2007 Yon pdf

147
ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR YONGKY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

description

Yon

Transcript of 2007 Yon pdf

Page 1: 2007 Yon pdf

ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS

GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: 2007 Yon pdf

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Januari 2007 Yongky NIM A561020051

Page 3: 2007 Yon pdf

ABSTRAK

YONGKY. Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir. Di bawah bimbingan: HARDINSYAH, GULARDI WIKNJOSASTRO, DADANG SUKANDAR Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. Studi dilakukan secara prospektif terhadap 638 ibu hamil usia 20-35 tahun di Puskesmas yang memiliki rumah bersalin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Data yang dikumpulkan mencakup sosial ekonomi keluarga, ukuran antropometrik ibu dan bayi, konsumsi gizi serta pengetahuan gizi ibu. Faktor–faktor yang menentukan pertambahan berat badan selama kehamilan, berat dan panjang bayi baru lahir, serta lingkar kepala bayi lahir dianalisis dengan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PJT 10.0% dan BBLR 5.8%, Prevalensi PJT lebih tinggi pada bayi dari ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (14.5%) dan ibu dengan status gizi kurus (12.3%). Prevalensi BBLR lebih tinggi pada ibu dengan status gizi rendah (8.3%) dan ibu dengan status gizi gemuk (11.8%).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) dan usia kehamilan (R2 = 0.23). Berat lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), status gizi ibu awal kehamilan (IMT) dan skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (R2 = 0.25). Panjang lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT) (R2 = 0.19). Ibu yang pra hamil perlu memperhatikan status gizi mulai awal kehamilan serta memberikan perhatian terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan karena akan terkait dengan gizi bayi yang akan dilahirkan.

Kata kunci: pertambahan berat kehamilan, berat bayi lahir rendah, pertumbuhan janin terhambat, status gizi, status sosial ekonomi.

Page 4: 2007 Yon pdf

ABSTRACT

YONGKY. Analysis of gestational weight gain of pregnant women by maternal socioeconomic and nutritional status and its relationship with weight of the newborn infants, the fetal weight and length of birth. Supervised by : HARDINSYAH, WIKNJOSASTRO GULARDI, and SUKANDAR DADANG.

The aims of the study are determining the prevalence of intra uterine growth retardation (IUGR) and low birth weight (LBW) infant among different social economic status (low SE and high SE) and maternal nutritional status-MNS (high risk, normal, overweight and obesity), and analyzing the effects of gestational weight gain (GWG) on the weight of the newborn infants. This study applied a prospective study design of 638 pregnant women aged 20-35 years, from of the selected health centers and maternal hospitals in urban areas of East Jakarta and Bekasi. Data collected include socioeconomic of family, anthropometric measurements, maternal nutrition knowledge (MNK). The relationship between variables were analyzed using Pearson Correlation test. The effects of gestational weight gain, gestational age, nutritional and socio-economic status on fetal growth were analyzed by a multiple linear regression.

The results showed that the prevalence of IUGR was 10.0% and LBW was 5.8%. The prevalence of IUGR was 14.5% for low SE higher than prevalence IUGR of high SE (6.7%); meanwhile the prevalence of IUGR was 12.3% for high risk nutritional status, higher than normal (9.9%), overweight (8.8%) and obesity (8.7%) MNS. The prevalence of LBW was 8.3% for low SE, higher than the prevalence of LBW of high SE (3.2%), and 11.8% for overweight, higher than high risk (8.5%) and normal (5.1%) MNS.

The GWG was positively correlated with SE status, mother body height and gestational age (GA) (R2 = 0.23). The Infant Birth Weight was positively correlated with GA, GWG, mother body height, MNS and MNK (R2=0.25). Infant body length was positively correlated with GA, body height, GWG, MNS (R2=0.19). This study suggests that increased awareness of maternal weight gain is critical to nutritional status of newborn infant and identifying infants at risk for IUGR and LBW.

Key words: gestational weight gain, low birth weight, intrauterine growth

retardation, nutritional status, social economic status

Page 5: 2007 Yon pdf

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy,mikrofilm,

dan sebagainya

Page 6: 2007 Yon pdf

ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL

BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 7: 2007 Yon pdf

LEMBAR PENGESAHAN Judul Disertasi : Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan

Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir.

Nama : Yongky

NIM : A561020051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Ketua

Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi GMK Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: ............................ Tanggal lulus: ...........................

Page 8: 2007 Yon pdf

PRAKATA

Sejak menjadi mahasiswa S1 sampai sekarang masalah kekurangan gizi tidak pernah hilang di negeri ini, hanya pemberitaannya dimedia masa hilang timbul. Pada waktu menjalani wajib kerja sarjana di desa, yang tidak perlu saya sebutkan namanya sehingga sekarang ini, sekali-sekali saya menemukan seseorang yang kekurangan gizi dengan berbagai macam latar belakang penyebabnya. Maka dengan melakukan penelitian ini akan memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi saya. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah mengambil bagian pada penyusunan disertasi ini. Pertama-tama saya ucapkan terima-kasih dan penghargaan yang tulus kepada tim pembimbing saya Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., sebagai ketua, Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. sebagai anggota atas waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan selama bimbingan dan menyelesaian disertasi ini. Ucapan terima-kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS. dan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. sebagai penguji luar komisi pada ujian prakualifikasi S3 yang memberikan masukan dan buku-buku untuk melengkapi disertasi saya ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Dr. Rimbawan selaku Pembimbing Akademik dan Dr. Clara Kusharto, M.Sc., atas bimbingannya selama saya mengikuti perkuliahan di Program Studi Gizi Masyarakat IPB. Kepada para dosen di lingkungan Departemen GMK FEMA IPB dan para rekan mahasiswa S3 program studi GMK FEMA IPB juga saya ucapkan terima-kasih atas masukkan yang berharga dan saran simpatik selama kolokium. Terima-kasih kepada civitas akademika lain yang ikut berperan selama kolokium yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih saya ucapkan kepada ibunda tercinta, Liana Alm. yang telah memberikan motivasi dan semangat serta berkorban menyekolahkan saya dengan menjual semua perhiasan yang dipunyai untuk biaya sekolah saya. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Koesmanto Setyonegoro Sp.KJ. yang telah memberi semangat kepada saya, dalam kata sambutannya pada pelepasan Spesialis Jiwa, dengan menyebut “Yongky kamu harus melanjutkan sekolah S3”, tetapi saya juga meminta maaf kepada beliau, karena saya tidak mengambil S3 dengan disiplin ilmu yang sama dengan beliau. Terima-kasih juga saya ucapkan kepada isteri saya bidan Hermien Hendrawati S.Si.T. yang tidak pernah menuntut saya praktek seperti dokter yang sesungguhnya, tidak pernah melarang dan tidak pernah menyuruh kepada saya untuk meneruskan sekolah sampai tingkat yang terakhir ini, hanya mengingatkan untuk mendahulukan biaya sekolah anak-anak saya yang sangat mahal. Kepada putra saya yang pertama Hans Tindo S.Kom. saya mengucapkan banyak terima-kasih, yang telah menyiapkan perangkat komputer dan membantu menuliskan disertasi ini dengan komputer, terutama gambar-gambar, yang tidak pernah diajarkan kepada saya dari sekolah yang formal seperti sekarang ini. Putra saya yang kedua Erwin Josh Tindo S.Ked. juga membantu dalam menuliskan disertasi ini dengan komputer.

Page 9: 2007 Yon pdf

Demikian pula putra saya yang ketiga Donny Rossi Tindo S.Ked. ikut serta dalam menuliskan disertasi ini terutama dalam mempersiapkan bahan presentasi. Kepada keponakan saya Cynthia Emanuel Manansang S.TP., M.Si., saya ucapkan banyak terima-kasih, sebetulnya dari dialah saya mendapat inspisrasi untuk melanjutkan sekolah ini. Pada waktu saya mendaftarkan dia di Fakultas Ilmu Pangan IPB. Kepada dr. Amir Hussein Anwar Sp.KJ., alm, sebagai mantan Direktur Rumah Sakit Marzuki Mahdi, saya ucapkan banyak terima-kasih atas ijin yang diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan S3 ini, karena pada waktu pertama kali wawancara dengan Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S.yang ditanyakan adalah surat izin dari atasan langsung. Kepada Ir. Suyedi Riswan, MM, staf pada UPF Elektromedik RS Marzuki Mahdi Bogor, yang pada waktu ini masih mahasiswa Program S3 di Program Studi Ilmu Kelautan IPB, mengajak saya kuliah di IPB dan sekaligus mendaftarkan saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ali Rahman, Ph.D, Direktur Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Izzurdin, dan Dr. Ir. Son Diamar MSc., yang merekomendasikan saya untuk kuliah di IPB.

Bapak dr. Hasmoro, Sp.An, MM, MHA, Direktur RSIA Hermina yang memberi tempat untuk penelitian disertasi ini, Bapak Yulizar, SE, MARS, yang membantu proses penelitian di RSIA Hermina, saya ucapkan terima kasih. Kepada Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi tempat penelitian dilakukan, juga saya ucapkan terima kasih. Kepada Dr. dr. A.J. Hukom Sp.KJ, Alm. terima kasih kepada beliau yang tak henti-hentinya memberi semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI. Kepada Dr. dr. Edith Humris Pleyte Sp.KJ, terima kasih kepada beliau yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan Validasi, Child Depression Inventory, sehingga timbul semangat saya untuk lebih cepat untuk menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI. Kepada semua staf dosen di FEMA IPB yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang ikut mendidik, memberi ilmu kepada saya, selama dalam mengikuti kuliah dan seminar-seminar, saya ucapkan banyak-banyak terima-kasih. Kepada teman-teman saya seangkatan, yang telah lulus lebih dahulu, Dr. Intje Picauly S.Pi, M.Si, dan Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si., yang membantu saya dalam menyajikan tugas makalah-makalah yang sangat banyak, sehingga pekerjaan kami sebagai Pegawai Negeri Sipil tak terganggu, kami ucapkan banyak terima-kasih. Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan studi ini, kami ucapkan banyak terima-kasih, Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik Bapak/Ibu/Sdr/i semuanya. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti pada pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2007 Yongky

Page 10: 2007 Yon pdf

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 Mei 1945, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Hardi Hartono dan Liana. Penulis

menikah dengan M. Hermien Hendrawati, S.Si.T. yang saat ini juga sedang

mengikuti program S2 bidang Kesehatan Masyarakat Reproduksi Universitas

Indonesia, dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Hans Tindo, S.Kom, Erwin Josh

Tindo, S.Ked, dan Donny R.Tindo, S.Ked.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (SD) di Surabaya tahun 1957,

menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP II Negeri, Surabaya

tahun 1960, melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAK Petra,

Surabaya tahun 1963. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan

Tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masuk 1965-1976. penulis

melanjutkan pendidikan Magister di Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, tahun 1985-1990. Penulis juga menempuh pendidikan

Magister Manajemen angkatan ke-VII di Univ. Indonusa Esa Unggul tahun 1997-

1999.(Jurusan Pemasaran) serta Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Universitas Respati Indonesia, tahun 2001 – 2004. Pendidikan Ilmu Perilaku

Sampai sat ini penulis telah mengikuti berbagai pelatihan, seminar dan

kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis juga pernah dianugerahi

penghargaan antara lain Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Tri

Windu dari Menkes dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 th.dari

Presiden RI Megawati Soekarnoputri.

Saat ini penulis masih bekerja sebagai dokter di RSMM Bogor, dan juga

aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi serta masih aktif sebagai

pembimbing mahasiswa praktek klinik di Program Studi Okupasi Terapi, U.I.

Page 11: 2007 Yon pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

PENDAHULUAN Latar belakang ........................................................................................... 1 Tujuan ........................................................................................................ 3 Hipotesis .................................................................................................... 4 Manfaat ....................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi ..................................................................................................... 5 Tanda- tanda Kehamilan ............................................................................ 7 Tahapan Pertumbuhan Janin ...................................................................... 9 Penilaian Umur Kehamilan pada Bayi yang Baru Dilahirkan .................. 17 Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ........................................ 18 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan .................. 19 Anemia penyebab dan pencegahannya....................................................... 21 Gizi dan kehamilan .................................................................................... 24 Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan......................... 26 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............................................................. 31 Pertumbuhan Janin Terhambat (Intra Uterine Growth Restriction) .......... 37 Dioksin dan kesehatan….…………………………..……………………... 47

KERANGKA PIKIR ........................................................................................ 53 METODE

Desain, lokasi dan waktu ........................................................................... 55 Contoh dan Penetapan Contoh .................................................................. 55 Metode dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 58 Pengolahan dan analisis data ..................................................................... 61 Definisi Operasional .................................................................................. 65

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Ibu Hamil ............................................................................. 68 Karakteristik Suami ................................................................................... 69 Status Gizi dan Konsumsi Gizi ................................................................. 70 Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan IMT ................................. 70 Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan LILA ............................... 72 Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan kadar Hb dan Ht darah .... 73 Konsumsi gizi ............................................................................................ 75 Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil ............................................ 78 Tinggi Fundus ............................................................................................ 81

Page 12: 2007 Yon pdf

ii

Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan ............................................ 82 Masalah kesehatan .............................................................................. 82 Riwayat kehamilan .............................................................................. 84 Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan ................................................ 88 Pengetahuan Gizi ................................................................................ 88 Perilaku Kesehatan .............................................................................. 91 Antropometri dan Masalah Gizi Bayi ....................................................... 95 Antropometri Bayi .............................................................................. 95 Prevalensi PJT...................................................................................... 98 Prevalensi BBLR dan PBLP ................................................................ 100 Nilai Ballard Bayi ...................................................................................... 101 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Ukuran Antropometrik Bayi ...................................................................... 104 Hubungan Status Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi ................................................................................... 106 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi ......................................................... 108 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ................................................................................................. 109 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir................................. 110 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Bayi Lahir ............................ 111 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir ............... 111

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 113 Saran .......................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 116

LAMPIRAN ...................................................................................................... 124

Page 13: 2007 Yon pdf

iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber….... 15

2. Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri…. 15

3. Umur kehamilan menurut Spiegelberg…………………………………….. 17

4. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh…………………………………………………….…. . 20

5. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan…..…….. 21

6. Jumlah zat besi pada wanita hamil.………………...................................... 22

7. Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui..………………………… 24

8. Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan…..…….. 26

9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin ...................................................... 27

10. Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan …..…… 58

11. Jumlah sampel ibu hamil menurut status sosial ekonomi ........................... 58

12. Data dan sumber data ................................................................................. 60

13. Karakteristik ibu hamil menurut status sosial ekonomi .............................. 68

14. Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi ...................... 69

15. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ................ 71

16. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi .................................. 74

17. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi .............. 75

18. Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi 76

19. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ................................ 77

20. Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ............ 78

21. Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial

ekonomi......................................................................................................... 79

22. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial

ekonomi........................................................................................................ 83

23. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi 84

24. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut kategori status

sosial ekonomi ............................................................................................ 85

25. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori

Page 14: 2007 Yon pdf

iv

status gizi..................................................................................................... 86

26. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut

kategori status sosial ekonomi .................................................................... 88

27. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status sosial ekonomi .................................................................................. 89

28. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut

kategori status gizi .................................................................................... 90

29. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status gizi.................................................................................................... 91

30. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori

sosial ekonomi............................................................................................. 92

31. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status

gizi ............................................................................................................. 94

32. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial

ekonomi ..................................................................................................... 96

33. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi ........ 97

34. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi 98

35. Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial

ekonomi ..................................................................................................... 99

36. 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori

status gizi ................................................................................................... 99

37. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi ............... 100

38. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status

sosial ekonomi ........................................................................................... 102

39. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi .............. 103

40. Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran

antropometrik bayi .................................................................................... 105

41. Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi ......... 107

42. Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir ........ 108

43. Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan

dengan ukuran antropometrik bayi ............................................................ 108

Page 15: 2007 Yon pdf

v

44. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu

selama kehamilan ...................................................................................... 109

45. Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir .................................... 110

46. Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir ................................ 111

47. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir .................... 112

Page 16: 2007 Yon pdf

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu ........................... 16

2. Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal ............................................................................................... 19

3. Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan .................. 20

4. Distribusi BBLR dari tahun 1987-2000 .................................................... 35

5. Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu .................. 39

6. Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi........... 41

7. Ultrasonografi, mengukur diameter biparietal, lingkaran kepala, lingkaran abdominal panjang femur ......................................................... 42

8. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan .... 45

9. Skema pemantauan dan penanganan PJT ................................................. 47

10. Intik dioksin per hari di Amerika Utara menurut jenis pangan ................. 49

11. TEQ dioksin didalam berbagai makanan…...……………………………. 49

12. Siklus Dioksin ........................................................................................... 52

13. Kerangka pemikiran .................................................................................. 54

14. Skema pengambilan contoh ...................................................................... 57

15. Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu ..................................... 81

Page 17: 2007 Yon pdf

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Informed Consent.......................................................................................... 124

2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi ............................................................. 125

3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu ......................................................................... 125

4. Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan .............................. 125

5. Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ......... 126

6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard .................................. 126

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)....... 129

6. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise) ............................................................... 129

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise) .......................................................... 130

8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) ................................................ 131

Page 18: 2007 Yon pdf

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu

dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa

berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang

dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat

menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental.

Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh

kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum

kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin

Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan

pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan

kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR

2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001).

Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR

mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik

bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya.

Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko

mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi

(Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian

sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat

normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga

terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes

melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker

1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar

dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk

dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990).

Menurut Ebrahim (1985) dan Hickey (2000), anak yang lahir dari ibu yang

kurang gizi dan hidup dilingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi

dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang

kurang gizi pula. Keadaan ini dapat merupakan lingkaran setan yang akan

Page 19: 2007 Yon pdf

2

berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut

tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya

manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003).

Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah

lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil

penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu

hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari

kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002).

Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil,

status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990).

Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama

kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin

dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar

protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama

kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines

2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan

Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor

yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi.

Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1)

faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan

kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta

multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal

(vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor

kesehatan ibu, misalnya: hipoksia, vaskular, kelainan ginjal, antibodi

antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan pre-

eklampsia (Endjun 2004).

Insiden PJT umumnya 5%, dapat bervariasi tergantung pada lokasi populasi

dan ukuran yang dipakai (Peleg et al. 1998). Di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo sebanyak 8% dari kasus yang tidak mengalami kelainan obstetri

ternyata mengalami PJT. Sebagian besar kejadian PJT ini berkaitan dengan gizi

dan hipertensi (Wiknjosastro 1993).

Page 20: 2007 Yon pdf

3

Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil

menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan

ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat

badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di

Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten

Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ±

1.68 kg (Tayie & Lartey 1995).

Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi

badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan

paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu

dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan

pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan

pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan

status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping

itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok

status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk

mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu

selama kehamilan dan berat bayi lahir.

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh

pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi

dan status gizi terhadap berat bayi lahir.

Tujuan Khusus 1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu

hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

2. Menganalisa prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah dan Panjang Bayi Lahir

Pendek dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi

berbeda.

Page 21: 2007 Yon pdf

4

3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal

kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir.

4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan

selama kehamilan.

5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir.

Hipotesis

1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi pada

kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial

ekonomi tinggi.

2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial

ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan.

3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu

hamil.

Manfaat

1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan

janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial

ekonomi dan status gizi yang berbeda.

2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang

melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari

status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

3. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan

berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir, yang diharapkan dapat

berguna bagi program pencegahan pertumbuhan janin terhambat dan berat

bayi lahir rendah.

Page 22: 2007 Yon pdf

5

TINJAUAN PUSTAKA

Konsepsi

Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum

oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Wiknjosastro 1991).

Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur

(Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam

saluran telur. Pada waktu bersanggama, cairan semen masuk kedalam vagina dan

berjuta-juta sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung

dari tuba Falopii (Pars ampulla). Pada sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma

yang mengeluarkan enzim untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.

Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma

dan kemudian bersatu dengan sel telur, yang disebut sebagai peristiwa pembuahan

atau fertilisasi (konsepsi).

Beberapa jam setelah terjadi konsepsi, maka terjadi pembelahan zigot. Hal

ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam

amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-

pembelahan selanjutnya berjalan terus dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok

sel-sel yang sama besarnya yang disebut morula. Energi pada pembelahan ini

diperoleh dari vitellus, sehingga volume vitellus makin berkurang dan terisi

seluruhnya oleh sel morula. Zona Pellusida tetap utuh dengan perkataan lain, sel

hasil konsepsi besarnya sama (Wiknjosastro 1991). Pada ukuran yang sama hasil

konsepsi ini bergerak kearah rahim melalui pars ismika dan pars interstisialis

tuba, bagian-bagian yang sempit dari saluran tuba. Pergerakan tersebut dibantu

oleh bulu getar (silia) dan kontraksi dari tuba dan mencapai kavum uteri hasil

konsepsi tersebut dalam stadium blastula dan akhirnya melekat pada mukosa

rahim untuk selanjutnya menetap tertanam diruang rahim, peristiwa ini disebut

nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6 -

7 hari (Mochtar & Lutan 1998).

Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil membentuk dinding

blastula, akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh

Page 23: 2007 Yon pdf

6

suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini mempunyai kemampuan

menghancurkan dan mencairkan jaringan setelah sel ini menemukan endometrium

dalam masa sekresi dengan sel desidua (sel desidua adalah sel pada

endometrium). Sel desidua ini besar-besar, mengandung banyak glikogen dan

dengan mudah dihancurkan oleh sel trofoblas. Blastula dengan bagian yang

mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua dan

luka pada desidua kemudian menutup kembali. Pada saat nidasi ini kadang-

kadang terjadi perdarahan pada desidua yang luka tersebut tanda dari Hartman.

Dengan nidasi ini maka dimulai suatu kehamilan.

Pada kehamilan tersebut janin mengalami suatu proses tumbuh kembang

yang berlangsung pada sel, organ dan tubuh yang terjadi dari tiga tahapan yaitu:

hiperplasia, yang terjadi ialah bertambah banyak jumlah sel, proliferasi sel,

hiperplasia yang diikuti oleh hipertrofi/membesarnya sel dan bertambah banyak

jumlah sel dan hipertrofi saja, peningkatan dalam besar dan kematangan sel.

Selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan

yang berbeda dalam masa berlangsungnya tahapan tadi. Terdapat saat-saat rawan

gizi bagi anak oleh karena pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor

utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi

genetik (Solihin 1993).

Fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil

sintesis enzimatik awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini

sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

keadaan faal sel-sel dalam tubuh. Pada fase peningkatan jumlah sel yang berlipat

ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan

tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan yang tetap/stationer

terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan

keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain (Satoto 1990)

Pertumbuhan dibatasi oleh faktor genetik yang diturunkan. Kekurangan gizi akan

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan akan menurunkan fungsi organ tubuh.

Page 24: 2007 Yon pdf

7

Tanda-tanda Kehamilan

Kehamilan mempunyai tanda-tanda yang tidak pasti, tanda-tanda hamil

muda dan tanda-tanda pasti kehamilan. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti:

- Amenorheae, tidak datang haid, perlu diketahui oleh ibu-ibu tanggal hari

pertama haid terakhir, agar dapat diperkirakan umur kehamilan, dengan

menggunakan rumus Naegele. Perkiraan hari persalinan berdasarkan

rumus Naegele yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dan bulan haid

terakhir dikurangi 3.

- Mual dan muntah (nausea and vomiting), terjadi umumnya pada trimester

pertama. Sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness, dan

bila mual muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.

- Mengidam, menginginkan makanan tertentu terutama pada bulan-bulan

trimester I dan akan menghilang sejalan dengan tuanya kehamilan.

Mengidam ini termasuk pika, yaitu ibu yang hamil mengingin makan

tanah liat atau batu merah.

- Sering merasa lelah (fatique) kadang pingsan, sering dijumpai pada tempat

yang ramai. Disarankan jangan mengunjungi tempat-tempat yang ramai

pada bulan-bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16

minggu.

- Tidak suka suatu bau-bauan, misalnya tidak suka bau dari suaminya.

- Tidak ada nafsu makan (anoreksia), biasanya terjadi pada trimester

pertama, kemudian pulih kembali nafsu makannya.

- Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, karena pengaruh hormon

estrogen dan progresteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

Kelenjar sekitar puting susu (Montgomery) terlihat membesar dan

warnanya lebih hitam, pada puting susu cairan susu.

- Miksi, sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Pada trimester II gejala ini menghilang dan kembali pada

akhir trimester III terutama, bila kepala bayi sudah masuk kepintu atas

panggul dan menekan kandung kemih.

Page 25: 2007 Yon pdf

8

- Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun akibat pengaruh

hormone steroid.

- Perubahan pigmentasi kulit karena hormon kortikosteroid plasenta, pada

kulit wajah disebut chloasma gravidarum, perubahan areola payudara,

kulit leher dan dinding perut disebut linea nigra atau grisea.

- Hipertrofi pada papila gusi yang disebut epulis.

- Varises, pelebaran pembuluh darah vena yang berkelok-kelok terutama

pada trimester III, pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan

betis.

- Pembesaran perut, karena membesarnya rahim.

b. Tanda-tanda kehamilan muda:

- Rahim membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan

konsistensinya.

- Tanda Hegar, pelunakan segmen bawah rahim.

- Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan unilateral pada tempat

implantasi.

- Tanda Chadwick, perubahan pada vagina dan vulva hipervakuler sehingga

tampak lebih merah kebiru-biruan (livide), akibat hormon estrogen.

- Kontraksi Braxton-Hicks, terjadi kontraksi-kontraksi kecil bila rahim

dirangsang.

- Teraba ballottement.

- Tes kehamilan positif.

c. Tanda-tanda kehamilan pasti:

- Gerakan janin yang dapat dirasa, diraba bagian-bagian dari janin, bahkan

dilihat dengan alat tertentu.

- Terdengar denyut jantung janin, dengan stetoskop monoaurikuler Laennec,

didengar dengan alat pengeras suara dari Doppler, dicatat dengan feto-

elektro kardiogram, dan dilihat dengan alat ultrasonografi.

- Pada foto rontgen abdomen, terlihat kerangka janin.

Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam

pemeriksaan tidak jelas seperti berikut ini:

Page 26: 2007 Yon pdf

9

a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria), terjadi pada seseorang yang

ingin sekali hamil. Dapat terjadi amenorhoe, perut membesar, mual muntah

bahkan dirasakan gerakan anak, pada hal itu hanya gerakan usus. Rahim tidak

membesar dan tes kehamilan negatif.

b. Kista ovarii, perut membesar bahkan bertambah besar, pada periksa dalam,

rahim teraba biasa tidak membesar. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda

kehamilan yang lain tidak ada.

c. Mioma Uteri, perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa

padat kadang-kadang berbenjol-benjol. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda

kehamilan yang lain tidak ada.

d. Kandung kemih penuh terjadi pada retensi urinae, pada pemasangan kateter,

air seni keluar banyak.

e. Hematometra, rahim membesar karena terisi darah yang disebabkan oleh

himen imperforata, stenosis vagina atau serviks.

Tahapan Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin pada kehamilan berlangsung cepat dan dapat dibedakan

dalam minggu atau bulan. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu,

kehamilan trimester pertama antara 0 – 12 minggu, kehamilan trimester kedua

antara 12 – 28 minggu dan kehamilan trimester III antara 28 – 40 minggu. Berikut

ini dibahas pertumbuhan janin bulan demi bulan.

Satu bulan atau empat minggu

Mulai terbentuk embrio, tampak sedikit melengkung, perlahan muncul

kepala dan leher, mulai ada mata yang letaknya berjauhan dan ditengah-tengahnya

muncul benjolan hidung. Kepala besarnya 1/3 dari seluruh embrio. Organ-organ

mata, telinga dan hidung masih dalam keadaan rudimenter. Saluran yang akan

menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar dari traktus

digestivus sudah tampak, cikal bakal kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang

embrio 7.5 - 10 mm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Di awal minggu keempat panjang embrio diperkirakan sekitar 2 mm. Pada

minggu ini sistem peredaran darah sudah mulai terbentuk dan jantung sudah mulai

berfungsi walaupun masih sangat sederhana. Berdasarkan lokasi, jantung

Page 27: 2007 Yon pdf

10

berkembang dalam rongga perikardium di bawah usus depan. Pada stadium

sebelumnya, sepanjang aorta dan pada tangkai penghubung, lempeng dan jonjot-

jonjot korion telah terjalin anyaman-anyaman pembuluh rambut/kapiler yang

dilapisi endotel yang belum matang. Baru pada saat jantung berdenyut,

terbentuklah lintas-lintas alir yang saling berhubungan antara anyaman-anyaman

pembuluh rambut tadi dengan jantung.

Pada minggu keempat ini juga, dalam rongga amnion terdapat gelembung-

gelembung otak yang merupakan cikal-bakal otak yang sudah dapat dibedakan

menjadi tiga bagian utama. Prosensefalon (berkembang dari bagian depan saluran

saraf embrio), esensefalon (otak tengah) dan rombensefalon. Saraf-saraf spinal

yang kelak akan berkembang menjadi saraf tulang belakang juga sudah mulai

mengalami penebalan.

Plasenta juga terbentuk pada minggu keempat setelah pembuahan.

Plasenta berfungsi untuk menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk

tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai dengan jenis kelamin janin,

mensuplai nutrisi, dan sebagai alat pernafasan dan pembuangan sisa metabolisme

janin.

Dua bulan atau delapan minggu

Kantung gestasi telah berdiameter 30 mm Bentuk embrio dapat dilihat lebih

jelas, bagian wajah sudah jelas berbentuk hidung, telinga dan sudah mempunyai

lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, jari jemari mulai terbentuk.

Kepala menekuk kearah dada ( Mochtar & Lutan 1998). Pada akhir 2 bulan, alat

kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang

embrio 2.5 cm (Sastrawinata 1983).

Pada akhir minggu kedelapan, ukuran bayi berkisar antara 27-31 mm

dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Bentuknya sudah menyerupai manusia.

Kepalanya tampak besar bila dibandingkan dengan tubuhnya yang relatif masih

kecil. Daun telinganya mulai terbentuk dengan struktur simpai yang paling

menonjol dibandingkan indra lainnya. Simpai ini merupakan cikal-bakal telinga

bagian dalam dengan rumah siput dan pipa-pipa setengah lingkaran yang

kemudian mengalami penulangan menjadi tulang karang.

Page 28: 2007 Yon pdf

11

Lekuk matapun semakin jelas terlihat. Bahkan kelopak mata sudah

terbentuk walaupun masih dalam kondisi menutup hingga sampai usia kehamilan

24 minggu. Sementara dalam simpai hidung terdapat cekungan yang merupakan

cikal-bakal tulang rawan bagi pembentukan kerangka hidung. Rongga mulut

mengalami perkembangan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Poros usus

yang semula menyatu sebagai kloaka kini telah berubah dan memisahkan disi

menjadi sinus-sinus urogenital dan uretra.

Sistem pencernaan dan ginjal mulai berfungsi. Tonjolan kaki dan tangan

sudah dilengkapi dengan jari-jari dan tumit yang mengarah ke luar. Meski masih

lemah, cikal-bakal rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap

terbentuk. Pada minggu ini semua organ tubuh juga mulai bekerja meskipun

belum sempurna. Misalnya, otak mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ

tubuh atau hati untuk memproduksi sel-sel darah. Tubuh janin sudah mulai bisa

bergerak secara tidak teratur (rata-rata 60 kali gerakan per jam).

Tiga bulan atau 12 minggu

Pada minggu keduabelas sistem rangka tubuh memiliki pusat

penulangan/osifikasi pada sebahagian besar tulangnya. Terbentuklah kerangka

tulang rawan dan pusat-pusat penulangan. Dasar tengkorak terdiri atas asal mula

tulang kepala belakang, simpai telinga, tulang baji, dan simpai hidung. Lengkung

ruas tulang belakang leher dan pinggang masih terbuka. Sementara rongga dada

masih berbentuk seperti corong yang terisi oleh paru-paru dan kubah diafragma.

Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai berbentuk

(Mochtar & Lutan 1998). Pada kehamilan 9 minggu bentuk embrio makin

bertambah jelas. Periode embrio/mudigah berlangsung dari umur kehamilan 5 –

10 minggu, setelah 10 minggu disebut janin atau fetus (Karsono 2002). Rongga

amnion makin membesar, mendesak korion, sehingga pada kehamilan 12 minggu

rongga korion dan kantong kuning telur tidak terlihat lagi. Pusat-pusat

pembentukan tulang mulai tampak didaerah mandibula, maksila, klavikula,

humerus, femur, ilium dan tulang-tulang iga. Dapat diukur panjang janin lebih

akurat. Tempat pertumbuhan plasenta lebih jelas (Karsono 2002). Panjang janin 7

– 9 cm. Janin sudah bergerak, tetapi pergerakannya halus sehingga tak dapat

Page 29: 2007 Yon pdf

12

dirasakan oleh ibunya. Pada akhir bulan 3 ginjal sudah terbentuk dan membentuk

sedikit air seni (Sastrawinata 1983).

