175130830 Proposal Komprehensif Doc

20
MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASI SERTA CARA PENANGGULANGANNYA MELALUI KARAKTERISTIK RESERVOIR I. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam batuan Reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan mempunyai laju aliran yang sangat besar sehingga minyak yang di produksi juga besar. Suatu saat sumur produksi pasti akan mengalami hambatan dalam produksi ( penurunan produktivitas ). Apabila minyak sulit untuk mengalir kedalam sumur produksi maka perlu dicari penyebabnya. Menurunnya produktivitas tersebut banyak sekali penyebabnya. Kerusakan dapat terjadi pada sistem pengangkatan, sistem penyelesaian sumur, sistem gathering ( sistem penyaluran ) atau pada formasi. Kerusakan formasi umumnya mengalami perubahan pada permeabilitasnya, yaitu lebih kecil dari permeabilitas mula-mula. Didalam sistem formasi ada kemungkinan jalannya fluida reservoir terhambat oleh invasi zat-zat tertentu. Zat-zat tersebut menutupi/memperkecil pori-pori sehingga laju alir fluida kedalam sumur kecil. Pada sistem pengangkatan ada kemungkinan peralatan bawah permukaan rusak, atau penyebab lain. Pada sistem penyelesaian sumur kemungkinan pasir ikut terproduksi atau runtuhnya formasi. Pada sistem gathering ada kemungkinan saluran pipa tersumbat oleh pasir/scale. Hal itu merupakan contoh penyebab rendahnya/ turunnya produksi minyak. Penyebab kerusakan formasi secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu kerusakan formasi secara alami dan kerusakan formasi akibat penyelesaian sumur. Kerusakan formasi secara alami umumnya karena proses produksi ( baik produksi minyak atau gas ). Kerusakan formasi secara alami meliputi masalah scale, clay ( pengembangan clay ), hydrat, emulsi, parafin, asphalt, dan penggumpalan hydrokarbon sehingga menghambat laju produksi. Kerusakan formasi akibat penyelesaian sumur kemungkinan terjadi hal dari

description

khvivgui

Transcript of 175130830 Proposal Komprehensif Doc

  • MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASISERTA CARA PENANGGULANGANNYA MELALUI

    KARAKTERISTIK RESERVOIR

    I. LATAR BELAKANG MASALAH

    Di dalam batuan Reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang

    sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan

    mempunyai laju aliran yang sangat besar sehingga minyak yang di produksi juga

    besar. Suatu saat sumur produksi pasti akan mengalami hambatan dalam produksi

    ( penurunan produktivitas ).

    Apabila minyak sulit untuk mengalir kedalam sumur produksi maka perlu dicari

    penyebabnya. Menurunnya produktivitas tersebut banyak sekali penyebabnya.

    Kerusakan dapat terjadi pada sistem pengangkatan, sistem penyelesaian sumur,

    sistem gathering ( sistem penyaluran ) atau pada formasi.

    Kerusakan formasi umumnya mengalami perubahan pada

    permeabilitasnya, yaitu lebih kecil dari permeabilitas mula-mula. Didalam sistem

    formasi ada kemungkinan jalannya fluida reservoir terhambat oleh invasi zat-zat

    tertentu. Zat-zat tersebut menutupi/memperkecil pori-pori sehingga laju alir fluida

    kedalam sumur kecil. Pada sistem pengangkatan ada kemungkinan peralatan

    bawah permukaan rusak, atau penyebab lain. Pada sistem penyelesaian sumur

    kemungkinan pasir ikut terproduksi atau runtuhnya formasi. Pada sistem gathering

    ada kemungkinan saluran pipa tersumbat oleh pasir/scale. Hal itu merupakan

    contoh penyebab rendahnya/ turunnya produksi minyak.

    Penyebab kerusakan formasi secara garis besar dibagi menjadi dua

    kelompok yaitu kerusakan formasi secara alami dan kerusakan formasi akibat

    penyelesaian sumur. Kerusakan formasi secara alami umumnya karena proses

    produksi ( baik produksi minyak atau gas ). Kerusakan formasi secara alami

    meliputi masalah scale, clay ( pengembangan clay ), hydrat, emulsi, parafin,

    asphalt, dan penggumpalan hydrokarbon sehingga menghambat laju produksi.

    Kerusakan formasi akibat penyelesaian sumur kemungkinan terjadi hal dari

  • penyelesaian sumur, cementing, perbaikan sumur, atau stimulasi ( rangsangan )

    terhadap produksi minyak. Kemungkinan juga kerusakan formasi terjadi secara

    bersamaan.

    Karena adanya hambatan yang mengakibatkan laju alir rendah maka

    dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut guna menambah/ memperbaiki

    produktivitas formasi untuk menyelesaikan hal tersebut diatas perlu menganalisa

    keadaan sumur tersebut. Analisa meliputi : analisa nodal, decline curve, analisa

    core, penilaian formasi, analisa tekanan.

