu kali atau lebih, setelah
difiksasi dengan panas. Bakteri tidak hilang tercuci, dengan bentuk tetap dan tidak
menyusut. Olesan bakteri merupakan prasyarat bagi berhasilnya berbagai teknik
pewarnaan. Namun sebelum melakukan pengolesan bakteri pada kaca objek
terlebih dahulu tandai tempat yang akan diolesi bakteri dengan memberi tanda
lingkaran di bawah kaca objek sebagai tanda area untuk melakukan pengolesan sel
bakteri dari suspensi agar memudahkan saat melihat di mikroskop. Setelah kaca
objek diolesi bakteri difiksasi kembali di atas api dengan cara di lewat lewatkan
tidak terlalu dekat api supaya bakteri tidak mati. Fiksasi dalam tahap ini bertujuan
melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya. Fiksasi
harus dilakukan secara hati-hati agar bakteri tidak menjadi mati karena proses
pemanasan yang terlalu lama.
Setelah diolesi bakteri dan difiksasi kemudian kaca objek di teteskan
pewarna karbol gentian violet di simpan di atas bak warna dan diamkan selama 1
menit. Karbol gentian violet merupakan campuaran fuchsin fenol, dan dasar yang
digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Umumnya digunakan dalam
pewarnaan mikrobkateria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang
ditemukan di dinding sel mikroba. Setelah 1 menit lalu di bilas dengan aquades.
Kemudian di teteskan pewarna lugol dan diamkan selama 2 menit. Lugol
merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna
primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama.
Penambahan lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat
pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol akan terperangkap antara
dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif. Setelah 2 menit,
lugol di bilas dengan aquades. Pembilasan dengan aquadest harus dilakukan
secara hati-hati jangan terlalu kencang saat menyemprotkan aquadest kedalam
kaca objek agar bakteri tidak ikut terbilas.
Setelah itu olesan pada kaca objek dicuci dengan alkohol 95% sampai zat
warna larut. Alkohol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk
membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri
(mikroorganisme). Tercuci atau tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi
dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak
akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna
dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini
mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan
tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna.
Setelah itu olesan diberikan atau di teteskan pewarna tandingan berupa
fuksin selama 30 detik. Fuksin ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Pada bakteri
gram negatif akan menghasilkan warna merah sedangkan pada bakteri gram
positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna
fuksin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Kemudian bilas kembali dengan aquades dan keringkan dengan kertas
saring dengan hati-hati.Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan
setiap zat warna yang sedang diberikan. Selanjutnya kaca objek dolesan di tetesi
emersi oil sebanyak satu tetes. Minyak emersi adalah minyak yang di pakai untuk
olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek, dan melindungi
mikroskop. Penambahan minyak emersi bertujuan untuk memperjelas objek saat
diamati di mikroskop karena minya emersi memiliki indeks refraksi yang tinggi
dibandingkan dengan air.
Dari hasil pengamatan sampel suspensi campuran bakteri dapat diketahui
bakteri yang terdapat di dalamnya yaitu E. coli dan S. Aureus dapat teramati
dengan ciri S. Aureus berbentuk coccus dengan warna violet yang menandakan
bakteri tersebut bakteri gram positif, sedangkan E. coli berbentuk basil dengan
warna merah yang menandakan bakteri tersebut bakteri gram negatif. Bakteri
ini akan berwarna biru atau violet di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram
negatif akan berwarna merah atau merah muda. Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal di banding bakteri gram negatif sehingga bakteri gram
positif dapat mempertahan warna ungu.
VIII. Simpulan
1. Dua kelompok bakteri yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif dapat
diamati menggunakan prosedur pewarnaan Gram. Bakteri Gram positif S.
aureus berwarna biru saat dilihat di bawah mikroskop, sedangkan bakteri
Gram negatif E. Coli berwarna merah.
2. Dapat memahami setiap langkah dan reaksi reaksi kimia yang terjadi
dalam proses tersebut yang dapat di lihat dari pewarna yang bereaksi
dengan sel bakteri
Daftar Pustaka
AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 1996. Official Methods of
Analysis, 16th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington,
DC.
Assani S, 1994, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi,. Fakultas. Kedokteran.
Universitas. Indonesia,. Binarupa Aksara, Jakarta.
Cowan, S.T. 1984. Manual for the Identification of Medical Bacteria. Second Ed.
Cambridge University Press, Cambridge. p. 238.
Donnelly, Gibson. 1996. Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB.
Iud, W. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: UMM
Pres.
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.