1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

download 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

of 22

Transcript of 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    1/22

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    a. Latar BelakangDalam rangka meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah daerah, pemerintah

    telah menetapkan prioritas pembangunan pada penciptaan tata pemerintahan yang

    bersih dan berwibawa sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014. Salah satu instrumen penting

    untuk mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa adalah melalui

    reformasi birokrasi seperti tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

    Tahun 2010 dan 2011. Tujuan akhir dari reformasi birokrasi adalah terwujudnya

    pelayanan publik yang prima (cepat, tepat, murah, transparan, dan akuntabel) dan

    peningkatan kinerja birokrasi yang semakin baik (Kamariah, 2012).

    Namun demikian, pembangunan aparatur negara yang dilaksanakan melalui

    program reformasi birokrasi ternyata masih bersifat parsial dan tidak menyentuh

    isu pokok pembangunan kapasitas kelembagaan aparatur negara. Pendekatan

    parsial tersebut berdampak negatif pada kinerja aparatur negara seperti

    ditunjukkan oleh berbagai indikator yang diterbitkan oleh beberapa lembaga

    multilateral dan bilateral internasional. Misalnya, Indeks Efektivitas

    Pemerintahan yang dikeluarkan oleh World Bank sejak tahun 2002 yang

    menunjukkan trend naik selama 3 (tiga) tahun terakhir, namun belum

    menampakkan peningkatan yang cukup signifikan. Indeks ini menunjukkan

    peningkatan kemampuan pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan publik

    dan membuat kebijakan yang paramater pengukurannya meliputi kualitas

    pelayanan publik, kualitas birokrasi, kompetensi aparat pemerintah, dan

    independensi PNS terhadap tekanan politik. Keseluruhan indeks tersebutmencerminkan kapasitas kelembagaan birokrasi pemerintah. Data world bank

    menunjukkan Indeks Efektivitas Pemerintahan Indonesia menunjukkan

    peningkatan dari 37,0 pada Tahun 2005, menjadi 38,9 pada Tahun 2006, dan 41,7

    pada Tahun 2007 (Kamariah, 2012).

    Di era otonomi daerah sekarang ini, masing-masing pemerintah daerah

    dituntut untuk bisa mandiri dalam upaya pengembangan kapasitas

    kelembagaannya. Hal ini berguna untuk mendorong adanya penyediaan layanan

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    2/22

    2

    publik yang prima, adanya penguatan skill sumber daya manusia dalam

    organisasi publik, independensi birokrasi dari tekanan politik, dll. Perlunya

    pengembangan kapasitas di sektor publik juga sangat diperlukan melihat adanya

    kerangka Provincial Governance Strengthening Programme (PGSP) yang

    diimplementasikan UNDP dan Pemerintah Indonesia. Melalui PGSP, UNDP

    berupaya mendukung pemerintah Indonesia dengan memberikan masukan

    terhadap kebijakan dan kerjasama teknis mengenai peran dan tanggung jawab

    pemerintah provinsi yang terefleksikan dalam kebijakan di tingkat nasional

    maupun praktek di provinsi-provinsi pilot (Bappenas, 2009).

    Perubahan dalam kerangka kebijakan nasional diperlukan agar terjadi

    perubahan yang berkelanjutan, terdapat suatu kebutuhan untuk memperkuat

    kapasitas pemerintah di tingkat provinsi agar mereka lebih baik memahami,

    memenuhi, dan bertanggung jawab terhadap peran yang dimandatkan sebagai

    fasilitator pembangunan regional untuk dapat mencapai Tujuan Pembangunan

    Milenium (MDGs) di tingkat sub-nasional. Dukungan seperti ini tepat dan

    strategis, dan ketika pembelajaran dapat ditangkap dengan baik, pengalaman di

    lapangan dapat memberikan masukan yang berharga bagi penyusunan kebijakan.

    Salah satu sub-komponen dari PGSP adalah reformasi birokrasi di tingkat

    pemerintah provinsi. Reformasi birokrasi pada dasarnya adalah cara untuk

    mengorganisasi ulang pemerintah agar menjadi lebih efi sien dan efektif dalam

    pengelolaan sistem, struktur dan sumber daya manusia dengan berbasis kinerja.

    Sebagai langkah awal, Peninjauan Kapasitas penting dilakukan untuk

    mengidentifi kasi kesenjangan kapasitas agar dapat dirumuskan strategi

    pengembangan kapasitas yang komprehensif dan sesuai target untuk mendukung

    reformasi birokrasi. Provinsi pertama yang akan didukung dalam melakukanpeninjauan kapasitas adalah Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu, dalam kerangka

    persiapan proyek Provincial Governance Strengthening Programme (PGSP)

    pemerintah Provinsi Gorontalo melakukan peninjauan kapasitas atau strategi

    pengembangan kapasitas (Capacity Assessment / Capacity Development

    Strategy) dari 10 instansi yang ada di Pemerintahan provinsi Gorontalo, yang

    dilakukan pada bulan Mei dan Agustus tahun 2008. Salah satu dari 10 instansi

    tersebut adalah dinas kesehatan provinsi gorontalo (Bappenas, 2009).

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    3/22

    3

    Pemerintah Provinsi Gorontalo memusatkan agenda pembangunannya pada

    tiga program unggulan, yaitu pengembangan sumber daya manusia, sektor

    pertanian dengan fokus pada pertanian jagung dan beras, dan perikanan.

    Karenanya, sasaran peninjauan kapasitas dan reformasi birokrasi perlu diberikan

    seputar isu ini, dalam kerangka peran yang dimandatkan kepada provinsi untuk

    lebih baik memahami, memenuhi dan bertanggung jawab terhadap peran yang

    dimandatkan sebagai fasilitator pembangunan regional untuk mencapai MDGs di

    tingkat sub-nasional.

