175130830 Proposal Komprehensif Doc
-
Upload
rachmat-kurniawan-uga -
Category
Documents
-
view
38 -
download
3
description
Transcript of 175130830 Proposal Komprehensif Doc
-
MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASISERTA CARA PENANGGULANGANNYA MELALUI
KARAKTERISTIK RESERVOIR
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam batuan Reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang
sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan
mempunyai laju aliran yang sangat besar sehingga minyak yang di produksi juga
besar. Suatu saat sumur produksi pasti akan mengalami hambatan dalam produksi
( penurunan produktivitas ).
Apabila minyak sulit untuk mengalir kedalam sumur produksi maka perlu dicari
penyebabnya. Menurunnya produktivitas tersebut banyak sekali penyebabnya.
Kerusakan dapat terjadi pada sistem pengangkatan, sistem penyelesaian sumur,
sistem gathering ( sistem penyaluran ) atau pada formasi.
Kerusakan formasi umumnya mengalami perubahan pada
permeabilitasnya, yaitu lebih kecil dari permeabilitas mula-mula. Didalam sistem
formasi ada kemungkinan jalannya fluida reservoir terhambat oleh invasi zat-zat
tertentu. Zat-zat tersebut menutupi/memperkecil pori-pori sehingga laju alir fluida
kedalam sumur kecil. Pada sistem pengangkatan ada kemungkinan peralatan
bawah permukaan rusak, atau penyebab lain. Pada sistem penyelesaian sumur
kemungkinan pasir ikut terproduksi atau runtuhnya formasi. Pada sistem gathering
ada kemungkinan saluran pipa tersumbat oleh pasir/scale. Hal itu merupakan
contoh penyebab rendahnya/ turunnya produksi minyak.
Penyebab kerusakan formasi secara garis besar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kerusakan formasi secara alami dan kerusakan formasi akibat
penyelesaian sumur. Kerusakan formasi secara alami umumnya karena proses
produksi ( baik produksi minyak atau gas ). Kerusakan formasi secara alami
meliputi masalah scale, clay ( pengembangan clay ), hydrat, emulsi, parafin,
asphalt, dan penggumpalan hydrokarbon sehingga menghambat laju produksi.
Kerusakan formasi akibat penyelesaian sumur kemungkinan terjadi hal dari
-
penyelesaian sumur, cementing, perbaikan sumur, atau stimulasi ( rangsangan )
terhadap produksi minyak. Kemungkinan juga kerusakan formasi terjadi secara
bersamaan.
Karena adanya hambatan yang mengakibatkan laju alir rendah maka
dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut guna menambah/ memperbaiki
produktivitas formasi untuk menyelesaikan hal tersebut diatas perlu menganalisa
keadaan sumur tersebut. Analisa meliputi : analisa nodal, decline curve, analisa
core, penilaian formasi, analisa tekanan.
Dari hasil analisa/ uji formasi kita bisa menyimpulkan kerusakan formasi
yang terjadi yang kemungkinan kita berusaha untuk memecahkan masalah
terhadap kerusakan formasi tersebut. Cara penanggulangan kerusakan pada
formasi meliputi stimulasi dan fracturing. Pengontrolan kualitas terhadap cara
pencegahan kerusakan formasi perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maximal.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui karateristik reservoir untuk dapat dilakukan analisa core, well
logging, analisa fluida reservoir, uji tekanan yang akan digunakan untuk
perolehan data reservoir.
2. Dengan adanya perolehan data reservoir dapat diketahui kondisi dari
parameter reservoir. Seperti dengan menurunnya permeabilitas akan
mengakibatkan juga penurunan produktivitas, dari data penurunan
produktivitas dapat diketahui adanya hambatan yang terjadi dalam formasi
tersebut, yang dinamakan Skin.
3. Selain menggunakan data penurunan produksi, kerusakan formasi dapat
diketahui juga dengan cara Decline curve, Well Logging IPR, dll.
4. Setelah kita mengetahui penyebab terjadinya kerusakan formasi pada suatu
sumur, kita dapat menetukan bagaimana cara kita menanggulangi
kerusakan formasi tersebut seperti fracturing wash, reperforasi , stimulasi,
dll.
-
III. DASAR TEORI.
Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon
dan air. Karakteristik reservoir merupakan sifat-sifat fisik reservoir yang meliputi
wadah (batuan), isi (fluida), dan kondisi (tekanan, temperatur). Karakteristik
reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan penyusunnya. Fluida
reservoir dan kondisi reservoir satu sama lain akan saling berkaitan.
