Provinsi Nusa Tenggara Timur - bi.go.id fileTriwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Kupang KAJIAN...
Transcript of Provinsi Nusa Tenggara Timur - bi.go.id fileTriwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Kupang KAJIAN...
Triwulan III - 2008
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2008 |
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, November 2008
Bank Indonesia Kupang
Putra N. Stefanus Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Triwulan III - 2008 |
D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3
RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 6
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 14
1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 22
BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 36
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 41
2.2 INFLASI TAHUNAN (y-o-y) ------------------------------------------------------- 43
2.3 INFLASI 2008 (y-t-d) -------------------------------------------------------------- 44
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 46
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 48
3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 53
3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 54
SISTEM PEMBAYARAN
4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 57
4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 58
4.3 TRANSAKSI KLIRING-------------------------------------------------------------- 59
4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 62
KEUANGAN DAERAH
5.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 65
5.2 PENDAPATAN DAERAH---------------------------------------------------------- 66
5.3 BELANJA DAERAH ---------------------------------------------------------------- 68
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
Triwulan III - 2008 |
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN
6.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 71
6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN -------------------------------------- 71
6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN ------------------------------------------ 75
OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 78
7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 79
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Triwulan III - 2008 |
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
Triwulan III - 2008 |
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III-2008
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,31%;y-o-y. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan karena pengaruh membaiknya kinerja konsumsi setelah mengalami tekanan akibat kenaikan harga BBM bulan Mei lalu. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT relatif masih didorong oleh sektor-sektor unggulan. Realisasi anggaran pemerintah mendorong sektor jasa-jasa maupun perdagangan, hotel dan restoran tumbuh positif masing-masing sebesar 6,43% dan 6,63% (y-o-y). Bila melihat struktur ekonomi Provnsi NTT, secara sektoral masih belum mengalami perubahan. Peformance ekonomi NTT secara keseluruhan sangat bergantung pada kinerja sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara jika dilihat dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga (households consumption) masih tetap menjadi prime mover bagi ekonomi secara keseluruhan. Investasi yang seharusnya mampu memberikan multiplier effect yang lebih besar, sampai dengan triwulan III-2008 diperkirakan akan sedikit membaik (1,33%;yoy). Hal ini disebabkan karena investasi di NTT relatif bergantung pada investasi pemerintah, dan puncak realisasi anggaran pemerintah berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir terjadi pada periode tersebut. sedangkan investasi swasta masih kurang optimal. Pada triwulan III-2008 neraca perdagangan Provinsi NTT masih tetap dalam kondisi defisit.
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Tekanan inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan akan sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,02%;y-o-y). Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan relatif sudah tidak menimbulkan gejolak, khusunya pada harga bahan makanan, meskipun tetap dirasakan. Kelompok bahan makanan dan perumahan diperkirakan tetap akan menjadi sumber utama tekanan inflasi Kota Kupang. Sepanjang bulan Agustus 2008, pekembangan harga sembako relatif stabil, bahkan memasuki awal September 2008 justru terjadi penurunan harga meskipun tidak signifikan. Sedangkan untuk kelompok perumahan, pergerakkan harga bahan bangunan di NTT sangat dipengaruhi oleh harga yang berlaku di
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
Triwulan III - 2008 |
tingkat distributor di Surabaya. Ketergantungan pasokan barang-barang dari luar wilayah NTT mengakibatkan fluktuasi harga relatif mudah terjadi.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan di NTT sampai dengan triwulan III-2008 masih mampu menunjukkan perkembangan positif. Beberapa indikator utama yang menjadi acuan kinerja perbankan meningkat (posisi September 2008). Dari sisi aset, penghimpunan dana (DPK) maupun penyaluran kredit oleh perbankan di NTT secara tahunan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 13,39%, 10,45%, dan 30,68%. Akselerasi pertumbuhan DPK mengalami sedikit lonjakan yang cukup signifikan pada akhir triwulan III-2008, sementara pertumbuhan kredit masih relatif stabil. Peningkatan laju pertumbuhan DPK diperkirakan karena pergerakan tingkat suku bunga dana yang cenderung meningkat. Meskipun secara umum, sepanjang tahun 2008 terjadi penurunan pertumbuhan DPK akibat meningkatnya kebutuhan biaya hidup, sehingga alokasi pendapatan yang digunakan untuk saving relatif menurun. Berkorelasi dengan kondisi tersebut, dari segi penyaluran kredit, peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama didorong pembiayaan untuk konsumsi. Dengan kondisi tersebut, maka rasio antara penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun (LDR) menjadi 66,42%. Peningkatan fungsi intermediasi tetap diimbangi dengan performance kredit yang relatif terjaga. Sampai dengan akhir September 2008 tingkat NPL Gross sebesar 1,64%. Hal ini dipengaruhi oleh berlanjutnya langkah-langkah terkait proses restrukturisasi kredit dan penyaluran kredit yang lebih hati-hati sebagai bagian dari penerapan prudential banking.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Melambatnya aktivitas ekonomi NTT, tercermin dari perputaran transaksi pembayaran baik tunai maupun non tunai. Untuk transaksi non tunai dengan fasilitas RTGS sampai dengan akhir September 2008 tercatat sebesar Rp. 21,3 miliar sedangkan untuk transaksi kliring sebesar Rp. 373,84 miliar. Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical). Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan meningkatnya kinerja perekonomian pada triwulan III-2008, kebutuhan akan tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya. Selama triwulan III-08, Bank Indonesia Kupang telah mengedarkan Rp. 683,34 miliar, sedangkan jumlah uang yang masuk sebesar Rp. 247,34 miliar
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
Triwulan III - 2008 |
KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN
Pertumbuhan ekonomi NTT belum sepenuhnya mampu memberikan perbaikan kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Salah satu indikator utama untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah dari aspek ketenagakerjaan. Pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir triwulan III-2008 diperkirakan masih belum dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Sampai dengan bulan Februari 2008, dari 2,21 juta jiwa angkatan kerja, yang termasuk dalam kategori bekerja sejumlah 2,13 juta jiwa (Sumber : BPS Provinsi NTT). Jumlah tersebut sedikit mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, berjumlah 2,02 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja yang masuk kategori bekerja didominasi oleh pekerja informal. Sementara itu, dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian masih merupakan lapangan kerja utama bagi masyarakat NTT.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Peran anggaran kebijakan fiskal sangat penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada triwulan III-2008 konsumsi pemerintah mencapai 20,93% dari total PDRB NTT. Anggaran belanja Provinsi NTT pada tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan tahun 2007. Kemampuan fiskal cukup berperan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Lambatnya penyerapan dana pemerintah tersebut akan menekan sektor-sektor yang sangat bergantung pada anggaran belanja pemerintah. Untuk anggaran belanja tahun 2008, sampai dengan semester I-2008 lalu sudah terealisasi sebesar 39,74% dari total rencana 2008, sedangkan dari rencana pendapatan telah tercapai 48,54%.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan IV-2008 diperkirakan relatif tidak jauh berbeda dengan triwulan III-2008. Dari sisi penggunaan, konsumsi masih menjadi penggerak dengan kontribusi terbesar. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang terkait perayaan Natal dan tahun Baru. Dari sisi penawaran, sektor-sektor dominan masih belum akan mengalami pergeseran. Tekanan terhadap biaya operasional dan menurunnya daya beli masyarakat secara keseluruhan dapat menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi NTT. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2008 pada kisaran 4,80% - 5,30% ; y-o-y. Sedangkan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2008 diperkirakan berada pada kisaran 5,30% - 5,70%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Triwulan III - 2008 |
Tingkat inflasi pada akhir tahun 2008 secara umum diperkirakan akan relatif meningkat. Permasalahan keterbatasan suplai akibat melonjaknya permintaan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong utama. Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual berasal dari daerah lain, maka flutuasi harga cenderung relatif lebih mudah terjadi. Selain itu faktor risiko yang berpeluang menggangu stabilitas harga adalah persoalan distribusi. Pada bulan Desember umumnya di Provinsi NTT telah memasuki musim hujan. Kondisi cuaca yang kurang mendukung membuat rantai distribusi bisa terganggu. Inflasi pada akhir tahun diperkirakan akan berada pada level 10,20% - 10,60%; y-o-y.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Triwulan III - 2008 |
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 8,44 6,43 10,63 10,45
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 2.941,08 2.652,05 2.808,45 2.937,56
- Pertanian 1.139,84 1.112,92 1.151,97 1.139,45
- Pertambangan dan Penggalian 41,61 35,20 36,42 37,60
- Industri Pengolahan 46,05 41,19 42,75 44,08
- Listrik, gas dan air bersih 11,74 9,84 10,81 11,44
- Bangunan 205,44 169,93 175,19 184,51
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 481,50 432,27 451,67 485,91
- Pengangkutan dan komunikasi 211,94 192,23 209,15 214,21
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 104,98 91,75 98,57 104,68
- Jasa 697,97 566,71 631,91 715,68
Pertumbuhan PDRB (yoy) 3,86% 5,86% 5,32% 5,31%
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1,91 0,91 2,31 3,94*
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0,26 2,94 0,50 1,12*
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 231,72 527,55 175,25 247,34
Outflow (miliar Rp) 966,43 359,75 562,25 683,34
Netflow (miliar Rp) -734,71 167,80 -387,00 -436,00
MRUK (miliar Rp) 109,64 111,93 78,20 88,67
Uang Palsu (ribu Rp) 80 60 500 100
Nominal RTGS (miliar Rp) 35,71 1,74 10,52 21,30
Nominal Kliring (miliar Rp) 419,35 418,77 441,09 373,84
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Agustus 2008 *
Tw.III-08
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INFLASI DAN PDRB
Tw.IV-07INDIKATOR Tw.II-08Tw.I-08
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Triwulan III - 2008 |
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 8,52 8,32 8,55 9,53
DPK (Rp Triliun) 7,30 7,16 7,44 7,89
- Tabungan (Rp Triliun) 3,53 3,28 3,37 3,59
- Giro (Rp Triliun) 2,23 2,28 2,43 2,55
- Deposito (Rp Triliun) 1,53 1,60 1,64 1,74
Kredit (Rp Triliun) 4,20 4,29 4,81 5,24
- Modal Kerja 1,23 1,16 1,38 1,50
- Konsumsi 2,86 3,02 3,29 3,58
- Investasi 0,12 0,12 0,15 0,16
LDR (%) 57,61 59,95 64,74 66,42
NPLs (%) 1,54 1,79 1,62 1,64
Kredit UMKM (Triliun Rp) 4,07 4,27 4,78 5,20
BPR*
Total Aset (Rp Miliar) 33,45 40,72 48,49 56,22
DPK (Rp Miliar) 16,78 20,84 27,79 33,48
- Tabungan (Rp Miliar) 6,85 8,92 12,08 14,72
- Deposito (Rp Miliar) 9,93 11,92 15,71 18,76
Kredit (Rp Miliar) 24,66 26,96 36,63 43,88
- Modal Kerja 12,48 12,90 18,55 23,65
- Konsumsi 12,65 13,59 17,57 19,63
- Investasi 0,00 0,47 0,50 0,60
Kredit UMKM (Rp Miliar) 24,66 26,96 36,63 43,88
Rasio NPL Gross (%) 4,92 5,31 3,54 3,69
LDR (%) 143,64 129,40 131,78 131,07
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)Keterangan : *) Data Posisi Agustus 2008
Tw.I-08Tw.IV-07 Tw.III-08
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
Tw.II-08INDIKATOR
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2008 cenderung
melambat. Angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk NTT pada
triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp 2,94 triliun. Jumlah tersebut memang
mengalami ekspansi 5,31% dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Namun
demikian bila kita lihat tingkat pertumbuhannya sepanjang tahun 2008, relatif
mengalami penurunan. Meskipun untuk posisi yang sama tahun 2007 lalu relatif
lebih tinggi (4,90% ; y-o-y). Secara triwulanan (q-t-q), tren perekonomian
Provinsi NTT relatif tidak berubah. Setelah mengalami kontraksi pada triwulan I,
memasuki triwulan II dan III perekonomian tumbuh positif.
Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT
Kenaikan harga BBM, diindikasikan memberi dampak yang cukup
signifikan terhadap perekonomian NTT. Setelah first round effect yang
terjadi, dimana ditetapkannya tarif baru angkutan kota yang meningkat pada
kisaran 20% dan disusul kenaikan tarif angkutan sungai dan perairan oleh PT
ASDP sebesar 25%, dampak selanjutnya adalah menaikan harga barang-barang
konsumsi (second round effect). Biaya transportasi diperkirakan bisa mencapai
50% dari komponen harga jual suatu produk tertentu di wilayah NTT. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Dari sisi permintaan, konsumsi masih sebagai prime mover bagi
perekonomian NTT, khususnya konsumsi makanan (food consumption).
Namun, seiring dengan kenaikan harga BBM, mengakibatkan konsumsi rumah
tangga tumbuh relatif kecil (2,67% ; y-o-y). Namun demikian kondisi tersebut
relatif lebih baik dibandingkan triwulan lalu. Hal ini menunjukan bahwa sudah
terjadi recovery, setelah terjadi shock. Sementara itu kinerja investasi pada
III IV I II IIIPDRB (miliar) 2.789,48 2.941,08 2.652,05 2.808,45 2.937,56
y-o-y 4,90% 3,86% 5,86% 5,32% 5,31%
q-t-q 4,61% 5,43% -9,83% 5,90% 4,60%
20082007NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan III - 2008 |
triwulan III-2008 sedikit mengalami perubahan. Setelah dalam satu semester
mengalami kontraksi, pada triwulan laporan sudah mulai mengalami ekspasi,
tercatat sebesar 1,33% ; y-o-y. Hal ini terjadi diperkirakan karena pada triwulan
III merupakan puncak realisasi sebagian besar anggaran pemerintah. Kegiatan
investasi di NTT masih sangat bergantung kepada pemerintah. Sedangkan minat
investasi dari pihak swasta relatif belum berkembang. Sejalan dengan dominasi
food consumption dalam share PDRB NTT, ketergantungan Provinsi NTT
terhadap barang-barang konsumsi yang didatangkan dari luar wilayah NTT
cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah impor melebih jumlah ekspor dan
berimbas terhadap posisi net ekspor NTT yang selalu negatif.
Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB
masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul
dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, serta sektor
transportasi dan komunikasi. Ketiga sektor terakhir dalam beberapa periode
terakhir cenderung menunjukkan peningkatan yang relatif lebih cepat
dibandingkan primary sector ekonomi NTT dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini
tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan di
sisi lain ketiga sektor tersebut justru secara perlahan menunjukkan peningkatan.
Dukungan dari sisi permodalan merupakan salah satu pendorong, peningkatan
kinerja ketiga sektor tadi
Grafik 1.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 1.2 Tren Struktur Ekonomi Provinsi NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-15%
-12%
-9%
-6%
-3%
0%
3%
6%
9%
12%
15%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
PDRB q-t-q y-o-y
2005 2006 2007 2008
Pertanian PHR
Transp & Kom Jasa-jasa
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan III - 2008 |
1.1 Sisi Permintaan
Struktur PDRB Provinsi NTT sampai dengan triwulan III-2008 dari
sisi permintaan belum menunjukkan perubahan. Kegiatan konsumsi, baik
konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah masih memegang
peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Dari total pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,31%, sebesar 3,83% disumbang oleh konsumsi. Memang secara
tahunan (y-o-y), pada triwulan III-2008 pertumbuhan konsumsi cenderung
melambat (3,42%). Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan konsumsi,
maka laju pertumbuhan impor NTT juga cenderung mengalami tren yang sama.
Cenderung melambat sepanjang tahun 2008. Dari sisi ekspor pada triwulan III,
merupakan puncak masa panen bagi sebagian besar produk perkebunan. Hal ini
membuat pertumbuhan ekspor pada triwulan III mencapai 5,03%;y-o-y,
tertinggi sepanjang tahun 2008. namun demikian hal ini belum membuat
neraca perdagangan menjadi positif.