    Untuk itu, perlu dilakukan peninjauan yang komprehensif terhadap

    kesenjangan kapasitas dari sepuluh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang

    memiliki otoritas dalam aspek/ sektor terkait pembangunan manusia, pengentasan

    kemiskinan dan pertanian. Kesepuluh SKPD tersebut adalah Sekretariat Daerah,

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Keuangan Daerah, Inspektorat

    Wilayah, Badan Kepegawaian dan Pemberdayaan Aparatur Daerah, Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Penanggulangan Kemiskinan, Dinas

    Pendidikan dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Ketahanan

    Pangan, dan Dinas Kelautan dan Perikanan.

    Bidang kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya

    pengembangan kapasitas, karena bidang ini merupakan bidang yang langsung

    memberikan pelayanan langsung pada masyarakat umum. Sehingga dari hal ini

    dapat dilihat langsung kualitas dan kuantitas pemberian layanan publik

    pemerintah pada masyarakat. Selain itu, bidang kesehatan menjadi salah satu

    point yang termaktub dalam rumusan MDGs yang harus dientaskan oleh

    pemerintah pusat maupun daerah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

    menjadikan dinas kesehatan provinsi Gorontalo sebagai sampel dalam upayapengembangan kapasitas di sektor publik.

    Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, selanjutnya penulis

    mengambil Strategi Pengembangan Kapasitas Sektor Publik (Studi pada

    Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo). Diharapkan dari penulisan ini, dapat

    menambah wawasan bagi penulis dan pembaca terkait dengan tema yang telah

    diambil.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    4/22

    4

    b. Rumusan MasalahBerikut rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan ini yaitu :

    1. Bagaimana bentuk-bentuk dimensi pengembangan kelembagaan pada sektorpublik ?

    2. Bagaimana hasil peninjauan kapasitas kelembagaan pada Dinas KesehatanPemerintah Provinsi Gorontalo ?

    3. Bagaimana strategi penguatan kapasitas kelembagaan pada Dinas KesehatanPemerintah Provinsi Gorontalo ?

    c. Tujuan PenulisanBerikut tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, yaitu :

    1. Mendiskripsikan bentuk-bentuk dimensi pengembangan kelembagaan padasektor publik

    2. Mengetahui hasil peninjauan kepasitas kelembagaan pada Dinas KesehatanPemerinth provinsi Gorontalo

    3. Mendiskripsikan strategi penguatan kapasitas kelembagaan pada DinasKesehatan Pemerintah Provinsi Gorontalo

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    5/22

    5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    a. Bentuk-Bentuk Dimensi Pengembangan Kelembagaan Pada SektorPublik

    Konsep Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

    Pengembangan kapasitas mengacu kepada proses dimana individu,

    kelompok, organisasi, kelembagaan, dan masyarakat mengembangkan

    kemampuannya baik secara individual maupun kolektif untuk melaksanakan

    fungsi mereka, menyelesaikan masalah mereka, mencapai tujuan-tujuan mereka

    secara mandiri. (Nugraha, 2004) Selanjutnya, UNDP dan Canadian International

    Development Agency (CIDA) dalam Milen (2006: 15) memberikan pengertian

    peningkatan kapasitas sebagai proses dimana individu, kelompok, organisasi,

    institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghasilkan

    kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (core functions), memecahkan

    permasalahan, merumuskan dan mewujudkan pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan, dan memahami, memenuhi kebutuhan pembangunan dalam konteks

    yang lebih luas dalam cara yang berkelanjutan. Sedangkan Morison (2001: 42)

    melihat pengembangan kapasitas organisasi sebagai suatu proses untuk

    melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam

    individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam

    rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi

    sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada.

    Pengembangan kapasitas merupakan sebuah proses, proses tersebut harus

    dilaksanakan pada tiga level/tingkatan, yaitu individu, kelompok dan

    institusi/organisasi. Proses tersebut dimaksudkan untuk menjamin kesinambunganorganisasi melalui pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang

    bersangkutan.(STIA LAN, 2012) Pengembangan kapasitas dan kelembagaan

    bukan hanya ditujukan kepada organisasi atau perusahaan swasta yang

    berorientasi profit karena harus unggul dengan organisasi pesaing. Organisasi

    public atau pemerintahan walaupun tidak untuk memenangkan persaingan

    namuntetap dituntut untuk mengembangkan kapasitas kelembagaannya sebagai

    strategi perbaikan kualitas pemberian layanan kepada masyarakat.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    6/22

    6

    Dari beberapa definisi pengembangan kapasitas yang telas disebutkan dapat

    diambil kesimpulan bahwa pengembangan kapasitas merupakan suatu usaha

    memperbaiki kinerja organisasi atau lembaga melalui proses perubahan diri

    individu, kelompok-kelompok, dan sistem-sistem dalam suatu organisasi.

    a. Dimensi Pengembangan Kelembagaan Pada Sektor PublikDalam pengembangan kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipe kegiatan.

    Dimensi, fokus dan tipe kegiatan tersebut menurut Grindle (1997: 1-28), dan

    Bappenas (2007) adalah :

    1. Dimensi pengembangan SDM, dengan fokus personil yang profesional dankemampuan teknis. Kegiatan yang dilakukan antara lain pendidikan dan

    latihan (training), pemberian gaji/upah, pengaturan kondisi dan lingkungan

    kerja dan sistim rekruitmen yang tepat.