Karakteristik batuan reservoir secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
yaitu jenis batuan reservoir dan sifat fisik batuan reservoir. Jenis batuan reservoir
masing-masing batu pasir, batuan karbonat, batuan shale. Sifat fisik batuan
reservoir meliputi porositas, permeabilitas, wettabilitas, saturasi, kompresibilitas,
tekanan kapiler.
Dengan adanya data karakteristik reservoir tersebut kita akan
mendapatkan perolehan data untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan
sumur /formasi, untuk mencari data itu menggunakan cara yang disebut Penilaian
Formasi. Tujuan dari penilaian formasi adalah untuk memberikan informasi
selengkap mungkin tentang lapisan batuan didalam bumi, terutama tentang
reservoir yang meliputi wadah ( batuannya), isi ( fluida), dan kondisi (temperatur
dan tekanan ).
Metode yang dilakukan pada penilaian formasi antara lain :
1. Analisa core/ Analisa inti Batuan
Analisa core adalah suatu kegiatan pengukuran sifat fisik batuan yang
dilakukan di laboratorium terhadap contoh batuan. Sifat-sifat fisik batuan yang
diperoleh dalam menganalisa core ini antara lain : porositas, permeabilitas ,
saturasi fluida, tekanan kapiler, dll. Secara mikroskopis core dapat dilihat
adanya pengmbangan /invasi clay atau perpindahan butiran batuan.
2. Well Logging
Metode Logging adalah merupakan salah satu metode pengukuran atau
perekaman besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor.
Tujuan logging yaitu menentukan besaran fisik dari batuan reservoir
( porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif ). Sifat-sifat fisik
-
batuan reservoir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : sifat listrik, sifat
radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang ) elastis dari batuan reservoir.
Oleh karena itu logging juga menggunakan sifat fisik dari batuan tersebut.
3. Analisa Fluida ReservoirAnalisa air formasi dapat digunakan untuk menetukan kadar kandungan
unsur-unsur mineral dalam air formasi. Air formasi yang berada dalam bumi
banyak sekali kandungan ion-ion yang dapat mengakibatkan problema
produksi. Korosif membentuk endapan dalam pipa dan menyumbat. Ion Ca++,
Mg++, Fe++, Fe3+, SO4, Cl, dll. Ion tersebut apabila bereaksi dengan ion lain
dapat membentuk zat padat sehingga memberikan kesulitan dalam prosesnya.
Sifat air formasi dipengaruhi oleh kandungan zat-zat yang terkandung
didalamnya dan akan berubah terhadap waktu. Kadar pH dapat berubah dengan
waktu ( hilangnya ion H+ dan uap gas asamnya ) dan suhu. Sifat ini
berpengaruh terhadap tingkat korosi dan pengendapan. Macam-macam analisa
air formasi meliputi analisa pH, alkalinitas, kandungan Ca, kandungan Mg,
kandungan Fe, Sodium dari air formasi.
4. Pressure Test / Uji Tekanan
Tujuan utama dari pressure testing adalah menentukan kemampuan
suatu formasi untuk mendorong/ menghasilkan fluida formasi atau dengan
kata lain adalah menentukan produktivitas suatu sumur.
Suatu perencanaan, pengoperasian , dan analisa pressure test yang tepat
dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi, derajat kerusakan
sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir, dan kemungkinan batas-batas
reservoir dan heterogenitas formasi.
Prinsipnya adalah mengukur perubahan tekanan terhadap waktu selama
periode penutupan atau pada periode pengaliran. Penutupan sumur
dimaksudkan untuk mendapatkan keseimbangan tekanan di seluruh reservoir,
periode pengaliran dilakukan sebelum dan sesudah periode penutupan dengan
laju konstan . paramter yang diukur adalah tekanan statik( Pws), Tekanan alir
dasar sumur (Pwf), tekanan awal reservoir (Pi), factor Skin (S), permeabilitas
rata-rata (K), dan radius pengurasan (re). Sedangkan metode pressure test yang
-
umum dapat dibedakan menjadi tiga macam , yaitu Drill Stem Test , Pressure
Build Up, Pressure Draw down.
Setelah kita memperoleh data dari hasil analisa dengan cara yang sudah
dijelaskan diatas, maka kita mulai dapat mengidentifikasi adanya kerusakan
formasi.