    Dari hasil analisa/ uji formasi kita bisa menyimpulkan kerusakan formasi

    yang terjadi yang kemungkinan kita berusaha untuk memecahkan masalah

    terhadap kerusakan formasi tersebut. Cara penanggulangan kerusakan pada

    formasi meliputi stimulasi dan fracturing. Pengontrolan kualitas terhadap cara

    pencegahan kerusakan formasi perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

    maximal.

    II. MAKSUD DAN TUJUAN

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :

    1. Mengetahui karateristik reservoir untuk dapat dilakukan analisa core, well

    logging, analisa fluida reservoir, uji tekanan yang akan digunakan untuk

    perolehan data reservoir.

    2. Dengan adanya perolehan data reservoir dapat diketahui kondisi dari

    parameter reservoir. Seperti dengan menurunnya permeabilitas akan

    mengakibatkan juga penurunan produktivitas, dari data penurunan

    produktivitas dapat diketahui adanya hambatan yang terjadi dalam formasi

    tersebut, yang dinamakan Skin.

    3. Selain menggunakan data penurunan produksi, kerusakan formasi dapat

    diketahui juga dengan cara Decline curve, Well Logging IPR, dll.

    4. Setelah kita mengetahui penyebab terjadinya kerusakan formasi pada suatu

    sumur, kita dapat menetukan bagaimana cara kita menanggulangi

    kerusakan formasi tersebut seperti fracturing wash, reperforasi , stimulasi,

    dll.

  • III. DASAR TEORI.

    Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon

    dan air. Karakteristik reservoir merupakan sifat-sifat fisik reservoir yang meliputi

    wadah (batuan), isi (fluida), dan kondisi (tekanan, temperatur). Karakteristik

    reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan penyusunnya. Fluida

    reservoir dan kondisi reservoir satu sama lain akan saling berkaitan.

    Karakteristik batuan reservoir secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

    yaitu jenis batuan reservoir dan sifat fisik batuan reservoir. Jenis batuan reservoir

    masing-masing batu pasir, batuan karbonat, batuan shale. Sifat fisik batuan

    reservoir meliputi porositas, permeabilitas, wettabilitas, saturasi, kompresibilitas,

    tekanan kapiler.

    Dengan adanya data karakteristik reservoir tersebut kita akan

    mendapatkan perolehan data untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan

    sumur /formasi, untuk mencari data itu menggunakan cara yang disebut Penilaian

    Formasi. Tujuan dari penilaian formasi adalah untuk memberikan informasi

    selengkap mungkin tentang lapisan batuan didalam bumi, terutama tentang

    reservoir yang meliputi wadah ( batuannya), isi ( fluida), dan kondisi (temperatur

    dan tekanan ).

    Metode yang dilakukan pada penilaian formasi antara lain :

    1. Analisa core/ Analisa inti Batuan

    Analisa core adalah suatu kegiatan pengukuran sifat fisik batuan yang

    dilakukan di laboratorium terhadap contoh batuan. Sifat-sifat fisik batuan yang

    diperoleh dalam menganalisa core ini antara lain : porositas, permeabilitas ,

    saturasi fluida, tekanan kapiler, dll. Secara mikroskopis core dapat dilihat

    adanya pengmbangan /invasi clay atau perpindahan butiran batuan.

    2. Well Logging

    Metode Logging adalah merupakan salah satu metode pengukuran atau

    perekaman besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor.

    Tujuan logging yaitu menentukan besaran fisik dari batuan reservoir

    ( porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif ). Sifat-sifat fisik

  • batuan reservoir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : sifat listrik, sifat

    radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang ) elastis dari batuan reservoir.

    Oleh karena itu logging juga menggunakan sifat fisik dari batuan tersebut.

    3. Analisa Fluida ReservoirAnalisa air formasi dapat digunakan untuk menetukan kadar kandungan

    unsur-unsur mineral dalam air formasi. Air formasi yang berada dalam bumi

    banyak sekali kandungan ion-ion yang dapat mengakibatkan problema

    produksi. Korosif membentuk endapan dalam pipa dan menyumbat. Ion Ca++,

    Mg++, Fe++, Fe3+, SO4, Cl, dll. Ion tersebut apabila bereaksi dengan ion lain

    dapat membentuk zat padat sehingga memberikan kesulitan dalam prosesnya.

    Sifat air formasi dipengaruhi oleh kandungan zat-zat yang terkandung

    didalamnya dan akan berubah terhadap waktu. Kadar pH dapat berubah dengan

    waktu ( hilangnya ion H+ dan uap gas asamnya ) dan suhu. Sifat ini

    berpengaruh terhadap tingkat korosi dan pengendapan. Macam-macam analisa

    air formasi meliputi analisa pH, alkalinitas, kandungan Ca, kandungan Mg,

    kandungan Fe, Sodium dari air formasi.

    4. Pressure Test / Uji Tekanan

    Tujuan utama dari pressure testing adalah menentukan kemampuan

    suatu formasi untuk mendorong/ menghasilkan fluida formasi atau dengan

    kata lain adalah menentukan produktivitas suatu sumur.

