2010-1-00452-MN Pengembangan Karir Bab 2

40
8 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006,p3) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. Menurut Byars dan Rue (2006,p4) Manajemen SDM merupakan aktivitas yang dirancang untuk menyediakan dan mengoordinasikan sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Menurut Desler (2005,p4) Manajemen Sumber Daya Manusia dapat diartikan sebagai kebijakan dan praktek yang melibatkan aspek sumber daya manusia dari posisi manajemen termasuk dalam merekrut, menyeleksi, pelatihan, penghargaan, dan penilaian. Menurut Noe et. al (2007,p2) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kebijakan, praktek, dan sistem karyawan yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan kinerja. Menurut Umar (2008,p128) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam penggerakan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.

description

pengembangan karir

Transcript of 2010-1-00452-MN Pengembangan Karir Bab 2

  • 8

    BAB 2

    LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

    Menurut Mathis dan Jackson (2006,p3) Manajemen Sumber Daya Manusia

    (MSDM) adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

    memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai

    tujuan-tujuan organisasional.

    Menurut Byars dan Rue (2006,p4) Manajemen SDM merupakan aktivitas yang

    dirancang untuk menyediakan dan mengoordinasikan sumber daya manusia dalam

    suatu organisasi.

    Menurut Desler (2005,p4) Manajemen Sumber Daya Manusia dapat diartikan

    sebagai kebijakan dan praktek yang melibatkan aspek sumber daya manusia dari posisi

    manajemen termasuk dalam merekrut, menyeleksi, pelatihan, penghargaan, dan

    penilaian.

    Menurut Noe et. al (2007,p2) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah

    kebijakan, praktek, dan sistem karyawan yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan

    kinerja.

    Menurut Umar (2008,p128) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu

    perencanaan, pengorganisasian, dalam penggerakan dan pengawasan atas

    pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan

    pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi

    perusahaan secara terpadu.

  • 9

    Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen sumber daya manusia adalah

    serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan

    organisasi.

    2.1.1. Aktivitas SDM

    Menurut Mathis dan Jackson (2006, p43) Manajemen SDM terdiri dari

    beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks

    organisasi, berikut tujuh aktivitas SDM, yaitu :

    1. Perencanaan dan Analisis SDM

    Melalui perencanaan SDM, manajer dapat mengantisipasi kekuatan yang

    akan memengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Dan

    dengan sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) dapat memberikan

    informasi yang akurat dan tepat waktu untuk perencanaan SDM.

    2. Peluang Pekerjaan yang Sama

    Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan kesempatan kerja

    (equal employment opportunity / EEO) memengaruhi semua aktivitas SDM yang

    lain dan integral dengan manajemen SDM.

    3. Pengangkatan Pegawai

    Pengangkatan pegawai bertujuan untuk memberikan lowongan pekerjaan

    yang memadai atas individu yang berkualifikasi untuk mengisi lowongan

    pekerjan di organisasi.

    4. Pengembangan SDM

    Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga

    meliputi pelatihan keterampilan pekerjaan, pengembangan karyawan,

    perencanaan karier, dan manajemen kinerja.

    5. Kompensasi dan Tunjangan

  • 10

    Kompensasi memberi penghargaan kepada karyawan atas pelaksaaan

    pekerjaan melakui gaji, insentif, dan tunjangan. Para pemberi kerja harus

    mengembangkan dan memperbaiki sistem upah dan gaji dasar mereka

    6. Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan

    Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan

    adalah hal yang sangat penting dan secara global berbagai hukum telah

    menjadikan organisasi lebih responsif terhadap persoalan ini.

    7. Hubungan Karyawan dan Buruh/Manajemen

    Hubungan antara para manajer dan karyawan mereka harus ditangani

    secara efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama.

    Merupakan hal yang penting untuk mengembangkan, mengomunikasikan, dan

    meng-update kebijakan dan prosedur SDM sehingga para manajer dan karyawan

    sama-sama tahu apa yang diharapkan.

    2.1.2. Peran Manajemen SDM

    Manajemen SDM memiliki 4 peran (Mathis dan Jackson, 2006, p43), yakni:

    1. Peran strategis : sebagai kontributor bisnis

    2. Peran operasional : mengatur sebagain besar aktivitas SDM

    3. Peran Penasehat karyawan : bertugas sebagai petugas moral

    4. Peran administratif : fokus pada pekerjaan administrasi secara

    ekstensif

    2.2. Karir dan Pengembangan Karir

    2.2.1. Karir

    Menurut Mathis dan Jackson (2006, p342) dan Robbins (2007, p370),

    karir (career) adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang

    ditempati seseorang sepanjang hidupnya.

  • 11

    Triton P.B. (2005, p128) memberikan definisi karir sebagai kronologi

    kegiatan-kegiatan dan perilaku-perilaku yang terkait dengan kerja dan sikap,

    nilai dan aspirasi-aspirasi seseorang atas semua pekerjaan atau jabatan baik

    yang telah maupun yang sedang dikerjakannya.

    Menurut Dessler dan Tan Chwee Huat (2009, p258) karir adalah

    rangkaian posisi pekerjaan yang dimiliki seseorang selama masa kerjanya.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa karir adalah rangkaian perkembangan

    pekerjaan atau jabatan yang dapat dicapai dalam suatu organisasi.

    Mathis dan Jackson (2006, p345) mengatakan ada empat karakteristik

    individual umum yang dapat memengaruhi seseorang dalam membuat pilihan

    karir:

    1. Minat

    Orang-orang cenderung mengejar karir yang mereka percaya sesuai

    dengan minatnya. Tetapi sering kali, minat orang berubah, dan keputusan

    karir pada akhirnya dibuat berdasarkan keterampilan dan kemampuan

    khusus, serta jalan karir mana yang realistis bagi mereka.

    2. Citra diri

    Karir merupakan perluasan dari citra diri seseorang, begitu pula

    dengan pembentuk karakternya. Orang-orang mengikuti karir di mana

    mereka dapat melihat dirinya melakukan dan menghindari karir yang tidak

    sesuai dengan persepsi bakat, motivasi, dan nilai mereka.

    3. Kepribadian

    Faktor ini meliputi orientasi pribadi dan kebutuhan pribadi seorang

    karyawan.

    4. Latar belakang sosial

  • 12

    Status sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orang tua

    seseorang juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan karir.

    2.2.2. Pengembangan Karir

    Menurut Byars dan Rue (2006, p200), pengembangan karir merupakan

    hal yang terus-menerus dan upaya formal dari organisasi yang berfokus pada

    pengembangan dan pemerkayaan sumber daya organisasi dalam memenuhi

    kebutuhan karyawan dan organisasi.

    Menurut Dessler (2005, p350) pengembangan karir adalah suatu proses

    dimana karyawan dapat memahami dan mengembangkan minat dan bakat

    karirnya dan menggunakannya dengan lebih efektif.

    Menurut Mejia (2007, p267) pengembangan karir dapat diartikan

    sebagai upaya formal dan berkelanjutan yang berfokus pada pengembangan

    terhadap karyawan yang lebih baik.

    Menurut Dessler dan Tan Chwee Huat (2009, p258) pengembangan karir

    merupakan rangkaian kegiatan seumur hidup.

    Menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008, p139) pengembangan karir

    merupakan pendekatan formal yang digunakan organisasi untuk menjamin

    bahwa pegawai dengan kualifikasi tepat dan berpengalaman tersedia pada saat

    dibutuhkan dan pengembangan karir adalah hasil dari interaksi antara karir

    individu dengan proses manajemen karir organisasi.

