prinsip, teknik, obturasi PSA

23
KONSERVASI GIGI-2 PRINSIP PERAWATAN, TEKNIK PREPARASI, DAN OBTURASI SALURAN AKAR Disusun oleh : Dewi Kurniasih (041210040400 Dosen Pembimbing : Drg. Ulfa Yasmin PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

description

konservasi

Transcript of prinsip, teknik, obturasi PSA

Page 1: prinsip, teknik, obturasi PSA

KONSERVASI GIGI-2

PRINSIP PERAWATAN, TEKNIK PREPARASI, DAN

OBTURASI SALURAN AKAR

Disusun oleh :

Dewi Kurniasih (041210040400

Dosen Pembimbing :

Drg. Ulfa Yasmin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: prinsip, teknik, obturasi PSA

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan

perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima

secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin

didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi

baik.

Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu perawatan kaping pulpa,

pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan endodontik bedah.

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam kasus

perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu :

preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning dan

shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang

hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin

dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi.

Apabila obturasi yang dilakukan tidka hermetis, maka karies akan berlanjut ke tahap yang

lebih parah, karena bakteri masih bisa masuk ke bagian akar yang tidak terisi dan terus

menyebar ke bagian periapikal dan lama kelamaan akan menjadi abses. Jika hal ini terjadi,

maka tindakan perawatan yang dilakukan akan menjadi lebih rumit.

Untuk bisa mengetahui bagaimana preparasi yang baik untuk perawatan saluran akar,

kita terlebih dahulu perlu mengetahui mengenai prinsip dari preparasi saluran akar ini.

Karena dengan berpegang pada prinsip yang sesuai, maka akan didapatkan hasil perawatan

yang sempurna.

Oleh karena itu, penulis membahas lebih lanjut mengenai prinsip preparasi, teknik

preparasi, dan oburasi saluran akar pada perawatan endodontik PSA.

Page 3: prinsip, teknik, obturasi PSA

Bab II

PEMBAHASAN

 

1. Prinsip-prinsip Preparasi Saluran Akar

Tujuan utama preparasi saluran akar adalah mengurangi jumlah bakteri yang terdapat

pada dinding saluran akar. Pada gigi yang nekrosis, dinding saluran akar yang terinfeksi

sampai mencapai 1,2 mm ke dalam tubulus dentin sehingga pembersihan yang sempurna

tidak dapat dilakukan hanya dengan instrumen saja, tetapi harus digabung dengan desinfeksi

secara khemis.

Pada saat dilakukan preparasi saluran akar akan terbentuk smear layer yang terdiri

atas sisa-sisa dentin, sisa-sisa jaringan pulpa, predentin, serta ujung-ujung odontoblast. Smear

layer akan tertekan masuk ke tubulus dentin akar sedalam 5-40 µm. Hal ini menyebabkan

timbulnya koloni bakteri di dalam tubulus dentin, sementara efek desinfektan tidak masuk ke

koloni bakteri ini. Smear layer juga menghambat perlekatan bahan pengisi saluran ke dinding

saluran akar. Kadang-kadang debrisini juga dapat terdorong ke apeks, yang dapat

menimbulkan reaksi peradangan. Prinsip-prinsip preparasi saluran akar menurut Tarigan

adalah sebagai berikut :

1. Seluruh bakteri harus dihilangkan, juga sisa-sisa jaringan pulpa, serta debris jaringan

nekrotis lainnya.

2. Mempertahankan integritas regio periapeks, atau keadaan yang memungkinkan

penyembuhan lesi periapeks.

3. Bentuk saluran akar yang mempermudah pengisian saluran akar.

4. Hendaknya foreamen fisiologikum tidak terganggu.

5. Preparasi dilakukan sebatas titik acuan sehingga tidak ada debris yang terdorong ke

arah apikal.

6. Bekerja dalam keadaan asepsis.

7. Tidak terjadi instrumentasi yang berlebihan atau terlalu pendek.

8. Preparasi harus tetap dalam keadaan basah (irigasi setiap penggantianISO).

9. Instrumen dalam keadaan pasif (tidak boleh ada pemaksaan).

10. Urutan pemakaian nomor ISO jangan dilompati.

11. Sedikitnya 3-4 penggantian ISO setiap kali preparasi dilakukan.

12. Preparasi nomor terendah sampai ISO 30/35.

13. Selalu dimulai dengan kanal yang paling sulit.

Page 4: prinsip, teknik, obturasi PSA

14. Pada akar bengkok, preparasi akses dilakukan dengan tekhnik step-down

menggunakan bur Gates. Kemudian, instrumen dibengkokkansampai ke panjang kerja

dan dilakukan tekhnik step-back menggunakan file yang fleksibel (NiTi).

