2. LANDASAN TEORI · tawaran harga yang murah sehingga memicu konsumen untuk ingin membeli produk...
Transcript of 2. LANDASAN TEORI · tawaran harga yang murah sehingga memicu konsumen untuk ingin membeli produk...
8
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Promotion
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran. Suatu perusahaan memiliki banyak aktivitas yang
dilakukan tidak hanya menghasilkan produk atau jasa, menetapkan harga,
dan menjual produk atau jasa, tetapi banyak aktivitas lainnya yang saling
berkaitan satu dengan lainnya. Salah satunya adalah promosi, kegiatan
promosi adalah salah satu bagian dari bauran pemasaran perusahaan, yang
isinya memberikan informasi kepada masyarakat atau konsumen tentang
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Tidak hanya itu, kegiatan
promosi merupakan kegiatan komunikasi antara perusahaan dengan
pelanggan atau konsumen. Promosi adalah penjualan terorganisasi yang
memberikan konsumen sebuah insentif agar membeli produk tertentu,
promosi yang dilakukan dengan memberikan insentif memiliki tujuan awal
yaitu menarik minat konsumen (Leba, 2015). Selain itu promosi dipandang
oleh konsumen sebagai aspek sosial dan fisik dari lingkungan yang dapat
mempengaruhi tanggapan afeksi konsumen (Leba, 2015).
2.1.1 Tujuan Promotion
Promosi bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembelian. Promosi juga bertujuan untuk memotivasi
masayarakat untuk membeli produk atau jasa sebuah perusahaan, serta
menjadi sarana untuk membangun hubungan dengan pelanggan (Nickels,
2008).
Menurut (Leba, 2015) tujuan promosi adalah:
Mempengaruhi perilaku untuk mengubah atau memelihara perilaku
tertentu konsumen yang berkaitan dengan produk atau merek.
Memberi informasi menciptakan pengetahuan, kepercayaan atau
makna baru tentang produk atau merek dalam benak konsumen.
Membujuk untuk mengubah perilaku, kepercayaan, dan keinginan
konsumen terhadap sebuah produk atau merek.
9
Universitas Kristen Petra
Mentransformasi tanggapan afeksi, memodifikasi perasaan, citra,
dan emosi yang diaktifkan ketika konsumen mempertimbangkan
produk atau merek.
Mengingatkan untuk meningkatkan potensi aktifitas dari nama
merek atau beberapa makna produk lainnya.
2.1.2 Sales Promotion
Promosi merupakan salah satu elemen dari retailing marketing mix
yang mempunyai peranan penting dalam pemasaran. Dalam bauran
promosi di dalam ritel yang sangat penting terhadap keputusan belanja
adalah Sales Promotion. Sales Promotion adalah bentuk persuasi
langsung melalui penggunaaan alat-alat insentif yang beragam untuk
mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara cepat dan
meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen (Tjiptono, 2008).
Dengan adanya Sales Promotion yang baik, perusahaan dapat menarik
konsumen untuk melakukan pembelian tidak terrencana tersebut.
Sales promotion adalah program promosi peritel dalam rangka
mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan
atau dalam rangka mempertahankan minat pelanggan untuk tetap
berbelanja padanya (Hendri Ma’ruf, 2005). Sales Promotion memiliki
dampak yang dapat mempengaruhi keadaan emosi konsumen sehingga
dapat menyebabkan terjadinya minat pembelian. Keadaan emosional
saat melihat produk yang sedang di promosi akan menyebabkan
keinginan dalam membeli produk tersebut.
2.1.3 Dimensi Sales Promotion
Promosi digunakan oleh para retailer untuk mendorong percobaan
atau penggunaan produk atau jasa (KELLER, 2002). promosi
diklasifikasikan oleh para peneliti dalam berbagai tipe: active vs. passive,
in-store vs out-of store, price vs non price (juga disebut monetary vs. non-
monetary) promotion (Suh, 2010).
Sales Promotion, terdiri dari dua dimensi yang berkaitan dengan
uang (monetary) dan tidak berkaitan dengan uang (non-monetary).
