#2 2011 Skenario 1 Manifestasi Oral Penyakit Sistemik Dan Obat Pada Pasien Edentulous

download #2 2011 Skenario 1 Manifestasi Oral Penyakit Sistemik Dan Obat Pada Pasien Edentulous

of 24

Transcript of #2 2011 Skenario 1 Manifestasi Oral Penyakit Sistemik Dan Obat Pada Pasien Edentulous

  • Kartika Andari Wulan

    Departemen Prostodonsia PSPDG FKUB

  • Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan yang

    profesional, bertanggung jawab pada

    kesehatan pasien yang sedang dalam

    perawatannya. Tidak hanya fokus pada

    membuat gigi tiruan saja, tetapi juga memperhatikan kesehatan umum pasien

    terutama kondisi-kondisi pasien yang dapat

    mempengaruhi proses dan hasil perawatan.

  • Riwayat kesehatan umum pasien dan penggunaan obat-obatan harus ditanyakan dan dituliskan pada kolom anamnesis di rekam medik.

    Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kondisi atau peristiwa yang dapat mempengaruhi rencana dan hasil perawatan, menetapkan prognosis perawatan serta menghindari konflik antara terapi obat-obatan dgn perawatan yang akan dilakukan.

  • * Menurut Rahn et al (1993) Riwayat Kesehatan Umum yg

    harus diperhatikan yaitu:

    a. Diabetes Mellitus terkait dgn penyembuhan luka yg membutuhkan waktu

    lama, operator harus berhati-hati dalam menangani pasien

    agar tidak terjadi luka mis. ulser diabetik; peningkatan

    resiko resorbsi tulang alveolar; timbulnya abses di sekitar

    rongga mulut; atrofi otot dan xerostomia.

    Lama waktu kunjungan dipersingkat & tdk mengganggu

    jam makan pasien. Teknik mencetak menggunakan tekanan

    yg minimal & pasien disarankan utk tdk terlalu lama

    menggunakan GTnya krn jaringan penyangga GTnya perlu

    beristirahat. Perlu diberikan instruksi pola makan & Oral

    Hygiene, tindakan relining & rebasing berulang pada GT

    pasien agar tetap nyaman digunakan.

  • *b. Kelainan Nutrisi

    bila pasien mengalami avitaminosis maka akan

    melemahkan mekanisme pertahanan tubuh dan

    struktur mukosa penyangga GT. Kekurangan zat besi

    menyebabkan anemia, atrofi mukosa, purpura dan

    sensasi terbakar pada mukosa.

    Pada pasien yg menderita anemia pernicious & anemia

    defisiensi zat besi, permukaan cetak GT harus dipoles

    sehalus mungkin karena mukosa pasien rentan dan

    mudah teriritasi.

  • *c. Anemia

    Perubahan terjadi pada membran mukosa, bibir dan

    lidah memucat, burning sensation, atau lidah halus dan

    mengkilap. Umumnya nyeri pada lidah dan jaringa

    pendukung lainnya.

    Operator harus membuat GT yang efisien mis.

    Memperkecil ukuran anasir gigi dengan memperluas

    area penyangga GT agar tercapai dukungan yang

    maksimal untuk mencegah jaringan penyangga

    mengalami stimulasi berlebih. Pasien diinstruksikan

    untuk menjaga Oral hygiene nya.

  • *d. Cardiovascular Disease (CVD)

    termasuk hipertensi, angina pectoris, myocardial

    infarction, riwayat tindakan bedah cardiac bypass,

    congestive heart failure, pengguna cardiac pacemaker

    dan infeksi endocarditis harus mendapatkan perhatian

    lebih dalam penanganan dan rencana perawatannya.

    Sebelum melakukan perawatan, perlu mendapatkan

    persetujuan dari kardiologis yg menangani pasien. Lama

    kunjungan pasien dipersingkat dan kemungkinan pre-

    medikasi diberikan sebelum tahapan kerja dilakukan.

  • *e. Hipertensi

    Pasien ini disarankan utk dibuat waktu kunjungan

    setelah jam makan siang atau jam 12 siang ke atas krn

    studi menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah

    dimulai saat bangun tidur & memuncak pd

    pertengahan pagi menjelang siang.

  • *f. Tuberculosis (TB)

    Lesi oral jarang dijumpai pada pasien TB tetapi bila ada,

    tampak fissure yang panjang dan dalam pada lidah; lesi pada

    mukosa pipi; ulser berbentuk bulat dan dalam yang sangat

    nyeri; nodul yang keras.

    Pada pasien TB, Oral hygiene penting agar terhindar dari

    infeksi rongga mulut yang mempengaruhi resistensi GT.

    Bagian-bagian GT yang tajam harus diperhalus agar tdk

    mengiritasi mukosa dan menimbulkan lesi tuberkulosa, oleh

    karena itu GT harus sering diperiksa.

    Operator wajib melakukan kontrol infeksi dengan

    menggunakan masker, sarung tangan, kacamata atau

    pelindung wajah.

