236424356 Contoh Matriks Jurnal

11
JUDUL, PENULIS, TAHUN FENOMENA VARIABEL YANG DITELITI HASIL PENELITIAN 1.Judul: Sifat Kepribadian dan Locus of Control Sebagai Pemoderasi Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit Penulis: Ni Wayan Rustiarini Tahun: 2013 Akuntan publik sebagai profesi yang memberikan jasa kepada masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas jasa yang diberikan. Adanya tuntutan kualitas yang yang tinggi menyebabkan terjadinya stres pada auditor, baik yang bersifat positif maupun negatif. Stres yang positif akan memotivasi auditor untuk meningkatkan kinerja bahkan memberikan kepuasan kerja, sedangkan stres yang negatif justru menyebabkan auditor melakukan perilaku disfungsional yang dapat mengurangi kualitas audit. Perilaku ini terjadi ketika auditor a.Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour). Merupakan reaksi auditor terhadap lingkungan (Donelly et al., 2003) b. Stres Kerja (Job Stress) Stres kerja diartikan sebagai berbagai faktor di tempat kerja yang dianggap menimbulkan ancaman bagi individu (Bridger et al., 2007) c. Sifat Kepribadian (Traits Personality) Sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi Sifat kepribadian openness to experience dan conscientiousness, serta ekternal dan internal locus of control memiliki kemampuan untuk memperlemah hubungan stres kerja dan perilaku disfungsional audit yang terjadi dalam penugasan audit. Meskipun demikian, sifat kepribadian extraversion, agreeableness, dan neuroticism tidak memiliki peran pada hubungan stres kerja dan perilaku disfungsional audit. Kondisi ini telah sesuai dengan hasil yang diharapkan sekaligus memberikan bukti empiris untuk mengkonfirmasi temuan

description

matriks

Transcript of 236424356 Contoh Matriks Jurnal

JUDUL, PENULIS, TAHUNFENOMENAVARIABEL YANG DITELITIHASIL PENELITIAN

1. Judul:

Sifat Kepribadian dan Locus of Control Sebagai Pemoderasi Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit

Penulis:

Ni Wayan Rustiarini

Tahun:

2013Akuntan publik sebagai profesi yang memberikan jasa kepada masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas jasa yang diberikan. Adanya tuntutan kualitas yang yang tinggi menyebabkan terjadinya stres pada auditor, baik yang bersifat positif maupun negatif. Stres yang positif akan memotivasi auditor untuk meningkatkan kinerja bahkan memberikan kepuasan kerja, sedangkan stres yang negatif justru menyebabkan auditor melakukan perilaku disfungsional yang dapat mengurangi kualitas audit. Perilaku ini terjadi ketika auditor merasa tidak mampu beradaptasi dengan situasi dan lingkungan tempat kerja. Juga karena adanya perbedaan sifat kepribadian yang menyebabkan auditor memiliki persepsi yang berbeda atas stres kerja yang dialami. a. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour).Merupakan reaksi auditor terhadap lingkungan (Donelly et al., 2003)

b. Stres Kerja (Job Stress) Stres kerja diartikan sebagai berbagai faktor di tempat kerja yang dianggap menimbulkan

ancaman bagi individu (Bridger et al., 2007)

c. Sifat Kepribadian (Traits Personality)

Sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan (Gordon Allport)

d. Locus of Control

Locus of control adalah suatu keyakinan individu atas berbagai faktor yang terjadi dalam

kehidupan (Rotter, 1966)Sifat kepribadian openness to experience dan conscientiousness, serta ekternal dan internal locus of

control memiliki kemampuan untuk memperlemah hubungan stres kerja dan perilaku disfungsional audit yang terjadi dalam penugasan audit. Meskipun demikian, sifat kepribadian extraversion, agreeableness, dan neuroticism tidak memiliki peran pada hubungan stres kerja dan perilaku disfungsional audit. Kondisi ini telah sesuai dengan hasil yang diharapkan sekaligus memberikan bukti empiris untuk mengkonfirmasi temuan

penelitian-penelitian sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang beragam.

.

JUDUL, PENULIS, TAHUNFENOMENAVARIABEL YANG DITELITIHASIL PENELITIAN

2. Judul :

Sifat Machiavellian dan Pertimbangan Etis: Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor

Penulis :

St. Vena Purnamasari , SE.,Msi

Tahun :

2006Maraknya kejahatan akuntansi korporat yang terjadi akhir-akhir ini membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak indepeden yang menilai kewajaran laporan keuangan. Beberapa kasus manipulasi yang merugikan pemakai laporan keuangan melibatkan akuntan publik yang seharusnya menjadi pihak independen. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter menunjukkan kepribadian seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap etis dan tindakan etis. Richmond [2003] menemukan bukti bahwa kepribadian individu mempengaruhi perilaku etis. Richmond mengivestigasi hubungan paham Machiavellianisme yang membentuk suatu tipe kepribadian yang disebut sifat Machiavellian serta pertimbangan etis dengan kecenderungan perilaku individu dalam menghadapi dilema-dilema etika (perilaku etis).a. Sifat Machiavellian

sebuah proses dimana manipulator mendapatkan lebih banyak reward dibandingkan yang dia peroleh ketika tidak melakukan manipulasi, ketika orang lain mendapatkan lebih kecil, minimal dalam jangka pendek (Christie dan Geis [1970]).

b. Independensi

Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

c. Pertimbangan Etis

Pertimbangan yang memandang dari sudut kemanusiaan untuk masa sekarang mau pun masa yang akan datang.

d. Perilaku etis auditor

Perilaku auditor yang dapat membedakan dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk- Sifat Machiavellian berhubungan negatif dengan independensi dan perilaku etis auditor. Artinya auditor

yang memiliki sifat Machiavellian tinggi akan cenderung lebih menyetujui penyimpangan terhadap independensi dan cenderung berperilaku tidak etis.

