253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak pada tahun 1960 hemodialisa diterapkan sebagai suatu terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal. Hemodialisa merupakan terapi pengganti yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney atau dialyzer). Biasanya di Indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu. Setiap kali hemodialisa dibutuhkan waktu selama kurang lebih 5 jam. Di beberapa pusat dialysis lainnya ada yang dilakukan hemodialisa 3 kali seminggu dengan lama dialysis 4 jam. Hemodialisa merupakan salah satu terapi faal ginjal dengan tujuan untuk mengeluarkan zat-zat metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan diasilat melalui membrane semipermeabel yang bersifat sebagai pengganti ginjal.

Transcript of 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

Page 1: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak pada tahun 1960 hemodialisa diterapkan sebagai suatu terapi pengganti

ginjal pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal. Hemodialisa

merupakan terapi pengganti yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney

atau dialyzer). Biasanya di Indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu. Setiap

kali hemodialisa dibutuhkan waktu selama kurang lebih 5 jam. Di beberapa pusat

dialysis lainnya ada yang dilakukan hemodialisa 3 kali seminggu dengan lama

dialysis 4 jam.

Hemodialisa merupakan salah satu terapi faal ginjal dengan tujuan untuk

mengeluarkan zat-zat metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air

dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan diasilat

melalui membrane semipermeabel yang bersifat sebagai pengganti ginjal.

Hemodialisis sering disebut pada orang awan sebagai terapi cuci darah. Hemodialisa

terbukti dapat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas

hidup penderita gagal ginjal terminal. Dalam suatu proses hemodialisis, darah

penderita dipompa oleh mesin kedalam kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer

mengandung ribuan serat atau fiber sintetis yang berlubang kecil ditengahnya. Darah

mengalir di dalam lubang serat sedangkan cairan dialisis yaitu dialisat mengalir diluar

serat. Dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya

proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik

Page 2: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

2

melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif ke dalam

kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah

ke dalam cairan dialisat. Hal ini dapat bermanfaat untuk menyedot kelebihan cairan

tubuh dan sampah-sampah sisa hasil metabolik.

Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang ini

telah dilaksanakan pada banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal

yang kompartemen darahnya adalah kapiler selaput semipermeabel (hollow fibre

kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur tertinggi sampai

sekarang adalah 14 tahun.

Page 3: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hemodialisa berasal dari kata hemo dan dialisa. Hemo adalah darah

sedangkan dialisa adalah pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa

menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang

dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat

dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu

proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeable. (1)

Menurut Price dan Wilson, dialisa merupakan suatu proses solute dan air

mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair

menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua

tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama

yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap

perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. (1)

Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox, hemodialisa didefinisikan sebagai

pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel

(dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan

sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana

tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan

perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk

pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien,

Page 4: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

4

hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut

dan kronik di Amerika Serikat.(2)

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang

dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk

membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam

sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,

maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)

melalui pembedahan.(11)

2.2 Indikasi

Hemodialisa sebagai terapi penyakit ginjal end-stage digunakan lebih dari

300.000 orang di Amerika Serikat. Standarisasi terapi ini dimulai pada tahun 1973

oleh beberapa ahli seperti Kolff, Merrill, Sribner dan Schreiner. Terapi ini juga

mempertimbangkan segi pendidikan, pekerjaan, dan kondisi kesehatan pasien.

Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan terapi berdasarkan kesehatan penderita

yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya

dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita

neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya

juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria

sedangkan pada wanita diatas 4 mg/100 ml. Selain itu, nilai kadar glomeluro filtration

rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus

berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan

lagi.(1)

Page 5: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

5

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal KronikStadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

(mL/menit/1,73m2)Risiko meningkat Normal > 90, terdapat faktor risikoStadium 1 Normal atau meningkat > 90, terdapat kerusakan ginjal,

proteinuria menetap, kelainan sedimen urin, kelainan kimia darah dan urin, kelainan pada pemeriksaan radiologi.