  • *g. Penyakit Sendi (Osteoarthritis & Skleroderma)

    Pasien osteoarthritis mengalami kesulitan memasang & membersihkan GTnya krn penyakit tsb menyerang persendian jari-jari tangan pasien. Bila mengenai TMJ, pasien akan sulit membuka & menutup mulut krn timbul rasa nyeri saat mandibula digerakkan shg saat dilakukan pencetakan membutuhkan sendok cetak khusus. Selain itu, terjadi perubahan pola pengunyahan dan maloklusi. Pada kasus yang parah membutuhkan tindakan bedah TMJ. Prevalensi terbanyak pada perempuan dan koreksi oklusal berulang perlu dilakukan krn terjadi perubahan pada TMJ.

    Pasien skleroderma mengalami kaku wajah & bibir serta keterbatasan gerak mandibula. Dibutuhkan latihan pelemasan sendi & sendok cetak khusus.

  • *h. Bronchial Asthma

    Utk kelancaran proses perawatan dan mengantisipasi

    serangan asma pasien, operator harus menanyakan pd

    pasien hal-hal yg dpt memicu serangan asmanya,

    frekuensi & keparahan serangan, pengobatan yg

    digunakan berikut respon pasien thd pengobatannya.

    i. Penyakit Kulit

    Pada kasus pemphigus dimana manifestasi oralnya

    bervariasi dari ulser hingga bula, akan menghambat

    pemasangan GT krn rasa sakit yg diderita pasien shg

    diperlukan pengobatan khusus. Perlu disarankan pd

    pasien utk sering melepas GTnya.

  • *j. Kelainan Neurologis

    Pasien epilepsi, bells palsy, parkinson akan mempengaruhi retensi GT, proses pencatatan relasi

    rahang/MMR dan pencetakan. Shg perlu adanya rujukan

    ke spesialis saraf utk medikamentosa selama perawatan

    GT.

    Bell's palsy mengakibatkan terjadi asimetri wajah,

    ketidakmampuan mengontrol otot pada area yg terkena

    (mis.kelopak mata tidak dapat menutup, air mata

    menetes secara berlebihan, sudut mulut distorsi, air liur

    keluar dr rongga mulut) gangguan stimulasi nervus fasial.

  • *Parkinson Disease (Paralysis Agitans) ditandai dengan

    tremor otot yang beritme termasuk otot lidah dan

    mastikasi, rigiditas otot, gerakan pasien yg melambat,

    hipersalivasi dan ekspresi wajah yang kaku.

    Parkinson akan mempengaruhi retensi GT, proses

    pencatatan relasi rahang/MMR dan pencetakan. Shg perlu

    adanya rujukan ke spesialis saraf utk medikamentosa

    selama perawatan GT.

    k. Klimaterik

    Pada perempuan terjadi menopause yg berakibat pd

    perubahan kelenjar, resiko osteoporosis dan kondisi

    mental pasien yang akan berpengaruh terhadap proses

    perawatan.

  • *l. Lesi ganas rongga mulut & terapi radiasi

    Dosis tinggi terapi radiasi berakibat hipovaskularisasi,

    kurangnya kemampuan jaringan untuk menyembuhkan

    luka & menurunnya resiliensi jaringan penyangga GT.

    Konsistensi saliva menjadi sangat kental atau bahkan

    terjadi xerostomia tergantung dari dosis terapi radiasi

    shg mempengaruhi retensi GT.

    Sebaiknya menunggu 3-6 bln setelah terapi radiasi

    selesai tergantung dari kondisi pasien & atas

    persetujuan dokter spesialis onkologi yg merawat

    pasien.

  • *m. Medikasi

    Efek samping dari penggunaan obat tertentu akan

    mengakibatkan perubahan mukosa dll yang dapat

    mempengaruhi proses, hasil perawatan & prognosis

    GT. Beberapa obat-obatan mempunyai manifestasi

    langsung pada rongga mulut, mis.injeksi endokrin,

    thyroid, estrogen dan bahan androgenik

    mengakibatkan iritasi pada mukosa mulut

    Informasi mengenai obat-obatan yg telah atau sedang

    dikonsumsi oleh pasien dibutuhkan untuk menghindari

    konflik selama perawatan, mis. tindakan atau rencana

    perawatan yg dapat mengganggu efektivitas obat.

  • *Efek samping obat-obatan yg berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan prostodontik : (Rahn et al, 1993) Xerostomia (mulut kering) ,krn pemakaian obat : Antihistamines (mis.dipenhydramine/Benadryl) Antihipertensi, Nitroglycerin utk pengobatan angina pectoris Antipsychotic (mis.chlorpromazine, haloperidol) Antiparkinson agents terutama dg efek anticholinergic

    (mis.procyclidine, benztropin, trihexphenidyl) Antiarrhythmic agents (mis.quinidine, procainamide, disopyramide) Antianxiety gents(diazepam/Valium, alprazolam/Xanax) Amphetamines utk mengontrol obesitas dan stimulan sistem saraf

    pusat Tryciclic antidepressants (mis.imipramine/tofranil), Decongestans (mis. phenylpropanolamine) Antisialogogoues utk mengeringkan rongga mulut (mis.atropine) Glycopyrrolate, pro-pantheline utk mengurangi sekresi dan motilitas

    gastrointestinal kondisi stres & tegang terkontrol pada pasien dgn ulcer gastrointestinal

  • *Perubahan pada flora rongga mulut

    Antibiotik terutama broad-spectrum (mis.amoxicillin)

    Perubahan pada mukosa rongga mulut

    Phenytoin (Dilatin) hiperplasia gingiva

    Nifedipine & calcium channel blocker yg digunakan utk

    perawatan angina - hiperplasia gingiva

    Cyclosporine (Sandimmune) yg dikonsumsi pasien

    penerima tranplantasi organ utk menekan sistem

    imunnya - hiperplasia gingiva.