10
Universitas Kristen Petra
Monetary
Monetary merupakan promosi penjualan yang berkaitan dengan
uang. Promosi monetary berbentuk pemberian potongan harga secara
intensif pada konsumen saat melakukan pembelian. Monetary promotion
memberikan manfaat utilitarian terutama seperti monetary saving,
produk dengan kualitas lebih baik untuk harga yang sama, atau reduction
in search costs. Jenis-jenis promosi penjualan ini seperti diskon, cash
back, dan paket harga. Dengan tujuan untuk menarik pemakai baru,
mendorong pengalihan merek dan sebagai saran pemberian potongan
harga (Kwok & Uncles, 2002).
Non-Monetary
Non-monetary merupakan promosi penjualan yang tidak berkaitan
dengan uang, merupakan promosi penjualan yang tidak memberikan
intensif secara langsung dan lebih berdasar pada hubungan dengan
konsumen. Non-monetary promotion memberikan manfaat terutama
hedonis, seperti hiburan, eksplorasi, atau expression of personal values.
Contoh dari promosi penjualan ini adalah seperti kontes dan undian
(contest & sweeptakes), pemberian hadiah (premium) dan pemberian
sampel produk (sample). Dengan tujuan agar konsumen tertarik membeli
produk lebih banyak lagi, memberikan informasi kepada konsumen
mengenai suatu produk, dan mempengaruhi calon konsumen untuk
mencoba suatu produk (Kwok & Uncles, 2002).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
promosi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya
keinginan konsumen terhadap suatu pembelian produk dikarenakan
tawaran harga yang murah sehingga memicu konsumen untuk ingin
membeli produk yang sedang promo tersebut karena dirasa
menguntungkan.
2.2 Konsep Store Atmosphere
Pengertian store atmosphere merupakan salah satu unsur dari retailing
mix yang juga harus diperhatikan oleh suatu bisnis ritel. Dengan adanya
11
Universitas Kristen Petra
store atmosphere yang baik, perusahaan dapat menarik konsumen untuk
berkunjung dan melakukan pembelian. “Atmosphere refers to the store’s
physical characteristics that project an image and draw customer”
(Nofiawaty, 2014).
Atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang sesuai
dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli
(Denny Kurniawan, 2013). Store atmosphere memiliki dampak yang
berpengaruh terhadap keadaan emosi pembeli sehingga dapat menyebabkan
atau mempengaruhi terjadinya pembelian. Keadaan emosional akan
membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan
membangkitkan keinginan dalam melakukan pembelian.
“Store Atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi
visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang
respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi
pelanggan dalam membeli barang” (Nofiawaty, 2014).
2.2.1 Dimensi Store Atmosphere
Store Atmosphere memiliki dimensi - dimensi yang semuanya
berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Dimensi -
dimensi store atmosphere terdiri dari exterior, general interior, store layout,
dan interior displays.
Element-element dari store atmosphere dibagi ke dalam 4 dimensi
(Nofiawaty, 2014), yaitu :
1. Exterior (bagian depan toko)
Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya
memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan
dan kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat
menciptakan kepercayaan dan goodwill. Di samping itu hendaklah
menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya.
Karena bagian depan dan eksterior berfungsi sebagai identifikasi atau
tanda pengenalan maka sebaiknya dipasang lambang-lambang.
12
Universitas Kristen Petra
2. General interior
Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh
kesan yang menyenangkan. Kesan ini dapat diciptakan misalnya dengan
warna dinding toko yang menarik, musik yang diperdengarkan, serta
aroma/bau dan udara di dalam toko.
3. Store layout (tata letak)
Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan
pengaturan dari Jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar dan
memudahkan orang untuk berlalu-lalang, serta fasilitas toko seperti
kelengkapan ruang ganti yang baik dan nyaman.
4. Interior display
Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi
kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah:
poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari
khusus seperti lebaran dan tahun baru.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa store
atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat penting bagi setiap
bisnis ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman
untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di
dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk
melakukan pembelian.
