prinsip, teknik, obturasi PSA
-
Upload
dewi-kurniasih -
Category
Documents
-
view
1.146 -
download
108
description
Transcript of prinsip, teknik, obturasi PSA
KONSERVASI GIGI-2
PRINSIP PERAWATAN, TEKNIK PREPARASI, DAN
OBTURASI SALURAN AKAR
Disusun oleh :
Dewi Kurniasih (041210040400
Dosen Pembimbing :
Drg. Ulfa Yasmin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan
perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima
secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin
didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi
baik.
Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu perawatan kaping pulpa,
pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan endodontik bedah.
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam kasus
perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu :
preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning dan
shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang
hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin
dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi.
Apabila obturasi yang dilakukan tidka hermetis, maka karies akan berlanjut ke tahap yang
lebih parah, karena bakteri masih bisa masuk ke bagian akar yang tidak terisi dan terus
menyebar ke bagian periapikal dan lama kelamaan akan menjadi abses. Jika hal ini terjadi,
maka tindakan perawatan yang dilakukan akan menjadi lebih rumit.
Untuk bisa mengetahui bagaimana preparasi yang baik untuk perawatan saluran akar,
kita terlebih dahulu perlu mengetahui mengenai prinsip dari preparasi saluran akar ini.
Karena dengan berpegang pada prinsip yang sesuai, maka akan didapatkan hasil perawatan
yang sempurna.
Oleh karena itu, penulis membahas lebih lanjut mengenai prinsip preparasi, teknik
preparasi, dan oburasi saluran akar pada perawatan endodontik PSA.
Bab II
PEMBAHASAN
1. Prinsip-prinsip Preparasi Saluran Akar
Tujuan utama preparasi saluran akar adalah mengurangi jumlah bakteri yang terdapat
pada dinding saluran akar. Pada gigi yang nekrosis, dinding saluran akar yang terinfeksi
sampai mencapai 1,2 mm ke dalam tubulus dentin sehingga pembersihan yang sempurna
tidak dapat dilakukan hanya dengan instrumen saja, tetapi harus digabung dengan desinfeksi
secara khemis.
Pada saat dilakukan preparasi saluran akar akan terbentuk smear layer yang terdiri
atas sisa-sisa dentin, sisa-sisa jaringan pulpa, predentin, serta ujung-ujung odontoblast. Smear
layer akan tertekan masuk ke tubulus dentin akar sedalam 5-40 µm. Hal ini menyebabkan
timbulnya koloni bakteri di dalam tubulus dentin, sementara efek desinfektan tidak masuk ke
koloni bakteri ini. Smear layer juga menghambat perlekatan bahan pengisi saluran ke dinding
saluran akar. Kadang-kadang debrisini juga dapat terdorong ke apeks, yang dapat
menimbulkan reaksi peradangan. Prinsip-prinsip preparasi saluran akar menurut Tarigan
adalah sebagai berikut :
1. Seluruh bakteri harus dihilangkan, juga sisa-sisa jaringan pulpa, serta debris jaringan
nekrotis lainnya.
2. Mempertahankan integritas regio periapeks, atau keadaan yang memungkinkan
penyembuhan lesi periapeks.
3. Bentuk saluran akar yang mempermudah pengisian saluran akar.
4. Hendaknya foreamen fisiologikum tidak terganggu.
5. Preparasi dilakukan sebatas titik acuan sehingga tidak ada debris yang terdorong ke
arah apikal.
6. Bekerja dalam keadaan asepsis.
7. Tidak terjadi instrumentasi yang berlebihan atau terlalu pendek.
8. Preparasi harus tetap dalam keadaan basah (irigasi setiap penggantianISO).
9. Instrumen dalam keadaan pasif (tidak boleh ada pemaksaan).
10. Urutan pemakaian nomor ISO jangan dilompati.
11. Sedikitnya 3-4 penggantian ISO setiap kali preparasi dilakukan.
12. Preparasi nomor terendah sampai ISO 30/35.
13. Selalu dimulai dengan kanal yang paling sulit.
14. Pada akar bengkok, preparasi akses dilakukan dengan tekhnik step-down
menggunakan bur Gates. Kemudian, instrumen dibengkokkansampai ke panjang kerja
dan dilakukan tekhnik step-back menggunakan file yang fleksibel (NiTi).