    2. Dimensi penguatan organisasi, dengan fokus sistim manajemen untukmemperbaiki kinerja dari fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang ada dan

    pengaturan struktur mikro. Aktivitas yang harus dilakukan adalah menata

    sistim insentif, pemanfaatan personel yang ada, kepemimpinan, komunikasi

    dan struktur manajerial

    3. Dimensi reformasi kelembagaan, dengan fokus perubahan sistim daninstitusi-institusi yang ada, serta pengaruh struktur makro. Dalam konteks ini

    aktivitas yang perlu dilakukan adalah melakukan perubahan aturan main dari

    sistim ekonomi dan politik yang ada, perubahan kebijakan dan aturan hukum,

    serta reformasi sistim kelembagaan yang dapat mendorong pasar dan

    berkembangnya masyarakat madani.

    Tabel. 1 Dimensions, Focus and Types of Activities

    of Capacity Building Initiative

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    7/22

    7

    Lebih lanjut pada studi Grindle dan Hilderbrand (Grindle, 1997: 35-36)

    tentang pengembangan kapasitas pada kelembagaan organisasi publik di negara-

    negara berkembang seperti Negara Afrika, Maroko, Ghana, Bolivia, Thailand dan

    Sri Lanka mengidentifikasi lima dimensi faktor-faktor yang mempengaruhi

    kemampuan organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu, yaitu:

    Gambar. 1 Lima dimensi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

    organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu

    1. The action environment(lingkungan tindakan)Menetapkan lingkungan pergaulan ekonomi, politik, dan sosial dimana

    pemerintah melaksanakan kegiatannya. Kinerja tugas-tugas pembangunan dapat

    secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan tindakan seperti

    tingkat dan struktur pertumbuhan ekonomi, derajat stabilitas politik dan legitimasi

    pemerintah, serta profil sumber daya manusia dari sebuah negara.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    8/22

    8

    2. Public sector institutional context(Konteks institusional dari sektor publik)Meliputi faktor-faktor seperti aturan-aturan dan prosedur yang ditetapkan

    bagi operasional pemerintah dan pegawai-pegawai publik, pemerintah bidang

    sumber daya keuangan harus melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, tanggung

    jawab yang diasumsikan pemerintah untuk prakarsa-prakarsa pembangunan,

    kebijakan-kebijakan yang berbarengan, dan struktur-struktur pengaruh formal dan

    informal yang mempengaruhi bagaimana sektor-sektor publik tersebut berfungsi.

    Konteks ini dapat mendesak atau memfasilitasi penyelesaian tugas-tugas tertentu.

    3. Task network dimension(dimensi jaringan tugas)Merujuk pada sekumpulan organisasi yang terlibat dalam penyelesaian tugas

    apapun yang diberikan. Kinerja dipengaruhi oleh sejauh mana jaringan tersebut

    mampu mendorong komunikasi dan koordinasi dan sejauh mana individuindividu

    dalam organisasi di jaringan tersebut dapat melaksanakan tanggung jawab mereka

    secara efektif. Jaringan dapat disusun dari organisasi-organisasi yang berada di

    dalam dan di luar sektor public termasuk LSM dan organisasi sektor swasta.

    4. Organizational dimension(Dimensi Organisasi)Merujuk kepada tempat yang menguntungkan dimana riset diagnostik

    biasanya dilaksanakan. Meliputi penentuan tujuan, struktur, proses, sumber daya,

    dan gaya manajemen organisasi yang akan mempengaruhi bagaimana organisasi-

    organisasi tersebut mencapai sasaran, menyusun struktur kerja, menentukan

    hubungan kekuasaan, dan memberikan struktur insentif. Faktor-faktor ini

    menjalankan dan mendesak kinerja karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi

    output organisasi dan membentuk perilaku orang-orang yang bekerja di dalamnya

    5. Human resources dimension(dimensi sumber daya manusia)Dimensi kelima dari kapasitas berfokus pada bagaimana sumber daya

    manusia dididik dan ditarik untuk berkarir di sektor publik dan pemanfaatan serta

    penyimpanan individu ketika mereka mengejar karir seperti ini. Dimensi-dimensi

    ini berfokus terutama pada kemampuan manajerial, profesional, dan teknis serta

    sejauh mana pelatihan dan jenjang karir mempengaruhi kinerja keseluruhan pada

    setiap tugas yang diberikan.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    9/22

    9

    b. Hasil Peninjauan Kepasitas Kelembagaan Pada Dinas KesehatanPemerinth Provinsi Gorontalo

    Provinsi Gorontalo adalah wilayah pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara

    yang ditetapkan melalui Undang-Undang No 38/2000. Provinsi Gorontalo terletak

    di bagian Utara Pulau Sulawesi, berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara di

    sebelah Timur, Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat, Laut Sulawesi di

    sebelah Utara dan Teluk Tomini di sebelah Selatan. Provinsi Gorontalo terdiri dari

    lima kabupaten (Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten

    Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara,Kabupaten Pohuwatu) dan satu kota (Kota

    Gorontalo) yang terbagi dalam 47 kecamatan, 385 desa dan 65 kelurahan.

    Sebagian besar wilayahnya seluas 12.215,44 km2 adalah perbukitan yang didiami

    oleh 941.444 jiwa (data tahun 2006).