    Suatu perencanaan, pengoperasian , dan analisa pressure test yang tepat

    dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi, derajat kerusakan

    sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir, dan kemungkinan batas-batas

    reservoir dan heterogenitas formasi.

    Prinsipnya adalah mengukur perubahan tekanan terhadap waktu selama

    periode penutupan atau pada periode pengaliran. Penutupan sumur

    dimaksudkan untuk mendapatkan keseimbangan tekanan di seluruh reservoir,

    periode pengaliran dilakukan sebelum dan sesudah periode penutupan dengan

    laju konstan . paramter yang diukur adalah tekanan statik( Pws), Tekanan alir

    dasar sumur (Pwf), tekanan awal reservoir (Pi), factor Skin (S), permeabilitas

    rata-rata (K), dan radius pengurasan (re). Sedangkan metode pressure test yang

  • umum dapat dibedakan menjadi tiga macam , yaitu Drill Stem Test , Pressure

    Build Up, Pressure Draw down.

    Setelah kita memperoleh data dari hasil analisa dengan cara yang sudah

    dijelaskan diatas, maka kita mulai dapat mengidentifikasi adanya kerusakan

    formasi.

    Kerusakan formasi adalah suatu kondisi dimana produktivitas sumur

    dalam reservoir mengalami penurunan produksi secara drastis ( tidak seperti

    yang diharapkan ), yang terjadi pada formasi. Formasi mengalami kerusakan

    berarti pada formasi mengalami gangguan dalam mengalirkan fluida ke sumur

    produksi. Kerusakan dapat terjadi pada jangkauan terjauh ataupun disekitar

    lubang sumur .

    Mungkin juga kerusakan formasi terjadi pada flow line (pipa aliran)

    dipermukaan. Yang sering terjadi pada umumnya adalah perubahan

    permeabilitas yang semakin mengecil.

    Kerusakan formasi dapat diteliti dan diperkirakan dari perpindahan

    butiran batuan , reaksi kimia atau kombinasi dari keduanya apabila

    perpindahan batuan kepermukaan hanya sedikit kemungkinan belum

    mengakibatkan penurunan produksi tetapi apabila perpindahan butiran batuan

    formasi berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya permeabilitas batuan atau

    terjadi pengendapan dalam sumur produksi /flow line sehingga terjadi

    penyumbatan permeabilitas.

    A. Indikasi Adanya Kerusakan Formasi

    Sumur tidak selamanya akan memproduksi hidrokarbon terus-menerus

    tanpa mengalami suatu hambatan. Suatu saat pasti akan mengalami penurunan

    produkktivitas. Kerusakan formasi dapat terjadi pada semua jalan yang dialiri

    fluida terutama hidrokarbon. Penyempitan pipa produksi (flow line),

    tertutupnya perforasi, atau tertutupnya permeabilitas batuan didalam formasi.

    Kerusakan formasi dapat terjadi selama proses pemboran, penyelesaian sumur,

    workover, selama operasi produksi, atau injeksi. Kerusakan formasi yang pasti

    adalah disebabkan oleh keluar-masuknya fluida kedalam formasi.

  • Kerusakan formasi secara umum adalah pengecilan permeabilitas.

    Pengecilan tersebut akibat dari Invasi Partikel dan menempel pada dinding

    pori-pori batuan. Akibat invasi pori-pori batuan mengecil yang selanjutnya

    menghambat laju aliran. Penyebab menurunnya aliran/produktivitas disekitar

    lubang sumur disebut Skin . Skin merupakan indikasi dari kerusakan

    formasi.

    B. Mekanisme Kerusakan Formasi

    Dalam industri perminyakan, formasi diharapkan mempunyai laju

    aliran minyak yang optimal. Tetapi banyak problem yang harus dihadapi

    untuk menjaga laju aliran yang optimal tersebut. Untuk memperoleh laju yang

    diharapkan, formasi dikelola sehingga mempunyai permeabilitas yang besar.

    Mekanisme tertutupnya permeabilitas formasi disebabkan banyak hal.

    Secara garis besar permeabilitas formasi tertutup karena invasi partikel akibat

    keluar masuknya fluida yang melalui jalan fluida. Partikel-partikel menempel

    atau mengendap pada dinding batuan sehingga memperkecil pori-pori batuan

    atau bahkan menjadi sumbatan bagi permeabilitas batuan. Reaksi kimia dapat

    menimbulkan padatan. Padatan menutup pori-pori batuan sehingga

    mengakibatkan tertutupnya pori-pori batuan.

    C. Penyebab Terjadinya Kerusakan Formasi

    Hasil analisa baik secara laboratorium dan lapangan menjukkan bahwa

    pada setiap operasi di lapangan ( pemboran, penyelesaian sumur, workover,

    produksi dan stimulasi) merupakan sumber terjadinya kerusakan pada

    produktivitas sumur. Kerusakan terjadi karena laju alir fluida dari formasi ke

    lubang sumur tertutup/terhalang. Penghalang tersebut bisa disebabkan oleh

    scale, invasi padatan, aspal, polimer, bakteri, atau penyebab lain.

