Pewarnaan Sederhana & Gram

21
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PEWARNAAN SEDERHANA Senin, 3 Maret 2015 Kelompok I Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB Nama NPM Prasetyo Dwi A.P. 260110130135 LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 Nilai TTD (Dhiya) (Emanuel) (Puspagita)

description

Mikrobiologi

Transcript of Pewarnaan Sederhana & Gram

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN SEDERHANA

    Senin, 3 Maret 2015

    Kelompok I

    Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB

    Nama NPM

    Prasetyo Dwi A.P. 260110130135

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Dhiya) (Emanuel) (Puspagita)

  • I. TUJUAN

    Mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari

    bakteri, dengan menggunakan satu macam zat pewarna.

    II. PRINSIP

    1. Teknik aseptis

    Teknik aseptis adalah proses tanpa kontaminasi untuk menjamin

    preparasi bebas dari mikroba kontaminan. Tekink aseptis

    digunakan sepanjang percobaan berlangsung baik alat, bahan,

    lingkungan sekitar, maupun praktikan. Untuk alat dan bahan dapat

    diterapkan metode sterilisasi.

    2. Pewarnaan sederhana

    Pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yanng digunakan

    hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut

    yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat mrfologi

    bakteri secara umum

    3. Ikatan ion

    Pewarnaan bakteri didasarkan atas adanya ikatan ion antara

    komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari

    pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena

    adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada

    pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan

    pewarna asam dan pewarna basa.

    III. TEORI DASAR

    Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan

    karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Salah satu

    cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk

  • diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal

    tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu

    mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

    (Waluyo, 2007)

    Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,

    karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat

    kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik

    pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah

    diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan

    salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian

    mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).

    Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan

    baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak

    langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah

    untuk :

    1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun

    fungi.

    2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.

    3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur

    dalam jasad.

    4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga

    sifat-sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui. (Suriawiria,

    1999)

    Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana

    (simple stain), pewarnaan diferensial (differential strain), dan

    pewarnaan khusus (special strain) (Pratiwi, 2008).

  • Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna

    untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.

    Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan

    ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada

    mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus),

    batang (basil), dan spiral. (Lay, 1994).

    Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan

    sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)

    sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana

    umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan

    positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu

    fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan

    penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat

    warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus.

    Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer.

    Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri

    khas bagi suatu spesies. (Dwidjoeseputro, 1998)

    Langkah-langkah utama dalam persiapan spesiemen mikroba untuk

    pemeriksaan mikroskopis adalah :

    Penempatan olesan atau lapisan spesiemen pada kaca objek.

    Fiksasi olesan pada kaca objek

    Aplikasi pewarnaan tunggal (pewarnaan sederhana) atau

    serangkain larutan pewarna atau reagen. (Pelczar,1986)

    IV. ALAT DAN BAHAN

    a. Alat

    1. Bak pewarna

    2. Cawan petri

    3. Kaca obyek

  • 4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Ose

    7. Pembakar spirtus

    8. Mikroskop cahaya

    b. Bahan

    1. Alkohol 70%

    2. Aquadest

    3. Minyak emersi

    4. Sampel air liur

    5. Zat warna biru metilen

    6. Zat warna karbol gentian violet (CGV)

    c. Gambar Alat

    1. Bak pewarna

    2. Cawan petri

  • 3. Kaca objek

    4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Ose

  • 7. Pembakar spirtus

    8. Mikroskop cahaya

    V. PROSEDUR

    Pertama, kaca objek dibersihkan menggunakan alkohol 70%

    hingga tidak terdapat lemak di kaca objek. Kemudian sampel dari air

    liur dioleskan di atas kaca objek yang telah dibersihkan. Selanjutnya

    sampel yang telah dioleskan di atas kaca objek difiksasi di atas api.

    Setelah dingin, preparat diteteskan oleh zat pewarna CGV di atas bak

    warna dan didiamkan selama 15-30 detik. Selanjutnya zat pewarna

    CGV yang berlebih dituangkan dari preparat lalu dibilas dengan

    aquadest sampai bersih dari zat pewarna. Setelah itu, preparat

    dikeringkan oleh kertas saring dan diteteskan minyak emersi.

    Kemudian preparat diamati dibawah mikroskop cahaya. Hasil

    pengamatan digambar di buku gambar. Untuk pewarnaan

    menggunakan metilen biru langkah yang dilakukan sama, hanya

  • berbeda saat pendiaman setelah penetesan zat warna. Untuk metilen

    biru didiamkan selama 1-2 menit setelah diteteskan.