15. Hindari blokade apikal akibat debris dengan cara melakukan rekapitulasi dan irigasi
yang cukup (Tarigan, 2004: 112).
Prinsip preparasi menurut Harty, yaitu:
1. Selalu mempertahankan bentuk semula dari saluran dan bekerja dalam batas saluran.
2. Membuat preparasi meruncing dalam tiga dimensi, dengan diameter pemotongan
melintang tersempit pada penyempitan apikal.
3. Membuat lebar yang cukup besar di bagian koronal saluran untuk memungkinkan
digunakannya irigasi yang banyak untuk mengeluarkan kotoran organik dan bakteri dari
sistem saluran akarserta memungkinkan diperoleh ruang yang cukup untuk
kondensasibahan pengisi gutta percha (Harty, 1992: 137-138).
4. Perlu juga diketahui hubungan antara saluran akar dengan anatomi akar keseluruhan.
Preparasi akhir, walaupun lebih lebar, tetap merupakanmempertahankan bentuk,
keruncingan dan arah konfigurasi saluran akar semula (Harty, 1992: 138).
5. Reamer dan file digunakan untuk preparasi saluran akar. Keduanya jangan
dikacaukan atau ditukar-tukar pemakaiannya. Penggunaan file fleksibel berukuran
kecil yang liberal dianjurkan, pemakaian ulang dari alat yang sudah rusak berarti
mendorong terjadinya fraktur alat dalam saluran (reamer listrik meningkatkan
kemungkinan terjadinya perforasi akar atau kerusakan penyempitan apikal alami dan
sebaiknya jangan digunakan pada terapi saluran akar) (Harty, 1992: 138).
2. Teknik preparasi saluran akar
Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh jaringan
karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus, dengan prinsip Cleaning and
Shaping.
Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan melakukan
debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa bakteri, produk bakteri,
jaringan nektorik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada
maupun yang mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar. Shaping yaitu
membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat
apapun (hermetic). Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa
dan mengambil jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa (orifice)
kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja.
1. Teknik Konvensional:
a) Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi
dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
b) Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K
c) Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi
stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi.
Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal.
Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.
d) Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil
e) Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih
besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge
atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.
f) Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih
besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi
harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril, bahan
irigasi tyerakhir yang dipakai adalah aquadest steril.
g) Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila
masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk mengatasi
penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah satu).
h) Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi
telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.
2. Teknik Step Back
Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong atau preparasi
serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969 dan menjadi populer ketika
serangkaian laporan penelitian mengindikasikan keunggulan dibanding teknik preparasi
standar. Selain itu teknik step back menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke arah
korona. Teknik ini dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang banyak sekali
diajarkan dan digunakan dewasa ini.
a) Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok
dan sempit pada 1/3 apikal.
b) Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi
saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan
berputar.
c) Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
d) Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 : Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e) Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file
no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin
yang terasah.
f) Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar
cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
Keuntungan dibanding konvensional Kekurangan
Tidak begitu mudah menyebabkan trauma
periapikal
Pada akar yang sempit, instrument
tersendat dan mudah patah
Memudahkan pengambilan lebih banyak
debris
Kebersihan daerah apical dengan irigasi
sulit dicapai
Flare lebih besar yang dihasilkan
instrumentasi memudahkan pemampatan
kerucut gutta –perca yang ditambahkan
baik dengan metode kondensasi lateral
maupun kondensasi vertikal.
Resiko terdorongnya debris kea rah
periapikal
Perkembangan suatu matriks apikal atau
stop mencegah penumpatan berlebih
saluran akar
Prosedur perawatan membutuhkan
waktu lama
Tekanan kondensasi lebih besar dapat Membutuhkan banyak peralatan
digunakan yang sering digunakan untuk
mengisi saluran lateral dengan bahan
penutup
3. Teknik Balance Force
a) Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex
b) Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar searah
jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.
c) Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
d) Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)
- GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
- GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm
- GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm
- GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm
- GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm
e) Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
f) Dilakukan irigasi
Keuntungan balance force :
Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
Mencegah pecahnya dinding saluran akar
Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks
4. Teknik Crown Down Presureless
Preparasi saluran akar dengan menggunakan teknik crown-down bertujuan untuk
menghasilkan bentuk preprasi seperti corong yang lebar pada daerah korona dan pelebaran
daerah apeks yang kecil. Dengan pelebaran daerah korona terlebih dahulu maka kototoran
dan debris keluar terlebih dahulu sebelum instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga
kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat terhindari.