Kerusakan formasi adalah suatu kondisi dimana produktivitas sumur
dalam reservoir mengalami penurunan produksi secara drastis ( tidak seperti
yang diharapkan ), yang terjadi pada formasi. Formasi mengalami kerusakan
berarti pada formasi mengalami gangguan dalam mengalirkan fluida ke sumur
produksi. Kerusakan dapat terjadi pada jangkauan terjauh ataupun disekitar
lubang sumur .
Mungkin juga kerusakan formasi terjadi pada flow line (pipa aliran)
dipermukaan. Yang sering terjadi pada umumnya adalah perubahan
permeabilitas yang semakin mengecil.
Kerusakan formasi dapat diteliti dan diperkirakan dari perpindahan
butiran batuan , reaksi kimia atau kombinasi dari keduanya apabila
perpindahan batuan kepermukaan hanya sedikit kemungkinan belum
mengakibatkan penurunan produksi tetapi apabila perpindahan butiran batuan
formasi berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya permeabilitas batuan atau
terjadi pengendapan dalam sumur produksi /flow line sehingga terjadi
penyumbatan permeabilitas.
A. Indikasi Adanya Kerusakan Formasi
Sumur tidak selamanya akan memproduksi hidrokarbon terus-menerus
tanpa mengalami suatu hambatan. Suatu saat pasti akan mengalami penurunan
produkktivitas. Kerusakan formasi dapat terjadi pada semua jalan yang dialiri
fluida terutama hidrokarbon. Penyempitan pipa produksi (flow line),
tertutupnya perforasi, atau tertutupnya permeabilitas batuan didalam formasi.
Kerusakan formasi dapat terjadi selama proses pemboran, penyelesaian sumur,
workover, selama operasi produksi, atau injeksi. Kerusakan formasi yang pasti
adalah disebabkan oleh keluar-masuknya fluida kedalam formasi.
-
Kerusakan formasi secara umum adalah pengecilan permeabilitas.
Pengecilan tersebut akibat dari Invasi Partikel dan menempel pada dinding
pori-pori batuan. Akibat invasi pori-pori batuan mengecil yang selanjutnya
menghambat laju aliran. Penyebab menurunnya aliran/produktivitas disekitar
lubang sumur disebut Skin . Skin merupakan indikasi dari kerusakan
formasi.
B. Mekanisme Kerusakan Formasi
Dalam industri perminyakan, formasi diharapkan mempunyai laju
aliran minyak yang optimal. Tetapi banyak problem yang harus dihadapi
untuk menjaga laju aliran yang optimal tersebut. Untuk memperoleh laju yang
diharapkan, formasi dikelola sehingga mempunyai permeabilitas yang besar.
Mekanisme tertutupnya permeabilitas formasi disebabkan banyak hal.
Secara garis besar permeabilitas formasi tertutup karena invasi partikel akibat
keluar masuknya fluida yang melalui jalan fluida. Partikel-partikel menempel
atau mengendap pada dinding batuan sehingga memperkecil pori-pori batuan
atau bahkan menjadi sumbatan bagi permeabilitas batuan. Reaksi kimia dapat
menimbulkan padatan. Padatan menutup pori-pori batuan sehingga
mengakibatkan tertutupnya pori-pori batuan.
C. Penyebab Terjadinya Kerusakan Formasi
Hasil analisa baik secara laboratorium dan lapangan menjukkan bahwa
pada setiap operasi di lapangan ( pemboran, penyelesaian sumur, workover,
produksi dan stimulasi) merupakan sumber terjadinya kerusakan pada
produktivitas sumur. Kerusakan terjadi karena laju alir fluida dari formasi ke
lubang sumur tertutup/terhalang. Penghalang tersebut bisa disebabkan oleh
scale, invasi padatan, aspal, polimer, bakteri, atau penyebab lain.
Kerusakan formasi juga disebabkan adanya hubungan antara formasi
dengan fluida atau padatan asing seperti material dalam fluida reservoir, fluida
pemboran, fluida stimulasi, Well Treatment Fluid ( fluida tambahan guna
perbaikan ) yang sifat-sifat asalnya telah berubah. Di lapangan, fluida-fluida
-
yang terkandung dalam reservoir terdiri dari tiga fase yaitu padatan, cair dan
gas. Fase padatan apabila melalui media berpori kemungkinan bisa menempel
sehingga akan menyumbat laju aliran laju aliran fluida.