    Pemerintah Provinsi Gorontalo dipimpin oleh Kepala Daerah yaitu Gubernur

    yang dibantu oleh seorang Wakil Gubernur. Sebagai kelengkapan perangkat

    pemerintah dalam menjalankan tugas dan wewenang pemerintah, melalui

    Peraturan Daerah no 5, 6 dan 7 tahun 2007, telah dibentuk Sekretariat Provinsi

    yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah Provinsi, sebelas Lembaga Teknis Daerah

    (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Badan Keuangan Daerah; Badan

    Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi; Badan Kesatuan Bangsa dan

    Politik; Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Penanggulangan Kemiskinan;

    Inspektorat Provinsi Gorontalo; Badan Investasi Daerah; Kantor Satpol Pamong

    Praja dan Perlindungan Masyarakat; Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; dan

    Kantor Perwakilan) dan sebelas dinas (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga;

    Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Perhubungan dan Pariwisata;

    Dinas Sosial; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Pertanian danKetahanan Pangan; Dinas Perikanan dan Kelautan; Dinas Koperasi, Perindustrian

    dan Perdagangan; Dinas Kehutanan dan Pertambangan; dan Dinas Perkebunan

    dan Peternakan). Kepala Dinas dan Kepala Teknis Daerah berada di bawah dan

    bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

    Peraturan Gubernur no 4/2008 mengatur bahwa Dinas Kesehatan Provinsi

    Gorontalo merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dan mempunyai tugas

    melaksanakan kewenangan dekonsentrasi dan desentralisasi di bidang kesehatan.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    10/22

    10

    Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

    mempunyai fungsi:

    a. penyusunan kebijakan teknis di bidang kesehatan;b. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas kabupaten/kota

    di bidang kesehatan;

    c. pembinaan teknis di bidang kesehatan;d. pembinaan unit pelaksana teknis kesehatan;e. pemantauan dan evaluasi program di bidang kesehatan;f. pengelolaan urusan Kesekretariatan Dinas.

    Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsinya, Dinas Kesehatan mempunyai

    kewenangan:

    a. menyusun rencana program/kegiatan tahunan bidang kesehatan;b. pelaksanaan pelayanan umum bidang kesehatan.

    Susunan organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari Kepala Dinas; Sekretaris;

    Bagian Keuangan; Sub Dinas Pelayanan Kesehatan; Sub Dinas PPM-PL

    (Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan); Sub Dinas

    Kesehatan Masyarakat dan KB (Keluarga Berencana); Unit Pelaksana Teknis

    Dinas dan Kelompok Jabatan Fungsional. Total jumlah pegawai Dinas Kesehatan

    adalah 117 orang yang terdiri dari 1 orang Eselon IIA, 5 Eselon IIIA, 14 Eselon

    IVA dan 97 staf. Kerja Dinas juga dibantu oleh 14 tenaga honorer dan 9 orang

    yang bekerja di UPTD Bapelkesman (Badan Pelaksana Kesehatan Mandiri).

    Dari hasil-hasil peninjauan kapasitas terhadap Provinsi Gorontalo, Dinas

    Kesehatan menjadi salah satu di antara SKPD yang berkapasitas baik dan mampu

    menjalankan tugas-tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan. Agak berbeda

    dengan kebanyakan SKPD lain, setiap akhir tahun Dinkes melakukan perencanaanpengembangan kapasitas SDM untuk tahun berikutnya. Perencanaan

    pengembangan kapasitas ini biasanya akan terkait dengan program yang akan

    dikerjakan dan mengacu pada kebijakan provinsi. Untuk mengatasi

    ketidakmerataan tenaga medis Dinkes berinisiatif mengirimkan putra-putra daerah

    ke Politeknik Kesehatan Gorontalo sehingga setelah lulus akan kembali ke

    kabupaten masingmasing. Beberapa kekuatan yang teridentifi kasi dari hasil-hasil

    peninjauan kapasitas dan diskusi adalah sebagai berikut:

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    11/22

    11

    a. Sumber daya manusiaKapasitas Sumber Daya Manusia mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

    kreativitas untuk memperkuat pengembangan potensi manusia sehingga mampu

    berkontribusi terhadap kemampuan organisasi (dari kemampuan individual

    menjadi kemampuan kolektif institusi). Peninjauan kapasitas sumber daya

    manusia ini akan mencakup ulasan atas kerangka pengembangan kapasitas,

    kebijakan perekrutan dan promosi, penilaian kinerja, ketersediaan ruang

    berinovasi dan belajar mandiri bagi pegawai, maupun mekanisme-mekanisme

    manajerial lain yang memungkinkan pegawai mengembangkan kapasitasnya

    secara baik. Selain itu, akan ditinjau pula kemampuan untuk mengintegrasikan

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam membangun orientasi,

    memformulasikan perencanaan dan pemantauan kinerja SKPD; serta bentuk-

    bentuk pelatihan yang tersedia bagi pegawai.

    Tantangan/Isu Pengembangan SKPD dalam aspek Sumber Daya Manusia ini

    akan ditinjau di tiap-tiap kapasitas fungsional, yaitu: perumusan

    isi/orientasi/kebijakan; perencanaan dan penyusunan programprogram kerja;

    implementasi; monitoring dan evaluasi.

    b. Restrukturasi OrganisasiKapasitas dalam hal restrukturisasi organisasi mencakup peninjauan atas

    pengaturan struktur organisasi, pembagian wewenang dan tupoksi dalam tiap-tiap

    bagian dalam struktur, pengalokasian sumber daya manusia secara tepat untuk

    memenuhi fungsi dan tugas-tugas yang dibebankan, dan mekanismemekanisme

    akuntabilitas dan transparansi yang dikembangkan. Restrukturisasi organisasi

    menjadi langkah yang penting dalam rangka mengefi sienkan pengelolaan

    sumber-sumber daya, termasuk sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi, sekaligus meningkatkan fungsi-fungsi pelayanan dari

    organisasi yang bersangkutan. Bagian ini akan meninjau mutasi-mutasi pegawai,

    yang dilaksanakan seiring dengan perubahan-perubahan terhadap struktur

    organisasi.

    c. Pengelolaan KeuanganKapasitas dalam pengelolaan keuangan terdiri hal-hal yang berkaitan dengan

    kreativitas untuk memanfaatkan APBD dan Dana Dekonsentrasi dalam rangka

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    12/22

    12

    mencapai tujuan-tujuan dan hasil-hasil pembangunan, sesuai dengan garis

    kebijakan yang sudah tertuang dalam RPJMD dan RENSTRA. Dana untuk

    pembangunan selalu terbatas, dan oleh karenanya dibutuhkan kapasitas untuk

    melakukan efi siensi belanja, sehingga dana yang terbatas tersebut dapat

    sebanyak-banyaknya berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat

    dan penanggulangan kemiskinan. Bagian ini akan mencakup kemampuan

    menganalisis peluang mendapatkan sumber-sumber pendanaan, erancang

    anggaran sesuai dengan tujuan pembangunan, memanfaatkan anggaran secara

    tepat waktu dan tepat guna dan melaporkan penggunaannya, serta memonitor

    dan/atau mengevaluasi pemanfaatannya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

    dan hasil-hasil pembangunan.

    Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan, tantangan/ isu pengembangan

    SKPD juga ditinjau ditinjau di tiap-tiap kapasitas fungsional, yaitu: perumusan

    visi/ orientasi/ kebijakan; perencanaan dan penyusunan program-program kerja;

    implementasi; monitoring dan evaluasi.

    d. KepemimpinanKepemimpinan merupakan satu dari tujuh isu pokok yang ditinjau. Dalam

    peninjauan kapasitas ini, aspek Kepemimpinan mencakup kemampuan Pimpinan

    SKPD untuk memberi arahan yang jelas tentang visi-misi-tupoksi organisasi dan

    tugas masing-masing pegawai; pengetahuan dan aplikasi Tujuan Pembangunan

    Milenium (MDGs) di SKPD; keterampilan mengalokasikan dan mengelola

    sumber daya yang ada di dalam SKPD termasuk di dalamnya keterampilan

    menempatkan pegawai dan merancang pengembangan kapasitas yang sesuai,

    memotivasi dan melakukan supervisi kepada pegawai agarmencapai kinerja

    optimumnya sekaligus mampu mengembangkan diri, dan membangun tim kerjayang kuat; dan keterampilan meninjau dan menganalisis umpan balik dari

    masyarakat untuk perbaikan.

    Kapasitas Kepemimpinan ditinjau dalam empat kapasitas fungsional yaitu

    perumusan visi, orientasi,kebijakan; perencanaan dan penyusunan program-

    program kerja; implementasi; monitoring dan evaluasi.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    13/22

    13

    e. KoordinasiPengertian koordinasi adalah aksi bersama/gerakan yang dilakukan dalam

    rangka membuat orangorang atau kepentingan-kepentingan yang berbeda bekerja

    bersama untuk sebuah tujuan atau dampak. Sementara dalam konteks kerja

    pemerintah provinsi, koordinasi adalah upaya-upaya untuk sinkronisasi

    kebijakan, strategi, dan program/rencana kerja antar SKPD di tingkat provinsi.

    Koordinasi dalam konteks perencanaan vertikal, mencakup perencanaan dari

    bawah melalui musrenbang dengan perencanaan SKPD; perencanaan pemerintah

    pusat di daerah dengan rencana pembangunan provinsi; serta koordinasi

    perencanaan, implementasi, dan pengawasan pembangunan antara level provinsi

    dan level kabupaten/kota.

    Kapasitas Koordinasi ditinjau dalam tiga kapasitas fungsional yaitu

    perencanaan dan penyusunan program-program kerja; implementasi; monitoring

    dan evaluasi.

    f. Membangun AkuntabilitasPemerintahan yang akuntabel dapat diartikan sebagai pemerintahan yang

    transparan, responsif atas pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya,

    serta mampu menciptakan mekanismemekanisme pelibatan masyarakat dalam

    merencanakan pembangunan dan memonitor/memantau implementasi

    pembangunan. Bagian ini mencakup akuntabilitas internal SKPD ke dalam

    struktur administrasi pemerintahan maupun ke luar kepada pemangku

    kepentingan utama yaitu masyarakat. Akuntabilitas ke dalam berbentuk

    mekanisme pertanggungjawaban kinerja SKPD kepada Gubernur. Akuntabilitas

    ke luar mencakup penempatan masyarakat sebagai subyek pembangunan, melalui

    pemberian akses (terhadap data dan informasi menyangkut sumber dayapembangunan dan hasil-hasil pembangunan) dan kontrol (melalui penciptaan

    mekanisme pemberian umpan balik dan penguatan partisipasi dalam proses

    perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi pembangunan).

    Kapasitas dalam Membangun Akuntabilitas ditinjau dalam empat kapasitas

    fungsional yaitu perumusan visi, orientasi, kebijakan; perencanaan dan

    penyusunan program-program kerja; implementasi; monitoring dan evaluasi.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    14/22

    14

    g. Pengetahuan dan KeterampilanKemampuan untuk mengakumulasi pengetahuan dan keterampilan amat

    penting dalam rangka menjadikan pemerintah provinsi menjadi pusat

    pembelajaran (learning center) bagi kabupaten/ kota di wilayahnya dan bahkan

    bagi wilayah-wilayah lain yang membutuhkan dukungan untuk pengembangan.

    Pengetahuan dan keterampilan mencakup institusionalisasi pengetahuan dan

    keterampilan di level individu pegawai sehingga terakumulasi menjadi

    kemampuan SKPD, penguatan efektivitas inovasi yang diperoleh dari

    pembelajaran sehingga dapat direplikasi oleh pihak-pihak lain, sekaligus

    kemampuan menggalang sumber-sumber daya dari luar SKPD untuk penguatan

    pengetahuan dan keterampilan tersebut. Kemampuan menuliskan pengalaman,

    mendokumentasikannya secara sistematis, mendialogkannya dengan berbagai

    pihak yang mampu memberi masukan berharga menjadi sangat penting di dalam

    proses membangun pengetahuan dan keterampilan dari pengalaman empiris ini.

