#2. Travelog Jejak Patani 2013 - Faris

download #2. Travelog Jejak Patani 2013 - Faris

of 4

description

Catatan pengalaman Saudara Muhammad Farid Faris Salman Alfarisi daripada Pelajar Islam Indonesia semasa mengikuti Misi Jejak Patani 2013 pada 19-26 Mei 2013.

Transcript of #2. Travelog Jejak Patani 2013 - Faris

Grup Pengkaji Tamadun Dunia (GPTD) | Grup Jejak Patani

JEJAK PATANI 2013

PROJEK KHIDMAT PENDIDIKAN DAN KAJIAN SOSIO-BUDAYA

Jejak Patani merupakan program untuk menelusuri jejak Islam jaman lampau di Patani, sembari bersilaturrahmi dengan elemen masyarakat setempat sekaligus melakukan pemetaan mengenai kondisi masyarakat itu sendiri . Program ini dirancang oleh GPTD (Grup Penjejak Tamaddun Dunia) Universitas Selangor dan Global Peace Mission Malaysia. Pelaksanaannya dilakukan terhitung mulai tanggal 19-26 Mei 2013 oleh tujuh orang yang tergabung dalam tiga organisasi dan dua negara yaitu Izwan Syuhadak , Tengku Farhanan , Rizalman, Ummahatul Hamimah dan Ili Akmal dari GTPD Universitas Selangor, Amalina dari Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) dan Muhammad Farid Salman Alfarisi RM dari Pelajar Islam Indonesia (PII).

Basecamp/ Posko Grup Jejak Patani bertempat di Kampung Datuk, Yaring. Tokoh masyarakat disana menerima keberadaan grup ini dengan baik, karena telah dikoordinasikan sebelumnya oleh Encik Wan Abdul Rahman dari Global Peace Mission Malaysia. Di kampung Datuk ini, dilakukan pemetaan mengenai kondisi masyarakat setempat lewat wawancara. Dari pemetaan ini didapatkan beberapa masalah yang terdapat disana. Pertama adalah masalah kebersihan. Di kampung Datuk ini sampah berserakan dimana-mana, di halaman rumah, di jalan, ditepi pantai dan sebagainya. Meskipun ada tempat sampah tampaknya ada kecenderungan dari penduduk untuk membuangnya secara sembarangan. Kedua adalah persoalan konsumsi obat-obatan terlarang dikalangan anak muda. Obat-obatan yang didapat dari supplier yang berasal dari luar kampung ini bahkan telah digunakan semenjak berusia dini. Usaha untuk mengatasi masalah ini terdapat kesulitan. Karena ketika polisi mengetahui bahwa ada obat-obatan terlarang telah tersebar, penduduk malah cenderung untuk menutupi kejadian sebenarnya dan melindungi si pemakai. Hasil pemetaan ini kemudian disampaikan kepada Kam-Nan (Kepala dari Kepala Suku) sebagai bahan masukan untuk pembangunan daerahnya.

Sebagai program pendidikan, grup Jejak Patani memberikan pelatihan bahasa Inggris dan Bahasa Melayu untuk murid sekolah Tadika (sekolah dasar) di Kampung Datuk. Harapannya, melalui program-program seperti ini, generasi melayu Pattani mendatang tidak lupa identitasnya sebagai orang melayu sekaligus supaya anak-anak ini menjadi melek huruf Latin, selain huruf Arab Jawi dan huruf Siam yang menjadi keseharian mereka. Sehingga dengan demikian mereka akan mempunyai akses terhadap berbagai bahan bacaan dari negara-negara bangsa serumpun, seperti Indonesia dan Malaysia.

Program lain yang dilakukan adalah bersilaturrahim dengan pimpinan mahasiswa dari dua Unversitas yang ada di selatan Thailand, Princess of Naradhiwas University dan Prince of Songkla University. Akademi Islam di Princess of Naradhiwas University ini telah mendapat izin resmi dari kerajaan. Diantara fasilitas yang mendukung di akademi ini adalah tersedianya ruangan khusus untuk conference. Dalam segi pengajaran di fakultas Syariah mereka telah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Akan tetapi akademi ini kekurangan tenaga pengajar bahasa Inggris.

Dalam sesi dialog pimpinan mahasiswa Islam di Universitas ini menyampaikan beberapa informasi terkait persoalan dan aktivitas yang mereka lakukan di wilayahnya. Pertama, bahwa terdapat sekitar 5000 anak yatim dan 1000 janda. Kemudian anak-anak melayu sudah semakin banyak yang menggunakan bahasa Thailand (Siam) dari pada bahasa melayu itu sendiri. Adapun kegiatan yang telah mereka lakukan adalah kursus bahasa Melayu dan Inggris untuk anak yatim dalam format camping. Selain itu mereka juga turut mengajar anak Tadika di sekitar Narathiwat disetiap minggunya. Dalam sesi dialog ini juga telah didapat kesepakatan untuk bekerjasama tingkat mahasiswa/pelajar Islam se-Asean dalam bidang informasi dan training/pelatihan.

Prince of Songkla University merupakan universitas dimana sekitar 80% mahasiswanya beragama Islam. Akan tetapi mahasiswa Islam disini mendapat perlakuan yang diskriminatif dari pihak kampus. Contohnya saja terkait beasiswa. Mahasiswa yang beragama Budha yang didatangkan dari daerah Utara Thailand diberikan beasiswa. Sedangkan mahasiswa yang berasal dari wilayah selatan tidak diberikan. Selain itu juga terdapat jarak antara etnis Melayu (Islam) dengan etnis Siam (Budha).