Empat bulan atau 16 minggu

Pada minggu keenambelas ini panjang janin sekitar 12 cm dengan berat kira-

kira 100 gram. Rahim sendiri sudah berbobot 250 gram, mudah diraba, dan

terletak kira-kira pertengahan pusar dan tulang kemaluan. Tungkai kaki yang di

awal pembentukannya muncul belakangan, kini sudah berkembang pesat.

Panjangnya sudah melebihi panjang lengan. Sistem peredaran darah kian

berkembang. Sistem pencernaan mulai melaksanakan fungsinya. Dalam waktu 24

jam janin akan menelan air ketuban sebanyak 450-500 ml. Hati yang berfungsi

membentuk darah, sudah melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin,

kemudian mengubahnya menjadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai

bahan sisa metabolisme.

Genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit berlanugo tipis dan

berwarna merah. Pada akhir 4 bulan, pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh

ibu. Panjang janin 10 – 18 cm dan beratnya 100 g (Sastrawinata 1983; Mochtar &

Lutan 1998).

5 bulan atau 20 minggu

Panjang bayi sudah mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260

gram. Kulitnya tipis karena belum ada jaringan lemak di bawah kulit. Kulit yang

menutupi janin mulai bertumbuh dari dua lapisan. Epidermis, yaitu lapisan yang

berada dipermukaan dan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis inilah

yang membentuk pola-pola pada ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki.

Sedangkan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan

sejumlah lemak. Kepala janin mulai ditumbuhi rambut yang lebih rapat dan

berwarna lebih pekat daripada rambut pada permukaan tubuh. Sementara bakat

apakah rambutnya lebat, keriting, atau lurus ditentukan oleh gen ayah dan ibu

yang diturunkan kepadanya. Dengan peralatan sederhana, stetoskop Laennec,

denyut jantung janin sudah bisa didengar. Bahkan dengan USG bisa dilihat

bagaimana jantung berdenyut. Berbeda dengan jantung ibu yang berdenyut 60-80

detakan per menit, denyut jantung janin bisa mencapai 120-160 detakan per menit.

Page 30: 2007 Yon pdf

13

Rambut mulai tumbuh dikepala dan rambut halus/lanugo tumbuh dikulit. Bunyi

jantung sudah dapat didengar dan kalau lahir sudah berusaha untuk bernafas.

(Sastrawinata. 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Enam bulan atau 24 minggu

Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis

pubis. Pendengaran janin sudah berfungsi penuh. Sehingga janin akan memberi

respon khas apabila mendengarkan suara-suara bising atau suara keras dari luar

yang tidak disukainya. Cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin ⎯

memungkinkannya bergerak bebas ⎯ mengalami peningkatan volume dengan

cepat. Dari sekitar 50 ml pada usia kehamilan 12 minggu meningkat menjadi 400

ml pada minggu ke-24. Komposisinya pun mengalami perubahan hingga pada

pertengahan usia kehamilan, komposisinya hampir sama dengan komposisi

plasma ibu.

Kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput dan lemak mulai

tertimbun dibawah kulit. Kulit tertutup oleh verniks kaseosa yang fungsinya

melindungi kulit. Kepala besar apabila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan

hidup beberapa jam saja. Panjang janin 28 – 34 cm dan beratnya 600 g.

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Tujuh bulan atau 28 minggu

Puncak rahim berada kira-kira 3 jari di atas pusar. Gerakan bayi semakin

kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun

makin kuat dan jelas terdengar. Jumlah jaringan otak pada usia kehamilan ini

sudah meningkat. Begitu juga rambut kepala terus bertumbuh. Alis dan kelopak

mata sudah terbentuk sempurna.

Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila lahir dapat bernafas

menangis dengan nada perlahan dan lemah, dapat hidup didunia luar (viable life)

walaupun kemungkinan untuk hidup masih kecil. Panjang janin 35 – 38 cm dan

berat janin ± 1000g, disebut bayi imatur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan

1998).

Page 31: 2007 Yon pdf

14

Delapan bulan atau 32 minggu

Berat janin telah mencapai 1800 – 2000 g, dengan panjang 40 - 43 cm.

Hemodilusi atau pencairan darah mengalami puncaknya pada minggu ini. Oleh

karena itu ibu hamil dengan kelainan jantung, hipertensi, dan preeklamsia agar

ekstra hati-hati. Sebab dengan volume darah yang semakin meningkat, beban

kerja jantung akan semakin berat.

Kulit merah dan keriput, apabila lahir tampak seperti orang tua kecil. (little

old man) (Sastrawinata 1983; Mochtar& Lutan 1998).

Sembilan bulan atau 36 minggu

Berat janin pada minggu ini telah mencapai 2500 g. Panjangnya 46 cm

Mulai minggu ini pemeriksaan kehamilan rutin dilakukan seminggu sekali.

Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi, mengingat

penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di

Indonesia adalah pendarahan, infeksi, dan preeklamsia.

Wajah janin tampak berseri tidak keriput, karena sudah ada lapisan lemak

dibawah kulit maka dari kelihatan kulit tidak keriput lagi, disebut bayi prematur

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Sepuluh bulan atau 40 minggu

Berat badan janin mencapai 3300 g dengan panjang berkisar antara 45-55

cm. Pada saat ini janin siap untuk dilahirkan. Sebelum lahir, bilirubin yang

merupakan produk sisa dari sel darah merah janin dapat dengan mudah diangkut

dari janin ke dalam peredaran darah ibu melalui plasenta. Namun, begitu

dilahirkan, bayi harus berjuang sendiri untuk membuang bilirubin yang

dihasilkannya. Ketidakmampuan bayi untuk membuang bilirubin menimbulkan

gangguan hiperbilirubin atau yang lebih dikenal neonatus ikterus atau kulit kuning

pada bayi lahir.

Bayi cukup bulan mempunyai ciri-ciri, yaitu: kulit licin, halus, lanugo

hampir tidak ada lagi, verniks kaseosa banyak, rambut pada kepala baik, organ-

organ sempurna. Pada pria, testes sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada

wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala sudah mengalami

osifikasi. Pada 80% janin telah terjadi pusat-pusat osifikasi pada epifisis tibia

Page 32: 2007 Yon pdf

15

proksimal. Kuku telah melebihi ujung jari, disebut janin cukup bulan matur/aterm

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Panjang badan dan berat badan berdasarkan umur janin menurut Haase dan

Struber, seperti pada Tabel 1 berikut ini. Hubungan umur kehamilan, besar rahim

dan tinggi fundus, menurut Mochtar dan Lutan (1998) dapat dilihat pada Tabel 2

di bawah ini. Tinggi fundus berdasarkan umur kehamilan menurut Wignjosastro

(2002) dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1 Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber

Umur (bulan) Panjang Badan (cm) Berat Badan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12 = 1 22 = 4 32 = 9 42 = 16 52 = 25

6 X 5 = 30 7 X 5 = 35 8 X 5 = 40 9 X 5 = 45 10 X = 50

-- 1,1 14,2 100 316 630

1045 1680 2478 3405

Sumber: Sastrawinata (1983)

Tabel 2 Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri

Akhir bulan Besar rahim Tinggi fundus uteri

1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi) 2 Sebesar telur bebek Dibelakang simfisis 3 Sebesar telur angsa 1-2 jari diatas simfisis 4 Sebesar kepala bayi Pertengahan simfisis-pusat 5 Sebesar kepala dewasa 2-3 jari dibawah pusat 6 Sebesar kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat 7 Sebesar kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat 8 Sebesar kepala dewasa Pertengahan pusat- prosesus sifoideus 9 Sebesar kepala dewasa 3 jari dibawah prosesus sifoideus atau sampai setinggi proses sifoideus 10 Sebesar kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan, karena kepala bayi masuk pintu atas panggul

Mochtar, Lutan (1998)

Page 33: 2007 Yon pdf

16

Gambar 1 Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu (Wiknjosastro, 2002)

Pengukuran diatas biasanya digunakan untuk menentukan perkiraaan umur

kehamilan dalam praktek sehari-hari. Ada cara lain untuk menentukan umur

kehamilan dan berat badan janin didalam kandungan yaitu dengan cara:

a. dihitung dari tanggal haid terakhir.

b. 4.5 bulan pada saat ibu merasa gerakan janin yang pertama “feeling

life”(quickening).

c. menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,

maka diperoleh seperti pada Tabel 3.

d. menurut Mac Donald: adalah modifikasi dari Spiegelberg, yaitu jarak fundus –

simfisis dalam cm dibagi 3.5 merupakan umur kehamilan dalam bulan.

e. menurut Ahlfeld: Ukuran kepala bokong = 0.5 panjang anak sebenarnya. Bila

diukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka umur kehamilan

adalah 8 bulan

36 mg 40 mg

34 mg 32 mg 28 mg

24 mg 20 mg

16 mg

12 mg

26 mg

Page 34: 2007 Yon pdf

17

Tabel 3 Umur kehamilan menurut Spiegelberg

Umur kehamilan (minggu)

Tinggi fundus diatas simfisis (cm)

22 – 28 28

30 - 32 34 36 38 40

24 – 25 26,7

29,5 - -30 31 32 33

37,7 Sumber : Mochtar dan Lutan (1998)

f. rumus Johnson – Tausak: BB = (mD – 12) X 155

BB = berat badan dalam gram, mD = jarak simfisis – fundus uteri,dalam cm.

g. Kalkulasi Johnson:

Berat Janin dalam gram = tf (dalam cm) – n X 155

n = 12 bila verteks diatas spina isiadika, n = 11 bila verteks dibawa spina

isiadika, tf = tinggi fundus diukur dari simfisis.

Pada penelitian ini dipakai cara untuk menentukan tinggi fundus dengan

mengukur memakai alat ukur sentimeter antara jarak simfisis dengan batas atas

fundus dengan cara palpasi dari dinding luar abdomen.

Penilaian Umur Kehamilan Pada Bayi yang Baru Dilahirkan

Penilaian pertama dilakukan oleh Dubowitz dan Golberg yang dimuat

didalam jurnal pediatrik 77:1 tahun 1970, yang meliputi karateristik keadaan fisik

dan neuromuskuler, kemudian disempurnakan oleh Ballard yang dimuat pada

jurnal pediatrik 95:769 tahun 1979 (Sellers 1993), selanjutnya dikenal sebagai

New Ballard Scale (NBS) yang dapat menilai bayi lahir prematur pada umur

kehamilan 20 minggu. NBS ini dapat menilai secara akurat selama 2 minggu.

Yang dinilai adalah Posture, bentuk tubuh, lebarnya fleksi dari tangan, lipatan

lengan dan supinasi lengan, sudut dari popliteal antara pelvis dan tungkai. Tanda

dari Scarf, lengan bayi pada posisi supinasi dapat meliwati leher dan bahu.

Gerakan tumit sampai ketelinga. Untuk penilaian kematangan fisik dilihat pada

punggung banyaknya lanugo. Palpasi dari pinna telinga adanya tulang rawan,

palpasi dan inspeksi pada jaringan payudara, melihat mata/telinga dan alat

kelaminnya.

Page 35: 2007 Yon pdf

18

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

Beberapa studi yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan bahwa

pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan (gestational weight gain)

berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total

ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misal, tinggi badan, kondisi sosio

ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Anjuran pertambahan berat badan selama

kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso& Lederman 1982). Sementara Subcommitee on

Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board

1990 menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama

kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil di Madura, Jawa Timur 6.8 kg

(Kusin & Karjati 1994), di Purworejo, Jawa Tengah 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al.

2002), dikabupaten Bogor, Jawa Barat 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2002), di Ghana,

Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995) sedangkan Husaini (1986)

menyarankan pertambahan berat badan ibu hamil tidak kurang dari 9 kg.

Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi

mencakup fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Secara rata-rata janin

mewakili 25% pertambahan berat badan total ibu, plasenta 5%, dan cairan amnion

6% (Hytten 1980 diacu dalam FNB 1990).

Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan

ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal

mencapai 2/3 dari pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan

jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat

badan total, cairan ekstraseluler 10.4%, dan lemak 32%. Komponen pertambahan

berat badan ibu hamil menurut Pitkin (1976), Boyle dan Morris (1999) dapat

dilihat pada Gambar 2.

Page 36: 2007 Yon pdf

19

Gambar 2 Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999)

Tingkat Kejadian Abnormal dan Peningkatan Berat Kehamilan

Tingkat kejadian abnormal termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan

peningkatan berat kehamilan pada 33809 wanita hamil dengan berat normal, pada

kenaikan berat badan ibu hamil diatas 18 kg, terjadi peningkatan BBLR.

Penelitian tahun1990 - 1991 (Abrahams et al. 2000).

Proporsi BBLR pada tahun 1999 - 2000, berbagai sumber menunjukkan

BBRL berkisar 2 - 17% pada tahun tersebut. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari

total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi dengan

BBRL. Dinegara maju berkisar antara 3.6 – 10.8%, sedang dinegara yang sedang

berkembang berkisar antara 10.-.43%. Rasio antara negara maju dan negara

berkembang adalah 1.: 4. Peningkatan berat badan pada kehamilan tidak selalu

berakibat baik terhadap janin, pada peningkatan berat badan ibu hamil yang

melebihi 18 kg, terdapat kejadian abnormal pada bayi, hal ini ditunjukkan pada

Gambar 3.

Ibu

Page 37: 2007 Yon pdf

20

Gambar 3 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan

(Abrahams et al. 2000)

Anjuran pertambahan berat badan menurut Indeks Masa Tubuh, yang dimuat

dalam National Academy Press (1990) dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi

pertambahan berat badan total ibu hamil pada minggu ke-10 sampai pada minggu

ke- 40, menurut Heytten dan Leitch (1971) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh.

Kategori Indeks Massa Tubuh* Pertambahan Berat Badan Total yang dianjurkan (kg)

Kurang (IMT < 19.8) 12.5 – 18

Normal (IMT 19.8 – 26.0) 11.5 – 16

Lebih (IMT 26.0 – 29) 7 – 11 *IMT ibu hamil( National Academiy Press,1990)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama

kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prepregnancy nutritional status),

konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan

paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaan selama

kehamilan (merokok dan minum alkohol).

Page 38: 2007 Yon pdf

21

Tabel 5 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan

Pertambahan Berat (gram) pada Minggu Ke-10

Minggu Ke-20

Minggu ke-30

Minggu ke-40

Komponen Maternal Simpanan Lemak Cairan Interstitial Darah Uterus Kelenjar mammae

310 0

100 140 45

2.050

30 600 320 180

3.480

80 1300 600 360

3.345 1.680 1.250 970 405

Total (1) 595 3.180 5.820 7.650

Komponen Janin Fetus Cairan Amnion Plasenta

5 30 20

300 350 170

1500 750 430

3.400 800 650

Total (2) 55 820 2.680 4.850

Total (1) + (2) 650 4000 8500 12.500 Sumber : Hytten dan Leitch ( 1971) diacu dalam Roso ( 1990)

Anemia, Penyebab dan Pencegahannya

Salah satu masalah gizi utama yang prevalensinya cukup tinggi pada ibu

hamil adalah anemia, untuk mengkaji anemia dari pengaruh berbagai zat gizi dan

cara mengatasi adalah sebagai berikut, zat besi pada kehamilan diperlukan 30 -

44 mg elemen besi setiap hari, dapat berbentuk 150 mg besi sulfat, 300 mg besi

glukonat atau 100 mg besi fumarat. Zat besi nonhem terdapat pada sebagian besar

diet besi, teh kopi dan susu dapat mengurangi absorbsi zat besi nonhem, zat besi

paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk (Varney

et al. 2002).

Asam Folat dibutuhkan 300 µg per hari untuk mencegah anemia

megaloblastik, dikonsumsi bersama dengan zat besi. Disamping itu asam folat

dapat mengurangi risiko efek tabung neural, jika dikonsumsi sebelum konsepsi

dan selama 6 minggu pada pertama kehamilan (WNPG 1998).Vitamin C diminum

sebanyak 250 mg per hari bersama dengan makanan dapat meningkatkan absorpsi

besi nonhem dan dapat meningkatkan absorpsi suplemen besi dan sebagai

pencegahan untuk perdarahan postpartum (Varney et al. 2002).

Page 39: 2007 Yon pdf

22

Vitamin B12 mencegah anemia megaloblastik, untuk wanita hamil AKG 1,3

µg (WNPG 1998) terdapat pada hati sapi dan hati ayam, merupakan faktor

ekstrinsik dan faktor instrinsik yang diisolasi dari cairan lambung berupa

glikoprotein. Dapat disintesis oleh bakteri didalam usus. Diperlukan untuk

mengubah asam folat menjadi bentuk aktif dalam metabolisme semua sel terutama

sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf (Almatsier 2002).

Pemeriksaan dasar seperti, pemeriksaan Hb dapat dilakukan untuk

mengetahui adanya bumil yang anemia. Anemia pada kehamilan di Indonesia

cukup tinggi sekitar 67% dari semua bumil dengan variasi tergantung pada daerah

masing-masing. Sekitar 10 - 15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan

mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sebagian besar anemia bumil

tergolong kekurangan zat gizi.

Melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan: menjarangkan

kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal

intensif sambil memberikan tambahan vitamin dan preparat ferrum. Pada kasus

anemia berat diberikan secara langsung Fe intra venous atau intramuskular.

Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia menurut Manuaba (2001)

adalah sebagai berikut (Tabel 6)

Tabel 6 Jumlah zat besi pada wanita hamil

Komponen pada ibu hamil Jumlah Fe (mgr) Peningkatan sel darah merah ibu Terdapat dalam plasenta Untuk penambahan darah janin

500 300 100

Total kebutuhan 900 Sumber : Manuaba ( 2001)

Puskesmas, pernah dicanangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan

WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak

oleh masyarakat. Inilah satu contoh, bahwa pemerintah asal menerima bantuan,

mungkin membeli dengan harga murah, tetapi tidak diterima masyarakat.

Kenyataan ini merugikan kedua belah pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat

yang tidak menerimanya. Preparat yang mubasir ini, akhirnya sebagian besar

dibuang (Manuaba 2001).

Page 40: 2007 Yon pdf

23

a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan: (1) Dapat terjadi abortus; (2)

Persalinan prematuritas; (3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim;

(4) Mudah terjadi infeksi; (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6gr%); (6)

Mola hidatidosa; (7) Hiperemesis Gravidarum; (8) Perdarahan antepartum; (9)

Ketuban pecah dini (KPD).

b. Bahaya saat persalinan: (1) gangguan his-kekuatan mengejan; (2) kala

pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar; (3) kala dua

berlangsung lama sehingga dapat melakukan dan sering memerlukan tindakan

operasi kebidanan; (4) kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan

postpartum karena atonia uteri; (5) kala empat dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder dan atonia uteri.

c. Pada kala nifas: (1) terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan

postpartum; (2) memudahkan infeksi puerperium; (3) pengeluaran ASI

berkurang; (4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan; (5)

anemia kala nifas; (6) mudah terjadi infeksi pada payudara (Manuaba 2001).

d. Bahaya terhadap janin: Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap

berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan

dalam bentuk : (1) abortus; (2) terjadi kematian intrauterine; (3) persalinan

prematuritas tinggi; (4) berat badan lahir rendah; (5) kelahiran dengan anemia;

(6) dapat terjadi cacat bawaan; (7) bayi mudah mendapat infeksi sampai

kematian perinatal; (8) inteligensia rendah.

Anemia pada ibu hamil, berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi

anemia adalah berkisar antara 50 – 70% dengan patokan Hb < 11 g/dl (Ratna et al.

1986) menemukan bahwa 73.7% angka prevalensi anemia pada ibu hamil.

Suwandono et al. (1992) menemukan prevalensi Anemia pada ibu hamil 55.1%.

Herman dan Muhilal (1993) menemukan bahwa ibu hamil dengan anemia berat,

seperlimanya berada pada kehamilan aterm. Anemia berat cenderung sebagai

predisposing factor terhadap penyebab 3 kali lipat. Anemia berat dengan kadar

Hb < 6 g/dl, cenderung menyebabkan tingginya angka lahir mati. Didapatkan 8%

Page 41: 2007 Yon pdf

24

ibu hamil dengan anemia, mempunyai status gizi defisiensi energi kronis dengan

indeks masa tubuh < 18.5 kg/m2 (Suwandono 1992).

Gizi dan Kehamilan

Pertambahan berat badan dan berbagai proses yang terjadi selama kehamilan

memerlukan zat gizi termasuk air. Pada dasarnya jumlah zat gizi yang diperlukan

selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Jumlah gizi harus

ditambah 10 - 15% dari nilai gizi normal. Sebagai gambaran gizi normal, ibu

hamil dan menyusui disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui

Kebutuhan Tidak hamil

Hamil Menyusui

Kalori 2.200 + 285 + (500 – 700) Protein (g) 48 + 12 + (12 – 16) Kalsium (mg) 500 + 400 + 400 Ferrum (mg) 24 + 20 + 20 Vit. A (RE) 500 + 200 + (300 – 350) Vit. B1 (mg) 1,0 + 0,2 + 0,3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,2 + (0,3 – 0,4) Piridoksin (mg) 1,6 2,2 2,1 Vit. B12 (mg) 1,0 + 0,3 + 0,3 As. Nikotinat (mg) 9 + 0,1 + 3 Asam folat (µg) 150 + 150 + (40 – 50) Vit. C (mg) 60 + 10 + (10 – 25) Vit. D (µg) 5 10 10 Vit. E (mg) 8 10 (10 – 12) Vit. K (mg) 65 65 65 Fosfor (mg) 450 + 200 + (200- 300) Seng (mg) 15 + 5 + 10 Yodium(µg) 150 + 25 + 50 Selenium (µg) 55 + 15 + (20 – 25)

Sumber : Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998)

Dalam memberikan gizi harus adekuat, artinya sesuai dengan kebutuhan

sehingga badan mencapai kesehatan optimal, artinya sesuai dengan kebutuhan

sehingga badan mencapai kesehatan optimal. Didalam perhitungan berat badan

ideal orang dewasa, makanan yang dikonsumsi haruslah seimbang mengandung

semua unsur yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk

mengganti bagian yang rusak, atau untuk kebutuhan energi dalam aktivitasnya

Page 42: 2007 Yon pdf

25

sehari-hari. Sumber energi utama berturut-turut ialah glukosa, lemak, dan protein.

Disamping itu, masih diperlukan mineral dan vitamin yang fungsinya sebagian

katalisator dalam bentuk enzim, hormonal, sehingga metabolisme tubuh dapat

berjalan lancar.

Protein merupakan bahan pokok tubuh utama yang menjadi hayat hidup sel

dalam bentuk struktur sel, intra dan ekstraseluler dan penggerak metabolisme.

Protein menjadi sumber tumbuh kembangnya tubuh, sumber hormonal dan juga

merupakan elemen untuk kromosom yang akan menjadi pembawa tanda

keturunan. Sumber protein terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang

seharusnya seimbang. Protein terdiri dari mata rantai asam amino sedangkan yang

tidak dapat dibentuk harus didapatkan dari luar secara utuh dan disebut “asam

amino esensial”, diantaranya: Lisin, Leusin, Isoleusin, Valin, Threonin,

Phenilalanine, Triptofan, untuk anak-anak ditambah : Histidin dan Arginin

(Manuaba 2001). Bila terdapat kelebihan protein, sebagian besar tersimpan

sebagai cadangan dalam darah, otot, dan hati. Cadangan ini sebagian akan segera

dapat dipergunakan untuk metabolisme.

Lemak tidak terlibat secara langsung dalam metabolisme, apabila kalori

sudah dapat terpenuhi dari glukosa. Kelebihan lemak akan tersimpan di bawah

kulit atau ditempat lainnya sesuai dengan patrun tubuh. Pada laki-laki tersimpan

diperut sedangkan pada wanita dibokong, perut atau tempat lainnya. Makan

banyak menyebabkan timbunan lemak terlalu besar sehingga dapat

membahayakan tubuh sendiri. Timbunan lemak yang berlebihan dapat

menimbulkan berbagai penyakit yang terkait seperti tekanan darah tinggi, diabetes

melitus, jantung dan ginjal.

Mineral dalam tubuh manusia sangat penting untuk mengisi bahan padat

yang tidak dapat dimusnahkan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dapat

menjadi zat yang menguap. Mineral terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang

relatif besar atau kecil sehingga digolongkan sebagai berikut :

1. Makroelemen, jumlahnya besar dalam tubuh dan keberadaannya sangat vital,

seperti Na, K, Ca, P, S, dan C1.

2. Mikroelemen, jumlahnya kecil tetapi penting dikelompokkan sebagai berikut:

a. Mikroelemen yang mungkin esensial diantaranya Cr dan Mo.

Page 43: 2007 Yon pdf

26

b. Mikroelemen non-esensial, terdapat dalam tubuh ada kemungkinan bila

terlalu besar malah membahayakan termasuk golongan ini ialah Pb, Cd,

Si, Sr, Va, dan Br.

3. Trace element, termasuk mikroelemen tetapi diperlukan dalam jumlah yang

lebih kecil lagi. Contohnya Co, Cu dan Zn. Mikroelemen ini berperan sebagai,

bahan aktif pada enzim, cairan tubuh, pengisi jaringan padat, zat yang

berkaitan dengan hormon seperti yodium dan sebagai penjaga keseimbangan

elektrolit dalam tubuh, sehingga terjadi pertukaran yang relatif tinggi. Sebagai

gambaran dapat dikemukakan kekurangan beberapa elemen atau vitamin dapat

menimbulkan kelainan seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan

Bahan Kekurangan, penyulitnya Kelebihan Asam folat Neural tube defect, Anemia

BBLR, Prematuritas, Kematian prenatal tinggi

Yodium Kerdil, Abortus, IQ rendah, Kelainan congenital

Vitamin B Kelainan jantung. Beri-beri Vitamin A IUGR, Gangguan

penglihatan, Teratogenik

Vitamin D Hipokalsemia tetania Retardasi mental, fisik hiperkalsemia

Sumber : Manuaba ( 2001)

Pemeriksaan antenatal sudah mulai mendapat perhatian sehingga banyak

pemeriksaan diri ke dokter, bidan, puskesmas dan rumah sakit swasta. Pelayanan

antenatal yang dianjurkan dan dianggap sudah memenuhi kriteria bumil cukup 4

kali selama hamil. Pada pemeriksaan antenatal jangan lupa lakukan pemeriksaan

laboratorium dasar seperti: darah lengkap, urine lengkap, dan gula darah

(Manuaba 2001).

Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama Kehamilan

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan janin yaitu: faktor genetik, faktor lingkungan pranatal dan postnatal.

Page 44: 2007 Yon pdf

27

Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang janin. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal

dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau ras bangsa.

Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan, secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan

pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini.

Sedangkan dinegara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain

diakibatkan oleh faktor genetik, juga oleh faktor lingkungan yang kurang

memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini

dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.

Tabel 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin

Kembar Kelipatan 89

Gmelli 2 Triplet 3 Quadruplet 4 Quintuplet 5 Sextuplet 6

1 : 89 1 : 892

1 : 893

1 : 894

1 : 895 Sumber :Mochtar dan Lutan (1998)

Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan

kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner dan lain-lain. Jadi faktor

genetik herediter-konstitusional ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.

Jadi potensial anak tersebut yang menjadi ciri-ciri khas yang biasanya

ditemurunkan dari orang tuanya. Kehamilan Ganda/Gmelli merupakan faktor

genetik yang diturunkan, selain itu obat obatan yang diminum dapat menginduksi

Ovulasi (Mochtar & Lutan. 1998). Frekwensi, menurut hukum Hellin antara

kehamilan ganda dan tunggal seperti pada Tabel 9.

Page 45: 2007 Yon pdf

28

Menurut penelitian Greulich (1930), pada 121 persalinan didapat angka

kejadian kehamilan ganda, yaitu gmelli 1 : 85, triplet 1 : 7629, quadruplet 1 :

670743 dan quintuplet 1 : 41 600000.

Faktor lingkungan prenatal

Faktor lingkungan pranatal, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

janin mulai dari konsepsi sampai lahir (PPDGJ, DepKes. 1983), antara lain

adalah:

1. Gizi ibu pada waktu hamil, gizi yang jelek sebelum terjadinya maupun pada

waktu, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau

lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Kekurangan gizi dapat

menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,

bayi baru mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari

ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan

mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan

menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula.

Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi

kegenerasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi (Macmillan 1985)

2. Pengaruh mekanis, trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan, misalnya dislokasi

panggul, tortikolis kongenital dan paralise nervus fasialis. Demikian pula

dengan posisi didalam rahim, yang dapat mengakibatkan talipes dan kranio

tabes.

3. Pengaruh obat-obatan dan zat toksin, masa organogenesis adalah masa yang

sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misalnya obat-obatan, thalidomide,

phenitoin, methadon, obat-obat anti kanker dan sebagainya dapat

menyebabkan kelainan bawaan. Juga pada ibu hamil perokok berat, peminum

alkohol sering melahirkan bayi BBRL, lahir mati, abortus, cacat atau retardasi

mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan

yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi

serebralis, Seperti yang terjadi di Jepang, yang dikenal dengan Minimata.

Pada perokok tersebut diatas zat-zat yang beracun yang mengakibat gangguan

pertumbuhan janin adalah, polihalogen hidrokarbon, nikotin, karbon

Page 46: 2007 Yon pdf

29

monoksida (Miller et al. 1993) Keracunan logam berat cadmium pada

penelitian Danielsson dan Dencker,1994 mengurangi transfer vitamin B12

kedalam plasenta dan dalam penelitian yang lain mengurangi pemasukan seng

(zinc) dari plasenta kedalam aliran darah janin (Wier et al.1990)

4. Endokrin, kekurangan hormon-hormon tiroid seperti pada defisiensi iodium

akan menyebabkan retardasi mental. insulin, cacat bawaan sering terjadi pada

ibu hamil dengan diabetes dan tidak dapat pengobatan pada trimester I.

5. Radiasi, pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan

kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.

6. Infeksi intrauterin yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH

(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex) Infeksi lain

yang dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah Varisella, Koksaki,

Ekovirus, Malaria, Lues, HIV, Polio, Campak, Listeriosis, Leptospira,

Mikoplasma, Virus Influenza dan Virus Hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia

pada ibu hamil dapat merusak janin.

7. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh

kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain.

8. Masalah Psikologis yang berpengaruh pada kehamilan, yang dapat

mengganggu nutrisi janin adalah: hiperemesis gravidarum, gangguan makan

lainnya, misalnya pika, infertilitas oleh sebab kelainan psikologis, psikosis

post partum, depresi post partum.

Faktor lingkungan post-natal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang

sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem yang

tergantung pada kemampuan genetik, kekebalan tubuh dan mekanisme

homeostatik bayi itu sendiri.

Pertumbuhan Bayi setelah Lahir.

1. Berat badan

Bayi yang lahir cukup bulan, berat badannya akan menurun dan kembali

menjadi berat badan pada waktu lahir setelah 10 hari. Berat badan, pada umur

5 bulan, menjadi 2 kali lipat berat lahir, pada umur 1 tahun, menjadi 3 kali

Page 47: 2007 Yon pdf

30

lipat berat lahir dan pada umur 2 tahun, menjadi 4 kali lipat berat lahir.

Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan bayi, apabila bayi

mendapat gizi yang baik sebagai berikut:

• Triwulan I kenaikan berat badan 700 - 1000 gram/bulan.

• Triwulan II kenaikan berat badan 500 - 600 gram/bulan.

• Triwulan III kenaikan berat badan 350 - 450 gram/bulan.

• Triwulan IV kenaikan berat badan 250 - 350 gram/bulan.

2. Tinggi Badan

Pada abad ke 18 Count Philibert de Montbeillard, mencatat tinggi badan anak

laki-laki setiap 6 bulan sejak lahir sampai umur 18 tahun. Pada umur 4 – 5

tahun laju pertumbuhan dengan cepat berkurang (deselerasi) dan secara

perlahan-lahan berkurang hingga umur 5 – 6 tahun. Sejak umur ini laju

pertumbuhan bersifat konstan, pada umur 6 - 8 tahun ada kenaikan kecil

pertumbuhan, tetapi tidak selalu ada. Pada umur 13 - 15 terjadi percepatan

pertumbuhan (akselerasi). Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir 50 cm.

