2. LANDASAN TEORI 2.1 Pemanasan Global
Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pemanasan Global
3 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pemanasan Global
Jumlah gas carbon footprint rumah kaca diproduksi semakin banyak
jumlah gas carbon footprint rumah kaca yang menuju ke atmosfer. Hal ini
menyebabkan pemanasan global. Apabila pemanasan global semakin meningkat
maka panas matahari yang terperangkap di atmosfer menjadi lebih banyak.
Dengan terperangkapnya panas matahari di bumi, maka suhu permukaan bumi
akan meningkat. Gejala ini juga akan diikuti dengan naiknya suhu air laut,
perubahan pola iklim seperti meningkatnya curah hujan atau pergeserah iklim.
Naiknya permukaan air laut disebabkan oleh mencairnya es di kutub maupun di
gunung yang awalnya bersalju kemudian saljunya mencair.
2.2 Gas Rumah Kaca (GRK)
Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer. Kumpulan gas
ini merupakan hasil dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Gas ini
berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga suhu di
permukaan bumi meningkat. Akibat dari aktivitas manusia, suhu pada permukaan
bumi meningkat secara global.
Berdasarkan GHG (Greenhouse Gas) Protocol, Perusahaan Standard
klasifikasi carbon footprint membagi gas rumah kaca kedalam 3 lingkup, yaitu :
1. Lingkup 1
Lingkup 1 merupakan carbon footprint langsung dari sumber yang
dimiliki atau dikendalikan. Carbon footprint yang muncul berasal dari segala
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Contoh: Mesin, Air
Conditioner, etc
2. Lingkup 2
4 Universitas Kristen Petra
Lingkup 2 merupakan carbon footprint-carbon footprint tidak langsung.
Carbon footprint yang muncul berasal dari sumber daya yang bukan dari
perusahaan namun digunakan oleh perusahaan. Contoh: Listrik
3. Lingkup 3
Lingkup 3 merupakan seluruh carbon footprint tidak langsung (tidak
termasuk lingkup 2). Carbon footprint yang muncul bukan berasal dari sumber
daya yang dimiliki perusahaan. Contoh: penggunaan jasa angkut
Gambaran lebih jelas mengenai lingkup di atas, dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 3 Macam Lingkup atau Scope
Sumber: Environtmen Protection Agency (EPA)
Dalam Konvensi PBB mengenai perubahan iklim (United Nations
Framework Convention on Climate Change – UNFCCC), jenis gas rumah kaca
digolongkan menjadi enam, antara lain:
1. Karbon dioksida ( )
5 Universitas Kristen Petra
2. Dinitroksida ( )
3. Metana ( )
4. Sulfurheksafluorida ( )
5. Perfluorokarbon ( )
6. Hidrofluorokarbon ( )
Gas rumah kaca yang paling banyak dihasilkan dari kegiatan manusia
adalah yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil(minyak, gas dan
batubara) seperti pada penggunaan kendaraan bermotor maupun penggunaan alat-
alat elektronik. Dari keenam gas rumah kaca, gas yang paling kuat efeknya adalah
sulfur heksafluorida ( ) yang mempunyai GWP (Global Warming Potetial)
sebesar 23.900 GWP dari . Angka-angka dari GWP akan terlihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Nilai GWP (Global Warming Potential)
Spesies Chemical formula GWP
Karbon dioksida 1
Metana 25
Diniktrosida 298
Hidrofluorokarbon 124 – 14800
Sulfurheksafluorida 22800
Perfluorokarbon 7390 – 12200
Sumber: IPCC, 2007
2.3 Carbon footprint
Carbon footprint pada saat ini belum memiliki definisi yang jelas,
namun berakar pada bahasa Ecological Footprinting (Wackernagel, 1996).