Pada sesi dialog dengan pimpinan mahasiswa di Songkla ini didapatkan beberapa informasi. Pertama mengenai konflik yang terjadi. Misalnya kalau ada peristiwa yang melibatkan kerajaan dan rakyat (di kawasan muslim), maka rakyat akan selalu berada di posisi yang salah, kalaupun naik banding kepada majelis pengadilan yang lebih tinggi maka akan memakan proses yang panjang dan berbelit-belit, sehingga rakyat akan cenderung membiarkan saja. Selain itu ketika terjadi penyerangan tentara oleh pejuang, tentara akan masuk kekampung-kampung dan menangkap lalu menginterogasi siapa saja yang dicurigai. Kalau tidak terbukti baru akan dilepas setelah 1 minggu. Kalau terbukti minimal dipenjara lima tahun dengan berbagai siksaan seperti cabut kuku. Kedua mengenai publikasi yang berkenaan dengan peristiwa peristiwa. Ada kekhawatiran dari pihak mahasiswa untuk menyampaikan (publikasi) informasi perihal apa kondisi di daerah Thailand Selatan kepada dunia internasional. Sebab kalau diketahui oleh pihak kerajaan Thailand maka akan dipenjara. Meskipun begitu ada juga pihak-pihak yang berani mempublikasikan berita tersebut seperti WARTANI, PERMAS, dan Deep South. Pada sesi ini juga telah didapatkan kesepakatan untuk bekerjasama dalam pelatihan/training dan juga pertukaran informasi mengenai kondisi wilayah masing-masing, lebih khusus terhadap persoalan yang ada di kawasan konflik Patani.

Disamping bersilaturrahim dengan dua universitas diatas, grup Jejak Patani juga berkunjung ke dua Media yang ada yaitu Deep South di Patani dan Media Selatan di Patani. Deep South merupakan media yang fokus pada aktivitas riset mengenai konflik setempat. Media ini juga terlibat aktif dalam Patani Peace Process (Proses Perdamaian Patani) yang merupakan sebuah usaha untuk menciptakan perdamaian di kawasan konflik di Patani. Kegiatan Deep South lainnya adalah mengadakan Deep Journalist School yang merupakan program kursus membuat berita dalam bahasa Melayu serta kalau memungkinkan dalam bahasa Inggris dan Arab. Terakhir media ini juga menerbitkan buletin berbahasa Melayu dalam huruf Arab Melayu/Arab Jawi dan disebarkan secara gratis. Deep South dapat dikunjungi di halaman web deepsouthwatch.org.

Media Selatan adalah media yang didirikan atas bantuan USAID sebuah lembaga donor milik Amerika Serikat. Penggerak media ini adalah para pemuda Patani. Selain menyediakan acara hiburan, media Selatan juga menyediakan sesi khusus bagi masyarakat untuk mengadukan persoalan persoalan yang mereka hadapi. Disamping itu juga disediakan segmen untuk berbincang mengenai perdamaian pada malam hari sekitar pukul 08 11 pm. Untuk mendapat informasi dari media Selatan dapat dilihat di rdselatan.com.

Grup Jejak Patani juga bersilaturrahim dengan salah seorang korban konflik yang bernama Mukhtar. Beliau terkena tembakan tentara Kerajaan Thailand pada kedua belah matanya pada saat berusia 13 tahun. Semenjak itu Mukhtar yang kini berusia 20 tahun menjadi tunanetra dengan kondisi wajib kontrol ke rumah sakit paling kurang sekali dalam sebulan. Silaturrahim yang lain juga dilakukan ke Tadika Nad Tanjung yang sedang dalam proses pembangunan. Dekat dengan Tadika ini ada sebuah surau yang disebut surau Aur, sebuah surau yang telah berusia 500-an tahun. Menariknya, tidak jauh dari Surau Aur ini terdapat Kampung Jawa atau juga disebut Pagar Jawa. Konon pada zaman lampau banyak orang Jawa tinggal disini dalam rangka berniaga. Menurut pengelola Pondok, Ustadz Osman, masih banyak kuburan orang Jawa terdapat disini. Akan tetapi orang Jawa itu sendiri sudah tidak ada lagi.

Kunjungan juga dilakukan kebeberapa masjid yang menjadi saksi sejarah Kesultanan Islam di Patani zaman lampau yaitu masjid Krisik, Masjid Raya dan juga Masjid Besar. Disamping itu Grup Jejak Patani juga berkunjung ke industri Kopiah Ikhwan yang dikelola oleh masyarakat setempat. Terakhir, Grup Jejak Patani juga berkunjung ke Madrasah Al-Quranul Kariim yang merupakan salah satu pesantren yang ada di Narathiwat. Pada saat berkunjung kesana sedang dilangsungkan pengajian kitab dan pameran karya-karya Ulama Melayu zaman lampau.

Saudara Muhammad Farid Salman Alfarisi, Exco Perhubungan Antarabangsa Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah relawan Grup Jejak Patani di bawah Grup Pengkaji Tamadun Dunia (GPTD) yang mengikuti Misi Jejak Patani 2013 | Projek Khidmat Pendidikan & Kajian Sosio Budaya pada 19-26 Mei 2013 di Patani.Jejak Patani 2013 | Projek Khidmat Pendidikan & Kajian Sosio Budaya | 19-26 Mei 2013 | Patani Thailand