2.1 TEORI-TEORI DASAR / UMUM Definisi...

72
10 BAB 2 LANDASAN TEORI Didalam suatu penelitian diperlukan beberapa teori serta definisi yang nantinya digunakan sebagai dalam penelitian tersebut. Dalam bab ini, penulis munggunakan beberapa teori dari para ahli ilmu komunikasi dan teori komunikasi massa yang berkaitan dan sesuai dengan judul penelitian yang digunakan. 2.1 TEORI-TEORI DASAR / UMUM 2.1.1 Definisi Komunikasi Secara etimologis, “komunikasi” berasal dari kata latin communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico yang artinya berbagi. Dalam hal ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. (Verdiansyah, 2005 : 24) Menurut Mulyana, 2008 : 65 -77, Tubs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua Orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang- orang (dari budaya yang berbeda).

Transcript of 2.1 TEORI-TEORI DASAR / UMUM Definisi...

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

Didalam suatu penelitian diperlukan beberapa teori serta definisi yang nantinya

digunakan sebagai dalam penelitian tersebut. Dalam bab ini, penulis munggunakan

beberapa teori dari para ahli ilmu komunikasi dan teori komunikasi massa yang

berkaitan dan sesuai dengan judul penelitian yang digunakan.

2.1 TEORI-TEORI DASAR / UMUM

2.1.1 Definisi Komunikasi

Secara etimologis, “komunikasi” berasal dari kata latin

communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Akar kata communis adalah communico yang artinya berbagi. Dalam hal

ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan.

(Verdiansyah, 2005 : 24)

Menurut Mulyana, 2008 : 65 -77, Tubs dan Moss mendefinisikan

komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua Orang

(komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih, sedangkan Gudykunst dan

Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses

transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-

orang (dari budaya yang berbeda).

11

Beberapa definisi yang sesuai dengan pemahaman ini antara lain:

John R. Wenburg dan William W. Wilmot:

“Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.”

Donald Byker dan Loren J. Anderson:

“Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua

orang atau lebih.”

Dianna K.Ivy dan Phil Backlund:

Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis

menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna.

Karl Erick Rosengren:

“Komunikasi adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa

manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.”

Para pakar tersebut mendefiniskan komunikasi sebagai proses

karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan,

perubahan, pertukaran, dan perpindahan.

Sebagaimana dikemukakan John R. Wenburg dan William W.

Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada

juga ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni

komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai transaksi.

12

1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah

Suatu pemahaman popular mengenai komunikasi massa adalah

komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari

seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang)

lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti

surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman

komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut

“definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini

mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja

dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk

membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi

dianggap tindakan yang sengaja (international act) untuk menyampaikan

pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan

sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Konseptualisasi kedua yang sering diterapkan pada komunikasi

adalah interaksi. Dalam arti sempit interaksi berarti saling mempengaruhi

(mutual influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan

komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya

bergantian. Salah satu unsur yang ditambahkan dalam konseptualisasi

kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan

penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber

pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan

13

sebelumnya: apakah dapat mengerti, dapat diterima, menghadapi kendala

dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat

mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya. Konsep umpan

balik dari penerima (pertama) ini sebenarnya sekaligus merupakan pesan

penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan

kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima

kedua).

3. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena

makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.

Hingga derajat tertentu para pelakunya sadar akan kehadiran orang lain di

dekatnya dan bahwa komunikasi sedang berlangsung, meskipun pelaku

tidak dapat mengontrol sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan

perilaku verbal dan nonverbalnya. Dalam komunikasi transaksional,

komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan

perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku non verbalnya.

Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi-penerima”

(receiver-oriented definition) seperti yang dikemukakan Burgoon, yang

menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna

pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung

dua-arah, bukan satu-arah. Maka ketika seorang dosen memberikan

kuliah di depan sejumlah mahasiswa, komunikasi terjadi bukan saja

14

berdasarkan fakta bahwa mahasiswa menafsirkan perilaku anak didiknya,

misalnya mahasiswi yang mengangguk-anggukkan kepala (tampaknya ia

mengerti atau setuju), mengerutkan kening (agaknya ia belum memahami

topik yang dibicarakan atau bingung), atau tersenyum menggoda

(mungkin naksir Pak Dosen). Dan itu berlangsung simultan dan spontan.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Mulyana, 2008 : 69 – 71, menggambarkan unsur-unsur

komunikasi sebagai berikut:

1) Sumber (source)

Unsur ini sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder),

komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator.

Sumber disini berperan sebagai pihak yang berinisiatif atau

mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi

seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu

negara. Apa yang akan disampaikan oleh sumber di dalam pikirannya

perlu diubah menjadi pesan verbal dan non verbal. Proses inilah yang

disebut penyandian (encoding).

15

2) Pesan (message)

Pesan merupakan apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal

yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi.

Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan

untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat

merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan

(percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat,

esai, puisi, famlet). Pesan juga dirumuskan secara non verbal, seperti

melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol,

anggukan kepala, senyuman, tatap mata, dan sebagainya), juga melalui

musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.

3) Saluran atau media

Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannnya kepada penerima. Pada dasarnya

komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan

suara, serta ke lima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain.

Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan: langsung (tatap-

muka), atau lewat media (surat kabar, majalah) atau media elektronik

(radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projector

(OHP), sistem suara (sound system) multimedia, semua itu

16

dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi. Masih banyak

saluran media lainnya yang dapat menyampaikan pesan, yaitu

komputer,telepon, faksimili, komputer, dan sebagainya.

4) Penerima (receiver)

Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),

komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak

(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang

yang menerima pesan dari sumber. Apa yang disampaikan oleh sumber

kepada penerima pesan akan menerjemahkan atau menafsirkan

seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang dapat dipahami

oleh penerima. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

5) Efek

Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi

tahu), terhibur, perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak

bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia

membelinya, atau dari tidak bersedia memilihnya dalam pemilu), dan

sebagainya.

17

2.1.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Menurut Mulyana, 2008 : 5, ada empat fungsi-fungsi

komunikasi sebagai berikut:

1) Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep

diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk

memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan tegangan, antara

lain lewat komunikasi yang menghibur, dan mempupuk hubungan

dengan orang lain. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah

fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa

budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti

dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku

komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,

memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Edward T.

Hall bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah

budaya.” Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk

mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara

horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun

secara vertikal, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya,

sedangkan budaya menetapkan norma-norman (komunikasi) yang

dianggap sesuai untuk suatu kelompok, misalnya “Laki-laki tidak

18

gampang menangis, tidak bermain boneka,” anak perempuan tidak

bermain pistol-pistolan, pedang-pedangan, atau mobil-mobilan,” dan

sebagainya. Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan

manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” (time-

binder). Pengikat-waktu (time binding) merujuk pada kemampuan

manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan

budaya ke budaya.

2) Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi

ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam

kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan

memperngaruhi orang lian, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi

tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan

(emosi) kita. Perasaan tersbut dikomunikasikan terutama melalui

pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati,

gembira, sedih takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan

lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.

3) Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi

ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering

melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang

hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai

19

dari upacara, kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi tukar cincin),

siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer,

dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian.

Fungsi ritual juga tampak dalam acara pelamaran dilakukan

keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon wanita.

Komunitas ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan

terdalam seseorang.

4) Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:

a) Menginformasikan

b) Mengajar

c) Mendorong

d) Mengubah sikap dan keyakinan,

e) Mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan

f) Menghibur

Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut

membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi

memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan

persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya

mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat

dan layak diketahui. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita

20

gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga

untuk menghancurkan tersebut. komunikasi berfungsi sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik

tujuan jangka-pedek ataupun tujuan jangka-jauh. Tujuan jangka-

pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang

baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan

politik. Tujuan jangka-panjang dapat diraih lewat keahlian

komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing

ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam

arti bahwa berbagai pengolaan kesan itu secara kumulatif dapat

digunakan untuk mencapai tujuan jangka-panjang berupa keberhasilan

dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,

penghormatan sosial, dan kekayaan.

2.1.4 Definisi Komunikasi Massa

Menurut Nurudin, 2011 : 3-12, Pada dasarnya komunikasi massa

adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).

Sebab, awal perkembangan saja, komunikasi massa berasal dari

perkembangan kata media of mass communication, media massa (atau

saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan

sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti

kantongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, media massa menunjuk

21

pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi

massa.

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael

W. Gamble dan Teri Kwal Gamble, menurut mereka sesuatu bisa

didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan

modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara tepat

kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan

melalui media modern pula antara lain: surat kabar, majala,

televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut.

b) Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan

jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama

lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang

membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan

pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama

lain.

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam

komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada

audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding

dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan

22

waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika

pada waktu yang tak terbatas.

Alaxis S. Tan mencoba memberikan sifat khusus yang dipunyai

oleh komunikasi massa. Ia memberikan ciri komunikasi massa dibanding

dengan membandingkannya dengan interpersonal communication. Ciri

khusus yang dapat membedakan keduanya terletak pada penerima pesannya

(audience).

Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney

(1988) disebutkan, “Mass Communication is a process whereby mas-

produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous

masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana

pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan

kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen).

2.1.5 Elemen-elemen Komunikasi Massa

Menurut Nurudin, 2011 : 95, Ada beberapa elemen-elemen

komunikasi massa sebagai berikut:

a) Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan

komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini

23

meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan

dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan

dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa.

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator

dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah

mengemukakan setidak-tidaknya lima karakteristik: 1) daya asing

(competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity),

3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization),

dan 5) perwakilan (representation)

Daya asing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan

komunikator. Orientasi utamanya adalah agar media masssa itu “tidak

bangkrut”. Oleh karena itu, membangun daya asing adalah bagian dari

tugas komunikator untuk merumuskannya. Semua ini dilakukan karena

tingkat kompetisi media massa semakin ketat dari hari ke hari.

Ukuran dan kompleksitas juga menjadi sifat khusus yang

melekat pada komunikator dalam komunikasi massa. Ukuran

berhubungan erat dengan jumlah orang yang dipekerjakan dalam

saluran komunikasi massa. Semakin besar media massa, semakin besar

pula jumlah orang yang terlibat di dalamnya.

Industrialisasi merupakan salah satu konsekuensi media massa.

Media massa jelas mempekerjakan banyak orang dan banyak struktur

24

yang kompleks. Artinya, media ini perli dikelola seperti halnya

industri.

Spesialisasi itu adalah karakteristik dari komunikator dalam

komunikasi massa yang merupakan konsekuensi pembagian tugas dan

wewenang internal. Di dalam sebuah media cetak ada yang namanya

penjaga rubrik (Jabrik). Jabrik merupakan salah satu bentuk

spesialisasi. Ada yang spesialisasi bagian percetakan, editor, manajer,

reporter, editor bahasa, translator, account executive (AE), dan lain-

lain.

Ciri yang lain adalah perwakilan. Media massa yang semakin

besar membutuhkan perwakilan lain yang bisa menopang kehidupan

media itu. Dibentuknya biro-biro atau koresponden di luar kota

menjadi salah satu bukti munculnya perwakilan ini. Semakin besar

media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin penting kehadiranya.

Ciri yang melekat pada diri komunikator yang dideskripsikan

diatas menujukkan bahwa komunikator dalam komunikasi massa

begitu kompleks dan tidak hanya dikelola oleh satu orang. Munculnya

spesialisasi, perwakilan, dan kompleksitas yang melekat pada diri

komuniaktor menjadi bukti bahwa komunikator dalam komunikasi

massa adalah lembaga media yang bersangkutan.

25

b) Isi

Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendiri-

sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media

melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau

kelompok sosial. Menurut Ray Eldon Hiebert dkk, isi media setidak-

tidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan

informasi, 2) analisis dan interperetasu, 3) pendidikan dan sosialisasi,

4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan

lain, dan 6) hiburan.

Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus

dimiliki oleh media massa. Setiap hari media massa memberikan

informasi dan berbagai kejadian di seluruh dunia kepada audience-nya.

Televisi menyediakan laporan terkini sebagai salah satu tanggung

jawab menyediakan berbagai informasi kejadian di seluruh dunia

kepada penontonnya. Surat kabar menyediakan berbagai bentuk

informasi agar masyarakat memahami dan lebih tahu. Media cetak

tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight news semata, tetapi

juga feature, investigative reporting (laporan investigasi), tajuk

rencana, dan ulasan lainnya. Intinya, media massa menyediakan

informasi yang dibutuhkan masyarakat.

26

c) Audience

Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat

beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah,

koran atau jurnal ilmiah. Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience

dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima

karakteristik sebagai berikut.

1) Audience cenderung berisi individu-individu yang condong

untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan

sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih

produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi

kesadaran.

2) Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke

berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.

Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif.

Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai

ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan maupun

jutaan tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya

berbeda, tetapi perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip.

Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu.

3) Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari

berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media

tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga

tetap ada. Majalah yang dikhususkan untuk kalangan

27

dokter, memang sama secara profesi, tetapi status sosial

ekonomi, agama, dan umur tetap berbeda satu sama lain.

4) Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu

sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa mengenal

televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut

tidak ditekankan saru per kasus, tetapi meliputi semua

audience. Sebab, bisa saja sesama audience Trans7,

antaranggota keluarga saling mengenal. Akan tetapi, saling

mengenal di sini bukan seperti itu maksudnya.

5) Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.

Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara

stasiun televisi di Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan

jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience

dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dapat jua dikatakan

audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

d) Umpan Balik

Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni

umpan balik langsung (immediated feedbcak) dan tidak langsung

(delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator

dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa

berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona yang

melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam

komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak secara langsung.

28

Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi

massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka

mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Umpan balik secara tidak

langsung, misalnya bia ditunjukkan dalam letter to the editor/surat

pembaca/pembaca menulis. Umpan balik merupakan bahan yang

direfleksikan kepada sumber/komunikan setelah pertimbangkan dalam

waktu yang tertentu sebelum dikirimkan.

e) Gangguan

1) Gangguan Saluran

Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu

ada. Di dalam media ganggu berupa sesuatu hal, seperti kesalahan

cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat

kabar. Hal itu juga termssuk gambar tidak jelas di pesawat televisi,

gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan

majalah yang tidak datang.

2) Gangguan Sematik

Gangguan yang berhubungan dengan saluran mungkin ada di

mana-mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massa, tetapi

tidak demikian halnya dengan gangguan semantik (kata). Semantik

bisa diartikansebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata

kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang

berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit,

29

kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik

adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh

pengirim atau penerima pesan itu sendiri. Di dalam komunikasi

antarpersona telah mengetahui gangguan simentik, sepeti kendala

bahasa, perbedaan pendidikan, status sosial ekonomi, tempat tinggal,

jabatan, umur, pengalaman, dan minat.

f) Gatekeeper

Istilah gatekeeper ini pertama kali dikenalkan oleh Kurt lewin,

seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun 1947. Kata tersebut

merupakan sebuah istilah yang berasal dari lapangan sosiologi, tetapi

kemudian digunakan dalam lapangan penelitian komunikasi massa.

John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu-

individu atau kelompok otang yang memantau arus informasi dalam

sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknanya, disebut

sebgai gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media

massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape,

compact disk, dan buku. Dengan demikian. Mereka yang disebut

sebagai gatekeeper antara lain reporter. Editor berita, bahkan editor

film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus

informasi yang disebarkan.

30

g) Pengatur

Yang dimaksud pengatur dalam komunikasi massa adalah

mereka yang secara tidak langsung ikut memengaruhi proses aliran

pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media

tersebut, tetapi di luar media. Namun demikian, meskipun diluar media

massa, kelompok itu bisa ikut menentukan kebijakan redaksional.

Pengatur tersebut antara lain dan kelompok penekan, termasuk

narasumber, dan pengiklan. Semua itu berfungsi sebagai pengatur.

h) Filter

Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima

pesan. Filter ibarat adalah bingkai kacamata tempat audience bisa

melihat dunia. Hal ini berarti dunia riil yang diterima dalam memori

sangat tergantung dari bingkai tersebut. Filter dibagi menjadi tiga

jenis: 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3) filter budaya (warisan

budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejrah politik). Semua filter

tersebut akan memengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima

dan respons yang dihasilkan. Sementara itu, audience memiliki

perbedaan filter satu sama lain.

31

2.1.6 Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Ardianto & Komala, 2009 : 7 – 10, Berdasarkan definisi-

definisi yang ada dari para ahli komunikasi, sebenarnya komunikasi massa

memiliki prinsip yang sama, yaitu berdasarkan karakteristiknya.

Karakteristik komunikasi massa sebagai berikut:

1. Komunikator terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya.

Menurut pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu

melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam

organisasi yang kompleks.

2. Pesan bersifat umum

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa tidak

hanya ditunjukan pada sekelompok orang saja melainkan

kapada semua orang. Oleh karenanya, pesan komunikasi

massa bersifat umum. Pesan komunikasi dapat berupa fakta,

peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa

yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media masa.

32

3. Media Massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan

komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau

komunikasi yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.

Bahkan lebih dari itu, komunikasikan yang banyak tersebut

secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh

pesan yang sama.

4. Komunikasi massa bersifat satu arah

Karena komunikasinya melalui media massa, maka

komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan

kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan,

komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara

keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaima halnya

terjadi dalam komunikasi antarpersona. Komunikasi itu

bersifat satu arah.

5. Komunikasi anonim dan heterogen

Komunikasi massa yang komunikannya terdiri dari nama,

pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin

mengenal sikap dan perilaku. Sedangkan dalam komunikasi

massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim).

Komunikasi heterogen artinya komunikasi massa yang

33

komunikannya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang

berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya,

agama dan tingkat ekonomi.

2.1.7 Fungsi-fungsi Komunikasi Massa

Menurut Nurudin, 2011 : 63 – 90, Ada banyak pendapat yang

dikemukan untuk fungsi-fungsi komunikasi massa. Sama dengan definisi

komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar

belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain.

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C.

Whitney (1988) antara lain: 1) to inform (menginformasikan) , (2) to

entertain (memberikan hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4)

transmission of the culture (transmisi budaya). Sementara itu, fungsi

komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media Of

Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providing information, (2)

providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to

social cohesion (mendorong kohesi sosial).

34

Fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

1) Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat

dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui

fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Dalam istilah

jurnalistik, fakta-fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W + 1H

(What, Where,Who, When, Why, + How). Saat ini, konsep 5W + 1H

atau straight news (berita singkat) sudah dikembangkan dengan

peliputan jurnalisme investigasi (investigative journalism). Yakni,

suatu kelompok peliputan yang dilakukan secara mendalam. Jadi, tidak

sekadar menampilkan unsur berita 5W + 1H saja. Ada banyak data

pendukung yang ada dalam berita tersebut, baik berupa angka-angka

maupun wawancara yang dilakukan pada beberapa sumber berita. Cara

penulisan berita seperti ini juga menyajikan informasi. Faktanya tetap

ada, yakni 5W + 1H hanya dikupas secara dalam.

2) Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling

tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya,

masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan.

Dalam sebuah keluarga , televisi bisa sebagai perekat keintiman

keluarga itu karena masing-masing anggota-anggota keluarga

mempunyai kesibukan sendiri-sendiri,misalnya suami dan istri kerja

35

seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan

aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada di rumah,

kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan

sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini

mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan (untuk melepaskan

lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat

ditonton bersama-sama sambil bercanda atau “ngemil”

3) Persuasif

Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan

fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau

diperhatikan sekilas hanya berupa informasi , tetapi jika diperhatikan

secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk

Rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan contoh tulisan

persuasif. Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap

sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi

bisa datang dari berbagai macam bentuk: (1) mengukuhkan atau

memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai sesesorang; (2) mengubah

sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang

untuk melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau

menawarkan sistem nilai tertentu.

36

4) Transmisi Budaya

Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang

paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan . transmisi budaya

tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi

yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi

budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer fungsi

ini disebut dan historis. Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi

terjalin secara konstan. Apalagi, media massa merupakan alat utama di

dalam trnasmisi budaya pada kedua tingkatan tersebut.