    Kerusakan formasi juga disebabkan adanya hubungan antara formasi

    dengan fluida atau padatan asing seperti material dalam fluida reservoir, fluida

    pemboran, fluida stimulasi, Well Treatment Fluid ( fluida tambahan guna

    perbaikan ) yang sifat-sifat asalnya telah berubah. Di lapangan, fluida-fluida

  • yang terkandung dalam reservoir terdiri dari tiga fase yaitu padatan, cair dan

    gas. Fase padatan apabila melalui media berpori kemungkinan bisa menempel

    sehingga akan menyumbat laju aliran laju aliran fluida.

    Padatan yang sangat kecil seperti oksida besi atau partikel silikat lain

    sering terbawa aliran sampai beberapa meter didalam pori batuan formasi. Jika

    butiran ini terendapkan lama-kelamaan menumpuk dan berkembang menjadi

    banyak sehingga dapat mengakibatkan penutupan atau penyumbatan yang

    serius. Padatan ini dapat terendapkan di dalam formasi disetiap lokasi.

    Penurunan permeabilitas absolut formasi akibat dari penymbatan

    saluran pori oleh partikel-partikel yang melekat pada pori-pori tersebut.

    Akibat dari penurunan permeabilitas batuan adalah menurunnya produksi

    minyak. Penurunan produksi relatif minyak dapat juga diakibatkan dari

    meningkatnya saturasi air atau sifat oil wetting ( kebasahan terhadap minyak),

    meningkatnya viskositas fluida reservoir akibat dari emulsi atau fluida

    tambahan berviskositas tinggi. Pada umumnya kerusakan formasi terjadi

    secara mekanis.

    Berdasarkan mekanismenya maka tipe kerusakan formasi dapat

    diklasifikasikan menjadi dua yaitu kerusakan formasi secara alami dan

    kerusakan formasi yang diakibatkan oleh penyelesaian sumur.

    1. Kerusakan Formasi Alami

    Yang dimaksudkan kerusakan formasi secara alami adalah

    kerusakan yang diakibatkan oleh proses produksi sehingga terjadi

    pengecilan permeabilitas. Kerusakan formasi secara alami misalnya reaksi

    kimia, perpindahan butiran formasi, pengembagan clay, terjadinya scale,

    emulsi.

    a. Clay

    Clay sebagian besar dapat ditemukan di semua batuan

    reservoir. Clay mempunyai sifat dan karakter yang spesifik sehingga

    perlu dipelajari. Clay dapat menimbulkan pengaruh negatif baik dalam

    reservoir, operasi pemboran maupun dalam operasi produksi. Lapisan

    clay dapat berupa lapisan clay dapat berupa lapisan tebal atau lapisan

  • tipis berselang-seling dengan lapisan batu pasir atau lapisan karbonat.

    Clay tersebar dalam batu pasir sebagai butiran yang mengisi celah

    antar butiran pasir yang bertindak sebagai semen.Clay mempunyai

    sifat plastik, dengan kata lain ia dapat menghisap air dan dapat

    dibentuk suatu benda sesuka hati (seperti lempung). Sifat plastik clay

    bila basah tidak akan menghidrat (inert solid) dan akan mempengaruhi

    viskositas dan densitas bahkan dapat membentuk gumpalan. Clay

    terdiri dari mineral-mineral silika, aluminium, dengan kation-kation

    alkali tanah Na, K, Ca, Mg, Ba.

    b. Hydrat

    Hydrat tejadi karena endapan dari campuran es dengan elemen

    yang lain, umumnya terjadi pada gas alam. Hydrat terjadi karena hasil

    dari endapan es yang kotor. Seperti es lazimnya, hydrat dapat

    terbentuk pada temperatur 0 C. Gas hydrat sering ditemukan didalam

    sumur yang memproduksi gas dan sedikit air. Hydrat juga dapat

    membentuk gas cut (gas yang memotong ) lumpur pemboran. Hydrat

    dapat menutup choke dan valve dan menjadi problem yang serius.

    Partikel hydart juga dapat menyebabkan abrasif.

    Hydrat akan menambah viskositas fluida reservoir karena

    menurunya temperatur. Laju aliran fluida sangat dipengaruhi oleh

    viskositas. Apabila viskositas rendah maka laju alir fluida akan kecil.

    c. Busa (foam)

    Busa adalah fasa gas dalam cairan dengan ciri khas busa adalah

    fasa gas sebanyak lebih dari 95 % gas. Busa apbila terbentuk stabil

    dapat menjadi emulsi. Kestabilan foam diakibatkan karena viskositas

    dan gel strength. Polimer sabun adalah contoh busa yang stabil.

    Perilaku foam hampir sama dengan emulsi.

    Keberhasilan dalam penanganan foam pada minyak biasanya

    dicapai melalui filter yang berserat seperti celulosa.