Tabel 1.2 PDRB Sisi PermintaanPermintaan
(miliar) III IV I II IIIKonsumsi 3.126 3.255 2.910 3.145 3.233
Investasi 367 383 330 350 372
Ekspor 905 947 826 879 951
Impor 1.695 1.807 1.666 1.731 1.799
PDRB 2.789 2.941 2.652 2.808 2.938
20082007
Sumber : BPS Provinsi NTT
Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Permintaan Grafik 1.4 Komposisi PDRB Sisi Permintaan
Stok ; 3,76%
Konsumsi; 94,71% 3,83%
3,74%
5,31%
1,63%
0,18%
0% 2% 4% 6%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
PDRB
Net ekspor; -18,02%
Investasi; 17,56%
Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan III - 2008 |
1. Konsumsi
Dari segi konsumsi, pertumbuhan (y-o-y) ekonomi NTT mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya
tumbuh 3,42%. Sebelum kenaikan BBM (triwulan I-2008) konsumsi bisa
tumbuh hingga 8,57%. Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan
memberikan dampak kontraksi terhadap tingkat konsumsi. Kenaikan harga
secara umum yang diakibatkan karena peningkatan biaya transportasi
menyebabkan tingkat daya beli masyarakat mengalami penuruan. Meskipun
untuk household consumption, triwulan III-2008 sudah sedikit mengalami
recovery dibandingkan triwulan lalu, dari 1,56% menjadi 2,67% ; y-o-y.
Penurunan level permintaan masyarakat, tercermin dari
menurunya omset pedagang bahan kebutuhan pokok di Kota Kupang.
Pelemahan daya beli masyarakat dikeluhkan oleh para distributor sembako
(Sumber : Disperindag NTT). Sampai dengan 2 (dua) minggu menjelang
perayaan hari raya Idul Fitri, relatif belum menunjukkan indikasi adanya lonjakan
permintaan. Tidak seperti tahun sebelumnya, menurut Disperindag meskipun
secara umum lonjakan yang signifikan cenderung terjadi di akhir tahun, untuk
perayaan Idul Fitri tahun 2008 tingkat permintaan relatif masih sama dengan
hari-hari biasa.
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Grafik 1.6 Komposisi Konsumsi
Berbeda kondisinya dengan konsumsi durable goods, dimana
masih tetap menunjukkan tren yang posistif. Omset penjualan bisnis
multilevel Sophie Paris di Kupang justru melewati target. Khusus untuk wilayah
Kota Kupang, target yang ditetapkan sebesar Rp. 750 juta per bulan dibawah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-28%
-21%
-14%
-7%
0%
7%
14%
21%
28%
35%
2005 2006 2007 2008
p
Konsumsi y-o-y q-t-q
Swasta nir Laba; 3,59%
Pemerintah; 17,92%
Rumah Tangga; 75,19%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan III - 2008 |
aktual rata-rata pencapaian dimana sebesar Rp. 850 juta. Sedangkan omset
penjualan di seluruh NTT mencapa Rp. 1,3 miliar per bulan. Sampai dengan
bulan Agustus 2008, PT MPM sudah mampu menjual sekitar 300 unit motor.
Jumlah tersebut hampir menyamai pencapaian sepanjang tahun 2007 sebesar
320 unit. Diduga naiknya permintaan sepeda motor masyarakat mulai mencari
substitution goods, dengan biaya operasional yang lebih murah (cost eficiency).
Grafik 1.7 Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.8 Komposisi Konsumsi Rumah Tangga
0
500
1000
1500
2000
2500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Dari sisi pembentukan PDRB konsumsi, konsumsi rumah tangga
(households consumption) memiliki share yang paling besar dengan
75,19% dari total nominal PDRB konsumsi. Kemudian diikuti oleh konsumsi
pemerintah dengan 17,92% dan konsumsi swasta memberikan kontribusi
terkecil (3,59%). Alokasi terbesar konsumsi rumah tangga ditujukan untuk
keperluan makanan (food consumption). Dari total konsumsi rumah tangga Rp.
2,49 triliun, sebesar Rp. 1,89 triliun untuk keperluan pemenuhan kebutuhan
makanan. Sumber konsumsi utama untuk non food diperkirakan berasal dari
kebutuhan yang terkait dengan perumahan. Hal ini tercermin dari
perkembangan jumlah pelanggan listrik di NTT.
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber : PT PLN Wilayah NTT
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%Food Non Foody-o-y food y-o-y non food
Food 71,98%
Non food 28,02%
196000
198000
200000
202000
204000
206000
208000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008Kw
h
12000000
13000000
14000000
15000000
16000000
17000000
18000000
Pela
ng
gan
Jml Pelanggan Konsumsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan III - 2008 |
Dari sisi pembiayaan lembaga keuangan, perkembangan kredit
konsumtif relatif tidak terpengaruh oleh melambatnya perekonomian
NTT. Selain dari sisi share pembentukan yang mencapai 68,33%, kredit
konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan
kredit konsumsi di NTT meningkat 33,88% (y-o-y), dari Rp. 2,67 triliun menjadi
Rp 3,58 triliun. Dari sisi kualitas kredit, pembiayaan konsumtif relatif rendah
dengan rasio NPLs 0,55%, sehingga tingkat risikonya masih dalam kategori
aman.
Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.11 Kualitas Kredit Konsumsi
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2. Investasi
Kinerja investasi di Provinsi NTT relatif menunjukan
perkembangan positif jika dibandingkan dua periode sebelumnya. Pada
triwulan III-2008, investasi sudah mengalami ekspansi (1,33%;y-o-y), setelah
Grafik 1.12 Perkembangan Investasi
Sumber : Bank indonesia Kupang Sumber : Bank indonesia Kupang
Sumber : BPS NTT diolah
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Investasi y-o-y q-t-q
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
nominal Rasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan III - 2008 |
selama semester I-2008 mengalami kontraksi. Ketergantungan terhadap
investasi yang dilakukan oleh pemerintah (dana APBN dan APBD) membuat
kegiatan timing realisasi anggaran menjadi key point. Sementara disisi lain
komposisi alokasi belanja modal dalam APBD 2008 justru berkurang, karena
adanya kenaikan belanja rutin pegawai (kenaikan gaji PNS mulai April 2008).
Sementara investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih
perlu ditingkatkan. Sepanjang tahun 2008, pihak BKPMD Provinsi NTT telah
mengeluarkan 10 (sepuluh) surat persetujuan untuk melakukan investasi. Dari
10 perusahaan tersebut, terdiri atas 9 perusahaan merupakan perusahaan PMA
dan 1 PMDN. Adapun bidang investasi yang dilirik adalah pertambangan,
pertanian dan perkebunan (Jatropha, palawija), serta budidaya ikan laut. Namun
demikian sampai dengan saat ini praktis baru 1 perusahaan, yaitu PT.
Manhattan Capital Jakarta yang telah melakukan realisasi investasi.
Secara umum masalah yang dihadapi investor untuk melakukan
investasi di wilayah NTT adalah masalah keterbatasan infrastruktur
maupun dan aspek kepastian hukum. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan
jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak
wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan.
Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama
sektor industri. Kemudian dari sisi sumber daya manusia, kualitasnya masih
relatif rendah sehingga perlu waktu untuk merubahnya. Sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian hukum di NTT masih perlu
diperbaiki karena masih kentalnya pengaruh adat dan budaya. Pengembangan
sistem pelayanan satu atap bisa dijadikan salah satu opsi perbaikan (one stop
service).
Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.14 Kualitas Kredit Investasi
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
0
2
4
6
8
10
12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
nominaly-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
nominal Rasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan III - 2008 |
Lambatnya kinerja investasi di Provinsi NTT juga tercermin dari
segi pembiayaan oleh lembaga keuangan (perbankan). Penyaluran kredit
investasi oleh perbankan sampai dengan akhir triwulan III-2008, memiliki share
terkecil, hanya 3,03% dari total kredit atau sebesar Rp.158,88 miliar.
Pertumbuhan kredit investasi (y-o-y) juga paling rendah dibandingkan modal
kerja ataupun konsumsi, hanya 10,81%;y-o-y. Perkembangan investasi di NTT
juga bisa didekati dengan perkembangan konsumsi semen sebagai prompt
indicator. Grafik 1.15 Perkembangan Konsumsi Semen
3. Net Ekspor
Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB
ekspor dan PDRB impor masih tetap negatif. Tingginya tingkat konsumsi
masyarakat NTT, mengakibatkan nilai PDRB impor melebihi ekspornya. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT
didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Sementara itu
kinerja ekspor NTT masih relatif hanya bergantung pada komoditi-komoditi
pertanian dimana bentuk packaging masih dalam bahan mentah. Sebagian
besar ekspor NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju
Surabaya atau Jakarta, sehingga bila dilihat komposisinya ekspor antarpulau
sangat mendominasi. Kondisi net ekspor NTT pada posisi triwulan laporan
sebesar Rp. 848,33 miliar. Bila melihat perkembangan net ekspor NTT, dari
tahun ke tahun cenderung menunjukan tren yang semakin menurun. Hal ini
menunjukan semakin bertumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat NTT, dan
Sumber : ASI
0
10000
20000
30000
40000
50000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Konsumsi
y-o-y
2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan III - 2008 |
pada saat yang bersamaan tidak diimbangi dengan produktivitas hasil daerah
NTT.
Grafik 1.16 Perkembangan PDRB Net Ekspor
-1000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Net Ekspor
2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
Sumber : BPS NTT diolah
Ekspor NTT pada triwulan III-2008, secara tahunan mengalami
ekspansi sebesar 5,03%, dari Rp 905 miliar menjadi Rp 951 miliar.
Pertumbuhan ekspor NTT, sangat dipengaruhi kondisi panen hasil-hasil
perkebunan (mete, kopi). Selain itu saat ini, di Provinsi NTT sedang dilakukan
penelitian mengenai kandungan logam mangan. Diindikasikan pengiriman
sampling mangan juga ikut memicu pertumbuahan kinerja ekspor NTT. Jika
dilihat dari komposisi tujuan, ekspor NTT selama 2008 sebagian besar menuju
negara di Asia dan Australia (Zona Oceania), masing-masing sebesar 86,85%
dan 13,09%.
.
Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Grafik 1.18 Komposisi Ekspor per Benua
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Sumber : BPS NTT diolah
2005 2006 2007 2008Rp
mili
ar
-30%
-24%
-18%
-12%
-6%
0%
6%
12%
18%
24%
30%
Ekspor y-o-y q-t-q
ASIA 86,846%
AUSTRALIA 13,090%
Sumber : Bank Indonesia - DSM
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan III - 2008 |
Apabila dilihat lebih detail, negara importir terbesar untuk barang-barang
asal NTT selama tahun 2008 adalah Cina dengan 85,15%, kemudian diikuti
dengan Timor Leste sebesar 15,54%. Bila melihat tren perkembangan volume
ekspor selama 2008 , sempat terjadi lonjakan pengiriman ekspor pada bulan
April 2008, hal tersebut dikarenakan adanya pengiriman mangan pada periode
tersebut.
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Ekspor Grafik 1.20 Komposisi Ekspor per Negara Tujuan
Dari sisi impor, pada triwulan III-2008 menunjukkan peningkatan
sebesar 6,15% (y-o-y), dari Rp. 1,69 triliun menjadi Rp. 1,79 triliun. Bila
melihat tren beberapa periode sebelumnya, penurunan aktivitas konsumsi, akan
memberikan reaksi terhadap penurunan akselerasi pertumbuhan impor,
terutama impor antar pulau. Dari impor NTT 98,34% merupakan impor antar
pulau. Hal ini menunjukkan tingginya ketergantungan NTT terhadap suplai
barang dari luar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi.
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor
21.814.833
3.725.536
221.472
79.956269.598
118.279
3.097.937
219.849
-5.000.000
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
Jan'0
8
Feb'08
Mrt'08
Apr'08
Mei'08
Jun'08
Jul'0
8
Agst'08
C. INDIA 0,074%
HONGKONG 0,004%Timor Leste
14,542%
C. SOUTH KOREA 0,019%
OTHER ASIA 0,001%
C. JAPAN 0,207%
C. R.R.C 85,153%
Volume ekspor (ton)
Sumber : Bank Indonesia - DSM
Sumber : Bank Indonesia - DSM
Sumber : Bank Indonesia - DSM Sumber : BPS Provinsi NTT
0
400
800
1200
1600
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008Rp
mili
ar
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-200.000
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Jan'
08
Feb'
08
Mrt
'08
Apr
'08
Mei
'08
Jun'
08
Jul'0
8
Ags
t'08
Impor y-o-y q-t-q
vol impor (ton)
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
Triwulan III - 2008 |
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Provinsi NTT pada
triwulan III-2008 relatif belum mengalami perubahan dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya. Dominasi tiga sektor utama, yaitu :
sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran
tercermin dari kontribusinya dalam pembentukan angka PDRB yang masing-
masing sebesar 38,79%, 24,36% dan 16,54%.
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III-2008 sebesar 5,31%
sebagian besar ditopang oleh kinerja sektor pertanian, dimana
menyumbang hingga 1,93%. Namun bila melihat pergerakkan share sektor-
sektor ekonomi terhadap pembentukan angka PDRB, share sektor pertanian
cenderung mengalami penurunan kontribusi, sedangkan sektor-sektor lain yang
cenderung lebih padat modal mulai meningkat.
Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sektoral
Penawaran
miliar III IV I II IIIPertanian 1.086 1.140 1.113 1.152 1.139
Pertambangan 36 42 35 36 38
Industri Pengolaha 44 46 41 43 44
Listrik,Gas dan Air 11 12 10 11 11
Bangunan (konstru 183 205 170 175 185
Perdagangan & Ho 457 481 432 452 486
Transportasi & Kom 198 212 192 209 214
Keuangan dan Per 104 105 92 99 105
Jasa-jasa 671 698 567 632 716
PDRB 2.789 2.941 2.652 2.808 2.938
20082007
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.23 Struktur PDRB Sektoral Tabel 1.24 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
1,93%
0,06%
0,00%
0,01%
0,06%
1,05%
0,59%
1,59%
5,31%
0,01%
0% 2% 3% 5% 6%
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Bangunan (konstruksi)
Perdagangan & Hotel
Transportasi & Komunikasi
Keuangan dan Persewaan
Jasa-jasa
PDRB
Pertanian; 38,79%
PHR ; 16%
Transp & Komunikasi ;
7%
Jasa ; 21%
Keu & Sewa; 3%
Bangunan (konstruksi);
6,28%
Pertambangan; 1,28%
Industri Pengolahan;
1,50%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Triwulan III - 2008 |
Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Dominan Grafik 1.26 Perkembangan Struktur PDRB NTT
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
PertanianPHRJasa
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Pertanian PHR
Transp & Kom Jasa-jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT
meningkat 4,96% (y-o-y). Pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh
subsektor tanaman pangan (6,20%), perkebunan (15,53%), dan kehutanan
(20,16%). Menurut Kadis Pertanian NTT, produksi tanaman pangan untuk tahun
2008 yang menurun hanya padi, yaitu sebesar 109.000 ton. Namun secara
keseluruhan, produksi pangan di NTT masih relatif mencukupi. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan produksi untuk komoditi jagung, sejalan
dengan penetapan jagung sebagai salah satu komoditi unggulan di NTT (hasil
Musrembangda). Pada triwulan III umumnya terjadi periode masa panen untuk
beberapa komoditi perkebunan yang mendominasi di NTT, seperti mete dan
kopi.
Grafik 1.27 PDRB Sektor Pertanian
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
PDRB y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
Triwulan III - 2008 |
Grafik 1.28 y-o-y Subsektor Pertanian Grafik 1. 29 Struktur PDRB Sektor Pertanian
-30%
-15%
0%
15%
30%
45%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Tabama Perkebunan PeternakanKehutanan Perikanan
Peternakan; 28,20%
Tabama; 50,16%
Perkebunan; 11,52%
Kehutanan ; 0,64%
Perikanan ; 9,47%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan.
Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola
sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih
menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti :
mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang
atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam
campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar
sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut
sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada.