5) Pewarisan Sosial

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik

yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba

meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma,

pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjtunya. Bagi

Black dan Whitney transmisi budaya media massa bisa memperkuat

kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Di samping

itu, media juga berperan untuk selalu memperkenalkan ide-ide

perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara terus-menerus.

Sementara itu, menurut Effendy (1993) dalam buku Ardianto &

Komala, 2009 : 18, mengatakan fungsi komunikasi massa secara umum

sebagai berikut:

37

1) Informasi

Artinya bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca,

pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak

media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.

Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu haus akan informasi

yang terjadi. Khalayak berlangganan surat kabar, majalah,

mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena merka ingin

mendpatkan informasi terjadi di muka bumi, gagasan atau org lain, apa

yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.

2) Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass

education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang

sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media

massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang

berlaku kepada pemirsa atau pembaca.

3) Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada

tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat

terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi maupun surat

kabar.

38

Fungsi komunikasi massa secara umum bisa dikemukakan, seperti

informasi, pendidikan, dan hiburan.

2.1.8 Efek Komunikasi Massa

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif,

dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan

tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan,

dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku

dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.

1. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas

tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam

mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan

keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh

informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita

kunjungi secara langsung.

Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek”

mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur.

Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang

peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator

39

ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan

komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita

(sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media

massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat

yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara

langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas

yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut

semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi

cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan

lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka

sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra

tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu,

muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang

individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah,

bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh,

dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang

cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan

seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe

pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau

40

lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh

media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang

memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa.

Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk

(pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori

ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita,

artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar

mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana

mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung.

Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia

memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar,

berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita

untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di

halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan

Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri

paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf.

Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini

seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi

kita dipengaruhi agenda setting.

Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia

memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek

prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa

41

Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek

prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin

di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media

massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar

membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk

menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan

cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek

prososial behavioral.

2. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari

komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak

agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah

mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat

merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca

informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-

gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel,

iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah

daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.

Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci

artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para

public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau

42

kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia

melakukan perbuatan tersebut.

Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari

komunikasi massa.

1. Suasana emosional

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita

terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan

dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat

mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang

mengalami kekecewaan. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita

tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya setelah mendapat

keuntungan yang tidak disangka-sangka.

1. Skema kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang

menjelaskan tentang alur eristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film

action, yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul,

pada akahirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas

ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga, asti akan

tertolong juga.

43

c. Situasi terpaan (setting of exposure)

Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya,

atau film horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di rumah

tua, ketika hujan labt, dan tiang-tiang rumah berderik. Beberpa

penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton

televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap. Begitu pula

reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita

pada waktu memberikan respons.

1. Faktor predisposisi individual

Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan

tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi

penontotn, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam

posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan toko. Karena itu, ketika

tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga kecewa; ketika

ientifikan berhasil, ia gembira.

3. Efek Konatif

Efek Konatif merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam

televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program

acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan

44

menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru.

Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang

mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan

satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua

informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang

sama.

Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai

media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata

dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi

melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal

pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD

yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang

tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang

tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat,

keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama

yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek

behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan

yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa

mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.

Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa

memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa

saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa

45

belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan efek

prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita

belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau

peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor

kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampila

tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan

karakteristik diri kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan

proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses

reproduksi motoris, dan proses motivasional.

Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat

diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa

ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang

tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura

sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau persepsi

realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang

sekita kita.bila peristiwa itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama

belajar sosial: perhatian. Kita baru pata mempelajari sesuatu bila kita

memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa

yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita

perhatikan.

46

Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak

harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benak

benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak

sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa

yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal. Yang

pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang

peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori

kita. Yang kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa.

Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja

harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan

secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita

teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu

disebut seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku

atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita betul-betul

melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi

bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang

mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian

(vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement).

Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan

dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam

percakapan dengan kawan kita. Kita akan melakukan hanya apabila

47

kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam atau bila

kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang disebut

peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI

dan surat kabar berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan

bahasa Indoensia yang baik dan benar.

Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat

orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya.

Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar

bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi tinggi justru berbahasa

Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun

kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn

sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena

perbuatan yang ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi

motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri

mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul

dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita

akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin

bahwa dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian

bahasa Indonesia.

48

Sumber: http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31/efek-komunikasi-massa-

kognitif-afektif-behavioral/media diakses pada tanggal 14 Juli 2012. 20.51

2.1.9 Definisi media massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian

pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,

radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang

mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman

operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa

adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan

informasi. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret

2012. 15.41)

Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang

diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah

pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1)

penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran

(audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada

pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal

visual vokal (Liliweri, 2001). (http://id.shvoong.com/media diakses pada

tanggal 19 Maret 2012. 15.41)

49

Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi

apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media

massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya

adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi

dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain

penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan

menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan

keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang

jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa

sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku

komunikasi. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret

2012. 15.41)

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas

dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis

komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu.

Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada

waktu yang tak terbatas. (http://id.shvoong.com/media diakses pada

tanggal 19 Maret 2012. 15.41)

Media massa memberikan informasi tentang perubahan,

bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai.

Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada

kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari

50

media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah

didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu

arah. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012.

15.41)

2.1.10 Bentuk-Bentuk Media Massa

1. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Surat kabar sebagai media massa

dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarkanluaskan pesan-

pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat indonesia.

Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari

ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar lokal,

regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar

biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada

surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah.

(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009 : 103)

2. Majalah

Majalah merupakan majalah media yang paling simple organisasinya,

relative lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal

51

yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena

majalah memiliki karakteristik tersendiri : Penyajian lebih dalam, Nilai

aktualitas Lebih lama, Gambar/Foto lebih banyak, Cover/sampul

sebagai daya tarik. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses

pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58).

3. Radio

Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah

beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan

hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media

lainnya.

Keunggulan radio adalah berada dimana saja, di tempat itdur, di dapur,

di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan berbagai tempat

lainnya. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada

tanggal 19 Maret 2012. 15.58).

4. Televisi

Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan

berlangsungnya pembukaan pesta olah raga Asean Games di Senayan.

Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam

sehari dengan segala kesederhanaannya. Sejalan dengan kepentingan

pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai

52

wilayah, pada tanggal 16 Agustus 1976 diresmikan penggunaan satelit

Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2R dan Palapa

B-4 yang diluncurkan tahun 1992.

Televisi siaran dan radio siaran, serta media lainnya berperan saling

mengisi. Televisi siaran menggeser radio siaran mungkin dalam hal

porsi iklan. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada

tanggal 19 Maret 2012. 15.58).

5. Film

Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film

lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi.

Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada

tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang

diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang

bertujuan memperoleh estetika. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/

media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58)

2.1.11 Televisi

Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar

diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini

menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam

53

gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang

dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.(Soerjokanto 2003:24)

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang

digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik

itu yang monokrom (“hitam putih”) maupun warna, biasanya dilengkapi

oleh suara. “Televisi” juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian

televisi atau pancaran televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari

kata tele (τῆλε, “jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari

bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi

yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan

penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.

Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve

atau tipi.

Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an

sudah menjadi salah satu alat penerima komunikasi utama dalam rumah,

perdagangan dan institusi, khususnya sebagai sumber hiburan dan berita.

Sejak 1970-an,kemunculan Video tape, cakram laser, DVD dan kini

cakram Blu-ray juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk

menayangkan hasil rekaman.Walaupun terdapat pula kegunaan televisi

yang lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun kegunaan yang paling

utama adalah penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio

ketika dibangun pada tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi

54

radio berkuasa tinggi untuk menyiarkan gelombang televisi ke penerima

TV.

Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui pancaran radio dalam

saluran-saluran yang ditetapkan dalam jalur frekuensi 54-890 megahertz.

Gelombang TV juga kini dipancarkan dengan suara stereo atau bunyi

keliling di banyak negara. Siaran TV pada awalnya direkam dan

dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi kebelakangan ini

perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi televisi

digital.

Sebuah kotak televisi biasanya terdiri dari bermacam-macam

sirkuit elektronik yang terdapat didalamnya, termasuk sirkuit penerima dan

penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tanpa

pemerina biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah

sistem televisi dapat memakai pelbagai penggunaan teknologi seperti

analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun

definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi juga digunakan untuk pengamatan

suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan petunjuk penggunaan

senjata, di tempat-tempat yang biasanya atau terlalu berbahaya untuk

diperhatikan secara dekat.

Televisi amatir (ham TV atau ATV) juga digunakan untuk

kegiatan eksperimen, suka cita dan perhormatan oleh para orang awam

55

dibawah pengendalian radio amatir. Stasiun TV amatir pernah digunakan

pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.

Sumber: http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/10/24/pengertian-televisi/media diakses pada tanggal 13 juli 2012. 13.46

2.1.12 Karakteristik Televisi

Karakteristik televisi menurut Ardianto & Komala, 2009: 137-

139, sebagai berikut:

a) Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, adalah dapat didengar sekaligus dapat

dilihat (audiovisual). Unsur visual dan dilengkapi dengan audio

membuat tanyangan televisi lebih menarik dan juga agar penonton

memperoleh gambaran yang lengkap tentang peristiwa yang disiarkan

di televisi.

b) Berpikir dalam Gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran televisi adalah

pengarah acara. Bila ia membuat acara atau membaca naskah acara, ia

harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi

seorang komunikator yang akan menyampaikan, pendidikan atau

persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar.

56

Sekalipun ia tidak membbuat naskah, ia dapat menyampaikan

keinginannya kepada pengarah acara tentang gambaran atau visualisasi

dari acara tersebut. ada dua tahap yang dilakukan dalam proses

berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization),

yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang

menjadi gambar secara individual. Kedua adalah penggambaran

(picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual

sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandng maka tertentu.

c) Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih

kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang

digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih

rumir dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

2.1.13 Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan

Faktor yang perlu diperhatikan menurut Ardianto & Komala,

2004 : 140-142, sebagai berikut:

1) Pemirsa

Dalam setiap bentuk komunikasi, melalui media apa pun, komunikator

akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya.

57

Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya

televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini

komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang

termasuk anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua.

2) Waktu

Faktor waktu menjadi pertimbangan, agar setiap acara dapat

ditayangkan secara proposional dan dapat diterima oleh khalayak

sasaran.

3) Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap

tayangan televisi. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan

jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Yang penting, dengan

durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai

sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.

4) Metode Penyajian

Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada

umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi.

Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan.

Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada. Karena sama

pentingnya bagi keperluan kedua pihak, komunikator dan komunikan.

Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa,

58

menggunakan metode penyajian tertentu dimana nonhiburan dapat

mengundang unsur hiburan.

2.1.14 Sejarah Televisi

Menurut Morissan, 2011 : 6 - 9, Prinsip televisi ditemukan oleh

Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884, namun baru tahun 1928

Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau

iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke kotak bernama

televisi. Iconoscope bekerja mengubah gambar dari bentuk gambar optis ke

dalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke

dalam gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Fransworth

berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada

umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939.

Awalnya di tahun 1945, hanya terdapat delapan stasiun televisi

dan 8000 pesawat televsi diseluruh AS. Namun sepuluh tahun kemudian,

jumlah stasiun televisi meningkat menjadi hampir 100 stasiun sedangkan

jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi mencapai 35 juta

rumah tangga atau 67 persen dari total rumah tangga.

Pesawat televisi berwarna mulai diperkenalkan kepada publik

pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna dilaksanakan pertama kali

59

oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program

siaran berwarna selama tiga jam setiap harinya.

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI

menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia

ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu dimulai 24

Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara

pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.

Sejak pemerintah indonesia membuka TVRI, maka selama 27

tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran

televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi

kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI

yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia disusul kemudian

SCTV, Indosiar, Antv, dan TPI.

2.1.15 Program Acara Televisi

Menurut Morisson, 2011 : 209, Pengertian program acara televisi

yaitu kata “program” itu sendiri berasal dari bahasa inggris programme

atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran

Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi

60

menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau

rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk.

Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia

penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada

pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun

penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian,

program memiliki pengertian yang sangat luas.

Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat

audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran

apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan

dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual

kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan. Dengan

demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka

bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia

penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau

penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan

mendapatkan pendengar atau penonton.

Menurut Morisson, 2011 : 218, mengelompokan jenis program

menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu:

61

1. Program informasi (berita) dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Berita keras (hard news) yang merupakan laporan

berita terkini yang harus segera disiarkan

b. Berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi

dari fakta, gosip, dan opini.

2. Program hiburan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Musik

b. Drama permainan (game show)

c. Pertunjukkan

2.1.16 Program Artistik

Program seni budaya termasuk produksi karya artistik dalam

produksi program televisi. Ada berbagai macam materi produksi seni

budaya. Ada berbagai macam materi produksi seni budaya. Secara garis

besar materi produksi seni budaya dibagi menjadi dua, yaitu seni

pertunjukan dan seni pameran. Yang termasuk dalam seni pertunjukan,

antara lain seni musik, tari, dan pertunjukan boneka dengan segala macam

jenisnya. Seni musik misalnya dapat berupa konser musik gamelan, jazz,

konser musik klasik atau pergelaran musik daerah. Seni tari dapat berupa

tari klasik tradisional, daerah dan modern. Seni pertunjukan boneka,

62

misalnya puppet show, wayang kulit atau golek. Sementara yang termasuk

dalam seni pameran adalah seni arsitektur, kriya, instalasi, seni lukis,

patung atau seni rupa pada umumnya. (Wibowo, 2009 : 53)

2.1.17 Program Talkshow

Menurut Morisson, 2011 : 222, Program talk show atau

perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang

untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa

acara (host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang

berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan

atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas.