Diperkirakan secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai

berikut:

• 1 tahun 1,5 X tinggi badan lahir

• 4 tahun 2 X tinggi badan lahir

• 6 tahun 1,5 X tinggi badan setahun

• 13 tahun 3 X tinggi lahir

• Dewasa 3,5 X tinggi badan lahir (2 x tinggi badan 2 tahun)

Menurut Behrman, (1992) dikutip dari Soetjiningsih, (1998). Perkiraan

tinggi badan dalam sentimeter adalah:

• Lahir : 50 cm

• Umur 1 tahun : 75 cm

• 2 – 12 tahun : umur (tahun) X 6 + 77

3. Lingkar Kepala

Pada waktu lahir rata-rata 34 cm, besar lingkar kepala ini lebih besar dari

lingkar dada. Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak dan

pertumbuhan otak yang paling cepat terjadi pada trimester ketiga, sampai

Page 48: 2007 Yon pdf

31

pada 5 – 6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembelahan sel-

sel otak yang pesat, setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran

sel-sel otak saja. Pada waktu lahir berat otak bayi ¼ berat otak dewasa, dan

jumlah sel-selnya mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa. Lingkar kepala

mencerminkan volume intrakranial digunakan untuk menaksir pertumbuhan

otak. Pada Ultrasonografi lingkar kepala diukur memakai diameter biparietal,

yang lebih akurat dan mempunyai arti yang penting untuk pertumbuhan otak

(Callen. 1988). Apabila lingkar kepala (LK) lebih kecil dari normal maka

dapat diperkirakan otak tidak tumbuh normal, maka menunjukkan retardasi

mental. Sampai saat ini diperoleh 14 penelitian di dunia yang menyatakan

tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras maupun

geografis. Adapun kurve LK Nellhaus (1968) dapat dipergunakan di

Indonesia (Soetjiningsih. 1988). Lingkaran kepala yang kecil terdapat pada,

variasi normal, bayi kecil, keturunan, retardasi mental dan kraniostenosis.

Lingkaran kepala yang besar terdapat pada, variasi nomal, bayi besar,

hidrosefalus, tumor sereberi, keturunan, efusi subdural dan megalensefali.

4. Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak

dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh

dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan

gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. Pada penelitian ini

diukur lingkar kiri lengan atas pada waktu pemeriksaan hamil yang pertama.

5. Lipatan kulit

Patokan yang mencerminkan pertumbuhan dengan kecukupan gizi adalah

lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular. Pada keadaan kekurangan

gizi atau defisiensi maka lipatan kulit ini menipis dan sebaliknya menebal jika

kelebihan gizi. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai adanya

kelebihan gizi, terutama pada obesitas.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), didefinisikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya pada

Page 49: 2007 Yon pdf

32

saat dilahirkan kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Walraven et al.

1994). Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama

dengan 2500 gram disebut bayi prematur. Pembagian menurut berat badan ini

sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas

neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas

bayi itu.

Gruenwald (1967) mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30

% - 40 % dari bayi perempuan yang dilahirkan dengan masa gestasi 37 – 38

minggu adalah prematur. Selain itu di negeri yang sedang berkembang batas 2500

gram sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir rata-

rata yang lebih rendah.

Untuk mendapat keseragaman, pada Kongres ‘European Perinatal

Medicine’ ke II di London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut :

a. Bayi kurang bulan (BKB) ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari).

b. Bayi cukup bulan (BCB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari).

c. Bayi lebih bulan (BLB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu

atau lebih (294 hari atau lebih).

Kemudian untuk mendapatkan kesamaan pengertian, maka WHO pada

tahun 1976 menetapkan berbagai definisi sebagai berikut:

d. Masa gestasi : waktu di antara hari pertama haid normal yang terakhir (HPHT)

sampai dengan hari kelahiran. Masa gestasi dinyatakan sebagai hari atau

minggu penuh, contohnya, semua hal yang terjadi antara hari ke 280 sampai

hari ke 286 sesudah HPHT ditetapkan terjadi pada minggu ke-40 masa gestasi.

e. Berat Lahir (BL): berat badan bayi yang diukur dalam satu jam pertama

sesudah lahir.

f. Berat lahir rendah (BLR): Berat lahir < 2500 g.

g. Bayi berat lahir rendah (BBLR): Bayi dengan berat lahir < 2500 g.

h. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bayi dengan berat lahir 1000 - 1500

g.

Page 50: 2007 Yon pdf

33

i. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bayi dengan berat lahir

kurang dari 1000 g.

j. Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang mempunyai satu kriteria, yaitu

masa gestasi < 37 minggu lengkap tanpa memandang berat lahirnya. Satu-

satunya parameter adalah masa kehamilan atau dengan kata lain maturitas.

Dengan demikian bila kita melihat kurva pertumbuhan janin maka terdapat 3

golongan bayi kurang bulan, yaitu:

1. BKB SMK (bayi kurang bulan yang sesuai dengan masa kehamilan), yaitu

bayi kurang bulan normal.

2. BKB KMK, bayi kurang bulan yang kecil untuk masa kehamilannya.

3. BKB BMK, bayi kurang bulan yang besar untuk masa kehamilannya.

Ada dua kelompok, BKB SMK yaitu kelompok yang menderita malnutrisi

dan kelompok hipoplastik.

Karakteristik bayi kurang bulan

1. Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilannya (BKBSMK)

Bayi kurang bulan yang normal, adalah bayi yang pertumbuhan fisiknya

terletak dalam rentang normal berat lahir untuk masa gestasinya. Rentang berat

lahir yang normal tersebut adalah antara persentil ke-10 dan persentil ke-90.

Tampak Umum: kepalanya relatif lebih besar dibandingkan dengan bagian

badan lain. Ini adalah pertanda tahapan pertumbuhan intrauterin yang terganggu.

Pada bulan kedua masa gestasi, besar kepala adalah sebesar sisa badan lainnya,

sedangkan pada bulan kelima masa gestasi besar kepala adalah sepertiga dari

seluruh panjang badannya. Pada masa cukup bulan panjang kepala kira-kira

seperempat dari panjang badannya. Dada tampak lebih kecil, sedangkan abdomen

relatif besar. Lingkaran kepala biasanya lebih kecil, sedangkan abdomen relatif

besar. Lingkaran kepala biasanya lebih besar dari lingkaran dada. Jika ditidurkan

posisi bayi biasanya melengkung menyerupai posisi janin dalam uterus. Bila

ditelungkupkan, os pubis biasanya akan menyentuh alas tempat tidur. Makin tua

masa gestasinya posisi akan berubah menjadi posisi kodok apabila terlentang dan

agak menungging apabila tertelungkup.

Page 51: 2007 Yon pdf

34

2. Bayi kurang bulan kecil untuk masa kehamilannya (BKB KMK)

BKB yang menderita malnutrisi: kelompok ini merupakan kelompok utama

BKBKMK. Biasanya akibat kehamilan ganda, lahir dari ibu penderita toksemia

gravidarum berat, hipertensi, insufisiensi plasenta dan bayi dari ibu yang keadaan

sosial ekonominya tidak baik. Bayi kelompok ini lebih aktif, lebih lincah

dibandingkan dengan BKBSMK dan lebih lebat rambutnya. Lingkaran kepala dan

dada lebih besar dari yang diharapkan untuk berat lahirnya. Kulitnya pucat atau

ada bercak-bercak mekonium serta keriput. Lemak subkutan sangat sedikit.

Abdomen biasanya skafoid (pencekungan dinding anterior abdomen), tali pusat

kering dan ada bercak-bercak mekonium.

BKB hipoplastik: kelompok bayi ini antara lain, bayi kecil secara genetik

namun normal, sama dengan BKB tanpa komplikasi dan bayi abnormal yang

biasanya disertai kelainan bawaan. Dengan pengertian seperti yang telah

diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

prematuritas murni dan dismaturitas.

1. Prematuritas murni

Prematuritas murni terjadi bila masa gestasinya kurang dari 37 minggu

dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau

biasa disebut Neonatus Kurang bulan-Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-

SMK). Angka Insiden 6 - 7% dinegara maju. Dinegara berkembang angka

kematian lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi prematur

belum ditentukan di RSCM Jakarta berkisar antara 22 - 24%

2. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retradasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang Kecil untuk Masa

Kehamilannya (KMK).

Pengertian berat badan kurang dari berat badan lahir yang seharusnya untuk

masa gestasi tertentu ialah kalau berat badannya lahirnya dibawah persentil ke 10

menurut kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau dibawah 2SD menurut

kurva pertumbuhan intrauterin Usher dan Mc.Lean. Dismaturitas dapat terjadi

Page 52: 2007 Yon pdf

35

“Preterm, postterm”. Nama lain yang sering digunakan ialah kecil untuk masa

kehamilan (KMK), insufisiensi plasenta. Untuk dismaturitas “Postterm” sering

disebut “Postmaturity”. Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang

mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.

Permasalahannya, di negara-negara berkembang terutama di daerah

pedesaan berat badan sebagian besar bayi yang baru lahir tidak tercatat, karena

kebiasaan mereka melahirkan di rumah dan yang menolong adalah dukun yang

tidak mempunyai alat timbang dan alat ukur panjang badan (Hossain et al. 1994).

Risiko pada Bayi Berat Lahir Rendah adalah angka kematiannya tinggi, gangguan

pertumbuhan fisik dan mental. Distribusi BBLR pada tahun 1987 – 2000 dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Distribusi BBRL dari tahun 1987-2000.

Komplikasi pada bayi kurang bulan

Komplikasi bayi kurang bulan terjadi akibat imaturitas organ atau sistem

pada bayi tersebut. Karena lahir sebelum waktunya, terdapat imaturitas organ dan

Page 53: 2007 Yon pdf

36

sistem sehingga homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut adalah

imaturitas struktural dan fungsional. Dengan sendirinya risiko komplikasi akibat

imaturitas ini akan berbanding terbalik dengan masa gestasi, seperti yang terbukti

pada defisiensi surfaktan, perdarahan periventrikuler, duktus arteriosus persisten,

enterokolitis nekrotikans dan asfiksia. Akibat BBLR pada anak adalah:

1. Kecerdasan menurun: kemampuan dasar untuk membaca huruf dan

menghitung atau kemampuan kognitif yang berbeda secara signifikan dengan

yang lahir normal.

2. Pertumbuhan terganggu: pada umumnya bayi normal sampai usia 12 bulan

mempunyai berat badan lebih besar dari bayi lahir dengan BBLR, walaupun

pada usia 12 bulan kecepatan pertumbuhan bayi tersebut dapat mengejar bayi

normal.

3. Immunitas rendah dan morbiditas meningkat: respon immunitas menjadi

rendah, terutama jika bayi BBLR karena kurang gizi serta defisiensi zat mikro

lainnya seperti kekurangan vitamin A pada ibu hamil. Dampaknya terjadi

sampai usia dewasa bahkan pada generasi berikutnya ditambah lagi jika

pemberian ASI yang kurang memadai.

4. Mortalitas meningkat: kematian bayi lebih tinggi pada BBRL terutama pada

periode neonatal dari pada bayi normal. Semakin rendah berat badan lahir,

semakin tinggi kematian.

5. Penyakit degeneratif: gangguan metabolik berdampak pada risiko penyakit

kronik degeneratif, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit jantung koroner

pada usia dewasa yang dibentuk pada masa janin. (Baker 1996; Bouchard

1996; McGill 1996).

Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 1993 menurut data UNICEF 1995

diperkirakan sebesar 15%. Dari berbagai penelitian di Indonesia dari tahun 1982

sampai dengan tahun 1996 ditemukan prevalensi BBLR berkisar antara 9.4%

sampai dengan 22% (Samsudin 1998). Dari berbagai data tersebut DepKes

memperkirakan bahwa saat ini terdapat sekitar 15% bayi di Indonesia lahir

sebagai BBLR dan diharapkan akan turun menjadi 10% pada tahun 2000 (Depkes

1996). Salah satu dari penyebab BBLR adalah kejadian kekurangan gizi pada saat

ibu hamil. Oleh karena itu program perbaikan gizi terutama pada kelompok

Page 54: 2007 Yon pdf

37

rawan, terutama ibu hamil harus mendapat perhatian pemerintah secara khusus

(DepKes 1997; Gillespie 1997) menyebutkan ada beberapa keuntungan program

perbaikan gizi pada ibu hamil, yaitu, (1) mengurangi kejadian KEK, sehingga

dapat menurunkan morbiditas dan AKI, (2) meningkatkan pemberian zat besi,

sehingga meningkatkan produktivitas serta menurunkan kemungkinan BBLR

serta AKB, (3) meningkatkan vitamin A yang sangat diperlukan selama kehamilan

untuk mengurangi PJT, (4) meningkatkan yodium, sehingga dapat mengurangi

keguguran, kematian bayi saat lahir, (5) meningkatkan zinc yang dapat

mengurangi risiko perdarahan selama kehamilan dan saat melahirkan, hipertensi

dan meningkatkan fungsi imunitas.

Pertumbuhan Janin Terhambat (Intrauterine Growth Restriction)

Pertumbuhan janin terhambat adalah kondisi dimana janin didalam rahim

tidak tumbuh dengan normal, terjadi BBLR baik kecil dari umur kehamilan atau

preterm. Preterm adalah janin yang pertumbuhannya sesuai dengan umur

kehamilan, tetapi dilahirkan sebelum aterm, sementara apabila pertumbuhan

dalam rahim kecil terhadap umur kehamilannya karena sebab utama adalah

insufisiensi plasenta. BBLR dimana kecil terhadap umur kehamilan, dibawah 10

persentil beratnya saat lahir disebut dengan Pertumbuhan Janin Terhambat.

Masalah yang ditimbulkannya adalah janin akan meninggal didalam kandungan

atau lahir mati, yang menyebabkan tingginya angka kematian perinatal atau hidup

dengan insufisiensi plasenta berat yang menyebabkan kekurangan oksigen, kelak

di kemudian hari akan terjadi kemunduran mentalnya (Mental Retardation).

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan

kurang atau sama dengan 10 persentil atau lingkaran perut kurang atau sama

dengan 5 persentil yang disebabkan karena berkurangnya perfusi plasenta atau

karena kelainan kromosom, faktor lingkungan atau infeksi (Maulik et al. 2000).

Masalah utama pada Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis yang

tepat, untuk menjamin kehamilan yang baik dan penentuan kelahiran janin, sebab

rahim ibu adalah suatu inkubator yang paling baik. Peleg et al. (1998) menyatakan

bahwa Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah: perkiraan berat badan lahir

dibawah 10 persentil pada umur kehamilan dimana lingkaran perut dibawah 2.5

Page 55: 2007 Yon pdf

38

persentil dan bila dihitung indeks ponderal dari Rohrer (1908) dapat dipakai

rumus sebagai berikut:

IP = (BB gr) X 100 (TB cm)3

Keterangan:

IP = indeks ponderal

BB = berat badan dalam gram

TB = tinggi/panjang badan dalam cm

Indeks Ponderal ini dipakai untuk membedakan PJT yang disebabkan oleh

disfungsi plasenta PJT asimetrik dari PJT simetrik akibat infeksi virus, kelainan

kongenital, karena pemakaian obat-obatan pada kehamilan yang dini trimester

pertama.

De Onis et al. (1989) menggolongkan ≤10 persentil distribusi indeks

ponderal menurut kehamilan sebagai indeks ponderal rendah (LPI = low ponderal

index ), intermediate > 10 - ≥ 25 persentil dan indeks ponderal 25 – 90 persentil.

Peleg et al. (1998) menyatakan bahwa berat badan lahir yang aterm,

dibawah 2500 gr. didiagnosis sebagai PJT apabila:

1. Berat Badan Lahir Rendah, dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat

badan lahir < 2500 g.

2. Preterm, dengan umur kehamilan < 37 minggu dan berat badan lahir kurang

dari 10 persentil atau,

3. PJT pada umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat badan lahir < 10 persentil

dengan berat badan lahir ≥ 2500 g (de Onis et al. 1998).

Persentil berat badan janin dibandingkan dengan umur kehamilan menurut

Peleg et al. (1998), dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Page 56: 2007 Yon pdf

39

Gambar 5 Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu

(Peleg, Kennedy, Hunter,1998)

a. Etiologi Pertumbuhan Janin Terhambat

Pertumbuhan Janin Terhambat dapat terjadi karena faktor sosial ekonomi,

faktor janin, faktor plasenta, faktor ibu dan faktor lingkungan.

1. faktor sosial ekonomi: faktor sosial ekonomi yang buruk termasuk

kemiskinan dapat menjadi penyebab gangguan kehamilan dan pertumbuhan

janin karena sulit akses kepada makanan sehat dan pelayanan kesehatan.

2. faktor janin: kelainan kromosom, trisomi, monosomi, delesi, disomi dan

mosaik, infeksi pada janin yang kronis TORCH, akibat radiasi, kegagalan

hipofise, kelainan bawaan (malformasi): jantung, tidak ada pankreas,

anensefalus, hernia diafragma, omfalokel, gastroskisis, agenesis, displasia

ginjal, malformasi ganda, kehamilan ganda: monokorionik, malformasi satu

janin, triplet, hemolisis kelainan sel darah merah.

3. faktor plasenta: invasi trofoblas abnormal, infark plasenta multipel (chronic

abruption), anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat

abnormal (insersi velamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata,

Page 57: 2007 Yon pdf

40

biplasenta, tumor : korioangiomata, mola hidatidosa, berkurangnya berat dan

sirkulasi plasenta, berkurangnya daerah permukaan plasenta, plasentitis vilosa

(bakteri, virus, parasit).

4. faktor ibu: genetik / konstitusi, nutrisi / kelaparan, hipoksia, vaskular, ginjal,

antibodi antifosfolipid, akibat obat-obatan, riwayat obstetri buruk, toksemia,

hipertensi, penyakit jantung dan paru, penyakit kronis, adiksi narkoba, anemia

sickle sel, penyakit radang usus besar, pankreatitis kronik, berat badan ibu

hamil rendah, pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II & III yang

rendah, kelainan genotip : PKU (Phenyl Keton Uria).

5. faktor lingkungan : paparan pada racun (seperti dioksin, obat nyamuk dan asap

rokok) dapat juga mengganggu pertumbuhan janin.

Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis dari Obstetri yang

menyebabkan bertambahnya risiko pada mortalitas dan morbiditas pada perinatal.

Insiden PJT pada total populasi kelahiran adalah 10% ( Seller 1993). Morbiditas

dan mortalitas perinatal tinggi yaitu 6 – 30% neonatus dinegara sedang

berkembang, kelainan kongenital, kromosom simetris dan asimetris, mortalitas

sebesar 25 – 33%.

b. Gambaran Klinis.

Angka kematian perinatal pada PJT adalah tinggi, sehingga diagnosis yang

dini selama kehamilan adalah sangat penting. Pemeriksaan klinis saja sukar untuk

menegakkan diagnosis, hanya dari 1/3 sejumlah kasus yang dapat terdiagnosis.

Tidak ada suatu skrining tes yang bermakna, yang dapat menentukan, biasanya

dapat ditemukan pada saat kelahiran, sebagian meninggal didalam rahim ibu atau

kecil dalam umur kehamilan. Dilain pihak janin dapat didiagnosis PJT dari

perkiraan hari kelahirannya, tetapi hal ini dapat keliru akibat kesalahan dalam

menentukan tafsiran hari kelahiran. Mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil

yang menderita KEP menurut Soetjiningsih (1998) seperti pada Gambar 6

dibawah ini.

Page 58: 2007 Yon pdf

41

Ibu Malnutrisi

Volume darah menurun

Cardiac Output tidak adequat

Menurunnya aliran darah keplasenta

Plasenta lebih kecil Berkurangnya transfer zat-zat

makanan

Pertumbuhan Janin Terhambat

Gambar 6 Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi (Soetjiningsih 1998)

Anamnesis riwayat PJT dan berat badan lahir rendah, tinggi fundus uteri,

ditandai dengan gagalnya pertumbuhan janin didalam rahim dalam periode 4

minggu. tinggi fundus rahim kurang dari 2 cm pada umur kehamilan yang normal

atau dari pengukuran terakhir dari tinggi fundus rahim, berat badan ibu yang tidak

bertambah, pergerakan janin didalam rahim berkurang, berkurangnya volume

cairan amnion, diteliti lagi perkiraan hari kelahirannya, ukuran lingkaran perut

setinggi pusat (umbilikus) ibu, apabila lebih dari 100 cm kemungkinan gmelli,

polihidramnion atau janin yang besar.

PJT biasanya diklasifikasikan sebagai simetris dan asimetris. Pertumbuhan

terhambat simetris pada janin, dimana tubuh janin kecil dan proporsional bagian-

bagian tubuhnya. Pertumbuhan terhambat asimetris, janin kekurangan zat

makanan dan kekurangan energi untuk mempertahankan pertumbuhan organ

tubuh yang vital, seperti otak, jantung, hati, otot dan lemak. Jenis pertumbuhan

terhambat seperti ini biasanya karena insufisiensi dari plasenta. Janin dengan

pertumbuhan terhambat asimetris dapat, mempunyai ukuran kepala normal, tetapi

lingkaran perutnya kecil, karena hatinya ukurannya kecil, anggota tubuh kaki

tangan pendek dan kecil karena otot-otot berkurang dan kulit tipis, sebab lemak

Page 59: 2007 Yon pdf

42

tubuh berkurang. Bila pertumbuhan asimetris berjalan lama dan berat, maka janin

kehilangan kemampuan untuk berkompensasi dan akan menjadi pertumbuhan

terhambat simetris. Terhambatnya pertumbuhan kepala janin sangat banyak

berhubungan dengan potensi perkembangan janin tersebut. Peleg et al 1998.

mengklasifikasikan PJT simetris jika ukuran badannya secara proporsional kecil,

gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu, sering

disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. PJT asimetris jika ukuran

badannya tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan

trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi plasenta.

Serial USG (usia gestasi, biometri USG), tampilan neonatus, berat badan <

2500 g. Pada pemeriksaan USG pada PJT lingkaran perut tidak jauh berbeda

dengan lingkaran kepala, seperti USG pada Gambar 7.

Gambar 7 Ultrarasonografi (Peleg, Kennedy, Hunter 1998)

Page 60: 2007 Yon pdf

43

Ultrasonografi mengukur diameter biparietal (ditentukan oleh X…..X) dan

lingkaran kepala (tengah). Ultrasografi mengukur lingkaran abdominal (bawah).

Ultrasonografi mengukur panjang femur (ditentukan oleh X….X)

c. Diagnosis

Pemeriksaan klinis pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan dengan

cara: (1). anamnese riwayat ibu hamil, (2). palpasi abdomen, (3). kardiotokografi,

(4). ultrasound, (5). amnionsentesis.

Anamnese riwayat ibu hamil adalah penting untuk mengetahui status sosio

ekonomi, termasuk sebelumnya apakah mempunyai janin yang kecil saat

dikandungnya, termasuk abortus dan lahir mati, ibu dengan hipertensi, kehamilan

ganda, diabetes mellitus, ibu yang merokok, alkoholis dan penyalagunaan obat-

obatan, terpajan sinar radiasi, riwayat dari menstruasinya untuk menentukan

perkiraan hari melahirkan, riwayat kehamilan sekarang termasuk tanda pergerakan

janin pertama (Quickening) normal 16 - 20 minggu dan detak jantung pertama

janin terdengar pada auskultasi, normal 20 - 24 minggu (tanda dari Pinard) atau

10 - 14 minggu memakai alat Doppler (Sonic Aid), dengan USG terlihat pertama

sakus dari janin dan denyut pertama dari janin pada umur kehamilan 8 minggu.

Berat badan, tinggi ibu, status gizi, apakah ada malnutrisi? Pada kunjungan

pertama kurang dari 50 kg, berat badan tidak bertambah atau kurang dari 0,2

kg/minggu dan kalau ada indikasi dilakukan tes untuk sifilis.

Palpasi Abdomen: perkiraan ukuran berat badan janin, perbandingan antara

perkiraan partus dan tinggi fundus rahim, perbandingan tinggi fundus rahim

dengan pertambahan berat badan pada kunjungan sebelumnya, janin terasa lebih

kecil dari pada umur kehamilan, tetapi tengkorak janin terasa lebih keras

(paradoxical maturity), palpasi bagian-bagian janin diperkirakan ukuran kepala

dengan umur kehamilan dan ukuran kepala dibandingkan dengan ukuran tubuh

janin. Sering pada PJT kepala lebih kecil dan pada tubuh janin lemak subkutaneus

dan jaringan otot menipis. Kepala agaknya lebih besar dibandingkan dengan masa

tubuh janin, ukuran lingkaran perut setinggi umbilikus, tidak bertambah 2.5 cm/

minggu. Ukuran melebihi 100 cm kemungkinan gmelli, polihidramnion atau janin

besar, rahim terasa lebih sensitif, cairan amnion berkurang, pergerakan janin

Page 61: 2007 Yon pdf

44

lambat, atau kemungkinan kepala sudah masuk pintu atas panggul, kemungkinan

permulaan pembentukan dari segmen bawah rahim dan pematangan dari serviks.

Pergerakan janin: pergerakan janin dan tendangan (kick counts), hal ini dapat

terjadi berhubungan apabila keadaan ibu dan janin sehat. Ibu dapat ditanya berapa

kali pergerakan janin selama 30 menit, 2 kali sehari. Pemeriksaan Vaginal: serviks

lebih dini matang, serviks lunak dan mulai membuka dari 30 minggu

Kardiotokografi: adalah berguna untuk “non stress test” untuk janin yang

sehat adalah sangat berguna untuk kasus berisiko tinggi. Tes ini menentukan

kepada dokter indikasi untuk mengakhiri kehamilan secara dini untuk melindungi

kematian didalam rahim (Sellers 1993)

Ultrasound: adalah cara yang tidak invasif dan sangat berguna untuk

mengamati perkiraan umur kehamilan dari pada janin, terutama bila dilakukan

pada kehamilan yang dini. Ultrasound juga berguna untuk menentukan janin yang

sehat, secara penampilan biofisikal. Ultrasound tidak berguna untuk seluruh

wanita hamil (Sellers PM. 1993) Ultrasound berguna untuk data umur kehamilan:

tanda-tanda pertama dari janin didalam kantong umur 6 - 7 minggu, pergerakan

jantung yang pertama 6.5 minggu, ukuran kepala dari 8 minggu, diameter

biparietal dari kepala dari umur 13 minggu, diameter biparietal, lingkaran kepala

janin, lingkaran perut janin dan panjang femur pada semester ke III, dan derajad

fungsi plasenta. Kardiotokografi dan ultrasound berguna untuk menentukan profil

biofisik memberikan gambar yang bagus pada janin yang sehat.

Amnionsentesis: adalah cara untuk menentukan kelainan pada janin, fasilitas

pemeriksaan ini tepat dikerjakan pada kehamilan antara 13 - 16 minggu, untuk

menentukan kasus risiko tinggi dan janin yang abnormal, tetapi amnionsentesis

tidak dipakai untuk mendiagnosis PJT. Amnionsentesis dikerjakan untuk

mendeteksi mekonium didalam cairan amnion dan untuk menentukan kematangan

paru-paru janin dengan memperkirakan perbandingan lesithin dan sfingomielin.

Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan menurut

Peleg et al. (1998) pada Gambar 8.

Page 62: 2007 Yon pdf

45

Gambar 8 Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur

kehamilan (Peleg et al. 1998).

d. Penatalaksanaan.

Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan pertumbuhan janin terhambat dapat

dilakukan dengan mencari sebab apakah ada kekurangan zat gizi, hal ini dapat

ditanggulangi dengan Antenatal Care kehamilan, apakah ada kehamilan dengan

risiko tinggi, fasilitas perawatan neonatus yang baik, Kapan janin harus dilahirkan

pervaginam atau seksio sesaria.

Bila janin dicurigai PJT dokter harus mengambil keputusan untuk

menentukan waktu dilahirkan cara per vaginam atau seksio Saesaria. Harus

dipertimbangkan bahaya antara kematian intrauterin dengan bahaya prematur

pada saat menentukan kelahiran. Dicoba pemberian makanan yang bergizi pada

wanita dengan status ekonomi yang rendah, untuk memperbaiki kemungkinan

risiko berat lahir rendah. Pemberian makanan bergizi untuk mencegah PJT dan

lahir preterm dengan jangka waktu yang lama. Pada sosial ekonomi yang rendah,

memerlukan biaya yang besar untuk memberikan pertolongan ibu dan anak yang

berisiko tinggi ini. Setiap minggu dievaluasi dengan USG diameter biparietal dan

diameter toraks. Bila dengan tes tersebut menunjukkan kemajuan janin kehamilan

dapat diteruskan dan waspada pada komplikasi yang lain. Obyek untuk

membiarkan janin hidup sampai matur adalah dirahim ibu tanpa diikuti suatu

stress.

Page 63: 2007 Yon pdf

46

Mencoba mengobati penyakit ibu seperti hipertensi dan mengkontrol

diabetes, mencoba memperlancar aliran darah kerahim ibu dengan cara istirahat

dan berbaring pada sisi untuk menghindari kompresi aorta – kava. Harus berani

melarang ibu merokok, minum alkohol dan obat-obatan. Pemberian diet

suplemen. Kehamilan harus dihentikan bila ada tanda janin atau ibu distres,

dengan hasil neonatal yang prematur tidak memberi keuntungan. Apabila

diagnosis PJT ditegakkan kehamilan biasanya harus diahkiri pada minggu ke 38.

jika bayi tidak tumbuh lagi dan lebih baik dirawat diluar kandungan. Kebanyakan

janin meninggal dalam rahim setelah minggu ke 36 dan sebelum dilahirkan. Pada

pasien dengan pre-eklampsia, atau diabetes sering diinduksi kelahiran dengan

seksio saesaria pada minggu ke 37.

Pada keadaan sosial ekonomi yang kurang, berkaitan dengan kemampuan

memenuhi kebutuhan gizi, ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg dan

pertambahan berat yang kurang dari 7 kg selama kehamilan patut diberikan

bantuan dan pengetahuan gizi (Wiknjosastro 1993).

Tinggi fundus uteri yang berada dibawah 10 persentil dari kurva normal

merupakan cara yang sederhana namun cukup peka yaitu dengan sensivitas 64 –

89%, prediksi mencapai 79%.Pemeriksaan ultrasonografi serial dan perhitungan

velositas darah arteri umbilikalis dan arteri arkuata dapat memberikan 68% untuk

mendeteksi PJT. Pemeriksaan kardiotokografi umumnya dilakukan dengan tes

tanpa tekanan (TTT), hanya sebagian kecil yang menggunakan tes dengan tekanan

(TDT) mengingat adanya efek samping dan kurang praktis. Gejala insufisiensi

plasenta dapat diketahui dengan perubahan pada karditokografi yaitu: hasil non

reaktif, berkurangnya gerakan janin, berkurangnya variabilitas dan timbul

deselerasi lambat.

Arus darah janin merupakan cara yang non invasif dalam pemantauan dan

deteksi PJT. Penurunan dari velositas darah pada diastolik mencerminkan

pengurangan arus darah atau resistensi yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan

kejadian PJT dan asfiksia. Stres atau his dalam persalinan akan mempengaruhi

arus darah uteroplasenta yang sudah berkurang. Hipoksia dan asidosis dijumpai

pada 50% janin dengan PJT. Untuk menghindari gawat janin dilakukan

pengobatan pada patologi ibu misalnya anemia, hipertensi. Bila timbul gejala

Page 64: 2007 Yon pdf

47

gawat janin maka ibu diberikan oksigen 6 L/menit, tidur miring kekiri dan

pemberian tokolisis dengan terbutalin 0.25 mg subkutan dilanjutkan dengan drip

2.5 mg/500 ml glukosa 5% (Wiknjosastro 1993).

e. Ringkasan skema pemantauan dan penanganan PJT

Bila kita menemukan ibu hamil dengan persangkaan PJT, perlu dicari

penyebabnya dan diobati secara kausal, dilakukan pemeriksaan USG dengan

mengukur diameter biparietal, lingkaran abdomen, mengukur indeks cairan

amnion, mengukur panjang femur, melihat gerakan pernafasan dan melihat arus

aliran darah. Dilakukan kardiotokografi, bila ada gawat janin dipertimbangkan

seksio saesaria. Pada Gambar 9 dibawah ini adalah skema pemantauan dan

penanganan PJT menurut Wiknjosastro (1993)

-

Hipoksia/Gawat janin

Ya Tidak

Seksio Pervaginam

Gambar 9 Skema pemantauan dan penanganan PJT (Wiknjosastro 1993).

Dioksin dan Kesehatan

a. Dioksin

Dioksin (polychlorinated dibenzo-p-dioxin, PCDD), furan (poliychlorinated

dibenzofuran, PCDF) dan polychlorinated biphenyl( PCB) adalah racun (toksik)

sintetis dari zat kimia yang pertama kali dihasilkan pada abad 20 (1994). Dioksin

Pengobatan kausal

Serial Ultrasonografi -Diameter biparietal -Lingkaran Abdomen -Indeks cairan amnion -Panjang femur -Gerakan Pernafasan -Arus darah

Kardiotokografi -Stimulasi

Page 65: 2007 Yon pdf

48

adalah nama umum dari sekelompok ratusan bahan kimia yang beracun yang

terdapat disekitar kita, yang paling beracun adalah 2,3,7, 8- tetrachlorodibenzo-p-

dioxin, TCDD dan PCB. Dioksin dibentuk secara tak sengaja dari suatu proses

pabrik yang menggunakan chlorine sebagai bahan sisa dari pembakaran, pada

pembuatan bahan kimia pestisida, pabrik kertas pada pembuatan bubur pemutih

kertas dan pada pabrik plastik Polyvinyl Chloride (PVC), yang ditemukan didalam

populasi Amerika, yang berdampak tidak baik bagi kesehatan.