Grafik 1.30 Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.31 Kualitas Kredit Sektor Pertanian
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertanian oleh
perbankan di NTT masih relatif rendah. Hanya 1,78% dari total outstanding
kredit posisi September 2008 (Rp. 72,98 miliar). Lambatnya perkembangan
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
-20
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp ju
ta
0,0%
0,1%
0,2%
0,3%
0,4%
0,5%
nominal Rasio NPLsnominal y-o-y
-10%
%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Triwulan III - 2008 |
pembiayaan untuk sektor pertanian pada umumnya terkendala masalah
ketersediaan agunan, karena petani di NTT masih sangat tradisional dalam
mengelola keuangannya. Pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan masih
sangat minim. Namun dari segi kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPLs,
kredit sektor pertanian relatif terjaga (0,04%).
2. Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan di Provinsi NTT mengalami
peningkatan (y-o-y) sebesar 4,60%. Peningkatan aktivitas pembangunan
infrastruktur, khususnya jalan pada tahun 2008 mendorong peningkatan
kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur. Selain itu di wilayah Provinsi
NTT saat ini sedang dilakukan kajian di beberapa titik yang diperkirakan terdapat
kandungan Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Hasil sampling logam
mangan tersebut telah diekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti dan PT
Prima Mining Manganese untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Mangan NTT
diekspor langsung dari NTT tidak melalui Surabaya.
Grafik 1.33 Kredit Sektor PertambanganGrafik 1.32 PDRB Sektor Pertambangan
Potensi material tambang masih banyak yang belum dieksplorasi.
Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten
Manggarai Timur antara lain menyebutkan bahwa kabupaten hasil pemekaran
dari Kabupaten Manggarai itu memiliki potensi pasir besi yang sudah terdeteksi
sejak lama dan perlu dieksplorasi lebih jauh. Potensi pasir besi itu terdapat di
Desa Bamo Kecamatan Kotakomba. Selain pasir besi, Manggarai Timur juga
memiliki potensi pertambangan lainnya seperti emas dan logam dasar lainnya di
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
p
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PDRB y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
nominal y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Triwulan III - 2008 |
Kelurahan Tanahrata Kecamatan Kotakomba. Untuk bisa mengolah potensi
tersebut, pemerintah daerah tentunya membutuhkan investasi, baik berupa
tenaga ahli, kajian yang komprehensif, teknologi dan juga investasi dalam
bentuk uang (Sumber : Flores Pos). Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit
sektor pertambangan oleh perbankan di NTT juga masih minim, 0,06% dari
total outstanding kredit posisi September 2008 atau senilai Rp. 4,62 miliar.
Potensi usaha pertambangan yang masih belum terekspos membuat perbankan
masih belum tertarik terhadap usaha sektor ini.
3. Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor industri NTT terus mengalami tekanan
sepanjang tahun 2008. Pada triwulan III-2008, sektor industri hanya tumbuh
0,23%, terendah sepanjang tahun 2008. Peningkatan sektor pertanian tidak
direspon dengan pertumbuhan sektor industri. Hal ini menunjukan bahwa hasil
pertanian di NTT, baik yang diperdagangkan (diekspor) maupun untuk konsumsi
lokal sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah. Kondisi tersebut
mengakibatkan Provinsi NTT kehilangan potensi untuk mendapatkan value
added, karena dinikmati oleh daerah lain.
Grafik 1.34 PDRB Sektor Industri Grafik 1.35 Konsumsi Listrik Sektor Industri
Sektor industri pengolahan hanya memberikan kontribusi 1,50%
dari total PDRB NTT, sehingga bisa disimpulkan bahwa kinerja industri di NTT
belum menunjukkan perubahan positif. Lambatnya perkembangan sektor
industri bisa dikarenakan kondisi ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas,
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I I III IV I II III IV I II IIII
2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
112
114
116
118
120
122
124
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PDRB y-o-y
2006 2007 2008
Pela
ng
gan
50000
300000
550000
800000
1050000
1300000
Kw
h
Jml Pelanggan
Konsumsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan III - 2008 |
seperti halnya permintaan energi listrik yang tidak jarang masih belum bisa
dipenuhi oleh PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari
prompt indicator konsumsi listrik industri yang cenderung mengalami
penurunan.
Namun dari sisi pembiayaan perbankan terhadap sektor industri,
tetap mengalami peningkatan sebesar 34,11% (y-o-y). Total outstanding
kredit sektor industri sampai dengan akhir triwulan III-2008 sebesar Rp 19,73
miliar atau 0,37% dari total kredit. Kualitas kredit sektor industri juga relatif
dalam kondisi terkendali dengan nominal NPLs sebesar Rp. 435 juta atau setara
dengan rasio NPLs 0,01%.
Grafik 1.36 Kredit Sektor Industri Grafik 1.37 Kualitas Kredit Sektor Industri
4. Listrik dan Air Bersih
Sektor listrik dan air bersih pada triwulan laporan mengalami
ekspansi 3,08% ; y-o-y. Sektor ini secara keseluruhan sangat bergantung
kepada kinerja subsektor listrik. Melihat kondisi akhir-akhir ini dimana semakin
seringnya terjadi pemadaman bergilir maka pertumbuhan subsektor listrik juga
cenderung melambat selama tahun 2008. Perkembangan subsektor listrik
tercermin dari prompt indicator perkembangan tingkat konsumsi listrik di
wilayah NTT.
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
5
10
15
20
25
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Rp
miil
ar
-100
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0
150
300
450
6002 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,01%
0,01%
0,02%
0,02%
nominalRasio NPLs
nominal
%
y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan III - 2008 |
Grafik 1.38 PDRB Sektor Listrik dan Air Grafik 1.39 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik
5. Bangunan
Pada triwulan III-2008, sektor bangunan tumbuh melambat
dengan 0,85% ; y-o-y. Ketergantungan sektor bangunan terhadap proyek-
proyek pemerintah masih relatif tinggi, sehingga timing realisasi fisik proyek
pemerintah akan sangat menentukan pergerakkan sektor bangunan di NTT.
Perkembangan kinerja sektor bangunan juga tercermin dari tingkat
pertumbuhan konsumsi semen di NTT. Pertumbuhan aktivitas bangunan
ditunjukan dengan peningkatan penjualan eceran untuk kelompok barang
konstruksi. Namun demikian, kenaikan harga saat ini sangat berpengaruh
terhadap peningkatan volume penjualan, bahkan menurut beberapa pedagang
menyatakan bahwa, sebagian pesanan dibatalkan karena tekanan dari sisi harga
(Sumber : Suver Penjualan Eceran KBI Kupang).
Grafik 1.40 PDRB Sektor Bangunan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : ASI
Grafik 1.41 Konsumsi Semen NTT
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
25500000
26000000
26500000
27000000
27500000
28000000
28500000
29000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PDRB y-o-y
2008elan
gg
an
225000
226000
227000
228000
229000
230000
231000
232000
233000
234000
Kw
h
Kwh
Pelanggan
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II IV I II III IV I II IIIIII
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%PDRB y-o-y
0
10000
20000
30000
40000
50000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Konsumsi
y-o-y
2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
Triwulan III - 2008 |
Dari segi pembiayaaan, sejalan dengan peningkatan PDRB sektor
bangunan penyaluran kredit konstruksi oleh perbankan NTT mengalami
perkembangan positif. Outstanding kredit konstruksi meningkat menjadi Rp
134,79 miliar, dari posisi triwulan sebelumnya sebesar Rp 97,94 miliar. Dari segi
kualitasnya, rasio NPLs kredit sektor konstruksi tetap terkendali pada level
0,08%.
Grafik 1.42 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.43 Kualitas Kredit Sektor Konstruksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Performance sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mulai
membaik. Sejalan dengan proses recovery dari kegiatan konsumsi, pada
triwulan laporan sektor PHR tumbuh 6,43%;y-o-y, lebih tinggi dari triwulan lalu
yang tercatat sebesar 3,71%. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran sangat terkait dengan kinerja konsumsi. Ketiga subsektor PHR, pada
triwulan III-2008 mengalami perkembangan positif masing-masing sebesar
6,49%;perdagangan, 1,42%;hotel, 7,33%;restoran.
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.44 PDRB Sektor PHR Grafik 1.45 Pertumbuhan SubSektor PHR
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
PDRB y-o-y
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Perdagangan
HotelRestoran
0
1000
2000
3000
4000
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,05%
0,10%
0,15%
0,20%
nominalRasio NPLs
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
50%
100%
150%
200%
nominal y-o-y
2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Triwulan III - 2008 |
Perkembangan sektor PHR relatif ditentukan oleh subsektor
perdagangan. Hal ini dikarenakan kontribusinya sangat dominan hingga
97,17% terhadap pembentukan PDRB sektor PHR. Pada bulan September 2008,
indeks penjualan rill di Kota Kupang secara agregat sebesar 4,31%. Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas perdagangan, meskipun
relatif menurun dibandingkan kondisi yang sama tahun lalu. Tekanan dari sisi
harga, membuat masyarakat harus melakukan adjustment terhadap pola
konsumsinya. Meningkatnya aktivitas perdagangan sepanjang triwulan III
dipengaruhi oleh beberapa event yang diselenggarakan di NTT. Pada akhir bulan
Juli sampai dengan awal Agustus diselenggarakan event tahunan yang dimulai
sejak tahun 2001 yaitu, Sail Indonesia. Dalam waktu yang relatif bersamaan,
diselenggarakan kegiatan East Nusa Tenggara Expo (entex) pada tanggal 31 Juli
sampai dengan tanggal 4 Agustus 2008. Selain itu, pameran pembangunan
dalam rangka perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-63, selama seminggu berhasil
menyedot transaksi sebesar Rp. 135 juta.
Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.46 Struktur PDRB Sektor PHR
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan aktivitas penjualan eceran juga dipengaruhi oleh
beberapa kejadian baik pada tataran nasional maupun domestik/lokal,
seperti : persiapan menyongsong Hari Raya Idhul Fitri, Kegiatan wisuda oleh
Perguruan Tinggi Negeri dan beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Kota Kupang
serta adanya acara pentahbisan Sidi di beberapa Gereja Protestan di kota
Kupang. Kejadian-kejadian tersebut diperkirakan berdampak signifikan pada
meningkatnya penjualan eceran terutama untuk sektor-sektor pakaian dan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : PLN Wilayah NTT
Perdagangan97,17%
Restoran1,57%Hotel
1,26%
2006 2007 2008Pela
ng
gan
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
Kw
h
Jml Pelanggan Konsumsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Triwulan III - 2008 |
perlengkapannya, maupun bahan makanan/minuman serta peralatan rumah
tangga (Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Kupang).
Tumbuhnya sektor perdagangan, hotel dan restoran juga
tercermin melalui pembiayaan perbankan. Kredit sektor perdagangan, hotel
dan restoran mengalami peningkatan sebesar 36,36% (y-o-y), dengan total
outstanding kredit sampai dengan akhir triwulan III-2008 sebesar Rp. 1,27 triliun
atau 23,32% dari total kredit. Kualitas kredit sektor perdagangan, hotel dan
restoran relatif dalam kondisi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,78%.
Grafik 1.48 Kredit Sektor PHR Grafik 1.49 Kualitas Kredit Sektor PHR
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan III-2008
mengalami pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y). Tumbuhnya sektor
angkutan dan komunikasi didorong oleh kedua subsektornya, masing-masing
meningkat 5,94% (subsektor angkutan) dan 17,50% (subsektor komunikasi).
Peningkatan pada subsektor angkutan diperkirakan terjadi karena pengaruh
lonjakan penumpang, khususnya angkutan udara karena arus mudik saat Hari
Raya Idul Fitri. Lonjakan kegiatan transportasi darat ditunjukan oleh peningkatan
penjualan suku cadang kendaraan, meskipun harga suku cadang kendaraan
bermotor mengalami peningkatan (Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI
Kupang).
Perkembangan subsektor telekomunikasi sejalan dengan
bertambahnya jumlah provider mobile phone di NTT. Penambahan satu
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 91
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,30%
0,60%
0,90%
1,20%
1,50%
nominalRasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Triwulan III - 2008 |
provider pada akhir tahun 2007, menunjukkan potensi pasar NTT masih cukup
besar. Dengan semakin banyak provider persaingan di bisnis telekomunikasi
akan semakin ketat. Setiap konsumen akan memiliki banyak pilihan.
Perkembangan jumlah pelanggan salah satu provider selular selama tahun 2008
menunjukan tren yang meningkat.
Grafik 1.51 Perkembangan Pelanggan SelularGrafik 1.50 PDRB Sektor Transp. & Komunikasi
0
50
100
150
200
250
I II III IV II III IV I II III IV I II III
Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi juga tercermin dari
peningkatan dari sisi pembiayaan, meskipun tidak signifikan. Kredit
sektor transportasi dan komunikasi pada akhir triwulan III-2008 meningkat
sebesar 0,25% (y-o-y). Total outstanding kredit sektor ini sebesar Rp. 29,15
miliar atau 0,79% dari total kredit. Kualitas kredit sektor angkutan dan
komunikasi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,07%.
Grafik 1.53 Kualitas Kredit Sektor Transportasi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.52 Kredit Sektor Transportasi
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
I
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
PDRB All
1 2 3 4 5 6 7 8
y-o-y
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-50%
-25%
0%
25%
50%
75%
0
800
1600
2400
3200
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,02%
0,04%
0,06%
0,08%
0,10%
nominalRasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
Triwulan III - 2008 |
8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menunjukan
pekembangan positif pada triwulan laporan, meskipun cenderung
menurun. Ekspansi sektor ini pada triwulan III-2008 sebesar 0,31%;y-o-y. Dari
sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, subsektor
perbankan memberikan peranan paling tinggi dengan 47,14%, disusul dengan
subsektor bangunan 29,02%. Perkembangan kinerja perbankan akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja sektor ini secara keseluruhan. Perkembangan
sektor keuangan juga tercermin dari perkembangan beberapa prompt indicator,
penyaluran pembiayaan oleh penggadaian ataupun pertumbuhan jumlah
koperasi setiap tahunnya.
Grafik 1.55 PDRB Sektor Keu. dan Persewaan
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
PDRB
y-o-y
Bank 48,80%
Lembaga Keu Nir Bank 23,24%
Sewa Bangunan
24,08%
Jasa Perusahaan
3,89%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tabel 1.4 Perkembangan Kegiatan Bank indikator
utama IV I II III
Aset (miliar) 8516,24 8318,80 8546,12 9533,02
y-o-y aset 12,29% 10,85% 8,26% 13,39%
Kredit (miliar) 4202,99 4293,58 4814,82 5238,52
y-o-y kredit 31,63% 30,20% 30,58% 30,68%
DPK (miliar) 7296,11 7162,46 7437,54 7887,35
y-o-y DPK 10,09% 7,48% 7,28% 10,45%
LDR 57,61% 59,95% 64,74% 66,42%
NPL 1,54% 1,79% 1,62% 1,64%
2007 2008
Grafik 1.54 Struktur Sektor Keu. dan Persewaan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Triwulan III - 2008 |
9. Sektor Jasa-jasa
Pada triwulan III-2008, sektor jasa justru mengalami peningkatan
akselerasi pertumbuhan. Secara tahunan sektor ini meningkat 6,63%;yoy ,
jauh lebih tinggi dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas
sektor jasa didorong oleh subsektor pemerintah yang tumbuh hingga 7,85%.
Penggerak sektor jasa secara umum masih bergantung dengan anggaran
pemerintah, tercermin dari kontribusinya yang mencapai 74,07% dari
pembentukan angka PDRB sektor jasa secara keseluruhan.
Grafik 1.56 PDRB Sekor Jasa Grafik 1.57 Struktur PDRB Sektor Jasa
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama yang
mendukung kinerja perekonomian NTT. Kontribusinya terhadap
pembentukan PDRB NTT secara keseluruhan mencapai 22,56%. Bahkan,
Grafik 1.58 Kredit Sektor Jasa Tabel 1.59 Kualitas Kredit Sektor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%PDRB y-o-y
Pemerintah 74,07%
Sosial Masyarakat
20%
Individu & Rm.Tangga
13%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-600
200
1000
1800
2600
3400
4200
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
juta
-0,02%
0,01%
0,04%
0,07%
0,10%
0,13%
0,16%
0,19%
0,22%
0,25%
nominalRasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan III - 2008 |
perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan.