    Menurut Mondy (2010, p228) pengembangan karir adalah pendekatan

    formal yang digunakan perusahaan untuk memastikan bahwa orang-orang

    dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat, tersedia saat dibutuhkan.

    Menurut Trahant (2009) pengembangan karir merupakan kesempatan

    bagi karyawan untuk naik jabatan dalam jenjang organisasi.

  • 13

    Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir merupakan proses

    pengembangan minat dan bakat dalam kesempatan bagi karyawan untuk dapat

    menaiki jenjang jabatan dalam suatu perusahaan.

    Pengembangan karir terdiri atas :

    1. Career Planning, yaitu bagaimana pegawai merencanakan dan mewujudkan

    tujuan-tujuan karirnya sendiri

    2. Career Management (Yuniarsih dan Suwatno, 2008, p139)

    Menurut Mondy (2010, p229) terdapat beberapa metode dalam

    mengembangkan karir:

    Manager/ employee self-service Discussions with knowledgeable individuals Company material Performance-Appraisal System Workshop

    Menurut Robbins (2007, p370), program pengembangan karir dirancang

    untuk membantu meningkatkan kehidupan karir karyawan dalam organisasi yang

    spesifik. Program ini berfokus pada penyediaan informasi bagi karyawan,

    melakukan penilaian dan melakukan pelatihan untuk membantu mereka

    merealisasikan tujuan karirnya. Pengembangan karir juga merupakan cara bagi

    organisasi untuk mempertahankan karyawan bertalenta tinggi.

    Perubahan organisasi secara luas menyebabkan ketidakpastian karir

    organisasi tradisional. Perampingan (downsizing), restrukturisasi (restructuring),

    dan penyesuaian lain memberi satu kesimpulan mengenai pengembangan karir.

  • 14

    Individu-bukan organisasi-bertanggungjawab untuk mendesain, menuntun, dan

    mengembangkan karir sendiri.

    Tabel 2.1 Perbedaan Fokus Tradisional dan Fokus Pengembangan Karir

    Aktivitas SDM Fokus Tradisional Fokus Pengembangan Karir

    Perencanaan SDM Menganalisis pekerjaan,

    kemampuan, dan tugas masa lalu

    dan masa depan.

    Informasi mengenai minat

    dan bakat karyawan dan

    data sejenisnya

    Pelatihan dan

    pengembangan

    Menyediakan kesempatan untuk

    pengembangan kemampuan,

    ketersediaan informasi, dan sikap

    yang berkaitan dengan

    pekerjaannya

    Menyediakan informasi jalur

    karir dan orientasi

    pertumbuhan individu

    Penilaian kinerja Peringkat dan atau penghargaan Perencanaan pengembangan

    dan penetapan sasaran

    individu

    Perekrutan dan

    penempatan

    Mencocokkan kebutuhan organisasi

    dengan individu yang sesuai

    dengan kualifikasi

    Mencocokkan individu dan

    pekerjaan berdasarkan

    jumlah variabel termasuk

    minat karir pekerja

    Kompensasi dan

    tunjangan

    Penghargaan akan waktu,

    produktivitas, talenta, dan lain-lain

    Memberi penghargaan pada

    aktivitas yang tidak

    berhubungan dengan

    pekerjaan

    Sumber: Dessler dan Tan Chwee Huat (2009, p258)

  • 15

    Manfaat pengembangan karir (Mondy, 2010, p229):

    - Pengembangan bakat yang efektif

    - Kesempatan penilaian diri karyawan untuk mempertimbangkan jalur karir

    yang tepat

    - Pengembangan jalur karir yang tidak terbatasi oleh divisi dan lokasi geografi

    - Peragaan komitmen yang nyata untuk mengembangkan lingkungan kerja

    yang beragam.

    - Kepuasan karyawan dengan kebutuhan yang spesifik

    - Peningkatan kinerja

    - Meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dan menurunkan tingkat

    turnover

    - Metode dalam menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan

    Menurut Byars dan Rue (2006, p200) ada 3 tujuan pengembangan karir

    bagi perusahaan adalah

    1. Untuk menentukan kebutuhan organisasi akan SDM sekarang dan masa

    depan

    2. Untuk menginformasikan kepada organisasi dan karyawan mengenai jalur

    karir dalam organisasi

    3. Untuk memaksimalkan program SDM dengan mengintegrasikan

    penyeleksian, perekrutan, pengembangan dan mengatur karir individu agar

    sesuai dengan rencana organisasi.

    Menurut Mathis dan Jackson (2006, p342) perencanaan karir yang

    efektif mempertimbangkan perspektif yang berpusat pada organisasi dan

    perspektif yang berpusat pada individu seperti yang digambarkan berikut:

  • 16

    Gambar 2.1 Perspektif Perencanaan Karir Organisasional dan

    Individual

    Sumber: Mathis dan Jackson (2006, p343)

    1. Perencanaan Karier yang Berpusat pada Organisasi

    Perencanaan karir yang berpusat pada organisasi (organization-

    centered career planning) berfokus pada pekerjaan dan pengidentifikasian

    jalan karier yang memberikan kemajuan yang logis atas orang-orang di

    antara pekerjaan dalam organisasi.

    2. Perencanaan Karier yang Berpusat pada Individu

    Perencanaan karir yang berpusat pada individu (individual-centered

    career planning) lebih berfokus pada karir individu daripada kebutuhan

    organisasional. Untuk mengatur karir harus menjalani beberapa aktivitas

    berikut:

    a. Penilaian diri sendiri

    Masing-masing individu harus memikirkan apa saja yang menarik

    bagi mereka, apa yang tidak disukai, apa yang dapat dilakukan dengan

    baik, serta kelebihan dan kekurangan mereka.

  • 17

    b. Umpan balik atas realitas

    Karyawan membutuhkan umpan balik mengenai seberapa baik

    mereka bekerja, bagaimana atasannya melihat kapabilitas mereka, dan

    di mana mereka cocok untuk ditempatkan dalam rencana-rencana

    organisasional di masa yang akan datang.

    c. Menentukan tujuan-tujuan karir

    Menentukan jalan yang diinginkan, menentukan beberapa daftar

    waktu, dan menuliskannya, dimana semuanya itu menentukan tingkat

    seseorang untuk mengejar karir pilihan.

    Menurut Dessler dan Tan Chwee Huat (2009, p259) pihak-pihak yang

    berperan dalam pengembangan karir adalah:

    1. Individu

    Bertanggungjawab pada karir sendiri Mengetahui kemampuan, minat, dan nilai pribadi Mencari sumber dan informasi karir Membuat tujuan dan perencanaan karir Menggunakan kesempatan pengembangan Diskusi dengan manajer mengenai karir Perencanaan karir yang realistis

    2. Manajer

    Menyediakan umpan balik kinerja secara periodik Menyediakan tugas untuk pengembangan dan memberi dukungan Berpartisipasi dalam diskusi pengembangan karir Mendukung perencanaan karir pekerja

    3. Organisasi

  • 18

    Mengomunikasikan misi, peraturan, dan prosedur Menyediakan pelatihan dan kesempatan untuk berkembang Menyediakan informasi dan program karir Menawarkan pilihan variasi karir

    Bentuk pengembangan karir :

    a. Mentoring: suatu program dimana manajer senior membantu pekerja yang

    belum berpengalaman

    b. Job rotation: memindahkan pekerja dalam rangkaian posisi pekerjaan untuk

    meningkatkan peranan karyawan dalam perusahaan

    2.2.2.1 Implementasi Program Pengembangan Karir

    4 langkah dasar dalam mengimplementasikan program pengembangan

    karir yang sukses menurut Byars dan Rue (2006, pp202-205), yaitu:

    1. Individual Assesment

    Individual Assessment adalah penilaian akan kemampuan, hobi

    dan tujuan karir diri sendiri. Individual Assessment tidak seharusnya

    dibatasi pada sumber dan kemampuan. Saat ini, perencanaan karir

    umumnya membutuhkan individu yang membutuhkan pelatihan dan

    keahlian tambahan.