Padatan yang sangat kecil seperti oksida besi atau partikel silikat lain
sering terbawa aliran sampai beberapa meter didalam pori batuan formasi. Jika
butiran ini terendapkan lama-kelamaan menumpuk dan berkembang menjadi
banyak sehingga dapat mengakibatkan penutupan atau penyumbatan yang
serius. Padatan ini dapat terendapkan di dalam formasi disetiap lokasi.
Penurunan permeabilitas absolut formasi akibat dari penymbatan
saluran pori oleh partikel-partikel yang melekat pada pori-pori tersebut.
Akibat dari penurunan permeabilitas batuan adalah menurunnya produksi
minyak. Penurunan produksi relatif minyak dapat juga diakibatkan dari
meningkatnya saturasi air atau sifat oil wetting ( kebasahan terhadap minyak),
meningkatnya viskositas fluida reservoir akibat dari emulsi atau fluida
tambahan berviskositas tinggi. Pada umumnya kerusakan formasi terjadi
secara mekanis.
Berdasarkan mekanismenya maka tipe kerusakan formasi dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kerusakan formasi secara alami dan
kerusakan formasi yang diakibatkan oleh penyelesaian sumur.
1. Kerusakan Formasi Alami
Yang dimaksudkan kerusakan formasi secara alami adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh proses produksi sehingga terjadi
pengecilan permeabilitas. Kerusakan formasi secara alami misalnya reaksi
kimia, perpindahan butiran formasi, pengembagan clay, terjadinya scale,
emulsi.
a. Clay
Clay sebagian besar dapat ditemukan di semua batuan
reservoir. Clay mempunyai sifat dan karakter yang spesifik sehingga
perlu dipelajari. Clay dapat menimbulkan pengaruh negatif baik dalam
reservoir, operasi pemboran maupun dalam operasi produksi. Lapisan
clay dapat berupa lapisan clay dapat berupa lapisan tebal atau lapisan
-
tipis berselang-seling dengan lapisan batu pasir atau lapisan karbonat.
Clay tersebar dalam batu pasir sebagai butiran yang mengisi celah
antar butiran pasir yang bertindak sebagai semen.Clay mempunyai
sifat plastik, dengan kata lain ia dapat menghisap air dan dapat
dibentuk suatu benda sesuka hati (seperti lempung). Sifat plastik clay
bila basah tidak akan menghidrat (inert solid) dan akan mempengaruhi
viskositas dan densitas bahkan dapat membentuk gumpalan. Clay
terdiri dari mineral-mineral silika, aluminium, dengan kation-kation
alkali tanah Na, K, Ca, Mg, Ba.
b. Hydrat
Hydrat tejadi karena endapan dari campuran es dengan elemen
yang lain, umumnya terjadi pada gas alam. Hydrat terjadi karena hasil
dari endapan es yang kotor. Seperti es lazimnya, hydrat dapat
terbentuk pada temperatur 0 C. Gas hydrat sering ditemukan didalam
sumur yang memproduksi gas dan sedikit air. Hydrat juga dapat
membentuk gas cut (gas yang memotong ) lumpur pemboran. Hydrat
dapat menutup choke dan valve dan menjadi problem yang serius.
Partikel hydart juga dapat menyebabkan abrasif.
Hydrat akan menambah viskositas fluida reservoir karena
menurunya temperatur. Laju aliran fluida sangat dipengaruhi oleh
viskositas. Apabila viskositas rendah maka laju alir fluida akan kecil.
c. Busa (foam)
Busa adalah fasa gas dalam cairan dengan ciri khas busa adalah
fasa gas sebanyak lebih dari 95 % gas. Busa apbila terbentuk stabil
dapat menjadi emulsi. Kestabilan foam diakibatkan karena viskositas
dan gel strength. Polimer sabun adalah contoh busa yang stabil.
Perilaku foam hampir sama dengan emulsi.
Keberhasilan dalam penanganan foam pada minyak biasanya
dicapai melalui filter yang berserat seperti celulosa.