    VI. HASIL PENGAMATAN

    Zat

    pewarna

    Perbesaran Hasil pengamatan

    CGV

    40x

    100x

    Metilen

    biru 40x

  • 100x

    VII. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada bakteri dengan

    menggunakan pewarnaan sederhana. Digunakan pewarnaan karena

    pada umumnya bakteri bersifat transparan dan berukuran sangat kecil

    sehingga sulit untuk diamati. Untuk membantu dalam pengamatan

    bakteri maka digunakan pewarnaan bakteri oleh zat pewarna. Pada

    pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk

    meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.

    Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan

    penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentuk

    yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Hal pertama yang harus

    dilakukan adalah penyiapan preparat. Pertama-tama kaca objek

    dibersihkan menggunakan alkohol 70% sampai bersih. Hal ini

    bertujuan agar tidak ada kandungan lemak yang tersisa di atas kaca

    objek saat diamati nantinya. Selanjutnya adalah penyiapan preparat,

    yaitu pengolesan sampel di atas kaca objek yang sudah ditandai

    dengan spidol agar mempermudah daerah pengamatan bakteri

    nantinya. Sebelum sampel dioleskan, ose yang nantinya akan

    digunakan untuk mengambil sampel harus disterilkan terlebih dahulu

    dengan cara difiksasi. Setelah ose dingin, sampel yang terdapat dalam

  • cawan petri tertutup diambil menggunakan ose untuk kemudian

    dioleskan di atas kaca objek yang sudah dibersihkan. Proses ini

    dilakukan di dekat pembakar spirtus agar sampel tidak terkontaminasi

    mikroorganisme dari luar. Sampel diletakkan di dalam cawan petri

    tertutup agar terhindar dari mikroorganisme yang terdapat dari udara

    sekitar, agar bakteri yang diamati pada sampel tidak terkontaminasi

    dari lingkungan luar. Setelah sampel dioleskan di atas kaca objek, kaca

    objek difiksasi dengan cara melewatkan kaca objek di atas pembakar

    spirtus. Hal ini bertujuan agar sampel bisa melekat pada kaca objek.

    Saat fiksasi preparat kaca objek hanya dilewatkan sebentar saja, karena

    jika terlalu lama bakteri yang ada pada sampel akan mati karena tidak

    tahan panas. Selanjutnya preparat yang sudah diolesi sampel ditetesi

    zat pewarna. Zat pewarna yang digunakan pada praktikum pewarnaan

    sederhana kali ini ada dua, yaitu CGV dan metilen biru. Tiap zat

    pewarna memiliki waktu untuk didiamkan yang berbeda ketika sudah

    diteteskan di atas sampel. Untuk CGV, hanya didiamkan selama 15-30

    detik, sedangkan untuk metilen biru didiamkan selama 1-2 menit.

    Bakteri pada sampel akan bereaksi dengan zat pewarna karena

    sitoplasma dari bakteri bersifat basofilik (suka terhadap basa),

    sedangkan zat pewarna yang digunakan bersifat alkalin (komponen zat

    warnanya bermuatan positif). Setelah didiamkan selama waktu yang

    telah ditentukan, zat pewarna berlebih di atas preparat dibuang dan

    kemudian preparat dibilas secara perlahan menggunakan aquadest.

    Untuk menghilangkan sisa aquadest, digunakan kertas saring untuk

    mengeringkan preparat yang akan diamati nantinya. Kemudian sampel

    yang berada dalam daerah pengamatan di preparat ditetesi oleh minyak

    emersi untuk kemudian diamati. Saat pengamatan akan didapatkan

    bakteri-bakteri dalam bentuk coccus (bulat) dan batang yang berwarna

    sesuai dengan zat pewarna yang diteteskan yaitu warna ungu untuk

    pewarna CGV dan warna biru untuk pemarna metilen biru.

  • VIII. KESIMPULAN

    1. Bentuk dan struktur bakteri dalam sampel dapat teramati dengan

    menggunakan pewarnaan sederhana

    2. Di dalam sampel teramati bakteri dengan bentuk bulat dan batang

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    Dwidjoseputro, D,1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang:

    Djambatan

    Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.

    Pelczar & Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta :

    Universitas Indonesia

    Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

    Suriawiria, U. 1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN GRAM

    Senin, 3 Maret 2015

    Kelompok I

    Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB

    Nama NPM

    Prasetyo Dwi A.P. 260110130135

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Dhiya) (Emanuella) (Puspagita)

  • I. TUJUAN

    Menganuti dua kelompok bakteri yaitu Gram positif dan Gram

    negatif, dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram, Memahami

    setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur

    tersebut.

    II. PRINSIP

    1. Teknik aseptis

    Teknik aseptis adalah proses tanpa kontaminasi untuk menjamin

    preparasi bebas dari mikroba kontaminan. Tekink aseptis

    digunakan sepanjang percobaan berlangsung baik alat, bahan,

    lingkungan sekitar, maupun praktikan. Untuk alat dan bahan dapat

    diterapkan metode sterilisasi.