  • d. Dispersi

    Dispersi atau juga disebut suspensi adalah campuran fluida,

    padatan atau gas masuk kedalam fluida. Pada beberapa kasus dispersi

    terjadi antara air yang terdapat atau bercampur dengan fluida minyak

    sebagai emulsi. Dispersi lain adalah masuknya udara didalam air atau

    yang disebut foam. Dispersi pada padatan dalam cairan adalah lumpur

    pemboran. Perbedaan dengan emulsi proses dispersi sangat cepat

    seperti pada saat penyaringan. Saat pemisahan seperti emulsi

    dipengaruhi oleh perbedaan viskositas, kestabilan gaya, ukuran butir.

    e. Scale

    Scale adalah hasil kristalisasi atau pengendapan mineral dari

    air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas. Penyebab

    langsung dalam pembentukan scale adalah penurunan tekanan,

    perubahan temperatur dan pencampuran dua macam air yang susunan

    mineral yang dikandung tidak saling cocok atau dengan kata lain tidak

    dapat saling digabungkan.

    2. Diagnosa Kerusakan Formasi

    Apabila sebuah sumur tidak dapat berproduksi seperti yang

    diharapkan, analisa terhadap sumur tersebut harus segera dilakukan untuk

    menentukan penyebabnya. Diagnosa terhadap rangkaian sistem produksi

    mulai dari batas cairan dalam reservoir, sumur produksi sampai pada

    sistem pengumpulan. Seandainya salah satu komponen mengalami

    kerusakan/gangguan, sumur produksi tidak dapat berfungsi dengan baik

    untuk menghasilkan minyak yang optimal.

    Metode Diagnosa Yang Dapat Dilakukan Antara Lain:

    a. Analisa Dengan Decline Curve

    Decline Curve adalah kurva penurunan produksi produksi

    suatu sumur yang merupakan plot antara laju produksi terhadap waktu.

    Metode Decline Curve ini umumnya dibuat setelah produksi

    berlangsung beberapa bulan atau tahun. Metode ini dapat meramalkan

  • secara garis besar/ normal laju produksi dan tekanan sumur dimasa

    datang.

    Penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh:

    1) Laju aliran awal atau laju aliran pada suatu waktu tertentu

    2) Bentuk kurva

    3) Laju penurunan produksi

    Dari kurva dapat menentukan cadangan reservoir juga perilaku tekanan

    sumur.

    Menganalisa adanya kerusakan formasi dengan metode decline

    curve dapat diketahui dengan penurunan laju produksi yang tidak

    proporsional. Metode decline curve dapat memperkirakan umur dan

    perilaku dari suatu sumur. Laju produksi sumur umumnya mengikuti

    salah satu persamaan ( Harmonik, Hyperbolik, atau Exponential). Laju

    produksi yang tidak sesuai dengan perkiraan dari metode decline curve

    kemungkinan terjadi kerusakan pada formasi.

    b. Analisa Nodal

    Ketika sitem produksi mengalami gangguan, pertama kali yang

    dilakukan adalah melakukan analisa nodal. Analisa Nodal merupakan

    analisa pada titik pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi

    keseimbangan, dalam bentuk keseimbangan massa ataupun

    keseimbangan tekanan.

    Analisa Nodal terhadap sumur diperlukan untuk tujuan :

    1) Meneliti kelakuan aliran fluida dalam reservoir disetiap komponen

    sistem sumur.

    2) Menggabungkan kelakuan fluida reservoir didalam seluruh

    komponen sehingga dapat memperkirakan laju produksi sumur.

    3) Untuk mengetahui kondisi aliran pada formasi.

    c. Analisa Core

    Analisa pada inti batuan kecuali untuk keperluan mengetahui

    permeabilitas, saturasi batuan disekitar lubang sumur analisa core juga

    mengetahui kerusakan formasi. Dengan melihat core dengan

  • mikroskop elektron ( Scanning Elektron Microskope (SEM)) core

    dapat terlihat adanya kerusakan formasi akibat clay, invasi filtrat ,

    perpindahan butiran batuan , dll. Keperluan akan analisa core untuk

    membuktikan adanya skin secara fisik dan bentuknya dalam formasi

    batuan. Struktur daripada kerusakan formasi dapat terlihat pada

    penggunaan mikroskop. Penyelidikan terhadap core juga dilakukan

    pada pelaksanaan stimulasi. Pengaruh stimulasi, hasil stimulasi dapat

    dipraktekan dilaboratorium.

    d. Analisa Perilaku Laju Aliran

    Untuk menganalisa produktivitas suatu sumur, data-data dari

    semua laju aliran, sistem pengangkatan dan gaya-gaya yang

    mempengaruhi laju alir dipermukaan harus dipertimbangkan. Laju

    aliran adalah data yang paling banyak diketahui dan digunakan untuk

    semua perhitungan design alat dari perhitungan pengangkatan sampai

    perbaikan rangsangan ( stimulation justification ). Hambatan aliran

    disekitar lubang sumur mempengaruhi laju aliran yang akan masuk

    kedalam sumur. Hambatan yang ada disekitar lubang sumur umumnya

    disebut Skin dan secara kwantitas dapat dinyatakan dalam skin

    factor.