    Tantangan/isu pengembangan SKPD dalam aspek Pengetahuan dan

    Keterampilan ini akan ditinjau di empat kapasitas fungsional, yaitu perumusan

    visi/orientasi/kebijakan; perencanaan dan penyusunan program-program kerja;

    implementasi; monitoring dan evaluasi.

    c. Strategi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pada Dinas KesehatanPemerintah Provinsi Gorontalo

    Dari hasil-hasil peninjauan kapasitas terhadap Provinsi Gorontalo, Dinas

    Kesehatan menjadi salah satu di antara SKPD yang berkapasitas baik dan mampu

    menjalankan tugas-tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan. Agak berbeda

    dengan kebanyakan SKPD lain, setiap akhir tahun Dinkes melakukan perencanaan

    pengembangan kapasitas SDM untuk tahun berikutnya. Perencanaan

    pengembangan kapasitas ini biasanya akan terkait dengan program yang akan

    dikerjakan dan mengacu pada kebijakan provinsi. Untuk mengatasi

    ketidakmerataan tenaga medis Dinkes berinisiatif mengirimkan putra-putra daerah

    ke Politeknik Kesehatan Gorontalo sehingga setelah lulus akan kembali ke

    kabupaten masing-masing.

    Sebelum merumuskan strategi untuk pengembangan kelembagaan diperlukan

    sebuah analisis mengenai kekuatan dan kelemahan pada dinas kesehatan provinsi

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    15/22

    15

    Gorontalo. Berikut akakan dipaparkan mengenai beberapa kekuatan yang

    teridentifikasi dari hasil peninjauan kapasitas dan diskusi oleh Bappenas dan

    pemprov Gorontalo, yaitu :

    Kekuatan yang dimiliki dinas Kesehatan Pemerintah Gorontalo

    a. KepemimpinanDari hasil peninjauan kapasitas dan diskusi ditemukan bahwa pimpinan

    memberikan bimbingan dan arahan kepada pegawai tentang tugas yang harus

    dikerjakan dengan jelas. Pegawai termotivasi dan berkemauan untuk

    melaksanakan pekerjaan sesuai tupoksi. Pimpinan juga mampu melakukan

    negosiasi dengan pihak lain sehingga membuka kesempatan bagi pegawai untuk

    mendapatkan pengembangan kapasitas, seperti kesempatan belajar tentang

    keuangan dan lainnya. Pimpinan juga memiliki kapasitas untuk mengevaluasi

    kinerja pegawai dan menempatkan pegawai (non eselon) pada posisi yang tepat.

    b. Kemampuan merencanakan pengembangan kapasitas SDM dan transferpengetahuan secara berjenjang

    Pengembangan kapasitas yang direncanakan tidak terlepas dari

    program/kegiatan yang akan dilakukan untuk tahun berikutnya. Pengembangan

    kapasitas yang dibiayai APBN sebagian besar sudah ditetapkan oleh pemerintah

    pusat sedangkan yang dibiayai APBDlebih fleksibel sesuai rambu-rambu yang

    ditetapkan dalam Permendagri. Hasil TOT yang diterima pegawai provinsi akan

    ditransfer kepada kabupaten/kota dan berjenjang ke bawah (puskesmas atau

    pemuka masyarakat sesuai kebutuhan). Pengembangan kapasitas juga dilakukan

    dalam kerangka kerjasama dengan lembaga donor seperti dengan NLR dan

    Global Fund.

    c. Kemampuan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan/programHasil pengembangan kapasitas dimonitor melalui pertemuan koordinasi dan

    turun langsung ke lapangan. Sudah ada checklist yang dikembangkan untuk

    monitoring, dan monitoring sudah lebih jauh melihat apakah hasil pengembangan

    kapasitas yang diberikan dipraktekkan di tingkat lapangan. Sebagai contoh, pada

    program Desa Siaga setelah TOT dilakukan monitoring pengembangan desa

    siaga (puskesdes: 1 bidan, 2 kader). Hasil monitoring dan evaluasi juga menjadi

    bahan untuk menentukan kelanjutan program/kegiatan yang dilaksanakan.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    16/22

    16

    d. Kemampuan mengintegrasikan MDGs dan IPM dalam rencana strategidan mengoperasionalkannya

    Dalam RENSTRA Dinkes telah memasukkan target terkait AKB (angka

    kematian bayi), AKI (angka kematian ibu), kasus gizi, dan umur harapan hidup

    dalam upaya menaikkan angka IPM. Sementara indikator SPM (yang diturunkan

    oleh pemerintah pusat dari indikator MDGs) juga telah masuk menjadi target

    dalam RENSTRA. Program-program khusus telah diturunkan dari RENSTRA,

    sebagai contoh muatan lokal gizi dengan sumber makanan lokal dimasukkan

    dalam kurikulum pendidikan SD hingga SMA. Ada pula Pusat Pemulihan Gizi

    yang menjadi pusat rujukan di masing-masing kabupaten. Program ini dilakukan

    bersama-sama dengan Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan,

    dan PKK setempat) untuk penanggulangan kemiskinan (di bawah koordinasi

    BPMDPK).

    e. Kemauan untuk menjadi akuntabel dan responsifUntuk mempercepat tanggapan terhadap pengaduan yang diterima, Dinkes

    saat ini sedang mengembangkan mekanisme pengaduan yang dinamakan SMS

    Gateway dengan membuka nomor telpon khusus yang mudah diakses oleh

    masyarakat. Inisiatif ini baru pada tahap awal, dan baru taraf pelaporan penyakit