    2. Pewarnaan diferensial

    Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang

    menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian sel-

    sel mikroba. Teknik pewarnaan ini tidak hanya menggunakan satu

    jenis zat pewarna, berbeda dengan pewarnaan sederhana yang

    hanya menggunakan satu zat pewarna.

    3. Ikatan ion

    Pewarnaan bakteri didasarkan atas adanya ikatan ion antara

    komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari

    pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena

    adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada

    pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan

    pewarna asam dan pewarna basa.

  • 4. Absorpsi

    Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas

    dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben

    cair yang diikuti dengan pelarutan.

    III. TEORI DASAR

    Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,

    karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat

    kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik

    pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah

    diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan

    salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian

    mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).

    Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik

    pewarnaan yang paling penting dan luas di gunakan untuk

    mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah

    terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat pewaraan Kristal violet,

    larutan yodium, larutan akohol(bahan pemucat) dan zat pewarnaan

    tandinganya berupa zat warna safranin atau air fucshin. Metode ini di

    beri nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian

    Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884

    untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiela,

    pneumonia. Bakteri yang telah diwarnai dengan metode ini dibagi

    menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positf dan bakteri gram

    negatif. Bakteri garam positif akan memprtahankan zat pewarna kristal

    violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah

    mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna

    Kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat

    pewarna tandingnya yaitu dengan zat pewarn air fucshin atau safranin

    akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini di sebabkan oleh

    perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Pelczar, 2007).

  • Bakteri gram positif adalah bakeri yang mempertahankan zat

    warna metal ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini

    akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop sedangkan bakteri

    gram negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan

    klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama berdasarkan pada

    perbedaan struktur dinding sel bakteri .Bakteri gram negatif adalah

    bakteri yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada metode

    pewarnaan gram. Bakteri gram-positif akan mempertaahankan warna

    ungu gelap setelah di cuci dengan alkohol. Sementara bakteri gram-

    negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu pewarnaan penimbal

    (conterstain)di tambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua

    bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.

    Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini

    perbedaan struktur dinding selnya. Banyak spesies organisme inang,

    sifat pathogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada

    dinding sel gram-negatif terutama lapisan lipopolisakarida. (Pelczar,

    2007)

    IV. ALAT DAN BAHAN

    d. Alat

    9. Bak pewarna

    10. Cawan petri

    11. Kaca obyek

    12. Kapas

    13. Kertas saring

    14. Ose

    15. Pembakar spirtus

    16. Mikroskop cahaya

    e. Bahan

    7. Alkohol 70%

    8. Aquadest

  • 9. Lugol

    10. Minyak emersi

    11. Pemucat alkohol 95%

    12. Suspensi campuran bakteri E. coli dan S. aureus

    13. Zat warna karbol fuchsin

    14. Zat warna karbol gentian violet (CGV)

    f. Gambar Alat

    1. Bak pewarna

    2. Cawan petri

    3. Kaca objek

  • 4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Ose

    7. Pembakar spirtus

  • 8. Mikroskop cahaya

    V. PROSEDUR

    Pertama, kaca objek dibersihkan menggunakan alkohol 70%

    hingga tidak terdapat lemak di kaca objek. Kemudian sampel dari

    suspensi dioleskan di atas kaca objek yang telah dibersihkan.

    Selanjutnya sampel yang telah dioleskan di atas kaca objek difiksasi di

    atas api. Setelah dingin, preparat diteteskan oleh zat pewarna CGV di

    atas bak warna dan didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya zat

    pewarna CGV yang berlebih dituangkan dari preparat lalu dibilas

    dengan aquadest sampai bersih dari zat pewarna. Setelah itu, preparat

    diteteskan oleh lugol dan didiamkan selama 2 menit. Lugol yang

    berlebih kemudian dibuang dan preparat dibilas menggunakan

    aquadest. Setelah itu preparat ditetesi oleh larutan pemucat alkohol

    tetes demi tetes secara singkat dan kemudian dibilas lagi menggunakan

    aquadest. Kemudian preparat ditetesi karbol fuhsin dan didiamkan

    selama 30 detik, kemudian karbol fuhsin yang berlebih dibuang dan

    preparat dibilas menggunakan aquadest. Selanjutnya preparat

    dikeringkan menggunakan kertas saring dan setelah kering ditetesi

    oleh minyak emersi untuk kemudian diamati.