-
d. Dispersi
Dispersi atau juga disebut suspensi adalah campuran fluida,
padatan atau gas masuk kedalam fluida. Pada beberapa kasus dispersi
terjadi antara air yang terdapat atau bercampur dengan fluida minyak
sebagai emulsi. Dispersi lain adalah masuknya udara didalam air atau
yang disebut foam. Dispersi pada padatan dalam cairan adalah lumpur
pemboran. Perbedaan dengan emulsi proses dispersi sangat cepat
seperti pada saat penyaringan. Saat pemisahan seperti emulsi
dipengaruhi oleh perbedaan viskositas, kestabilan gaya, ukuran butir.
e. Scale
Scale adalah hasil kristalisasi atau pengendapan mineral dari
air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas. Penyebab
langsung dalam pembentukan scale adalah penurunan tekanan,
perubahan temperatur dan pencampuran dua macam air yang susunan
mineral yang dikandung tidak saling cocok atau dengan kata lain tidak
dapat saling digabungkan.
2. Diagnosa Kerusakan Formasi
Apabila sebuah sumur tidak dapat berproduksi seperti yang
diharapkan, analisa terhadap sumur tersebut harus segera dilakukan untuk
menentukan penyebabnya. Diagnosa terhadap rangkaian sistem produksi
mulai dari batas cairan dalam reservoir, sumur produksi sampai pada
sistem pengumpulan. Seandainya salah satu komponen mengalami
kerusakan/gangguan, sumur produksi tidak dapat berfungsi dengan baik
untuk menghasilkan minyak yang optimal.
Metode Diagnosa Yang Dapat Dilakukan Antara Lain:
a. Analisa Dengan Decline Curve
Decline Curve adalah kurva penurunan produksi produksi
suatu sumur yang merupakan plot antara laju produksi terhadap waktu.
Metode Decline Curve ini umumnya dibuat setelah produksi
berlangsung beberapa bulan atau tahun. Metode ini dapat meramalkan
-
secara garis besar/ normal laju produksi dan tekanan sumur dimasa
datang.
Penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh:
1) Laju aliran awal atau laju aliran pada suatu waktu tertentu
2) Bentuk kurva
3) Laju penurunan produksi
Dari kurva dapat menentukan cadangan reservoir juga perilaku tekanan
sumur.
Menganalisa adanya kerusakan formasi dengan metode decline
curve dapat diketahui dengan penurunan laju produksi yang tidak
proporsional. Metode decline curve dapat memperkirakan umur dan
perilaku dari suatu sumur. Laju produksi sumur umumnya mengikuti
salah satu persamaan ( Harmonik, Hyperbolik, atau Exponential). Laju
produksi yang tidak sesuai dengan perkiraan dari metode decline curve
kemungkinan terjadi kerusakan pada formasi.
b. Analisa Nodal
Ketika sitem produksi mengalami gangguan, pertama kali yang
dilakukan adalah melakukan analisa nodal. Analisa Nodal merupakan
analisa pada titik pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi
keseimbangan, dalam bentuk keseimbangan massa ataupun
keseimbangan tekanan.
Analisa Nodal terhadap sumur diperlukan untuk tujuan :
1) Meneliti kelakuan aliran fluida dalam reservoir disetiap komponen
sistem sumur.
2) Menggabungkan kelakuan fluida reservoir didalam seluruh
komponen sehingga dapat memperkirakan laju produksi sumur.
3) Untuk mengetahui kondisi aliran pada formasi.
c. Analisa Core
Analisa pada inti batuan kecuali untuk keperluan mengetahui
permeabilitas, saturasi batuan disekitar lubang sumur analisa core juga
mengetahui kerusakan formasi. Dengan melihat core dengan
-
mikroskop elektron ( Scanning Elektron Microskope (SEM)) core
dapat terlihat adanya kerusakan formasi akibat clay, invasi filtrat ,
perpindahan butiran batuan , dll. Keperluan akan analisa core untuk
membuktikan adanya skin secara fisik dan bentuknya dalam formasi
batuan. Struktur daripada kerusakan formasi dapat terlihat pada
penggunaan mikroskop. Penyelidikan terhadap core juga dilakukan
pada pelaksanaan stimulasi. Pengaruh stimulasi, hasil stimulasi dapat
dipraktekan dilaboratorium.
d. Analisa Perilaku Laju Aliran
Untuk menganalisa produktivitas suatu sumur, data-data dari
semua laju aliran, sistem pengangkatan dan gaya-gaya yang
mempengaruhi laju alir dipermukaan harus dipertimbangkan. Laju
aliran adalah data yang paling banyak diketahui dan digunakan untuk
semua perhitungan design alat dari perhitungan pengangkatan sampai
perbaikan rangsangan ( stimulation justification ). Hambatan aliran
disekitar lubang sumur mempengaruhi laju aliran yang akan masuk
kedalam sumur. Hambatan yang ada disekitar lubang sumur umumnya
disebut Skin dan secara kwantitas dapat dinyatakan dalam skin
factor.