Carbon footprint berdasar pada yang tercantum dalam ‘Guide to PAS 2050’
adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengGambarkan jumlah emisi gas
rumah kaca (green house gas) yang disebabkan oleh kegiatan atau entitas tertentu
(Premysis Consulting, 2012). Carbon footprint adalah total emisi gas rumah kaca
(GRK) disetarakan karbon dari produk di seluruh siklus hidupnya dari produksi
6 Universitas Kristen Petra
bahan baku yang digunakan dalam pembuatan dan pelepasan produk jadi
(Termwiki, 2014). Carbon footprint adalah ukuran dampak lingkungan dari
individu tertentu atau gaya hidup atau operasi organisasi, diukur dalam satuan
karbon dioksida. Carbon footprint terdiri dari dua bagian, carbon footprint primer
dan carbon footprint sekunder. Carbon footprint primer adalah jumlah dari emisi
karbon dioksida langsung pembakaran bahan bakar fosil, seperti konsumsi
domestik energi dengan tungku dan pemanas air, dan transportasi, seperti mobil
dan perjalanan pesawat. Carbon footprint sekunder adalah jumlah emisi tidak
langsung yang terkait dengan pembuatan dan pemecahan dari semua produk,
layanan dan makanan individu atau bisnis mengkonsumsi (Rouse, 2010).
Definisi Carbon footprint yang disimpulkan adalah suatu ukuran jumlah
total dari carbon footprint karbon dioksida yang secara langsung maupun tidak
langsung yang dikarenakan aktivitas manusia yang berlebih dalam penggunaan
listrik, bahan bakar fosil, dan energi lainnya. Satuan pengukuran yang digunakan
adalah gas karbon dioksida sebagai pembandingnya. Carbon footprint dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
1. Footprint primer
Footprint primer adalah tolak ukur untuk carbon footprint langsung CO2
dari pembakaran bahan bakar, termasuk konsumsi energi domestik dan
transportasi (mobil, kereta, pesawat,dll)
2. Footprint sekunder
Footprint sekunder adalah tolak ukur carbon footprint tidak langsung
CO2 dari lifecycle produk-produk yang digunakan. Semakin banyak perusahaan
membeli, maka semakin banyak pula carbon footprint yang dihasilkan atas nama
perusahaan tersebut.
2.4 Faktor Emisi
Faktor emisi merupakan nilai rata-rata suatu parameter pencemaran
udara yang dikeluarkan sumber spesifik. Faktor-faktor ini banyak dinyatakan
sebagai berat polutan dibagi dengan satuan berat, volume, jarak, ataupun lamanya
aktivitas yang dapat mengeluarkan emisi. Adanya variasi tersebut, menimbulkan
ekspresi faktor carbon footprint dengan unit yang berbeda (IPCC, 2010).
7 Universitas Kristen Petra
Berikut adalah perhitungan faktor carbon footprint:
EF = SFC x NCV x CEF x Oxid x 44/12………………………………………(1)
Dimana:
EF = Emission factor
SFC = Specific fuel consumption kiloton (kiloton fuel/Mega Watt hour)
NCV = Net Calorific Value ton joule/kiloton fuel (ton Joule/kiloton fuel)
CEF = Carbon Emission Factor (ton CO2 /ton Joule)
Oxid = Oxidation factor
Setelah didapatkan factor emisi, maka menghitung
kg = EF.pemakaian listrik (kiloWatt)
Keterangan:
SFC (Specific fuel consumption kiloton) adalah data spesifik konsumsi bahan
bakar yang nilainya didapatkan dari sumber IPCC
NCV (Net Calorific Value) adalah nilai Net Calorific Value per unit massa
atau volume bahan bakar. Nilai NCV didapat dari data IPCC.
CEF (Carbon Emission Factor) adalah factor carbon footprint karbon.
Oxid (Oxidation factor) nilainya didapat berdasar jenis bahan bakar.