    Sumber terjadinya Skin adalah:

    1) Adanya invasi filtrat lumpur pemboran ke dalam formasi, sehingga

    mempengaruhi laju produksi.

    2) Adanya partikel lumpur pemboran.

    3) Gravel Pack.

    4) Hambatan aliran minyak disekitar lubang bor sebagai akibat

    produksi.

    e. Analisa Tekanan Transient

    Uji sumur dapat dikategorikan sebagai cara untuk menguji

    sumur yang digunakan dalam sumur yang masih produktif. Hasil dari

    uji sumur ini dapat mengetahui perubahan tekanan atau produksi fluida

  • yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menganalisa

    adanya kerusakan formasi uji sumur tidak pernah ketinggalan.

    Uji tekanan transient merupakan pengukuran yang umum

    dilakukan dalam uji sumur. Besarnya tekanan reservoir dapat diketahui

    dari uji transient sumur. Uji transient dilakukan untuk mengukur:

    1) Permeabilitas batuan.

    2) Tekanan Reservoir.

    3) Kerusakan di sekitar lubang sumur.

    4) Radius Pengurasan.

    5) Penurunan produksi.

    Umumnya metode uji sumur test ada dua, yaitu :

    1) Pressure Build- Up ( PBU test )

    2) Pressure Drawdown ( PDD test )

    f. Analisa Well Logging

    Metode analisa well logging adalah metode untuk

    mengevaluasi pengukuran atau perekaman besaran fisik batuan

    reservoir terhadap kedalaman lubang bor.

    D. Cara Penanggulangan Kerusakan Formasi

    Ketika formasi tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan pada

    suatu lapangan/sumur, workover, stimulasi, dan fracturing(merekahkan

    batuan), atau perlakuan lain akan menjadi pertimbangan. Ada dua kondisi

    yang menjadi dasar pemilihan workover yaitu :

    1. Adanya kerusakan formasi didekat lubang sumur yang

    menutup/mengurangi laju produksi.

    2. Jika permeabilitas batuan kecil dan tekanan reservoir masih tinggi.

    Jika dijumpai salah satu dari kondisi diatas dan cadangan sisa

    mencukupi untuk dilakukannya workover dengan mempertimbangkan biaya

    maka penggunaan metode workover dapat diterapkan. Kondisi pertama

    merupakan dasar dilakukannya stimulasi untuk menghilangkan kerusakan

    formasi.Kondisi kedua adalah dasar petimbangan untuk melakukan fracturing.

  • Stimulasi adalah penggunaan bahan kimia seperti zat bersifat asam,

    surfactant, reactant dan penggunaan zat pelarut dengan tujuan menghilangkan

    keruasakan formasi sehinggga permeabilitas batuan meningkat. Fracturing

    adalah perlakuan secara fisik terhadap formasi untuk memperbesar

    permeabilitas.

    1. Stimulasi Dengan Acidizing

    Ada beberapa bahan kimia (bersifat asam) yang dapat digunakan

    dalam melakukan stimulasi, anatara lain : HCL, HF, HCOOH.

    HCL bereaksi dengan formasi karbonat akan membentuk air, gas

    karbondioksida dan kalsium klorida.HF/HCL adalah campuran Asam

    klorida dan Asam fluorida. Kombinasi ini digunakan khusus dalam

    reservoir batu pasir yang mengandung sedikit kalsium. Asam yang

    mengandung hidrofluorid tidak digunakan sendiri pada batuan yang

    mengandung kalsium karena akan menghasilkan lapisan endapan kalsium

    fluorid.

    3. Stimulasi Dengan Solvent

    Bahan zat pelarut mempunyai banyak macamnya yang dapat

    melarutkan endapan dan kerusakan formasi didalam lubang sumur. Pada

    umumnya untuk menghilangkan garam dapat digunakan zat pelarut air

    asin, alkohol atau surfactant yang dibawa oleh air. Alkohol adalah pelarut

    istimewa karena dapat larut dalam minyak dan air. Pelarut hidrokarbon

    juga dapat digunakan dalam menghilangkan kaerusakan formasi.

    Hidrokarbon tersebut antara lain : minyak , kerosin, gasoline, toluene.

    4. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas

    Gas dapat digunakan dalam meningkatnya perolehan fluida

    hidrokarbaon meskipun gas sendiri membantu dalam menghilangkan

    kerusakan. Penginjeksian gas dilakukan dalam stimulasi akan

    mengembang didalam reservoir sehingga menambah tekanan reservoir dan

    memindahkan kerusakan dengan terikutnya zat/endapan bersama-sama

    dengan fluida. Gas yang digunakan pada umumnya gas Karbondioksida

    atau gas Nitrogen.