Dioksin pertama ditemukan sebagai komponen toksik di Love Canal di air

terjun Niagara, New York. Sekarang telah menyebar pada seluruh populasi

terutama pada makanan (Sartin 1994; Beck et al.1989; Birmingham et al.1989;

Theelen 1991; Ministry of Agriculture, Fisheries and Fool 1992). Secara periodik

baru-baru ini di Belgia, PCB mengkontaminasi makanan lemak binatang.

Sebagian besar produk makanan di Belgia ditarik dari pasar dan dihancurkan

(Hileman 1999) Bahan kimia yang sama mengkontaminasi pada beras di Jepang

pada tahun 1968, pernah dilaporkan oleh Masuda et al. (1996). Keracunan dioksin

rata-rata tiap hari diukur dengan TEQ (toxic equivalent).

Ada perbedaan intik antara laki-laki dan wanita pada umur yang berbeda

yang diukur oleh Departement Of Agriculture’s Continuing Survey of Food

Intakes, Amerika (USDA 1995), TEQ pada bayi diukur dari analisis ASI pada

wanita di Binghamton, New York (Schecter et al.1996a). Sumber terbesar dioksin

bagi manusia adalah pada makanan, sejak ditemukan bahwa dioksin adalah larut

didalam lemak (lipophilic), maka akumulasi yang banyak ditemukan pada daging

dan produk hari-hari, misalnya pada daging, susu, daging ayam, daging babi, ikan

dan telur. Dibawa ini adalah Chart yang menyatakan jumlah dioksin yang ada

pada makanan apabila bila terpapar dioksin sebanyak 119 pg/hari di Amerika

Utara yang dilaporkan oleh EPA (Environmental Protection Agency).

Page 66: 2007 Yon pdf

49

Jumlah Terpapar = 119 pg/hariKonsumsi Daging

Konsumsi Produk Susu

Konsumsi Susu

Konsumsi Ayam

Konsumsi Daging Babi

Konsumsi Ikan

Konsumsi Telur

Inhalasi

Larut dalam Tanah

Larut dalam Air

38.0

24.1

17.6

12.912.2

7.8

4.12.2

0.8

Yang terabaikan0.0 10.0 20.0 30.0 40.0

Intik perhari di Amerika Utara (pg/hari) dalam TEQ (Toxic Equivalent)

Gambar 10 Intik dioksin perhari di Amerika Utara menurut jenis pangan

(Schecter et al. 2001)

Toxic Equivalent(TEQ) dari berbagai makanan yang diselidiki oleh Schecter

dan kawan-kawan (2001) dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Toxic Equivalent (TEQ) Dioksin didalam berbagai makanan (Schecter

et al. 2001).

Jumlah TEQ ppt

Koplanar & Mono-orth

Dibenzofuran

Dioksin

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

0.400.33

0.39

0.51

0.39

1.73

1.12

0.42

0.16a

0.42a 0.34

0.09

Daging Ayam Dg. Babi Hot dogsBologna

Ikan Laut Mentega Keju Susu Eskrim Telur VegetarianIkanair tawar

Schecter dkk (2001)

TEQ

Page 67: 2007 Yon pdf

50

b. Akibat dioksin pada kesehatan

1. Chloracne

Penyakit pertama yang berhubungan dengan terpaparnya dioksin adalah

disebut Chloracne, penyakit ini pertama digambarkan pada tahun 1897 dan pada

1930 muncul pada pekerja pada pabrik industri kimia PCB (polychlorinated

biphenyl), berupa kista dan pustula, seperti jerawat pada remaja. Bedanya bentuk

seperti jerawat tersebut dapat terjadi diseluruh tubuh. Sampai tahun 1960

chloracne yang disebabkan oleh dioksin masih belum diketahui penyebabnya

(Rachel 1995).

2. Kanker

Dioksin masuk kedalam tubuh umumnya lewat makanan. Pada wanita hamil

dioksin dapat lewat melalui plasenta dan pada bayi melalui ASI. Dioksin bagi

wanita hamil mempengaruhi pertumbuhan janin yang ditandai dengan terjadinya

pengurangan jumlah nepron didalam ginjal (Hinchliffe et al 1992a) Pada bayi

normal terdapat 1000.000 nepron, pada pertumbuhan janin terhambat jumlah

nepron berkurang sampai 300.000 – 600.000, hal ini berhubungan pada 70%

kasus sindrom kematian mendadak bayi baru lahir (Sudden Infant Death

Syndrome) (Hinchliffe et al, 1992b) Organ lain yang terkena dampak dioksin

adalah perkembangan otak, yang disebabkan oleh gangguan pada ibunya berupa

hipotiroid yang permanent (Benham-Rassoli et al, 1991) Menurut penelitian

International Agency for Research on Cancer (IARC 1997), dioksin dapat

menimbulkan kanker payudara dan pada penelitian akhir 2003, dioksin tidak dapat

ditentukan dosis yang aman untuk tidak menyebabkan kanker. Pada penelitian

kanker yang lain pada sejumlah orang yang terpapar dioksin menunjukkan

didalam tubuhnya terdapat dioksin sampai mencapai 109 ng/kg. Rata-rata dioksin

yang dapat mengakibatkan efek karsinogen, mencapai 8 kali jumlah yang ada

pada publik di Amerika (Rachel 1995).

3. Gangguan tingkah laku dan gangguan proses pembelajaran

Percobaan pada kera terjadi gangguan proses pembelajaran pada kera yang

muda dengan beban dioksin yang rendah sebesar 42 ng/kg. Gangguan

pembelajaran pada kera ini hanya 3.2 kali lebih tinggi rata-rata di Amerika

Page 68: 2007 Yon pdf

51

4. Hormon kelamin laki-laki berkurang

Peneliti dari National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH)

menemukan pengurangan kadar testosteron didalam sirkulasi darah pada pekerja

laki-laki yang terpapar dioksin. Pada sebagian manusia sangat peka terhadap

dioksin sebesar 280 kali dari pada tikus percobaan. Dioksin yang terpajan hanya

1.3 kali dari pada populasi di Amerika.

5. Diabetes

Dua penelitian tentang diabetes melaporkan insiden diabetes meningkat

karena terpajan oleh dioksin pada veteran Vietnam; penelitian yang ketiga

merupakan penelitian diabetes yang dilaporkan angkatan udara Amerika Serikat.

Beban yang diterima untuk meningkatkan insiden diabetes 99 – 140 ng/kg Beban

rata-rata yang diterima di Amerika adalah 13 ng/kg.

6. Toksisitas terhadap sistem kekebalan

Pada percobaan kera terjadi perubahan pada sel darah putih yang

berhubungan dengan sistem kekebalan. Pada beban dioksin 10 ng/kg, sama

dengan 25% dibawa rata-rata yang ditemukan di Amerika. Secara klinis terjadi

peningkatan infeksi oleh virus, yang disebabkan kerusakan dari sistem kekebalan.

7. Endometriosis dan jumlah sperma menurun

Pada percobaan kera rhesus betina terjadi nyeri yang hebat akibat penyakit

yang dideritanya dengan hanya 5 kali beban rata-rata dioksin yang ada di Amerika

Serikat. Pada wanita kasus endometriosis meningkat ( Rachel’s Hazardous Waste

News 1993). Pada anak tikus jantan dengan beban dioksin 5 kali lebih dari rata-

rata di Amerika, terjadi penurunan jumlah produksi sperma. Selama 50 tahun ini

produksi sperma pada laki-laki yang bekerja dipabrik menurun 50% (Rachel’s

Hazardous Waste News 1993).

Pada keadaan sekarang kita mendapat berita bahwa dioksin adalah berita

yang buruk dan merupakan persoalan bagi kesehatan masyarakat lebih dari 20

tahun kedepan. Kita harus menghentikan industri yang dapat menghasilkan

sumber dioksin (Montaque 2000).

Page 69: 2007 Yon pdf

52

Gambar 12 Sumber dioksin

Pabrik yang memakai Klorin, pabrik pestisida,kertas,plastik, PCV

Limbah yang bersifat lipofilik

Tanah

Asap pembakaran/udara

Air

Tanaman Hewan

Manusia

Page 70: 2007 Yon pdf

53

KERANGKA PIKIR

Gangguan pertumbuhan janin terhambat (PJT), dapat terjadi karena

gangguan gizi dan kesehatan ibu selama hamil. Selain itu juga kemungkinan

karena faktor genetik yang tidak dicakup dalam kajian ini serta faktor lainnya

seperti genetik yang tidak dicakup pada penelitian ini. Pada penelitian ini.

gangguan pertumbuhan janin dihipotesiskan dipengaruhi oleh pertambahan berat

badan selama kehamilan, status gizi awal kehamilan ibu (BB, TB, LILA, Hb),

penyakit ibu selama kehamilan, konsumsi gizi, infeksi, faktor ibu merokok,

faktor plasenta. Disamping itu secara tidak langsung juga dipengaruhi faktor

sosial ekonomi seperti umur pendidikan, pekerjaan ibu, pendapatan/pengeluaran

keluarga dan pengetahuan gizi. Fasilitas pemeriksaan kehamilan, ante natal care

di Puskesmas atau BKIA terutama di daerah perifer dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin.

Berat bayi baru lahir dipengaruhi oleh gizi awal kehamilan yang dinyatakan

dalam IMT, sedangkan pertambahan berat badan ibu hamil dipengaruhi oleh

status gizi awal kehamilan, usia kehamilan, konsumsi gizi, kebiasaan merokok

dan tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pertambahan

berat badan ibu berhubungan dengan pertumbuhan janin (Whitney et al. 1998).

Faktor pendidikan mempengaruhi pendapatan dan status gizi awal kehamilan.

Anak yang dilahirkan dari ibu dengan gizi kurang di lingkungan miskin akan

mengalami gizi kurang dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya menghasilkan

wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang (Ebrahim 1985).

Pada masa janin berusia 9-40 minggu, pertumbuhan berjalan cepat dan

mulai berfungsinya organ-organ. Mortalitas pada masa janin terjadi akibat

gangguan oksigenasi, infeksi, trauma, radiasi dan bahan kimia (Soetjiningsih

1998). Ibu dengan gizi kurang menghadapi ancaman pertumbuhan bayi pendek

dan berat bayi lahir rendah apalagi setelah lahir tidak mendapat gizi yang cukup.

Pada ibu hamil yang merokok dapat melahirkan bayi pendek (Akhir 1993).

Page 71: 2007 Yon pdf

54

Hamil 3 bulan Kohort Prospektif 9 bulan bayi lahir

Gambar 13 Kerangka Pikir Penelitian.

Berat, panjang dan lingkar kepala bayi lahir

Pertambahan BB ibu hamil

Genetik

Status Sosial Ekonomi

(Akses pelayanan bersalin, proksi dari pendapatan dan pendidikan)

Merokok dan penggunaan obat nyamuk

Pertumbuhan Janin Penyakit Infeksi Ibu Hamil

Status Gizi Awal Kehamilan

(IMT)

Pengetahuan Gizi

Pemanfaatan Pelayanan ANC

Konsumsi Gizi Ibu Hamil

Usia Kehamilan

Page 72: 2007 Yon pdf

55

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kohort prospektif

(prospective cohort) dengan mengikuti ibu hamil yang memeriksakan kehamilan

di pelayanan bersalin (rumah sakit bersalin dan rumah bersalin). Pelayanan

bersalin dipilih dengan alasan tersedianya catatan medik (medical record) di

tempat pelayanan bersalin tersebut.

Penelitian dilakukan di Jakarta Timur dan Bekasi. Rumah sakit bersalin

yang dipilih adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Jatinegara serta

Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Bekasi. Alasan pemilihan RSIA

Hermina karena rumah sakit ini mempunyai kapasitas tempat tidur (bed

occupation rate) yang besar (70tt dan 130tt) dan pengunjung/pasien ibu hamil

yang banyak (700 - 1400 pasien/hari) di Jakarta dan Bekasi. Disamping itu pasien

ibu hamil yang kerumah sakit ini pada umumnya berasal dari keluarga sosial

ekonomi menengah dan atas. Pengumpulan data dilakukan tahun 2004 – 2006.

Untuk mendapatkan kerangka contoh dari golongan sosial ekonomi rendah

dipilih dari rumah bersalin, puskesmas yang mempunyai rumah bersalin, yang

terdaftar Dinas Kesehatan di Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan Bekasi.

Contoh

Kriteria populasi contoh adalah ibu hamil usia 20 - 35 tahun yang

melakukan pemeriksaan kehamilan dan mempunyai catatan medik lengkap sejak

usia kehamilan 8 minggu. Data catatan medik lengkap mencakup nama, alamat,

umur, tinggi badan dan berat badan kunjungan pertama, berat badan menjelang

melahirkan, pendidikan, tekanan darah, kadar Hb dan atau Ht, umur dan

pendidikan suami.

Menurut Hardinsyah (2000), prevalensi BBLR berbeda pada berbagai

lokasi penelitian terserak di Indonesia, yaitu 7.9 – 29.0%. Sementara Depkes

(2003) memperkirakan prevalensi BBLR 10%.

Penetapan jumlah contoh minimal pada penelitian ini didasarkan pada

perkiraaan prevalensi BBLR sebesar 10% (Prevalensi BBLR yang dilaporkan

Depkes 2003), akurasi atau toleransi kesalahan perkiraan d = 1% atau 0.01.

Page 73: 2007 Yon pdf

56

Dengan menggunakan rumus minimal contoh berikut didapatkan jumlah contoh

minimal 150 bayi untuk tiap kelompok.

n = Z21-α/2

(п)(1-п)/(d2)

n : ukuran sampel

Z1-α/2 : Nilai Z pada α =0.5 (derajat kepercayaan 95%) yaitu 1.96

п : Prevalensi BBLR yang diperkirakan, yaitu 10 % (0.1)

d : Derajat akurasi yang diinginkan = 5% (0.05)

n = 1.962 x 0.1(1 – 0.1)/( 0.05)2 = 138.2 dibulatkan menjadi 150 bayi

Dengan mempertimbangkan ada empat kelompok ibu hamil yang akan

diteliti (yaitu 2 kelompok sosial ekonomi (tinggi dan rendah) dan dua kelompok

status gizi (kurus dan normal) maka diperlukan jumlah contoh ibu hamil minimal

2 x 2 x 150 = 600 ibu hamil.

Jumlah contoh sebanyak ini akan dipilih secara proporsional berdasarkan

dua jenis pelayanan bersalin, yaitu (1) akses pelayanan pemeriksaan kehamilan

dan melahirkan di RSIA Hermina untuk kelompok sosial ekonomi (SE) tinggi dan

(2) akses layanan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di Rumah Bersalin

Puskesmas untuk kelompok sosial ekonomi (SE) rendah. Selanjutnya klassifikasi

SE rendah dan SE tinggi ini diferifikasi dengan peubah sosial ekonomi utama

yang dikumpulkan yaitu pendapatan keluarga dan pendidikan kepala keluarga.

RSIA Hermina Jatinegara dan RSIA Bekasi dipilih sebagai tempat penarikan

contoh ibu hamil dari SE tinggi. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan Rumah

Sakit bersalin swasta terbesar di Jakarta Timur, yaitu rata-rata 200 persalinan

perbulan. Sembilan Puskesmas di Jakarta Timur yang mempunyai fasilitas

persalinan dan 3 Puskesmas yang memiliki fasilitas bersalin di Bekasi dipilih

sebagai tempat penarikan contoh ibu hamil dari ibu SE rendah.

Berdasarkan data catatan medik RSIA Hermina bahwa jumlah ibu hamil

yang melahirkan di RS ini selama setahun 2004 sekitar 2400 ibu melahirkan. Dari

keseluruhan ibu hamil diduga hanya 50% (1200 orang) ibu hamil yang

mempunyai catatan medik lengkap (yang memenuhi syarat sebagai contoh

penelitian ini). Laporan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan

Bekasi tahun 2004 menunjukkan bahwa sekitar 45.128 ibu hamil melahirkan di

Page 74: 2007 Yon pdf

57

rumah bersalin dari 9 Puskesmas di Jakarta Timur (puskesmas Cakung (CK),

Jatinegara (JTN), Matraman (MTM), Pulo Gadung (PG), Duren Sawit (DS),

Kramat Jati (KJ), Ciracas (CRC), Makasar (MKS), Pasar Rebo (PR), dan 6.873

ibu hamil melahirkan di rumah bersalin dari 3 Puskesmas di Bekasi (Puskesmas

Seroja (SRJ), Bantar Gebang (BG), Pondok Gede (PG). Diperkirakan 25% ibu

hamil yang ke Puskesmas mempunyai catatan medik lengkap dan akan

melahirkan di Puskesmas/bidan desa. Berdasarkan data ini tidak akan ada

kesulitan dalam memperoleh contoh ibu hamil dengan jumlah minimal.

Rumah Sakit bersalin swasta di Bekasi ada 3 buah yaitu, rumah bersalin

Sudibyo, Yayasan Bella dan RSIA Hermina Bekasi. RSIA Hermina Bekasi adalah

rumah sakit bersalin yang jumlah persalinannya terbanyak rata-rata 250 persalinan

per bulan. RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi adalah rumah sakit bersalin untuk

kalangan menengah keatas, sedangkan rumah bersalin di Puskesmas adalah rumah

bersalin untuk kalangan masyarakat menengah kebawah. Di Jakarta Timur ada 10

buah puskesmas dan diantaranya 9 buah puskesmas memiliki rumah bersalin,

sedangkan di Bekasi ada 36 buah puskesmas dan hanya 3 buah puskesmas yang

mempunyai rumah bersalin.

Dipilihnya RSIA Hermina Jatinegara karena jumlah persalinan terbanyak

dari pada RS bersalin Budi Jaya, Evasari dan Bunda demikian pula dipilihnya

RSIA Hermina Bekasi dipilih karena jumlah persalinan perbulan paling tinggi dari

pada RS bersalin Sudibyo dan yayasan Bella.

Berdasarkan kriteria inklusi contoh ibu hamil seperti pada Tabel 10 (awal

kehamilan), dipilih ibu hamil dari catatan medik 2004 sampai jumlah sampel

mencukupi. Jumlah contoh awal yang memenuhi syarat pada awal studi adalah

1286 ibu hamil, namun jumlah contoh yang memenuhi syarat sampai akhir

penelitian adalah 638 orang.

Puskesmas (n = 325) RSIA Hermina (n = 313)

Jakarta Timur (176) Bekasi( 149) Jatinegara(151) Bekasi(162)

CK JTN MTM PG DS KJ CRC MKS PR SRJ BG PG

19 20 20 18 20 20 20 19 20 50 50 49

Gambar 14 Skema pengambilan contoh

Page 75: 2007 Yon pdf

58

Tabel 10 Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan

Kriteria Inklusi Awal Kehamilan Kriteria Inklusi Setelah Melahirkan

1. Ibu hamil usia 20 – 35 tahun 2. Usia kehamilan 2 – 8 minggu 3. Lengkap catatan medik awal 4. Tidak sakit serius 5. Bersedia melakukan pemeriksaan akhir 6. Bersedia mengikuti penelitian

(wawancara kuesioner dan pengetahuan gizi) yang dibuktikan dengan informed consent

1. Kehamilan tunggal (tidak bayi kembar)

2. Lengkap data catatan medik bayi

3. Bayi lahir hidup

Pada Tabel 11 disajikan sebaran jumlah contoh menurut status sosial

ekonomi (rendah dan tinggi). Pengelompokan contoh berdasarkan status gizi

dilakukan saat analisis data berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu awal

kehamilan.

Tabel 11 Jumlah ibu hamil menurut status sosial ekonomi pada akhir penelitian

Bekasi Jatinegara Total

Puskesmas RSIA Hermina

149 162

176 151

325 313

Jumlah 311 327 638

Metode dan Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan diambil dari Juni 2004 sampai dengan Maret 2006 di

RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi dan di 12 Puskesmas bersalin yaitu 3

Puskesmas di Bekasi dan 9 Puskesmas di Jatinegara.

Data yang dikumpulkan mencakup data sekunder dan data primer. Data

sekunder yang dikumpulkan meliputi data catatan medik ibu hamil, informasi

persalinan, dan informasi bayi lahir dari setiap ibu hamil contoh dan bayi yang

dilahirkan dirumah sakit terpilih. Data ini dikumpulkan langsung oleh peneliti

dengan mencatat data yang diperlukan dari catatan medik ibu hamil tahun 2004 -

2006 sesuai prosedur masing-masing rumah sakit. Andaikan ada data yang kurang

Page 76: 2007 Yon pdf

59

dalam catatan medik di rumah sakit, tetapi kemungkinan ada dalam buku catatan

kehamilan yang dipegang ibu hamil, maka peneliti dan asisten peneliti

mengunjungi/menelpon contoh ibu hamil (yang telah melahirkan) untuk

memperoleh data dimaksud (sebagai data primer).

Sebelum mengumpulkan data, para bidan yang akan membantu

pengumpulan data primer dilatih oleh peneliti secara langsung. Pelatihan yang

diberikan kepada para bidan tersebut yaitu dengan menyertakan secara langsung

para bidan dalam proses pencatatan rekam medik dari ibu hamil dimasing-masing

rumah bersalin, yang diawasi prosesnya oleh peneliti.

Kelompok diskusi terarah dilakukan pada bidan yang melakukan antenatal

care dan yang akan melahirkan ibu-ibu yang menjadi contoh penelitian. Sebelum

menetapkan ibu hamil sebagai respoden, perlu diberikan penjelasan tentang

penelitian dan apabila setuju maka dibuatkan informed consent (Lampiran 1).

Page 77: 2007 Yon pdf

60

Tabel 12 Data dan sumber data

No Data Sumber data

1 Identitas dan sosial ekonomi Ibu hamil (Nama, umur (tahun), pendidikan, kota kelahiran, agama, alamat lengkap, umur suami (tahun), pendidikan suami, pekerjaan suami

Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan

2 Riwayat dan informasi kehamilan Gravida, partus, riwayat kehamilan, berat bayi baru lahir, usia kehamilan (minggu), abortus, LILA (cm), tinggi badan (cm), berat badan kunjungan pertama (kg), berat badan menjelang melahirkan (kg), tekanan darah (mm/Hg), Kadar Hb (mg/dl) /Ht, konsumsi suplemen/resep persalinan

Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan

3 Informasi Persalinan Tinggi fundus, letak kepala/sungsang, bunyi denyut jantung bayi per menit, pemeriksaan kesehatan ibu konsumsi suplemen/resep persalinan

Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan

4 Informasi bayi baru lahir, mati, hidup Cara melahirkan per vaginam/seksio sesaria, jenis kelamin, tanggal lahir, berat lahir (g), panjang lahir (cm), lingkar kepala(cm), lingkar perut(cm), skor APGAR, Skor Ballard (neuromuskuler & fisik:keriput kulit) serta kondisi saat keluar dari RS(hidup/meninggal/sakit).

Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan

5 Konsumsi pangan Pendapatan keluarga

Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti

6 Pengetahuan gizi Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti

7 Perilaku kesehatan Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti

Page 78: 2007 Yon pdf

61

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Karakteristik sosial ekonomi keluarga dianalisis berdasarkan akses ke

layanan kesehatan di RSIA Hermina (SE tinggi) dan akses ke layanan kesehatan

Puskesmas (SE rendah). Pertambahan berat badan ibu dihitung dari selisih berat

badan saat periksa awal kehamilan sampai pemeriksaan menjelang melahirkan.

Status gizi sebelum kehamilan dianalisis menggunakan Indeks Massa Tubuh

(IMT = BB/(TB)2, yang kemudian dikategorikan kepada kurus (IMT < 18.5),

normal (IMT 18.5 – 25.0), gemuk (IMT 25.01 – 27.00) dan gemuk sekali (IMT >

27.00). Pengetahuan gizi ibu dihitung berdasarkan skor jawaban benar yang

diberikan ibu hamil atas pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi

yang kemudian dikategorikan kepada kurang (< 60%), sedang (60 - 80%) dan

baik (> 80%) (Khomsan 2000).

Ukuran antropometrik bayi, yaitu berat badan (g), panjang badan (cm),

lingkar kepala (cm), lingkar perut (cm) dan lingkar dada (cm), diolah untuk

mendapatkan rata – rata dan simpangan baku.

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir

< 2500 g, dan bayi normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir ≥2500 g.

Bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) jika bayi lahir

dengan berat lahir di bawah 10 persentil terendah. Panjang lahir pendek (PLP)

adalah bayi dengan panjang badan saat lahir <46 cm.

Konsumsi gizi ibu hamil dianalisis dengan menggunakan metode semi Food

Frekuensi Kuesioner. Jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu hamil selama

seminggu dicatat, kenudian dikelompokkan berdasarkan kelompok pangan.

Dengan menggunakan food processor, jumlah dan jenis pangan dikonfersikan

kepada kandungan gizi bahan pangan dengan menggunakan Daftar Komposisi

Bahan Makanan Puslitbang Gizi Bogor dan acuan AKG Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi 2004.

Pengetahuan gizi dan perilaku kesehatan ibu hamil dianalisis berdasarkan

jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan yang berhubungan

dengan gizi dan kesehatan. Berdasarkan skor jawaban yang diberikan, ibu hamil

Page 79: 2007 Yon pdf

62

dikategorikan kepada kelompok pengetahuan gizi rendah (skor jawaban benar

<60%), sedang (skor jawaban benar 60 – 80%) dan tinggi (skor jawaban benar

>80%). Kebiasaan merokok dan paparan terhadap obat nyamuk merupakan bagian

dari pernyataan ibu hamil sehubungan dengan perilaku kesehatan. Nilainya

dianalisis berdasarkan skor jawaban ibu hamil terhadap kebiasaan mereka

merokok dalam sehari (ya/tidak) serta penggunaan obat nyamuk setiap hari

(ya/tidak).

Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diadakan pengolahan data melalui

proses editing, coding, cleaning dan tabulasi data. Hubungan antara dua variabel

yang diamati diukur dengan melakukan uji korelasi Pearson dan Spearman.

Pengaruh pertambahan berat badan ibu hamil serta umur kehamilan, status gizi

ibu dan status sosial ekonomi terhadap berat bayi dan panjang bayi lahir dianalisis

dengan regresi linier berganda.

Analisis Data

Prevalensi pertumbuhan janin terhambat

Prevalensi pertumbuhan janin terhambat dianalisis berdasarkan banyaknya

kejadian bayi yang lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah dari

semua ibu hamil. Prevalensi PJT juga diamati berdasarkan kelompok status sosial

ekonomi dan status gizi yang berbeda.

Prevalensi BBLR

Prevalensi BBLR dianalisis berdasarkan banyaknya kejadian bayi yang lahir

dengan berat lahir < 2500g dari semua ibu hamil. Prevalensi BBLR juga diamati

berdasarkan kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

Hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi

Untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan status sosial ekonomi dan status

gizi ibu awal kehamilan terhadap ukuran antropometrik bayi, dilakukan analisis

korelasi Spearmann.

Faktor – faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan

Untuk menganalisis faktor – faktor yang diduga memengaruhi pertambahan

badan ibu selama kehamilan dilakukan uji regresi linier berganda. Peubah –

Page 80: 2007 Yon pdf

63

peubah yang diduga memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama

kehamilan, yaitu status gizi ibu awal kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu

(minggu), skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi

badan ibu awal kehamilan, kadar Hb darah awal kehamilan, konsumsi protein

awal kehamilan, skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk dianalis

dengan uji regresi linier berganda dengan metode stepwise.

Model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε

dimana :

Y = pertambahan berat badan ibu

X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT)

X2 = usia kehamilan (minggu)

X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan

X4 = status sosial ekonomi

X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan

X6 = kadar Hb darah awal kehamilan

X7 = konsumsi protein awal kehamilan

X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk

βo = intercept

β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi,

ε = galat.

Faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi lahir

Untuk menganalisis faktor - faktor yang diduga memengaruhi berat lahir,

panjang lahir dan lingkar kepala bayi lahir dilakukan analisis regresi linier

berganda. Faktor – faktor yang diduga memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi

lahir serta lingkar kepala bayi lahir kehamilan, yaitu status gizi ibu awal

kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu (minggu), skor pengetahuan gizi akhir

kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan, kadar Hb

darah awal kehamilan, konsumsi protein awal kehamilan, skor kebiasaan merokok

dan paparan obat nyamuk dianalis dengan uji regresi linier berganda dengan

metode Stepwise.

Page 81: 2007 Yon pdf

64

Model analisis regresi linier ganda adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + ε

dimana :

Y = berat bayi lahir/panjang bayi lahir/lingkar kepala bayi

X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT)

X2 = usia kehamilan (minggu)

X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan

X4 = status sosial ekonomi

X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan

X6 = kadar Hb darah awal kehamilan

X7 = konsumsi protein awal kehamilan

X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk

X9 = Standardized Residual pertambahan BB (digunakan saat analisis

faktor yang mempengaruhi ukuran antropometrik bayi).

βo = intercept

β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi,

ε = galat.

Dalam analisis faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang

bayi lahir dan lingkar kepala bayi lahir disertakan Standardized Residual

pertambahan berat badan ibu hamil. Penyertaan Standardized Residual dalam

analisis regresi terhadap faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir,

panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi disebabkan karena berdasarkan uji

korelasi diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu berkorelasi tinggi dengan

tinggi badan ibu. Sehingga, untuk mengurangi pengaruh kolinieritas tersebut,

maka dalam analisis digunakan standardized residual pertambahan berat badan.

Page 82: 2007 Yon pdf

65

Definisi Operasional

1. Contoh : ibu hamil usia 20 – 35 tahun yang haidnya terlambat dan tes urine

kehamilan positif dengan usia kehamilan 2 – 8 minggu.

2. Ibu anemia : ibu dengan kadar Hb darah <11mg/L

3. Status sosial ekonomi tinggi : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil

yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan

persalinan di RSIA Hermina.

4. Status sosial ekonomi rendah : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil

yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan

persalinan di Puskesmas.

5. Status gizi ibu awal kehamilan : keadaan gizi ibu hamil yang dianalisis

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT = BB(kg)/TB(m)2), yang selanjutnya

dikategorikan kepada status gizi :

a. Kurus : ibu dengan IMT <18.5

b. Normal : ibu dengan IMT 18.5 – 25.00

c. Gemuk : ibu dengan IMT 25.01 – 27.00

d. Gemuk sekali : IMT > 27.0

6. Usia kehamilan : lama ibu mengandung, dihitung mulai dari hari pertama

haid terakhir ibu. Diketahui dari pernyataan ibu hamil yang kemudian

disesuaikan dengan hasil pemeriksaan bidan/dokter kebidanan.

7. Berat badan ibu : hasil pengukuran berat badan pada awal kehamilan (2 – 8

minggu yang diperoleh dari catatan medik persalinan. berat badan ini

dianggap sebagai berat badan awal kehamilan.

8. Tinggi badan ibu : hasil pengukuran tinggi badan ibu pada awal kehamilan

(>8 minggu usia kehamilan)

9. Pertambahan berat badan ibu : angka yang menunjukkan besarnya

kenaikan berat badan ibu yang diukur saat awal kehamilan sampai saat

menjelang melahirkan.

10. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) : bayi yang lahir dengan berat lahir

<2500gr

Page 83: 2007 Yon pdf

66

11. Bayi dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT): bayi pada 10 persentil

berat lahir terendah dari keseluruhan bayi baru lahir.

12. Bayi dengan panjang lahir pendek (PLP): bayi yang lahir dengan panjang

lahir <46 cm

13. Bayi normal : bayi yang lahir dengan berat lahir >2500gr

14. Bayi preterm : bayi yang lahir pada saat usia kehamilan ibu <37 minggu

15. Bayi aterm : bayi yang lahir saat usia kehamilan ibu ≥ 37 minggu.

16. Konsumsi gizi ibu hamil : jumlah zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil yang

dihitung dari data konsumsi pangan ibu hamil yang dikumpulkan pada

trimester ketiga kehamilan. zat gizi yang dianalisis yaitu energi, protein,

lemak, karbohidrat, vit A vit C, thiamin, folat, B12, kalsium, fosfor, besi dan

seng.

17. Pengetahuan gizi ibu hamil : skor yang diperoleh dari penjumlahan setiap

jawaban yang benar yang diberikan kepada ibu hamil yang terkait dengan

pengetahuan gizi ibu

18. Perilaku kesehatan ibu hamil : skor yang diperoleh dari setiap praktek yang

benar dari ibu hamil yang diduga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan ibu

dan janin.

19. Pendidikan ibu / suami : Tingkat pendidikan formal yang diselesaikan ibu

dan suami, sebagai berikut :

a. Sekolah dasar

b. SLTP

c. SLTA

d. Perguruan Tinggi

20. Pekerjaan suami :

Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan

lamanya bekerja paling sedikit 1 jam/hari secara kontinyu dalam seminggu yang

lalu (BPS 1989).