    2. Assessment by the Organization

    Beberapa sumber informasi dapat digunakan oleh organisasi untuk

    menilai karyawannya, yaitu: catatan penilaian kinerja, latar belakang

    pendidikan, pengalaman kerja, dll. Penilaian karyawan oleh organisasi

    seharusnya dilakukan bersamaan oleh staf SDM dan manajer langsung

    yang bertindak sebagai mentor.

  • 19

    3. Communication of Career Options

    Untuk mendapatkan tujuan karir yang realistis, individu harus tahu

    pilihan dan kesempatan yang tersedia. Salah satu caranya adalah

    memberitahukan jalur karir yang tersedia. Jalur karir (career pathing)

    adalah teknik yang menunjukkan perkembangan dari satu pekerjaan ke

    pekerjaan lain di dalam organisasi. Career self-management hampir

    sama seperti career pathing. Career self-management adalah

    kemampuan untuk tetap sejalan dengan perubahan yang terjadi di

    dalam organisasi dan industri dan untuk mempersiapkan masa depan.

    4. Career Counseling

    Career counseling adalah aktivitas yang mengintegrasikan langkah

    berbeda di dalam proses pengembangan karir.

    2.2.2.2. Inisiatif Pengembangan Karir Perusahaan

    Inisiatif pengembangan karir perusahaan mencakup program di bawah

    ini:

    1. Menyediakan anggaran individual untuk setiap karyawan

    Anggaran tersebut digunakan untuk pembelajaran mengenai

    pemilihan karir dan pengembangan individu karyawan

    2. Menawarkan career canters baik secara langsung maupun on-line

    Career centers tersebut termasuk perpustakaan materi

    pengembangan karir secara online maupun offline, pelatihan karir,

    pelatihan mengenai topik yang berhubungan dengan pekerjaan (seperti:

    manajemen waktu), dan menyediakan pelatihan karir individu untuk

    membimbing karir karyawan.

    3. Rotasi kerja

  • 20

    Memberi kesempatan kepada karyawan untuk sementara waktu

    bekerja di posisi yang berbeda sehingga mereka dapat mengembangkan

    kesadaran akan kekuatan dan kelemahannya dalam pekerjaan.

    4. Mendirikan corporate campus

    Mengadakan pelatihan karir, pengembangan, dan programnya

    melalui kerjasama dengan konsultan atau universitas lokal.

    5. Membantu koordinasi tim sukses karir

    Sekelompok kecil karyawan dari divisi yang sama maupun berbeda

    yang bertemu secara periodik untuk mendukung satu sama lain dalam

    pencapaian tujuan karir.

    6. Menyediakan pembimbing karir

    Pembimbingan karir berfokus pada pengarahan karir dan nasihat

    pengembangan. Pembimbing karir membantu karyawan membuat

    perencanaan dalam 1-5 tahun ke depan yang dapat menuntun karir

    karyawan dalam perusahaan. Dasar rencana pembangunan pada

    keterampilan karyawan dibutuhkan dalam kesuksesan perusahaan

    7. Merencanakan pelatihan perencanaan karir

    Pelatihan perencanaan karir merupakan kegiatan pembelajaran

    yang direncanakan dimana pesertanya diharapkan dapat terlibat aktif,

    menyelesaikan kegiatan perencanaan karir, dan berpastisipasi dalam

    pelatihan keterampilan karir. Tiga aktivitas utamanya adalah penilaian

    diri, penilaian lingkungan, dan penetapan sasaran dan perencanaan

    tindakan.

    8. Menyediakan program yang terkomputerisasi secara online dan offline

    untuk meningkatkan proses perencanaan karir.

  • 21

    9. Fisrt USA Bank memiliki program yang dinamakan program Opportunity

    Knock.

    Tujuan program tersebut adalah untuk membantu karyawan

    menjelaskan tujuan karir mereka dan mencapainya dalam perusahaan.

    Untuk pelatihan pengembangan karir dan mendukung adanya tindak

    lanjut, First USA Bank melengkapi fasilitas pengembangan karir spesial di

    tempat kerja yang dapat digunakan pada saat jam kerja. Hal ini

    termasuk materi mengenai penilaian karir dan alat perencanaan. (Desler,

    2005, p355)

    2.2.3 Penilaian kinerja (Performance Appraisal)

    Penilaian kinerja adalah sistem formal dalam mengevaluasi kinerja

    individu atau kerja tim (Mondy,2010, p239)

    Adapun beberapa manfaat penilaian kinerja:

    1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

    Dengan penilaian kinerja dapat mengetahui kekurangan karyawan yang

    harus disiapkan dalam manajemen. Perencanaan manajemen sukses

    menjadi perhatian utama pada seluruh perusahaan. Sistem penilaian yang

    baik akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan SDM suatu organisasi

    2. Perekrutan dan seleksi

    Evaluasi kinerja dengan pemberian peringkat dapat membantu dalam

    memperkirakan kinerja dari calon karyawan

    3. Pelatihan dan pengembangan

    Jika supervisor lini pertama mengalami kesulitan untuk mengelola tindakan

    disiplin, sesi pelatihan merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah

    ini. Dengan mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang mempengaruhi

  • 22

    kinerja, program pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan untuk

    mengembangkan kekuatan individu dan meminimalkan kekurangan mereka.

    4. Perencanaan dan pengembangan karir

    Perencanaan karir merupakan proses berkelanjutan dimana karyawan

    menentukan tujuan karirnya dan mengidentifikasi cara mencapainya.

    Penilaian kinerja dilakukan untuk menentukan kekuatan, kelemahan, dan

    potensi karyawan. Manajer dapat menggunakan sejumlah informasi untuk

    memberi nasihat kepada karyawan dan membantu mereka dalam

    mengembangkan dan melaksanakan rencana karir mereka.

    5. Program kompensasi

    Hasil dari penilaian kinerja merupakan dasar dalam penggajian. Untuk

    mendorong terciptanya kinerja yang baik, perusahaan harus merancang dan

    mengimplementasikan sistem penilaian kinerja yang reliabel dan memberi

    penghargaan kepada karyawan dan tim yang produktif.

    6. Hubungan internal karyawan

    Data penilaian kinerja juga digunakan dalam hubungan internal karyawan

    termasuk promosi, penurunan pangkat, PHK, dan transfer.

    7. Penilaian potensi karyawan

    Perusahaan menilai potensi karyawan sebagaimana menilai kinerja mereka.

    Hal ini mendorong perusahaan memisahkan penilaian kinerja yang berfokus

    pada penilaian masa lalu dan penilaian potensi yang berorientasi pada masa

    depan.

    2.3. Kontrak psikologis

    Menurut Mathis dan Jackson (2006, p119) kontrak psikologis adalah harapan

    tidak tertulis para karyawan dan pemberi kerja tentang sifat hubungan kerja mereka.

