2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9%...

12
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 9 . Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Perkembangan sektor pertanian di Gorontalo menunjukkan perkembangan yang relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2010, sektor pertanian tumbuh 1,22% (y.o.y) relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya (1,35% y.o.y) namun lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 2,89% (y.o.y). Apabila dilihat di level sub sektor, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Sub sektor tabama tumbuh 12,05% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,24% (y.o.y), sementara sub sektor peternakan tumbuh 11,1% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan yang signifikan. Melemahnya kinerja sektor kehutanan ditunjukkan oleh indikator angka ekspor luar negeri untuk komoditas kayu dan rotan poles yang turun signifikan selama triwulan laporan. Ekspor kayu keluar negeri pada triwulan III-2010 menurun hingga US$ 33.584 sementara pada triwulan sebelumnya mencapai US$ 47,755. Ekspor rotan poles sendiri tidak dilakukan pada triwulan laporan sedangkan triwulan sebelumnya Gorontalo sempat melakukan pengiriman rotan poles mencapai US$ 51.234. Hasil liason yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan rotan poles di Gorontalo menyatakan bahwa pemenuhan bahan baku rotan mentah semakin terbatas sementara permintaan masih cukup baik. Grafik 1.21 Grafik 1.22 Ekspor Kayu Ke Luar Negeri Ekspor Rotan Ke Luar Negeri I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35 1,22 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 20,65 13,06 7,52 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,38 2,32 4,76 1,48 11,05 10,33 6,96 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7,51 6,53 7,85 4,30 7,72 9,15 5,63 5. BANGUNAN 9,78 12,86 18,91 15,87 19,26 12,84 8,86 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,60 8,20 10,35 8,46 9,02 9,79 10,59 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,56 9,82 11,01 7,29 11,81 9,17 9,10 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,92 7,23 10,95 11,00 8,36 9,51 9,08 9. JASA-JASA 7,00 7,49 11,82 13,60 10,92 9,34 4,18 PERTUMBUHAN EKONOMI 7,66 7,22 6,60 8,78 8,36 7,33 5,71 2010 SEKTOR 2009

Transcript of 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9%...

Page 1: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 9

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Perkembangan sektor pertanian di Gorontalo menunjukkan perkembangan yang

relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2010, sektor pertanian

tumbuh 1,22% (y.o.y) relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya (1,35% y.o.y) namun

lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 2,89%

(y.o.y).

Apabila dilihat di level sub sektor, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan

sub sektor peternakan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Sub sektor tabama

tumbuh 12,05% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,24%

(y.o.y), sementara sub sektor peternakan tumbuh 11,1% (y.o.y) lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan,

perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan yang signifikan. Melemahnya kinerja

sektor kehutanan ditunjukkan oleh indikator angka ekspor luar negeri untuk komoditas kayu

dan rotan poles yang turun signifikan selama triwulan laporan. Ekspor kayu keluar negeri

pada triwulan III-2010 menurun hingga US$ 33.584 sementara pada triwulan sebelumnya

mencapai US$ 47,755. Ekspor rotan poles sendiri tidak dilakukan pada triwulan laporan

sedangkan triwulan sebelumnya Gorontalo sempat melakukan pengiriman rotan poles

mencapai US$ 51.234. Hasil liason yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan rotan

poles di Gorontalo menyatakan bahwa pemenuhan bahan baku rotan mentah semakin

terbatas sementara permintaan masih cukup baik.