Sejak era reformasi, di Indonesia talk show merupakan acara yang

populer di media televisi dan radio. Kadang-kadang juga off air, berupa

seminar-seminar, saresehan, diskusi atau debat yang mengambil tempat di

hotel atau di kafe dan tentu saja dengan menjual tiket yang tidak murah.

Yang ditampilkan dalam talk show itu biasanya pembicara-pembicara yang

dianggap sedang top dan membahas issue yang sedang hangat dibicarakan.

Kenapa masyarakat lebih senang menggunakan istilah Talkshow

daripada Temu Wicara, atau Diskusi Interaktif, ataupun Rapat Bersama ?.

mungkin istilah asli Indonesia masih belum mampu memberikan ‘rasa’

63

yang tepat untuk kegiatan diatas. Bila kita disodorin dengan kata Temu

Wicara, maka otak kita akan menvisualisasikan sebuah kegiatan yang

dihadiri oleh para pejabat/orang penting dengan sekumpulan masyarakat

‘blo’on’ sebagai pendengar dan penanya. Bagaimana dengan istilah Diskusi

Interaktif, pikiran kita akan melayang membayangkan 2 kubu yang

ditengahi oleh seorang moderator, berdebat dan mempertahankan

argumentasi masing-masing serta dibumbui dengan permainan urat saraf.

Klo Rapat Bersama ? .. Ini identik dengan pemerintah dan partai politik.

Nah lo . Sepertinya Talkshow akan masuk ke ranah pemahaman baru dalam

ber Bahasa Indonesia.

Di luar negeri juga ada talk show. Salah satu di antaranya yang

sangat popular adalah talkshow yang dibawakan Larry King di CNN. Acara

itu mengupas berbagai isyu yang menarik dengan menghadirkan pakar-

pakar yang sangat handal di bidangnya dan yang terpenting adalah dengan

olahan dan pancingan-pancingan pertanyaan yang jitu oleh Larry King

sendiri. Show itu menjadi begitu menarik karena sangat memenuhi

kebutuhan intelektual para pemirsanya.

Satu tips yang bisa digunakan untuk Talk Show adalah Concentrate

on Screen Direction. Banyak para Produser dan Sutradara yang tidak

memperhatikan betapa pentingnya sebuah Screen Direction dari Host dan

64

Guest Talk. Padahal, teknik ini sangat mudah untuk menambah kekayaan

pada visual tanpa mempengaruhi content dari script.

Sumber : http://bloogkoo.wordpress.com/2011/03/21/talkshow/media

diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 15.48

Bernard M. Timberg dalam buku Television Talk, A History of the

TV Talk Show (Timberg, 2005 : 5) mengungkapkan program talk show di

televisi memiliki prinsip-prinsip atau aturan-aturan :

Prinsip pertama, acara tersebut dibawakan oleh seorang host

(dibantu sebuah tim yang bertanggung jawab atas materi,

pengarahan dan bentuk acara yang akan ditampilkan). Prinsip

kedua adalah mengandung percakapan berisi pesan (message).

Prinsip ketiga adalah talk show merupakan suatu produk atau

komiditi yang berkompetisi dengan produk lain. Yang keempat

adalah talk show merupakan kegiatan industry yang terpadu

dengan melibatkan berbagai profesi, mulai dari produser acara,

penulis naskah, pengarah acara, penata rias dan rambut, dan

bagian marketing. Sebagai produk kebudayaan populer, program

ini harus bisa dijual.

65

2.1.18 Subgenre Talk Show

Bermacam-macam jenis talk show muncul di layar televisi. Dengan

pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu

berdua. Menurut Bernard M. Timberg, berdasarkan waktu penayangannya

talk show bisa dibedakan menjadi 3 subgenre utama (Timberg, 2002 : 81),

yakni :

1. The Late Night Entertainment Talk Show

Jenis ini merupakan subgenre yang biasanya paling melekat dalam

benak bayak orang jika mereka mengingat program talk show, yakni

acara yang menghadirkan selebriti, bisa juga bersama orang lain, dan

mereka duduk berdekatan. Pada era 1960-an, latenight entertainment

talk show/variety show yang popular adalah The Tonight Show yang

dipandu Johny Carson dan menjadi flagship di stasiun NBC. Acara

seperti ini terus diminati dan bermunculan. Pada era 1980-an acara talk

show semakin diminati penonton. Sampai sekarang , host late night

show yang sangat dikenal khalayak adalah David Letterman (The Late

Show) dan Jay Leno (The Tonight Show).

2. The Daytime Audience-Participation Show

Format acara yang diciptakan Phil Donahue pada 1967 di Dayton,

Ohio, ini terinspirasi dari radio call-in show yang pernah

dibawakannya. Ketika diterapkan di televisi, penonton memenuhi

studio karena ingin berdialog langsung dengan pakar atau selebriti.

66

Host mencoba melakukan suatu pendekatan baru yang memungkinkan

untuk menjangkau lebih banyak lagi wanita penonton di rumah-rumah.

Berbeda dari host lain yang sepanjang acara berdiri di depan

panggung. Host tampil berkeliling diantara penonton di stusdio,

sehingga kesannya lebih akrab.

3. The Early-Morning News Talk Magazine Show

Talk show ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu

siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.

2.1.19 Jenis Talk Show

Jika dilihat dari gayanya, talk show dapat dibedakan menjadi dua

tipe utama yaitu light entertainment dan serious discussion. Berikut adalah

pemaparan tentang kedua jenis talk show tersebut :

1. Light Entertainment

Ada jenis talk show yang dinilai dengan cara mewawancarai selebriti,

seperti bintang film, atau politisi. Dalam cara seperti ini, pemandu

acara duduk di belakang sebuah meja dan mewawancarai tamu acara

tersebut. Acara ini selalu memiliki atmosfer positif, nyaman, cerita,

dan disiarkan pada malam hari. Contoh acara talk show jenis ini adalah

‘Late Nite Show with David Letterman’ dan ‘The Tonight Show with

Jay Leno’.

67

Pertunjukan lain yang tergolong light entertainment menitikberatkan

pada unsur sensai dan drama. Mereka menampilkan orang-orang yang

tidak kenal sebagai tamu dengan permasalahan mereka yang seringkali

controversial. Para tamu tersebut duduk di podium menghadap

penonton, sedangkan pemandu acara berdiri diantara penonton yang

hadir di studio. Para penonton juga mengambil bagian dalam program

tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan maupun mengajukan

komentar pada tamu. Acara ini cenderung riuh, bahkan kadang-kadang

diwarnai tindak kekerasan. Contoh acara ini adalah ‘The Ricky Lake

Show’ atau ‘The Jerry Springer Show’.