  • VI. HASIL PENGAMATAN

    Perbesaran Hasil pengamatan

    40x

    VII. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada bakteri dengan

    menggunakan pewarnaan gram. Hal pertama yang harus dilakukan

    adalah penyiapan preparat. Pertama-tama kaca objek dibersihkan

    menggunakan alkohol 70% sampai bersih. Hal ini bertujuan agar tidak

    ada kandungan lemak yang tersisa di atas kaca objek saat diamati

    nantinya. Selanjutnya adalah penyiapan preparat, yaitu pengolesan

    sampel di atas kaca objek yang sudah ditandai dengan spidol agar

    mempermudah daerah pengamatan bakteri nantinya. Sebelum sampel

    dioleskan, ose yang nantinya akan digunakan untuk mengambil sampel

    harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara difiksasi. Setelah ose

    dingin, sampel yang terdapat dalam tabung reaksi tertutup diambil

    menggunakan ose untuk kemudian dioleskan di atas kaca objek yang

    sudah dibersihkan. Proses ini dilakukan di dekat nyala api agar sampel

    tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dari luar. Sampel diletakkan

    di dalam tabung reaksi tertutup karena sampel bersifat likuid dan juga

  • agar terhindar dari mikroorganisme yang terdapat dari udara sekitar,

    agar bakteri yang diamati pada sampel tidak terkontaminasi dari

    lingkungan luar. Setelah sampel dioleskan di atas kaca objek, kaca

    objek difiksasi dengan cara melewatkan kaca objek di atas pembakar

    spirtus. Hal ini bertujuan agar sampel bisa melekat pada kaca objek.

    Saat fiksasi preparat kaca objek hanya dilewatkan sebentar saja, karena

    jika terlalu lama bakteri yang ada pada sampel akan mati karena tidak

    tahan panas. Selanjutnya preparat yang sudah diolesi sampel ditetesi

    zat pewarna. Zat pewarna yang pertama digunakan adalah CGV,

    preparat ditetesi oleh CGV. Setelah itu preparat dibilas menggunakan

    aquadest dan ditetesi oleh lugol dan didiamkan selama 2 menit. Setelah

    itu lugol dibilas menggunakan aquadest dan preparat diteteskan larutan

    pemucat alkohol secara sekilas. Kemudian preparat dibillas aquadest

    dan diteteskan karbol fuchsin dan didiamkan selama 30 detik untuk

    kemudian dibilas menggunakan aquadest. Bakteri pada sampel akan

    bereaksi dengan zat pewarna karena sitoplasma dari bakteri bersifat

    basofilik (suka terhadap basa), sedangkan zat pewarna yang digunakan

    bersifat alkalin (komponen zat warnanya bermuatan positif). Untuk

    menghilangkan sisa aquadest, digunakan kertas saring untuk

    mengeringkan preparat yang akan diamati nantinya. Kemudian sampel

    yang berada dalam daerah pengamatan di preparat ditetesi oleh minyak

    emersi untuk kemudian diamati. Saat pengamatan akan didapatkan

    bakteri Staphylococcus aureus berbentuk coccus yang berwarna ungu

    dan juga Eschericia coli berbentuk batang yang berwarna merah muda.

    Hal ini disebabkan karena Staphylococcus aureus merupakan bakteri

    gram positif dimana lapisan peptidoglikan pada membrannya lebih

    tebal dibandingkan lipid. Peptidoglikan akan mengikat zat warna yang

    cocok dengan kepolarannya yaitu CGV. Sehingga saat dibilas alkohol,

    CGV yang terikat pada peptidoglikan tidak akan terbawa alkohol. Hal

    tersebut akan menyebabkan bakteri gram positif akan berwarna sama

    dengan warna CGV yaitu ungu. Sedangkan Eschericia coli adalah

  • bakteri gram negatif, dimana kandungan lemak dalam membran

    bakteri tersebut lebih banyak dibanding peptidoglikannya. Lemak

    memiliki kepolaran yang berbeda dengan zat pewarna CGV sehingga

    CGV tidak berikatan dengan bakteri melainkan hanya berada di

    lapisan luar bakteri. Hal tersebut menyebabkan zat pewarna CGV akan

    hilang terbawa ketika dibilas dengan alkohol. Lemak memiliki

    kepolaran yang sama dengan karbol fuhsin yang menyebabkan

    membran bakteri gram negatif akan berikatan dengan karbol fuhsin

    secara kuat dan memberi warna pada bakteri saaat pengamatan (warna

    merah muda).

    VIII. KESIMPULAN

    1. Bakteri gram positif dan gram negatif yang terdapat pada sampel

    dapat teramati menggunakan pewarnaan gram

    2. Bakteri gram positif yang teramati dalam sampel adalah

    Staphylococcus aureus

    3. Bakteri gram negatif yang teramati dalam sampel adalah

    Eschericia coli

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :

    Djambatan.

    Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.