Grafik 1.21 Grafik 1.22 Ekspor Kayu Ke Luar Negeri Ekspor Rotan Ke Luar Negeri

I II III IV I II III

1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35 1,22

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 20,65 13,06 7,52

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,38 2,32 4,76 1,48 11,05 10,33 6,96

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7,51 6,53 7,85 4,30 7,72 9,15 5,63

5. BANGUNAN 9,78 12,86 18,91 15,87 19,26 12,84 8,86

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,60 8,20 10,35 8,46 9,02 9,79 10,59

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,56 9,82 11,01 7,29 11,81 9,17 9,10

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,92 7,23 10,95 11,00 8,36 9,51 9,08

9. JASA-JASA 7,00 7,49 11,82 13,60 10,92 9,34 4,18

PERTUMBUHAN EKONOMI 7,66 7,22 6,60 8,78 8,36 7,33 5,71

2010SEKTOR

2009

Page 2: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Sementara itu perkembangan produksi tanaman bahan makanan masih

menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut didukung oleh kondisi cuaca

dan musim selama bulan Agustus-September 2010. Keterbatasan lahan menjadikan usaha

intensifikasi menjadi tumpuan utama. Upaya tersebut ditempuh melalui perbaikan sistem

pengelolaan lahan, pemilihan varietas dan distribusi pupuk. Peningkatan produktivitas

mendorong peningkatan produksi secara keseluruhan walaupun luasan areal lahan relatif

sama. Produktivitas jagung sendiri mengalami peningkatan dari 45,60% di tahun 2009

menjadi 46,06% di tahun 2010. Sementara produktivitas padi meningkat dari 53,48% di

tahun 2009 menjadi 55,40% di tahun 2010.

Grafik 1.23 Grafik 1.24 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama

Perkembangan sektor usaha

pertanian juga ditunjukkan oleh NTP Petani

yang terus meningkat. Per September 2010

NTP Petani tumbuh 3.77% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -

2.92% (y.o.y)

Sementara itu apabila dilihat dari perkembangan pertanian di wilayah DATI II, hampir

seluruh kabupaten mengalami peningkatan produksi yang diindikasikan oleh meningkatnya

luas panen. Produktifitas jagung saat ini mencapai 46,6 Ku/Ha sementara padi sebesar

56,64 Ku/Ha lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.25

Perkembangan Kredit Pertanian

Page 3: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 11

Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi

Grafik 1.28 Grafik 1.29 Perkembangan Luas Tanam Jagung Perkembangan Luas Tanam Padi

Sampai dengan akhir tahun 2010, perkembangan pertanian jagung diperkirakan

akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009 sementara produksi padi diperkirakan

sedikit lebih rendah. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM III-2010 memperkirakan bahwa

produksi padi tahun 2010 sebesar 255.343 ton sedikit lebih rendah dibandingkan produksi

padi tahun 2009 sebesar 256.934 ton sementara produksi jagung tahun 2010 mencapai

580.870 ton lebih tinggi dibandingkan produksi jagung tahun 2009 sebesar 569.110 ton.

Semakin terbatasnya luas lahan menjadi hal yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan

produksi pertanian di Gorontalo.

Tabel 1.3 ARAM III Pertanian Padi

Page 4: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Tabel 1.4 ARAM III Pertanian Padi

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Berdasarkan angka ramalan III-2010 menunjukkan bahwa poduksi jagung hingga

akhir tahun 2010 mencapai 580.000 ton, hal tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kuota

ekspor luar negeri yang harus dipenuhi oleh Gorontalo kepada negara mitra dagang. Kuota

ekspor yang diperjanjikan antara Gorontalo dengan Malaysia (1 juta ton) dan Gorontalo

dengan Korea (1,5 juta ton). Ekstensifikasi lahan sudah tidak mungkin dilakukan hingga 2x

lipat kondisi saat ini. Pemikiran KADIN Sulsel untuk melakukan kerjasama perdagangan

dengan Sulawesi Selatan dalam pemenuhan kuota ekspor layak dikaji oleh pemerintah

daerah untuk mampu memenuhi kuota ekspor yang telah disepakati antara Pemda dengan

Pemerintah Malaysia dan Korea.

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan III-2010 menunjukkan kondisi

yang relatif sama. Pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 9,10% (y.o.y) lebih relatif sama

dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 9,17% (y.o.y). Tumbuhnya kinerja pada sektor ini

lebih ditopang oleh fenomena lebaran Idul Fitri pada triwulan laporan.