2.3 Konsep Positive Emotion
Pada dasarnya emosi yang terdapat di dalam diri manusia terdiri dari dua
bagian yaitu Positive Emotion dan Negative Emotion. Munculnya
kemungkinan dua bagian emosi tersebut di dalam diri konsumen tergantung
stimulus yang diberikan oleh toko sehingga dapat mempengaruhi keadaan
emosi dari konsumen. Berikut adalah definisi dan penjelasan mengenai emosi
positif dan emosi negatif (Andriyanto, 2016):
a. Positive Emotion
Positive Emotions adalah emosi yang mampu menghadirkan
perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Positive
13
Universitas Kristen Petra
Emotions dapat didatangkan dari sebelum terjadinya mood seseorang,
kecondongan sifat afektif seseorang dan reaksi pada lingkungan yang
mendukung seperti ketertarikan pada item barang, pelayanan yang
diberikan ke konsumen, ataupun adanya promosi penjualan.
b. Negative Emotion
Negative Emotion merupakan emosi yang selalu identik dengan
perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif
pada orang yang mengalaminya. Kecenderungan orang yang memiliki
Negative Emotion lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai
negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka,
takut, curiga dan lain sebagainya.
Respon afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan
oleh 3 variabel (Darma & Japarianto, 2014) yaitu:
1. Pleasure
Mengacu pada tingkat di mana individu merasakan baik, penuh
kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Pleasure
diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (bahagia sebagai
lawan sedih, menyenangkan sebagai lawan tidak menyenangkan, puas
sebagai lawan tidak puas, penuh harapan sebagai lawan berputus asa, dan
santai sebagai lawan bosan). Konseptualisasi terhadap pleasure dikenal
dengan pengertian lebih suka, kegemaran, perbuatan positif.
2. Arousal
Mengacu pada tingkat di mana seseorang merasakan siaga, digairahkan,
atau situasi aktif. Arousal secara lisan dianggap sebagai laporan
responden, seperti pada saat dirangsang, ditentang atau diperlonggar.
Beberapa ukuran non verbal telah diidentifikasi dapat dihubungkan dan
sesungguhnya membatasi sebuah ukuran dari arousal dalam situasi sosial.
3. Dominance
Variabel ini ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan
sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan
dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, penting sebagai lawan
14
Universitas Kristen Petra
dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap tunduk dan otonomi sebagai
lawan dipandu.
Konsumen dengan Positive Emotions menunjukkan dorongan yang lebih
besar dalam melakukan pembelian karena memiliki perasaan yamg tidak
dibatasi oleh keadaan lingkungan sekitarnya, memiliki keinginan untuk
menghargai diri mereka sendiri, dan tingkat energi yang lebih tinggi
(Andriyanto, 2016). Tingginya dorongan tersebut kemungkinan besar dapat
terjadi pembelian secara impulsif.
2.4 Impulse Buying
Impulse Buying merupakan perilaku konsumen terhadap pembelian yang
tidak direncanakan sebelumnya sehingga terjadi secara alami.
Pengertian impulse buying adalah “an impulse purchase has been defined
as a buying action undertaken without a problem having been previously
recognizing or a buying intention formed prior to entering the store”.
Pembelian tak terencana adalah kegiatan pembelian mendadak tanpa ada
perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki suatu toko (Denny
Kurniawan, 2013).
Seorang ahli, mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila
tidak terhadap tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu
pada saat masuk ke dalam toko (Japarianto, 2009). Impulse Buying
didefinisikan sebagai “tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui
secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang
terbentuk sebelum memasuki toko” (Denny Kurniawan, 2013).
Menurut penelitian, pembelian berdasar impulse mungkin memiliki satu
atau lebih karakteristik ini (Japarianto, 2009):
Spontanitas
Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk
membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual
yang langsung di tempat penjualan.
Kekuatan, kompulsi, dan intensitas
Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan
bertindak dengan seketika.
15
Universitas Kristen Petra
Kegairahan dan stimulasi
Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang
dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan,” atau “ liar.”
Ketidakpedulian akan akibat
Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga
akibat yang mungkin negatif diabaikan.
2.4.1 Dimensi Impulse Buying
Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, pembelian yang tidak
terencana (impulse buying) dapat diklasifasikan dalam empat tipe: planned
impulse buying, reminded impulse buying, suggestion impulse buying, dan
pure impulse buying (Japarianto, 2009).
Pure Impulse Buying
Merupakan pembelian secara impulse yang dilakukan karena adanya
luapan emosi dari konsumen sehinga melakukan pembelian terhadap
produk di luar kebiasaan pembeliannya.
Reminder Impulse Buying
Merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat
untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen
telah pernah melaku-kan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat
produk tersebut dalam iklan.
Suggestion Impulse Buying
Merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk,
melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya, dan memutuskan untuk
melakukan pembelian.