Stadium 2 Penurunan ringan 60-89Stadium 3 Penurununan sedang 30-59Stadium 4 Penurunan berat 15-29Stadium 5 Gagal Ginjal <15

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)

secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 15

mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan

LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain

indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat

komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan

nefropatik diabetik.(5,12)

Thiser dan Wilcox menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika

bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar

kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara

mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. (2)

Tabel 2. Perbandingan Nilai Kreatinin, Laju Filtrasi Glomerulus dan Clearance Creatinin Rate untuk menilai Fungsi GinjalNilai GFR

(mg/dl)Kreatinin (ml/menit/1,73 m2)

Clearance Rate (ml/menit)

Page 6: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

6

Normal >90 Pria : <1,3Wanita : <1,0

Pria : 90-145Wanita : 75-115

Gangguan Ginjal Ringan

60-89 Pria : 1,3-1,9Wanita : 1,0-1,9

56-100

Gangguan Ginjal Sedang

30-59 2-4 35-55

Gangguan Ginjal Berat

15-29 >4 <35

Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah

laju filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari < 15 mL/menit, sehingga dialisis

dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai pemeriksaan tanda dan gejala serta

pemeriksaan laboratorium, sebagai berikut :

a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata

Penderita dapat mengalami gangguan kesadaran. Adanya gangguan asidosis

metabolik dan atau gejala sindrom uremia seperti mual, muntah dan anoreksia.

Tanda – tanda overload cairan seperti edem, sesak napas akibat edema paru, serta

adanya gangguan jantung. Penderita juga dapat mengeluhkan sulit kencing (anuria)

lebih dari 5 hari.

b. Pemeriksaan Laboratorium ditemukan :

Kreatinin serum > 8 mg/dL

Ureum darah > 200 µ/dL

Hiperkalemi

pH darah < 7,1

2.3 Kontraindikasi

Page 7: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

7

Menurut Thiser dan Wilcox, kontraindikasi dari hemodialisa adalah hipotensi

yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak

organik. Sedangkan menurut PERNEFRI kontra indikasi dari hemodialisa adalah

tidak didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas

hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya

adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati

lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut. (13)

2.4 Proses Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis

dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses

difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan

dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. (3)

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan, gradien ini

dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai

ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,

kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovelemia

(keseimbangan cairan). (3)

Sistem tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi

dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk

membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke

dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. (3,6)

Page 8: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

8

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu

saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring

dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang

tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses

vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin

hemodialisa. Hemodialisa dilakukan pada penyakit gagal ginjal terminal yaitu dengan

mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari

dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dialirkan dan dipompa ke

kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput permiabel buatan (artificial) dengan

kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat dialairi cairan dialysis yang bebas

pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit yang sama dengan serum normal

dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialysis dan darah yang

terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zar terlarut berpindah dari

konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat

terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses dialysis, air juga berpindah

dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara menaikkan

tekanan hidrostatik negative pada kompartemen cairan dialisat. Perpindahan air

disebut dengan ultrafiltrasi.(1,2,3)

Cairan dialysis adalah cairan yang digunakan pada proses hemodialisa, terdiri

dari campuran air dan elektrolit yang mempunyai konsentrasi hampir sama dengan

serum normal dan mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan darah. Fungsi

cairan dialysis adalah mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa

Page 9: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

9

metabolisme dari tubuh, serta mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama

dialisa. Cairan dialysis mengandung macam-macam garam, elektrolit dan atau zat

antara lain :

1. NaCl / Sodium Chloride.

2. CaCl2 / Calium Chloride.

3. Mgcl2 / Magnesium Chloride.

4. NaC2H3O2 3H2O / acetat atau NaHCO3 / Bilkarbonat.

5. KCl / potassium chloride, tidak selalu terdapat pada dialisat.

6. Dextrose.

Gambar 1. Cairan Dializer

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa

berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran

darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk

dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi

Page 10: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

10

sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh

efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan

ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan

mempengaruhi pemindahan larutan.(12)

Gambar 2. Mesin Hemodialisa

Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran

semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk

dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat ataupun

dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow

fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang

tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan

dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena

memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler.(7,8,13)

Page 11: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

11

Gambar 3. Aliran Darah

Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter

masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran

semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah

dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah

darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam

tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).(10)

Gambar 4. Sirkuit

Page 12: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

12

Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi

untuk dialisat. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood

line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Dialisat

membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan

suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa

pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat kemudian

dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar serabut berongga

sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi

sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis,

dan ultrafiltrasi.(1,9)

Komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion

darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan

elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari

Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat

dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini

tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam

dialisat, akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan menambahkan asetat adalah untuk

mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme oleh tubuh pasien

menjadi bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah ditambahkan ke dalam

dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat yang dapat menyebabkan

kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa

dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan dapat dicapai dengan

membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat.(13)

Page 13: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

13

Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik

antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan

meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan

meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum

dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan

tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi

solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl

0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan darah pasien

mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar

tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran dengan

quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan

yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus

lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau gelembung

udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke dalam

aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern

dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter.