Tumbuhnya sub sektor pengangkutan

udara tercermin dalam peningkatan jumlah

penumpang angkutan udara. Kondisi ini

didorong oleh musim lebaran Idul Fitri.

Tercatat sampai dengan bulan September

2010 jumlah penumpang angkutan udara

yang terlayani tumbuh sebesar 27,35% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2010

(22,43%).

Grafik1.30

Perkembangan Penumpang Pesawat

Page 5: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 13

Meningkatnya kinerja sub sektor angkutan darat dikonfirmasi oleh tumbuhnya tingkat

konsumsi BBM dan tingkat penghimpunan pajak kendaraan bermotor. Tingkat konsumsi

bahan bakar transportasi darat sampai bulan September 2010 tumbuh sebesar 20,31%

(y.o.y) untuk premium dan 14,93% (y.o.y) untuk solar, lebih baik dibandingkan pertumbuhan

pada Juni 2010 yang mencapai 12,73% (y.o.y) untuk premium dan -4,06% (y.o.y) untuk

solar. Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor masih

menunjukkan arah yang stabil. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor tumbuh 34,14%

(y.o.y) hampir sama dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 31,57%

(y.o.y)

Grafik 1.31 Grafik 1.32 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan III-2010

menunjukkan peningkatan. Jumlah penumpang ferry tercatat sebesar 28.953 orang dengan

laju 55,79% (y.o.y) sementara pada triwulan II-2010 melayani 13.208 penumpang dengan

laju terkontraksi sebesar 22,76% (y.o.y). Sementara arus barang melalui laut juga

mengalami peningkatan, jumlah kargo laut mencapai 174.348 ton atau tumbuh 13,08%

(y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 sebesar 7,48% (y.o.y).

Grafik 1.33 Grafik 1.34 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut

Page 6: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo masih

menunjukkan optimisme dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sektor

PHR pada triwulan III-2010 tumbuh 10,59% (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan

triwulan II-2010 sebesar 9,79%. Permintaan konsumsi selama lebaran diperkirakan sebagai

pendorong meningkatnya kegiatan perdagangan selama triwulan laporan.

Sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan cukup signifikan dari 9,9% (y.o.y)

pada triwulan II-2010 menjadi 11,5% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara kinerja sub

sektor restoran dan hotel relatif melambat. Tumbuhnya sub sektor perdagangan seiring

dibukanya beberapa pasar khusus selama bulan lebaran dibeberapa kabupaten/kota di

Gorontalo. Meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan dikonfirmasi oleh prompt indikator

yaitu kredit perdagangan dan muat barang angkutan laut.

Grafik 1.35 Grafik 1.36 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan

Sub sektor perhotelan sendiri diperkirakan

mengalami penurunan, hal tersebut

dikonfimasi oleh data tingkat penghunian

hotel (TPK) yang menunjukkan penurunan

selama triwulan III-2010. TPK bulan

September mencapai 31,50% lebih rendah

dibandingkan kondisi Juni sebesar 34,37%

Grafik 1.37 Tingkat Hunian Hotel

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan perlambatan, pada triwulan III-

2010 sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,86% (y.o.y), dilihat dari dinamikanya maka

perkembangan pada triwulan III-2010 relatif melambat dibandingkan perkembangan pada

triwulan II-2010 yang tumbuh sebesar 12,84 % (y.o.y)

Page 7: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 15

Berdasarkan hasil monitoring di lapangan, selama triwulan III-2010 perkembangan

sektor bangunan di Gorontalo masih melambat. Kondisi ini disebabkan beberapa aspek

yaitu : penyerapan anggaran belanja modal pemerintah daerah yang relatif rendah selama

triwulan III-2010 sehingga realisasi proyek fisik mengalami imbas yang cukup signifikan,

mulurnya proses tender proyek, tingginya curah hujan di Gorontalo selama bulan triwulan

laporan menyebabkan beberapa kegiatan konstruksi mengalami penundaan untuk

menghindari kerugian fisik bangunan, dan beberapa faktor minor lainnya.

