184-583-2-PB

5
35 PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone/Fax: 085297686091 E-mail: [email protected] Abstrak Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku seseorang. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluargannya sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan total sampling yakni ibu yang tinggal di lingkungan IV berjumlah 35 orang. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan data demografi ibu yakni sebagian besar ibu berada pada rentang umur 32-41 tahun berjumlah 18 orang (51,4%), kebanyakan ibu memiliki anggota keluarga 3-6 orang berjumlah 16 orang (45,7%), pekerjaan ibu sebagian besar petani berjumlah 22 orang (62,9%), pendidikan terakhir ibu sebagian besar adalah SMA berjumlah 16 orang (45,7%), penghasilan ibu mayoritas berada pada rentang Rp.800.000- Rp.2.000.000 berjumlah 18 orang (51,4%). Pengetahuan ibu didapatkan pengetahuan ibu kurang berjumlah 2 responden (5,7%), pengetahuan cukup 10 responden (28,6%) dan pengetahuan baik 23 responden (65,7%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga sehingga ibu dapat mengaplikasikan apa yang sudah diketahui tentang gizi seimbang pada keluarga. Keyword: Gizi seimbang, Ibu, Keluarga PENDAHULUAN Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang untuk mengatasi gizi lebih diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003). Fenomena gizi saat ini lebih merupakan ancaman yang serius karena terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, baik di desa maupun di kota. Prevalensi kurus dan sangat kurus berdasar BB/TB pada anak balita tidak turun bermakna pada 3 tahun terakhir yakni 13,3% anak balita masih ditemukan kurus dan sangat kurus. Pada tahun 2009 ditemukan 56.941 kasus anak balita gizi buruk. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dapat diatasi dengan konsumsi garam beryodium tetapi masalah konsumsi di rumah tangga adalah hanya 62,3%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A secara nasional pada anak balita sebesar 69,8% sedangkan pada ibu hamil meningkat menjadi 52,2% pada tahun 2010. Secara nasional, wanita usia subur (WUS) dengan kekurangan energi kalori (KEK) menurun dalam satu dekade terakhir 16,7 % pada tahun 2003 menjadi 13,6% pada tahun 2007. Anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu, di perkotaan 19,7% WUS menderita anemia dan 24,5% menderita anemia pada saat hamil. Anemia gizi kurang zat besi

Transcript of 184-583-2-PB

Page 1: 184-583-2-PB

35

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN

GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA

SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Emmi Silitonga* Lufthiani**

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

**Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Phone/Fax: 085297686091

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku seseorang. Semakin

bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan

untuk dikonsumsi seluruh anggota keluargannya sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan

gizi pada keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan total

sampling yakni ibu yang tinggal di lingkungan IV berjumlah 35 orang. Kuesioner yang digunakan

terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan. Hasil penelitian

menunjukkan data demografi ibu yakni sebagian besar ibu berada pada rentang umur 32-41 tahun

berjumlah 18 orang (51,4%), kebanyakan ibu memiliki anggota keluarga 3-6 orang berjumlah 16

orang (45,7%), pekerjaan ibu sebagian besar petani berjumlah 22 orang (62,9%), pendidikan terakhir

ibu sebagian besar adalah SMA berjumlah 16 orang (45,7%), penghasilan ibu mayoritas berada pada

rentang Rp.800.000- Rp.2.000.000 berjumlah 18 orang (51,4%). Pengetahuan ibu didapatkan

pengetahuan ibu kurang berjumlah 2 responden (5,7%), pengetahuan cukup 10 responden (28,6%) dan

pengetahuan baik 23 responden (65,7%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas

kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga sehingga ibu dapat mengaplikasikan apa yang sudah diketahui tentang gizi seimbang pada

keluarga. Keyword: Gizi seimbang, Ibu, Keluarga

PENDAHULUAN

Perilaku merupakan faktor terbesar

kedua yang mempengaruhi status

kesehatan seseorang untuk mengatasi gizi

lebih diperlukan perubahan sosial baik

gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan

dan disertai penyiapan lingkungan yang

kondusif (Notoatmodjo, 2003).

Fenomena gizi saat ini lebih

merupakan ancaman yang serius karena

terjadi di berbagai strata ekonomi,

pendidikan, baik di desa maupun di kota.