    Adrenal corticosteroids mengakibatkan atrofi pada kulit

    & mukosa.

    Digoxin (Lanoxin) & cardiac glycoside lainnya yg bila tdk

    rutin dikonsumsi akan berakibat oedem jaringan

    gingiva shg GT tidak fit.

  • *Sialorrhea (meningkatnya volume saliva)

    - Adrenergic stimulating drugs (mis.epinephrine)

    mengakibatkan aliran saliva konsistensinya mucus.

    - Cholinesterase inhibitors utk pengobatan myasthenia

    gravis kelumpuhan otot secara progresif tanpa adanya gangguan persarafan atau atrofi otot sindroma kelelahan pada otot.

    - Sialogogues (mis. Pilocarpine) menstimulasi reseptor

    muscarinic utk meningkatkan volume saliva Dysphagia (kesulitan menelan, spt tersedak) akan

    menyulitkan proses pencetakan

    - Tryciclic antidepressants, antipsychotic drugs, semua

    agen yg mengakibatkan xerostomia juga berakibat

    dysphagia.

  • *Postural Hipotensi (pingsan saat akan berdiri atau

    berubah posisi)

    - Nitroglycerin utk anti-anginal - Sedative & muscle relaxants (mis.

    diazepam/valium)

    - Antipsychotic (mis.chlorpromazine, haloperidol) - Antihipertensi (mis.reserpine) termasuk diuretik

    (mis.hydrochlorothiazide plus triamterene (Dyazide)

    - Analgesik narkotik (mis.morphine) - Tryciclic antidepressants (mis.imipramine,

    amitriptyline)

  • *Spasme bronchial, bradikardia (melambatnya denyut

    jantung yg abnormal) & dyspnea (nafas terengah-

    engah) akan menyulitkan penanganan pasien selama

    proses pembuatan GT.

    Propranolol, Atenolol dan agent beta blocker lainnya yg

    digunakan utk menurunkan tekanan darah & mencegah

    tjdnya aritmia & angina pada jantung pasien.

    Syok Hipoglikemik (syok yg terjadi akibat konsentrasi

    glukosa dalam darah berada dibawah batas normal)

    Insulin

  • *Adanya perubahan perilaku atau timbul sikap

    kebingungan (penerimaan pasien atas GTnya dapat

    dipengaruhi konsumsi obat berikut :

    Adrenal corticosteroids utk arhtritis & alergi,

    antiparkinson, analgesik narkotik, antihistamines,

    tricyclic antidepressants dan semua obat yg menekan

    sistem saraf pusat (termasuk alkohol).

    Nausea & Vomit (mual & muntah)

    aspirin dlm dosis kecil tetapi bila dlm dosis besar

    (pada kasus rheumatic) akan menimbulkan rasa pusing

    & kebingungan.

    nonsteroid anti inflamasi (mis.ibuprofen, naproxen),

    analgesik narkotik terutama codeine & propoxyphene,

    conjugated estrogens (mis.Premarin).

  • *Antikoagulan

    terutama utk pasien stroke & CVD (mis.heparin, warfarin

    & dicumarol). Pd pasien yg mengkonsumsi obat ini, perlu

    diwaspadai utk tidak melakukan tindakan yg berakibat

    terjadi perdarahan, tanpa berkonsultasi dahulu dgn dr

    yg merawat & melalui uji waktu prothrombin. Utk pasien

    ini, obat sebaiknya tidak dihentikan melainkan

    disesuaikan dosisnya.

    Obat yg berakibat timbulnya sindroma seperti

    Parkinson atau pergerakan abnormal otot lainnya

    (terutama pada otot wajah).

    Antipsychotic (mis.chlorpromazine), tricyclic

    antidepressants, metoclopramide utk meningkatkan

    gerak peristaltik pasien lansia.

  • *Perubahan Rasa

    Pasien mungkin akan merasa adanya perubahan

    pada indera perasa nya saat insersi GT. Bisa

    dikarenakan pasien mengkonsumsi obat beta

    blockers (mis.propranolol) dan angiotensin-

    converting enzyme inhibitors (mis. captopril) yg

    umum digunakan pasien hipertensi.

    Hidung tersumbat akan menyulitkan proses

    mencetak.

    terjadi akibat konsumsi obat antihipertensi dan

    antipsychotic.

  • *Rahn & Heartwell. Text Book of Complete Dentures.

    Lea & Febiger Edisi 5 Tahun 1993

    Zarb, Bolender, Carlsson. Bouchers Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. Mosby Edisi

    11 Tahun 1997