Grafik 1.38 Grafik 1.39 Kredit Konstruksi Penjualan Semen

Menurunnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka

penjualan semen dan realisasi kredit sektor bangunan di Gorontalo. Angka penjualan semen

pada triwulan III-2010 tumbuh 18% y.o.y, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 57,03% (y.o.y), sementara outstanding kredit konstruksi menunjukan trend

yang melambat sejak Maret 2010. Pada posisi September 2010 kredit melambat 37,44%

(y.o.y) lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2010 yang tercatat 64,60% (y.o.y).

1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Kinerja sektor keuangan diperkirakan melambat 9,08% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 (9,51% y.o.y). Kondisi ini lebih didorong oleh

melambatnya sub sektor keuangan sementara sub sektor lainnya relatif tumbuh stabil.

Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang menurun.

Sampai dengan bulan September 2010, NIM perbankan mencapai Rp 341 Miliar atau

tumbuh 50,31% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan NIM periode Juni 2010 yang tumbuh

55,87% (y.o.y). Melambatnya NIM lebih didorong oleh perlambatan sisi pendapatan bunga

sementara beban bunga cenderung tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 8: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Grafik 1.40 Grafik 1.41

NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban

1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan III-2010 tumbuh 6,96% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 10,33% (y.o.y). Perlambatan kinerja disektor ini

ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi kredit industri pengolahan, SKDU

industri pengolahan, dan survei industri pengolahan besar-sedang.

Berdasarkan survei industri pengolahan besar-sedang, penurunan kinerja industri

tampak pada industri makanan dan minuman, serta industri barang-barang dari kayu

sementara industri furnitur masih relatif baik. Membaiknya industri furnitur lebih didorong

meningkatnya permintaan lokal sebagai efek budaya masyarakat menjelang lebaran.

Melemahnya kinerja industri pengolahan ditunjukkan oleh perkembangan kredit

industri yang masih mengalami kontraksi dari 42,66% (y.o.y) pada triwulan II-2010 menjadi

34,71%(y.o.y) pada triwulan III-2010. Hasil SKDU juga mengkonfirmasi hal dimaksud

dimana indeks SBT pada triwulan III-2010 turun ke level -1,66 setelah sebelunya berada

pada level 1,24.

Grafik 1.42 Tabel 1.43 Ekspor Rotan Poles Ke Luar Negeri Perkembangan Kredit Perdagangan

Page 9: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 17

Grafik 1.44 Tabel 1.45 SKDU Industri Pengolahan Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2010 tumbuh melambat

5,63% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (9,15% y.o.y), khususnya

pada sub sektor listrik. Hal tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data penjualan energi

listrik yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

.

Grafik 1.46 Grafik 1.47 Realisasi Penjualan Listrik PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa

Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2010

menurun dibandingkan triwulan II-2010. Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor

bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perlambatan. Rencana Pemerintah Daerah

melakukan eksplorasi pertambangan emas di kawasan Taman Nasional Bogani Nani

Wartabone secara ekonomi akan meningkatkan kinerja perekonomian, namun dampak

lingkungan perlu diperhatikan dalam jangka panjang.

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2010 diperkirakan melambat dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan II-2010. Melambatnya kinerja jasa-jasa terutama didorong oelh

melambatnya jasa pemerintahan umum. Jasa Pemerintahan umum ini erat kaitannya

dengan menurunnya pertumbuhan belanja daerah. Melambatnya kinerja sektor jasa-jasa

juga dikonfirmasikan oleh menurunnya realisasi kredit jasa-jasa perbankan yang terkontraksi

4,89% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2010 sebesar

29,98% (y.o.y).