15. Hindari blokade apikal akibat debris dengan cara melakukan rekapitulasi dan irigasi

yang cukup (Tarigan, 2004: 112).

Prinsip preparasi menurut Harty, yaitu:

1. Selalu mempertahankan bentuk semula dari saluran dan bekerja dalam batas saluran.

2. Membuat preparasi meruncing dalam tiga dimensi, dengan diameter pemotongan

melintang tersempit pada penyempitan apikal.

3. Membuat lebar yang cukup besar di bagian koronal saluran untuk memungkinkan

digunakannya irigasi yang banyak untuk mengeluarkan kotoran organik dan bakteri dari

sistem saluran akarserta memungkinkan diperoleh ruang yang cukup untuk

kondensasibahan pengisi gutta percha (Harty, 1992: 137-138).

4. Perlu juga diketahui hubungan antara saluran akar dengan anatomi akar keseluruhan.

Preparasi akhir, walaupun lebih lebar, tetap merupakanmempertahankan bentuk,

keruncingan dan arah konfigurasi saluran akar semula (Harty, 1992: 138).

5. Reamer dan file digunakan untuk preparasi saluran akar. Keduanya jangan

dikacaukan atau ditukar-tukar pemakaiannya. Penggunaan file fleksibel berukuran

kecil yang liberal dianjurkan, pemakaian ulang dari alat yang sudah rusak berarti

mendorong terjadinya fraktur alat dalam saluran (reamer listrik meningkatkan

kemungkinan terjadinya perforasi akar atau kerusakan penyempitan apikal alami dan

sebaiknya jangan digunakan pada terapi saluran akar) (Harty, 1992: 138).

2. Teknik preparasi saluran akar

Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh jaringan

karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus, dengan prinsip Cleaning and

Shaping.

Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan melakukan

debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa bakteri, produk bakteri,

jaringan nektorik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada

maupun yang mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar. Shaping yaitu

membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat

Page 5: prinsip, teknik, obturasi PSA

apapun (hermetic). Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa

dan mengambil jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa (orifice)

kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja.

1. Teknik Konvensional:

a) Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi

dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.

b) Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K

c) Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi

stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi.

Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal.

Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.

d) Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil

e) Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih

besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge

atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.

f) Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih

besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk

membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi

harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril, bahan

irigasi tyerakhir yang dipakai adalah aquadest steril.

g) Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan

menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila

masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk mengatasi

penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah satu).

h) Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi

telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.

2. Teknik Step Back

Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong atau preparasi

serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969 dan menjadi populer ketika

serangkaian laporan penelitian mengindikasikan keunggulan dibanding teknik preparasi

standar. Selain itu teknik step back menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke arah

korona. Teknik ini dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang banyak sekali

diajarkan dan digunakan dewasa ini.

Page 6: prinsip, teknik, obturasi PSA

a) Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok

dan sempit pada 1/3 apikal.

b) Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi

saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan

berputar.

c) Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.

d) Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:

No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja

File No. 25 : Master Apical File (MAF)

No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF

No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF

No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF

No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst

e) Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file

no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin

yang terasah.

f) Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar

cukup lebar untuk dilakukan pengisian.

Keuntungan dibanding konvensional Kekurangan

Tidak begitu mudah menyebabkan trauma

periapikal

Pada akar yang sempit, instrument

tersendat dan mudah patah

Memudahkan pengambilan lebih banyak

debris

Kebersihan daerah apical dengan irigasi

sulit dicapai

Flare lebih besar yang dihasilkan

instrumentasi memudahkan pemampatan

kerucut gutta –perca yang ditambahkan

baik dengan metode kondensasi lateral

maupun kondensasi vertikal.

