221559664 Perbandingan Gutta Percha Dan Resilon Sebagai Bahan Obturasi Terhadap Kebocoran Mikro

download 221559664 Perbandingan Gutta Percha Dan Resilon Sebagai Bahan Obturasi Terhadap Kebocoran Mikro

of 3

Transcript of 221559664 Perbandingan Gutta Percha Dan Resilon Sebagai Bahan Obturasi Terhadap Kebocoran Mikro

Studi Tentang Perbandingan Kebocoran Mikro Dari Sistem Obturasi Resilon/Epiphany dan Gutta-Percha/AH-Plus

Pada jurnal ini, disebutkan bahwa gutta-percha sebagai material obturasi saluran akar merupakan gold standard, akan tetapi gutta-percha sebagai material obturasi saluran akar belum memberikan hasil berupa seal apikal yang adekuat karena tidak adanya kemampuan untuk berikatan, baik terhadap dentin yang terdapat pada saluran akar, maupun terhadap sealer. Oleh karena itu, penulis dalam jurnal ini mengadakan penelitian tentang material lain selain gutta-percha, yaitu Resilon, sebagai alternatif bahan obturasi yang mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan baik sehingga mencegah terjadinya kebocoran mikro.Penelitian dalam jurnal ini menggunakan enam puluh gigi akar tunggal yang baru saja diekstraksi. Gigi yang disertakan dalam penelitian ini harus bebas dari foramen apikal yang terbuka, retakan, dan efek resorpsi. Gigi-gigi tersebut kemudian dibersihkan dan disimpan dalam larutan salin, kemudian mahkota gigi dipotong pada batas semento-enamel menggunakan disc diamond dengan penyemprot air.Panjang kerja yang digunakan sebesar 1 mm dari apeks. Saluran akar kemudian dipreparasi dengan K-flexofile (Dentsply, Maillefer, Ballaigues, Switzerland) menggunakan teknik crown-down. Bahan irigasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3% NaOCl. Preparasi saluran akar pada setiap gigi menggunakan file ukuran 10 dan file ukuran 15 hingga sejauh 2 mm menembus foramen apikal agar foramen apikal pada setiap gigi memiliki ukuran yang sama. Setelah preparasi selesai dilakukan, saluran akar kemudian diirigasi dengan 17% EDTA dan 3% NaOCl, kemudian dilanjutkan dengan 5 mL salin dan dikeringkan dengan paper point. EDTA digunakan sebelum obturasi saluran akar dengan tujuan untuk menghilangkan smear layer, sesuai dengan petunjuk pabrik dari bahan obturasi Epiphany.Penelitian ini menggunakan dua kelompok eksperimental (25 gigi untuk setiap kelompok) dan dua kelompok kontrol (lima gigi untuk setiap kelompok). Pada kelompok I, gigi diobturasi menggunakan gutta-percha master point (Hygenic, Coltene, Germany) dan AH sealer (Dentsply, De Trey, Konstanz, Germany) dengan cara teknik kondensasi lateral. Kelebihan gutta-percha setelah diobturasi dibuang dan dikondensasi menggunakan plugger 1 mm dibawah orifis, kemudian gigi ditumpat sementara dengan menggunakan Cavit (ESPE, Seefeld, Germany). Sedangkan pada kelompok II, sebelum diaplikasikan sealer, self-etching primer (Epiphany primer) diaplikasikan terlebih dahulu pada saluran akar dengan menggunakan microbrush dan setelah 30 detik, material yang berlebih dibuang dengan paper point. Gigi kemudian diobturasi menggunakan master point yang telah dilapisi sealer (Epiphany Root Canal Sealant) dengan teknik kondensasi lateral, kemudian material obturasi tersebut dikondensasi dengan menggunakan finger spreader. Saluran akar yang masih belum terpenuhi kemudian diisi dengan accessory point yang telah dicelupkan sebelumnya di sealer, kemudian gigi dipolimerisasi selama 40 detik pada bagian koronalnya. Material yang berlebih kemudian dibuang dengan menggunakan instrumen panas. Setelah obturasi selesai dilakukan, gigi ditumpat sementara dengan menggunakan Cavit.Akar gigi pada kelompok III (kontrol positif) tidak diobturasi dan digunakan untuk mendemonstrasikan kebocoran dye sepanjang saluran akar, kemudian gigi pada kelompok III juga ditumpat sementara dengan Cavit. Sementara untuk kelompok IV (kontrol) saluran akar diobturasi dengan gutta-percha/AH-Plus. Keempat kelompok penelitian ini kemudian direndam di larutan salin selama 14 hari dengan penggantian larutan setiap minggunya.Kebocoran mikro pada bagian akar diuji dengan menggunakan tes penetrasi dye. Permukaan gigi yang digunakan untuk penelitian dilapisi dengan dua lapis cat kuku dan sticky wax dengan pengecualian pada bagian 1 mm dari apikal, kecuali pada gigi yang terdapat pada kelompok IV, dimana seluruh permukaan gigi dilapisi dengan dua lapis cat kuku dan sticky wax untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran. Gigi-gigi tersebut kemudian diletakkan pada 2% larutan dye methylene blue selama tujuh hari pada suhu 37oC. Setelah 7 hari, gigi kemudian di cuci dengan air dan dikeringkan. Cat kuku dan sticky wax kemudian dibuang dengan menggunakan scapel. Untuk menguji penetrasi dye, gigi kemudian dipotong secara longitudinal pada arah bucco-lingual pada bagian tengah akar.Penetrasi dye kemudian diukur berdasarkan perluasan penetrasi dari apeks ke arah koronal menggunakan stereomicroscope pada perbesaran 25x (Olympus BX50, Jepang). Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan non-parametric Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U test.Hasil dari penelitian ini berdasarkan penetrasi dye pada kelompok eksperimental ditemukan pada interface dari sealer dan dinding saluran akar pada kebanyakan gigi. Kelompok II (Resilon dan Epiphany) memiliki jumlah kebocoran mikro yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kebocoran mikro pada kelompok I (Gutta-percha dan AH-Plus). Pada kelompok III, ditemukan kebocoran secara menyeluruh sepanjang saluran akar, sedangkan pada kelompok IV tidak ditemukan adanya penetrasi dye sama sekali. Hal tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara kelompok-kelompok pada percobaan ini.Pada penelitian baru yang dilakukan oleh penulis lain dalam jurnalnya, ditemukan bahwa Resilon/Epiphany tidak superior terhadap gutta-percha dan sealer epoxy resin konvensional. Akan tetapi, dengan segala keterbatasan yang terdapat dalam penelitan di jurnal ini, dapat disimpulkan bahwa sealer Resilon/Epiphany memiliki kemampuan sealing yang lebih baik dari sealer gutta-percha/AH-Plus sealer.