Page 10: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

BOX 1 : FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI DI GORONTALO

Perkembangan investasi nasional menunjukkan arah yang positif. World Bank dalam Doing

Business 2010, menyatakan bahwa Indonesia telah dinilai sebagai negara yang paling aktif

melakukan reformasi bidang investasi. Peringkat Indonesia dalam hal kemudahan

melakukan bisnis menunjukkan peningkatan dari urutan ke-129 (2009) menjadi ke-122

(2010) dari 183 negara yang disurvei1. Hal ini tidak terlepas dari upaya reformasi birokrasi

bidang penanaman modal yang saat ini gencar dilakukan baik di pusat maupun di daerah.

Menyimak perkembangan positif investasi nasional, Gorontalo sebagai daerah hasil

pemekaran tahun 2000 harusnya juga memberikan kontribusi yang cukup baik. Secara

makro, perkembangan ekonomi Gorontalo telah menunjukkan pencapaian yang cukup baik.

Ekonomi telah tumbuh 7,54% (y.o.y) pada tahun 2009 dan termasuk daerah dengan

capaian diatas rata-rata kawasan Indonesia Timur. Namun apabila ditelisik lebih mendalam,

angka capaian dimaksud lebih didorong kinerja konsumsi pemerintah, sementara kegiatan

investasi dan ekspor masih rendah kontribusinya. Kontribusi investasi terhadap

pertumbuhan Gorontalo ternyata belum signifikan hanya mencapai 16% terhadap

keseluruhan PDRB Prov. Gorontalo sementara kontribusi investasi Gorontalo hanya

mencapai 3,69% terhadap keseluruhan investasi kawasan Timur Indonesia.

Upaya penilaian terhadap faktor-faktor utama yang mempengaruhi kegiatan investasi

usaha telah dirintis oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)

melalui model daya tarik investasi yang terdiri atas lima besaran utama yaitu faktor

kelembagaan, faktor sosial budaya, faktor kondisi ekonomi, faktor ketenagakerjaan dan

faktor infrastruktur. Model ini mengambil pelaku usaha sebagai subyek responden, sehingga

penilaian yang dilakukan murni merupakan persepsi pelaku usaha atas karakteristik suatu

wilayah terhadap investasi.

Gambar 1.1 Daya Tarik Investasi Daerah

1 Kemudahan untuk berbisnis di Indonesia masih kalah dibanding negara-negara ASEAN lainnya.Dalam laporan

Bank Dunia tahun ini, peringkat Indonesia yang ke-122 masih di bawah Singapura (1),Thailand (13), dan Malaysia (23) meski sudah di atas Filipina (144), Kamboja (145),dan Laos (167).

Page 11: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 19

Bank Indonesia Gorontalo mengadopsi model tersebut untuk mengetahui bobot

faktor investasi menurut sudut pandang pelaku usaha di Gorontalo. Survei dilakukan kepada

120 responden dunia usaha yang tersebar pada 6 wilayah kabupaten/kota serta 9 sektor

ekonomi di Gorontalo. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dan

interview secara mendalam kepada pelaku usaha. Pemeringkatan bobot kepentingan

menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Di tingkat nasional, KPPOD tahun

2002-2005 telah melakukan

pembobotan terhadap faktor investasi

di tingkat nasional. Apabila

dibandingkan dengan survei yang telah

dilakukan BI Gorontalo terhadap

Provinsi Gorontalo terlihat adanya

perbedaan baik dalam pemeringkatan

maupun besaran pembobotan. Hal ini

dapat disadari bahwa kompleksitas

permasalahan yang terjadi di tingkat

nasional dan daerah relatif berbeda.