  • 5. Stimulasi Dengan Penggunaan Surfactant

    Surfactant adalah bahan kimia buatan yang dapat digunakan dalam

    menghilangkan kerusakan formasi. Berbagai macam surfactant yang

    digunakan umumnya mempunyai kadar 1-5 % atau lebih tergantung

    kebutuhan yang dibawa oleh fluida air, asam atau minyak. Komposisi

    surfactant berbagai macam yang dapat digunakan untuk menghilangkan

    scale, foam, gaya permukaan lapisan parafin, dll.

    6. Stimulasi Dengan Reactant

    Reaktant adalah kelompok material yang dimasukkan kedalam

    sumur dan bereaksi secara kimia dengan material dalam sumur, tetapi

    mempunyai sifat fisik tidak asam. Material tersebut termasuk bactericieds,

    pengoksidasi ( pemutih, clorine dioksida), dll.

    7. Clean Up

    Pembersihan (clean up) lubang sumur digunakan untuk

    menghilangkan sisa-sisa semen, partikel lumpur pemboran, dan kotoran

    perforasi yang menyebabkan kerusakan di permukaan lubang sumur

    injeksi. Pelarutnya biasa menggunakan kerosin, solar, alkohol, asam

    organik yang biasa digunakan didalam stimulasi adalah HCL / HF juga

    asam formiat dan asam asetat.

    Setelah pembersihan atau stimulasi selesai pelarut/solvent atau

    asam yang digunakan diambil kembali dengan cara swabbing

    (penyedotan), pemompaan, atau pendesakan dengan nitrogen atau

    membiarkan fluida reservoir membawanya.

    8. Perforasi/Reperforasi

    Perforasi adalah memberikan perlakuan batuan dengan cara

    menembak formasi sehingga batuan mengalami perekahan setempat

    sehingga terjadi hubungan dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.

  • Penggunaan perforasi/reperforasi ini dapat meningkatkan pada

    permeabilitas disekitar lubang sumur.

    9. Hydraulic Fracturing

    Hydraulic fracturing berhubungan dengan pemakaian fluida

    bertekanan yang digunakan untuk memecah batuan reservoir atau

    membentuk rekahan. Setelah batuan atau formasi rekah, diteruskan dengan

    memberikan pengganjal (propant-gravel) untuk menahan supaya rekahan

    tersebut tidak mengalami penutupan kembali sehingga rekahan akan lebih

    mempermudah aliran minyak atau gasnya menuju lubang bor.

    Kemampuan rekahan untuk mengalirkan fluida ke lubang sumur

    akan meningkatkan produksi. Kemampuan rekahan untuk mengalirkan dan

    panjang serta besar rekahan, semuanya sangat penting untuk dijaga dan

    dipertahankan. Kemampuan yang tinggi dari rekahan untuk mengalirkan ,

    dikombinasikan dengan panjang rekahan yang besar akan menghasilkan

    peningkatan produksi yang baik untuk sumur lama atau sumur baru.

    10. Gravel Pack

    Penggunaan gravel pack digunakan untuk menahan/mengontrol

    perpindahan butiran batuan pasir yang ikut terproduksi. Penggunaan

    gravel pack pack umumnya digunakan pada batuan yang unconsolidated

    sand.

    11. Wash and Scrapping

    Scrapping adalah menyikat permukaan lubang sumur sehingga

    plug/penutupan pada pori-pori dipermukaan lubang sumur dapat bersih.

    Hal ini umumnya diikuti dengan mengalirkan fluida untuk mengangkat

    kotoran-kotoran tersebut.

  • RENCANA DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I. PENDAHULUAN

    BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR

    2.1. Karakteristik Batuan Reservoir2.1.1. Jenis Batuan Reservoir

    2.1.1.1...........................................................................Batu Pasir

    2.1.1.2...........................................................................Batuan Karbonat

    2.1.1.3...........................................................................Batuan Shale

    2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir2.1.2.1...........................................................................Poros

    itas2.1.2.2...........................................................................Wett

    abilitas2.1.2.3...........................................................................Teka

    nan Kapiler2.1.2.4...........................................................................Satur

    asi fluida2.1.2.5...........................................................................Perm

    eabilitas2.1.2.6...........................................................................Kom

    presibilitas Batuan2.2. Karakteristik Fluida Reservoir

    2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon2.2.1.1...........................................................................Alka

    nes2.2.1.2...........................................................................Alke

    nes

  • 2.2.1.3...........................................................................Alkynes

    2.2.1.4...........................................................................Cyclic aliphatic

    2.2.1.5...........................................................................Aromatic

    2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi2.2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir

    2.2.2.1. Specific Gravity2.2.2.2. Viskositas2.2.2.3. Faktor Volume Formasi Fluida2.2.2.4. Kompresibilitas Fluida2.2.2.5. Kelarutan Gas

    2.3. Kondisi Reservoir2.3.1.Tekanan Reservoir2.3.2.Temperatur Reservoir

    2.4. Jenis-Jenis Reservoir2.4.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir

    2.4.1.1...........................................................................Perangkap Stratigarfi

    2.4.1.2...........................................................................Perangkap Struktur