Prevalensi kurus dan sangat kurus

berdasar BB/TB pada anak balita tidak

turun bermakna pada 3 tahun terakhir

yakni 13,3% anak balita masih ditemukan

kurus dan sangat kurus. Pada tahun 2009

ditemukan 56.941 kasus anak balita gizi

buruk. Gangguan akibat kekurangan

yodium (GAKY) dapat diatasi dengan

konsumsi garam beryodium tetapi

masalah konsumsi di rumah tangga adalah

hanya 62,3%. Cakupan pemberian kapsul

vitamin A secara nasional pada anak

balita sebesar 69,8% sedangkan pada ibu

hamil meningkat menjadi 52,2% pada

tahun 2010. Secara nasional, wanita usia

subur (WUS) dengan kekurangan energi

kalori (KEK) menurun dalam satu dekade

terakhir 16,7 % pada tahun 2003 menjadi

13,6% pada tahun 2007. Anemia pada ibu

hamil meningkatkan resiko kematian ibu,

di perkotaan 19,7% WUS menderita

anemia dan 24,5% menderita anemia pada

saat hamil. Anemia gizi kurang zat besi

Page 2: 184-583-2-PB

36

masih dijumpai pada 26,3% balita.

(Bappenas, 2011). Penanggulangan

masalah gizi kurang, perlu dilakukan

melalui upaya peningkatan pengadaan

pangan, penganekaragaman produksi dan

konsumsi pangan, peningkatan status

sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan

masyarakat, serta peningkatan teknologi

hasil pertanian dan teknologi pangan

(Almatsier, 2003). Menurut Depkes RI

(2005) ada beberapa hal yang dapat

dilakukan sebagai upaya pencegahan

terjadinya gizi buruk/ KEP berat di tingkat

rumah tangga yaitu ibu membawa anak

untuk ditimbang di posyandu secara

teratur setiap bulan untuk mengetahui

pertumbuhan berat badan, memberikan

ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan,

memberikan MP-ASI sesuai dan kondisi

kesehatan anak sesuai anjuran pemberian

makanan, memberikan beraneka ragam

bagi anggota keluarga lainnya, ibu segera

memberitahukan pada petugas kesehatan/

kader bila balita mengalami sakit atau

gangguan pertumbuhan, menerapkan

nasehat yang dianjurkan petugas

kesehatan. Dalam keluarga biasanya

seorang ibu akan berperan dalam

mengatur makanan keluarga termasuk

persiapan makanan, pengolahan makanan

sampai penyajian untuk seluruh anggota

keluarga. Penatalaksanaan gizi seimbang

adalah memakan aneka ragam makanan,

memakan makanan yang memenuhi

kecukupan energy, memakan makanan

sumber karbohidrat, setengah dari

kebutuhan energy, membatasi konsumsi

lemak dan minyak sampai seperempat

dari kebutuhan energy, menggunakan

garam beryodium, memakan makanan

yang kaya akan zat besi, memberikan Air

Susu Ibu saja kepada bayi sampai umur

empat bulan, membiasakan makan pagi

setiap hari, meminum air bersih dan sehat

dalam jumlah yang cukup, berolah raga

dengan teratur untuk menjaga kebugaran

badan, menghindari minum minuman

beralkohol, memakan makanan yang

aman bagi kesehatan, membaca label pada

makanan yang dikemas (Soekirman,

2000).

Berdasarkan hasil survey, data yang

diperoleh dari POSKESDES desa

Siborboron dengan jumlah penduduk

1082 jiwa, jumlah bayi yang terdapat di

pos penimbangan pada tiga tahun terakhir

mengalami peningkatan. Balita yang

mengalami gizi kurang yang diketahui

dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yakni

garis pertumbuhan yang berada di bawah

garis merah meningkat dari tahun 2009

sampai tahun 2011. Jumlah ibu hamil

yang mengalami kekurangan energi kalori

(KEK) mengalami peningkatan pada tiga

tahun terakhir. Masalah akibat

kekurangan zat gizi lainnya juga masih

ditemukan seperti berat badan bayi lahir

rendah (BBLR) defisiensi zat besi pada

ibu hamil dan lansia, kekurangan yodium

dan vitamin A. Di lingkungan IV sendiri

ditemukan kasus terbanyak yang

berhubungan dengan masalah gizi

dibandingkan dengan lingkungan yang

lain yakni 10 kasus pada tahun 2011.