Nilai-nilai SFC, NCV, CEF, Oxid dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.2 IPCC Referensi SFC (Sumber: UNFCCC CDM – PDD – Versi 02,
2004)
Jenis SFC Dalam MWh
SFC BATUBARA OC (ton) 0,462
SFC PLTU MFO OC (Kl) 0,23
SFC PLTU gas OC (mmscf) 0,0085
SFC PLTGU HSD CC (Kl) 0,194
SFC PLTGU GAS CC (mmscf) 0,00826
8 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 IPCC Indonesian Spesifik NCVs (Sumber: Revised 1996 IPCC
Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories)
Bahan bakar NCV Satuan
Batubara 23 TJ/Kt Fuel
Crude Oil 42,66 TJ/Kt Fuel
Gas/Diesel Oil 42,66 TJ/Kt Fuel
Natural gas 42,77 TJ/Kt Fuel
Tabel 2.4 IPCC Referensi CEFs (Sumber: Revised 1996 IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories)
Bahan bakar CEF Satuan
Batubara 26,2 tC/TJ
Crude Oil 20 tC/TJ
Gas/Diesel Oil 20,2 tC/TJ
Natural gas 15,3 tC/TJ
Tabel 2.5 IPCC Referensi Oxidation Factors (Sumber: Revised 1996 IPCC
Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories)
Bahan bakar Oxid
Batubara 0,98
Gas 0,995
Oil ,099
Tabel 2.6 Konversi Massa Karbon per Unit dari Konsumsi Bahan Bakar (Sumber:
UNFCCC CDM – PDD – Versi 02, 2004)
Bahan bakar Faktor Konversi Satuan
Batubara 0.98 Kt fuel/KT fuel
Crude Oil 0.0009 Kt fuel/kiloliter
Gas/Diesel Oil 0.0009 Kt fuel/kiloliter
Natural gas 0.019922 Kt fuel/mmscf
9 Universitas Kristen Petra
2.5 CO2 dari Konsumsi Listrik
Konsumsi energi listri tidak secara langsung berkontribusi terhadap
carbon footprint CO2, akan tetapi berperan dalam menghasilkan CO2 di pusat
pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil. Inventarisasi carbon footprint CO2
untuk pembangkitan energi listrik dihitung berdasarkan carbon footprint CO2 dari
pembakaran bahan bakar dengan menggunakan pendekatan (IPCC,1996).
Carbon footprint CO2 ditentukan berdasarkan total massa ton dan tingkat
output. Beberapa alat listrik yang umumnya digunakan antara lain lampu,
komputer, air conditioner, dll.
2.6 Kalkulator Karbon
Menghitung carbon footprint akan membantu perusahaan maupun
perorangan untuk mengetahui berapa besar carbon footprint karbon yang telah
dihasilkan untuk dunia pada satu periode tertentu. Untuk mengetahui hal tersebut,
dapat dilakukan dengan bantuan alat bantu berupa kalkulator karbon. Perhitungan
carbon footprint yang dilakukan untuk sebuah perusahaan dihitung dengan
pendekatan yang berbeda atau lebih detail. Untuk individu perhitungan carbon
footprint dilakukan yang paling sederhana, yaitu konsumsi energi yang biasa
digunakan contohnya tenaga listrik, kendaraan bermotor, dll. Contoh kalkulator
karbon dapat dilihat pada Gambar 2.2.
10 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2 Kalkulator Karbon IESR (Sumber: Institute for Essential Service
Reforms (IERS), 2014)
2.7 Energi dan Konversi
Dalam Carbon footprint yang menjadi topic utama adalah energi.
Energi-energi yang dikumpulkan ini akan dikonversikan menjadi carbon
footprint. Dengan menjumlahkan carbon footprint, dapat diketahui carbon
footprint yang diperlukan untuk sebuah produk.
2.7.1 Energi
Energi merupakan hal yang tidak terlepas dari kehidupan manusia, salah
satu contohnya adalah penggunaan listrik. Perhitungan listrik dapat dilihat pada
rumus (2).
Total Power: W = V.I.t (kWh)…………………………………………………(2)
Dimana:
W = Power (kWh)
11 Universitas Kristen Petra
P = Daya (kWatt)
V = Voltase (Volt)
I = Arus (Ampere)
t = waktu pemakaian (jam)
2.7.2 Konversi
Faktor konversi merupakan bagian utama dari Carbon footprint. Faktor
konversi dari energi ke carbon footprint CO2 dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Faktor konversi energi (Sumber: www.carbontrust.com)
Bahan bakar kgCO2e per unit Satuan Unit
Grid electricity 0,44548 kWh
Natural gas 0,18404
5,39421
kWh
therms
LPG
0,21452
6,28578
1,4929
kWh
therms
litres
Gas oil
3.427,2
0,27176
2,9343
Tonnes
kWh
litres
Fuel oil 3232,7
0,26876
Tonnes
kWh
Burning oil 3.164,9
0,24555
Tonnes
kWh
Diesel
3.100,1
0,24512
2,6008
Tonnes
kWh
litres
Petrol
3.005,8
0,23394
2,2144
Tonnes
kWh
litres
12 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.7 Faktor konversi energi (lanjutan) (Sumber: www.carbontrust.com)
Bahan bakar kgCO2e per unit Satuan Unit
Petrol
3.005,8
0,23394
2,2144
Tonnes
kWh
litres
Industrial oil 2.339,1
0,31304
Tonnes
kWh
Wood pellets 0
0
Tonnes
kWh
Faktor konversi tidak hanya dihitung dari energi yang digunakan, namun
faktor carbon footprint juga berasal dari material yang digunakan. Faktor konversi
dari material ke carbon footprint CO2 dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Faktor Konversi Material (Sumber: www.carbontrust.com)
Material kgs CO2e
Iron and steel 1,6
Steel 4,0
Copper 5,5
Aluminium 9,2
PVC plastic 4,4
LDPE plastic 2,5
HDPE plastic 2,0
PET plastic 2,3
Glass 0,6
Plywood 0,57
Lumber 0,19
Silica Sand 0,006
Phosphor Copper 2,9
Coating 0,27
13 Universitas Kristen Petra
Energi yang berbentuk bahan bakar bisa diubah menjadi satuan kWh.