Resiko terdorongnya debris kea rah

periapikal

Perkembangan suatu matriks apikal atau

stop mencegah penumpatan berlebih

saluran akar

Prosedur perawatan membutuhkan

waktu lama

Tekanan kondensasi lebih besar dapat Membutuhkan banyak peralatan

Page 7: prinsip, teknik, obturasi PSA

digunakan yang sering digunakan untuk

mengisi saluran lateral dengan bahan

penutup

3. Teknik Balance Force

a) Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex

b) Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar searah

jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.

c) Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.

d) Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)

- GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical

- GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm

- GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm

- GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm

- GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm

e) Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45

f) Dilakukan irigasi

Keuntungan balance force :

Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula

Mencegah terjadinya ledge dan perforasi

Mencegah pecahnya dinding saluran akar

Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks

4. Teknik Crown Down Presureless

Preparasi saluran akar dengan menggunakan teknik crown-down bertujuan untuk

menghasilkan bentuk preprasi seperti corong yang lebar pada daerah korona dan pelebaran

daerah apeks yang kecil. Dengan pelebaran daerah korona terlebih dahulu maka kototoran

dan debris keluar terlebih dahulu sebelum instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga

kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat terhindari.

Teknik Crown Down Presureless dan teknik step down adalah modifikasi dari teknik

step back. Ketiga teknik ini menghasilkan hasil yang serupa yaitu bentuk preparasi seperti

corong yang lebar dengan pelebaran daerah apeks yang kecil. Para pendukung teknik ini

menganjurkan agar saluran akar sedapatnya dibersihkan dengan baik dahulu sebelum

Page 8: prinsip, teknik, obturasi PSA

instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi debris ke

jaringan periapeks dapat dikurangi. Teknik ini kerap dianjurkan sebagai pendekatan dasar

dengan menggunakan instrumen nikel- titanium rotatif.

Keuntungan teknik crown-down

Membuang penyempitan servikal

Akses ke apical lurus

Instrumentasi apical efisien

Irigasi mudah

Pengeluaran debris mudah

Mencegah debris terdorong ke arahapeks

Instrumen yang digunakan lebih sedikit

Waktu lebih cepat

Preparasi menghasilkan taper lebih besar

Keuntungan teknik crown-down dengan alat putar (rotary instrument)

Meenggunakan sedikit peralatan/instrument

Waktu perawatan lebih cepat

Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang

reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga :

Bentuk saluran lebih baik

Obturasi lebih mudah

Keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai

CROWN-DOWN

a) Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm)

b) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)

c) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)

d) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)

e) Irigasi NaOCl 2,5%-5%

STEP-BACK CROWN-DOWN

Page 9: prinsip, teknik, obturasi PSA

Sudah lama digunakan Popularitas baru menanjak

Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Asia Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di

Amerika

Diawali dengan instrumen terkecil Diawali dengan instrumen terbesar

Preparasi dimulai pada daerah 1/3 apikal Preparasi dimulai pada daerah 1/3 korona

Menggunakan hand instrument Menggunakan rotary instrument

3. Obturasi saluran akar

Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem

saluran akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight fluid seal).

Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar, antara lain;

Tidak ada keluhan penderita

Tidak ada gejala klinik

Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)

Tumpatan sementara baik

Hasil perbenihan negatif

Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan maupun kuman dari

jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang. Bahan pengisi yang

sering digunakan pada pengisian saluran akar dibagi menjadi

Bahan Padat ; Gutta percha, Silver-point

Bahan Semi padat atau pasta

Contohnya ; Semen Grossman, semen kalsium hidroksida, resin epoksi, resin polivinil

Amalgam

Teknik pengisian saluran akar

Page 10: prinsip, teknik, obturasi PSA

1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha

a) Single cone : Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan gutta point tunggal ke

dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk

menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar

ditambahkan semen saluran akar (sealer).

b) Kondensasi : Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point kedalam

saluran akar, kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral

maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau

tidak teratur.

- Lateral : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25)

dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan

spreader ke arah lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point

tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga seluruh saluran akar terisi

sempurna.

- Vertikal : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan

sesuai dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan

dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap

percha tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh

saluran akar terisi sempurna.

c) Kloropercha / eucapercha : Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung

guttap point utama dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam

saluran akar hingga guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran

akarnya terutama daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan

pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam

saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

d) Termokompaksi : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden

Compactor atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom).

Akibat putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan

guttap point dan mendorong ke arah apikal

e) Termoplastis : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau

Obtura, yaitu alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap

point serta mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apikal

Page 11: prinsip, teknik, obturasi PSA

Gambar 1 : single cone obturation

Gambar 3 : kondensasi lateral

2. Teknik Pengisian Ag-Point

a) Grossman, langkah-langkahnya;

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Ag-point dipotong sebatas orifice

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam

saluran akar dengan tang “Stieglietz forcep”.