Sumber terjadinya Skin adalah:
1) Adanya invasi filtrat lumpur pemboran ke dalam formasi, sehingga
mempengaruhi laju produksi.
2) Adanya partikel lumpur pemboran.
3) Gravel Pack.
4) Hambatan aliran minyak disekitar lubang bor sebagai akibat
produksi.
e. Analisa Tekanan Transient
Uji sumur dapat dikategorikan sebagai cara untuk menguji
sumur yang digunakan dalam sumur yang masih produktif. Hasil dari
uji sumur ini dapat mengetahui perubahan tekanan atau produksi fluida
-
yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menganalisa
adanya kerusakan formasi uji sumur tidak pernah ketinggalan.
Uji tekanan transient merupakan pengukuran yang umum
dilakukan dalam uji sumur. Besarnya tekanan reservoir dapat diketahui
dari uji transient sumur. Uji transient dilakukan untuk mengukur:
1) Permeabilitas batuan.
2) Tekanan Reservoir.
3) Kerusakan di sekitar lubang sumur.
4) Radius Pengurasan.
5) Penurunan produksi.
Umumnya metode uji sumur test ada dua, yaitu :
1) Pressure Build- Up ( PBU test )
2) Pressure Drawdown ( PDD test )
f. Analisa Well Logging
Metode analisa well logging adalah metode untuk
mengevaluasi pengukuran atau perekaman besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor.
D. Cara Penanggulangan Kerusakan Formasi
Ketika formasi tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan pada
suatu lapangan/sumur, workover, stimulasi, dan fracturing(merekahkan
batuan), atau perlakuan lain akan menjadi pertimbangan. Ada dua kondisi
yang menjadi dasar pemilihan workover yaitu :
1. Adanya kerusakan formasi didekat lubang sumur yang
menutup/mengurangi laju produksi.
2. Jika permeabilitas batuan kecil dan tekanan reservoir masih tinggi.
Jika dijumpai salah satu dari kondisi diatas dan cadangan sisa
mencukupi untuk dilakukannya workover dengan mempertimbangkan biaya
maka penggunaan metode workover dapat diterapkan. Kondisi pertama
merupakan dasar dilakukannya stimulasi untuk menghilangkan kerusakan
formasi.Kondisi kedua adalah dasar petimbangan untuk melakukan fracturing.
-
Stimulasi adalah penggunaan bahan kimia seperti zat bersifat asam,
surfactant, reactant dan penggunaan zat pelarut dengan tujuan menghilangkan
keruasakan formasi sehinggga permeabilitas batuan meningkat. Fracturing
adalah perlakuan secara fisik terhadap formasi untuk memperbesar
permeabilitas.
1. Stimulasi Dengan Acidizing
Ada beberapa bahan kimia (bersifat asam) yang dapat digunakan
dalam melakukan stimulasi, anatara lain : HCL, HF, HCOOH.
HCL bereaksi dengan formasi karbonat akan membentuk air, gas
karbondioksida dan kalsium klorida.HF/HCL adalah campuran Asam
klorida dan Asam fluorida. Kombinasi ini digunakan khusus dalam
reservoir batu pasir yang mengandung sedikit kalsium. Asam yang
mengandung hidrofluorid tidak digunakan sendiri pada batuan yang
mengandung kalsium karena akan menghasilkan lapisan endapan kalsium
fluorid.
3. Stimulasi Dengan Solvent
Bahan zat pelarut mempunyai banyak macamnya yang dapat
melarutkan endapan dan kerusakan formasi didalam lubang sumur. Pada
umumnya untuk menghilangkan garam dapat digunakan zat pelarut air
asin, alkohol atau surfactant yang dibawa oleh air. Alkohol adalah pelarut
istimewa karena dapat larut dalam minyak dan air. Pelarut hidrokarbon
juga dapat digunakan dalam menghilangkan kaerusakan formasi.
Hidrokarbon tersebut antara lain : minyak , kerosin, gasoline, toluene.
4. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas
Gas dapat digunakan dalam meningkatnya perolehan fluida
hidrokarbaon meskipun gas sendiri membantu dalam menghilangkan
kerusakan. Penginjeksian gas dilakukan dalam stimulasi akan
mengembang didalam reservoir sehingga menambah tekanan reservoir dan
memindahkan kerusakan dengan terikutnya zat/endapan bersama-sama
dengan fluida. Gas yang digunakan pada umumnya gas Karbondioksida
atau gas Nitrogen.
-
5. Stimulasi Dengan Penggunaan Surfactant
Surfactant adalah bahan kimia buatan yang dapat digunakan dalam
menghilangkan kerusakan formasi. Berbagai macam surfactant yang
digunakan umumnya mempunyai kadar 1-5 % atau lebih tergantung
kebutuhan yang dibawa oleh fluida air, asam atau minyak. Komposisi
surfactant berbagai macam yang dapat digunakan untuk menghilangkan
scale, foam, gaya permukaan lapisan parafin, dll.
6. Stimulasi Dengan Reactant
Reaktant adalah kelompok material yang dimasukkan kedalam
sumur dan bereaksi secara kimia dengan material dalam sumur, tetapi
mempunyai sifat fisik tidak asam. Material tersebut termasuk bactericieds,
pengoksidasi ( pemutih, clorine dioksida), dll.
7. Clean Up
Pembersihan (clean up) lubang sumur digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa semen, partikel lumpur pemboran, dan kotoran
perforasi yang menyebabkan kerusakan di permukaan lubang sumur
injeksi. Pelarutnya biasa menggunakan kerosin, solar, alkohol, asam
organik yang biasa digunakan didalam stimulasi adalah HCL / HF juga
asam formiat dan asam asetat.
Setelah pembersihan atau stimulasi selesai pelarut/solvent atau
asam yang digunakan diambil kembali dengan cara swabbing
(penyedotan), pemompaan, atau pendesakan dengan nitrogen atau
membiarkan fluida reservoir membawanya.
8. Perforasi/Reperforasi
Perforasi adalah memberikan perlakuan batuan dengan cara
menembak formasi sehingga batuan mengalami perekahan setempat
sehingga terjadi hubungan dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.
-
Penggunaan perforasi/reperforasi ini dapat meningkatkan pada
permeabilitas disekitar lubang sumur.
9. Hydraulic Fracturing
Hydraulic fracturing berhubungan dengan pemakaian fluida
bertekanan yang digunakan untuk memecah batuan reservoir atau
membentuk rekahan. Setelah batuan atau formasi rekah, diteruskan dengan
memberikan pengganjal (propant-gravel) untuk menahan supaya rekahan
tersebut tidak mengalami penutupan kembali sehingga rekahan akan lebih
mempermudah aliran minyak atau gasnya menuju lubang bor.
Kemampuan rekahan untuk mengalirkan fluida ke lubang sumur
akan meningkatkan produksi. Kemampuan rekahan untuk mengalirkan dan
panjang serta besar rekahan, semuanya sangat penting untuk dijaga dan
dipertahankan. Kemampuan yang tinggi dari rekahan untuk mengalirkan ,
dikombinasikan dengan panjang rekahan yang besar akan menghasilkan
peningkatan produksi yang baik untuk sumur lama atau sumur baru.
10. Gravel Pack
Penggunaan gravel pack digunakan untuk menahan/mengontrol
perpindahan butiran batuan pasir yang ikut terproduksi. Penggunaan
gravel pack pack umumnya digunakan pada batuan yang unconsolidated
sand.
11. Wash and Scrapping
Scrapping adalah menyikat permukaan lubang sumur sehingga
plug/penutupan pada pori-pori dipermukaan lubang sumur dapat bersih.
Hal ini umumnya diikuti dengan mengalirkan fluida untuk mengangkat
kotoran-kotoran tersebut.