Konversi untuk energi yang berbentuk bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Konversi satuan bahan bakar (sumber: www.carbontrust.com)
Solid Fuels kWh/tonne
Coal (weigthed average) 7500
Industrial wood 3806
Short rotation coppice 3084
Straw 4389
Liquid Fuels kWh/tonne litres/tonne kWh/litre
Fuel oil 12029 1024 12
LPG 13668 1968 7
Gas/diesel oil 12584 1153 11
Burning oil 12834 1245 10
Petrol 12807 1362 9
Gaseous Fuels kWh/tonne litres/tonne kWh/m3
Natural gas - - 11.13
Setelah mengetahui jumlah carbon footprint karbon, dapat
dikonversikan ke dalam biaya. Harga carbon footprint karbon berdasarkan
Carbon Trust sama dengan $23/ton.
2.8 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh mahasiswa dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Penelitian mengenai carbon
footprint di ITS dilakukan oleh Yanto. Penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan carbon footprint sekunder untuk gedung-gedung yang ada di ITS.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Yanto dalam perhitungan
carbon footprint dan menggunakan lokasi yang sama, yaitu berada di pulau Jawa.
Faktor emisi dari penelitian Yanto tersebut akan digunakan untuk penelitian ini.
Perbedaan penelitian Yanto dengan penelitian penulis adalah dari sisi lingkup.
Lingkup yang dihitung oleh Yanto adalah lingkup 2 saja, sedangkan pada
14 Universitas Kristen Petra
penelitian ini mencakup lingkup 1, 2 dan 3. Faktor emisi yang digunakan dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.10 Pembangkit Listrik di Jawa (Sumber: Yanto)
Nama Unit pembangkit Jenis pembangkit Bahan bakar Produksi Listrik
(MW)
Unit Pembangkit
Gresik
PLTG HSD/gas
2259,18 PLTGU HSD/gas
PLTU MFO/gas
PLTG Gili HSD
Unit Pembangkit
Paiton PLTU Batubara 800
Unit Pembangkit
Paiton Baru PLTU Batubara 1 x 660 MW
Unit Pembangkit
Muara Karang
PLTU unit 1-2-3 MFO/HSD
1.208,58 PLTU unit 4-5 Campuran gas
dan minyak
PKTG Gas
Unit Pembangkit
Muara Tawar
PLTG Gas 920
PLTGU Gas dan uap
Perhitungan faktor emisi dari penelitian Yanto didapatkan sebagai
berikut:
2.9 Benchmark
Nilai emisi rata-rata yang digunakan pada saat ini di Indonesia menurut
Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA),
Edward Pinem adalah untuk satu ton logam steel akan mengasilkan emisi CO2
sebanyak 0,46-0,9 ton.
15 Universitas Kristen Petra
Emisi negara untuk ekspor akan disesuaikan dengan negara yang dituju.
Emisi untuk setiap negara tidak akan dihitung dengan lingkup 1 dan lingkup 3,
namun hanya akan dibandingkan dengan lingkup 2. Beberapa nilai emisi rata-rata
negara mengenai emisi peleburan dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Emisi Rata-rata Mengenai Emisi Peleburan (Sumber: World Energi
Council)
Nama Negara toe/t
Australia 0,4
Filipina 0,6
Thailand 0,31
Jepang 0,37
Korea Selatan 0,32
Taiwan 0,3
China 0,49
India 0,51