2. Serious Discussion

Acara talk show jenis ini lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isi

berkosentrasi pada topik khusus di bidang politik atau sosial, atau pada

seseorang yang sedang mencari incaran berita pada waktu itu. Contoh

acara seperti ini adalah ’60 Minutes’. Sekarang sudah agak jarang pada

program seperti ini, karena trend beralih ke acara lebih banyak

memasukan unsur hiburan. Dalam acara yang sedang trend itu, faktor

keseriusan dengan pendekatan jurnalistik tetap dipertahankan, namum

ditambahkan unsur pribadi yang cenderung lebih muda diadopsi

khalayak penonton. Contoh seperti ini adalah ‘The Oprah Winfrey

Show’, dimana Oprah memfokuskan pada masalah nyata yang dimiliki

68

orang-orang biasa, dan Oprah menujukkan empati saat mendengarkan

kisah mereka.

Jane Shattuc, penulis buku ‘The Celebrity Talk Show’ dan ‘The

Confessional Talk Show’ (Shattuc, 2001 : 81), mengatakan bahwa

berdasarkan materi acaranya, talk show dapat dibedakan ke dalam dua

kategori utama, yakni:

1. The Celebrity Talk Show

Talk show jenis ini berasal dari vaudeville (komedi) bangsawan dan

program radio. The Tonight Show yang muncul sejak 1950-an disebut-

sebut sebagai acara yang berasal dari jenis seperti ini. Hingga

sekarang, acara ini selalu diatur dengan format sama: setting tempat

menyerupai ruang tamu dengan sebuah meja, sofa, dan atmosfer penuh

kelucuan dengan perbincangan ringan di antara pemandu acara dan

tamu, seperti The Tonight Show yang dibawakan Jay Leno dan Late

Night Show oleh David Letterman.

Pertunjukkan diawali dengan monolog pembukaan oleh host, lantas

diikuti sedikit tanya jawab dan games dengan penonton di studio, serta

wawancara dan unjuk kebolehan dari selebriti yang menjadi bintang

tamu. Pertunjukkan ini juga melibatkan partisipasi pemimpin band

pengisi acara tersebut. Host dan bandleader menjadi teamwork yang

menghidupkan acara lewat humot di antara mereka. Acara ini direkam

pada siang hari dan diudarakan pada malamnya.

69

Fokus pada The Celebrity Show adalah selebriti yang menjadi tamu di

studio. Suasana acara tersebut bersifat kasual dan selebriti yang tampil

apa adanya layaknya seorang tetangga yang datang bertamu untuk

bercerita ringan. Percakapan itu sering ditemani secangkir kopi seperti

juga bisa lihat pada acara ‘Lepas Malam’ yang dibawakan Farhan dan

topik pembicaraan bisa berkisar tentang promosi film atau CD baru

dari selebriti bersangkutan.

2. The Confessional/Issue-Orriented Talk Show

Pada era 1980-an jenis baru talk show muncul ‘the confessional talk

show’. Sesuai namanya, talk show ini memiliki karakteristik

pembicaraan yang isinya berupa pengakuan. Talk show ini

menampilkan subjek yang controversial dan perasaan pribadi dari

tokoh yang ditampilkan. Hal ini membuat acara sejenis menjadi begitu

popular di kalangan penikmat televisi, terutama kaum wanita.

Acara seperti ini membuat isu berkaitan dengan masalah wanita dan

rasial berangkat ke publik. Merujuk pada pendapat Shatter, terdapat

lima karakteristik yang terdapat pada confessional/issur-oriented talk

show, yakni:

− Sifatnya issue-oriented.

− Melibatkan partisipasi aktif dari audience.

− Terstruktur sekitar otoritas moral dari pemandu acara dan

pakar.

− Umumnya dikonstruksikan untuk penonton wanita.

70

− Biasanya program yang memiliki durasi 1 jam.

2.2 Teori-teori Khusus

2.2.1 Uses And Gratifications

Menurut Nurudin, 2011 : 191, Teori uses and gratifications

ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media massa mana

yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini lebih

menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa.

Artinya, manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk

memperlakukan media. Menurut teori ini, konsumen media mempunyai

kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka

menggunakan media dan bagaimana media itu akan dampak pada dirinya.

Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat

dalam kehidupan.

Teori yang dikemukakan oleh Blumler, Gurevitch dan Katz

(Griffin, 2003) ini menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran

yang aktif dalam memilih dan menggunakan media. Pengguna media

menjadi bagian yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi serta

berorientasi pada tujuannya dalam media yang digunakannya. Littlejohn

menyatakan bahwa teori ini menekankan fokus pada individu khalayak

ketimbang pesan dari media itu sendiri:

71

“Compared with classical effect studies, the uses and

gratifications approach takes the media consumer rather than the messages

as its starting point, and explores his communication behavior in terms of

his direct experience with the media. It views the member of the audience

as actively utilizing media content, rather than being passively acted upon

by the media. Thus, it does not assume a direct relationship between

messages and effects, but postulated instead that members of the audience

put messages to use, and that such ussages act as intervening variables in

the process effects.” (Katz, Blumler & Gurevitch, dalam Littlejohn,

2002:323):

Pada awalnya menurut Blumler (dalam Pedersen & Ling,

2003:11), teori ini ditujukan untuk penelitian media yang berbasis kepada

media dan komunikasi massa. Akan tetapi di masa kini, teori ini juga telah

digunakan untuk meneliti penggunaan internet (Flanagin dan Metzer pada

tahun 2001), ponsel (Ozcan dan Kocak, 2003), blog (Li, 2005), world wide

web (Kaye dan Johnson, 2002), dsb.

Menurut Blumler dan Katz (1974, dalam Fiske, 2007:213-214)

beberapa asumsi mendasar dari uses and gratifications adalah sebagai

berikut:

a. Khalayak itu aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas apa

pun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi

program.

72

b. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan

program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk

memuaskan kebutuhannya.

c. Media bukanlah satu-satunya sumber pemuasan kebutuhan.

d. Orang bisa atau dibuat bisa menyadari kepentingan dan motifnya

dalam kasus-kasus tertentu.

e. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa

harus dicegah. Semisal, tidaklah relevan untuk menyatakan

program-program infotainment itu sampah, bila ternyata ditonton

oleh sekian juta penonton.

Beberapa motif kebutuhan yang menyebabkan khalayak

menggunakan media menurut McQuail (dalam Miller, 2002:244)

adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar),

personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting

dalam kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan

untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan

dengan individu lain) danentertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri

dari ketegangan dan menghibur diri.