  • 23

    Karena kontrak psikologis bersifat individual dan subjektif, ia fokus pada harapan-

    harapan akan keadilan yang mungkin tidak didefinisikan dengan jelas oleh para

    karyawan.

    Menurut McShane dan Glinow (2005, p129) kontrak psikologis merupakan

    kepercayaan individu mengenai syarat dan ketentuan dari persetujuan timbal balik

    antara suatu pihak dengan pihak lain.

    Menurut Millmore et al (2007, p448) kontrak psikologis merupakan harapan

    karyawan dan perusahaan sebagai tambahan di samping kontrak kerja resmi.

    Menurut Millmore et al (2007, p449) kontrak psikologis adalah persepsi dari

    dua pihak, karyawan dan perusahaan mengenai kewajiban mereka masing-masing.

    Menurut George dan Jones (2008, p248) kontrak psikologis adalah persepsi

    karyawan mengenai hubungan timbal balik dengan organisasi, hasil perjanjian yang

    akan disediakan perusahaan kepada karyawan, dan kontribusi yang diberikan

    karyawan kepada organisasi.

    Dapat disimpulkan bahwa kontrak psikologis merupakan harapan tidak tertulis

    karyawan dan perusahaan mengenai hubungan kerja yang disepakati.

    Kontrak psikologis yang efektif mengakui komponen-komponen berikut:

    Tabel 2.2 Komponen Kontrak Psikologis

    Pemberi kerja menyediakan: Karyawan menyumbangkan:

    Kompensasi dan tunjangan yang kompetitif

    Peluang pengembangan karir Fleksibilitas untuk

    menyeimbangkan kehidupan

    Pengembangan keterampilan yang terus menerus dan

    produktivitas yang meningkat

    Waktu yang pantas dengan organisasi

  • 24

    kerja dan keluarga Usaha ekstra ketika dibutuhkan Sumber : Mathis dan Jackson (2006, p119)

    Perbedaan kontrak psikologis yang lama dan kontrak psikologis baru

    Tabel 2.3 Perbedaan kontrak psikologis lama dan kontrak psikologis baru

    Karakteristik Kontrak Psikologis Lama Kontrak Psikologis Baru

    Fokus pada hubungan

    karyawan

    Keamanan dan karir jangka

    panjang pada perusahaan

    Employability yang didorong

    oleh perubahan hubungan

    kerja yang akan datang

    Format Terstruktur dan dapat

    diperkirakan/prediksi

    Fleksibel dan tidak dapat

    diprediksi

    Lama waktu Permanen Fleksibel

    Prinsip dasar Dipengaruhi oleh tradisi Dikendalikan oleh kekuatan

    pasar

    Hasil yang diinginkan Loyalitas dan komitmen Nilai tambah

    Tanggungjawab perusahaan Jumlah hari kerja yang sama

    untuk semua pihak

    Upah yang tinggi untuk

    kinerja yang tinggi

    Tanggungjawab karyawan Kinerja yang baik dalam

    pekerjaannya

    Membuat perbedaan dalam

    organisasi

    Input dari perusahaan Pendapatan tetap dan karir Kesempatan pengembangan

    diri

    Input dari karyawan Waktu dan upaya Pengetahuan dan

    keterampilan

    Sumber: Millmore et al, 2007, p449

  • 25

    Berikut ini komitmen karyawan dan perusahaan dalam kontrak psikologis

    Tabel 2.4 Komitmen karyawan dan perusahaan dalam kontrak psikologis

    Employees promise to Employers promise to provide

    Work hard Pay commensurate with performance

    Uphold company reputation Opportunities for training and development

    Maintain high levels of attendance and

    punctuality

    Opportunities for promotion

    Show loyalty to the organisation Recognition for innovation

    Work extra hours whrn required Feedback on performance

    Develop new skills and update old ones Interesting tasks

    Be flexible, for example by taking on a

    colleagues work

    An attractive benefits package

    Be courteous to clients and colleagues Respectful treatment

    Be honest Reasonable job security

    Come up with new ideas A pleasant and safe working environment

    Sumber: Millmore et al, 2007, p453

    2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrak psikologis

    Seseorang dapat mengetahui kontak psikologis dengan menggabungkan

    informasi dari berbagai sumber untuk mengetahui apa yang mereka harapkan dan

    apa yang karyawan harapkan dari perusahaan. Sumber informasi yang dapat

    digunakan adalah dengan komunikasi langsung dengan teman kerja dan

    supervisor, observasi mengenai hal umum perusahaan termasuk bagaimana

    perlakuan karyawan dan bagaimana diperlakukan, dan dokumen tertulis.

    Komunikasi langsung

  • 26

    Kontrak psikologis dapat membentuk calon karyawan bahkan sebelum

    bergabung dengan perusahaan. Dan pada saat karyawan di tempat kerja,

    mereka tetap melakukan komunikasi langsung dengan anggota organisasi

    yang membentuk dasar kontrak psikologis mereka. Untuk memberikan

    motivasi, kepuasan kerja, dan retensi karyawan, organisasi sebaiknya

    menyediakan realistic job preview (RJP). Realistic job preview adalah penilaian

    jujur mengenai keuntungan dan kerugian dari suatu pekerjaan dan bekerja di

    suatu organisasi. RJP memberikan peluang kepada karyawan untuk membuat

    keputusan dan membentuk harapan yang realistis dan kontrak psikologis yang

    lebih akurat.

    Observasi Adanya pepatah Tindakan lebih banyak bicara daripada kata-kata

    akan teruji kebenarannya dengan adanya kontrak psikologis. Karyawan akan

    mengamati bagaimana mereka diperlakukan, bagaimana teman kerjanya

    diperlakukan, keputusan apa yang dibuat dan dengan cara apa, bagaimana

    sikap manajer mereka, dan bagaimana mendistribusikan suatu hasil dalam

    organisasi untuk membentuk kontrak psikologis mereka.

    Dokumen tertulis Dokumen tertulis juga digunakan dalam membentuk kontrak psikologis.

    Seperti, dokumen yang menjelaskan mengenai kompensasi dan kebijakan,

    proses penilaian kinerja, dan pengembangan karir merupakan dasar dalam

    membentuk kontrak psikologis.

  • 27

    Direct communicationDuring interview of prospective employeesOn-the-job information from co-workers and supervisors

    ObservationHow employees behave and how they are treated by the organizationThe nature of, and manner in which, important decisions are made

    Written documentsEmployee handbooks, organizational policies, human resource documentsCompany Web site

    Psychological contractPerceived exchange relationship between an employee and organizationIncludes reciprocal promises and obligations

    Gambar 2.2 Determinants of Psychological Contracts

    Sumber: George dan Jones,2008, p248

    Menurut Newton et al (2008) ada 6 dimensi dalam kontrak psikologis

    yaitu:

    1. Jangka waktu

    Dimensi jangka waktu dalam kontrak psikologis dipandang sebagai suatu

    pekerjaan jangka panjang. Perusahaan berkomitmen untuk menyediakan

    keselamatan dan keamanan bagi pekerja sehingga akan merasa terjamin bekerja

    di perusahaan, menghindari pemberhentian dan jika ada hal buruk akan

    menyediakan pilihan pekerjaan lain sehingga perusahaan akan berusaha untuk

    mempekerjakan karyawannya. Dalam hubungan jangka panjang, perusahaan dan

    pekerja harus memiliki komitmen dalam bekerja.