    2.4.1.3...........................................................................Perangkap Kombinasi

    2.4.2. Berdasarkan Kelakuan Fasa Fluida 2.4.2.1...........................................................................Reser

    voir Gas2.4.2.2...........................................................................Reser

    voir Kondensat2.4.2.3...........................................................................Reser

    voir Minyak 1. Reservoir Minyak Jenuh 2. Reservoir Minyak Tak Jenuh

    2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong2.4.3.1...........................................................................Depl

    etion Drive2.4.3.2...........................................................................Gas

    Cap Drive2.4.3.3...........................................................................Gravi

    ty Drainage Drive2.4.3.4...........................................................................Wate

    r Drive2.4.3.5...........................................................................Com

    bination Drive

    BAB III PEROLEHAN DATA.

  • 3.1. Analisa Core/Analisa Inti Batuan 3.1.1. Penentuan Porositas3.1.2. Penentuan Saturasai Batuan 3.1.3. Penentuan Permeabilitas

    3.2. Well Logging3.2.1. Log Listrik

    3.2.1.1...........................................................................Spontaneous Potensial

    3.2.1.2...........................................................................Resistivity Log

    3.2.1.3...........................................................................Conventional Resistivity Log

    3.2.1.4...........................................................................Induction Log

    3.2.1.5...........................................................................Laterolog

    3.2.2. Log Radioaktif3.2.2.1...........................................................................Gam

    ma Ray Log3.2.2.2...........................................................................Densi

    ty Log3.2.2.3...........................................................................Neutr

    on Log3.2.3. Sonic Log3.2.4. Log Tambahan

    3.2.4.1.Caliper Log3.2.4.2.Temperatur Log3.2.4.3.Dipmeter Log

    3.3. Analisa Fluida Reservoir3.3.1. pH Air Formasi3.3.2. Alkalinitas3.3.3. Kadar Barium3.3.4. Kadar Ion Sulfat3.3.5. Kadar Fe3.3.6. Kadar Khloride3.3.7. Kadar Kalsium dan Magnesium

    3.4. Pressure Test (Uji Tekanan)3.4.1. Drill Stem Testing3.4.2. Analisa Pressure Build-Up3.4.3. Analiasa Draw Down3.4.4. Perkiraan Water Oil Contact

    BAB IV. IDENTIFIKASI DAN PENYEBAB KERUSAKAN FORMASI

    IV.1. Identifikasi Kerusakan FormasiIV.2. Indikasi Adanya Kerusakan FormasiIV.3. Mekanisme Kerusakan Formasi

  • IV.4. Penyebab Kerusakan FormasiIV.4.1. Kerusakan Formasi Alami

    IV.4.1.1.........................................................................ClayIV.4.1.1.1. Tipe clayIV.4.1.1.2. Klasifikasi Tipe Clay

    IV.4.1.2.........................................................................Hydrat

    IV.4.1.3.........................................................................BusaIV.4.1.4.........................................................................Dispe

    rsiIV.4.1.5.........................................................................Scale

    IV.4.1.5.1. Sebab-sebab Terbentuknya Endapan Scale

    IV.4.1.5.2. Macam-macam Scale4.4.1.6.Parafin dan Aspal4.4.1.7.Emulsi4.4.1.8.Bakteri

    IV.4.2. Kerusakan Tidak AlamiIV.4.2.1.........................................................................Lum

    pur Pemboran IV.4.2.2.........................................................................Akib

    at Penyelesaian SumurIV.4.2.3.........................................................................Akib

    at PerforasiIV.4.2.4.........................................................................Ceme

    ntingIV.4.2.5.........................................................................Kill

    FluidIV.4.2.6.........................................................................Akib

    at StimulasiIV.4.2.7.........................................................................Akib

    at Air Kotor

    BAB V DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI DAN CARA

    PENANGGULANGANNYA.

    5.1. DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI

    5.1.1. Analisa Dengan Decline Curve5.1.2. Analisa Nodal5.1.3. Analisa Core5.1.4. Analisa Perilaku Laju Aliran 5.1.5. Analisa Tekanan Transient

    5.1.5.1...........................................................................Pressure Build-Up

    5.1.5.2.Pressure Draw Down 5.1.6. Analisa Well Logging

  • 5.1.6.1...........................................................................Metode Detail Evaluation

    5.1.6.2...........................................................................Meto

    de Quick Lock

    5.2. CARA PENANGGULANGAN KERUSAKAN FORMASI

    5.2.1. Stimulasi Dengan Acidizing5.2.2. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas5.2.3. Stimulasi Dengan Surfactant 5.2.4. Stimulasi Dengan Reactant5.2.5. Stimulasi Dengan Clean Up 5.2.6. Perforasi atau Reperforasi5.2.7. Hydraulic Fracturing5.2.8. Gravel Pack5.2.9. Wash and Scrapping

    BAB VI. PEMBAHASAN

    BAB VII. KESIMPULAN

    DAFTAR PUSTAKA

    I. LATAR BELAKANG MASALAH