Faktor yang mendukung peningkatan di sektor ini terutama adalah kegiatan jasa
pemerintahan. Perkembangan sektor jasa tercermin juga dari outstanding kredit
perbankan hingga posisi September 2008 yang mencapai Rp 94,54 miliar,
kemudian dari sisi kualitasnya kredit sektor ini masih dalam kondisi yang
terkendali pad level 0,08%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan III - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN
DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak
kepada negara-negara di Eropa maupun Asia. Krisis tersebut pada awalnya
bermula dari pertumbuhan subprime mortgage yang sangat pesat ketika The
Fed (Bank Sentral Amerika) menurunkan suku bunga sebesar 1% - 1,75%, yaitu
sekitar tahun 2001-2004. Selain itu, modofikasi skim subprime mortgage yang
mempermudah kepemilikan rumah membuat sektor properti mengalami
booming (buble economic). Hal ini membuat sekuritas yang terkait dengan
bisnis ini melambung tinggi nilainya. Pada tahun 2007, The Fed mulai menaikan
suku bunganya hingga level 5,25%. Hal ini ternyata mengakibatkan banyak
nasabah yang default (gagal bayar).
Dampaknya bagi Perekonomian Global
Sekuritas yang terkait (underlying) dengan subprime mortgage nilainya
anjlok, sehingga investor mulai menjual portofolionya untuk menutup kerugian.
Kemudian dana-dana yang ada di emerging market juga ikut ditarik, karena
terkena sentimen negatif. Kebangkrutan lembaga keuangan AS, Lehman
Brothers membuat pasar bertambah panik. Muncul ekspektasi terhadap
perlambatan pertumbuhan ekonomi global, membuat pergerakkan harga
minyak dan komoditi lainnya cenderung menurun karena didorong ekspektasi
pelemahan permintaan dunia.
Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008f
United States 1.6 2.5 3.9 3.2 3.3 2.2 1.5United Kingdom 2.1 2.7 3.3 1.9 2.7 2.9 2.7China 9.1 10 10.1 10.4 10.7 10 10Japan 0.3 1.4 2.7 1.9 2.2 2.3 1.5India 4.3 7.3 7.8 9.2 9.2 8.4 7.8Malaysia 4.4 5.5 7.2 5.2 5.9 5.5 5.8Philippines 4.4 4.9 6.2 5 5.4 5.8 5.8Singapore 4.2 3.1 8.8 6.6 7.9 5.5 5.7Thailand 5.3 7.1 6.3 4.5 5 4.5 4.8Vietnam 7.1 7.3 7.8 8.4 8.2 8 7.8
Sumber : World Economic Outlook Update 2008 IMF, *) angka proyeksi
Triwulan III - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Harga Minyak DuniaHarga Komoditas Dunia
75
125
175
225
275
2005 2006 2007 2008
Indeks Komoditas Nonfuel
Indeks Komoditi Total
Dampaknya bagi Indonesia
Tidak terkecuali bagi Indonesia secara umum. Hal ini memberikan
sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, yang tercermin dari ajloknya
IHSG hingga level 1400 yang secara simultan menekan nilai tukar Rupiah
melewati batas psikologis Rp 9.500,00 per $ US. Adanya tekanan bagi ekspor
nasional dan investasi asing, serta adanya ketidakpastian terhadap harga
komoditas yang akan berpengaruh terhadap prospek inflasi. Selain itu, bagi
perbankan nasional dampaknya krelatif tidak dirasakan, karena kepemilikan
bank nasional terhadap surat berharga yang bermasalah hanya sedikit.
Dampaknya Bagi Provinsi NTT
Bagi regional Provinsi NTT, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini relatif
belum berdampak terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan
III-2008 pertumbuhan ekonomi NTT tercatat sebesar 5,31% ; y-o-y. Kondisi
tersebut memang relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya pada
triwulan yang sama. Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun
2008 lebih disebabkan karena pengaruh tekanan dari kenaikan harga BBM pada
Indeks Komoditas Fuel
Sumber: IMF
Index (2005=100)Jan-Sep
yoymtm
Total Commodity Price Index 11.8 48.1 -9.9Commodity Non-Fuel Price Index 14.1 16.2 -5.9 - Commodity Food and Beverage 15.1 36.3 -6.0 - Commodity Agricultural Raw Materials 5.0 2.6 -5.0 - Commodity Metals Price Index 17.4 -0.7 -6.2Commodity Fuel (energy) Index 10.4 69.5 -11.6 - Crude Oil (petroleum), Price index 10.7 68.6 -13.3 - Coal, Australian thermal coal 33.9 131.5 -5.3 - Coal, South African export price 23.6 136.6 -6.7
Sumber: IMF
Rincian (Indeks 2005=100) 2007
Sep-08
71.85
64.86
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-0860
70
80
90
100
110
120
130
140
150
WTI Minas
Sumber: Bloomberg
$/bbl $/bblWTI Minas
2006 66.1 63.52007 72.3 70.0
2008 ytd 111.6 106.8Aug-08 116.6 111.6Sep-08 104.5 97.5Oct-08 84.1 79.2
* Per 17 Oktober 2008
RATA-RATA*
8000
8500
9000
9500
10000
500
Jan‐06 Jul‐06 Jan‐07 Jul‐07 Jan‐08 Jul‐08
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
410Rp Exchange RateDaily Volatility (RHS)Average Volatility (RHS)
Pergerakkan Nilai Tukar Rupiah terhadap $ US Pergerakkan IHSG
Triwulan III - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
0
500
1000
1500
2000
2500
30
35
00
00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
bulan Mei 2008 lalu. Hal ini secara
otomatis menghambat kinerja konsumsi
(terutama rumah tangga) yang selama ini
menjadi pendorong utama ekonomi NTT.
Namun demikian, pada triwulan III-2008,
kegiatan konsumsi relatif sudah mulai
menunjukkan recovery dibandingkan
triwulan sebelumnya.
-15%
-12%
-9%
-6%
-3%
0%
3%
6%
9%
12%
15%
PDRB y-o-y
Dari sisi investasi, secara umum relatif belum mengalami perubahan siginifikan.
Investasi di NTT cenderung bergantung kepada anggaran belanja modal
pemerintah, bukan investasi swasta. Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa, gejolak yang dialami oleh investor asing belum akan berdampak
pada kinerja investasi di regional NTT. Dari sisi ekspor, melemahnya
permintaan pasar internasional, yang berdampak pada penurunan harga
beberapa komoditi ekspor Indonesia (sawit, karet, dll) juga relatif belum
menunjukkan dampak yang signifikan bagi NTT. Hal ini dikarenakan pangsa
ekspor bagi barang-barang/komoditi asal NTT tidak terkonsentrasi ke
Amerika Serikat (AS).
Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan sektor dominan masih
tetap mengalami pertumbuhan 4,96%; y-o-y. Pertanian di NTT sebagian
besar masih merupakan sistem pertanian marginal, dimana sangat
bergantung pada kesuburan tanah dan faktor cuaca, bukan skala agrobisnis.
Kemudian sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran), merespon pulihnya
konsumsi yang tercermin dari ekspansinya pada triwulan III-2008 sebesar
6,43%; y-o-y.
No Negara Tujuan 2006 2007 2008*1 Timor Leste 14.866.204 14.390.415 25.521.2892 China 488.689 5.268.593 2.329.0033 Australia 216.334 594.995 136.0244 Jepang 2.875.766 3.527.231 1.057.9205 Hongkong 139.255 204.000 22.0006 Singapura 693.249
18.586.247 24.678.482 29.066.236Sumber : Disperindag Prov NTT
* Sampai Agustus 2008
Total
Hongkong0,08%
Australia0,47%
China8,01%
Jepang3,64%
Timor Leste87,80%
Triwulan III - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
0
1.
3.000
4.50
10.500
500
0
6.000
7.500
9.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
mili
ar
asset dana kredit
mengalami perkembangan positif (y-o-y)
Kinerja perbankan NTT relatif tidak terpengaruh kondisi gejolak yang terjadi
di pasar keuangan nasional. Asset, dana pihak ketiga (DPK), maupun
penyaluran kredit masing-masing
sebesar 13,39%, 10,45% dan
30,68%. Kondisi tersebut secara
otomatis meningkatkan kinerja
intermediasi perbankan NTT
menjadi 66,42%, dengan tingkat
kualitas kredit (NPLs) yang cukup
terkendali pada level 1,64%.
Peningkatan kebutuhan biaya
hidup diperkirakan membuat masyarakat mengurangi alokasi saving,
sehingga mengakibatkan pertumbuhan DPK sejak awal tahun hingga
Agustus 2008 hanya di bawah 10,00%. Pada saat yang bersamaan,
peningkatan kebutuhan biaya hidup juga mendorong pertumbuhan kredit
konsumtif hingga diatas 30,00%.
0
10000
20000
30000
40000
50000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Konsumsi Semen
y-o-y
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : ASI Sumber : PLN Wil NTT 2006 2007 2008
Jml Pelanggan Bisnis
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92 3
2006 2007 2008
y-o-y DPKy-o-y Kredit
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
80%
2006 2007 2008
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
Loan to Deposit RatioNon Performing Loan
Triwulan III - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Perkembangan tren tingkat suku bunga yang terjadi saat ini, cukup
mempengaruhi tingkat penyerapan DPK di NTT, yang pada akhir September
2008 tercatat tumbuh 10,45%; y-o-y. Dengan tingkat LDR perbankan NTT
sebesar 66,42%, ketatnya likuiditas pada dasarnya belum dirasakan di
Provinsi NTT. Kemudian terkait perkembangan nilai tukar Rupiah saat ini,
perbankan NTT juga relatif aman dari risiko nilai tukar. Hal ini dikarenakan
perbankan NTT belum ada yang menyalurkan kredit dalam bentuk valas,
maupun penempatan dalam surat-surat berharga valas.
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
2.1 Kondisi Umum
Tekanan terhadap harga-harga di Kota Kupang pada tahun 2008
untuk posisi akhir triwulan III, secara umum cenderung meningkat. Hal
ini tercermin dari angka inflasi tahun berjalan (y-t-d) yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan laju inflasi IHK pada triwulan
III-2008 diindikasikan terjadi pada ketiga komponen inflasi, terutama bersumber
dari komponen inflasi yang bersifat nonfundamental yaitu inflasi volatile food.
Peningkatan inflasi volatile food terkait dengan peningkatan ekspektasi inflasi
pedagang sebagai dampak tidak langsung (second round effect) peningkatan
harga BBM secara otomatis meningkatkan biaya distribusi. Kemudian
permasalahan klasik yang selalu menjadi faktor pendorong adalah kelancaran
pasokan dan pergerakan harga di daerah penyuplai. Tingkat ketergantungan
yang sangat tinggi terhadap impor lokal membuat pergerakan harga cenderung
fluktuatif.
Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang
Sedangkan secara tahunan, justru relatif menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tercatat inflasi tahunan Kota Kupang sebesar
10,45%;y-o-y, sedangkan pada triwulan II sebesar 10,63%. Menurunnya
pertumbuhan permintaan terutama terkait perayaan Hari Raya Idul Fitri
membuat sebagian distributor terpaksa sedikit menurunkan margin
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
III IV I II III
y-o-y 9,33% 8,44% 6,43% 10,63% 10,45%
m-t-m -0,01% 1,97% 0,34% 2,31% 0,31%
y-t-d 5,83% 8,44% 3,33% 8,28% 8,78%
20082007inflasi
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
20%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
y-t-dm-t-my-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
Triwulan III - 2008 |
keuntungannya. Pergerakkan harga minyak dunia secara tidak langsung ikut
memberikan tekanan terhadap tingkat inflasi Kota Kupang. Hal ini dikarenakan
akan mendorong biaya produksi dari sisi penawaran, khususnya kalangan
industri, mengingat pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BMM bagi
kalangan industri. Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri
logam. Hal ini tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara
khusus seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku) yang
berimbas pada pergerakan inflasi di kelompok perumahan.
Dari segi faktor fundamental, peningkatan ekspektasi inflasi
masyarakat secara umum ikut mendorong peningkatan inflasi inti.
Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan dan penawaran perlu
diwaspadai terutama berkaitan dengan indikasi peningkatan permintaan.
Permintaan diindikasikan akan cenderung meningkat meskipun cenderung
melambat terutama pasca kenaikan harga setelah kebijakan kenaikan harga
BBM, sedangkan respons dari sisi penawaran relatif terbatas, terutama
mengingat ketergantungan NTT terhadap impor antarpulau relatif tinggi.
Pada akhir triwulan III-2008 inflasi tahunan Kupang lebih rendah
dibandingkan inflasi tahunan nasional, tidak seperti pada periode-periode
sepanjang tahun 2007 dimana inflasi nasional selalu lebih rendah, sejak tahun
2008 inflasi tahunan nasional selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi Kupang.
Grafik 4.2 Inflasi Kupang vs Inflasi Nasional
0
4
8
12
16
20
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Ags
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Ags
Sep
kupangnasional
y-o-y;%
2006 2007 2008
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan III - 2008 |
2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)
Secara tahunan inflasi Kupang relatif mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 10,45%. Hal ini diperkirakan
karena terjadi penurunan daya beli masyarakat, khususnya untuk Kota Kupang.
Perkiraan para distributor utama di Kota Kupang, terutama menjelang perayaan
Hari Raya Idul Fitri akan terjadi lonjakan permintaan ternyata keliru. Bahkan,
pergerakkan harga sembako sampai dengan menjelang hari raya Idul Fitri belum
menunjukkan pergerakkan signifikan. Hasil pemantauan harga menunjukkan
pergerakkan harga sembako sejak bulan Agustus 2008 secara umum relatif
stabil. Harga beras di Kota Kupang masih berkisar antara Rp. 6.500,00/kg – Rp.
7.000,00/kg (tergantung jenisnya). Harga gula, tepung terigu, dan minyak
goreng masing-masing berada pada kisaran Rp. 7.000,00 , Rp. 8.000,00 dan Rp.
15.000,00. secara umum, menurut distributor peningkatan tahun 2008 relatif
kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara tahunan, kelompok perumahan mengalami laju inflasi
paling tinggi, dengan 15,98%, kemudian kelompok transportasi dan bahan
makanan masing-masing sebesar 12,29% dan 11,63%. Laju inflasi kelompok
perumahan dipengaruhi oleh kenaikan berbagai bahan bangunan, terutama
yang terbuat dari besi. Selain itu, harga semen di pasaran Kupang juga
mengalami peningkatan seiring dengan berhentinya produksi PT. Semen
Kupang. Kemudian tekanan juga berasal dari keputusan pemerintah menaikkan
harga LPG, otomatis akan memberikan dampak terhadap perubahan harga LPG
di Kota Kupang. Sebelumnya harga gas elpiji untuk ukuran rumah tangga (12,5
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
20%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92005 2006 2007 2008
m-t-my-o-y
Grafik 4.4 Perkembangan Inflasi y-o-y
Sumber : BPS diolah
Grafik 4.3 Inflasi Kelompok Barang Tw III-08 (y-o-y)
Bahan Makanan; 11,63
Perumahan, dll; 15,98
Kesehatan; 6,44
Transpor, dll; 12,29
Makanan jadi,dll; 9,09
Umum; 10,45
Sandang; 6,32
Pendidikan, dll; 1,81
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
Triwulan III - 2008 |
kg) berkisar antara Rp. 110.000,00 – Rp. 115.000,00, setelah kenaikan harga
tersebut naik menjadi Rp 165.000,00 per tabung. Untuk kelompok transportasi,
kenaikan BBM bulan Mei 2008 lalu tentunya membuat biaya transportasi
sepanjang tahun 2008 akan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2007.
sehingga kelompok transportasi akan terus mengalami laju inflasi yang relatif
tinggi.