- Independensi auditor berhubungan dengan perilaku etis

auditor. Artinya auditor yang lebih independen akan cenderung berperilaku etis.

- Sifat Machiavellian berhubungan tidak langsung dengan perilaku etis auditor melalui independensi.

JUDUL, PENULIS, TAHUNFENOMENAVARIABEL YANG DITELITIHASIL PENELITIAN

3. Judul :

Auditor Perceptions of Client Narcissism as a Fraud Attitude Risk Factor (Persepsi Auditor Terhadap Narsisme Klien Sebagai Faktor Risiko Sikap Kecurangan)

Penulis :

Eric N. Johnson, John R.Kuhn, Jr., Barbara A. Apostolou, and John M. Hassel

Tahun :

2013

Kecurangan pelaporan keuangan terus menjadi perhatian yang serius. Meskipun meningkat, standar Audit yang menentukan bahwa auditor harus mempertimbangkan sikap manajemen klien terhadap penipuan saat melakukan penilaian risiko fraud itu masih sedikit. Maksudnya, masih sedikitnya panduan yang dalam standar auditing atau penipuan literatur yang ada pada indikator yang dapat diamati dari sikap penipuan atau kecurangan saat pelaporan keuangan. Padahal, terjadinya kecurangan itu diduga karena: 1) Motivasi, tekanan, atau insentif, 2) Kesempatan, dan 3) Sikap, seperangkat nilai-nilai, atau karakteristik pribadi.

a. SikapOrganisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu. (Sears, 1999)

b. Narsisme

Narsisme adalah membangun kepribadian yang mendefinisikan konsep diri individu dalam hal rasa berlebihan, fantasi kesuksesan tak terbatas atau kekuasaan, kebutuhan untuk dikagumi, dan kurangnya empati. Meskipun tingkat moderat narsisme dapat bermanfaat (Maccoby, 2003)

c. Risiko

Suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M. H.)

d. Kecurangan

Suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja (The Institute of Internal Auditor di Amerika)

Hasil menunjukkan bahwa perilaku klien narsis dan motivasi penipuan

secara signifikan dan berhubungan positif dengan penilaian risiko fraud auditor secara keseluruhan.

JUDUL, PENULIS, TAHUNFENOMENAVARIABEL YANG DITELITIHASIL PENELITIAN

4. Judul :

Auditor Acceptance of dysfunctional behaviour. An explanatory model using individual factors. (Penerimaan Auditor terhadap perilaku disfungsional. Model penjelasan menggunakan faktor individu)

Penulis :

Halil Pino, Malcolm Smith dan Zubaidah Ismail

Tahun:

2012Panel pada efektivitas audit yang dibentuk oleh Pengawasan Umum Dewan AICPA (2000) untuk memeriksa kualitas laporan audit, menunjukkan bahwa perilaku disfungsional audit yang merupakan keprihatinan berkelanjutan untuk profesi audit . Perilaku disfungsional audit dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan akuntan publik untuk menghasilkan pendapatan, professional quality kerja lengkap secara tepat waktu dan akurat untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Perilaku disfungsional audit ini memiliki dampak langsung dan dampak tidak langsung terhadap kualitas audit . Perilaku yang secara langsung mempengaruhi kualitas audittermasuk prematur sign- off dari langkah-langkah audit yang tanpa penyelesaian, pengumpulan cukup bahan bukti, pengolahan

dan penghilangan langkah-langkah audit.

a. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour).

Merupakan reaksi auditor terhadap lingkungan (Donelly et al., 2003)

Contohnya :

Penghentian prematur atas prosedur audit, penyelesaian pekerjaan tanpa melaporkan waktu sesungguhnya yang digunakan dan penggantian prosedur audit yang telah

b. Locus of Control

Locus of control adalah suatu keyakinan individu atas berbagai faktor yang terjadi dalam kehidupan (Rotter, 1966)

c. Komitmen Organisasi (Organization Commitment)Menurut Fred Luthan (2005):

Komitmen Organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi dankeyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

d. Kinerja Karyawan (Employee performance)Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000)

e. Keinginan berpindah (Turnover Intentions)Turnover intentions pada dasarnya adalah sama dengan keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya (Harninda, 1999)

Hasil menunjukkan bahwa auditor yang lebih menerima perilaku disfungsional cenderung memiliki locus of control eksternal dan menunjukkankeinginan berpindah yang lebih tinggi. Juga faktor individu berperan dalam mengidentifikasi mereka yang lebih menerima perilaku disfungsional.