Basis dengan semen

Foto pengisian

Gambar 2 : Obtura engine untuk teknik termoplastis

Page 12: prinsip, teknik, obturasi PSA

b) Sommer, langkah-langkahnya;

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam

saluran akar.

Sekitar orifice diberi gutta-percha

Basis dengan semen

Ag-point dipotong pada bidang oklusal

Foto pengisian

Gambar 4 : contoh bentuk silver point

c) Nichols / sectional, langkah-langkahnya;

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan

carborundum

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam

saluran akar.

Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.

Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara

Foto pengisian

Page 13: prinsip, teknik, obturasi PSA

d) Ag-tip, langkah-langkahnya;

Asepsis

Memilih Ag-point

Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam

saluran akar dengan aplikator.

Aplikator diputar

Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara

Foto pengisian

3. Teknik Pengisian Amalgam

a) Pengisian amalgam dari servikal (orthograde)

b) Indikasi : saluran akar pada 1/ 3 apikal sempit / buntu

c) Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran akar dengan

menggunakan plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan kondensasi Pengisian

amalgam dari apikal (retrograde)

d) Indikasi :

Saluran akar bengkok

Saluran akar melebar ke apikal

Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone

e) Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah pemotongan

apeks, dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan ditumpat dengan amalgam

melalui apikal.

Panjang obturasi

Panjang obturasi relatif terhadap apeks juga merupakan faktor yang penting. Idealnya,

material obturasi tidak sampai keluar dari saluran akar.

Obturasi berlebih (overfill)

Overfill adalah keadaan yang tidak dikehendaki. Jika material melewati saluran akar maka

kegagalan makin lama makin meningkat. Pemeriksaan histologik jaringan periapeks setelah

obturasi yang berlebih secara khas memperlihatkan adanya inflamasi yang meningkat dan

Page 14: prinsip, teknik, obturasi PSA

penyembuhan yang terhambat atau terlambat. Dalam keadaan ini, pasien mungkin mengalami

ketidaknyamanan setelah obturasi. Dua masalah lain akibat obturasi berlebih adalah

terjadinya iritasi dari material obturasi dan tidak adanya kerapatan apeks.

Obturasi terlalu pendek (underfill)

Keadaan ini terjadi jika baik preparasi maupun obturasinya lebih pendek daripada panjang

kerja yang seharusnya atau jika obturasi tidak mencapai panjang yang dipreparasi. Keduanya

dapat menyebabkan kegagalan, terutama dalam jangka panjang. Preparasi ideal atau panjang

obtursi adalah 1-2 mm kurang dari apeks. Preparasi atau obturasi yang tidak mencapai

panjang ini akan menyisakan iritan atau sisa-sisa yang berpotensi menjadi iritan di daerah

apeks saluran akar. Lama kelamaan bisa timbul inflamasi di periapeks, bergantung pada

volume iritannya atau keseimbangan antara iritan dengan sistem imun tubuh.

Dibandingkan dengan obturasi brlebih, obturasi yang terlalu pendek tidak begitu

menimbulkan masalah, seperti terlihat dari prognosis dan pemeriksaan histologinya. Oleh

karena itu, aksiomanya adalah jika ada kemungkinan kesalahan, pilihlah yang lebih pendek

dan berusahalah selalu untuk melakukan semuanya hanya di dalam saluran akar.

Page 15: prinsip, teknik, obturasi PSA

BAB III

KESIMPULAN

Pada perawatan saluran akar, banyak hal yang harus diperhatikan agar perawatan yang kita

lakukan berhasil. Hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan ini adalah teknik

preparasi saluran akar yang dilakukan dan pada saat pengisian bahan saluran akar (obturasi).

Semua harus dipertimbangkan baik buruknya. Jika teknik dan obturasi yang dilakukan sudah

sesuai prosedur dan keadaan gigi pasien, maka kemungkinan perawatan saluran akar yang

dilakukan akan berhasil.

Page 16: prinsip, teknik, obturasi PSA

Daftar Pustaka

Harty, F. J. 1992. Endodonti klinis. Jakarta: HipokratesTarigan, Rasinta. 2004. Perawatan

pulpa gigi (endodonti). Jakarta: EGC.

Harty, F.J. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Penerbit

Hipokrates. 184-194. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia.

Lea and Febiger. 228-251

Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Jakarta:EGC.

Wintarsih, Okti. 2009. Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTA lebihkecil dibandingkan

yang tanpa EDTA. Jurnal PDGI 58 (2) hal 14-19© 2009