Sumber : http://zulfiifani.wordpress.com/media diakses pada tanggal 13 juli

2012. 15.49

73

Menurut Nurudin, 2011 : 193, Schramm dan porter memberikan

formula untuk menjelaskan teori ini, sebagai berikut:

Imbalan di sini berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau

imbalan yang tertunda. Imbalan memenuho kebutuhan. Misalnya, Anda akan

menonton suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut menyediakan

atau memuaskan Anda akan kebutuhan informasi atau hiburan. Upaya yang

diperlukan untuk memenhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau

membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh

probabilitas seleksi dari media massa tertentu.

74

Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam

bagan dibawah ini:

Lingkungan Sosial:

1. Ciri-ciri demografis

2. Afiliasi kelompok

3. Ciri-ciri

Kebutuhan Khalayak:

1. Kognitif

2. Afektif

3. Integratif personal

4. Integratif sosisal

5. Pelepasan ketegangan

Sumber Pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media:

1. Keluarga, teman-teman,

2. Komunikasi interpersonal

3. Hobi

4. Tidur

Penggunaan Media Massa:

1. Jenis-jenis media SK, majalah, radio, TV, dan film.

2. Isi media

3. Terpaan media

4. Konteks sosial dan terpaan media.

Pemuasan Media (fungsi):

1. Pengamatan lingkungan

2. Diversi/hiburan

3. Identitas personal

4. Hub. sosial

75

2.2.2 Presenter

Host atau presenter menurut arti katanya, seorang yang mengantar

suatu kajian. Sajian tersebut macam-macam, seperti musik, aneka program,

feature, magazine, dan kuis. Sebagai pengantar sajian ia boleh menambah

daya tarik dari materi yang disajikan lewat kata-katanya.

Presenter adalah orang yang membawakan dan menyampaikan

informasi, atau narasi dalam sebuah program acara distasiun televisi,

Seperti program acara berita , kuis, game show, talkshow, acara musik,

infotainment, olah raga, dan realityshow.

Kemampuan seorang presenter membawakan acara, berpengaruh

terhadap kesuksesan sebuah acara. Ketidakmampuan presenter dalam

membawakan acara , berakibat fatal bagi diri presenter dan program acara

yang dibawakan

Dalam dunia penyiaran televisi dikenal dua jenis presenter acara,

yaitu:

1. Presenter berita (news presenter)

Presenter yang bertugas membacakan sebuah berita, tidak terlibat

dalam proses peliputan, serta penentu sebuah berita. Materi yang

dibacakannya telah disusun dan disiapkan oleh redaksi pemberitaan.

76

2. Presenter acara (non-news)

Presenter yang bertugas membawakan sebuah program acara, namun

tidak terlibat dalam konsep, persiapan serta tanggung jawab dan

jalannya acara. Acara yang dibawakan telah disiapkan dan diproduksi

oleh masing-masing stasiun televisi atau rumah produksi, seperti

presenter musik, infotainment dan kuis.

Sumber : http://asiaaudiovisualexc09adibganteng.wordpress.com/media

diakses pada tanggal 14 Juli 2012. 10.23

Dari beberapa definisi pengaruh diatas dapat ditarik kesimpulan

mengenai presenter bahwa proses berbicara dengan cara mengatur susunan

atau jalannya acara agar acara tersebut bisa berjalan dengan baik dan

tersusun sistematis.

2.2.2 Minat

Utami dan Fauzan dalam (Tomi Darmawan, 2007) memandang

minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diri

seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu.

Sumber: http://akar-bk.blogspot.com/2011/07/pengertian-minat.html/

media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 19.05.

77

Sutjipto (2011) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran

seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang

mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai

sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis

seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu

dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

Sumber: www.depdiknas.go.id/jurnal/45/sutjipto.htm/media diakses pada

tanggal 13 Juli 2012. 19.07.

Eliot dkk (2000) bahwa minat adalah sebuah karakteristik tetap yang

diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan aktivitas atau objek

khusus.

Sumber: http:// http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-

minat.html/ media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 19.09.

Dari beberapa definisi minat diatas dapat ditarik kesimpulan

mengenai minat bahwa minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap

suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari

bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat

bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan

pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

78

2.2.3 Pengaruh

Pengertian pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari

sesuatu orang atau beda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan seseorang.

Sumber: http://www.artikata.com/arti-344462-pengaruh.html/media diakses

pada tanggal 13 Juli 2012. 20.05

Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi

social dimana seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan

harapan. http://suchideppyanita.blogspot.com/media diakses pada tanggal 13

juli 2012. 20.07

Dari pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa

pengaruh merupakan dimana daya seorang atau kelompok orang digerakan

oleh seseorang atau sekelompok orang lainnya yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain. Sehubungan dengan adanya penelitian oleh

penulis, pengaruh merupakan sebab-akibat antar variabel. Dalam hal ini

pengaruh program “Pas Mantab” akan memberikan pengaruh terhadap minat

menonton.

79

2.2.4 Audience

An audience is a group who participate in a show or encounter a work of

art, literatur, theatre, music or academics in any medium. Audience

members participate in different ways in different kids of art; some events

invite overt audience participation and others allowing only modest

clapping and critismand recepetion.

Sumber: http://damonholic.wordpress.com/2009/12/08/beberapa-pengertian-

yang-ada-di-komunikasi/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. Jam

20.15.

Pemirsa adalah sekelompok orang yang berpartisipasi dalam

menunjukkan atau menemukan sebuah karya seni, sastra, teater, musik, atau

akademis di media. Audience anggota berpartisipasi dalam berbagai cara

dalam berbagai cara dalam berbagai jenis seni, ada acara mengundang

pemirsa terang partisipasi dan lain-lain yang memungkinkan hanya tepukan

tangan sederhana dan kritikan dan penerimaan.

Sumber: http://damonholic.wordpress.com/2009/12/08/beberapa-pengertian-

yang-ada-di-komunikasi/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. Jam

20.15.

Menurut Nurudin, 2011 : 104, Audience merupakan jutaan

penonton televisi, ribuan televisi, ribuan pembaca buku majalah, koran atau

jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain diantaranya

80

dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapo pesan yang diterimanya,

pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu

bisa saling mereaksipesan yang diterimanya.

Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi

massa setidak-tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut.

1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk

berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara

mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka

gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

2. Audience cenderung besar, berarti tersebar ke berbagai wilayah

jangkauan sasaran komunikasi massa. Baik ribuan maupun jutaan tetap

bisa disebut audience.

3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan

dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.

Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus perkasus, tetapi

meliputi semua audience.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga

dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

81

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa audience/khalayak

merupakan orang yang tidak saling mengenal, berjumlah banyak,

anggotanya heterogen, berkumpul di suatu tempat dan tidak individualistis.

Massa memiliki kesadaran diri yang rendah, tidak dapat bergerak dengan

terorganisir, tidak bertindak untuk dirinya sendiri melainkan “dalang”

dibelakangnya yang befungsi memanipulasi mereka.

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis, 2012

Variabel X

Program Pas Mantab

- Presenter

- Topik

- Bintang Tamu

Variabel Y

Minat Menonton

- Kognitif

- Afektif

- Konatif