Upaya upaya yang sudah dilakukan oleh

Poskesdes Siborboron untuk

meningkatkan status gizi masyarakat

antara lain dengan mengadakan

penyuluhan kepada masyarakat tentang

gizi seimbang, cara pengolahan makanan,

pemberian makanan tambahan kepada

lansia berupa bubur kacang ijo, pemberian

Makanan Pendamping ASI (MP- ASI)

kepada bayi dalam bentuk roti, pemberian

susu bagi ibu hamil, pemberian tablet Fe

bagi ibu hamil dan lansia, pemberian

tablet vitamin A bagi balita dan ibu hamil

1 x 6 bulan yaitu bulan Februari dan

Agustus. Pemerintah, Poskesdes, dan

kader- kader yang terkait dengan

pembangunan kesehatan di desa tersebut

sudah melakukan upaya- upaya untuk

meningkatkan dan memperbaiki status

gizi tetapi kasus- kasus yang

berhubungan dengan masalah gizi belum

sepenuhnya teratasi. Keberhasilan

program itu juga tergantung kepada

masyarakat misalnya, peran masyarakat

dalam pendidikan kesehatan, pengetahuan

masyarakat dan yang paling penting

adalah perilaku masyarakat dalam

mengatasi masalah gizi serta untuk

peningkatan derajat kesehatan.

Dengan melihat fenomena yang

terjadi yakni ketidaksesuaian antara upaya

peningkatan status gizi dengan adanya

Page 3: 184-583-2-PB

37

masalah gizi di lingkungan IV desa

Siborboron maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana

pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan

gizi seimbang pada keluarga di

lingkungan IV desa Siborboron.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran pengetahuan ibu tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga di lingkungan IV desa

Siborboron.

METODE

Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh ibu yang berdomisili di

lingkungan IV desa Siborboron. Sampel

pada penelitian ini diambil dengan

menggunakan teknik total sampling yaitu

suatu teknik penetapan sampel dengan

cara mengambil keseluruhan dari populasi

yakni seluruh ibu yang berdomisili di

lingkungan IV sebanyak 35 orang. Desain

penelitian pada penelitian ini adalah

deskriptif yakni penelitian yang bertujuan

untuk menggambarkan pengetahuan ibu

tentang penatalaksanaan gizi seimbang

pada keluarga. Analisa data dimulai dari

tahap editing yakni memeriksa

kelengkapan data kemudian diberikan

kode dan diolah dengan teknik

komputerisasi dengan analisa deskriptif

dan hasilnya disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan di

lingkungan IV desa Siborboron

Kecamatan Sijamapolang Kabupaten

Humbang Hasundutan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1.1 Data Demografi Ibu di

Lingkungan IV

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat bahwa sebagian besar umur ibu

berada pada rentang umur 32-41 tahun

yaitu berjumlah 18 orang (51,4%).

Karakteristik ibu dilihat dari jumlah

anggota keluarga yakni kebanyakan ibu

memiliki jumlah anggota keluarga 3-6

orang yaitu berjumlah 16 orang (45,7%).

Pekerjaan ibu sebagian besar adalah

petani berjumlah 22 orang (62,9%).

Pendidikan terakhir ibu sebagian besar

adalah SMA berjumlah 16 orang (45,7%).

Penghasilan ibu sebagian besar berada

Karakteristik Ibu Frekue

nsi (n)

Persent

asi (%)

Umur:

22-31 tahun 7 20

32-41 tahun 18 51,4

42-51 tahun 7 20

52-62 tahun 3 8,6

Total 35 100

Jumlah Anggota

Keluarga:

<3 orang 5 14,3

3-6 orang 16 45,7

>6 orang 14 40

Total 35 100

Pekerjaan:

Ibu rumah tangga 3 8,6

Petani 22 62.9

PNS 8 22,9

Wiraswasta 2 5,7

Total 35 100

Pendidikan

SD 8 22,9

SMP 8 22,9

SMA 16 45,7

D3 3 8,6

Total 35 100

Penghasilan/bulan:

< Rp.800.000 9 25,7

Rp.800.000-

Rp.2.000.000

18 51,4

Rp.2.000.000-

Rp.3.000.000

8 22,9

Total 35 100

Page 4: 184-583-2-PB

38

pada rentang Rp.800.000-Rp.2.000.000

berjumlah 18 orang (51,4%).

Tabel 1.2 Pengetahuan Ibu tentang

Penatalaksanaan Gizi

Seimbang

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga sebagian besar adalah baik yakni

23 orang (65,7%).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan pengetahuan ibu tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga yakni pengetahuan ibu kurang

berjumlah 2 responden (5,7%),

pengetahuan cukup 10 responden (28,6%)

dan pengetahuan baik 23 responden

(65,7%).

Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah usia

responden dimana pada penelitian ini usia

responden berada dalam rentang usia 32-

41 tahun (n=18;51,4%). Pada rentang usia

ini merupakan usia yang produktif dimana

fungsi kognitif ibu masih baik untuk

menerima informasi, mengelola informasi

dan belum terjadi penurunan daya ingat.