    2. Lingkup

    Dimensi lingkup mengacu pada sejauh mana hubungan pekerjaan dengan bagian

    lain dari kehidupan misalnya menghargai apa yang pekerja kerjakan dan sebagai

    seorang manusia, tidak hanya peduli pada hasil akhir kerjanya namun juga

    memperhatikan upaya yang telah disumbangkan dalam bekerja, memperlakukan

  • 28

    pekerja sebagai seseorang bukan dilihat dari jumlahnya saja, dan

    memperbolehkan karyawan untuk menjadi diri mereka sendiri dalam bekerja.

    3. Fokus

    Dimensi fokus pada kontrak psikologis merujuk pada ekonomi relatif dan sosio-

    emosional. Fokus diarahkan kepada materi dan hadiah moneter yang diberikan

    perusahaan. Kontrak psikologis ditujukan pada hubungan saling percaya,

    menghormati, peluang pengembangan yang merupakan fokus dalam sosio-

    emosional. Kontrak psikologis dapat berjalan baik dengan disediakan materi untuk

    dapat bekerja dengan baik dan mengutamakan kejujuran walaupun dapat merusak

    hubungan.

    4. Tangibility

    Tangibility mengacu pada keterbukaan dari kontrak psikologis terhadap

    tingkat pemahaman pekerja untuk mendefinisikan batas, istilah, dan harapan

    hubungan dengan perusahaan. Yang penting adalah kontrak tersebut tidak ambigu

    oleh pihak ketiga. Pekerja mengetahui kriteria dalam penilaian pekerjaan yang

    digunakan perusahaan. Semakin spesifik dalam mendeskripsikan hak dan

    kewajiban pekerja, semakin kecil kemungkinan pekerja melampaui persyaratan

    minimum pekerjaan.

    5. Stabilitas

    Dimensi stabilitas dalam kontrak psikologis mengacu pada sejauhmana kontrak

    yang telah dibuat bersifat konstan atau statis. Baik kontrak yang tertulis dan lisan

    merupakan kontrak yang sah.

    2.3.2. Jenis-jenis kontrak psikologis

    Menurut George dan Jones (2008, p249)ada 2 macam kontrak psikologis:

    1. Kontrak transaksional /Transactional contracts

  • 29

    Kontrak transaksional cenderung memiliki jangka waktu yang pendek,

    sangat spesifik, fokus pada hal yang lebih sempit, dan relatif fleksibel. Jika

    salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja, akan dapat ditemukan

    penggantinya. Pada kontrak transaksional, karyawan fokus utamanya adalah

    gaji.

    2. Kontrak relasional /Relational contracts

    Kontrak relasional merupakan jangka panjang, lebih umum, dan

    berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu. Komitmen antara karyawan

    dan perusahaan merupakan komitmen yang saling menguntungkan.

    Gambar 2.3 Tipe Kontrak Psikologis

    Sumber: George dan Jones, 2008, p250

    Tabel 2.5 Perbedaan Kontrak Psikologis Transaksional dan Relaisional

    Karakteristik kontrak Kontrak transaksional Kontrak relasional

    Fokus Ekonomi Ekonomi dan sosioemosional

    Jangka waktu Tertutup dan jangka pendek Terbuka dan terbatas

    Stabilisasi Statis Dinamis

    Cakupan Sempit Luas

    Wujud Memiliki wujud Bersifat subjektif

    Sumber: McShane dan Glinow (2005, p129)

  • 30

    Ketika kontrak psikologis yang telah disepakati tidak dipenuhi oleh perusahaan,

    motivasi dan kinerja karyawan akan menurun serta membuat emosi dan suasana hati

    karyawan menjadi buruk, reaksi yang negatif, tidak puas dengan pekerjaannya dan

    mencari pekerjaan lain, bahkan akan membuat kegaduhan dan kekacauan pada

    perusahaan ( George dan Jones, 2008, pp248-252).

    2.4. Keterlibatan karyawan

    Pelibatan karyawan merupakan proses partisipasi yang menggunakan seluruh

    kapasitas karyawan dan yang dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen

    demi kesuksesan organisasi (Robbins,2006, p268).

    Menurut Robbins yang dikutip oleh Istijanto (2005, p202) Keterlibatan

    karyawan dalam pekerjaan adalah tingkat saat karyawan di perusahaan bersedia

    bekerja. Seseorang yang berkeinginan bekerja keras dikatakan memiliki keterlibatan

    yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang tidak berkeinginan bekerja keras termasuk

    karyawan berketerlibatan rendah. Karyawan memiliki keterlibatan kerja tinggi

    memberikan usaha-usaha terbaik dalam pekerjaannya, termasuk memberikan lebih

    banyak daripada yang disyaratkan pekerjaanya.

    Perusahaan tertentu sangat mengharapkan karyawannya memiliki keterlibatan

    kerja tinggi. Keterlibatan ini tercermin dalam pengabdian karja karyawan yang lebih

    mementingkan perusahaan daripada kepentingan pribadi. Karyawan merasa terlibat

    dalam perusahaan memiliki kepedulian tinggi terhadap perusahaan. Keterlibatan

    karyawan terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sikap terhadap

    pekerjaan, dukungan rekan, dan lingkungan pekerjaan lain.

    Keterlibatan (engagement) merupakan kombinasi hasil dari komitmen

    karyawan dan fokus/arahan organisasi dalam menjalankan pekerjaan secara tepat.

    Karyawan yang memiliki keterlibatan akan membantu, memperjuangkan dan menolong

  • 31

    perusahaan mencapai kesuksesan organisasi dan memahami bagaimana langkah yang

    diperlukan untuk mencapainya (http://ilmusdm.wordpress.com/2007/11/27/hasil-

    survey-pentingnya-pengelolaan-talenta-talent-management/)

    Chartered Institute and Development (CIPD) mengartikan keterlibatan

    karyawan sebagai rangkaian proses yang dirancang untuk memberi dukungan,

    pemahaman dan sumbangsih optimal dari seluruh karyawan dalam organisasi dan

    komitmen mereka terhadap sasaran organisasi; dan partisipasi karyawan sebagai

    proses keterlibatan karyawan yang dirancang untuk memberi peluang bagi karyawan

    untuk mempengaruhi dan di mana cocok mengambil bagian dalam pengambilan

    keputusan atas hal-hal yang mempengaruhi mereka. Partisipasi dan keterlibatan

    karyawan dalam proses pengambilan keputusan jelas mengandung nilai demokrasi

    (industrial). Karyawan termasuk bawahan memiliki kebebasan yang lebih besar untuk

    memilih dan mengontrol dalam batas tanggung jawabnya. (Nangoi, 2004)

    Karyawan yang terlibat merupakan seseorang yang dengan ikhlas dan senang

    memberikan masukan yang berarti untuk perushaan (Irvine, 2009).

    Menurut Seijts dan Crim (2006), karyawan yang terlibat adalah orang yang

    sepenuhnya terlibat dan antusias akan pekerjaannya.

    Menurut G.J.Blau dan K.R.Boal yang dikutip oleh Robbins (2006, p94),

    keterlibatan kerja mengukur derajat sejauh mana seseorang secara psikologis

    mengaitkan dirinya ke pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya sebagai hal

    penting bagi harga diri. Karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi

    dengan kuat mengaitkan dirinya ke jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli

    dengan jenis kerja itu.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa keterlibatan karyawan adalah partisipasi

    karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan ikhlas memberikan masukan

    untuk kemajuan perusahaan.