Page 84: 2007 Yon pdf

67

A. Jenis Pekerjaan

a) PN (Pegawai Negeri) adalah pegawai yang bekerja dikantor

pemerintah dan gajinya dibayar oleh pemerintah, termasuk Tentara

Nasional Indonesia dan Polisi

b) Wiraswasta/pedagang adalah orang yang mempunyai usaha sendiri dan

memperoleh pendapatan dari hasil usaha tersebut, di bidang jasa, industri

dan perdagangan yang diketahui dari pernyataan responden.

c) Petani adalah orang yang mempunyai usaha dan memperoleh pendapatan

dari hasil usaha pertanian, bercocok tanam, budidaya ikan dan tanah.

d) Buruh, pekerja kasar adalah pekerja yang bekerja terutama dengan tenaga

badan untuk mendapatkan upah/gaji, misalnya buruh tani, buruh bangunan

dan kuli.

e) Lain-lain, ialah suami yang pekerjaan bukan salah satu diatas, misalnya

pengamen dan tukang ojek.

B. Posisi dalam pekerjaan

a) Pimpinan adalah orang yang memimpin dalam kelompok suatu unit

pekerjaan atau usaha.

b) Staf/karyawan biasa adalah orang-orang yang bekerja membantu pimpinan

suatu uint kerja atau usaha.

c) Tidak dapat ditentukan posisinya adalah orang yang bekerja formal tetapi

tidak dapat ditentukan posisinya, misal pesuruh, cleaning service.

d) Tidak ada posisi adalah orang yang bekerja secara infomal seperti tukang

ojek, pengamen, calo, preman dan lain-lain

21. Pendapatan perkapita perbulan : Jumlah penerimaan suami, istri (bila

bekerja) dan anggota keluarga lain dalam jangka satu bulan dibagi jumlah

anggota keluarga.

22. Penyakit: jenis-jenis gangguan kesehatan yang dialami ibu selama kehamilan

yang diperoleh dari catatan medik.

Page 85: 2007 Yon pdf

68

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Ibu Hamil

Rata – rata usia ibu hamil 28.48 tahun. Frekuensi melahirkan (paritas) ibu

hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih rendah (1.71±0.87) dibandingkan

ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.05±1.22).

Tingkat pendidikan formal yang ditempuh ibu hamil dengan status ekonomi

tinggi lebih baik dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Sebagian

besar (65.5%) ibu dengan status sosial ekonomi tinggi menempuh pendidikan

formal sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ibu dengan status sosial ekonomi

rendah hanya sebagian kecil (6.5%) yang menempuh pendidikan formal sampai

Perguruan Tinggi (Tabel 13).

Tabel 13 Karakteristik ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi

No. Peubah SE Rendah SE Tinggi Total 1

Usia ibu (tahun)

( sdx+ ) 27.66 ± 4.77

( sdx+ ) 29.33 ± 3.77

( sdx+ ) 28.48 ± 4.38

2 Paritas 2.05 ± 1.22 1.71 ± 0.87 1.89 ± 1.07 3

Pendidikan − SD − SLTP − SLTA − PT

n

87 88

12921

%

26.8 27.1 39.7 6.5

n

0 7

101 205

%

0.02.2

32.365.5

n

87 95

230 226

%

13.7 14.9 36.1 35.4

4 Pekerjaan − Bekerja − Tidak bekerja

38 287

11.7 88.3

156 157

49.850.2

194 444

30.4 69.6

5 Agama − Islam − Katolik − Protestan − Budha − Hindu

3087

1000

94.8 2.2 3.1 0.0 0.0

253 15 38 6 1

80.84.8

12.11.90.3

561 22 48 6 1

87.9 3.4 7.5 0.9 0.2

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Page 86: 2007 Yon pdf

69

Sebagian besar ibu hamil tidak bekerja (69.6%). Persentase ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi yang bekerja lebih besar (49.8%)

dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (11.7%).

Karakteristik Suami

Rata – rata usia suami ibu hamil 32.38 tahun. Suami ibu dengan status sosial

ekonomi tinggi rata – rata lebih tua (32.90±4.39 tahun) dibandingkan suami ibu

dengan status sosial ekonomi rendah (31.88±6.06 tahun). Rata – rata tinggi badan

suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi 166.24±4.94 cm, lebih tinggi

dibandingkan rata – rata tinggi badan suami ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah (163.71±5.46 cm).

Tabel 14 Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi

No. Peubah SE Rendah SE Tinggi Total

1

Usia (tahun)

( sdx+ ) 31.88 ± 6.06

( sdx+ ) 32.90 ± 4.39

( sdx+ ) 32.38 ± 5.33

2 Tinggi badan (cm) 163.71 ± 5.46 166.24 ± 4.94 164.95±5.36

3 Besar pendapatan/kap/bln 155.095±76.553 942.739±771.690 541.510±670.777

4

Pendidikan − SD − SLTP − SLTA − PT

n

62 80

159 24

%

19.1 24.6 48.9 7.4

n

0 2

85 226

%

0.0 0.6

27.2 72.2

n

62 82

244 250

%

9.712.938.239.2

5 Pekerjaan − Pegawai Negeri − Wirausaha − Petani − Buruh − Karyawan swasta − Lain-lain

9

175 1

85 2

57

2.7 53.2 0.3

25.8 0.6

17.3

29

110 1 0

154 20

9.2

35.0 0.3 0.0

49.1 6.4

38

285 2

85 156 77

5.9

44.30.3

13.324.412.0

6 Posisi kerja dalam pekerjaan − Pimpinan − Staf/karyawan biasa − Tidak dapat ditentukan − Tidak ada posisi

6 106

46 171

1.8 32.2 14.0 52.0

22 259 16 17

7.0 82.5

5.1 5.4

28 365 62

188

4.456.89.6

29.2SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Page 87: 2007 Yon pdf

70

Besarnya pendapatan perkapita keluarga perbulan rata-rata sebesar Rp.

541.510±670.777. Rata – rata pendapatan keluarga dengan status sosial ekonomi

tinggi sebesar Rp. 942.739±771.690, lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata

pendapatan perkapita keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yaitu sebesar

Rp. 155.095±76.553. Tingkat pendidikan formal suami ibu dengan status ekonomi

tinggi lebih baik dibandingkan dengan suami ibu dengan status sosial ekonomi

rendah. Sebagian besar suami ibu hamil dengan status sosial tinggi menempuh

pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi (72.2%), sedangkan suami ibu hamil

dengan status sosial ekonomi rendah hanya sebagian kecil (7.4%) yang

menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi.

Sebagian besar suami ibu hamil berwirausaha (44.3%). Persentase suami ibu

hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang berwirausaha lebih besar (53.2%)

dibandingkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (35.0%).

Suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebagian besar bekerja

sebagai karyawan swasta (49.1%), sedangkan suami ibu hamil dengan status

sosial ekonomi rendah hanya 0.6% yang bekerja sebagai karyawan swasta.

Berdasarkan posisi di tempat mereka bekerja, sebagian besar suami

menempati posisi sebagai karyawan biasa (56.8%). Sebagian besar (52%) suami

ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah tidak memiliki posisi di tempat

bekerja, sedangkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi hanya

5.4% yang tidak memiliki posisi di tempat bekerja.

Data pada Tabel 14 (khususnya pendidikan suami dan pendapatan keluarga)

dapat menjelaskan bahwa akses layanan ke RSIA Hermina dan Puskesmas

masing-masing dapat dijadikan proksi terhadap tinggi rendahnya status sosial

ekonomi ibu hamil.

Status Gizi dan Konsumsi Gizi

Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Ibu hamil memasuki masa kehamilan dengan status gizi normal, hal ini

didasarkan Indeks Massa Tubuh ibu sebelum kehamilan yaitu 20.97±2.93.

Sebaran status gizi ibu hamil berdasarkan IMT disajikan pada Tabel 15.

Page 88: 2007 Yon pdf

71

Rata – rata tinggi badan ibu hamil 156.06 ± 4.38 5.39 cm. Ibu hamil dengan

status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata tinggi badan 157.52±4.92 cm,

lebih tinggi dibandingkan rata – rata tinggi badan ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah (154.71±5.46 cm).

Tabel 15 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi

No. Peubah SE Rendah SE Tinggi Total

1

Tinggi ibu sebelum hamil (cm)

( sdx+ ) 154.71 ± 5.46

( sdx+ ) 157.52 ± 4.92

( sdx+ ) 156.06±5.39

2 BB sebelum hamil (kg) 49.05 ± 7.14 53.33 ± 8.19 51.14 ± 7.98

3 BB menjelang melahirkan (kg) 59.80 ± 8.05 67.34 ± 9.36 63.52 ± 9.50

4 Pertambahan berat badan total selama hamil (kg) 9.56 ± 3.32 13.32 ± 4.39 11.41 ± 4.31

5 Pertambahan berat badan perminggu selama hamil (kg) 0.24 ± 0.08 0.34 ± 0.11 0.29 ± 0.11

6 IMT awal kehamilan 20.48 ± 2.63 21.49 ± 3.11 20.97 ± 2.93

7 Status gizi (IMT) awal kehamilan n % n % n %

− Kurus (IMT<18,5) − Normal (IMT 18,5 – 25.0) − Gemuk (MT 25.01 – 27.0) − Gemuk sekali (IMT >27.0)

59 248 11

7

18.2 76.3

3.4 2.2

47 227 23 16

15.0 72.5

7.3 5.1

106 475 34 23

74.5 16.6

5.3 3.6

( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ )

8 LILA (cm) 25.76±2.52 27.52±2.91 26.62±2.86 n % n % n % − berisiko KEK (LILA <23.5cm)

− tidak berisiko KEK (LILA ≥23.5cm)

44

281

13.5 86.5

11

302

3.5

96.5

55

583

8.6

91.4 ( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ ) 9 Kadar Hb (g/dl)

– konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

11.37 ± 0.82 11.39 ± 0.78 11.20 ± 1.02

11.61 ± 1.17 11.62 ± 1.19 11.53 ± 1.07

11.49 ± 1.01 11.50 ± 1.00 11.41 ± 1.06

10 Kadar Ht – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

32.96 ± 2.40 32.98 ± 2.36 32.84 ± 2.67

34.96 ± 3.56 34.99 ± 3.64 34.83 ± 3.25

33.92 ± 3.19 33.91 ± 3.18 34.11 ± 3.19

n % n % n % 11 Anemia (Hb<11g/dl)

– konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

58 48 11

17.8 82.8 17.2

86 69 17

27.5 80.2 19.8

144 117 27

22.6 81.3 18.8

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Ibu dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan

sebelum hamil 53.33± 8.19 kg, sedangkan rata – rata berat badan ibu hamil

Page 89: 2007 Yon pdf

72

dengan status gizi rendah 49.05±7.14 kg. Demikian juga dengan rata – rata berat

badan ibu menjelang melahirkan. Ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi

memiliki rata – rata berat sebesar 67.34 ±9.36 kg, sedangkan rata – rata berat

badan menjelang melahirkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah sebesar

59.80 ± 8.05 kg.

Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah dengan status gizi

kurus (IMT<18.5) sebelum kehamilan lebih besar (18.2%) dibandingkan ibu

hamil hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (15.0%). Persentase ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi dengan status gizi gemuk (IMT 25.01-27.0) di

awal kehamilan sebanyak 7.3%, lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan status

ekonomi rendah (3.4%). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi

dengan status gizi gemuk sekali (IMT >27.0) di awal kehamilan lebih besar

(5.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.2%).

Status gizi ibu adalah faktor lingkungan intrauterin utama pada

perkembangan janin. Peningkatan status gizi ibu hamil yang optimal tidak hanya

menjamin perkembangan janin yang optimal, tetapi juga mengurangi risiko

penyakit kronik pada masa dewasa (Wu et al 2004).

Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)

Kekurangan energi kronis (KEK) ibu hamil dianalisis dengan menggunakan

lingkar lengan atas (LILA) sebagai indikator. Menurut Depkes RI (1994), LILA

pada kelompok wanita usia subur merupakan salah satu deteksi dini untuk

mengetahui risiko KEK. Apabila ukuran LILA<23.5 cm, berarti ibu hamil

berisiko mengalami KEK dan jika ukuran LILA ≥23.5 cm berarti ibu hamil tidak

berisiko mengalami KEK.

Dari Tabel 15 diketahui bahwa rata – rata lingkar lengan atas (LILA) ibu

hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 27.52±2.91 cm, sedangkan

LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 25.76±2.52 cm.

Meskipun rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih

besar dari rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi

berdasarkan indikator Depkes RI (1994) diketahui bahwa ibu hamil termasuk

kategori tidak berisiko kekurangan energi kronik (KEK). Persentase ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi yang tidak berisiko KEK sebesar 96.5%,

Page 90: 2007 Yon pdf

73

sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang tidak berisiko

KEK sebesar 86.5%.

Kurang energi kronis pada kehamilan diketahui berdampak negatif terhadap

ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Dampak negatif tersebut antara lain

adalah risiko kematian ibu saat melahirkan dan melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR). Penelitian di Jawa Barat yang dilakukan Sumarno et al. (1998)

menunjukkan bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan atas <23 cm mempunyai

risiko 2.3 kali lebih besar melahirkan bayi BLR dibandingkan dengan risiko pada

ibu yang memiliki ukuran LILA normal (Dinkes Jabar 2003).

Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Kadar Hb dan Ht Darah

Anemia gizi adalah suatu kejadian dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah kurang dari normal. Kadar Hb berbeda untuk setiap kelompok umur dan

jenis kelamin. Di Indonesia, masalah anemia gizi besi masih merupakan masalah.

Prevalensi anemia gizi besi paling tinggi ditemukan pada ibu hamil. Nilai ambang

batas (cut off point) penentuan status anemia menurut WHO adalah Hb 11.0 g/dl.

Artinya, apabila kadar Hb di bawah angka tersebut, ibu hamil dinyatakan

mengalami anemia gizi besi (Supriasa et al. 2002).

Dari Tabel 15 diatas, diketahui bahwa rata – rata kadar Hb dan Ht darah ibu

hamil dengan status ekonomi tinggi berturut–turut 11.61±1.17g/dl dan 34.96±3.56

g/dl. Angka ini lebih besar dibandingkan kadar Hb dan Ht darah ibu hamil dengan

status sosial ekonomi rendah, yaitu sebesar 11.37±0.82g/dl dan 32.96±2.40g/dl

masing – masing untuk Hb dan Ht darah. Meskipun rata – rata kadar Hb dan Ht

darah ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih baik, tetapi hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa risiko anemia pada ibu hamil di awal

kehamilannya rendah, berdasarkan data bahwa rata – rata kadar Hb darah ibu

11.49±1.01g/dl (>11g/dl) dan Ht darah ibu 33.92 ± 3.19. Rata – rata kadar Hb dan

Ht darah ibu hamil yang mengonsumsi suplemen besi baik ibu dengan status

sosial ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah lebih baik dibandingkan ibu hamil

yang tidak mengonsumsi suplemen besi.

Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil, diketahui bahwa kadar Hb darah

ibu hamil dengan kategori status gizi gemuk sekali paling besar dibandingkan

dengan ibu hamil dengan kategori status gizi lainnya. Hal yang sama juga

Page 91: 2007 Yon pdf

74

ditemukan pada kadar Ht darah ibu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

kadar Ht darah ibu dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi dengan kadar Ht

darah ibu hamil dengan status gizi lainnya. Persentase ibu hamil kurus yang

anemia yang mengonsumsi suplemen besi paling besar dibandingkan dengan ibu

hamil kategori status gizi lainnya yang anemia yang mengonsumsi suplemen besi

(Tabel 16).

Tabel 16 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil No. Peubah

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali

1

Tinggi ibu sebelum hamil (cm)

( sdx+ ) 156.62±6.26

( sdx+ ) 155.83±5.16

( sdx+ ) 156.82±5.56

( sdx+ ) 157.15±5.40

2 BB sebelum hamil (kg) 42.38 ± 3.88 51.19 ± 5.47 63.85 ± 4.71 71.72 ± 5.60

3 BB menjelang melahirkan (kg) 55.65 ± 7.40 63.38± 7.50 74.89 ± 6.49 85.84 ± 7.60

4 Pertambahan berat badan total selama hamil (kg) 11.60 ± 4.44 11.36 ± 4.24 10.27 ± 4.01 13.19 ± 5.08

5 Pertambahan berat badan perminggu selama hamil (kg) 0.30 ± 0.12 0.29 ± 0.11 0.26 ± 0.10 0.34 ± 0.13

6 IMT awal kehamilan 17.27 ± 1.14 21.05 ± 1.74 25.93 ± 0.58 29.05 ± 1.91

7 LILA (cm) 23.84 ± 2.03 26.72 ± 2.31 30.44 ± 2.64 31.70 ± 1.94 n % n % n % n %

− berisiko KEK (LILA <23.5cm) 38 35.8 17 3.6 0 0.0 0 0.0

− tidak berisiko KEK (LILA ≥23.5cm) 68 64.2 458 96.4 34 100 23 100

8 Kadar Hb (g/dl) – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

11.28 ± 0.97 11.25 ± 1.02 11.41 ± 0.69

11.49 ± 1.00 11.52 ± 0.77 11.33 ± 1.10

11.75 ± 1.22 11.69 ± 1.19 11.94 ± 1.38

11.94 ± 1.00 12.02 ± 0.97 11.66 ± 1.15

9 Kadar Ht – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

33.30 ± 2.99 33.23 ± 3.13 32.62 ± 2.34

33.92 ± 3.15 33.92 ± 3.15 33.92 ± 3.21

34.98 ± 3.49 34.72 ± 3.47 35.82 ± 3.66

35.86 ± 3.28 35.88 ± 3.00 35.79 ± 4.59

10

Anemia (Hb<11g/dl) – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi

n

27 23

4

%

25.5 85.2 14.8

n

107 87 20

%

22.581.319.4

n

7 5 2

%

20.6 71.4 28.6

n

3 2 1

%

13.0 66.733.3

Hasil penelitian Sumarno et al (1984) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

Hb<10g/dl mempunyai risiko melahirkan bayi BLR 2.5 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Dinkes Jabar 2003). Bayi yang lahir

dari ibu yang anemia gizi besi mempunyai risiko kekurangan besi yang akan

Page 92: 2007 Yon pdf

75

berdampak pada gangguan tumbuh kembang anak dan akan mengganggu

kecerdasan dan kemampuan fisik anak.

Kadar Hb selama kehamilan berkurang sampai 10% akibat dilusi fisiologis

pada hemoglobin yang menyebabkan konsentrasi serum zat besi, saturasi

transferin, dan konsentrasi feritin ikut menurun (Truswell 1999).

Konsumsi Gizi

Konsumsi pangan ibu hamil pada trimester ketiga usia kehamilan

menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat,

thiamin, kalsium dan fosfor memenuhi tingkat kecukupan yang dianjurkan

(konsumsi >70%AKG = Angka Kecukupan Gizi), sedangkan rata-rata konsumsi

vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng masih kurang dari

tingkat kecukupan yang dianjurkan (<70% AKG). Kuantitas konsumsi gizi ibu

hamil berdasarkan AKG disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi

No Konsumsi Gizi Satuan SE Rendah SE Tinggi Total AKG

1

Energi kkal

( sdx+ )1633.06 ± 658.97

( sdx+ )2162.24 ± 641.66

( sdx+ ) 1891.48±701.90

2485 2 Protein g 56.57 ± 74.66 74.66 ± 28.66 65.41 ± 30.93 60 3 Lemak g 45.86 ± 62.59 62.59 ± 38.01 54.03 ± 39.60 75 4 Karbohidrat g 256.00 ± 326.55 326.55 ± 88.84 290.45 ± 93.70 363 5 Vitamin A RE 287.90 ± 391.71 391.71 ± 265.26 338.60 ± 328.66 700 6 Vitamin C mg 33.28 ± 56.52 56.52 ± 40.30 44.63 ± 45.10 70 7 Thiamin mg 0.83 ± 1.19 1.18 ± 0.74 1.00 ± 0.81 1,2 8 Folat μg 148.26 ± 214.34 214.34 ± 110.04 180.53 ± 133.80 300 9 Vitamin B12 mg 1.61 ± 1.92 1.92 ± 1.26 1.76 ± 1.28 1,3 10 Kalsium mg 606.45 ± 990.70 990.70 ± 1072.37 794.10 ± 987.25 900 11 Fosfor mg 899.35 ± 1220.98 1220.98 ± 468.80 1056.41± 522.73 650 12 Zat Besi mg 9.72 ± 12.60 12.60 ± 6.61 11.13 ± 7.58 44 13 Seng mg 6.56 ± 8.36 8.36 ± 3.07 7.44 ± 3.27 20

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Dengan mempertimbangkan bahwa intik zat gizi <70% AKG menunjukkan

rawan gizi, maka berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil pada

Page 93: 2007 Yon pdf

76

penelitian ini berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12,

zat besi dan seng.

Konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah lebih

memprihatinkan dibandingkan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi. Hampir

semua intik zat gizi ibu hamil dari SE rendah rata – rata <70% AKG (lemak,

karbohidrat, vitamin A, vitamin C, thiamin, folat, vitamin B12, kalsium, zat besi

dan seng). Rendahnya intik zat gizi ibu hamil dengan status sosial ekonomi ini

disebabkan karena intensitas dan kuantitas konsumsi pangan lebih rendah

dibandingkan dengan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi.

Meskipun konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi lebih

baik dibanding ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah, namun konsumsi gizi

tertentu masih rendah, yaitu vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan

seng (Tabel 18).

Tabel 18 Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi

No Tingkat Kecukupan SE Rendah SE Tinggi Total

1

Energi 70.92± 30.73 98.29± 31.27 84.34± 33.86

2 Protein 88.09 ± 50.43 116.47 ± 46.43 102.02 ± 50.51 3 Lemak 60.03 ± 53.78 85.32 ± 52.36 72.44 ± 54.54 4 Karbohidrat 68.17 ± 23.43 91.36 ± 26.40 79.56 ± 27.48 5 Vitamin A 21.34 ± 27.42 29.02 ± 19.68 25.11 ± 24.22 6 Vitamin C 33.38 ± 46.79 56.45 ± 40.35 44.70 ± 45.21 7 Thiamin 64.04 ± 63.52 98.11 ± 61.54 80.75 ± 64.79 8 Folat 29.71 ± 29.35 42.89 ± 22.04 36.18 ± 26.82 9 Vitamin B12 57.71 ± 45.84 68.65± 45.33 63.07 ± 45.88

10 Kalsium 63.95 ± 89.67 104.48 ± 113.01 83.8 ± 103.71 11 Fosfor 149.00 ± 82.12 203.50 ± 78.25 175.74 ± 84.69 12 Zat Besi 30.47 ± 25.68 39.36 ± 20.68 34.83 ± 23.76 13 Seng 47.07 ± 22.80 58.24 ± 21.43 52.55 ± 22.82

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS Hermina (SE tinggi)

Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil diketahui bahwa rata-rata

konsumsi gizi energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12,

fosfor, zat besi dan seng ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali lebih besar

dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya.

Page 94: 2007 Yon pdf

77

Rata-rata konsumsi gizi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali

paling rendah dibandingkan dengan konsumsi kalsium ibu hamil dengan status

gizi lainnya.

Tabel 19 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil No. Konsumsi

Gizi Satuan Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali

1

Energi kkal 1742.60±668.44 1898.54±718.50 2117.65±490.43 2122.59±648.77

2 Protein g 60.19±29.81 65.59±31.27 71.51±23.64 80.01 ± 35.03

3 Lemak g 50.84±39.94 53.89±40.16 60.26±28.53 66.90 ± 41.72

4 Karbohidrat g 267.31±77.91 292.87±99.26 323.12±55.40 293.99 ± 53.35

5 Vitamin A RE 319.84±317.30 337.02±332.78 373.10±238.91 429.31± 428.53

6 Vitamin C mg 41.23±43.00 44.35±45.15 52.71±42.81 55.92 ± 58.58

7 Thiamin mg 0.93±0.73 1.03±0.86 0.98±0.51 0.94 ± 0.47

8 Folat μg 170.33±137.56 179.06±132.14 202.86±93.77 234.51± 192.16

9 Vitamin B12 mg 1.54±1.10 1.79 ± 1.31 1.79±1.28 2.25 ± 1.41

10 Kalsium mg 705.62±683.73 798.33±1035.59 1166.87±1327.57 669.82± 361.59

11 Fosfor mg 970.77±497.73 1058.35±531.14 1223.98±469.87 1270.06±535.33

12 Zat Besi mg 11.14±9.44 10.86 ± 6.98 13.01±8.44 14.46 ± 8.55

13 Seng mg 6.92 ± 3.24 7.46±3.33 8.01±2.21 8.79 ± 3.42

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 20) diketahui bahwa ibu hamil kurus

berisiko tinggi defisiensi lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi

dan seng. Ibu hamil normal berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat,

vitamin B12, zat besi dan seng.

Meskipun rata-rata konsumsi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk

sekali paling rendah, namun masih memenuhi standar AKG yang dibutuhkan ibu

hamil. Konsumsi gizi karbohidrat dan kalsium ibu hamil dengan kategori status

gizi gemuk paling tinggi dibandingkan dengan konsumsi ibu hamil dengan

kategori status gizi lainnya. Meskipun rata-rata konsumsi gizi tersebut rendah

menurut kategori status gizi yang berbeda, namun berdasarkan AKG yang

dianjurkan, konsumsi gizi karbohidrat ibu hamil telah memenuhi AKG yang

dianjurkan bagi ibu hamil (Tabel 20).

Page 95: 2007 Yon pdf

78

Tabel 20 Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil No. Konsumsi

Gizi Kurus Normal Gemuk Gemuk sekali

1

Energi

( sdx+ ) 78.64 ± 31.36

( sdx+ ) 84.45± 34.78

( sdx+ ) 93.71 ± 24.73

( sdx+ ) 94.72±31.96

2 Protein 94.82 ± 46.68 101.94± 51.18 110.33± 39.58 124.54±59.35 3 Lemak 68.24 ± 51.72 71.96 ± 55.74 80.47 ± 40.46 89.76 ± 58.72 4 Karbohidrat 74.51 ± 24.94 80.06 ± 28.93 87.47 ± 15.30 80.46 ± 17.11 5 Vitamin A 23.69 ± 23.50 24.93 ± 24.38 27.64 ± 17.70 31.80 ± 31.74 6 Vitamin C 41.23 ± 43.00 44.36 ± 45.14 52.72± 42.81 55.92 ± 58.58 7 Thiamin 74.87 ± 60.05 82.38 ± 68.20 79.69 ± 40.98 75.85 ± 36.87 8 Folat 34.07 ± 27.51 35.81± 26.43 40.57 ± 18.75 46.90 ± 38.43 9 Vitamin B12 55.08 ± 39.54 63.96 ± 46.78 63.97 ± 45.81 80.32 ± 50.55 10 Kalsium 74.28 ± 71.97 83.82± 108.36 122.83±139.74 70.51± 38.06 11 Fosfor 161.79± 82.96 175.46±85.15 198.80 ± 70.93 211.67 ± 89.22 12 Zat Besi 34.80 ± 29.52 33.92 ± 21.81 40.65 ± 26.38 45.19 ± 26.71 13 Seng 48.97 ± 22.53 52.63 ± 23.12 56.35 ± 15.47 61.93 ± 24.54

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil

Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah 11.41±4.31

kg; rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi

13.22±4.39 kg sedangkan ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah sebesar

9.56±3.31 kg. Berdasarkan status gizi ibu hamil, rata – rata pertambahan berat

badan ibu paling besar pada ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali (13.19 ±

5.08 kg). Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus 11.60±4.44 kg,

lebih besar dibandingkan ibu hamil normal 11.36±4.24 kg, ibu gemuk 10.27±4.01

kg.

Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BLR

sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status

sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan dengan

pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu

7.07±2.51 kg. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan

bayi normal sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi

dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg

(Lampiran 2 dan 3).

Page 96: 2007 Yon pdf

79

Tabel 21 Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi

Peubah SE Rendah SE Tinggi Total

( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ )

Pertambahan berat badan (kg) 9.56 ± 3.31 13.22 ± 4.39 11.41 ± 4.31 a) Ibu kurus 9.75 ± 3.58 11.91 ± 4.36 11.60 ± 4.44

− Bayi BLR 7.90 ± 2.19 11.67 ± 3.47 9.56 ± 3.29 − Bayi Normal 9.92 ± 3.65 14.12 ± 4.41 11.78 ± 4.50 − Bayi PJT 8.71 ± 3.67 12.78 ± 3.23 10.59 ± 3.95 − Bayi non-PJT 9.89 ± 3.56 14.08 ± 4.51 11.74 ± 4.51

b) Ibu normal 9.60 ± 3.19 13.28 ± 4.42 11.36 ± 4.24

− Bayi BLR 7.16 ± 2.45 11.48 ± 4.42 8.06 ± 3.37 − Bayi Normal 9.81 ± 3.16 13.32 ± 4.42 11.53 ± 4.21 − Bayi PJT 8.68 ± 3.42 12.32 ± 5.53 9.53 ± 4.24 − Bayi non-PJT 9.76 ± 3.13 13.33 ± 4.37 11.56 ± 4.20

c) Ibu gemuk 6.77 ± 3.10 11.94 ± 3.26 10.27 ± 4.01

− Bayi BLR 5.17 ± 3.33 7.00 ± 0.00 5.63 ± 2.87 − Bayi Normal 7.38 ± 3.01 12.17 ± 3.15 10.89± 3.75 − Bayi PJT 4.83 ± 3.69 - 4.83 ± 3.69 − Bayi non-PJT 7.50 ± 2.76 11.94 ± 3.26 10.78 ± 3.68

d) Ibu gemuk sekali 10.86 ± 4.26 14.20 ± 5.19 13.19 ± 5.08

− Bayi BLR - - - − Bayi Normal 10.86 ± 4.26 14.23 ± 5.19 13.18 ± 5.08 − Bayi PJT 4.00 ± 0.00 - 4.00 ± 0.00 − Bayi non-PJT 12.00 ± 3.28 14.20 ± 5.19 13.60 ± 4.78

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS Hermina (SE tinggi)

Pertambahan berat badan ibu selama hamil cukup baik, hal ini dibuktikan

dari data bahwa rata – rata pertambahan berat badan ibu sebesar 11.41 ± 4.31kg

(baik ibu dengan status sosial ekonomi rendah maupun tinggi mengalami

pertambahan berat badan rata – rata ≥ 6.8 kg; berdasarkan rekomendasi IOM

bahwa pertambahan berat badan selama hamil dikatakan rendah jika < 6.8kg).

Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status gizi gemuk

yang melahirkan bayi BLR dan PJT lebih kecil dari 6.8 kg. Pertambahan berat

badan ini paling rendah dibandingkan dengan rata-rata pertambahan berat badan

ibu dengan kriteria status gizi lainnya. Rata – rata pertambahan berat badan ibu

Page 97: 2007 Yon pdf

80

hamil yang melahirkan bayi BLR lebih besar pada ibu hamil kurus (9.56±3.29

kg), dan rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan status sosial

ekonomi tinggi lebih besar dibandingkan dengan ibu status ekonomi rendah dan

status gizi normal, gemuk maupun gemuk sekali.

Pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi PJT lebih besar

pada ibu hamil dengan status gizi kurus (10.59±3.95 kg) dibandingkan dengan

rata-rata pertambahan berat badan ibu yang melahirkan bayi PJT dengan kategori

status gizi lainnya. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan

status sosial ekonomi tinggi yang melahirkan bayi PJT lebih besar (12.78±3.23

kg) dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya.

Hickey (2000) mengemukakan bahwa faktor sosiokultural seperti etnisitas,

status sosial ekonomi, umur dan pendidikan ibu mempengaruhi pertambahan berat

badan ibu selama hamil. Data nasional Amerika Serikat tahun 1992

mengindikasikan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil akan mengalami

peningkatan sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan ibu.

Data nasional Amerika Serikat tahun 1996 mengindikasikan bahwa

pertambahan berat badan ibu selama hamil meningkat seiring dengan

meningkatnya tingkat pendidikan ibu. Pertambahan berat badan prenatal juga

berkaitan dengan umur ibu dan paritas. Primipara dilaporkan memiliki

kemungkinan untuk memperoleh pertambahan berat badan rendah (<6.8 kg)

daripada multipara (Hickey 2000).

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu

selama masa hamil berkisar antara 8 - 14 kg. Rosso dan Lederman (1982)

menganjurkan pertambahan berat badan 12.5 kg selama masa hamil. Angka ini

lebih tinggi daripada angka pertambahan berat bada masa hamil yang dianjurkan

oleh SNSWGP, Food and Nutrition Board (1990) yang sebesar 11 kg.

Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan angka pertambahan

berat badan yang lebih rendah daripada angka anjuran Rosso dan SNSWGP. Dari

hasil penelitian di Indonesia terungkap bahwa pertambahan berat badan ibu

selama hamil adalah 6.8 kg (Madura) (Kusin dan Kardjati 1994), 8.3 kg

(Purworedjo) (Winkvist et al. 2002), dan 7.8 kg (Bogor) (Hardinsyah dkk 2002).

Page 98: 2007 Yon pdf

81

Angka – angka ini lebih rendah karena ibu hamil berasal dari pedesaan yang pada

umumnya dari status sosial ekonomi rendah.

Dari sebuah penelitian yang mengkaji kaitan antara diet, kebiasaan merokok,

dan tekanan psikososial terhadap outcome kehamilan di Amerika Utara, Picone et

al. (2000) menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan masa hamil yang

rendah berkaitan dengan asupan pangan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan

defisit pada perkembangan plasenta dan ukuran janin.

Tinggi Fundus

Pertambahan usia kehamilan tidak selalu disertai dengan semakin tingginya

fundus. Tinggi fundus ibu hamil mulai dapat dihitung dengan jelas pada minggu

ke-12 kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi fundus paling tinggi

dicapai saat usia kehamilan 42 minggu (34.17 cm) (Lampiran 4). Gambar 15

menjelaskan pola kenaikan tinggi fundus ibu hamil yang diamati mulai dari usia

kehamilan 22 minggu sampai 43 minggu.

Kurva Tinggi Fundus menurut Usia Kehamilan

0

3

6

912

15

18

21

24

27

3033

36

39

42

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44

Usia Kehamilan (minggu)

Ting

gi F

undu

s (c

m)

Standar

Hasil Studi

Gambar 15 Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu

Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan

peningkatan tinggi fundus standar (Spielberg dalam Muchtar dan Lutan 1998).

Page 99: 2007 Yon pdf

82

Peningkatan tinggi fundus standar oleh Spielberg menunjukkan kecenderungan

liniaritas, pertambahan usia kehamilan selalu disertai dengan peningkatan tinggi

fundus, meskipun tidak dalam angka besar/tinggi.

Berbeda dengan hasil penelitian ini, pertambahan usia kehamilan tidak

selalu diikuti dengan peningkatan tinggi fundus. Selain peningkatan tinggi fundus

yang sangat besar pada usia kehamilan 22 – 27 minggu, ditemukan juga bahwa

pada usia kehamilan 29 minggu, 31 minggu, 33 minggu dan 35 minggu terjadi

penurunan tinggi fundus yang berarti. Spielberg menggambarkan bahwa

peningkatan tinggi fundus saat usia kehamilan 22 sampai 27 minggu sebesar

±0.83cm, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan tinggi

fundus pada usia kehamilan 22 minggu – 27 minggu mencapai 6,0 cm.

(Peningkatan tinggi fundus menurut usia kehamilan dan kisaran standar deviasi

mulai usia kehamilan 20 minggu – 42 minggu disajikan pada Lampiran 5).

Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan

Masalah Kesehatan

Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dengan

lingkungan. Ibu yang mulai memasuki masa kehamilan dengan kondisi kesehatan

yang baik dan tidak mengalami masalah pada organ-organ reproduksinya,

berpeluang melahirkan bayi yang lebih sehat dibandingkan ibu-ibu yang

mengalami masalah kesehatan dan gizi. Masalah gizi kronis pada masa kecil akan

memengaruhi tinggi badan di usia dewasa (Ebrahim 1983).

Masalah kesehatan yang dialami ibu hamil berdasarkan pada catatan medik

disajikan pada Tabel 22 dan 23. Sebagian besar ibu hamil (78.5%) tidak merasa

menderita penyakit, sebanyak 1.9% merasa tidak tahu penyakit apa yang mereka

derita. Penyakit yang paling banyak dirasakan oleh ibu adalah batuk pilek (8.5%),

asma 3.1%, darah tinggi dan muntah-muntah hebat 1.7%. Batuk pilek dirasakan

oleh sebanyak 11.5% ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi, sedangkan

ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebanyak 5.5%.

Berdasarkan status ekonomi diketahui bahwa sebanyak 4.5% ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi yang menderita asma, sedangkan ibu hamil

dengan status sosial ekonomi rendah yang menderita asma sebanyak 2.5%.

Page 100: 2007 Yon pdf

83

Berdasarkan status gizi, diketahui bahwa persentase ibu kurus yang menderita

asma lebih besar (5.7%) dibandingkan ibu normal (2.9%), ibu gemuk (2.9%) dan

ibu gemuk sekali (4.3%).

Tabel 22 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial ekonomi*

SE Rendah SE Tinggi Total Jenis Penyakit n % n % n %

Asma 8 2.5 14 4.5 22 3.4Jantung 1 0.3 0 0.0 1 0.2Pre-eklamsia 2 0.6 2 0.6 4 0.6Darah tinggi 8 2.5 3 1.0 11 1.7Batuk pilek 18 5.5 36 11.5 54 8.5Hepatitis 0 0.0 3 1.0 3 0.5Kencing manis 1 0.3 2 0.6 3 0.5Muntah-muntah hebat 5 1.5 6 1.9 11 1.7Tidak tahu 9 2.8 3 1.0 12 1.9Tidak ada 270 83.1 231 73.8 501 78.5Lain-lain 5 1.5 19 6.1 24 3.8

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) ∗ satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit

Selain asma, terdapat sebanyak 3.8% ibu hamil yang merasakan keluhan

penyakit lainnya. Persentase ibu hamil dengan status ekonomi tinggi yang

merasakan penyakit jenis lainnya sebanyak 6.1%, lebih tinggi dibandingkan ibu

dengan status sosial ekonomi rendah (1.5%). Berdasarkan status gizi, diketahui

bahwa penyakit lainnya lebih banyak dirasakan oleh ibu dengan status gizi kurus

(4.7%) dan gemuk sekali (4.3%).

Jenis penyakit lain yang diderita ibu hamil antara lain adalah Diseminated

Intravascular Coagulation (DIC), oedema, flek (bercak darah di vagina),

oligohidramnion berat (hanya dialami ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi);

placenta acreta, bayi dengan tangan menumbung, dan penyakit tipus (tiga

penyakit terakhir diderita ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah).

Page 101: 2007 Yon pdf

84

Tabel 23 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi*

Status Gizi Ibu Hamil

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali Jenis Penyakit

n % n % n % n % Asma 6 5.7 14 2.9 1 2.9 1 4.3Jantung 0 0.0 1 0.2 0 0.0 0 0.0Pre-eklamsia 1 0.9 3 0.6 0 0.0 0 0.0Darah tinggi 1 0.9 7 1.5 1 2.9 2 8.7Batuk pilek 7 6.6 42 8.8 3 8.8 2 8.7Hepatitis 0 0.0 3 0.5 0 0.0 0 0.0Kencing manis 0 0.0 2 0.4 1 2.9 0 0.0Muntah-muntah hebat 3 2.8 7 1.5 0 0.0 1 4.3Tidak tahu 4 3.8 8 1.7 0 0.0 0 0.0Tidak ada 81 76.4 375 78.9 28 84. 17 73.9Lain-lain 5 4.7 17 3.6 1 2.9 1 4.3

* satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit

Riwayat Kehamilan

Rata–rata usia kehamilan ibu hamil 38.70±1.71minggu; rata – rata usia

kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi rendah 38.73±1.78minggu,

sedangkan rata–rata usia kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi

38.67±1.62minggu (Tabel 24).

Sebagian besar ibu (88.8%) tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya.

Riwayat keguguran kehamilan sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu dengan

status sosial ekonomi tinggi (15.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial

ekonomi rendah (7.6%) Berdasarkan cara melahirkan, sebagian besar proses

kelahiran berlangsung normal (65.4%); persentase ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah yang melahirkan secara normal lebih besar (91.1%) dibandingkan

ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (38.9%). Ibu hamil dengan status

sosial ekonomi tinggi sebagian besar (55.9%) melahirkan dengan proses operasi

saesar, sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang melakukan

operasi saesar saat melahirkan hanya 6.2%. Angka ini jauh di atas angka yang

normal untuk saesar adalah 15% (Wiknjosastro 2006).

Berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil, usia kehamilan ibu dengan status

gizi gemuk sedikit lebih tua dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya

(Tabel 25). Berdasarkan status gizi ibu sebelum kehamilan, riwayat keguguran

Page 102: 2007 Yon pdf

85

sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu hamil gemuk (23.5%) dan gemuk

sekali (26.1%). Sedangkan ibu kurus dan normal yang memiliki riwayat

keguguran sebelumnya masing-masing lebih kurang 11.3% dan 9.5%.

Tabel 24 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut

kategori status sosial ekonomi

SE Rendah SE Tinggi Total No. Peubah

n % n % n % 1

Riwayat keguguran sebelumnya − Ya − Tidak

25304

7.692.4

47267

15.0 85.0

72 571

11.288.8

2 Cara melahirkan − Normal − Forsep/cunam − Vakum − S. Saesaria/operasi

29618

20

91.10.32.56.2

1210

17175

38.7 0.0 5.4

55.9

417

1 25

196

65.40.23.9

30.63 Posisi bayi saat dilahirkan

− Sungsang − Kepala − Letak lintang

19305

1

5.8

93.80.3

18292

3

5.8

93.3 1.0

37

597 4

5.8

93.60.6

4 Konsumsi suplemen saat hamil − Vitamin − Zat besi − Lain-lain

26293

10

7.989.13.0

49252

13

15.6 80.3 4.1

75 545

23

11.784.8

3.65 Pemberian resep melahirkan

− Antibiotika − Analgetika − Tidak diberi resep − Kombinasi

128142

550

39.443.71.5

15.4

7034

236

22.4 1.0 1.3

75.4

198 145

9 286

31.022.7

1.444.8

6 Usia kehamilan (minggu)

( sdx+ )

38.73 ± 1.78( sdx+ )

38.67 ± 1.62 ( sdx+ )

38.70 ± 1.71

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa persentase ibu

dengan status gizi normal dan kurus yang melahirkan secara normal lebih besar

(berturut – turut 75.5% dan 65.9%) dibandingkan ibu gemuk (38.2%) dan gemuk

sekali (47.8%). Data menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi gemuk dan

sangat gemuk lebih banyak melahirkan dengan cara operasi saesar (berturut –

turut 52.2% dan 50.0%), sedangkan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal

Page 103: 2007 Yon pdf

86

yang melahirkan melalui operasi saesar berturut – turut sebesar 20.8% dan 30.3%

(Tabel 25).

Posisi kepala bayi saat kelahiran sebagian besar normal (tidak sungsang,

93.6%), dan bayi yang lahir dengan posisi sungsang sebanyak 5.8% baik pada ibu

hamil dari status sosial ekonomi tinggi maupun status sosial ekonomi rendah

(Tabel 24). Berdasarkan status gizi, kelahiran bayi dengan posisi sungsang lebih

sering dijumpai pada ibu dengan status gizi sangat gemuk (13.0%), dibandingkan

ibu dengan status gizi kurus (4.7%), normal (5.5%) dan gemuk (8.8%). Selain itu,

pada ibu dengan status gizi normal dan gemuk sekali ditemukan bayi lahir dengan

posisi kepala melintang (Tabel 25).

Tabel 25 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori

status gizi

Status Gizi Ibu Hamil

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali No. Peubah

n % n % n % n %

1

Riwayat keguguran sebelumnya − Ya − Tidak

12 94

11.3 88.7

45 430

9.5 90.5

8 26

23.5 76.5

6 17

26.1 73.9

2 Cara melahirkan − Normal − Forsep/cunam − Vakum − S. Saesaria/operasi

80 0 4

22

75.5 0.0 3.8

20.8

313

1 17

144

65.9

0.2 3.6

30.3

13 0 4

17

38.2

0.0 11.8 50.0

11 0 0

12

47.8

0.0 0.0

52.2 3 Posisi bayi saat

dilahirkan − Sungsang − Kepala − Letak lintang

5 101

0

4.7 95.3

0.0

26 445

4

5.5 93.7

0.8

3

31 0

8.8

91.2 0.0

3 20

4

13.0 87.0

0.6 4 Konsumsi suplemen

saat hamil − Vitamin − Zat besi − Lain-lain

16 86

4

15.1 81.1

3.8

50

415 15

10.4 86.5

3.1

9

44 4

15.8 77.2

7.0

75

545 23

11.7 84.8

3.5 5 Pemberian resep

melahirkan − Antibiotika − Analgetika − Tidak diberi resep − Kombinasi

40 27

1 38

37.7 25.5

0.9 35.8

145 111

8 211

30.5 23.4

1.7 44.4

8 5 0

21

23.5 14.7

0.0 61.8

5 2 0

16

21.7 8.7 0.0

69.6

6

Usia kehamilan (minggu)

( sdx+ ) 38.64±1.71

( sdx+ ) 38.70±1.74

( sdx+ ) 38.82±1.40

( sdx+ ) 38.70±1.40

Page 104: 2007 Yon pdf

87

Sebagian besar ibu hamil (84.8%) mengonsumsi suplemen besi selama

kehamilan, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang

mengonsumsi zat besi lebih besar (89.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status

sosial ekonomi tinggi (80.3%). Selain zat besi, ibu hamil juga mengonsumsi

vitamin selama hamil, persentase ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi yang

mengonsumsi vitamin lebih besar (15.6%) daripada ibu hamil dari status sosial

ekonomi rendah (7.9%).

Caroline et al (2003) merangkum berbagai penelitian kaitan antara zat gizi

mikro dengan pertumbuhan janin. Mereka menunjukkan bahwa zat gizi mikro

penting untuk pertumbuhan janin. Defisiensi zat gizi mikro ibu dapat menjadi

faktor penting terjadinya PJT. Eksperimen di Tanzania menunjukkan bahwa

suplementasi multivitamin dapat meningkatkan berat bayi lahir dan menurunkan

angka kematian bayi. Caroline dan kawan-kawan menganjurkan bahwa intervensi

gizi untuk ibu hamil harus mencakup intervensi berbasis pangan.

Adapun jenis obat yang diberikan kepada ibu hamil sesaat setelah

melahirkan adalah antibiotika, analgetika maupun kombinasi keduanya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepada sebagian besar ibu diberikan kombinasi

analgetika dan antibiotika (44.8%). Resep kombinasi yang diberikan kepada ibu

hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar (75.4%) dibandingkan ibu

hamil dengan status sosial ekonomi rendah (15.4%). Ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah lebih banyak menerima resep antibiotika dan analgetika (masing

– masing 39.4% dan 43.7%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi

tinggi (masing – masing 22.4% dan 1.0%).

Berdasarkan status gizi sebelum kehamilan, diketahui bahwa pemberian

antibiotika dan analgetika kepada ibu dengan status gizi kurus paling besar

(37.7%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (30.5%), gemuk (23.5%) dan

sangat gemuk (21.7). Ibu dengan status gizi gemuk dan sangat gemuk sebagian

besar (berturut - turut 61.8% dan 69.6%) diberikan resep kombinasi, sedangkan

ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal yang diberikan resep kombinasi

berturut – turut 35.8% dan 44.4%; dan tidak ada satupun ibu hamil dengan status

gizi gemuk dan gemuk sekali yang tidak diberi resep melahirkan.

Page 105: 2007 Yon pdf

88

Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan

Pengetahuan Gizi

Penyediaan makanan bagi keluarga umumnya merupakan tanggung jawab

seorang ibu. Hal ini berhubungan dengan pemilihan, pembelian dan pengolahan

makanan untuk seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, semakin tinggi

pengetahuan gizi yang dimiliki ibu diharapkan semakin baik kemampuan ibu

dalam memilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang

tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi (Walker dan Hill 1979 dalam Barokah

1993).

Dikatakan juga oleh Notoatmodjo dan Solita (1985) bahwa pengetahuan ibu

tentang bahan makanan akan mempengaruhi perilaku pemilihan makanan

sehingga kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan dapat dihindari.

Tabel 26 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut

kategori status sosial ekonomi SE Rendah SE Tinggi Total

Menjawab dengan benar Pengetahuan Gizi n % n % n %

Fungsi utama protein dalam tubuh 76 23.4 150 47.9 226 35.4Porsi makan ibu selama hamil 207 63.7 260 83.1 467 73.2Gejala kurang darah (anemia) selama hamil 193 59.4 280 89.5 473 74.1Penyebab kurang darah (anemia) 170 52.3 285 91.1 455 71.3Makanan sumber zat besi 90 27.7 146 46.6 236 37.6Saat tepat menggunakan suplemen zat besi 93 28.6 116 37.1 209 32.8Fungsi kalsium bagi ibu hamil 195 60.0 284 90.7 479 75.1

Makanan mengurangi muntah di usia hamil muda 217 66.8 193 61.7 410 64.3

Makanan untuk mengatasi masalah susah buang air besar 94 28.9 120 38.3 214 33.5

Manfaat senam hamil 291 89.5 293 93.6 548 91.5Pertambahan berat badan ideal 60 18.5 146 46.6 206 32.3Pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin 223 68.6 149 47.6 372 58.3

Imunisasi bagi ibu hamil 172 52.9 203 64.9 375 58.8Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil 240 73.8 272 86.9 512 80.3Pengertian tentang bayi BLR 100 30.8 184 58.8 284 44.5

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa pengetahuan gizi

ibu hamil dengan status ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan dengan

Page 106: 2007 Yon pdf

89

pengetahuan gizi ibu hamil dengan status gizi rendah. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan

– pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi (Tabel 26).

Dari 15 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi ibu hamil,

hanya 2 pertanyaan yang persentase jawaban benar lebih tinggi diberikan oleh ibu

hamil dengan status sosial ekonomi rendah (yaitu pertanyaan tentang makanan

untuk mengurangi muntah di usia hamil muda dan pertambahan berat badan ibu

berhubungan dengan pertambahan berat janin). Selain kedua pertanyaan tersebut,

sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status sosial ekonomi

tinggi lebih baik dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah

(Tabel 26).

Berdasarkan skor jawaban benar diatas, ibu hamil dikategorikan sebagai ibu

hamil dengan pengetahuan gizi kategori kurang (skor jawaban benar <60% skor

jawaban benar total), sedang (skor jawaban benar 60 – 80% skor jawaban benar

total) dan baik (skor jawaban benar > 80% skor jawaban benar total). Sebagian

besar (51.7%) ibu hamil termasuk kategori pengetahuan gizi sedang. Persentase

ibu hamil status sosial ekonomi tinggi dengan pengetahuan gizi kategori sedang

lebih besar (69.0%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah

(35.1%). Persentase ibu hamil status sosial ekonomi rendah dengan pengetahuan

gizi kategori rendah lebih besar (60.9%) dibandingkan ibu status sosial ekonomi

tinggi (22.4%) dan sebaliknya persentase ibu hamil status sosial ekonomi tinggi

dengan pangetahuan gizi kategori baik lebih tinggi (8.6%) dibandingkan dengan

ibu hamil sosial ekonomi rendah (4.0%) (Tabel 27).

Tabel 27 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status sosial ekonomi

SE Rendah SE Tinggi Total Pengetahuan Gizi n % n % n %

Kurang (< 60 %) 198 60.9 70 22.4 268 42.0

Sedang (60 - 80 %) 114 35.1 216 69.0 330 51.7

Baik (> 80 %) 13 4.0 27 8.6 40 6.3

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Page 107: 2007 Yon pdf

90

Persentase ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali yang

menjawab benar pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan

gizi terhadap 15 pertanyaan yang diajukan lebih besar dibandingkan ibu hamil

dengan status gizi kurus dan normal. Rata – rata sebaran jawaban benar atas

pertanyaan yang diberikan ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali

lebih baik dibandingkan ibu dengan status gizi kurus dan normal. Dari ke – 15

pertanyaan tersebut, terdapat 2 jawaban pertanyaan dimana sebaran jawaban benar

yang diberikan ibu hamil status gizi gemuk dan sangat gemuk lebih rendah

dibandingkan dengan jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status gizi

kurus dan normal (yaitu pertanyaan : makanan untuk mengatasi masalah susah

buang air besar dan pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan

pertambahan berat janin ) (Tabel 28).

Tabel 28 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali

Menjawab dengan benar Pengetahuan Gizi

n % n % n % n %

Fungsi utama protein dalam tubuh 32 30.2 170 35.8 13 38.2 11 47.8

Porsi makan ibu selama hamil 77 72.6 343 72.2 28 82.4 19 82.6

Gejala kurang darah (anemia) selama hamil 70 66.0 353 74.3 29 85.3 21 91.3

Penyebab kurang darah (anemia) 74 69.8 330 69.5 29 85.3 22 95.7

Makanan sumber zat besi 43 40.6 165 34.7 16 47.1 12 52.2

Saat tepat menggunakan suplemen zat besi 34 32.1 155 32.6 11 32.4 9 39.1

Fungsi kalsium bagi ibu hamil 77 72.6 351 73.9 29 85.3 22 95.7

Makanan mengurangi gejala muntah di usia hamil muda 67 63.2 306 64.4 22 64.7 15 65.2

Makanan untuk mengatasi masalah susah buang air besar 34 32.1 157 33.1 16 47.1 7 30.4

Manfaat senam hamil 93 87.7 438 92.2 30 88.2 23 100.0

Pertambahan berat badan ideal 33 31.1 147 30.9 16 47.1 10 43.5

Pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin 66 62.3 282 59.4 13 38.2 11 47.8

Imunisasi bagi ibu hamil 65 61.3 272 57.3 21 61.8 17 73.9

Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil 84 79.2 379 79.8 27 79.4 22 95.7

Pengertian tentang bayi BLR 44 41.5 208 43.8 18 52.9 14 60.9

Page 108: 2007 Yon pdf

91

Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui bahwa sebagian besar ibu

(51.7%, Tabel 29) memiliki pengetahuan gizi sedang. Persentase ibu dengan

status gizi gemuk yang memiliki pengetahuan gizi kategori sedang paling tinggi

(67.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi kurus (49.1%), normal (50.5%), dan

gemuk sekali (65.2%).

Tabel 29 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil Kurus Normal Gemuk Gemuk SekaliPengetahuan Gizi

n % n % n % n % Kurang (< 60 %) 47 44.3 208 43.8 8 23.5 5 21.7Sedang (60 - 80 %) 52 49.1 240 50.5 23 67.6 15 65.2Baik (> 80 %) 7 6.6 27 5.7 3 8.8 3 13.0

Persentase ibu hamil status gizi kurus dengan kategori pengetahuan gizi

rendah paling besar (44.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (43.8%),

gemuk (23.5%) dan gemuk sekali (21.7%). Persentase ibu hamil status gizi gemuk

sekali dengan kategori pengetahuan gizi baik paling besar (13.0%) dibandingkan

dengan ibu kurus (6.6%), normal (5.7%) dan gemuk (8.8%).

Perilaku Kesehatan

Kehamilan merupakan masa dimana ibu harus menyelaraskan berbagai

perubahan yang terjadi baik dalam dirinya, lingkungan sosial, emosi maupun

kondisi ekonomi dan keuangan keluarga. Ibu yang mengharapkan bayi yang sehat

perlu merubah gaya hidup mereka sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung

jawab terhadap bayi yang akan dilahirkan. Selain perilaku ibu, perilaku ayah juga

mempengaruhi kualitas kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan

(Sizer dan Whitney 2000).

Kebiasaaan Merokok Ibu Hamil dan Suami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2.5% ibu hamil memiliki kebiasaan

merokok. Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang

merokok lebih besar (4.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi

(1.0%). Persentase suami ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah yang

merokok juga lebih besar (65.5%) dibandingkan suami ibu hamil dari status sosial

Page 109: 2007 Yon pdf

92

ekonomi tinggi (28.1%) (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu (Tabel 31),

persentase ibu hamil gemuk yang merokok lebih besar (2.9%) dibandingkan

dengan ibu hamil yang kurus (2.8%) dan normal (2.5%). Data menunjukkan

bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang merokok. Persentase

suami ibu hamil dengan status gizi kurus yang merokok paling tinggi (53.8%)

dibandingkan dengan suami ibu status gizi normal (43.7%), gemuk (38.2%) dan

gemuk sekali (39.1%).

Tabel 30 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori sosial ekonomi

SE Rendah SE Tinggi Total No. Perilaku Ibu Selama Hamil

n % n % n % 1 Kebiasaan ibu merokok

− ya − tidak

13 312

4.0 96.0

3 313

1.0 99.0

16 622

2.5 97.5

2 Kebiasaan suami merokok − ya − tidak

213 112

65.5 34.5

88

225

28.1 71.9

301 337

47.2 52.8

3 Konsumsi obat penenang (ibu) − ya − tidak

1

328

0.3

99.7

0

313

0.0

100

1

642

0.2

99.8 4 Konsumsi jajanan

gorengan/berminyak − ya − tidak

247 78

76.0 24.0

275 38

87.9 12.1

522 116

81.8 18.0

5 Pemakaian obat nyamuk − ya − tidak

217 108

66.8 33.2

172 141

55.0 45.0

389 229

61.0 39.0

6 Melakukan senam/olah raga ringan <=5 x seminggu − ya − tidak

49 276

15.1 84.9

32 281

10.2 89.8

81 557

12.7 87.3

7 Ibu takut gemuk − ya − tidak

107 218

32.9 67.1

177 136

56.5 43.5

284 354

44.5 55.5

8 Ibu takut bayi besar − ya − tidak

118 207

36.3 63.7

152 161

48.6 51.4

270 368

42.3 57.7

9 Ibu terpengaruh iklan makanan ibu hamil − ya − tidak

60 265

18.5 81.5

98 215

31.3 68.7

158 480

24.8 75.2

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Luke et al. (1981) telah meneliti kaitan antara kebiasaan merokok ibu hamil

dengan pertumbuhan janin (intrauterine growth). Luke dan koleganya

Page 110: 2007 Yon pdf

93

membandingkan antara ibu hamil yang menghabiskan 10 - 20 batang rokok

perhari dengan ibu hamil yang tidak merokok (kontrol). Mereka menyimpulkan

bahwa kebiasaan merokok menghambat pertumbuhan janin. Hal senada juga

ditemukan oleh Rush (1974) dan Davies et al (1976) yang menunjukkan bahwa

kebiasaan merokok ibu pada masa hamil menghambat pertambahan berat badan

masa hamil. Picone et al (1982) membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat

mengakibatkan pertambahan berat badan masa hamil rendah dengan menurunkan

penggunaan kalori untuk peningkatan bobot badan.

Konsumsi Obat Penenang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil yang mengonsumsi

obat penenang selama hamil, yaitu ibu dengan status sosial ekonomi rendah

(0.3%) (Tabel 30). Berdasarkan status gizi diketahui bahwa ibu hamil yang

mengonsumsi obat penenang termasuk dalam status gizi normal (Tabel 31).

Konsumsi Jajanan Gorengan/Berminyak

Kebiasaan mengonsumsi jajanan berminyak selama hamil lebih banyak

ditemukan pada ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (87.9%), sedangkan ibu

hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang mengonsumsi jajanan gorengan

berminyak sebesar 76.0% (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui

bahwa persentase ibu kurus yang mengonsumsi makanan jajanan gorengan

berminyak lebih besar (23.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal

(16.8%), gemuk (20.6%) dan gemuk sekali (17.4%) (Tabel 31).

Pemakaian Obat Nyamuk

Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah yang biasa menggunakan obat nyamuk lebih besar (66.8%)

dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (55.0%) (Tabel 30).

Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil, persentase ibu normal yang

menggunakan obat nyamuk lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi

lainnya (Tabel 31).

Kebiasaan Melakukan Senam / Olah Raga Ringan ≤ 5 kali Seminggu

Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial

ekonomi rendah yang biasa melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih

Page 111: 2007 Yon pdf

94

besar (15.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi

(10.2%) (Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil

gemuk sekali yang melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih besar

dibandingkan ibu hamil dengan status gizi lainnya (Tabel 31).

Tabel 31 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali No. Perilaku Kesehatan Ibu Selama Hamil

n % n % n % n % 1 Kebiasaan ibu merokok

− ya − tidak

3 103

2.897.2

12463

2.597.5

133

2.9

97.1

0

23

0.0

100.0

2 Kebiasaan suami merokok − ya − tidak

5749

53.846.2

222253

46.753.3

1321

38.2 61.8

9

14

39.1 60.9

3 Konsumsi obat penenang (ibu)

− ya − tidak

0106

0.0100.0

1474

0.299.8

034

0.0

100.0

0

23

0.0

100.0

4 Konsumsi jajanan gorengan/berminyak − ya − tidak

25 81

23.676.4

80395

16.883.2

727

20.6 79.4

4 19

17.4 82.6

5 Pemakaian obat nyamuk − ya − tidak

5947

55.744.3

296179

62.337.7

20113

61.8 38.2

13 10

56.5 43.5

6 Melakukan senam/olah raga ringan <=5 x seminggu − ya − tidak

1987

17.982.1

50425

10.589.5

529

14.7 85.3

7 16

30.4 69.6

7 Ibu takut gemuk − ya − tidak

3571

33.067.0

216259

45.554.5

2113

61.8 38.2

12 11

52.2 47.8

8 Ibu takut melahirkan bayi besar − ya − tidak

4462

41.558.5

193282

40.659.4

2113

61.8 38.2

12 11

52.2 47.8

9 Ibu terpengaruh iklan makanan ibu hamil − ya − tidak

2878

26.473.6

109366

22.977.1

1420

41.2 58.8

7 16

30.4 69.6

Ibu Takut Gemuk

Berdasarkan status sosial ekonomi ibu, sebagaimana disajikan pada Tabel

30, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut gemuk

lebih besar (56.5%) dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi rendah

Page 112: 2007 Yon pdf

95

(32.9%). Sedangkan berdasarkan status gizi (Tabel 31), persentase ibu hamil

dengan status gizi gemuk yang takut tambah gemuk lebih besar dibandingkan ibu

dengan status gizi lainnya.

Ibu Takut Melahirkan Bayi Besar

Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan pada Tabel 31,

persentase ibu dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut melahirkan bayi

besar lebih besar (48.6%) dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi

rendah (36.3%). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil gemuk

yang takut melahirkan bayi besar lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi

lainnya.

Ibu Terpengaruh Iklan Makanan Ibu Hamil

Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status

ekonomi tinggi yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih besar

(31.3%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan status ekonomi rendah (18.5%)

(Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil (Tabel 31), persentase

ibu hamil gemuk yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih

besar dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya.

Saat hamil, ibu akan mengalami perubahan selera makan serta citarasa dan

zat gizi yang dibutuhkan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil bisa

mempengaruhi janin yang dikandungnya serta berhubungan dengan kenyamanan

ibu hamil itu sendiri. Ibu hamil cenderung lebih memperhatikan makanan dan

juga perilaku sehat lain yang dianggap akan memberikan konsekuensi terhadap

kesehatan bayi. Bahkan, banyak ibu hamil yang lebih serius berkonsultasi dengan

dokter untuk mendapatkan kehamilan yang berkualitas (Truswell 1999).

Antropometri dan Masalah Gizi Bayi

Antropometri Bayi

Rata – rata berat badan bayi baru lahir bayi 3152.27 g ± 463.19. Rata –

rata berat badan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi 3226.92 g ±

483.59, lebih tinggi dibandingkan rata – rata berat badan bayi dari ibu dengan

status sosial ekonomi rendah (3080.38 g ± 431.33). Demikian pula dengan

Page 113: 2007 Yon pdf

96

panjang bayi, lingkar kepala dan lingkar dada bayi dari ibu dengan status sosial

ekonomi tinggi, rata – rata lebih besar dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan

status sosial ekonomi rendah. Berbeda dengan lingkar perut bayi, rata – rata

lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (33.46

cm ±1.82) dibandingkan rata – rata lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial

ekonomi tinggi (32.73 cm ± 2.43).