2.3 Inflasi 2008 (y-t-d)
Tekanan inflasi Kota Kupang sepanjang tahun 2008 memiliki
kecenderungan meningkat. Sampai dengan akhir triwulan III-2008, inflasi
Kota Kupang sudah mencapai 8,78%. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2007 lalu, dimana pada akhir triwulan yang sama tekanan inflasi
berada pada level 5,83% (y-t-d). Administered inflation merupakan faktor
utama yang memicu inflasi di daerah. Terutama bagi NTT yang sangat
bergantung kepada impor. Biaya transportasi menjadi komponen pembentuk
harga yang cukup dominan.
Sepanjang tahun 2008, kelompok transportasi mengalami inflasi
paling tinggi dengan 15,08%, seiring dengan kenaikan harga BBM. Kemudian
kelompok perumahan juga menunjukan penigkatan yang signifikan dengan
14,63%. Meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan bangunan, yang
tidak diimbangi dengan peningkatan suplai menyebabkan kecenderungan harga
menjadi bergerak naik. Sementara untuk kelompok bahan makanan mengalami
inflasi sebesar 7,10%.
Grafik 4.6 Perkembangan Inflasi (y-t-d)
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Bahan Makanan; 7,1
Perumahan, dll; 14,63
Kesehatan; 6,29
Transpor, dll; 15,08
Pendidikan, dll; 1,71
Sandang; 2,9
Umum; 8,78
Makanan jadi,dll; 7,86
Grafik 4.5 Inflasi Kelompok Barang Tw III-08 (y-t-d)
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
m-t-my-t-d
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
Triwulan III - 2008 |
Pergerakkan harga bahan makanan cenderung relatif bervariasi.
Peningkatan harga sebagian besar terjadi pada awal tahun. Pasca kenaikan
BBM, harga kebutuhan pokok sempat befluktuatif, namun setelah itu harga
cenderung stabil, kecuali untuk telur ayam. Kalaupun terjadi peningkatan harga
pada komoditi tertentu, umumnya lebih disebabkan karena supply shock semata
bukan dikarenakan faktor fundamental. Lonjakan pergerakkan harga terjadi
untuk komoditi daging ayam. Harga ayam naik pada kisaran Rp. 5.000/kg
sehingga menjadi Rp. 35.000/kg. Sedangkan harga daging sapi yang umumnya
juga mengalami kenaikan terutama menjelang perayaan Idul Fitri, sebelumnya
relatif stabil di harga Rp. 45.000/kg menjadi Rp 60.000/kg. Sedangkan khusus
untuk beberapa komoditi bumbu-bumbuan justru mengalami penurunan harga.
Harga bawang merah turun ke level Rp. 13.000,00 setelah sebelumnya
mencapai Rp. 17.000,00 , harga cabe merah dan cabe rawit juga turun menjadi
Rp. 20.000,00 dan Rp. 25.000,00. Beberapa pergerakkan harga kebutuhan
pangan dapat terlihat pada grafik dibawah.
Grafik 4.7 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok Grafik 4.8 Perkembangan Harga Bumbuan
Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang
Grafik 4.9 Perkembangan Daging dan Ikan
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI 0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV
Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08
Sep-08 Okt-
Beras Tepung terigu TelurMinyak goreng gula pasir
Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08
Sep-08
Bawang merahCabe merahCabe rawit
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV
Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08
Sep-08
Daging ayamDaging sapiIkan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 45Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
3.1 Kondisi Umum
Di tengah kondisi gejolak sistem keuangan di Indonesia, kinerja
perbankan di Provinsi NTT sampai akhir triwulan III tahun 2008 masih
tetap menunjukkan perkembangan yang posistif. Kemampuan perbankan
dalam meningkatkan nilai asetnya masih tetap terpelihara meskipun
pertumbuhannya sejak akhir tahun 2007 lalu cenderung mengalami
perlambatan. Kondisi yang sama pun juga melanda kegiatan penghimpunan
dana masyarakat (DPK). Akselerasi pertumbuhan DPK cenderung mengalami
penurunan dalam beberapa triwulan terakhir, namun demikian akselerasi
pertumbuhan penyaluran kredit relatif stabil pada kisaran 30% sampai 31%.
Tekanan dari sisi harga mempengaruhi peningkatan kebutuhan
pembiayaan perbankan di Provinsi NTT. Tingkat konsumsi masyarakat NTT
cukup dominan dalam menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.
Kenaikan harga membuat biaya untuk memenuhi konsumsi masyarakat
mengalami peningkatan. Hal ini mengakibatkan tren pertumbuhan penyerapan
dana cenderung mengalami penurunan, karena masyarakat terpaksa harus
memangkas alokasi saving. Namun pada triwulan III-2008 sedikit terjadi lonjakan
pertumbuhan jumlah DPK (10,45%;yoy) dibanding sepanjang tahun 2008, yang
selalu dibawah 10%. Hal ini diperkirakan pengaruh peningkatan suku bunga
dana (cost of fund) yang terjadi sepanjang triwulan laporan.
Tab Indikator rbankan NTTel 3.1 Pe
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
i 2007ndikator
utama III IV I II III
Aset (miliar) 8407,14 8516,24 8318,80 8546,12 9533,02
o-y aset 23,53% 12,29% 10,85% 8,26% 13,39%
Kredit (miliar) 4008,75 4202,99 4293,58 4814,82 5238,52
o-y kredit 30,40% 31,63% 30,20% 30,58% 30,68%
DPK (miliar) 7141,00 7296,11 7162,46 7437,54 7887,35
o-y DPK 19,06% 10,09% 7,48% 7,28% 10,45%
LDR 56,14% 57,61% 59,95% 64,74% 66,42%
L 1,92% 1,54% 1,79% 1,62% 1,64%
2008
y-
y-
y-
NP
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 46
Triwulan III - 2008 |
Sejalan dengan kebutuhan konsumtif masyarakat, dari segi
pertumbuhan kredit, jenis konsumtiflah yang sangat mendominasi, jauh
diatas kredit modal kerja maupun investasi. Tekanan dari sisi harga juga
berimbas terhadap peningkatan biaya untuk keperluan usaha (cost production),
kemudian ditambah dengan ekspektasi sektor swasta terhadap prospek kondisi
usahanya masing-masing diindikasikan menjadi penyebab tumbuhnya kredit
untuk modal kerja dan investasi yang masing-masing mencapai 25,89%;y-o-y
dan 10,81%;y-o-y. Pergerakkan suku bunga kredit sampai dengan triwulan
laporan belum menghambat ekspansi kredit di wilayah NTT. hal ini diperkirakan
karena adanya berbagai inovasi produk pembiayaan atau skim pembiayaan yang
didukung dengan kemudahan-kemudahan ikut memacu indikator kinerja
perbankan.
Dengan kondisi perkembangan tersebut, maka rasio penyaluran
kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR) di NTT relatif
mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau
pun tahun lalu tingkat LDR pada triwulan III-2008 relatif lebih baik yang
mencapai 66,42%. Tren peningkatan suku bunga belum berdampak terhadap
performance kredit perbankan NTT. Sampai dengan triwulan III-08 rasio non
performing loan (NPLs) juga terjaga, yaitu pada level 1,64%. Peningkatan
performance kredit tersebut diperkirakan karena pengaruh penyaluran kredit
yang lebih berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential banking serta
berlanjutnya langkah-langkah terkait restrukturisasi kredit, baik melalui
penambahan jumlah plafon maupun perpanjangan jangka waktu pelunasan.
Grafik 3.2 Perkembangan Suku BungaGrafik 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan
0%
5%
10%
15%
20%1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
BI Rate
Bunga Kredit
Deposito 1 bln
0
1.500
3.000
4.500
6.000
7.500
9.000
10.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
mili
ar
asset dana kredit
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 47
Triwulan III - 2008 |
Secara umum bagi perbankan di NTT tekanan dari sisi risiko, khususnya terkait
risiko likuiditas, relatif belum menunjukkan gangguan yang berarti. Meskipun
sebagian besar dana yang disimpan sebagian besar bersifat jangka pendek.
3.2 Intermediasi Perbankan
Kegiatan penyerapan dana masyarakat oleh perbankan NTT
mengalami peningkatan 10,45% (y-o-y), dari Rp. 7,14 triliun menjadi Rp.
7,89 triliun. Secara struktural pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan
pada rekening tabungan dan deposito, masing-masing sebesar 24,62% dan
10,45%. Sedangkan tekanan terhadap pertumbuhan DPK berasal dari simpanan
giro yang mengalami penurunan sebesar 4,91%.
Grafik 3.3 Perkembangan DPK Grafik 3.4 Perkembangan Struktur DPK
Grafik 3.5 Perkembangan Komponen DPK Grafik 3.6 Komposisi DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 6 7 8 III 10 11 IV 1 2 I 4 5 II 7 8 III5
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 III 10 11 IV 1 2 I 4 5 II 7 8 III
nominaly-o-y
2006 2007 2008
y-o-y Tabungany-o-y Depositoy-o-y Giro
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008Rp
mili
ar
GiroDepositoTabungan
2006 2007 2008
TabunganDepositoGiro
| Kajian Ekonomi Regional NTT 48
Triwulan III - 2008 |
Meningkatnya pertumbuhan DPK diperkirakan pengaruh tren
peningkatan suku bunga, sementara di lain pihak, gejolak pasar keuangan
yang juga melanda nasional membuat produk-produk investasi yang ditawarkan
di pasar keuangan, seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked, sampai
obligasi pemerintah dalam hal ini ORI sedikit mengalami tekanan. Laju
pertumbuhan jenis tabungan mengalami akselerasi yang paling cepat
dibandingkan dengan jenis deposito ataupun giro. Hal ini dipengaruhi oleh
liqiudity excess sebagian besar masyarakat NTT relatif bersifat sementara saja.
Kemudian simpanan jenis tabungan diindikasikan relatif sudah dikenal, sifatnya
lebih liquid (mudah dicairkan) dan jumlah minimal saldo lebih kecil dibandingkan
dengan jenis deposito. Fleksibilitas dan kemudahan dalam melakukan berbagai
transaksi, khususnya melalui Automatic Teller Machine (ATM) mampu
memberikan keunggulan tersendiri dalam meningkatkan minat masyarakat.
Kemudian layanan perbankan yang semakin membaik melalui inovasi pelayanan
jasa perbankan, seperti : SMS banking, internet banking, dan produk jasa
lainnya (fee based income) memudahkan nasabah untuk melakukan tansaksi
secara lebih cepat dan aman dengan layanan yang sifatnya pribadi.
Komposisi dana pihak ketiga di perbankan NTT belum mengalami
perubahan. Tabungan masih memiliki porsi tertinggi sebesar 45,57%.
Kemudian diikuti dengan penempatan jenis giro dengan 32,39%, dan terakhir
deposito sebesar 22,05%. Sedangkan jika dilihat dari pemilik dana pihak ketiga
(DPK), golongan perorangan memiliki proporsi tertinggi yang mencapai 61,51%.
Grafik 3.7 DPK Menurut Golongan Pemilik
Pemerintah 32,94%
Swasta3,80%
Perorangan61,51%
Lainnya1,75%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 49
Triwulan III - 2008 |
Penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan III-2008
mengalami peningkatan. Posisi outstanding kredit yang telah disalurkan oleh
perbankan di NTT mencapai Rp. 5,24 triliun. Jumlah tersebut meningkat
30,68% dari tahun sebelumnya (y-o-y) atau 8,80% jika dibandingkan posisi
triwulan sebelumnya (q-t-q), meskipun terjadi tren peningkatan suku bunga (BI
rate) akibat gejolak ekonomi dunia ditambah tekanan inflasi nasional yang
menembus level 10%. Akselerasi penyaluran kredit perbankan di NTT
dipengaruhi juga oleh perkembangan kondisi perekonomian. Berdasarkan hasil
survei kegiatan dunia usaha (SKDU BI) dalam periode triwulan III-2008,
ekspektasi para pelaku usaha terhadap kondisi pada periode mendatang
cenderung positif. Hal ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) yang
bernilai positif 22,81.
Bank Mandiri mentargetkan kenaikan kredit tahun 2008 sebesar
30% (Rp. 23 miliar) dari tahun sebelumnya, melebihi target nasional 20%.
Hal tersebut didasarkan pada semakin membaiknya kondisi perekonomian di
NTT, khususnya Kota Kupang. Sama halnya dengan PT. Bank NTT yang
mentargetkan jumlah kredit pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,7 triliun meningkat
dibandingkan tahun 2007 yang realisasinya sebesar Rp. 1,8 triliun.
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Grafik 3.9 Kredit Menurut Penggunaan
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
10%
20%
30%
40%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
nominal
y-o-y
Konsumsi Modal Kerja Investasi
Rp
mili
ar
2006 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 50
Triwulan III - 2008 |
Searah dengan perkembangan kredit dari sisi penggunaan,
penyaluran kredit secara sektoral terkonsentrasi pada sektor lain-lain
yang mencapai 66,79%. Hal ini merupakan refleksi dari peran kredit konsumsi
yang sangat dominan. Bila dilihat sektor lain yang produktif, ada beberapa
sektor usaha yang cukup memberikan kontribusi, antara lain : kredit sektor
perdagangan dengan 23,32%, kredit sektor jasa sebesar 4,13%. Sebagai sektor
unggulan dalam perekonomian NTT, penyaluran kredit sektor pertanian pada
triwulan III-2008 justru sharenya hanya sebesar 1,78%. Sedangkan kredit
sektoral yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan (diatas 100%) adalah
kredit sektor konstruksi dan kredit sektor pertambangan, masing-masing
mencapai 100,10% dan 106,72%.
Fungsi intermediasi perbankan di NTT mengalami perbaikan jika
dibandingkan triwulan sebelumnya, maupun tahun lalu yang tercermin
dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami peningkatan. Dengan
perkembangan penyerapan dana pihak ketiga yang relatif lambat dibandingkan
pertumbuhan penyaluran kredit pada akhir triwulan III-2008, mendorong rasio
LDR perbankan NTT tumbuh menjadi sebesar 66,42%. Kondisi tersebut lebih
baik apabila dibandingkan posisi tahun lalu (56,14%) dan akhir triwulan II-2008
(64,74%). Sementara itu, besarnya rasio undisbursed loan terhadap total kredit
yang disalurkan relatif rendah 7,85% (dibawah 10%) atau senilai Rp. 411,14
miliar.
Grafik 3.10 Perkembangan Komposisi Kredit Menurut Kegunaan
Grafik 3.11 Struktur Penyaluran Kredit Tw II-08
0%
20%
40%
60%
80%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Investasi3,03%
Konsumsi; 68,33%
Modal kerja;
28,64%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2006 2007 2008
KonsumsiModal KerjaInvestasi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 51
Triwulan III - 2008 |
Risiko kredit perbankan pada triwulan III-2008 secara agregat
relatif terkendali. Hal ini tercermin dari indikator ratio Non Performing Loan
gross (NPLs) yang tetap berada di bawah batas aman rasio sebesar 5,00%.
Tercatat rasio NPLs perbankan di NTT secara umum sebesar 1,64% atau senilai
Rp. 85,99 miliar. Dari sisi penggunaan, meskipun outstanding kredit modal kerja
jauh lebih kecil dibandingkan kredit konsumsi rasio NPLs untuk kredit modal
kerja masih lebih tinggi (0,89%) dibandingkan kredit konsumsi (0,55%). Hal ini
diindikasikan terjadi karena sebagian kredit konsumsi yang disalurkan oleh
perbankan di NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran
melalui pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai.
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Grafik 3.13 Perkembangan Undisbursed Loan
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Grafik 3.15 Nominal NPL Sektoral
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008Rp
miil
ar
0%
3%
6%
9%
12%
15%
nominal prosentase
Kredit DPK LDR
0
20000
40000
60000
80000
100000
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
3,00%
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
900001 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Transp&Kom PHR Konstruksi LainnyaNominalRasio NPL
Rp
juta
2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 52
Triwulan III - 2008 |
Sehingga tingkat risiko (default) akan lebih kecil. Kondisi tersebut tercermin juga
pada kualitas kredit secara sektoral. Sektor lain-lain memiliki rasio yang lebih
rendah dengan 0,61%, dibandingkan sektor perdagangan 0,78% yang
notabene digunakan untuk keperluan modal kerja.