  • 32

    Gallup Organization, sebuah lembaga riset telah merancang sebuah instrumen

    dalam engagement yang disebut GallUps Hierarchy of Engagement Model dimana

    terdapat 12 pertanyaan inti dengan 4 komponen di dalamnya yaitu:

    1. Kebutuhan dasar

    Saya mengetahui apa yang perusahaan harapkan dari saya dalam pekerjaan Saya memiliki materi dan perlengkapan untuk melakukan pekerjaan saya

    dengan baik

    2. Dukungan manajemen

    Saya memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik setiap hari Pada tujuh hari terakhir, saya mendapat pengakuan atau pujian dalam

    melakukan pekerjaan dengan baik

    Atasan saya atau seseorang dalam perusahaan peduli kepada saya Terdapat seseorang dalam perusahaan yang mendorong saya untuk

    berkembang

    3. Kerja tim

    Dalam pekerjaan, pendapat saya ikut didengar Misi atau tujuan perusahaan membuat saya merasa bahwa pekerjaan saya

    penting

    Sesama teman kerja saya berkomitmen untuk melakukan pekerjaannya dengan baik

    Saya memiliki teman baik di tempat kerja 4. Pengembangan

    Dalam enam bulan terakhir, seseorang memberitahukan perkembangan saya Dalam tahun belakangan ini, saya memiliki kesempatan untuk belajar dan

    berkembang. (Harris, 2006)

  • 33

    2.4.1. Program Keterlibatan Karyawan

    Program keterlibatan karyawan adalah suatu program formal yang

    membolehkan karyawan berpartisipasi dalam merumuskan keputusan pekerjaan

    yang penting atau dalam mengawasi semua atau sebagian aktivitas kerja mereka

    sendiri. (Dessler,2004, p268)

    Berdasarkan pendapat Robbins (2006, p268) ada 4 ragam pelibatan

    karyawan yaitu :

    1. Manajemen Partisipatif

    Manajemen partisipatif merupakan proses dimana bawahan berbagi

    kekuasaan dalam pengambilan keputusan sampai derajat yang tertentu atasan

    langsungnya. Manajemen partisipatif itu bersifat imperatif (keharusan) etis.

    Tetapi manajemen partisipatif tidaklah tepat untuk semua organisasi atau

    semua unit kerja. Agar berhasil, harus ada waktu yang memadai untuk

    berpartisipasi, isu-isu dimana para karyawan harus mempunyai kemampuan

    (kecerdasan, pengetahuan teknis, keterampilan komunikasi) untuk

    berpartisipasi, dan budaya organisasi harus mendukung pelibatan karyawan.

    Manajemen menginginkan berbagi kekuasaan dalam pengambilan

    keputusan dengan bawahan karena dengan makin rumitnya pekerjaannya,

    manajer akan terbantu dengan partisipasi karyawan yang mengetahui lebih

    banyak untuk menyumbangkan idenya. Saling ketergantungan dalam tugas-

    tugas yang sering dilakukan karyawan juga menuntut konsultasi dengan

    orang-orang dalam departemen dan unit-unit kerja lain. Ini meningkatkan

    kebutuhan akan tim, komite, dan pertemuan kelompik untuk memecahkan isu-

    isu yang memengaruhi mereka secara bersama. Partisipasi juga dapat

    meningkatkan komitmen terhadap keputusan dan lebih menarik dan bermakna

    dalam melakukan suatu pekerjaan.

  • 34

    2. Partisipasi Representatif

    Partisipasi representatif adalah pekerja-pekerja berpartisipasi ke dalam

    pengambilan keputusan organisasional melalui kelompok kecil yang mewakili

    karyawan. Sasaran partisipasi representatif adalah untuk mendistribusi-ulang

    kekuasaan organisasi, dengan menempatkan buruh ke kedudukan yang lebih

    sejajar dengan pihak manajemen dan pemegang saham.

    Dua bentuk paling lazim dari partisipasi representatif adalah dewan kerja

    dan wakil-wakil dewan. Dewan kerja (work council) berupa kelompok-

    kelompok karyawan yang dinominasi atau dipilih sebagai teman konsultasi bila

    manajemen mengambil keputusan yang melibatkan karyawan. Wakil-wakil

    dewan (board representatives) adalah karyawan yang duduk di dewan direktur

    perusahaan dan mewakili kepentingan para karyawan.

    3. Lingkaran Mutu

    Lingkaran mutu adalah kelompok kerja yang terdiri dari karyawan dan

    supervisor yang bertemu secara teratur untuk membahas masalah-masalah

    kualitas mereka, menyelidiki sebab-sebab, merekomendasikan penyelesaian,

    dan mengambil tindakan korektif. Tinjauan ulang menyatakan bahwa lingkaran

    mutu jauh lebih besar kemungkinannya mempengaruhi produktivitas secara

    positif.

    Dalam banyak kasus, satu-satunya keterlibatan karyawan yang berarti

    adalah mendanai program. Jadi lingkaran mutu menjadi cara yang mudah bagi

    manajemen untuk ikut serta dalam kampanye pelibatan karyawan. Dan

    sayangnya, kurangnya perencanaan dan komitmen manajemen puncak sering

    ikut berperan dalam kegagalan lingkaran mutu.

  • 35

    Gambar 2.4 Tahapan Pengoperasian Lingkaran Mutu

    Sumber: Robbins,2006, p271

    4. Rencana Kepemilikan Saham Karyawan

    Rencana kepemilikan saham karyawan (ESOPs-Employee Stock

    Ownership Plans) merupakan tunjangan yang dicanangkan oleh perusahaan

    dimana karyawan memperoleh saham sebagai bagian dari tunjungannya.

    Dalam ESOP yang lazim, diciptakan perwalian (trust) kepemilikan saham

    karyawan. Perusahaan menyumbangkan baik saham maupun uang tunai untuk

    membeli saham demi perwalian itu dan mengalokasikan saham itu ke para

    karyawan. Meski para karyawan memiliki sahm perusahaan mereka, biasanya

    mereka tidak dapat menyimpan saham itu secara fisik atau menjual saham itu

    selama mereka masih bekerja di perusahaan itu.

  • 36

    Berdasarkan pendapat Madura (2007, pp29-35) bahwa perusahaan

    dapat menggunakan berbagai metode yang memberikan keterlibatan dan

    tanggung jawab bagi karyawan, yaitu :

    1. Perluasan Karyawan

    Perluasan pekerjaan (job enlargement) merupakan program untuk

    mengembangkan/memperluas pekerjaan yang diberikan kepada karyawan.

    2. Rotasi Kerja

    Rotasi kerja (job rotation) adalah program yang memperbolehkan

    satu rangkaian karyawan untuk secara periodik menggilir pekerjaannya.

    Sebagai contoh seorang karyawan melaksanakan lima penugasan yang

    berbeda pada tiap periode lima-mingguan.

    3. Pemberdayaan dan Manajemen Partisipatif

    Permberdayaan (empowerment) merupakan pemberian wewenang

    kepada karyawan untuk mengambil lebih banyak keputusan. Pemberian

    wewenang lebih spesifik dibanding dengan perluasan pekerjaan

    (enlargement) karena berfokus pada peningkatan wewenang. Pemberian

    wewenang akan memotivasi karyawan yang akan merasa puas jika

    mereka mendapat wewenang lebih banyak dan mereka juga berada pada

    posisi yang lebih baik untuk mengambil keputusan atas tugas-tugas yang

    harus mereka lakukan dibanding para pengawas yang tidak langsung

    terlibat dengan tugas tersebut.