Planned Impulse Buying
Merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk
berdasarkan harga spesial dan produk-produk tertentu. Dengan demikian
planned impulse buying merupakan pembelian yang dilakukan tanpa
direncanakan dan tidak tengah memerlukannya dengan segera.
Berdasarkan beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa Impulse Buying
merupakan perilaku konsumen yang tidak merencanakan sesuatu dalam
16
Universitas Kristen Petra
berbelanja. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berpikir untuk
membeli produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian
karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga. Sehingga impulse
buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat
dan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
2.5 Hubungan Antar Konsep
2.5.1 Hubungan antara Sales Promotion dan Positive Emotion
Pada umumnya konsumen sangat memperhatikan setiap
promosi yang ada disuatu tempat perbelanjaan. Suatu toko harus
memperhatikan sales promotion yang dilakukan dengan baik mulai
dari diskon, cash back, dan paket harga karena sales promotion yang
baik akan menciptakan persepsi yang menguntungkan bagi
konsumen ketika membeli produk tersebut dan memancing
ketertarikan konsumen untuk membeli produk di PlanetSports yang
pada akhirnya mempengaruhi perilaku pembelian sehingga sales
promotion dapat meningkatkan positive emotion dari konsumen.
Selain itu hubungan antar Sales Promotion dan Positive emotion
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Leba, 2015) yang
menyatakan bahwa kegiatan promosi yang dilakukan akan membuat
konsumen merasa senang, puas dan enjoy dalam berbelanja.
Perasaan senang, puas dan enjoy yang dirasakan konsumen tersebut
berhubungan dengan positive emotion. Hal tersebut menyatakan
bahwa efek dari promosi memiliki pengaruh positif terhadap respon
Positive Emotion konsumen sehingga dapat mendorong terjadinya
pembelanjaan oleh konsumen.
H-1: Sales Promotion berpengaruh terhadap Positive Emotion
2.5.2 Hubungan antara Store Atmosphere dan Positive Emotion
Pada dasarnya tingkah laku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Penciptaan store atmosphere yang baik akan
dirasa nyaman oleh konsumen sehingga dapat berpengaruh secara
langsung pada emosional konsumen saat berada di dalam toko.
Pengaturan suatu lingkungan melalui store atmosphere dapat
17
Universitas Kristen Petra
merangsang persepsi dan emosi konsumen yang pada akhirnya
berpengaruh pada perilaku pembelian. Hal tersebut menyatakan
bahwa stimulus lingkungan toko memiliki pengaruh positif terhadap
respon Positive Emotion konsumen. Atmosphere diluar dan didalam
toko yang baik dapat menghasilkan kenyamanan, dan hasrat untuk
berbelanja yang tinggi pada konsumen. Hal ini sesuai dengan
kesimpulan dari peneliti yang menyebutkan bahwa Store
Atmosphere memiliki pengaruh terhadap Positive Emotion sehingga
dapat mendorong terjadinya pembelanjaan oleh konsumen di toko
tersebut (Madjid, 2014).
H-2: Store Atmosphere berpengaruh terhadap Positive Emotion
2.5.3 Hubungan antara Positive Emotion dan Impulse Buying
Positive Emotion seringkali bertindak sebagai rangsangan untuk
membeli, oleh karena itu, konsumen yang merasakan positive
emotion akan melakukan impulse buying sehingga mereka pasti
mengeluarkan biaya atau uang berlebih ketika berbelanja.
Seorang konsumen yang sedang mengalami atau memiliki
positive emotion cenderung akan melakukan impulse buying.
Namun, apabila seorang konsumen sedang memiliki emosi yang
negatif lebih tidak dapat melakukan Impulse Buying,
Positive Emotion dapat ditimbulkan melalui sifat afektif
seseorang dan reaksi pada lingkungan yang mendukung seperti
ketertarikan pada suatu produk, kemudian mood seseorang yang
sudah ada sebelumnya, sifat afektif, dan respon terhadap lingkungan
juga dapat menumbuhkan Positive Emotion. Penciptaan Positive
Emotion pada konsumen mengenai suatu promosi atau bahkan
lingkungan toko dapat meningkatkan motif konsumen dalam
melakukan Impulse Buying. Dalam sebuah penelitian menyatakan
bahwa konsumen yang mengalami Positive Emotion yang tinggi
akan membeli produk yang sedang promo secara impulsif ketika
mereka berbelanja di sebuah toko dan konsumen yang merasa
18
Universitas Kristen Petra
gembira dan puas akan membeli produk terbaru dengan kualitas
terjamin (I Made Willy Setiadi & I Gede Ketut Warmika, 2015).