Grafik 3.16 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3.3 Kredit UMKM
Pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga tercermin dari
penyaluran kredit UMKM oleh perbankan NTT. Kredit yang termasuk
kategori UMKM pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan sebesar 30,59%
(y-o-y), dari Rp. 3,98 triliun menjadi Rp. 5,20 triliun. Kontribusi kredit UMKM
bagi total kredit secara keseluruhan cukup signifikan. Sampai dengan akhir
triwulan III-2008, tercatat 99,30% dari total kredit yang disalurkan perbankan
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.18 Komposisi Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008Rp
miil
ar 0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
nominal kosumsi nominal modal kerja
NPLs konsumsi NPLs modal kerja
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mikro50,67%
Kecil33,49%
Menengah15,84%
Kredit UMKM Total Kredit
Rp
Ju
ta
2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 53
Triwulan III - 2008 |
NTT termasuk kategori kredit UMKM. Peningkatan penyaluran kredit UMKM
oleh perbankan NTT merupakan salah satu bentuk concern perbankan terhadap
pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah.
Jika dilihat dari komposisinya, penyaluran kredit UMKM
didominasi oleh kredit mikro yang mencapai 50,67% atau sebesar
Rp. 2,64 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari total
kredit yang disalurkan oleh perbankan NTT juga termasuk kategori mikro, atau
dengan kata lain kapasitas nasabah kredit di NTT sebagian besar masih relatif
kecil. Sementara jika dilihat dari pertumbuhannya (y-o-y), kredit kategori kecil
mengalami pertumbuhan paling tinggi (60,96%). Akselerasi pertumbuhan kredit
kecil yang lebih tinggi dibandingkan kredit mikro dalam jangka panjang dapat
merubah struktur kredit UMKM perbankan NTT. Kondisi tersebut juga
mengindikasikan pergeseran kemampuan (capacitiy) debitur dan peningkatan
kapasitas ekonomi secara keseluruhan.
Grafik 3.19 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
Grafik 3.20 y-o-y Komponen Kredit UMKM
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
11
1
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3.4 Perkembangan BPR
Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan III-2008 menunjukan
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan aset BPR
(y-o-y) di wilayah Provinsi NTT pada akhir triwulan III-2008 mencapai 72,83%,
dari Rp. 32,53 miliar menjadi Rp. 56,22 miliar. Kemudian dari aspek fungsinya
sebagai lembaga intermediasi, berhasil menyerap dana masyarakat sebesar Rp
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
2006 2007 2008
Rp
ju
ta
Mikro Kecil Menengah
2006 2007 2.008
y-o-y UMKMy-o-y Mikroy-o-y Kecily-o-y Menengah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 54
Triwulan III - 2008 |
33,48 miliar atau tumbuh 108,54% (y-o-y) dan menyalurkan kredit sebesar Rp.
36,63 miliar, meningkat 8,30% (y-o-y).
Pertumbuhan penyaluran kredit yang relatif lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun, mempengaruhi
kinerja intermediasi BPR. Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR
sepanjang tahun 2008 masih berada diatas level 100%. Hal ini tercermin dari
rasio Loan to Deposit (LDR) sebesar 131,06%. Tingginya penyaluran kredit BPR
di NTT, salah satunya didorong oleh penerapan linkage programe antara bank
umum dan BPR.
Dari sisi penggunaan, komposisi kredit BPR relatif lebih produktif
dibandingkan dengan kondisi bank umum. Penyaluran kredit BPR di NTT
tidak didominasi oleh kredit untuk konsumtif (44,74%), namun kredit modal
kerja (53,89%). Sedangkan untuk kredit investasi masih relatif belum mengalami
perubahan signifikan (1,36%). Bila dilihat secara sektoral, secara struktur sektor
Tabel 3.2 Perkembangan Usaha BPR (juta)
III IV I II IIIAset 32.528 34.844 40.722 48.494 56.220
o-y aset 49,32% 41,16% 61,17% 66,77% 72,83%DPK 16.054 17.165 20.838 27.794 33.479
o-y DPK 84,06% 81,52% 100,36% 109,09% 108,54%redit 23.552 24.655 26.963 36.627 43.878o-y kredit 34,94% 35,33% 39,32% 70,11% 86,30%
DR 146,70% 143,64% 129,40% 131,78% 131,06%NPLs (nominal
y-
y-Ky-L
) 1.098 1.212 1.431 1.297 1.621PLs 4,66% 4,92% 5,31% 3,54% 3,69%
Indikator2007 2008
N
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.21 Pertumbuhan Kinerja BPR Grafik 3.22 Perkembangan LDR
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
y-o-y Asset y-o-y Kredit DPK y-o-y
2005 2006 2007 2008Rp
ju
ta
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
KreditDPKLDR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 55
Triwulan III - 2008 |
lain-lain masih memberikan kontribusi tertinggi (48,21%), sedangkan share
terkecil adalah kredit sektor industri (0,46%).
Bila melihat pada risiko kredit BPR di NTT, rasio NPLs pada
triwulan laporan relatif terkendali 3,69%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit relatif
baik. Namun perlu menjadi perhatian, rasio LDR BPR berada diatas 100%.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit BPR
tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal bank
sendiri. Hal ini pada dasarnya akan berpengaruh terhadap risiko likuiditas bagi
bank yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan likuiditas (cash ratio) perlu
menjadi concern tersendiri.
Grafik 3.23 Pertumbuhan Kredit Penggunaan BPR Grafik 3.24 Proporsi Kredit Sektoral
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Jasa-jasa24,17%
Lain-lain48,21%
PHR22,02%
Perindustrian0,46%
Pertanian5,14%Modal Kerja Investasi Konsumsi
Rp
ju
ta
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 56
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi NTT berpengaruh
terhadap aktivitas sistem pembayaran. Kinerja perekonomian yang sudah
relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sistem pembayaran di NTT yang tercatat oleh Bank
Indonesia Kupang, terutama untuk transaksi tunai. Ekspansi ekonomi secara
eksplisit terlihat dari kenaikan transaksi bayaran yang cukup signifikan sepanjang
triwulan III-2008, kenaikan negatif net inflow menunjukkan kebutuhan uang
kartal mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas ekonomi membuat
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan cash money ikut terdongkrak.
Meskipun di negara-negara maju cenderung sudah mulai tidak menggunakan
cash money.
Tabel 4.1 Perkembangan Pembayaran Non Tunai
Transaksi sistem pembayaran non tunai kondisinya relatif
bervariasi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa sistem pembayaran non-tunai
dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Dari kedua sarana
Tabel 4.2 Perkembangan Pembayaran Tunai
III 12.649 387.651 44 2.242 169 1.862.280
IV 12.584 419.348 115 4.717 160 35.714
I 11.974 418.765 63 2.089 24 1.744II 11.915 441.091 66 1.215 85 10.523III 12.758 373.837 71 1.727 57 21301
NON TUNAI
perputaran
TRANSAKSI KLIRING TRANSAKSI
RTGS
8
cek/BG kosong
7
(juta)
200
200
Sumber : KBI Kupang
Pembayaran Tunai II III IV I II III
setoran 317,73 272,39 231,72 527,55 175,25 247,34
bayaran 604,62 477,68 966,43 359,75 562,25 683,34
net -286,89 -205,28 -734,71 167,80 -387,00 -436,00
20082007(miliar)
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 57
Triwulan III - 2008 |
tersebut, nominal transaksinya relatif bervariasi. Peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan
menggunakan sarana RTGS, namun secara nominal transaksi dengan fasilitas
SKNBI masih tetap mendominasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena biaya
untuk transaksi dengan fasilitas RTGS jauh lebih mahal dibandingkan SKNBI,
karena proses transaksi SKNBI sedikit lebih lambat. Selain itu, transaksi RTGS,
pada dasarnya juga bisa dilakukan langsung melalui bank operasional, sehingga
jumlah transaksi di NTT secara keseluruhan dimungkinkan lebih dari yang
tercatat di Bank Indonesia Kupang.
4.2 Transaksi RTGS
Perkembangan transaksi non tunai dengan sarana RTGS pada
triwulan III-2008, secara triwulanan (q-t-q) meningkat cukup
signifikan. Pada triwulan III-2008 total nominal transaksi sebesar Rp 21,3
miliar. Jumlah tersebut jauh diatas transaksi pada periode sebelumnya
dengan nominal Rp 10,52 miliar, meskipun disatu sisi jumlah transaksinya
menurun.
Tabel 4.3 Perkembangan Transaksi RTGS
III IV I II IIIvolume 169 160 24 85 57nominal 1.862.280 35.714 1.744 10.523 21.301
2007PERIODE
TRANSAKSI RTGS (juta)2008
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
IV I II III
Sumber : KBI Kupang 2008
nom
inal
(jut
a)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
volu
me
Nominal
Volume
| Kajian Ekonomi Regional NTT 58
Triwulan III - 2008 |
Aktivitas transaksi RTGS di KBI Kupang relatif dipengaruhi oleh
realisasi anggaran pemerintah. Transaksi RTGS sebagian besar merupakan
pembayaran SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) oleh pemerintah kepada
rekanan atau pihak ketiga. Peningkatan volume transaksi RTGS pada triwulan
III-2008, diperkirakan terjadi karena sudah direalisasinya sebagian
pembayaran anggaran pemerintah pada tahun 2008. Namun demikian, bila
dilihat secara tahunan (y-o-y) transaksi RTGS yang dilakukan melalui Kantor
Bank Indonesia Kupang mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak
tahun 2008 lalu (diatas 99%). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh
karena ada kemungkinan proses transaksi pembayaran tidak dilakukan
melalui Kantor Bank Indonesia Kupang lagi, namun langsung dilakukan oleh
bank yang ditunjuk pemerintah.
Pada tahun 2008, pemberian dana dilakukan melalui proses
transfer ke rekening masing-masing daerah. Artinya, daerah tidak perlu
lagi melakukan proses pencairan DAU dan DAK ke Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), karena bisa dilakukan pada bank yang
ditunjuk. Kebijakan yang diambil pemerintah ini dimaksudkan untuk
mempermudah dan kelancaran pembayaran DAU dan DAK kepada setiap
daerah. (Sumber : Antara-nttonline.org)
4.3 Transaksi Kliring
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jumlah transasksi
kliring justru mengalami penurunan. Pada triwulan III-2008, jumlah
nominal transaksi melalui kliring mencapai Rp. 373,84 miliar, sedangkan
untuk posisi triwulan II-2008 sebesar Rp. 441,09 miliar. Namun, diperkirakan
transaksi dengan SKNBI pada tahun 2008 akan relatif lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007.
Tabel 4.4 Perkembangan Transaksi Kliring
III IV I II III
lembar 12.649 12.584 11.974 11.915 12.758
nominal 387.651 419.348 418.765 441.091 373.837
2008
TRANSAKSI KLIRING (juta)
2007PERIODE
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 59
Triwulan III - 2008 |
Secara umum preferensi masyarakat NTT untuk melakukan
transaksi non tunai, khususnya dengan sarana kliring meningkat.
Semakin luasnya coverage area yang terhubung, dengan adanya sistem
kliring nasional (SKNBI) mampu menjadi salah satu faktor yang mendorong
masyarakat untuk melakukan transasksi non tunai sejalan dengan
pengembangan less cash society/LCS. Selain itu dukungan melalui penerapan
daftar hitam nasional, penyelesaian transaksi kliring dapat dilakukan dengan
lebih terjamin, dari segi keamanannya (safety). Resiko kegagalan settlement
dapat dikurangi, namun tetap memperhatikan kecepatan dan keakuratan
pembayaran. Apabila sistem internal bank peserta sudah fully on line
masyarakat dapat melakukan penyelesaian transaksi transfer dana pada hari
yang sama.
Manfaat penerapan SKNBI sebenarnya bukan hanya untuk
masyarakat saja. Bagi perbankan, SKNBI akan meningkatkan efisiensi biaya,
melalui minimalisasi biaya pencetakan dan handling warkat. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap efisiensi SDM dan peralatan penunjang lainnya.
Pengintegrasian pada akhirnya juga akan meningkatkan efisiensi pengelolaan
likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksi kliring
secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara real
time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity of
money) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi untuk bergerak lebih
cepat.
Grafik 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang
0
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
I II III IV I II III IV I II III
10
20
30
40
50
2006 2007 2008nom
inal
(jut
a)
0
4.000
8.000
12.000
16.000
lem
bar
Nominal lembar
| Kajian Ekonomi Regional NTT 60
Triwulan III - 2008 |
Kualitas kliring di Kupang pada triwulan III-2008 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2008. Prosentase
jumlah warkat yang ditolak dengan total warkat transaksi mengalami
peningkatan. Pada triwulan sebelumnya 0,55% dari total jumlah warkat
merupakan cek/bilyet giro kosong, sedangkan pada triwulan III-2008 sedikit
meningkat menjadi 0,56%. Penerbitan daftar hitam nasional merupakan
bentuk upaya Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas kliring. Bank
Indonesia memberlakukan daftar hitam nasional bagi penarik cek dan/atau
bilyet giro kosong. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih relatif tingginya minat
masyarakat pengguna instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat
pembayaran. Namun disisi lain terdapat praktik penarikan cek dan/atau
bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap alat pembayaran dimaksud. Oleh karena itu, dalam rangka
melindungi dan menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek
dan/atau bilyet giro kosong, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia No 8/29/PBI2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek
dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.
Tabel 4.5 Perkembangan Cek/BG Kosong
Grafik 4.3 Perkembangan Cek/BG Kosong
III IV I II III
lembar 44 115 63 66 71
nominal 2.242 4.717 2.089 1.215 1.727
PERIODE2007
CEK/BG KOSONG (juta)
2008
Sumber : KBI Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
I II III IV I II III IV I II III
Sumber : KBI Kupang
2004 2005 2006
no
min
al (
juta
)
0
20
40
60
80
100
120
lem
bar
Nominal lembar
| Kajian Ekonomi Regional NTT 61
Triwulan III - 2008 |
4.4 Transaksi Tunai
Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan
perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical).
Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak
dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan
meningkatnya kinerja perekonomian, pada triwulan II dan III tahun 2008,
kebutuhan akan tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya.
Pada triwulan laporan jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia
Kupang meningkat menjadi Rp 683,34 miliar. Dimulainya realisasi anggaran
pemerintah membuat roda perekonomian mulai sedikit bergairah kembali.
Hal ini dikarenakan ketergantungan Provinsi NTT terhadap peran kebijakan
fiskal (fiscal policy) sebagai trigger relatif tinggi.
Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang diedarkan
(outflow) meningkat sampai dengan 21,54%, dari Rp 562,25 miliar
menjadi Rp 683,34 miliar. Kemudian untuk transaksi inflow (setoran) juga
mengalami peningkatan 41,14%, dari Rp 175,25 miliar menjadi Rp 247,34
miliar. Setelah awal tahun 2008 terjadi kontraksi likuiditas, memasuki
triwulan II dan III 2008 kinerja perekonomian mulai mengalami peningkatan.
Hal ini mengakibatkan dalam dua triwulan terakhir nilai net inflow selalu
bernilai negatif. Multiplier effect dari realisasi anggaran pemerintah
mengakibatkan kebutuhan terhadap uang jadi meningkat.
Tabel 4.6 Transaksi Operasional Kas KBI Kupang
Pembayaran Tunai (miliar) III IV I II III
setoran 272,39 231,72 527,55 175,25 247,34
bayaran 477,68 966,43 359,75 562,25 683,34
net -205,28 -734,71 167,80 -387,00 -436,00
20082007
Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Tunai
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-1000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
setoran (miliar)bayaran (miliar)net inflow
2005 2006 2007 2008
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 62
Triwulan III - 2008 |
Kebutuhan uang kartal pada tahun 2008 diperkirakan akan
meningkat. Faktor yang paling menonjol adalah tekanan terhadap harga
yang saat ini terjadi. Setelah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya
transportasi menjadi hal yang mutlak. Pertumbuhan penyerapan dana
masyarakat yang cenderung menurun, ditambah ekspansi kredit yang terus
berjalan menjadi faktor pendukung lainnya.
Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, sejak
triwulan II-2006 Bank Indonesia menerapkan ketentuan setoran
bayaran bagi perbankan di seluruh wilayah KBI dan Kantor Pusat,
yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak
layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini telah menyebabkan
jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di KBI Kupang relatif
berkurang. Dengan semakin menurunnya penggunaan uang kartal
menunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia terkait program less cash
society/LCS yang lebih efisien dan aman berjalan cukup baik. Bagi Bank
Indonesia sendiri, hal ini dapat meningkatkan efisiensi biaya pencetakan
uang dan biaya logistik pengedaran uang.
Dalam rangka mendukung kebijakan clean money policy, Kantor
Bank Indonesia Kupang secara periodik memusnahkan uang kartal yang
tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang yang ditarik dari peredaran.
Perkembangan kegiatan pemusnahan uang kartal (MRUK) relatif
menunjukkan tren yang menurun seiring dengan diberlakukannya ketentuan
setoran bayaran bagi perbankan. Jumlah uang tidak layak edar yang
Grafik 4.5 Perkembangan MRUK Grafik 4.6 Transaksi Inflow - Outflow
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008MR
UK
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
y-o
-y
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
MRUKy-o-y
2005 2006 2007 2008
setoran
bayaran
| Kajian Ekonomi Regional NTT 63
Triwulan III - 2008 |
dimusnahkan selama triwulan III-2008 sebesar Rp. 88,67 miliar. Jumlah
tersebut turun 41,83% dibandingkan setahun yang lalu (y-o-y).
Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang
mengalami penurunan. Jumlah nominal uang palsu yang tercatat
sepanjang triwulan III-2008 sebesar Rp. 100.000,00 yang terdiri dari pecahan
Rp 100.000,00. Pengetahunan masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang
rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu menghambat
beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini Bank
Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian
uang rupiah di berbagai tempat. Selain itu rasio jumlah uang palsu yang
ditemukan dibandingkan dengan uang yang diedarkan oleh KBI Kupang juga
relatif menurun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Grafik 4.8 Rasio Uang Palsu Terhadap Uang Yang Diedarkan
Grafik 4.7 Perkembangan Uang Palsu
320.
000
220.
000
500.
000
340.
000
150.
000
250.
000
520.
000
80.0
00
60.0
00
500.
000
100.
000
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008
-150%
-75%
0%
75%
150%
225%
300%jml upaly-o-y
0
0,0000002
0,0000004
0,0000006
0,0000008
0,000001
0,0000012
0,0000014
0,0000016
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Rasio upal terhadap uang yg diedarkan
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 64
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB VVV
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH
5.1 Kondisi Umum
Anggaran kebijakan fiskal memiliki kontribusi yang penting bagi
pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peran
anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share
konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB, dimana pada triwulan
III-2008 mencapai 20,93% atau setara dengan Rp. 614,87 miliar. Melalui alokasi
belanja modal serta belanja barang dan jasa, anggaran pemerintah disalurkan
kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian.
Rencana anggaran tahun 2008 mengalami peningkatan baik dari
sisi penerimaan maupun belanja. Penerimaan APBD NTT untuk tahun 2008
diperkirakan mencapai Rp. 930,01 miliar, meningkat apabila dibandingkan
tahun 2007 sebesar Rp. 849,74 miliar. Kenaikan pendapatan diperkirakan
bersumber dari pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah maupun dana
perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat. Demikian pula dari sisi
pembelanjaan/pengeluaran, pada tahun 2008 terjadi peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya dari Rp. 1,03 triliun menjadi Rp. 1,05 triliun. Sumber utama
peningkatan belanja pada tahun 2008 adalah peningkatan belanja pegawai dan
munculnya pos belanja hibah sebesar Rp. 105,85 miliar yang pada tahun 2007
lalu tidak dianggarkan.
27,82%
9,45%8,24%
37,62%
446,
28
483,
06
664,
80
849,
74
930,
01
1,60%7,48%
34,05%
53,94%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2005 2006 2007 2008
y-o-y pendapatan y-o-y belanja
467,14 502,07
673,03
1.052,621.036,09
-
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
iliar
Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT
Pendapatan Belanja
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 65
Triwulan III - 2008 |
Namun demikian secara umum pertumbuhan anggaran belanja maupun
pendapatan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun 2007. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan ekonomi NTT, mengingat peranan fiscal policy sebagai salah
satu penggerak roda perekonomian cukup dominan.
Dari hasil realisasi APBD provinsi NTT pada tahun 2007
diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp.34,67 miliar. Kondisi tersebut
belum pernah terjadi sejak tahun 2004 lalu. Bahkan disaat terjadi kenaikan
harga BBM pada tahun 2005 APBD NTT masih mengalami surplus sebesar
Rp.45,69 miliar. Apabila pada tahun 2008 realisasi APBD berjalan sesuai
rencana, maka defisit anggaran yang akan terjadi diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Adanya rencana anggaran hibah pada tahun 2008 sebesar Rp.
105,85 miliar menjadi penyebab pembengkakan anggaran belanja pemerintah.
5.2 Pendapatan Daerah
Rencana anggaran pendapatan tahun 2008 mengalami
peningkatan sebesar 9,45% dibandingkan rencana tahun 2007.
Sumber peningkatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai
Rp. 108,91 miliar. Peningkatan sumber penerimaan dari dana perimbangan
diakibatkan meningkatnya alokasi DAU dari pemerintah pusat sebesar
Rp. 63,01 miliar. Sementara itu pemerintah daerah memperkirakan pada
tahun 2008 terjadi peningkatan pajak daerah sebesar Rp. 9,21 miliar.
Realisasi pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan
II-2008 sebesar 48,54%. Dalam rencana anggaran tahun 2008 diperkirakan
78,10
45,69
66,81
-34,67
-122,61
-150
-100
-50
0
50
100
2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
iliar
Surplus/Defisit
Grafik 5.3 Surplus-Defisit APBD NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 66
Triwulan III - 2008 |
pendapatan daerah mencapai Rp. 930 miliar. Realisasi pendapatan sampai
dengan triwulan II-2008 sebagian besar berasal dari pos dana perimbangan.
Dari Rp. 451,45 miliar pendapatan sampai dengan triwulan II-2008,
yang bersumber dari pendapatan asli daerah sebesar Rp. 107,18 miliar,
sehingga sampai akhir triwulan II-2008 realisasi pendapatan asli daerah
sebesar 52,48% dari target anggaran 2008. Sedangkan dana perimbangan
menyumbang 76,26% dari total pendapatan. Pendapatan asli daerah
sebagian besar bersumber dari pajak daerah (62,37%), sedangkan
pendapatan yang sumbernya dari dana perimbangan, sebanyak 89,55%
disumbangkan oleh dana alokasi umum.
Gambaran kondisi diatas mencerminkan, bahwa
ketergantungan Provinsi NTT dalam memenuhi kebutuhan belanja
masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Kontribusi dana
perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos
pendapatan daerah yang cukup dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal
ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu
dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan.
Realisasi pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir
cenderung melambat. Jika dilihat dari historical data yang ada, sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2008, prosentase realisasi pendapatan daerah
pada triwulan II relatif menurun. Pada tahun 2006 pendapatan daerah sudah
terealisasi 54,76% sejak triwulan II, sedangkan pada tahun 2008 baru
sebesar 48,54%.
Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Grafik 5.5 Realisasi Pendapatan Triwulan II
446,
28
483,
06 664,
80 849,
74
930,
01
467,
64
503,
19 704,
10 875,
64
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
900,00
1.000,00
2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
105,00%
110,00%
real
isas
i
483,
062,
500,
000
664,
798,
239,
000
849,
742,
915,
366
930,
007,
200,
000
54.55% 54.76%
50.36%
48.54%
-
100,000,000,000
200,000,000,000
300,000,000,000
400,000,000,000
500,000,000,000
600,000,000,000
700,000,000,000
800,000,000,000
900,000,000,000
1,000,000,000,000
2005 2006 2007 2008
45%
46%
47%
48%
49%
50%
51%
52%
53%
54%
55%
56%Rencana Realisasi % Realisasi
103,0%
105,9%104,2%
104,8%
Pendapatan
Realisasi Tw II
| Kajian Ekonomi Regional NTT 67
Triwulan III - 2008 |
5.3 Belanja Daerah
Rencana belanja tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan
tahun 2008, dari Rp. 1,036 triliun menjadi Rp. 1,052 triliun. Peningkatan
tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Apabila dilihat
dari masing-masing pos anggaran nampak bahwa hampir semua
menunjukkan penurunan dibandingkan rencana anggaran tahun 2007, tidak
terkecuali pos belanja modal. Seperti kita ketahui bahwa anggaran belanja
modal merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah.
Peningkatan anggaran belanja tahun 2008 disebabkan kenaikan anggaran
belanja untuk belanja pegawai, bantuan sosial dan anggaran belanja hibah.
Realisasi belanja sampai dengan triwulan II-2008 sebesar
39,74% dari rencana belanja 2008. Dari Rp. 1,05 triliun terealisasi sebesar
Rp. 418,33 miliar. Sebagian besar pengeluaran pemerintah daerah
digunakan untuk belanja pegawai (pembayaran gaji) dan belanja hibah.
Rencana belanja langsung sebesar Rp. 543,97 miliar, sampai triwulan II-2008
terealisasi sebesar Rp. 131,09 miliar, sedangkan untuk belanja tidak langsung
dari Rp. 508,65 miliar, yang berhasil direalisasikan sebesar Rp. 287,25 miliar.
Sikap ekstra hati-hati dari aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan
proyek dan belum maksimalnya pemahaman sumber daya manusia terhadap
ketentuan yang berlaku menjadi salah satu hambatan. Fenomena tersebut
sangat berkaitan dengan masalah-masalah hukum yang bisa terjadi. Prosedur
yang ketat dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa menjadi
kendala dalam merealisasikan setiap program kerja yang telah direncanakan.
467,
14
502,
07
673,
03 1.03
6,09
1.05
2,62
389,
54
457,
50
637,
29 910,
30
83,4%
91,1%
94,7%
87,9%
0
200
400
600
800
1000
1200
2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
80%
82%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
rela
isas
i
Rencana Realisasi % Realisasi
Grafik 5.6 Realisasi Belanja Triwulan IIGrafik 5.5 Realisasi Belanja APBD NTT
502,
070,
706,
125
673,
034,
054,
475
1,03
6,09
3,93
6,56
0
1,05
2,62
0,45
8,00
4
30.48% 31.43%
26.10%
39.74%
-
200,000,000,000
400,000,000,000
600,000,000,000
800,000,000,000
1,000,000,000,000
1,200,000,000,000
2005 2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%Belanja
Realisasi Tw II
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 68
Triwulan III - 2008 |
Percepatan pengesahan anggaran oleh DPRD belum
berpengaruh signifikan terhadap tren realisasi, meskipun secara
keseluruhan Untuk anggaran tahun 2008, rencana anggaran yang diajukan
oleh pemerintah daerah telah disetujui lebih cepat dari tahun sebelumnya
oleh DPRD provinsi NTT pada tanggal 18 Desember 2007. Namun demikian,
realisasi tahun 2008 relatif lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Realisasi belanja sampai dengan semester I-2008, secara prosentase
merupakan yang tertinggi sejak tahun 2005, bahkan sebenarnya realisasi
secara fisik sudah melebihi 50%, hanya saja sebagian rekanan masih belum
menyelesaikan menyelesaikan administrasi. Sehingga secara pembukuan,
anggarannya belum terealisasi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 69
Triwulan III - 2008 |
Tabel 5.2 Rencana 2008 dan Realisasi Triwulan II-2008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
*
Rencana 2008 Tw I Tw II
PENDAPATAN 930,007,200,000 216,191,555,783 451,445,205,815Pendapatan Asli Daerah 204,244,060,000 46,543,367,803 107,178,517,0501 Pajak Daerah 121,962,258,400 31,767,842,291 66,848,963,1602 Retribusi Daerah 32,228,430,250 5,173,201,555 9,890,728,9053 14,500,000,000 510,000,000 12,707,325,599
4 Lain-lain 35,553,371,350 9,092,323,957 17,731,499,386Dana Perimbangan 711,763,140,000 169,648,187,980 344,266,688,7651 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 52,585,340,000 2,724,913,980 23,192,950,7652 Dana alokasi umum 616,601,800,000 154,150,474,000 308,300,938,0003 Dana alokasi khusus 42,576,000,000 12,772,800,000 12,772,800,000Lain-lain pendapatan 14,000,000,00012 14,000,000,0003 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain
BELANJA 1,052,620,458,004 148,732,546,448 418,333,534,195Belanja tidak Langsung 508,649,174,018 96,862,557,386 287,247,465,1341 Belanja Pegawai 233,052,759,873 45,611,307,386 118,577,364,9842 Belanja bunga3 Belanja subsidi4 Belanja hibah 105,855,000,000 27,500,000,000 104,713,497,0005 Belanja bantuan sosial 48,747,783,000 8,751,250,000 25,550,588,0006 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 53,399,093,645 12,053,015,1507 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ 56,594,537,500 15,000,000,000 26,353,000,000
kab/kota dan desa8 Belanja tidak terduga 11,000,000,000
Belanja langsung 543,971,283,986 51,869,989,062 131,086,069,0611 Belanja pegawai/personalia 66,101,845,708 9,907,983,392 29,552,592,9092 Belanja barang dan jasa 261,894,900,078 41,524,031,670 99,115,781,3523 Belanja modal 215,974,538,200 437,974,000 2,417,694,800
2008
Pendapatan dana darurat
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah
Pendapatan hibah
URAIAN
k
| Kajian Ekonomi Regional NTT 70
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB VVV III
TTTEEENNNAAAGGGAAA KKKEEERRRJJJAAA &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
6.1 Kondisi Umum
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 sebesar 5,31%
belum optimal dalam memberikan perbaikan, baik dari sisi tenaga kerja
maupun kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Hal ini tampak dari daya serap
sektor riil terhadap tenaga kerja yang masih belum menunjukkan perubahan
yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja setor rill dalam menyerap
tenaga kerja masih berjalan relatif lambat. Secara struktural, dominasi sektor
pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor
tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Dampak kenaikan harga BBM, relatif akan menambah tekanan
terhadap kesejahteraan mayarakat NTT. Efek lanjutan yang langsung
dirasakan adalah kenaikan biaya transportasi (direct effect), yang selanjutnya
diikuti dengan pergerakkan harga-harga barang lainnya (second round effect).
Upaya pemerintah untuk membantu meringankan beban masyarakat melalui
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), masih kurang optimal. Hal ini tercermin
dari tingkat realisasi BLT tahap I yang belum 100% tersalurkan, sementara BLT
tahap II sudah mulai disalurkan sejak bulan Oktober 2008. Pada akhir tahun
2008 mendatang diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang
termasuk kategori miskin, jika dibandingkan posisi Maret 2008. Selain itu,
tingkat kesejahteraan masyarakat NTT dari tahun ke tahun diindikasikan
cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari beberapa
indikator antara lain : Gini Ratio, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan standar
Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada bulan
Februari 2008 lalu, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar
| Kajian Ekonomi Regional NTT 71
Triwulan III - 2008 |
2.210,88 ribu jiwa terdapat 81,77 ribu yang menganggur. Jumlah tersebut
mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Namun
demikian, jika diamati lebih lanjut di satu sisi terjadi peningkatan pada kategori
setengah menganggur. Pada bulan Februari tahun 2007 terdapat 868,83 ribu
tenaga kerja setengah menganggur, sedangkan pada Februari 2008 menjadi
927,92 ribu. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya serap tenaga kerja
didominasi pada sektor-sektor informal. Sektor usaha informal pada dasarnya
cenderung rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Sehingga
secara umum, kondisi ketenagakerjaan di NTT masih belum mengalami
perubahan signifikan. Masih lemahnya kemampuan sektor riil dalam menyerap
tenaga kerja yang tersedia, dapat dilihat dari meningkatnya tenaga kerja yang
setengah menganggur dalam kondisi terpaksa. Kondisi ini mencerminkan bahwa
suplai tenaga kerja yang ada masih melebihi lapangan kerja yang tesedia.