Teknik Crown Down Presureless dan teknik step down adalah modifikasi dari teknik
step back. Ketiga teknik ini menghasilkan hasil yang serupa yaitu bentuk preparasi seperti
corong yang lebar dengan pelebaran daerah apeks yang kecil. Para pendukung teknik ini
menganjurkan agar saluran akar sedapatnya dibersihkan dengan baik dahulu sebelum
instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi debris ke
jaringan periapeks dapat dikurangi. Teknik ini kerap dianjurkan sebagai pendekatan dasar
dengan menggunakan instrumen nikel- titanium rotatif.
Keuntungan teknik crown-down
Membuang penyempitan servikal
Akses ke apical lurus
Instrumentasi apical efisien
Irigasi mudah
Pengeluaran debris mudah
Mencegah debris terdorong ke arahapeks
Instrumen yang digunakan lebih sedikit
Waktu lebih cepat
Preparasi menghasilkan taper lebih besar
Keuntungan teknik crown-down dengan alat putar (rotary instrument)
Meenggunakan sedikit peralatan/instrument
Waktu perawatan lebih cepat
Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang
reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga :
Bentuk saluran lebih baik
Obturasi lebih mudah
Keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai
CROWN-DOWN
a) Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm)
b) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)
c) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)
d) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)
e) Irigasi NaOCl 2,5%-5%
STEP-BACK CROWN-DOWN
Sudah lama digunakan Popularitas baru menanjak
Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Asia Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di
Amerika
Diawali dengan instrumen terkecil Diawali dengan instrumen terbesar
Preparasi dimulai pada daerah 1/3 apikal Preparasi dimulai pada daerah 1/3 korona
Menggunakan hand instrument Menggunakan rotary instrument
3. Obturasi saluran akar
Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem
saluran akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight fluid seal).
Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar, antara lain;
Tidak ada keluhan penderita
Tidak ada gejala klinik
Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)
Tumpatan sementara baik
Hasil perbenihan negatif
Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan maupun kuman dari
jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang. Bahan pengisi yang
sering digunakan pada pengisian saluran akar dibagi menjadi
Bahan Padat ; Gutta percha, Silver-point
Bahan Semi padat atau pasta
Contohnya ; Semen Grossman, semen kalsium hidroksida, resin epoksi, resin polivinil
Amalgam
Teknik pengisian saluran akar
1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha
a) Single cone : Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan gutta point tunggal ke
dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk
menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar
ditambahkan semen saluran akar (sealer).
b) Kondensasi : Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point kedalam
saluran akar, kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral
maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau
tidak teratur.
- Lateral : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25)
dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan
spreader ke arah lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point
tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga seluruh saluran akar terisi
sempurna.
- Vertikal : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan
sesuai dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan
dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap
percha tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh
saluran akar terisi sempurna.
c) Kloropercha / eucapercha : Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung
guttap point utama dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam
saluran akar hingga guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran
akarnya terutama daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan
pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam
saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
d) Termokompaksi : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden
Compactor atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom).
Akibat putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan
guttap point dan mendorong ke arah apikal
e) Termoplastis : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau
Obtura, yaitu alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap
point serta mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apikal
Gambar 1 : single cone obturation
Gambar 3 : kondensasi lateral
2. Teknik Pengisian Ag-Point
a) Grossman, langkah-langkahnya;
Asepsis
Memilih Ag-point
Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
Ag-point dipotong sebatas orifice
Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
saluran akar dengan tang “Stieglietz forcep”.
Basis dengan semen
Foto pengisian
Gambar 2 : Obtura engine untuk teknik termoplastis
b) Sommer, langkah-langkahnya;
Asepsis
Memilih Ag-point
Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
saluran akar.