    Pemberian wewenang berhubungan dengan manajemen partisipatif,

    dimana karyawan diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam berbagai

    keputusan. Sebagai contoh, suatu program dimana individu karyawan

    dimintai saran atas pemotongan biaya atau peningkatan kualitas. Dan

  • 37

    manajer diminta untuk memeriksa saran-saran ini dan menanggapinya

    dalam beberapa hari.

    Bentuk populer dari manajemen partisipasi adalah manajemen

    berdasarkan tujuan (management by objectives - MBO), dimana karyawan

    diizinkan untuk berpartisipasi dalam menentukan tujuan mereka dan

    memutuskan cara yang digunakan untuk mencapai tugas-tugas mereka.

    4. Kerjasama tim

    Kerjasama tim (teamwork) adalah kelompok karyawan yang terdiri

    dari berbagai posisi pekerjaan, memiliki tanggung jawab untuk mencapai

    suatu tujuan khusus.

    5. Manajemen Terbuka

    Bentuk lain dari keterlibatan karyawan adalah manajemen terbuka

    yang mendidik karyawan untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan

    dan membuat mereka memberikan penilaian atas tingkat kinerja mereka

    sendiri secara periodik.

    Manajemen terbuka memiliki tiga karakteristik yang berbeda, yakni :

    a. Perusahaan mendidik semua karyawannya pada pengukuran kinerja

    perusahaan yang penting yang memengaruhi keuntngan dan nilai

    perusahaan, dan menjamin ukuran kinerja ini terbuka lebar bagi

    karyawan sepanjang waktu.

    b. Karena karyawan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan,

    mereka terlatih untuk memahami bagaimana hasil dari keputusan

    mereka akan memengaruhi keseluruhan kinerja perusahaan.

    c. Karyawan diberi beberapa lembar saham sehingga mereka aalah

    karyawan sekaligus pemegang saham. Hal ini menekankan fokus

    mereka pada pengambilan keputusan yang dapat mendorong nilai

  • 38

    perusahaan dan kemudian harga sahamnya. Lebih jauh, perusahaan

    akan memberikan kenaikan gaji tahunan hanya kepada karyawan yang

    membantu meningkatkan kinerja perusahaan.

    2.4.2. Mengukur Indeks Keterlibatan Karyawan

    Employee Engagement Index (EEI) merupakan suatu alat yang membantu

    manajemen untuk mengetahui masalah mendesak yang dihadapi karyawan sehingga

    untuk menanggapi hal tersebut manajemen akan memanggil karyawan tersebut.

    EEI = Jumlah karyawan yang puas x 100% Jumlah responden

    (Magic Numbers for Human Resource Management, p80)

    2.5. Produktivitas Kerja

    Menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008, p156) produktivitas kerja adalah hasil

    konkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu ataupun kelompok, selama satuan waktu

    tertentu dalam suatu proses kerja.

    Menurut Greeberg yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008, p157)

    mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antar totalitas pengeluaran pada

    waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

    Dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan nilai hasil perbandingan

    seluruh pengeluaran yang digunakan dibanding seluruh pemasukan yang digunakan

    selama suatu periode.

    Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (BPPD) yang dikutip oleh

    Soedarmayanti (2001, p71) ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas

    tenaga kerja, yaitu:

  • 39

    1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work)

    dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim

    2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam manajemen

    supervisi serta keterampilan dalam teknik industri

    3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha

    bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan

    produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles)

    4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan

    sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas

    5. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

    6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam

    berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha.

    Selain itu, terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas

    kerja, di antaranya adalah:

    1. Sikap mental, berupa:

    a. Motivasi kerja

    b. Disiplin kerja

    c. Etika kerja

    2. Pendidikan

    Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan

    mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti

    pentingnya produktivitas. Pendidikan di sini dapat berarti pendidikan formal

    maupun non formal.

    3. Keterampilan

  • 40

    Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih

    mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik, pegawai akan

    menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang

    cukup.

    4. Manajemen

    Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang

    diterapkan oleh pemimpin untuk mengelola atau memimpin serta mengendalikan

    bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat

    yang lebih tinggi sehingga akan mendorong pegawai untuk melakukan tindakan

    produktif.

    5. Tingkat penghasilan

    Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan

    konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk

    meningkatkan produktivitas.

    6. Gizi dan kesehatan

    Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat,

    maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang tinggi

    maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

    7. Jaminan sosial

    Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya

    dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila

    jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan

    kerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk

    meningkatkan produktivitas kerja.

    8. Lingkungan dan iklim kerja

  • 41

    Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar

    senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan

    pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.

    9. Kesempatan berprestasi

    Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau

    pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya

    maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka

    akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta

    pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.

    Yuniarsih dan Suwatno (2008, p159) mengelompokkan faktor yang

    memengaruhi produktivitas menjadi dua, yaitu :

    1. Faktor Internal

    a. Komitmen kuat terhadap visi dan misi institusional

    b. Struktur dan desain pekerjaan

    c. Motivasi, disiplin, dan etos kerja yang mendukung ketercapaian target

    d. Dukungan sumber daya yang bisa digunakan untuk menunjang kelancaran

    pelaksanaan tugas

    e. Kebijakan perusahaan yang bisa merangsang (trigger) kreativitas dan inovasi

    f. Perlakuan menyenangkan yang bisa diberikan pimpinan dan/atau rekan kerja

    g. Praktik manajemen yang diterapkan oleh pimpinan

    h. Lingkungan kerja yang ergonomis

    i. Kesesuaian antara tugas yang diemban dengan latar belakang pendidikan,

    pengalaman, minat, keahlian, dan keterampilan yang dikuasai

    j. Komunikasi inter dan antar individu dalam membangun kerja sama

    2. Faktor Eksternal

  • 42

    a. Peraturan perundangan, kebijakan pemerintah, dan situasi politis

    b. Kemitraan (networking) yang dikembangkan

    c. Kultur dan mindset lingkungan di sekitar organisasi

    d. Dukungan masyarakat dan stakeholders secara keseluruhan

    e. Tingkat persaingan

    f. Dampak globalisasi

    Produktivitas kerja merupakan sinergi dari semua faktor yang terbentuk pada

    empat level yaitu:

    1. Pada level keempat (tertinggi), yang berpengaruh terhadap produktivitas secara

    langsung adalah efektivitas (performance) dan efisiensi (penggunaan sumber

    daya)

    2. Pada level ketiga, terdiri atas keterampilan (skills), motivasi, metoda, dan biaya

    3. Pada level kedua, terdiri atas kepemimpinan (leadership), iklim organisasi

    (climate), insentif, jadwal kerja (schedule), struktur organisasi, teknologi, dan

    material

    4. Pada level pertama, terdiri dari kecakapan (ability), gaya (style), pelatihan

    (training), pengetahuan (knowledge), kondisi fisik, rekan kerja, bentuk tugas

    (job design), tujuan (goal), kebijakan, standar, perlengkapan, dan kualitas. (Paul

    Mali yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno,2008, p160)

    Produktivitas kerja bukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya

    namun memperhatikan kualitas kerja yang dihasilkan. Produktivitas dapat dilakukan

    dengan meningkatkan output, mengurangi input, atau keduanya. Joel Ross yang

    dikutip oleh Hersey et al (2008, p235) mengemukakan bahwa output dapat

    ditingkatkan dengan pelayanan yang baik, kualitas tinggi, pemasaran yang baik,

  • 43

    perbaikan distribusi yang dapat memberi nilai tambah dan inovasi produk sehingga

    penjualan/ pendapatan meningkat dan menyebabkan output meningkat. Selain itu,

    dengan pelatihan, penggunaan yang baik, manajemen persediaan mampu mengurangi

    pengeluaran personalia, pengeluaran peralatan, dan pengeluaran bahan baku sehingga

    sumber daya dan input juga menurun.