Secara umum untuk provinsi NTT diperkirakan masih terdapat
ketidakpastian pekerjaan maupun kelayakan pendapatan, dikarenakan
tenaga kerja di NTT yang termasuk kategori setengah menganggur (yang
bekerja dibawah 35 jam perminggu) masih cukup besar, 43,58% dari total
angkatan kerja yang bekerja. Selain itu, jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja
di NTT masih sangat minim. Berdasarkan Data Disnakertrans jumlah perusahaan
NTT pada tahun 2007 adalah 4.593 dengan jumlah tenaga kerja 45.836.
Sementara itu jumlah anggota Jamsostek baru 865 perusahaan dengan jumlah
anggota karyawan 15.368.
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan (ribu)
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
Penduduk 15+ 2728,43 2753,97 2780,28 2810,31 3017,93Angkatan Kerja 2107,26 2047,93 2098,8 2087,37 2210,88 Kerja 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11 Penganggur 104,91 74,74 83,57 77,72 81,77Bukan Angkatan Kerja 621,17 706,04 681,48 722,94 807,05Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 77,23 74,36 75,49 74,28 73,26Tingkatan Pengangguran Terbuka % 4,98 3,65 3,98 3,72 3,7Setengah Pengangguran 1147,94 997,74 868,83 937,56 927,92 Terpaksa 523,54 391,93 296,78 333,32 474,66 Sukarela 624,4 605,81 572,05 604,24 453,26Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
KEGIATAN UTAMA2006 2007
| Kajian Ekonomi Regional NTT 72
Triwulan III - 2008 |
Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan
tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam
mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan
sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2.129,11 ribu yang
bekerja, 74,82% atau setara dengan 1.592,98 ribu yang berkecimpung pada
sektor pertanian. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam
menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Sehingga
secara umum struktur perekonomian NTT dapat direfleksikan dalam struktur
tenaga kerjanya.
Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya,
terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi
NTT. Jika membandingkan posisi Agustus 2007 dengan periode yang sama
pada tahun-tahun sebelumnya, terlihat bahwa relatif terjadi pergeseran struktur
tenaga kerja dari sektor primer ke sektor yang lain seperti : sektor perdagangan,
hotel dan restoran ataupun sektor jasa-jasa.
Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT (ribu)
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
ERTANIAN 1573,83 1470,1 1550,96 1377,29 1592,98NDUSTRI 122,55 164,43 110,58 165,43 73,1
KONSTRUKSI 32,56 42,7 50,96 49,96 47,74ERDAGANGAN 73,61 93,53 105,63 131 124,66
TRANSP,PERGUDANGAN KOMUNIKASI 53,31 16,46 71,76 80,46 97,41
KEUANGAN 4,34 5,72 6,41 7,22 7,41ASA KEMASYARAKATAN 118,85 130,67 103,23 178,66 158,84
LAINNYA *) 23,21 4,58 15,69 19,62 26,77Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11
Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air
mber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
2006 2007
PI
P
&
J
Su
77,5% 76,2%79,7%
88,3%81,2%
76,1%
6,0% 7,5% 6,6% 9,1% 9,1%4,0%
5,1% 5,1%
7,0%
5,0% 5,2%
7,2%7,0% 7,3% 7,0% 7,2%
9,9%8,2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2001 2002 2004 2005 2006 2007
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Grafik 6.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT
Pertanian Industri PHR Jasa
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 73
Triwulan III - 2008 |
Bila dilihat sejak tahun 2001, kontribusi sektor pertanian dalam
menyerap tenaga kerja paling optimum terjadi pada tahun 2005. Sejak
periode tersebut sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam share
pembentukan struktur tenaga kerja. Namun di sisi lain sektor jasa-jasa, sektor
perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan
sektor ekonomi sekunder dan tersier cenderung mengalami peningkatan.
Meskipun sampai saat ini sektor pertanian masih berperanan penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi NTT, namun perlu dicermati bahwa
terdapat tren pergeseran struktur ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja
perekonomian NTT secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan
datang penggerak perekonomian di NTT akan bergeser ke sektor lain.
Sebagian besar tenaga kerja di NTT (37,29%), merupakan pekerja
yang tidak dibayar. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa tingkat
kesejahteraan pekerja di NTT masih sangat rendah. Hal ini didukung dengan
sektor pengusaha swasta yang beroperasi relatif lebih banyak dibantu oleh
buruh tidak tetap (768,79 ribu), sehingga ketidakpastian pendapatan para
tenaga kerja masih cukup tinggi.
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
BeBe
rusaha Sendiri 93,31 154,22 184,18 290,96 226,67rusaha dibantu buruh tidak tetap 792,84 786,76 756,75 715,33 768,79
Berusaha dibantu buruh tetap 11,22 14,15 26,71 25,46 27,59uruh/Karyawan 167,45 202,96 185,15 255,87 233,46
Pekerja bebas dipertanian 13,02 1,15 21,47 23,98 55,26rja bebas di Non Pertanian 17,89 11,52 18,08 2,32 23,38
Pekerja Tak Dibayar 900,61 802,43 822,92 675,72 793,96Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
2006 2007STATUS PEKERJAAN UTAMA
B
Peke
Tabel 6.3 Status Pekerjaan Penduduk NTT (ribu)
Negara Tujuan Jml TKISingapura 237Hongkong 16Taiwan 58Brunai 3Saudi Arabia 19Malaysia 9494Sumber : Disnakertrans Nusa Tenggara Timur
Tabel 6.4 Tenaga Kerja Indonesia Asal NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 74
Triwulan III - 2008 |
Provinsi NTT juga merupakan salah satu sumber penyalur (tenaga
kerja Indonesia) TKI. Sepanjang tahun 2007 lalu, jumlah TKI asal NTT tercatat
sebanyak 9.827 orang. Sebagian besar TKI asal NTT bekerja di Malaysia dengan
9.494 orang. Sebagian besar TKI asal NTT masih bekerja pada sektor-sektor
informal. Pada tahun 2008 diperkirakan permintaan terhadap TKI akan
mengalami penigkatan, khususnya untuk negara Hongkong.
6.3 Perkembangan Kesejahteraan
Tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan
tetap akan dirasakan. Kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008,
semakin melemahkan daya beli masyarakat NTT. Pada awal tahun lalu,
Pemerintah Provinsi NTT berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat NTT, dengan menaikkan menaikkan standart Upah Minimum
Regional (UMP). Sesuai dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada
tahun 2008 UMP mengalami kenaikan 8,37% dibandingkan tahun 2007, yaitu
dari Rp. 600.000,00/bulan menjadi Rp. 650.000/bulan.
Namun demikian, Dewan Pengupahan NTT mengusulkan kenaikan
UMP dengan mengacu pada standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Adapun standart KHL yang ditetapkan diatas Rp 750.000 per bulan. Dalam
standart KHL terdapat 7 kelompok penentu UMP adalah makanan dan minuman
(pangan), sandang (pakaian), perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi,
rekreasi serta tabungan. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah
0
150000
300000
450000
600000
750000
900000
rup
iah
UMP 275000 350000 450000 550000 600000 650000
KHL 273979 349612 402989 670560 735000 782.466
2001 2003 2005 2006 2007 2008
Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Prov NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 75
Triwulan III - 2008 |
yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap dan hanya berlaku bagi
pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun.
Kenaikan UMP NTT tidak seimbang dengan peningkatan
kebutuhan hidup. Pada tahun 2001 UMP NTT relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan standar KHL, namun pada tahun 2006 mulai terjadi perubahan yang
signifikan. Sejak tahun 2006 UMP selalu lebih rendah dibandingkan dengan
standar KHL. Salah satu pemicu utamanya adalah kenaikan harga BBM pada
tahun 2005 yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang kebutuhan
hidup dan perusahaan tidak mampu mengimbanginya. Shock yang sama
kembali terjadi pada tahun 2008. Sehingga tekanan terhadap daya beli
masyarakat akan semakin tinggi. Dari hasil survei SPSI pada tahun 2007,
terdapat 805 perusahaan yang belum menerapkan UMP sesuai ketentuan.
Pemerintah pusat melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
berusaha untuk mengurangi beban masyarakat. Melalui Program BLT setiap
rumah tangga miskin akan mendapatkan bantuan uang tunai sejumlah
Rp. 100.000,00 per bulan, sampai dengan akhir tahun 2008. Proses
penyalurannya dibagi dalam dua tahap. Untuk Provinsi NTT proses penyaluran
BLT dilakukan oleh 5 kantor cabang PT. Pos Indonesia, masing-masing berlokasi
di Kota Kupang, Soe, Atambua, Ende dan Waingapu. Masing-masing kantor
pelaksana bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT. Pos Indonesia. Data
acuan yang digunakan oleh Dinas Sosial dalam menyalurkan BLT pada tahun
2008, adalah data RTSM tahun 2005 lalu dimana penerimanya berjumlah
619.429 RTMS. Proses validasi dan verifikasi data untuk masing-masing daerah
diindikasikan menjadi salah satu kendala dalam penyaluran BLT tahun 2008.
4,73% 4,88%4,57% 4,77%
3,42%
5,08%5,50%0,28 0,29
0,310,33
0,35 0,34 0,35
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
y-o
-y
0,0
0,1
0,1
0,2
0,2
0,3
0,3
0,4
0,4
GIN
I Rat
io
y-o-y GINI Ratio
Grafik 6.4 Perkembangan GINI Ratio
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT 76
Triwulan III - 2008 |
Kualitas pertumbuhan ekonomi NTT cenderung mengalami
penurunan. Ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio
yang cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi masih dinikmati oleh
sebagian kelompok masyarakat saja. Gini Ratio merupakan ukuran pemerataan
tingkat pendapatan. Dimana nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai Gini Ratio
yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah,
artinya distribusi pendapatan lebih merata, sedangkan apabila nilainya
mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan relatif tinggi.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 (y-o-y; 5,50%) meningkat
dibandingkan tahun 2006 (y-o-y; 5,08%), namun di sisi lain angka Gini Ratio
juga mengalami peningkatan dari 0,34 menjadi 0,35. Tren pertumbuhan
ekonomi yang meningkat diikuti oleh meningkatnya angka Gini Ratio,
disebabkan karena pertumbuhan ekonomi NTT selama ini didorong oleh
konsumsi. Di sisi sektoral, sektor ekonomi yang padat modal tumbuh lebih tinggi
dari sektor ekonomi yang padat karya sehingga kurang meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan, dapat
dilakukan dengan cara mendorong peningkatan peran investasi, terutama pada
sektor-sektor yang tradable dan padat karya.
Jumlah penduduk miskin di NTT cenderung mengalami
penurunan. Posisi Maret 2008, jumlah penduduk miskin di NTT 1,09 juta jiwa.
Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak tahun 2005 lalu. Sebagian besar
penduduk miskin (89,15%) berdomisili di daerah pedesaan. Penggolongan
kemiskinan didasarkan pada tingkat garis kemiskinan pada tahun yang
bersangkutan. Untuk Maret 2008 batas garis kemiskinan sebesar Rp. 139.731,
yang terdiri dari Rp. 112.769 untuk kebutuhan makanan dan Rp. 26.962 untuk
bukan makanan. Garis kemiskinan di pedesaan relatif lebih rendah
dibandingkan daerah perkotaan, hal ini dikarenakan biaya hidup di pedesaan
relatif lebih murah. Namun demikian diperkirakan akan terjadi kenaikan, melihat
dampak kenaikan BBM bulan Mei lalu (pengalaman 2005).
Tabel 6.5 Penduduk Miskin NTT
Kota Desa Kota+Desa2005 133,5 1.037,7 1.171,22006 148,0 1.125,9 1.273,92007 124,9 1.038,7 1.163,6
Mar-08 119,3 979,1 1.098,3
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000)
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT 77
Triwulan III - 2008 |
BBB AAA BBB VVVIIIIII
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
7.1 Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian NTT diperkirakan triwulan mendatang diperkirakan
tetap akan mengalami perkembangan positif. Pertumbuhan ekonomi untuk
triwulan IV-2008 diperkirakan berada pada kisaran 4,80% - 5,30%;y-o-y.
Sedangkan secara keseluruhan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun
2008, sebesar 5,30% - 5,70%. Sumber utama pertumbuhan masih akan
didominasi dari sisi konsumsi. Melambatnya pertumbuhan kinerja ekonomi,
dikarenakan dampak lanjutan (second round effect) terhadap kenaikan harga
BBM diperkirakan masih akan menjadi sumber utama tekanan terhadap kinerja
ekonomi NTT. Tekanan terhadap konsumsi khususnya rumah tangga
(households consumption) akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian
secara keseluruhan. Kinerja investasi pada periode mendatang diperkirakan
belum mengalami perubahan yang signifikan, karena tetap akan
menggantungkan kepada investasi pemerintah, sedangkan investasi swasta
(private sector) tumbuh relatif lambat.
Kenaikan harga bahan baku diperkirakan akan memberikan
tekanan terhadap sisi penawaran. Peningkatan harga bahan baku akan
Grafik 7.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT 3600
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
1600
2000
2400
2800
3200
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 78
Triwulan III - 2008 |
menekan biaya operasional. Struktur ekonomi secara sektoral pada periode
mendatang masih didominasi tiga sektor yang sama, yaitu : pertanian, jasa-jasa
dan perdagangan. Untuk sektor pertanian, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan memasuki masa kontraksi, terutama untuk subsektor tabama,
sedangkan subsektor pertanian yang bisa mendorong pertumbuhan
diperkirakan berasal dari perkebunan, perikanan, maupun peternakan.
Sedangkan untuk subsektor perdagangan, hotel dan restoran,
pertumbuhan sektor ini sangat bergantung pada tingkat daya beli
masyarakat. Berdasarkan informasi dari pihak distributor, saat ini daya beli
masyarakat relatif menurun. Hal ini ditandai dengan relatif rendahnya
permintaan terhadap barang-barang konsumsi (Sumber : Disperindag NTT). Oleh
karena itu, meskipun terjadi ekspansi pada sektor PHR, diperkirakan relatif tidak
akan jauh berbeda dibandingkan periode sebelumnya.
7.2 Inflasi
Perkembangan harga kedepan akan cenderung meningkat,
terutama menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, sementara
disisi lain tekanan dari sisi supply karena faktor gangguan cuaca diperkirakan
mulai akan melanda NTT. selain itu, pengaruh peningkatan biaya
operasional, pada periode mendatang diperkirakan akan tetap dirasakan.
Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual berasal dari daerah
lain, maka peningkatan biaya operasional khususnya biaya transportasi akan
mempengaruhi harga jual kepada konsumen.
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Kota Kupang
.24
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
.00
.04
.08
.12
.16
.20
2004 2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 79
Triwulan III - 2008 |
Diperkirakan tekanan inflasi Kota Kupang pada akhir tahun berada
pada kisaran 10,20% - 10,60%. Sumber tekanan inflasi diperkirakan masih
bersumber pada dua kelompok komoditi, yaitu bahan makanan dan biaya
perumahan. Ketergantungan Provinsi NTT terhadap pasokan barang yang
berasal dari Jawa, Bali maupun Sulawesi, membuat masalah distribusi
menjadi sangat penting. Peningkatan harga akhir-akhir ini tidak terlepas dari
keterbatasan pasokan pada daerah penghasil, akibat tidak seimbangnya
pertumbuhan sisi penawaran dalam merespon sisi permintaan. Kemudian
yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah ekspektasi masyarakat yang
masih tinggi terhadap harga barang-barang yang pada akhirnya akan
menambah tekanan terhadap tingkat inflasi di Kupang kedepan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 80