(10,11)

Menurut PERNEFRI waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan

kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali

seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10-15 jam/minggu dengan QB 200–300

mL/menit. Pada akhir interval 2-3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,

air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia

karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.(12)

Page 14: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

14

Price dan Wilson menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan

meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan

hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal.

Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif

dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya

dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam,

tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien.(1)

2.5 Penatalaksanaan Hemodialisa

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal

atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat

membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan

sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat

menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat

meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal.(8)

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu

mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan

menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang

terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan

akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi

penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.(8)

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung

kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan

Page 15: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

15

bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif,

asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa

penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan. (7)

2.6 Komplikasi

Hemodialisa sangat penting untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi

hemodialisa juga dapat menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari

dialisis), kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sakit

kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2- 5% dari

dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak (<1% dari dialisis).

Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi adalah sindrom disequilibrium,

arrhythmia, tamponade jantung, perdarahan intrakaranial, hemolisis dan emboli paru. (7)

Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama

hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah

hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,

gatal, demam dan menggigil.(13)

Tabel 3. Komplikasi dari renal replacement theraphycomplication Hemodialisis Peritonel dialysiscardiovascular Air embolism

Angina Arrytmia Cardiac tamponade Hypotension*

Arrytmia Hipotension Pulmonary edema

Infection Bacterimia Colonization of temporary

central venous cateters Endocarditis Meningitis Osteomyelitis Sepsis Vascular access celulitis

or absess

Catheter exit sitre infection

peritonitis

Page 16: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

16

Mecahnical Obstruksi pada arterivena, terbentuk fistul trombosis atau infeksi

Stenosis atau trombosis pada vena subklavia atau superior vena cava dan intern vena jugular

Catheter obstruction by clots, fibrin, omentum, or fibrous encasement

Dialysate leakage around the catheter

Dissection of fluid into the abdominal wall

Hematoma in the pericatheter tract

Perforation of a viscus by the catheter

Metabolic Hipoglikemi pada orang diabetik yang memakai insulin

Hipokalemi Hiponatremi dan

hipernatremi

Hipoalbumin Hiperglikemi Hipertrigliserid Obesitas

Pulmonary Dispnea sampai reaksi anafilasis oleh membran hemodialisa

Hipoksia

Atelectasis Efusi pleura Pneumonia

Miscellaneous Deposit amiloid Hemorragic cateter Demam yang disebabkan

oleh bakterimia, pirogen, atau panas dialysate

Perdarahan (GI, Intracranial, retroperitonel, intraocular)

Insomnia Pruritus Keram otot Restlessness Kejang

Abdominal and inguinal hernias

Catheter-related intra-abdominal bleeding

Hypothermia Peritoneal sclerosis Seizures

*most common complication overall

BAB III

Page 17: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

17

KESIMPULAN

Hemodialisa merupakan pengganti terapi faal ginjal dengan tujuan untuk

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air

dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat

melalui selaput semipermeabel yang bertindak sebaagai ginjal buatan. Tujuan dari

hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah

pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan

ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan

mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan

penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi

hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari

gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.

BAB IV

Page 18: 253387135-67173990-REFERAT-hemodialisa-doc.doc

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S. A. & Wilson, L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.

2. Daugridas, JT. Cronic Hemodyalisis Prescription : A Urea Kinetic Approach.

Daugirdas JT, Ing TS (Eds) Handbook of Dialysis 3dh edition by Lippincott

Williams and Willkins Publisers 2000 : 12-47.

3. Rahardjo P., Susalit E., Suhardjono. Hemodialisis. Dalam Buku AJar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi IV,

4. Albert Lasker : Award for Clinical Medical Research. J Am Soc Nephrol

13:3027-3030, 2002.

5. Kinchen KS, Sadler J, Fink N, et al: The timing of specialist evaluation in chronic

kidney disease and mortality. Ann Intern Med 137:479-486, 2002

6. Vanholder R, De Smet SR: Pathophysiologic effects of uremic retention solutes. J

Am Soc Nephrol 10:1815-1823, 1999.

7. Jonathan Himmelfarb, MD. Hemodialysis Complications. American Journal of

Kidney Disease, vol 45, No.6 (June); 2005: pp 1125-1131.

8. Ganong, W. F., 1998, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC, Jakarta.

9. Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC,

Jakarta.

10. Havens, L. & Terra, R. P, 2005, Hemodialysis. Terdapat pada:

http://www.kidneyatlas.org.

11. NKF, 2006, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.

12. PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi-Bagian

Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.

13. Rose, B. D. & Post, T. W, 2006, Hemodialysis: Patient information, Terdapat

pada: http://www.patients.uptodate.com.