Sekitar orifice diberi gutta-percha
Basis dengan semen
Ag-point dipotong pada bidang oklusal
Foto pengisian
Gambar 4 : contoh bentuk silver point
c) Nichols / sectional, langkah-langkahnya;
Asepsis
Memilih Ag-point
Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan
carborundum
Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
saluran akar.
Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.
Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
Foto pengisian
d) Ag-tip, langkah-langkahnya;
Asepsis
Memilih Ag-point
Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
saluran akar dengan aplikator.
Aplikator diputar
Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
Foto pengisian
3. Teknik Pengisian Amalgam
a) Pengisian amalgam dari servikal (orthograde)
b) Indikasi : saluran akar pada 1/ 3 apikal sempit / buntu
c) Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran akar dengan
menggunakan plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan kondensasi Pengisian
amalgam dari apikal (retrograde)
d) Indikasi :
Saluran akar bengkok
Saluran akar melebar ke apikal
Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone
e) Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah pemotongan
apeks, dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan ditumpat dengan amalgam
melalui apikal.
Panjang obturasi
Panjang obturasi relatif terhadap apeks juga merupakan faktor yang penting. Idealnya,
material obturasi tidak sampai keluar dari saluran akar.
Obturasi berlebih (overfill)
Overfill adalah keadaan yang tidak dikehendaki. Jika material melewati saluran akar maka
kegagalan makin lama makin meningkat. Pemeriksaan histologik jaringan periapeks setelah
obturasi yang berlebih secara khas memperlihatkan adanya inflamasi yang meningkat dan
penyembuhan yang terhambat atau terlambat. Dalam keadaan ini, pasien mungkin mengalami
ketidaknyamanan setelah obturasi. Dua masalah lain akibat obturasi berlebih adalah
terjadinya iritasi dari material obturasi dan tidak adanya kerapatan apeks.
Obturasi terlalu pendek (underfill)
Keadaan ini terjadi jika baik preparasi maupun obturasinya lebih pendek daripada panjang
kerja yang seharusnya atau jika obturasi tidak mencapai panjang yang dipreparasi. Keduanya
dapat menyebabkan kegagalan, terutama dalam jangka panjang. Preparasi ideal atau panjang
obtursi adalah 1-2 mm kurang dari apeks. Preparasi atau obturasi yang tidak mencapai
panjang ini akan menyisakan iritan atau sisa-sisa yang berpotensi menjadi iritan di daerah
apeks saluran akar. Lama kelamaan bisa timbul inflamasi di periapeks, bergantung pada
volume iritannya atau keseimbangan antara iritan dengan sistem imun tubuh.
Dibandingkan dengan obturasi brlebih, obturasi yang terlalu pendek tidak begitu
menimbulkan masalah, seperti terlihat dari prognosis dan pemeriksaan histologinya. Oleh
karena itu, aksiomanya adalah jika ada kemungkinan kesalahan, pilihlah yang lebih pendek
dan berusahalah selalu untuk melakukan semuanya hanya di dalam saluran akar.
BAB III
KESIMPULAN
Pada perawatan saluran akar, banyak hal yang harus diperhatikan agar perawatan yang kita
lakukan berhasil. Hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan ini adalah teknik
preparasi saluran akar yang dilakukan dan pada saat pengisian bahan saluran akar (obturasi).
Semua harus dipertimbangkan baik buruknya. Jika teknik dan obturasi yang dilakukan sudah
sesuai prosedur dan keadaan gigi pasien, maka kemungkinan perawatan saluran akar yang
dilakukan akan berhasil.
Daftar Pustaka
Harty, F. J. 1992. Endodonti klinis. Jakarta: HipokratesTarigan, Rasinta. 2004. Perawatan
pulpa gigi (endodonti). Jakarta: EGC.
Harty, F.J. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Penerbit
Hipokrates. 184-194. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia.
Lea and Febiger. 228-251
Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Jakarta:EGC.
Wintarsih, Okti. 2009. Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTA lebihkecil dibandingkan
yang tanpa EDTA. Jurnal PDGI 58 (2) hal 14-19© 2009