    2.6. Buruh dan Karyawan

    2.6.1 Buruh

    Buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan

    kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara jasmani

    maupun rohani.

    Pada dasarnya buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar:

    Buruh profesional, biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

    Buruh kasar, biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja.

    Buruh pada dasarnya hanya menunjuk kepada tenaga kerja di bidang

    industri dan jasa. Di bidang pertanian, tenaga kerja tidak lazim disebut sebagai

    buruh. (http://id.wikipedia.org/wiki/Buruh)

    2.6.2 Karyawan

    Karyawan dari kata dasar "karya" berarti pekerja, seringkali di sebuah pabrik

    atau kantor besar. Oleh pemerintah Orde Baru kata ini digunakan untuk

    menggantikan istilah buruh yang sejak 1965 ditabukan di Indonesia. (

    http://id.wikipedia.org/wiki/Karyawan)

  • 44

    2.7. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

    Berikut ini adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang dipandang relevan

    dengan penelitian sebagai berikut:

    1. Anonymous (2009) hasil penelitian tentang Employee Engagement in Hong

    Kong ditemukan bahwa berdasarkan penelitian di Hongkong dapat diketahui

    bahwa karyawan dengan keterlibatan yang tinggi memiliki kinerja dan tingkat

    kehadiran yang lebih baik serta adanya kesediaan untuk berbagi pengetahuan

    dibandingkan dengan karyawan yang keterlibatannya rendah. Selain itu,

    karyawan dengan keterlibatan yang tinggi akan mendapatkan kesempatan untuk

    berkembang. Mereka akan berdiskusi mengenai karir dengan supervisor mereka

    dan karyawan-karyawan tersebut juga tahu jalur karir bagaimana yang terbuka

    untuk mereka dan apa yang harus dilakukan agar dapat berkembang.

    2. Lee, Yi-Hsuan (2005) hasil penelitian tentang Needs Assessment For Career

    Development Programs In The Taiwan Power Company (TPC) ditemukan

    bahwa: dengan membangun suatu sistem pengembangan karir dapat

    berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan karyawan dan dapat lebih

    meingkatkan produktivitas dan kinerja. Tingkat komitmen organisasi dapat

    meningkatkan jika persepsi karir karyawan juga meningkat.

    3. Mc Ginty,Toppin dan Lisa (2006) hasil penelitian tentang Defining the

    psychological contract of the virtual worker: Implications for the human resource

    professional ditemukan bahwa komponen yang penting pada pekerja virtual

    adalah kemampuan untuk bekerja secara virtual dan fleksibilitas untuk

    mengelola kebutuhan hidup dan keluarga. Mereka akan memberikan loyalitasnya

    pada perusahaannya dengan produktivitas yang tinggi dan keinginan mereka

  • 45

    untuk bekerja pada perusahan. Namun jika kontrak psikologis tidak terpenuhi,

    mereka tidak akan peduli pada loyalitasnya.

    4. DelCampo, Robert G. dan Donna Maria Blancero (2008) hasil penelitian

    tentang Perceptions of psychological contract fairness of Hispanic professionals

    ditemukan bahwa dengan memberdayakan pekerja Hispanic dan memberikan

    sumber daya kerja untuk meyakinkan bahwa mereka bernilai bagi perusahaan,

    hasil pekerja seperti produktivitas dan kepuasan dapat meningkat.

    5. Irvine, Derek (2009) hasil penelitian tentang Employee Engagement: What It Is

    and Why You Need It ditemukan bahwa keterlibatan karyawan menjadi jawaban

    untuk meningkatkan semangat, meningkatkan produktivitas, dan mendapatkan

    keunggulan kompetitif sebagai akibat resesi yang terjadi. Penelitian yang

    dilakukan pada Towers Perrin menemukan bahwa karyawan yang terlibat dapat

    meningkatkan pendapatan operasi perusahaan sebesar 19% dibandingkan

    perusahaan dengan keterlibatan karyawan yang rendah yang akan menurunkan

    pendapatan operasi perusahaan sebesar 33%. Begitu pula halnya pada Watson

    Wyatt (WW) melaporkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dengan adanya

    keterlibatan karyawan yaitu adanya kenaikan pendapatan sebesar $95 juta dan

    perusahaan dengan keterlibatan karyawan yang tinggi akan meningkatkan

    produktivitas karyawan sebesar 26%, resiko turnover yang rendah, lebih mampu

    untuk menampilkan bakat, dan total pengembalian saham meningkat sebesar

    13% hingga 5 tahun terakhir. Keterlibatan karyawan tersebut akan lebih

    bermanfaat jika karyawan mengetahui kebutuhan dan tujuan perusahaan. Oleh

    sebab itu, sebaiknya manajer mengomunikasikan kebutuhan dan tujuan

    perusahaan agar karyawan juga dapat membantu mencapainya.

  • 46

    6. Little, Beverly dan Philip Little (2006) hasil penelitian tentang Employee

    Engagement: Conceptual Issues ditemukan bahwa karyawan yang memiki

    keterlibatan dalam perusahaan memiliki hubungan secara statistik dengan

    produktivitas, keuntungan, retensi karyawan, dan kepuasan konsumen dan tidak

    ada hubungan yang sama yang terlihat dalam organisasi tradisional pada

    umunmnya seperti kepuasan kerja.

    7. Harris, Louise Littler (2006) hasil penelitian tentang The Relationship of

    Leadership Communication to Employee Engagement And Intent to Stay

    menunjukkan bahwa komunikasi pemimpin yang efektif memiliki hubungan

    signifikan yang kuat pada loyalitas dan keterlibatan karyawan. Dan keterlibatan

    karyawan memiliki hubungan yang kuat dengan loyalitas.

    8. John Fleming (2009) hasil penelitian tentang From Gallup: Why engagement is

    essential? ditemukan bahwa:

    Karyawan yang secara emosional dan psikologis dekat pada organisasi akan memberikan kinerja yang lebih baik.

    Karyawan yang terlibat akan lebih inovatif, produktif dan menguntungkan, memberi hasil yang baik kepada pelanggan, tingkat kehadiran meningkat,

    minimnya kecelakaan, dan berkurangnya kerusakan dan kehilangan.

    Perusahaan yang melibatkan karyawan akan meningkatkan pendapatan 2,6 kali lebih cepat dibandingkan perusahaan yang tidak melibatkan karyawan.

    9. Trahant, Bill (2009) hasil penelitian tentang Driving Better Performance Through

    Continuous Employee Engagement ditemukan bahwa:

  • 47

    Karyawan yang terlibat dan antusias dapat dengan cepat berubah menjadi tidak terlibat ketika mereka menemukan adanya ketidaksesuaian

    kesepakatan pada saat perekrutan dengan realita yang terjadi.

    Karyawan yang terlibat juga akan lebih produktif dan inovatif dibanding karyawan yang tidak terlibat.

    Salah satu hal yang memiliki pengaruh besar yang dapat dilakukan manajer untuk mendorong dan melibatkan karyawan adalah dengan pengembangan

    karir.

    2.8 Kerangka Pemikiran

    Pengembangan Karir

    Kontrak Psikologis

    Keterlibatan Karyawan

    Produktivitas Karyawan

    T7

    T9

    T4

    T6

    T5

    T10

    T8

    Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

    Sumber: Penulis