Di level nasional permasalahan

birokrasi aparatur daerah menjadi

polemik yang sering kali dikeluhkan oleh

pelaku usaha, sementara reformasi

birokrasi yang telah dilakukan

Pemerintah Daerah di Gorontalo telah

memberikan kemudahan-kemudahan pelaku usaha di Gorontalo untuk mengembangkan

usaha walaupun masih terdapat catatan-catatan yang akan dibahas dalam bagian

penelitian ini. Hal ini setidaknya didukung pula oleh hasil pemeringkatan KPPOD tahun

2005 dimana wilayah kabupaten Gorontalo dan kota Gorontalo menjadi dua wilayah yang

termasuk dalam kota/kabupaten dengan predikat pengelolaan kelembagaan terbaik di

Indonesia.

Sementara itu dalam hal sosial-politik, KPPOD di level nasional memberikan bobot

sebesar 26% dan menduduki peringkat kedua terpenting setelah kelembagaan, namun di

Gorontalo faktor tersebut menduduki peringkat kelima dengan bobot 16%. Menurut

persepsi pelaku usaha di Gorontalo tingkat keamanan dan kondisi sosial politik di

Gorontalo cukup kondusif. Hal ini terbukti dalam waktu lima tahun terakhir belum dijumpai

adanya konflik horisontal yang berdampak serius bagi pengembangan usaha serta

minimnya kasus unjuk rasa terkait konflik kepentingan antara pelaku usaha dengan buruh.

Grafik 1.48 Bobot Faktor Investasi Nasional

Grafik 1.49 Bobot Faktor Investasi Regional

Page 12: 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,23 12,91 20,17 14,82 … filetriwulan sebelumnya yang tumbuh 7,9% (y.o.y). Namun kinerja sub sektor kehutanan, perikanan dan perkebunan menunjukkan penurunan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Hasil liaison dengan pelaku usaha menyatakan bahwa kasus-kasus perburuhan banyak

diselesaikan melalui jalur diskusi baik yang dilakukan pelaku usaha langsung maupun

mediasi dengan aparatur daerah sehingga tidak memunculkan kegiatan unjuk rasa di

lapangan.

Pelaku usaha di Gorontalo lebih memprioritaskan kepada percepatan pembangunan

infrastruktur khususnya listrik dan sarana/prasarana transportasi, karena menurut persepsi

pelaku usaha hal dimaksud sangat mempengaruhi keberadaan pengembangan usahanya

di Gorontalo. Pelaku usaha sangat fokus terhadap kondisi kelistrikan yang buruk di

Gorontalo, khususnya pelaku industri pengolahan yang menyatakan biaya listrik di

Gorontalo harus diimbangi dengan pengadaan sendiri (genset) sehingga membebani biaya

produksi yang cukup mahal. Kondisi tersebut diyakini menjadi pertimbangan para pelaku

usaha memberikan bobot kepentingan tertinggi dibandingkan lima faktor investasi lainnya.

Faktor ekonomi merupakan faktor yang dipentingkan pelaku usaha di Gorontalo setelah

infrastruktur dan kelembagaan. Upaya Pemerintah Daerah dalam mengembangkan potensi

komoditas unggulan baru dan dukungan pembiayaan atas komoditas baru tersebut menjadi

hal yang diharapkan oleh pelaku usaha.

Sementara itu dalam faktor ketenagakerjaan, pelaku usaha memberikan bobot

kepentingan yang cukup besar dan peringkat yang lebih tinggi dibandingkan survei

nasional KPPOD. Pelaku usaha di Gorontalo mempersepsikan bahwa kualitas tenaga kerja

merupakan hal yang harus segera ditingkatkan di Gorontalo. Penilaian yang masih rendah

terhadap etos kerja serta tingkat produktivitas menjadikan beberapa pelaku usaha masih

menggunakan tenaga kerja dari luar khususnya untuk jabatan-jabatan pengelola maupun

posisi strategis lainnya. Secara ringkas, hasil survei terkait faktor investasi di Gorontalo

digambarkan melalui diagram dibawah ini.

Gambar 1.2 Penilaian Untuk Prov. Gorontalo