    KLB (kejadian luar biasa). SMS diterima oleh petugas khusus, setelah dipelajari

    kemudian pesan tersebut dilanjutkan kepada petugas kesehatan terdekat dengan

    pemberi informasi/penderita. Inisiatif ini rencananya akan diintegrasikan dengan

    upaya yang dikembangkan oleh BALIHRISTI. Mekanisme pengaduan lainnya

    adalah melalui kepala dinas, dialog interaktif di RRI (Halo Gubernur dan Warung

    Kopi). Dalam dialog ini Dinkes juga menyampaikan informasi kesehatan yang

    perlu diketahui oleh masyarakat.

    f. Pelibatan sub-dinas pada pelatihan-pelatihan yang dilakukan olehmasing-masing program di Dinkes

    Selain bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru, dengan pendekatan

    seperti ini Dinkes menjaga keterpaduan lintas program. Kekuatan-kekuatan di

    atas layak untuk dipertahankan oleh Dinkes karena cukup berkontribusi pada

    kinerjanya. Namun upaya untuk meningkatkan efektivitasnya juga masih layak

    untuk dilakukan lebih lanjut. Misalnya, mulai juga mengembangkan alat

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    17/22

    17

    monitoring yang melihat pada dampak progam terhadap kesehatan masyarakat;

    dan memperluas pembelajaran hingga kepada pegawai tidak hanya di sub-dinas,

    melalui media-media berbagi informasi secara rutin. Selain berbagai kekuatan di

    atas, dari hasil peninjauan kapasitas dan diskusi juga teridentifikasiKelemahan yang dimiliki dinas Kesehatan Pemerinth Gorontalo

    a. Kapasitas untuk menangkap kesempatan (program/pengembangankapasitas) dari pihak lain (selain APBN dan APBD)

    Sejauh ini yang dilakukan oleh Dinkes menunggu datangnya tawaran

    program, baik melalui APBD, APBD, atau program donor melalui pemerintah

    nasional. Sementara saat ini isu penanggulangan kemiskinan (pendekatan MDGs)

    banyak digaungkan oleh pemerintah negara lain dan lembaga donor internasional

    sehingga potensi untuk bekerja sama besar. Belum proaktifnya Dinkes mencari

    alternatif sumber daya lain ini kemungkinan juga bisa disebabkan kelemahan

    kapasitas untuk menyusun program yang layak dijual kepada lembagalembaga

    donor tersebut.

    b. Kapasitas melobi dan menegosiasikan kebutuhan tenaga medis dilapangan

    Serupa dengan banyak wilayah di Indonesia, Provinsi Gorontalo juga

    menghadapi masalah klasik kekurangan dan tidak meratanya distribusi tenaga

    medis. Dalam masalah ini Dinkes belum terlihat memiliki kekuatan untuk

    memerankan fungsi koordinator pembangunan wilayah, misalnya kurang mampu

    menegosiasikan perpindahan tenaga dokter dari wilayah yang kelebihan ke

    wilayah lain atau hanya menerima mutasi bidan-bidan dari desa ke RS (padahal

    di RS bidan tersebut melakukan pekerjaan administratif saja). Di satu sisi,

    kelemahan kapasitas negosiasi ini juga kemungkinan bisa disebabkan olehkurang kreatifnya Dinkes dalam merancang sistem insentif bagi

    kabupaten/kota/institusi yang telah membiayai sendiri pendidikan dokter/tenaga

    medis tersebut. Di sisi lain, keterbatasan anggaran yang dikelola oleh Dinkes juga

    sangat membatasi kreatifi tas Dinkes untuk berinovasi. Kelemahan yang juga

    ditemukan dalam diskusi terkait kapasitas negosiasi ini adalah pemahaman

    Dinkes terhadap pihak-pihak yang memiliki kewenangan mengambil keputusan

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    18/22

    18

    penempatan tenaga medis. Hal ini diperlukan supaya negosiasi dapat secara

    efektif dilakukan kepada pihak yang tepat.

    c. Evaluasi dampak berbagai intervensi program secara menyeluruhDinkes sudah terlihat kapasitasnya dalam mengintegrasikan MDGs dan IPM

    ke dalam RENSTRA dan kebijakan turunannya. Monitoring dan evaluasi setiap

    program pun telah dilakukan. Yang masih perlu dikembangkan adalah sistem

    evaluasi untuk melihat dampak dari berbagai intervensi program yang dilakukan

    terhadap kesehatan masyarakat, serta efektivitas strategi yang dikembangkan oleh

    Dinkes dalam mengatasi persoalan kesehatan di Provinsi Gorontalo. Ada empat

    strategi yang dikembangkan, yaitu kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan

    masyarakat; peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan;

    peningkatan gizi masyarakat; dan peningkatan sumber daya kesehatan dan

    manajemen kesehatan.

    Strategi penguatan kapasitas Kelembagaan pada dinas Kesehatan pemerintah

    provinsi Gorontalo

    Tingkat SKPD Melakukan rekruitmen tenaga ahli untuk mendukung Dinas

    Kesehatan dalam hal:

    1. Pengembangan program-program kesehatan yang mengintegrasikan MDGsdan IPM, menulisnya menjadi rancangan program yang menarik dan layak

    dijual. Termasuk mempelajari berbagai pendekatan program yang digunakan

    oleh lembaga donor, seperti RBM (Result Based Management) atau PCM

    (Project Cycle Management)

    2. Pengembangan basis data institusi maupun lembaga yang memberikandukungan untuk isu kesehatan. Basis data ini harus selalu diperbaharu dan

    mencakup profi l, kebijakan, isu spesifik yang didukung, format proposal,periode penerimaan proposal, dan jumlah dana yang disediakan

    3. Mengevaluasi keseluruhan program yang telah dilakukan untuk melihatdampaknya pada perubahan kesehatan masyarakat dan memberikan

    rekomendasi perbaikan strategi. Hasil ini juga potensial untuk dijadikan alat

    tawar kepada Bappeda atau DPRD untuk alokasi anggaran yang lebih besar.