Menurut Hurlock (1999) umur dalam

rentang ini merupakan masa dewasa

madya dimana dalam rentang usia ini

merupakan usia yang produktif dan belum

terjadi penurunan daya ingat. Menurut

Notoatmodjo (2003) usia merupakan

variabel penting yang mempengaruhi

pengetahuan, dengan bertambahnya usia

seseorang maka pengetahuan yang

diperolehnya tentang suatu masalah juga

akan mengalami pertambahan.

Berdasarkan hasil penelitian,

sebagian besar ibu memiliki pendidikan

terakhir SMA yakni sebanyak 16 orang

(45,7%). Responden yang mempunyai

pendidikan lebih tinggi akan memiliki

kemampuan berpikir yang semakin baik

dan lebih terbuka dalam menerima

informasi termasuk pengetahuan tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga. Hasil penelitian tersebut sejalan

dengan pendapat (Suhardjo, 2003) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang diperoleh.

Pada penelitian ini mayoritas

pekerjaan ibu adalah petani berjumlah 22

orang (62,9%). Petani merupakan

pekerjaan yang memerlukan interaksi

dengan orang lain sehingga pada saat

melakukan pekerjaannya akan

memberikan kesempatan kepada

responden untuk memperoleh informasi

tentang penatalaksanaan gizi seimbang

pada keluarga dari orang lain.

Penghasilan responden pada

penelitian ini sebagian besar berada pada

rentang Rp.800.000-Rp.2.000.000 yaitu

18 responden (51,4%). Strauss dan

Thomas (1998) mengatakan bahwa

peningkatan pendapatan dapat

meningkatkan konsumsi pangan yang

sehat, sanitasi dan perilaku yang sehat dan

pengingkatan penggunaan pelayanan

kesehatan yang akhirnya meningkatkan

status gizi keluarga. Astuti (2010)

mengatakan bahwa faktor kebutuhan akan

benda ekonomi dapat menyebabkan

malnutrisi terutama pada saat krisis,

kemampuan daya beli menjadi rendah,

sehingga makanan bagi keluarga kurang

mendapat perhatian.

Berdasarkan jumlah skor yang

didapatkan oleh ibu pada kuesioner

pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan

gizi seimbang pada keluarga didapatkan 2

orang ibu memiliki pengetahuan kurang

dengan skor masing- masing 12 dan 13.

Dilihat dari data demografi, ibu yang

memiliki pengetahuan kurang memiliki

pendidikan terakhir SD dan SMP.

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah

Tingkat

pengetahuan

Skor Frekue

nsi (n)

Perse

ntasi

(%)

Baik

Cukup

Kurang

27-39

14-26

0-13

23

10

2

65,7

28,6

5,7

Total 35 100

Page 5: 184-583-2-PB

39

pendidikan, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin baik pula

pengetahuannya. Hal ini dapat

meningkatkan kesejahteraan anggota

keluarga, sehingga dapat mengurangi atau

mencegah gangguan gizi pada keluarga

(Suhardjo, 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada bulan Maret 2012 di

lingkungan IV desa Siborboron

Kecamatan Sijamapolang, didapatkan

Sebagian besar ibu sudah memiliki

pengetahuan yang baik tentang

penatalaksanaan gizi seimbang pada

keluarga. Pengetahuan yang baik

diharapkan dapat mempengaruhi sikap

dan tindakan ibu tentang penatalaksanaan

gizi seimbang pada keluarga. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi

informasi dan menambah pengetahuan

dalam pengembangan keperawatan lebih

lanjut khususnya di bidang keperawatan

komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar ILMU

GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Astuti,W. H. (2010) Ilmu Gizi dalam

Keperawatan, Jakarta:Trans Info

Media

Bappenas. (2011). Rencana Aksi

Nasional Pangan dan Gizi 2001-

2015. Desember 03, 2010.

http://www.bappenas.go.id

Depkes RI. (2005). Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS). Direktorat Bina

Gizi Masyarakat. Desember 2, 2012.

http://www.repository.ipb.ac.id

Hurlock & Elizabeth, B. (1999) Psikologi

Perkembangan:” Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan”,

Jakarta: Penerbit Erlangga

Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan, Jakarta:

PT.Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2003) Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Jakarta: PT.Rineka

Cipta

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

pada Balita di Kelurahan Wirun

Kecamatan Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo. Juli 25, 2006.

http://www.etd.eprints.ums.ac.id

Soekirman (2000) Ilmu gizi dan

Aplikasinya untuk Keluarga dan

Masyarakat, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional

Strauss, J. & Thomas, D. (1998) Health,

Nutrition and Economic

Development. Journal Economic

Literatur

Suhardjo (2003). Berbagai Cara Pendidikan

Gizi. Jakart: PT Bumi Aksara