H-3: Positive Emotion berpengaruh terhadap Impulse Buying
2.5.4 Hubungan antara Sales Promotion dan Impulse Buying
Setiap konsumen yang berbelanja ke mall pada umumnya selalu
mempersiapkan hal-hal yang ingin dibeli. Tetapi terdapat salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pembelanjaan konsumen
meskipun sudah direncanakan yaitu promosi yang merupakan
kombinasi dari diskon, cash back, potongan harga, undian, sampel
yang dapat mempengaruhi keadaan emosional konsumen saat
sendang melakukan pemebelanjaan. Karena saat konsumen sedang
jalan-jalan di mall kemudian menemukan produk yang sedang di
diskon maka mereka akan tertarik untuk membeli karena membeli
produk yang sedang di diskon dirasa sangat menguntungkan bagi
konsumen meskipun produk itu tidak sedang dibutuhkan. Hal ini
menunjukkan semakin baik kegiatan promosi yang dilakukan maka
akan meningkatkan pembelian impulsif pada konsumen.
Berdasarkan hasli penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
semakin baik kegiatan promosi yang dilakukan akan meningkatkan
Impulse Buying (Leba, 2015).
H-4: Promotion berpengaruh terhadap Impulse Buying
2.5.5 Hubungan antara Store Atmosphere dan Impulse Buying
Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi Impulse
Buying, salah satu faktornya adalah Store Atmosphere. Pengaruh
store atmosphere merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko
seperti arsitektur, tata letak, pemajangan warna, pencahayaan,
sirkulasi udara, musik serta aroma yang secara menyeluruh akan
menciptakan citra dalam benak konsumen, semakin lama waktu
yang dihabiskan konsumen di dalam sebuah toko maka dapat
menimbulkan kemungkinan yang semakin tinggi akan terjadinya
Impulse Buying, karena suasana dari toko tersebut yang memicu
konsumen untuk melakukan pembelanjaan seperti efek dari cahaya
19
Universitas Kristen Petra
toko yang sangat terang terhadap produk fashion yang di pajang
menyebabkan konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menemukan bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku Impulse Buying dimana semakin baik
Store Atmosphere yang diciptakan dalam toko maka dapat
mendorong terjadinya Impulse Buying konsumen pada toko tersebut
(I Km. Wisnu Bayu Temaja, Gede Bayu Rahanatha, 2015).
H-5: Store Atmosphere berpengaruh terhadap Impulse Buying
2.6 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Olahan penulis
Sales
Promotion H-4
Store Atmosphere
Impulse
Buying Positive
Emotion
H-1
H-2
H-5
H-3
20
Universitas Kristen Petra
2.7 Kerangka Berpikir
Latar Belakang
1. Saat ini bisnis retail Indonesia sedang mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Fenomena bisnis ritel biasanya sering kali dilihat
sebagai gambaran perekonomian suatu negara.
2. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan konsumen
yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku konsumen,
yang sebelumnya tidak paham menjadi paham.
3. Cara mendesain lingkungan yang menarik dan memberikan kesan
bagi konsumen dengan cara melakukan komunikasi visual,
pencahayaan, warna, music dan aroma (bau-bauan).
4. Positive Emotions timbul pada tempat yang memiliki suasana yang
nyaman dan sedap untuk di pandang, contohnya konsumen yang
berjalan-jalan di mall melihat toko yang unik misalnya dari segi
produk dan desain.
5. Impulse Buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli
secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Seperti konsumen
Indonesia yang tidak terbiasa merencanakan sesuatu saat sedang
jalan di mall.
Rumusan Masalah
Sales Promotion berpengaruh terhadap Positive Emotion
Store Atmosphere berpengaruh terhadap Positive Emotion
Positive Emotion berpengaruh terhadap Positive Emotion
Sales Promotion berpengaruh terhadap Impulse Buying
Store Atmosphere berpengaruh terhadap Impulse Buying
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Sumber: Olahan penulis
Sales
Promotion H-4
H-3
Impulse
Buying
Positive
Emotion
H-1
Store Atmosphere
H-2
H-5