    Tingkat individu pegawai

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    19/22

    19

    4. Pelatihan lobi dan negosiasi, untuk memperdalam metode dan teknik-tekniklobi dan negosiasi kepada berbagai pihak yang akan mendukung kerja-kerja

    Dinkes ke depan, termasuk mempelajari alat untuk memetakan pemangku

    kepentingan Dinkes.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    20/22

    20

    BAB III

    PENUTUP

    a. KesimpulanBerikut kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam penulisan makalah ini :

    1. Dalam kerangka persiapan proyek Provincial Governance StrengtheningProgramme (PGSP) pemerintah Provinsi Gorontalo melakukan peninjauan

    kapasitas atau strategi pengembangan kapasitas (Capacity Assessment /

    Capacity Development Strategy) dari 10 instansi yang ada di Pemerintahan

    provinsi Gorontalo

    2. Dimensi Pengembangan Kelembagaan Pada Sektor Publik Grindle (1997: 1-28) yaitu Dimensi pengembangan SDM, Dimensi penguatan organisasi,

    Dimensi reformasi kelembagaan. Sedangkan menurut (Grindle, 1997: 35-36)

    yaitu The action environment (lingkungan tindakan), Public sector

    institutional context (Konteks institusional dari sektor publik), Task network

    dimension (dimensi jaringan tugas), Organizational dimension (Dimensi

    Organisasi),Human resources dimension(dimensi sumber daya manusia).

    3. Hasil Peninjauan kepasitas kelembagaan pada dinas kesehatan pemerintahProvinsi Gorontalo yang didasarkan dari dimensi atau aspek sumber daya

    manusia, aspek restrukturasi, aspek pengelolaan keuangan, aspek

    kepemimpinan, aspek koordinasi, aspek membangun akuntabilitas, serta

    pengetahuan dan keterampilan.

    4. Berikut kekuatan yang dimiliki dinas kesehatan pemerintah provinsiGorontalo yaitu: kepemimpinan, kemampuan merencanakan pengembangan

    kapasitas SDM dan transfer pengetahuan secara berjenjang, kemampuan

    melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan/program, kemampuanmengintegrasikan MDGs dan IPM dalam rencana strategi dan

    mengoperasionalkannya, kemauan untuk menjadi akuntabel dan responsif,

    pelibatan sub-dinas pada pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh masing-

    masing program di dinkes. Sedangkan kelemahan yang dimiliki : kapasitas

    untuk menangkap kesempatan (program/pengembangan kapasitas) dari pihak

    lain (selain APBN dan APBD), kapasitas melobi dan menegosiasikan

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    21/22

    21

    kebutuhan tenaga medis di lapangan, evaluasi dampak berbagai intervensi

    program secara menyeluruh.

    5. Strategi penguatan kapasitas kelembagaan pada dinas kesehatan pemerintahprovinsi Gorontalo adalah sebagai berikut : Pengembangan program-program

    kesehatan yang mengintegrasikan MDGss dan IPM, Pengembangan basis

    data institusi maupun lembaga yang memberikan dukungan untuk isu

    kesehatan, mengevaluasi keseluruhan program yang telah dilakukan untuk

    melihat dampaknya pada perubahan kesehatan masyarakat dan memberikan

    rekomendasi perbaikan strategi, serta pelatihan lobi dan negosiasi dalam

    melaksanakan program kerja.

    b. SaranSaran yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

    1. Dinas kesehatan provinsi Gorontalo sebaiknya melakukan kerjasama denganaktor non pemerintahan dalam mengembangkan inovasi program kesehatan,

    misal dalam pengembangan produk-produk kesehatan. Kerjasama dapat

    dilakukan dengan perusahaan, LSM, dan akademisi. Hal ini dimaksudkan

    untuk mengembangkan koneksi dan kemampuan kerjasama dengan aktor non

    pemerintahan untuk menambah skill dan pengalaman berkolaborasi.

    2. Dinas kesehatan provinsi Gorontalo harus melakukan pengevaluasian rutinmelalui peninjauan kelembagaan secara berkala. Hal ini supaya didapatkan

    data dan hasil yang valid untuk melakukan penyusunan kelembagaan yang

    strategis ke depannya.

    3. Pemerintah daerah lainnya dapat melakukan strategi peninjauan kelembagaanterhadap SKPD masing-masing daerah guna memperoleh data informasiterhadap tingkat kapasitas lembaganya dalam melakukan fungsi dan tugasnya.

    Hal ini berguna untuk memberikan gambaran formulasi kebijakan strategis.

  • 5/26/2018 1b. Makalah Dimensi Pengembangan Kelembagaan (Fix)

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    Bappenas - UNDP Report (2009). Provincial Human Development Index ofGorontalo Province.

    Bappenas dan Pemprov Gorontalo. 2009. Peninjauan Kapasitas/Strategi

    Pengembangan Kapasitas : Tinjauan Kapasitas 10 SKPD Pemerintah

    Provinsi Gorontalo. Gorontalo : Building and Reinventing Decentralized

    Governance (BRidGe). ISBN: 978-927-17557-7-4.

    Kamariah, Najmi et.all. Capacity Building : Birokrasi Pemerintah Daerah

    Kabupaten/Kota di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian oleh STIA-LAN

    Makassar 2012.

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Gorontalo 2007-2012

    World Bank. 2008. Report on Service Delivery and Financial Management in A

    New Province: Gorontalo Public Expenditure Analysis 2008.