Tabel 32 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial ekonomi

No. Peubah SE Rendah SE Tinggi Total

1

Berat bayi baru lahir (g)

( sdx+ ) 3080.38± 431.33

( sdx+ ) 3226.92±483.59

( sdx+ ) 3152.27±463.19

2 Panjang bayi (cm) 48.55 ± 1.83 48.61 ± 2.06 48.58 ±1.94 3 Lingkar kepala (LK) (cm) 32.91± 1.34 33.97 ± 1.72 33.43±1.63 4 Lingkar perut (LP) (cm) 33.46± 1.82 32.73± 2.43 33.10±2.17 5 Lingkar dada (LD) (cm) 32.09 ± 1.86 32.57 ± 1.88 32.33±1.88 6 Berat bayi normal (g)* 3153.32 ± 368.05 3273.60± 395.78 3213.96 ±386.68 7 Berat bayi BLR (g) 2275.37 ± 192.49 1812.50 ±744.76 2150.27 ±457.01 8 Berat bayi PLP (g) 2405.88± 373.28 2034.64±863.97 2260.04±626.99 9 Panjang bayi normal (cm)* 48.80 ± 1.57 48.80 ± 1.60 48.80 ± 1.58 10 Panjang bayi BLR (cm) 45.74 ± 2.18 42.80 ± 4.71 44.95 ± 3.27 11 Panjang bayi PLP (cm) 44.00 ± 1.62 42.27 ± 3.72 43.32 ± 2.72 12 LK normal (cm)* 33.11 ± 1.16 34.12 ± 1.39 33.62 ± 1.38 13 LK BBLR (cm) 30.70 ± 1.24 29.30 ± 3.53 30.32 ± 2.15 14 LK PLP (cm) 30.79 ± 1.34 30.45 ± 3.78 30.66 ± 2.5215 LP normal (cm)* 33.73 ± 1.56 32.91 ± 2.16 33.32 ± 1.93 16 LP BBLR (cm) 30.50 ± 1.82 27.35 ± 3.85 29.65 ± 2.85 17 LP PLP (cm) 30.41 ± 1.76 28.14 ± 3.89 29.52 ± 2.9518 LD normal (cm)* 32.43±1.43 32.76±1.41 32.60±1.42 19 LD BBLR (cm) 28.33±1.98 27.00±4.52 27.97±2.88 20 LD PLP (cm) 28.53±2.00 28.18±4.71 28.39±3.26

SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) *normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g

Berdasarkan status sosial ekonomi, ukuran antropometrik bayi dengan

panjang lahir pendek (panjang lahir <46 cm) dari ibu dengan status sosial

ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan, lingkar kepala, lingkar perut dan

lingkar dada lebih besar dibandingkan dengan bayi PLP dari ibu dengan status

sosial ekonomi rendah. Meskipun ukuran antropometrik lainnya (berat badan,

lingkar kepala, lingkar perut dan lingkar dada) lebih besar pada bayi PLP dari ibu

Page 114: 2007 Yon pdf

97

dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi rata – rata panjang badan bayi PLP

dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar.

Tabel 33 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil No Peubah

Kurus Normal Gemuk Gemuk sekali

1 Berat bayi baru lahir (g) 3030.54±471.29 3161.05±453.37 3255.09±499.92 3380.09±452.752 Panjang bayi (cm) 48.29 ± 2.21 48.60 ±1.89 48.62 ±1.89 49.37±1.52

3 Lingkar kepala (LK) (cm) 32.92± 1.58 33.46±1.60 34.97±1.68 34.22±1.78

4 Lingkar dada (LD) (cm) 31.66± 2.12 32.43±1.82 32.65±1.65 32.80±1.71

5 Lingkar perut (LP) (cm) 32.62 ± 2.10 33.15±2.18 33.60±2.02 33.61±2.01

6 Berat bayi normal (g)* 3114.11 ± 378.46 3215.36±380.80 3388.43±356.27 3380.09±452.75

7 Berat bayi BLR (g) 2129.78 ± 446.06 2140.50±504.11 2255.00±103.76 -8 Berat bayi PLP (g) 2265.67±697.81 2263.35±645.95 2210.0±155.56 -9 Panjang bayi normal (cm)* 48.66 ± 1.56 48.78 ± 1.60 49.07 ±1.34 49.37±1.52

10 Panjang bayi BLR (cm) 44.33 ± 3.97 45.13 ±3.23 45.25 ± 2.22 -11 Panjang bayi PLP (cm) 42.50 ± 3.89 43.55 ± 2.50 43.50±0.71 -12 LK normal (cm)* 33.18 ± 1.19 33.63 ± 1.36 34.28 ± 1.56 34.22±1.78

13 LK BBLR (cm) 30.06 ± 2.38 30.27 ± 2.23 31.25 ± 0.96 -14 LK PLP (cm) 30.50 ± 3.15 30.68 ± 2.52 31.00 ±1.41 -15 LP normal (cm)* 27.11 ± 2.67 26.80 ± 4.55 29.50 ± 1.92 33.61±2.0116 LP BBLR (cm) 29.78 ± 3.23 29.48 ± 2.80 30.38 ± 2.87 -17 LP PLP (cm) 30.33±3.10 29.43 ± 3.05 28.00±1.41 -18 LD normal (cm)* 32.08±1.49 32.67±1.39 33.07±1.08 32.80±1.71

19 LD BBLR (cm) 27.11±2.67 28.04±3.06 29.50±1.92 -20 LD PLP (cm) 28.33±3.50 28.45 ± 3.43 28.00±1.41 -

*normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g

Bayi normal yang lahir dari ibu dari status sosial ekonomi tinggi memiliki

berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih besar

daripada bayi dari ibu dari status sosial ekonomi rendah. Hasil penelitian di daerah

kumuh di Dhaka Banglades menunjukkan bahwa lebih dari 66% kejadian BBLR

diakibatkan oleh pertumbuhan janin terhambat (Arifeen et al. 2000).

Berdasarkan status gizi ibu di awal kehamilan, diketahui bahwa ukuran

antropometrik bayi mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya status

gizi ibu. Rata – rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan

lingkar perut bayi semakin meningkat dengan meningkatnya status gizi ibu.

Semakin baik status gizi ibu, maka berat lahir, panjang badan, lingkar kepala,

lingkar dada dan lingkar perut juga lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan

Page 115: 2007 Yon pdf

98

bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak melahirkan bayi dengan kondisi

BBLR dan bayi lahir pendek (Tabel 33).

Prevalensi PJT

Dalam penelitian ini, bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin

Terhambat (PJT) jika bayi lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah

dari seluruh kelahiran. Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan

pada Tabel 34, diketahui bahwa prevalensi PJT lebih besar pada bayi dari ibu

dengan status sosial ekonomi tinggi (10.5%) dibandingkan ibu dengan status

sosial ekonomi rendah (7.7%).

Tabel 34 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi

SE Rendah SE Tinggi Total No. Peubah

n % n % n % 1 BBLR (BB lahir <2500g)

− preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

27 11 16

8.3 40.7 59.3

10 5 5

3.2 50.0 50.0

37 16 21

5.8 43.2 56.8

2 PLP (PB lahir <46 cm) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

17 9 8

5.2 52.3 47.1

11 4 7

3.5 36.4 63.8

28 13 15

4.4 46.4 53.6

3 NORMAL (BB lahir ≥2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

298 32

266

91.7 10.7 89.3

303 7

296

96.8 2.3

97.7

601 39

562

94.2 6.5

93.5

4 Bayi PJT 47 14.5 17 5.4 64 10.0 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Sedangkan berdasarkan kategori status gizi ibu, sebagaimana disajikan

pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PJT semakin rendah dengan

meningkatnya status gizi ibu hamil. Prevalensi PJT paling besar pada ibu kurus

(12.3%) dibandingkan dengan ibu status gizi lainnya (Tabel 35). Pada PJT

perkembangan otak janin terhambat pula, sehingga akan terjadi gangguan kognitif

kelak di kemudian hari (Kusharisupeni 1999), yang dapat menyebabkan gangguan

mental secara organobiologis (Kusumanto 1964)

Page 116: 2007 Yon pdf

99

Tabel 35 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi

Status Sosial Ekonomi (SE)

Rendah Tinggi Total No. Usia kehamilan

n % n % n %1 Minggu ke – 36 3 0.9 1 0.3 4 0.62 Minggu ke – 37 2 0.6 2 0.6 4 0.63 Minggu ke – 38 10 3.1 6 1.9 16 2.54 Minggu ke – 39 8 2.5 6 1.9 14 2.25 Minggu ke – 40 14 4.3 7 2.2 21 3.36 Minggu ke – 41 1 0.3 1 0.3 2 0.3

Rata – rata 6.3 1.9 3.8 1.2 10.2 1.6

Prevalensi PJT menurut usia kehamilan disajikan dalam Tabel 36 dan 37.

berdasarkan kategori status sosial ekonomi, prevalensi PJT paling besar terjadi

pada usia kehamilan ibu 40 minggu (3.3%), prevalensi PJT ibu dengan status

sosial ekonomi tinggi lebih rendah (2.2%) dibandingkan kategori status sosial

ekonomi tinggi (4.3%). Jika diamati sebaran kejadian PJT menurut usia kehamilan

(selama kehamilan usia 36-41 minggu), dapat dilihat bahwa prevalensi PJT pada

ibu dengan kategori status sosial ekonomi rendah rata-rata lebih tinggi (1.9%)

dibandingkan dengan ibu dengan kategori status sosial ekonomi tinggi (1.2%).

Tabel 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori

status gizi

Status Gizi Ibu Hamil (SG)

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali

No. Usia kehamilan

n % n % n % n %1 Minggu ke – 36 2 1.9 2 0.4 0 0.0 0 0.02 Minggu ke – 37 2 1.9 2 0.4 0 0.0 0 0.03 Minggu ke – 38 2 1.9 12 2.5 1 2.9 1 4.34 Minggu ke – 39 5 4.7 8 1.7 1 2.9 0 0.05 Minggu ke – 40 4 3.8 15 3.2 1 2.9 1 4.36 Minggu ke – 41 1 0.9 1 0.2 0 0.0 0 0.0

Rata – rata 2.7 0.4 6.7 0.2 0.5 0.2 0.3 0.2Berdasarkan kategori status gizi, pervalensi PJT paling besar terjadi pada ibu

dengan status gizi kurus dalam usia kehamilan 39 dan 40 minggu (berturut-turut

4.7 dan 3.8%, dan pada ibu dengan status gizi normal di usia kehamilan 40

minggu ( 3.2%).

Page 117: 2007 Yon pdf

100

Prevalensi BBLR dan PLP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi BBLR dan PLP pada ibu

hamil berturut turut sebesar 5.8% dan 4.4%. Berdasarkan status ekonomi ibu

hamil, prevalensi BBLR maupun PLP lebih besar terjadi pada ibu dengan status

sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi tinggi

(Tabel 34). Berdasarkan status kelahiran bayi (preterm (< 37 minggu) dan aterm

(≥37 minggu) diketahui bahwa bayi BLR yang lahir normal (usia kehamilan ≥37

minggu) lebih besar pada ibu dengan status sosial ekonomi rendah (59.3%)

dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (50%).

Tabel 37 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil (SG)

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali No. Peubah n % n % n % n %

1 BBLR (BB lahir <2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

9 4 5

8.5 44.4 55.6

24 11 13

5.145.854.2

4 1 3

11.8 25.0 75.0

0

0.0

2 PLP (PB lahir <46 cm) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

6 3 3

5.7 50.0 50.0

20 9

11

4.245.055.0

2 1 1

5.9 50.0 50.0

0 0.0

3 NORMAL (BB lahir ≥2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu)

97 5

92

91.5 5.2

94.8

451 31

420

94.96.9

93.1

30 2

28

88.2 6.7

93.3

23 1

22

100.0 4.3

95.7

4 Bayi PJT 13 12.3 47 9.9 3 8.8 1 4.3

Meskipun bayi lahir dengan panjang badan saat lahir pendek (< 46cm) tetapi

sebagian besar (53.6%) bayi tersebut lahir aterm (normal). Berdasarkan berat

badan bayi saat lahir, sebagian besar bayi lahir normal (berat lahir ≥2500g).

Persentase bayi dengan berat lahir normal dan lahir cukup bulan (usia kehamilan

≥37minggu) lebih besar (93.5%) dibandingkan dengan bayi lahir preterm (usia

kehamilan <37 minggu) (Tabel 37). Berdasarkan status gizi ibu, sebagaimana

disajikan pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PLP paling besar pada ibu

hamil dengan status gizi gemuk (5.9%) dibandingkan prevalensi PLP pada ibu

dengan status gizi lainnya.

Page 118: 2007 Yon pdf

101

Nilai APGAR dan Ballard Bayi

Berdasarkan skor APGAR bayi saat lahir, sebagian besar bayi (83.9%) lahir

dalam keadaan normal. Masalah gangguan pernafasan ringan lebih sering terjadi

pada bayi baru lahir dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (19.1%)

dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (12.1%).

Nilai Ballard merupakan salah satu metode untuk menilai umur kehamilan

dan kualitas bayi lahir yang dikembangkan pada mulanya oleh Dubowitz dan

Goldberg (1970) kemudian disempurnakan oleh Ballard (Sellers 1993). Secara

keseluruhan, sebagian besar (90.6%) nilai Ballard bayi baru lahir dalam penelitian

ini ≥ 35. Persentase nilai ballard ≥ 35 ibu hamil dengan kategori status sosial

ekonomi tinggi lebih besar (95.2%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan

kategori status sosial ekonomi rendah (86.3%).

Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor

Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase

skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah

lebih besar (63.0%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi tinggi

(60.0%). Bayi normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35,

persentase bayi normal dengan skor Ballard ≥ 35 lebih besar pada bayi ibu dengan

status sosial ekonomi tinggi (97.7%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial

ekonomi rendah (90.6%).

Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi

yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34;

persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan

status sosial ekonomi rendah (70.6%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial

ekonomi tinggi (36.4%). Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan

panjang badan > 46 cm) sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥

35; persentase skor Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi

lebih besar (97.0%) dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan status sosial

ekonomi rendah (89.3%). Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard

disajikan pada Lampiran 6.

Page 119: 2007 Yon pdf

102

Tabel 38 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status sosial ekonomi

SE Rendah (%) SE Tinggi (%) Total (%) No. Nilai Ballard n % n % n %

1 APGAR − Meninggal − Depresi pernafasan akut − Depresi pernafasan

moderat − Depresi pernafasan

ringan − Normal

1 0

0

62

262

0.3 0.0

0.0

19.1 80.6

1 0

1

38

273

0.3 0.0

0.3

12.1 87.2

2 0

1

100 535

0.3 0.0

0.2

15.7 83.9

2 Bayi Lahir Keseluruhan Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0

45 280

0.0

13.8 86.3

2

13 298

0.6 4.2

95.2

2

58 578

0.3 9.1

90.6

3 Bayi BLR Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0

17 10

0.0

63.0 37.0

2 6 2

20.0 60.0 20.0

2

23 12

5.4

62.2 32.4

4 Bayi Normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0

28 270

0.0 9.4

90.6

0 7

296

0.0 2.3

97.7

0

35 556

0.0 5.8

94.2 5 Bayi PLP

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0

12 5

0.0

70.6 29.4

2 4 5

8.2

36.4 45.5

2

16 10

7.1

57.1 35.7

6 Bayi Lahir dengan panjang Normal

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0 33

275

0.0 10.7 89.3

0 9

293

0.0 3.0

97.0

0 42

568

0.0 6.9

93.1 7 Bayi dengan PJT

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0

38 9

0.0

80.9 19.1

0 4

35

0.0

10.3 89.7

2

48 14

3.1

75.0 21.9

8 Bayi Non-PJT Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0 7

271

0.0 2.5

97.5

0 3

293

0.0 1.0

99.0

0

10 564

0.0 1.7

98.3 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi)

Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang

lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 20-

34 bayi PJT dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (80.9%)

dibandingkan status sosial ekonomi tinggi (10.3%). Sedangkan rata-rata skor

Ballard bayi non PJT sebagian besar (98.3%) sebesar ≥ 35, persentase skor

Page 120: 2007 Yon pdf

103

Ballard ≥ 35 bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (99.0%)

dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah (97.5%).

Tabel 39 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi

Status Gizi Ibu Hamil (SG)

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali

No. Nilai Ballard

n % n % n % n % 1 APGAR

− Meninggal − Depresi pernafasan akut − Depresi pernafasan

moderat − Depresi pernafasan

ringan − Normal

0 0

0

15 91

0 0

0

14.2 85.8

2 0

0

76

396

0.4 0

0

16.0 83.4

0 0

0

6

28

0 0

0

17.6 82.4

0 0

0

3

20

00

0

13.087.0

2 Bayi Lahir Keseluruhan Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

1 10 95

0.9 9.4

89.6

1 43

431

0.2 9.0

90.7

0 5

29

0.0 14.7 85.3

0 0

23

0.00.0

100.0

3 Bayi BLR Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

1 4 4

11.1 44.4 44.4

1 16

7

4.2 66.7 29.2

0 3 1

0.0 75.0 25.0

0 0 0

0.00.00.0

4 Bayi lahir dgn berat normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0 6

91

0.0 6.2

93.8

0 27

424

0.0 6.0

94.0

0 2

28

0.0 3.8

93.3

0 0

23

0.00.0

100.05 Bayi PLP

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

1 3 2

16.7 50.0 33.3

1

11 8

5.0

55.0 40.0

0 2 0

0.0

100.0 0.0

0 0 0

0.00.00.0

6 Bayi lahir dengan panjang Normal

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0 7

93

0.0 7.0

93.0

0 32

423

0.0 7.0

93.0

0 3

29

0.0 9.4

90.6

0 0 0

0.00.00.0

7 Bayi dengan PJT Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

1 8 4

7.7 61.5 30.8

1 37

9

12.1 78.7 19.1

0 3 0

0.0 100.0 00.0

0 0 1

0.00.0

100.08 Bayi Non-PJT

Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35

0 2

91

0.0 2.2

97.8

0 6

422

0.0 1.4

98.6

0 2

29

0.0 6.5

93.5

0 0

22

0.00.0

100.0

Berdasarkan status gizi ibu, bayi lahir dengan skor APGAR normal dari ibu

dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi (87.0%) dibandingkan dengan ibu

Page 121: 2007 Yon pdf

104

hamil dengan status gizi lainnya. Depresi pernafasan ringan paling banyak terjadi

pada bayi dari ibu dengan status gizi gemuk (17.6%) dibandingkan ibu dengan

kategori status gizi lainnya (Tabel 39).

Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor

Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase

skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan kategori status gizi gemuk paling

tinggi (75.0%) dibandingkan bayi ibu dengan kategori status gizi lainya. Bayi

normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35, persentase bayi

normal dengan skor Ballard ≥ 35 pada ibu dengan kategori status gizi normal

paling besar (94.0%) dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya.

Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi

yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34;

persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan

kategori status gizi gemuk sekali, sebanyak 55% bayi PLP yang dilahirkan ibu

hamil dengan kategori status gizi normal memiliki skor Ballard antara 20 – 34.

Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan panjang badan >46 cm)

sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥ 35; persentase skor

Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan kategori status gizi kurus dan normal sebesar

93.0%, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase skor Ballard pada bayi dari

ibu dengan kategori status gizi gemuk (90.6%).

Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang

lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 20-

34 bayi PJT dari ibu dengan kategori status gizi normal sebesar 78.7%. Sebagian

besar (98.3%) rata-rata skor Ballard bayi non PJT ≥ 35, persentase skor Ballard ≥

35 bayi ibu dengan kategori status gizi gemuk sekali paling tinggi dibandingkan

bayi ibu dengan kategori status gizi lainnya.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan

Ukuran Antropometrik Bayi

Masalah gizi kronis di masa kecil seseorang akan memengaruhi tinggi

badannya di usia dewasa. Pertambahan tinggi badan remaja yang terjadi di daerah

West berhubungan dengan perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat di sana

(Ebrahim 1983).

Page 122: 2007 Yon pdf

105

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial

ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi. Besarnya pendapatan

perkapita perbulan berhubungan sangat nyata dengan berat bayi baru lahir dan

juga lingkar kepala bayi. Usia ibu dan usia suami tidak menunjukkan adanya

korelasi dengan ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan.

Tabel 40 Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi

Berat Bayi Panjang BayiLingkar Kepala Bayi

Lingkar Dada Bayi

Lingkar Perut Bayi Peubah

r p r p r p r p r p

Usia ibu (tahun) 0.055 .164 .020 .608 .074 .061 .027 .497 -.060 .10

Usia suami (tahun)

0.040 .317 .002 .956 .052 .182 .019 .638 -.045 .259

Pendidikan ibu (tahun)

0.216 .00** .146 .00** .344 .00** .213 .00** -.004 .920

Pendidikan suami (tahun)

0.218 .00** .114 .00** .316 .00** .191 .00** -.045 .259

Besar pendapatan (Rp/bln)

0.119 .00** .019 .629 .199 .00** .091 .02* -.111 .01**

Status Sosial Ekonomi (0 = rendah, 1= tinggi)

0.158 .00** .015 .700 .327 .00** .127 .00** .-167 .00**

Status Gizi ibu awal kehamilan (IMT), SG =1, SG=2, SG=3 dan SG = 4

0.151 .00** .091 .021* .175 .00** .143 .00** .110 .005*

Besar pengeluaran (Rp/bulan)

0.090 .023* .011 .785 .132 .00** .055 .165 .118 .00**

*berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01. Status gizi (SG) : 1=kurus, 2=normal, 3 = gemuk, 4 =gemuk sekali

Pendidikan ibu dan suami berhubungan sangat nyata dengan ukuran

antropometrik bayi (berat lahir, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada

bayi). Latar belakang pendidikan keluarga terutama ibu akan mempengaruhi

perilaku dalam mengelola rumah tangga, termasuk dalam hal pola konsumsi

pangan keluarga sehari-hari. Enoch dan Syarif (1986) mengemukakan bahwa

pendidikan rendah menyebabkan berbagai keterbatasan pengetahuan, sikap dan

tindakan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga. Susanto (1985)

juga menyatakan bahwa yang dapat menyerap inovasi gizi adalah ibu-ibu yang

Page 123: 2007 Yon pdf

106

berpendidikan lulus SD ke atas, sedangkan ibu-ibu yang tidak tamat SD ke bawah

sangat kecil menyerap inovasi tersebut.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa pengeluaran bulanan ibu

hamil berhubungan positif nyata dengan berat lahir bayi. Pengeluaran bulanan

juga berhubungan sangat nyata dengan lingkar kepala bayi. Besarnya pendapatan

bulanan berhubungan sangat nyata dengan berat lahir bayi dan lingkar kepala

bayi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar pendapatan keluarga setiap

bulannya semakin tinggi berat badan dan lingkar kepala bayinya.

Semakin tinggi daya beli (pendapatan riil) keluarga semakin beragam

pangan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas pangannya. Kemampuan

membeli (daya beli) merupakan indikator dari tingkat ekonomi seseorang

(keluarga) yang diukur dengan pendapatan per bulan. Pembelian merupakan

fungsi dari faktor kemampuan dan kemauan membeli yang saling bertautan. Hal

ini berlaku untuk semua produk-produk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan

(Mangkuprawira dalam Sianturi 2005).

Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan, berat badan ibu sebelum

hamil, status gizi (yang dianalisis berdasarkan IMT) sebelum hamil, usia

kehamilan, LILA, berat badan menjelang melahirkan, dan penambahan berat

badan ibu, berhubungan posistif sangat nyata dengan ukuran antropometrik bayi

yang dilahirkan (diamati dari berat badan saat lahir, panjang badan, lingkar

kepala, dan lingkar dada).

Penelitian Strauss dan Dietz (1999) tentang hubungan pertambahan berat

badan ibu selama kehamilan menunjukkan bahwa ibu yang pertambahan berat

badannya rendah pada trimester kedua dan ketiga (didefinisikan sebagai

pertambahan berat badan <0.3 kg/mgu selama trimester kedua dan ketiga) dua kali

lebih berpeluang melahirkan bayi dengan pertumbuhan janin terhambat

(Pertambahan berat badan rendah selama kehamilan didefinisikan sebagai

pertambahan berat selama kehamilan < 6.8kg.)

Status gizi ibu hamil sebelum kehamilan berhubungan dengan kualitas bayi

yang dilahirkan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ibu yang kurus akan

Page 124: 2007 Yon pdf

107

melahirkan bayi dengan berat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih

rendah dibandingkan ibu yang tidak kurus.

Tabel 41 Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi

Berat BayiPanjang

Bayi

Lingkar Kepala Bayi

Lingkar Dada Bayi

Lingkar Perut Bayi Peubah

r p r p r p r p r p

Tinggi badan ibu (cm)

0.19 0.00** 0.19 0.00** 0.18 0.00** 0.14 0.00** .045 .257

Berat badan ibu sebelum hamil (kg)

0.25 0.00** 0.18 0.00** 0.27 0.00** 0.19 0.00** .121 .00**

Status gizi ibu awal kehamilan (IMT)

0.19 0.00** 0.11 0.00** 0.21 0.00** 0.15 0.00** .111 .01**

Usia kehamilan ibu (minggu)

0.40 0.00** 0.18 0.00** 0.44 0.00** 0.56 0.00** .320 .00**

Lingkar Lengan Atas (LILA) (cm)

0.25 0.00** 0.10 0.01** 0.25 0.00** 0.17 0.00* .116 .00**

BB menjelang melahirkan (kg)

0.38 0.00** 0.25 0.00** 0.38 0.00** 0.29 0.00** .1160 .00**

Pertambahan berat badan ibu (kg)

0.38 0.00** 0.23 0.00** 0.37 0.00** 0.29 0.00** .127 .00**

Paritas (kali) 0.02 0.60 -

0.0020.96 -0.06 0.16 -0.04 0.34 -.028 .475

*berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01.

Paritas (jumlah kehamilan) dan umur ibu saling berkaitan sebagai faktor

risiko pertumbuhan dan perkembangan anak. Landers (1984) dalam Satoto (1990)

mendapatkan bahwa sampai dengan 3 kehamilan pertama, jumlah kehamilan

berhubungan dengan berat lahir rendah, sedangkan sesudah itu hubungan tersebut

tidak lagi sistematis. Mata dan Wyat (1971) dalam Satoto (1990) menemukan

bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan yang

manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat gizi ibu serta kemampuan ibu

untuk memelihara kehamilan dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak.

Mempertimbangkan bahwa keeratan hubungan tinggi fundus dengan berat

bayi lahir memiliki nilai koefisien korelasi (r) yang relatif sama, maka kedua

peubah ini sama – sama bisa digunakan untuk menduga pertumbuhan janin (berat

bayi baru lahir). Tabel 42 menyajikan keeratan hubungan antara tinggi fundus

dengan dugaan berat badan bayi lahir.

Page 125: 2007 Yon pdf

108

Tabel 42 Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir

No. Peubah Berat bayi lahir 1 Pertambahan berat badan ibu 0.360 – 0.432 2 Tinggi fundus minggu 12 - 13 0.097 3 Tinggi fundus minggu 24 - 25 0.383 4 Tinggi fundus minggu 36 - 37 0.463 5 Tinggi fundus minggu 39 - 40 0.427 6 Tinggi fundus minggu 41 - 42 0.441

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keeratan hubungan antara peubah

tinggi fundus pada minggu ke 24 – 25 dengan berat bayi lahir (0.383), paling

sensitif dengan peubah pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan

berat bayi lahir (0.360 – 0.432). Hal ini menjelaskan bahwa peubah tinggi fundus

lebih sensitif pada saat akhir trimester 2 (memasuki awal trimester 3).

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi

Secara tidak langsung, pengetahuan gizi ibu hamil akan mempengaruhi

status gizinya karena dengan pengetahuan yang dimilikinya, para ibu dapat

memenuhi kebutuhan gizinya. Pengetahuan gizi dan kaitannya dengan kebutuhan

gizi semakin penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus bagi ibu hamil

karena hal itu berhubungan langsung dengan kualitas bayi yang dilahirkan.

Tabel 43 Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi

Berat Bayi Panjang Bayi Lingkar KepalaBayi

Lingkar Dada Bayi

Lingkar Perut Bayi Peubah

r p r p r p r p r p

Skor pengetahuan gizi ibu

0.21 0.00** 0.15 0.00** 0.27 0.00** 0.18 0.00** .022 .581

Kebiasaan merokok ibu

-0.06 0.14 -0.05 0.23 -0.09 0.02 -0.05 0.20 -.096 .02*

*berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01.

Kebiasaan merokok ibu berhubungan negatif dengan ukuran antropometrik

bayi yang dilahirkan. Hal ini menjelaskan bahwa bayi dari ibu yang biasa

merokok akan memiliki berat badan lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan

lingkar dada yang lebih rendah dibandingkan bayi yang dilahirkan dari ibu yang

tidak merokok.

Page 126: 2007 Yon pdf

109

Merokok merupakan kebiasaan yang harus dihindari wanita hamil, karena

merokok akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap status gizi ibu

hamil yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi janin yang dikandungnya. Ibu

hamil yang merokok, intik serat, vitamin A, betakaroten, folat dan vitamin C

cenderung lebih rendah dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Kebiasaan

merokok juga membatasi suplai darah bagi perkembangan janin dan juga

membatasi transportasi oksigen dan zat gizi serta proses pengeluaran kotoran.

Merokok akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan dapat

menyebabkan gangguan perilaku atau intelektual dimasa mendatang. Ibu yang

merokok lebih berpeluang mengalami kelahiran bermasalah dan melahirkan bayi

BBLR. Dari semua penyebab yang sifatnya dapat dicegah, kebiasaan merokok

merupakan penyebab utama bayi lahir dengan berat rendah

(Sizer dan Whitney 2000).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

Tabel 44 menjelaskan bahwa sebanyak 23% pertambahan berat badan ibu

selama hamil dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal

kehamilan (cm) dan usia kehamilan ibu dan 75% lagi ditentukan oleh faktor lain.

Tabel 44 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan

Kode Peubah Kode Nama B t Sig

Konstanta -20.433 -3.479 .001X1 Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) -.025 -.477 .633X2 Usia kehamilan ibu (minggu) .258 2.906 .004*X3 Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan -.003 -.315 .753X4 Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) 3.475 9.828 .000*X5 Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) .144 4.941 .000*X6 Kadar Hb darah awal kehamilan (mg/dl) -.162 -1.073 .284X7 Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) .001 .238 .812X8 Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk .196 .650 .516

R2 = 0.23, p < 0.05

Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi pertambahan berat

badan ibu selama kehamilan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda

Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan pengaruh yang

nyata (menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa pertambahan berat badan

Page 127: 2007 Yon pdf

110

ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), status sosial

ekonomi (X4), dan tinggi badan ibu awal kehamilan (X5) dengan persamaan Y = -

22.292 + 0.247 X2 + 3.360 X4 + 0.144X5 + 3.785 (Lampiran 7).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Berat Bayi Lahir

Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi berat bayi lahir

dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dengan mengeluarkan peubah-

peubah yang tidak memberikan korelasi (menggunakan metode Stepwise),

diketahui bahwa berat lahir bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan

(X1), usia kehamilan ibu (X2), skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (X3),

tinggi badan ibu awal kehamilan (X5), dan pertambahan berat badan ibu (X9),

dengan persamaan Y = -2930.00 + 27.75 X1+74.57X2 + 2.99 X3 + 15.72 X4 +

128.64X9 + 402.553 (Lampiran 8).

Straus et al (1999) telah meneliti kaitan antara pertambahan berat badan ibu

dengan risiko PJT. Mereka menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan ibu

yang rendah pada kehamilan trimester kedua dan ketiga meningkatkan risiko

terjadinya PJT. Sementara itu, pada penelitian kaitan antara status gizi dan

pertumbuhan linear di Jawa Barat, Schmidt et al (2002) menemukan bahwa

pertumbuhan linear lebih ditentukan oleh faktor lingkungan prenatal (seperti

status gizi ibu) daripada faktor postnatal.

Tabel 45 Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir

Kode Peubah Kode Nama B t Sig

Konstanta -2765.073 -4.427 0.000X1 Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) 25.884 4.571 0.000*X2 Usia kehamilan ibu (minggu) 75.576 8.000 0.000*X3 Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan 2.487 2.536 0.011*X4 Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) 42.918 1.221 0.222X5 Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) 14.925 4.811 0.000*X6 Kadar Hb darah -4.583 -0.285 0.776X7 Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) .101 .186 0.852X8 Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk 15.403 .481 0.631X9 Pertambahan berat badan (*) 128.685 8.001 0.000*

R2 = 0.25, p < 0.05 (*) Berupa Standardized Residual

Page 128: 2007 Yon pdf

111

Penelitian di Jawa Tengah juga menunjukkan hasil serupa. Ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi melahirkan bayi dengan berat lahir rata-rata 8.3 kg,

jauh di bawah berat rata-rata yang dianjurkan (11.0 kg) (Winkvist et al 2002).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Panjang Bayi Lahir

Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang bayi lahir

dilakukan dengan analisis regresi linier berganda (Metode Stepwise). Panjang bayi

saat lahir dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), tinggi badan ibu awal

kehamilan (X5), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal

kehamilan (IMT), dengan persamaan Y = 20.718 + 0.310X1+0.352X2 + 0.081X5

+ 0.078X9 + 1.756 (Lampiran 9).

Tabel 46 Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir

Kode Peubah Kode Nama B t Sig

Konstanta 19.844 7.330 0.000X1 Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) 0.072 2.949 0.003*X2 Usia kehamilan ibu (minggu) 0.343 8.366 0.000*X3 Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan 0.010 2.435 0.015X4 Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) -0.412 -2.526 0.012*X5 Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) 0.083 6.185 0.000*X6 Kadar Hb darah 0.040 0.568 0.570X7 Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) 0.002 0.656 0.512X8 Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk 0.097 0.699 0.485X9 Pertambahan berat badan (*) 0.314 4.509 0.000*

R2 = 0.19, p<0.05 (*) Berupa Standardized Residual

Anak – anak yang dikandung oleh para ibu rawan gizi menghadapi ancaman

tumbuh sebagai anak pendek, apalagi bila setelah lahir dia tidak mendapati gizi

yang cukup (Achir 1993)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir

Lingkar kepala bayi menjadi penting karena lingkar kepala berkaitan dengan

volume otak bayi. Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang

bayi lahir dilakukan dengan analisis regresi linier berganda.

Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan korelasi

(menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa lingkar kepala bayi

dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, usia kehamilan ibu (minggu),

Page 129: 2007 Yon pdf

112

pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu sebelum kehamilan

(IMT), usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, tinggi badan

ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu akhir kehamilan, dengan

persamaan Y = 13.647 + 0.092X1 + 0.296X2 + 0.008X3 + 0.763X4 + 0.036X5 +

0.315X9 + 1.371 (Lampiran 10).

Tabel 47 Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir

Peubah

Kode Nama B t Sig

Konstanta 13.647 6.620 0.000X1 Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) 0.087 4.536 0.000X2 Usia kehamilan ibu (minggu) 0.299 9.305 0.000X3 Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan 0.008 2.378 0.018X4 Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) 0.787 6.151 0.000X5 Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) 0.036 3.382 0.001X6 Kadar Hb darah -0.002 -0.040 0.968X7 Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) 0.000 0.224 0.823X8 Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk 0.168 1.543 0.123X9 Pertambahan berat badan (*) 0.315 5.780 0.000

R2 = 0.30, p < 0.05 (*) Berupa Standardized Residual

Faktor gizi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan lingkar kepala

anak. Semakin baik status gizi ibu hamil maka pertumbuhan lingkar kepala akan

semakin baik, dan ibu rawan gizi akan melahirkan bayi dengan lingkar kepala

yang lebih kecil (Soetjiningsih 1998).

Page 130: 2007 Yon pdf

113

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Prevalensi bayi yang mengalami Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ibu

hamil dari penelitian ini sebesar 10.0%; PJT pada ibu hamil dengan status

sosial ekonomi rendah lebih tinggi (14.5%) dibandingkan PJT pada ibu hamil

dengan status sosial ekonomi tinggi (5.4%). Prevalensi PJT pada ibu dengan

status gizi kurus paling tinggi (12.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi

normal (9.9%), gemuk (8.8%) dan gemuk sekali (4.3%).

2. Prevalensi BBLR adalah 5.8%. BBLR pada bayi dari ibu dengan status sosial

ekonomi rendah lebih besar (8.3%) daripada ibu hamil dengan status sosial

ekonomi tinggi (3.2%). Prevalensi BBLR pada ibu dengan status gizi gemuk

paling besar (11.8%) dibandingkan dengan BBLR pada ibu dengan status gizi

kurus (8.5%) dan normal (5.1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu

dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi BBLR.

3. Prevalensi bayi lahir pendek (PLP) pada ibu hamil dengan status sosial

ekonomi gizi rendah lebih besar (5.2%%) dibandingkan dengan ibu dengan

status sosial ekonomi tinggi (3.5%). Prevalensi PLP lebih besar pada ibu

dengan status gizi gemuk (5.9) dibandingkan dengan ibu kurus (5.7%), dan

normal (4.2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan status gizi

gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi PLP.

4. Status gizi ibu (IMT) pada awal kehamilan berhubungan nyata dengan ukuran

antropometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang badan, lingkar kepala).

Semakin baik status gizi ibu akan semakin baik ukuran antropometrik bayi.

5. Pertambahan berat badan ibu selama hamil dan tinggi badan ibu berhubungan

nyata dengan ukuran antopometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang

badan, lingkar kepala). Semakin besar pertambahan berat badan ibu akan

semakin baik ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan.

6. Rata – rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan sebesar 11.41±

4.31 kg (290±110 gram/minggu), rata – rata pertambahan berat badan ibu

hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 9.56±3.31kg (240±80

gram/minggu) lebih rendah dibandingkan rata – rata pertambahan berat badan

Page 131: 2007 Yon pdf

114

ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yaitu sebesar 13.32±4.39 kg

(340±110 gram/minggu),

7. Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa rata – rata

pertambahan berat badan ibu paling tinggi pada ibu dengan status gizi gemuk

sekali, sebesar 13.19±5.08kg (340±130gram/minggu), dibandingkan ibu

dengan status gizi lainnya (ibu dengan status gizi normal, 11.36±4.24 kg

(290±110 gram/minggu); ibu status gizi kurus, 11.59±4.44 kg (300±110

gram/minggu) dan ibu yang gemuk, 10.27±4.01 kg ( 260±100 gram/minggu).

8. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR

sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan

status sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan

dengan pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi

rendah yaitu 7.07±2.51 kg.

9. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal

sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan

status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi dibandingkan

ibu hamil dengan status sosialekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg.

10. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia

kehamilan ibu (minggu), status sosial ekonomi dan tinggi badan ibu (R2 =

0.23).

11. Berat bayi lahir dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan, usia

kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan, tinggi badan ibu

awal kehamilan dan pertambahan berat badan ibu (R2 = 0.25).

12. Panjang bayi saat lahir dipengaruhi usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal

kehamilan, pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal

kehamilan (R2 = 0.19). Lingkar kepala bayi dipengaruhi status sosial ekonomi,

usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu

sebelum kehamilan, usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir

kehamilan, tinggi badan ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu

akhir kehamilan (R2 = 0.30).

Page 132: 2007 Yon pdf

115

Saran

1. Dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan janin secara sederhana,

penting bagi ibu hamil untuk mengetahui (diberitahu petugas kesehatan)

pertambahan berat badan dan tinggi fundus yang normal selama kehamilan.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan ibu hamil tentang

pemantauan pertambahan berat badan dan tinggi fundus selama kehamilan.

2. Sehubungan dengan saran diatas perlu dikembangkan kurva KMS ibu hamil

dan tinggi fundus yang praktis yang bisa digunakan bagi petugas kesehatan

dan ibu hamil.

3. Mengingat masih tingginya kejadian PJT dan BBLR; dan masalah gizi pada

wanita hamil di perkotaan masih cukup tinggi, yaitu 22.6% anemi, 16.6%

kurus, hampir semua konsumsi vitamin dan mineral (vitamin A, vit C, folat,

vit B12, zat besi dan Zinc) masih dibawah 2/3 anjuran, maka perlu

ditingkatkan kepedulian dan investasi pada upaya pencegahan masalah gizi

dan gangguan kesehatan bagi wanita menjelang dan saat kehamilan, terutama

pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.

4. Terkait saran pada butir 3 dan mempertimbangkan bahwa kondisi kemiskinan

di pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, upaya-upaya

perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil sebaiknya dilakukan secara

menyeluruh dan diintegrasikan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan

peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan ibu hamil.

Page 133: 2007 Yon pdf

116

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams B, Altman SL, Pickett, Kate E. 2000. Pregnancy weight gain: still controversial. Am J Clin Nutr 71:1233-1241

Achadi 1995. Woman’s Nutritional Status, Iron Consumption and Weight Gain During Pregnancy in Relation To Neonatal Weight and Length in West Java Indonesia, draf 1-2.

Achir Y 1993. Masalah Psikososial Anak dan Remaja Berperawakan Pendek. Dalam Masalah Penyimpangan Pertumbuhan Somatik pada Anak dan Remaja. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXVIII. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aminullah A. 2004. Perinatologi dari Rahim Ibu Menuju Sehat Sepanjang Hayat. Makalah Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta.

Anonim. 2003. Baby Fit Healthy Pregnancy Quiz dalam URL:http://www.babyfit.com/myspark/bquiz.asp tahun 2003.

Arifeen, SE, Black RE, Caulfield LE, Antelman G, Baqui Abdullah H, Nahar Q, Alamgir S, and Mahmud H. 2000. Infant growth patterns in the slums of Dhaka in relation to birth weight, intrauterine growth retardation, and prematurity. Am J Clin Nutr 72:1010-1017

Barker DJP. 1998. Mother Babies and Health in Later Life, Churchill, Livingstone, Edinburgh, London, New York, Philadelphia, San Franscisco, Sydney, Toronto. Chapt. 1 page 2 - 3

Betsenova O, Petrova J, Vinsova, M. 1980. Perinatal Distress and Brain Development, Avicenum, Chechoslovac. Praque: Med. Press.

Benson RC, Pernoll ML.1987.Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, 6th edition Lange Medical Publication page 167.

Boyle MA, Morris DH. 1999. Community Nutrition in Action an Entrepreneurial Approach, Second Edition. West Wadsworth: An International Thomson Publishing Company.

Callen Peter W. 1988. Ultrasonography in Obstetric and Gynecology. Second edition WB. Saunders Company page 471-474-475.

Caroline HDF, Yajnik CS, Rao S, Davies AA, Brown N, and Farrant HJW. 2003. Micronutrients and fetal development. J Nutrition 133:1747S-1756S

Chambers, Christina D, Philip OA, Ronald GT. 1999. Weight Gain in Infant Breastfed by Mother Who Take Fluoxetine, URL:http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/104/5/e61;fluoxetine.

Connolly G, Conroy R, Byrne PJ, Kennell S. 1998. Teenage Prenancy in Rotunda Hospital, December 1998 Volume 91 No. 6

Cravioto J, DecLicarde ER. 1976. Malnutrition in Early Childhood. Fd. Nutr. (FAO) 2:2.

Page 134: 2007 Yon pdf

117

Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran, ECG.

Cunningham, Gary F et al, Mc Graw Hill.2005. William Obstetrics, Twenty-second edition page 894.

Danielsson BR and Miller RK. 1984. Effects of Cadmium on Placenta Uptake and Transport to the Fetus of Nutrient. Biol. Res. 4: 149-163, Maternal Nutrition and Pregnancy Outcome, page 103.

Departemen Kesehatan RI 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. DepKes. R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan RI 1994. Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LLA) pada Wanita Usia Subur. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI 2003. Gizi dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002. Jakarta

Dinas Kesehatan Jawa Barat 2003. Masalah Ibu Hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia Gizi Besi di 24 Kab./Kota Propinsi Jawa Barat. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa barat.

Engsner G, Habter D, Sjogren, Bovahlquist J. 1974. Brain Growth in Children with Kwashiorkor, Act. Pediat. Scand 63 : 687.

Ebrahim GJ. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries, Caring for the Rural and Urban Poor, 1st Ed. Macmillan, London.

Endjun JJ. 2002. Nakita, Panduan Tumbuh Kembang Balita, 23 Agustus 2002.

Fawzi WW, Forman MR, Levy A, Graubard BI, Naggan L, Berendes HW. 1997. Maternal anthropometry and infant feeding practices in Israel in relation to growth in infancy: the North African infant feeding Study. Am J Clin Nutr 65: 1731-1737

Fox SI. 1990. Human Physiology, Fourth Edition Wm. C Brown Publishers, Dubuque, Iowa-Melbourne, Australia-Oxford, England.

Gani A. 2003. Aspek Ekonomi Kesehatan Jiwa Masyarakat. Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI.

Gillespie S. 1997. Improving Adolescent and Maternal Nutrition: An Overview of Benefit and Options. UNICEF, New York.

Gulardi I 2003. Vitamin A Transfer from Mother to Cord of Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) and Appropriate Birth Weight (ABW). Community Nutrition, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta.

Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Hardinsyah. 2000. Efek Biskuit Multigizi Terhadap Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan.

Page 135: 2007 Yon pdf

118

Hastono SP. 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Heayer, Richard A, Hunt, Joseph M. 1995. Improving Early Childhood Development, An Intergrated Program for the Philippines, The World Bank Washington, D.C.

Hediger ML, Scholl TO. Ances IG, Belsky DH, Salmon RW. 1990. Rate and amount of weight gain during adolescent pregnancy: Associations with maternal weight-for-height and birth weight. Am J. Clin. Nutr, Vol.52: 793-799.

Herman SH, Muhilal. 1993. Anemia Ibu Hamil, Departemen Kesehatan R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hickey CA. 2000. Sociocultural and behavioral influences on weight gain during pregnancy. Am J Cln Nutr 71:1364S-70S

Hiza HAB, LN USDA. 2001. Center for Nutrition Policy and Promotion, Relationships of Substance Abuse to the Nutritional Status of Pregnant African-American Women. Familiy Economics and Nutrition Review, 2001 Vol. 13 No. 2.

Hossain MM, Habib M, DuPont HL. 1994. Association between birth weight and birth arm circumference of neonates in ural Egypt. Di dalam: Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Laporan akhir penelitian bidang kesehatan dan gizi masyarakat.Bogor : IPB.

Hytten. 1980. Subcommitee on Nutrional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrional Board 1990.

Institute of Medicine: 1990. Nutrition During Pregnancy. National Academy Press.

Kalplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh Jilid Satu, Bab 2, hal. 27.

Karyadi D, Soewondo S, Tjahjadi H. 1971. Undernutrition and some aspects of brain function. Ped. Ind 11: 47

Karmini S. 1987. Hubungan Beberapa Ukuran Antropometrik Ibu dan Tinggi Fundus Uteri dengan Berat Lahir. Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Karsono B. 2002. Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta. IPB.

King JC. 2000. Physiology of Pregnacy and Nutrient Metabolisme. Am J Clin Nutr 1218S-1225S

Page 136: 2007 Yon pdf

119

Kusharisupeni. 1999. Peran Berat Lahir dan Masa Gestasi Terhadap Pertumbuhan Linier Bayi di Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 1995 – 1997, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1999, hal 69 - 75

Kusin JA dan Karjati S. 1994. Maternal Child Nutrition in Madura Indonesia, Royal Tropical Institute The Netherlands.

Kusumanto R. 1964 Eklektik Holistik Terhadap Masalah Skizofrenia.

Lang SS. 2001. Excessive Weight Gain During Pregnancy in Now Major Contributor to Obesity in United States: Cornel Study Finds. http;//www.cce.cornell.edu/food/expfiles/topics/olson2/olson2overview.html

Lazuardi 1984. Penjaringan Psikodinamik pada 6 Bulan Pertama Kehidupan, hal. 46 – 53.

Lozoff B, Brittenham GM, Viteri FE, Wolf AW, Urrutia JJ. 1982. Developmental deficits in iron-deficient infants, effects of age and severity of iron lack. J. Pediat 101: 948

Luke B, Hawkins MM, and Petrie RH. 1981. Influence of smoking, weight gain, and pregravid weight for height on intrauterine growth. Am J Clin Nutr 34:1410-1417

Luke B, Hediger ML, Nugent C. 2003. Body Mass Index-Specific Weight Gains Associated with Optimal Birth Weights in Twin Pregnancies., Volume 48, April 2003. http://www.reproductivemedicine.com/Features/Feature.htm.

MacMillan Press. 1983. Nutrition in Pregnancy and the Growth of the Fetus, in Nutrition in Mother and Child Health, 1 st Ed. London, p. 34 – 53.

MacMillan J. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries, Caring for the Rural and Urban Poor; 1st Ed. London.

Manuaba IB. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Manuaba IB. 2001. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia, Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Marjorie AE. 1983. A Colour Atlas of Life Before Birth, Normal Fetal Development; Wolfe; London.

Maulik D, Sicuranza G, Lysikrewiez A dan Fiqueron R. 2000. Fetal Growth restriction; 3 keys to successful management. www. obg.management.com

Max Mongelli, Fracog, Jason Gardosi 1999. Symphysis Fundus Height and Pregnancy Characteristics in Ultrasound-Dated Pregnancies, vol 94 no 4 page 591.

Miller RK, Faber W, Asai M, D’Gregorio RP, Ng WW, Shah Y, and Jessee LN. 1993. The Role of the Human Placenta in Embryonic Nutrition, Impact of Environment and Social Factors, Maternal Nutrition and Pregnancy outcome, page 92

Page 137: 2007 Yon pdf

120

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Fisiologi dan Patologi, Penerbit Buku Kedokteran, ECG Jakarta.

Montaque P. 2000. Industri Penghasil Dioksin. http://www.ejnet.org/rachel/rehw463.htm

Moran JL. 2003. The Scoop on Pregnancy Weight Gain. http://www.americanbaby.com/ab/CDA/featureDetail/0,1349,31,00,html

Muhilal, Fasli J, Hardinsyah. 1998. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. 1998.

National Academy Press, Washington, DC. 1990, Nutrition During Pregnancy, Part I Weight Gain.

Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Edisi Revisi.

Paton LM, Alexander JL, Nowson, Margerison C, Frame, Mandy G, Kaymakci B, Wark, John D. 2003. Pregnancy and lactation have no long-term deleterious effect on measures of bone mineral in healthy women: A Twin Study. Am J Clin Nutr 77:707-714

Peleg D, Kennedy CM, and Hunter SK. 1998. Intrauterine Growth Restriction: Identification and Management, University of Iowa Hospitals and Clinics, Iowa City, Iowa. Page 465, August 1998.

Physical Status: The Use And Interpretation Of Anthropometry, World Health Organization. 1995.

Picone TA, Allen LH, Schramm MM, and Olsen PN. 1982. Pregnancy outcome in North American women. I. Effect of diet, cigarette smoking, and psychological stress on maternal weight gain. Am J Clin Nutr, Vol 36:1205-1213

Pierson-Deschamp. 1981. dikutip dari Sutan Asin M.1985. Faktor Hormonal Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja, Gizi dan Tumbuh Kembang, FKUI.

Pitkin RM. 1976. Nutritional Support in Obstetrics and Gynecology. Clinical Obstetric and Gynecologi.

Pleyte W, Edith H, Prasetyo Y, dan Darmabrata W. 1983. Masalah Kejiwaan pada Proses Tumbuh Kembang Anak.

Prensky AL and Dogge PR. 1982. Malnutrition in Swaiman KF & Wright FS The Practice of Pediatric Neurology. The Cv Mosby Co, St. Louis, Toronto, London, page 601.

Prentice MA, Goldberg RG. 2000. Energy Adaptations in human pregnancy: limits and long-term consequences. Am J Clin Nut, Vol. 71: 1226S-1232S.

Rachel’s Environment, Health Weekly #463, 1995. Environment Research Foundation P.O. Box 5036, Annapolis, MD 21403, Fax (410) 263-8944; Internet [email protected]. Net

Page 138: 2007 Yon pdf

121

Ramakrisnan U. 2004. Nutrition and low birth weight: from research to practice. Am J Clin Nutr 79:17-21

Sajogyo 1994. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Rajawali Jakarta.

Samil S. 1989. Dalam Depkes 2003, Gizi Dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002. Jakarta 2003.

Sastrawinata S. 1983. Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri & Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sastroasmoro S, Sofyan I. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Ke-2. CV Sagung Seto, Jakarta.

Satoto. 1990. Tumbuh Kembang Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Proceeding of Seminar cum Workshop Safe Motherhood and Child Survival, Growth and Development, hal. 109, Surabaya.

Samsudin M. 1998. Hubungan Kadar Hb dan Ukuran LILA Ibu Hamil dengan Berat Lahir Rendah. Skripsi FKM-UI, Depok.

Schecter et. al. 2001. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A, 63:1-18.

Schmidt MK, Muslimatun S, West CE, Schultink W, Gross R, and Hautvast GAJ. 2002. Nutritional status and linear growth of Indonesian infants in West Java are determined more by prenatal environment than by postnatal factors. J Nutrition 132:2202-2207

Scholl TO, Hediger ML, Fischer, Shearer JW. 1992. Anemia vs iron deficiency: increased risk of preterm delivery in a prospective study, Am J Clin Nutr 55:985-988.

Scholl TO, Reilly T. 2000. Anemia, iron and pregnacy outcome. J Nutrition 130:443S-447S

Seidel UP, Chandick COFD, Rutter M. 1975. Psychological disorders in crippled children. A comparative study of child with or without brain damage. Med Child Neurol 17:563

Sellers P McCall. 1993. Midwifery A Textbook and Reference Book For Midwives in Southern Africa, Volume 1, Normal Childbirth, Juta & CO, LTD.

Sianturi AHD. 2005. Kajian Status Gizi Ibu Hamil dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, serta Hubungannya dengan Berat Badan Bayi lahir di Kecamatan Warungkondang Cianjur, Jawa Barat. Thesis. 2005.

Sizer FS dan Whitney EN. 2000. Nutrition concepts and controversies. Eight edition. Wadsworth Thomson Learning. USA.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Solihin P. 1993. Sifat-sifat dan Kegunaan Pelbagai Jenis Formula Bayi yang Beredar di Indonesia. Dalam : Gizi Tumbuh Kembang. FKUI, Indonesia.

Page 139: 2007 Yon pdf

122

Strauss RS and William DH. 1999. Low maternal weight gain in the second or third trimester increases the risk for intrauterine growth retardation. J Nutrition 129:988-993

Stanway P. 1997. Mothercare New Guide To Pregnancy and Babycare, From Conception to Age Five, Shelton Books.

Stoppard MDR. 1994. Conception, Pregnancy and Birth; Darling Kindersley; London.

Sularyo TS. 1996. Periode Kritis Pada Tumbuh Kembang, Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXXVI

Supriasa DN. Bachyar B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Susser M. 1991. Maternal weight gain, infant birth weight and diet: Causal sequences. Am J Clin Nutr 53: 1731-17

Suwandono A dan Soemantri S. 1995. Kesehatan Ibu Hamil, Departemen Kesehatan R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sweet BRRN and Tiran D. 1998. Mayes’ Midwifery A Textbook for Midwives, Twelfth Edition, Bailliere Tindall, London Philadelphia Toronto Sydney Tokyo.

Tanaka H, Arima M, Suzuki N. 1981. The Fetal Alcohol Syndrome, Proc. IYDP Commemorative intern. Symp. On Developmental Disabilities, Tokyo, Sept. page 69.

Tayie FAK and Lartey A. 1995. A Longitudinal Study of Weight-gain in Pregnancy of Ghanaians and Relationship with Infant Birth-Weight.

Timiras 1986. Somatic Growth of the Infant and Child. page 3 – 24.

Varney H. 1997. Varney’s Midwifery, Third Edition, Jones and Bartlett Publishers, Sudbury, Massachusetts, Boston London Singapore.

Varney H, Kriebs, Gregor JM, and Carolyn L. 2001. Midwive’s Pocket Book, Penerbit Buku Kedokteran, ECG.

Villamor E, Msamanga G, Spiegelman, Antelman G, Peterson KE, Hunter DJ, and Fawzi WW. 2002. Effect of multivitamin and vitamin A supplements on weight gain during pregnancy among HIV-1-infected women. Am. J. Clin. Nutr 76: 1082-1090

Villavieja GM, Barbara CVC, Valdecanas OC, Santos, and Adoracio H. 1989, Fundamentalis in Applied and Public Health Nutrition, Nutritionist- Dietitians’Association of the Philippines.

Widdowson EM. 1985. Growth and Body Composition in Childhood, in Clinical Nutrition of the Young Chlid. 1st Ed. Raven Press, New York, p 1 –24.

Wier PJ, Miller RK, Maulik D, and De Sant’Agnese PA.1990. Cadmium Toxicity in the Perfused Human Placenta. Toxicol. Appl. Pharmaco. 105: 156-171, Maternal Nutrition and Pregnacy Outcome, page 102.

Page 140: 2007 Yon pdf

123

Wiknjosastro GH. 1993. Penanganan Pertumbuhan Janin Terhambat, Perinatologi Tahun 2000. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran universitas

Indonesia 1993.

Wiknjosastro GH. 2006. Sebuah Kajian Komprehensif SC Atas Indikasi Indikasi Gagal, Siang Klinik XIII RSIA Hermina.

Wiknjosastro H. 2002. Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.

Winkvist A, Stenlund H, Hakimi M, Nurdiati Detty DS, and Dibley MJ. 2002. Weight gain patterns from prepregnancy until delivery among women in Central Java, Indonesia. Am J. Clin. Nutr Vol. 75: 1072 – 1077

Wu G, Bazer FW, Cudd TA, Meininger CJ, and Spencer TE. 2004. Maternal nutrition and fetal development. J Nutrition 134:2169-2172

Page 141: 2007 Yon pdf

124

Lampiran 1. Informed Consent

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI PENELITIAN

( Informed Consent )

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan sebagai berikut :

1. Telah mendapat keterangan secara lisan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh dokter pelaksana penelitian dengan judul : ”Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Giziserta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir”

2. Dapat mengerti manfaat penelitian ini secara umum dan secara khusus terhadap diri saya dan masyarakat secara keseluruhan;

3. Bersedia menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina / Rumah Bersalin Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi.

Jakarta, 2004

Peneliti, Saya yang menyatakan,

(dr. YongkyMM. M.Kes) ( )

Saksi

( )

Page 142: 2007 Yon pdf

125

Lampiran 2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi

SE Rendah SE Tinggi Total No Status kelahiran

bayi Pertambahan berat badan selama hamil (kg) ( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ )1 BBLR 7.07 ± 2.51 11.11 ± 3.85 8.16 ± 3.402 Normal 9.79 ± 3.29 13.39 ± 4.39 11.61 ± 4.27

Lampiran 3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu

Status Gizi Ibu Hamil (SG)

Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali No. Konsumsi

Gizi Pertambahan berat badan selama hamil (kg)

( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ ) ( sdx+ )

1 BBLR 9.58 ± 3.29 8.06 ± 3.36 5.63 ± 2.86 - 2 Normal 11.78 ± 4.50 11.53 ± 4.21 10.89 ± 3.74 13.18 ± 5.08

Lampiran 4 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

No. Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus (cm) 1 22 19.22 2 23 21.50 3 24 22.40 4 25 23.45 5 26 24.06 6 27 25.22 7 28 25.70 8 29 24.33 9 30 28.17 10 31 27.50 11 32 29.12 12 33 28.40 13 34 30.37 14 35 30.08 15 36 31.27 16 37 31.69 17 38 32.87 18 39 33.61 19 40 33.46 20 41 33.61 21 42 34.17 22 43 33.00

Page 143: 2007 Yon pdf

126

Lampiran 5 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Tinggi fundus menurut usia kehamilan

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

10 15 20 25 30 35 40 45

Usia kehamilan (minggu)

Ting

gi fu

ndus

(cm

)

mean tinggi f undus mean tinggi f undus + SD

mean tinggi f undus - SD Linear (mean tinggi f undus)

Linear (mean tinggi f undus + SD) Linear (mean tinggi f undus - SD)

Lampiran 6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard.

Nilai kematangan (The New Ballard Scale (NBS) diproduksi dengan izin dari Ballar. J. New Ballard dikembangkan pada bayi prematur. J Pediatri 119; 417. 1991.

Nilai Minggu

- 10 20

- 5 22

0 24

5 26

10 28

15 30

20 32

25 34

30 36

35 38

40 40

45 42

50 44

Page 144: 2007 Yon pdf

127

-1 0 1 2 3 4 5

Kulit

Lengket, rapuh

Transpa-ran

Seperti gelatin, merah, tembus pandang

Licin, merah muda, vena mulai tampak

Permuka-an terkelu-pas dan /ruam beberapa vena tampak

Pecah-pecah, area pucat, vena mulai tidak tampak

Seperti kertas dari kulit, pecah-pecah semakin dalam, vena tidak tampak

Kulait pecah-pecah berkerut

Lanugo Tidak ada

Tipis Banyak Tipis Area mulai botak

Hampir seluruhnya botak

Permukaan

Plantar

Tumit-ibu jari 40-50mm– 1 <40 mm-2

>50 mm, tidak berlipat-lipat

Merah redup

Lipatan hanya pada anterior transver-sal

2/3 anterior berlipat lipat

Lipatan hampir diseluruh telapak kaki

Payudara

Tidak tampak

Sedikit tampak

Areola mendatar puting belum muncul

Areola berbintik puting menonjol 1-2mm

Areola mulai tampak,puting menonk\jol 3-4mm

Areola penuh,puting menonjol 5-10mm

Mata/teli-ga

Kelopak mata menutup longgar-1 rapat-2

Kelopak mata terbuka. Pinna mendatar tetap terlipat

Pinna sedikit melengkung halus, daya regang lambat

Pinna melengkung baik, lembut tapi siap mere-gang

Pinna telah berben-tuk dan padat segera kembali

Kartilago tebal telinga mulai kaku

Genetalia

(laki-laki)

Skrotum kosong halus

Skrotum kosong rugae pucat

Testis terletak dikanal atas rugae jarang

Testis turun rugae tampak beberapa

Testis telah turun rugae baik

Testis mulai menggantung rugae dalam

Genetalia

(wanita)

Klitoris menonjol labia mendatar

Klitoris menonjol, labia minora kecil

Klitoris menonjol labia minora membe-sar

Labia mayora dan minora membe-sar

Labia mayora membe-sar, labia minora mengecil

Lampiran 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)

Page 145: 2007 Yon pdf

128

Coefficientsa

9.561 .215 44.448 .0003.761 .307 .437 12.246 .000

-13.109 4.492 -2.918 .0043.340 .313 .388 10.682 .000

.147 .029 .183 5.053 .000-22.292 5.539 -4.024 .000

3.360 .311 .390 10.801 .000.144 .029 .181 4.996 .000.247 .088 .098 2.804 .005

(Constant)Status sosial ekonomi(Constant)Status sosial ekonomiTinggi badan Ibu(Constant)Status sosial ekonomiTinggi badan IbuUsia kehamilan ibu

Model1

2

3

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Pertambahan berat badan ibua.

Lampiran 8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise)

Coefficientsa

95.431 398.968 .239 .81178.989 10.299 .291 7.669 .00095.431 382.298 .250 .80378.989 9.869 .291 8.004 .000

128.685 16.945 .276 7.594 .000

-2577.852 597.554 -4.314 .00077.662 9.634 .286 8.062 .000

128.685 16.536 .276 7.782 .000

17.459 3.048 .203 5.727 .000-3187.844 594.978 -5.358 .000

76.253 9.425 .281 8.090 .000

128.685 16.172 .276 7.957 .000

17.685 2.982 .206 5.931 .00030.000 5.491 .190 5.463 .000

-2916.872 596.814 -4.887 .00074.667 9.371 .275 7.968 .000

128.685 16.056 .276 8.015 .000

15.766 3.021 .184 5.219 .00026.817 5.543 .170 4.838 .0002.904 .911 .114 3.186 .002

(Constant)Usia kehamilan ibu(Constant)Usia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BB(Constant)Usia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBTinggi badan Ibu(Constant)Usia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBTinggi badan IbuIMTibu(Constant)Usia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBTinggi badan IbuIMTibuSkor pengetahuan gizi

Model1

2

3

4

5

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Berat badan bayi baru lahira.

Page 146: 2007 Yon pdf

129

Lampiran 9. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise)

Coefficientsa

34.557 1.659 20.829 .000.362 .043 .318 8.457 .000

22.310 2.586 8.628 .000.356 .042 .313 8.543 .000.080 .013 .222 6.063 .000

22.310 2.548 8.755 .000.356 .041 .313 8.669 .000.080 .013 .222 6.153 .000

.314 .071 .161 4.458 .000

20.769 2.576 8.063 .000.353 .041 .309 8.641 .000.081 .013 .223 6.241 .000

.314 .070 .161 4.491 .000

.076 .024 .114 3.189 .001

(Constant)Usia kehamilan ibu(Constant)Usia kehamilan ibuTinggi badan Ibu(Constant)Usia kehamilan ibuTinggi badan IbuStandardized ResidualPertambahan BB(Constant)Usia kehamilan ibuTinggi badan IbuStandardized ResidualPertambahan BBIMTibu

Model1

2

3

4

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Panjang bayi baru lahira.

Page 147: 2007 Yon pdf

130

Lampiran 10. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise)

Coefficientsa

32.906 .085 385.565 .0001.062 .122 .327 8.715 .000

20.907 1.303 16.046 .0001.079 .115 .332 9.417 .000

.310 .034 .325 9.226 .00020.907 1.273 16.421 .000

1.079 .112 .332 9.638 .000.310 .033 .325 9.442 .000

.314 .056 .192 5.575 .000

19.231 1.301 14.781 .000.987 .112 .304 8.832 .000.305 .032 .320 9.453 .000

.314 .055 .192 5.668 .000

.091 .019 .163 4.744 .00013.363 2.064 6.474 .000

.872 .115 .268 7.581 .000

.302 .032 .316 9.426 .000

.314 .055 .192 5.723 .000

.095 .019 .171 5.010 .000

.038 .011 .127 3.639 .00013.697 2.062 6.642 .000

.769 .123 .237 6.254 .000

.297 .032 .311 9.279 .000

.314 .055 .192 5.743 .000

.090 .019 .161 4.710 .000

.036 .011 .119 3.393 .001

.008 .003 .086 2.316 .021

(Constant)Status sosial ekonomi(Constant)Status sosial ekonomiUsia kehamilan ibu(Constant)Status sosial ekonomiUsia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BB(Constant)Status sosial ekonomiUsia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBIMTibu(Constant)Status sosial ekonomiUsia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBIMTibuTinggi badan Ibu(Constant)Status sosial ekonomiUsia kehamilan ibuStandardized ResidualPertambahan BBIMTibuTinggi badan IbuSkor pengetahuan gizi

Model1

2

3

4

5

6

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Lingkar kepala bayia.