-
RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir2.1.1. Jenis Batuan Reservoir
2.1.1.1...........................................................................Batu Pasir
2.1.1.2...........................................................................Batuan Karbonat
2.1.1.3...........................................................................Batuan Shale
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir2.1.2.1...........................................................................Poros
itas2.1.2.2...........................................................................Wett
abilitas2.1.2.3...........................................................................Teka
nan Kapiler2.1.2.4...........................................................................Satur
asi fluida2.1.2.5...........................................................................Perm
eabilitas2.1.2.6...........................................................................Kom
presibilitas Batuan2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon2.2.1.1...........................................................................Alka
nes2.2.1.2...........................................................................Alke
nes
-
2.2.1.3...........................................................................Alkynes
2.2.1.4...........................................................................Cyclic aliphatic
2.2.1.5...........................................................................Aromatic
2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi2.2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.2.2.1. Specific Gravity2.2.2.2. Viskositas2.2.2.3. Faktor Volume Formasi Fluida2.2.2.4. Kompresibilitas Fluida2.2.2.5. Kelarutan Gas
2.3. Kondisi Reservoir2.3.1.Tekanan Reservoir2.3.2.Temperatur Reservoir
2.4. Jenis-Jenis Reservoir2.4.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir
2.4.1.1...........................................................................Perangkap Stratigarfi
2.4.1.2...........................................................................Perangkap Struktur
2.4.1.3...........................................................................Perangkap Kombinasi
2.4.2. Berdasarkan Kelakuan Fasa Fluida 2.4.2.1...........................................................................Reser
voir Gas2.4.2.2...........................................................................Reser
voir Kondensat2.4.2.3...........................................................................Reser
voir Minyak 1. Reservoir Minyak Jenuh 2. Reservoir Minyak Tak Jenuh
2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong2.4.3.1...........................................................................Depl
etion Drive2.4.3.2...........................................................................Gas
Cap Drive2.4.3.3...........................................................................Gravi
ty Drainage Drive2.4.3.4...........................................................................Wate
r Drive2.4.3.5...........................................................................Com
bination Drive
BAB III PEROLEHAN DATA.
-
3.1. Analisa Core/Analisa Inti Batuan 3.1.1. Penentuan Porositas3.1.2. Penentuan Saturasai Batuan 3.1.3. Penentuan Permeabilitas
3.2. Well Logging3.2.1. Log Listrik
3.2.1.1...........................................................................Spontaneous Potensial
3.2.1.2...........................................................................Resistivity Log
3.2.1.3...........................................................................Conventional Resistivity Log
3.2.1.4...........................................................................Induction Log
3.2.1.5...........................................................................Laterolog
3.2.2. Log Radioaktif3.2.2.1...........................................................................Gam
ma Ray Log3.2.2.2...........................................................................Densi
ty Log3.2.2.3...........................................................................Neutr
on Log3.2.3. Sonic Log3.2.4. Log Tambahan
3.2.4.1.Caliper Log3.2.4.2.Temperatur Log3.2.4.3.Dipmeter Log
3.3. Analisa Fluida Reservoir3.3.1. pH Air Formasi3.3.2. Alkalinitas3.3.3. Kadar Barium3.3.4. Kadar Ion Sulfat3.3.5. Kadar Fe3.3.6. Kadar Khloride3.3.7. Kadar Kalsium dan Magnesium
3.4. Pressure Test (Uji Tekanan)3.4.1. Drill Stem Testing3.4.2. Analisa Pressure Build-Up3.4.3. Analiasa Draw Down3.4.4. Perkiraan Water Oil Contact
BAB IV. IDENTIFIKASI DAN PENYEBAB KERUSAKAN FORMASI
IV.1. Identifikasi Kerusakan FormasiIV.2. Indikasi Adanya Kerusakan FormasiIV.3. Mekanisme Kerusakan Formasi
-
IV.4. Penyebab Kerusakan FormasiIV.4.1. Kerusakan Formasi Alami
IV.4.1.1.........................................................................ClayIV.4.1.1.1. Tipe clayIV.4.1.1.2. Klasifikasi Tipe Clay
IV.4.1.2.........................................................................Hydrat
IV.4.1.3.........................................................................BusaIV.4.1.4.........................................................................Dispe
rsiIV.4.1.5.........................................................................Scale
IV.4.1.5.1. Sebab-sebab Terbentuknya Endapan Scale
IV.4.1.5.2. Macam-macam Scale4.4.1.6.Parafin dan Aspal4.4.1.7.Emulsi4.4.1.8.Bakteri
IV.4.2. Kerusakan Tidak AlamiIV.4.2.1.........................................................................Lum
pur Pemboran IV.4.2.2.........................................................................Akib
at Penyelesaian SumurIV.4.2.3.........................................................................Akib
at PerforasiIV.4.2.4.........................................................................Ceme
ntingIV.4.2.5.........................................................................Kill
FluidIV.4.2.6.........................................................................Akib
at StimulasiIV.4.2.7.........................................................................Akib
at Air Kotor
BAB V DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI DAN CARA
PENANGGULANGANNYA.
5.1. DIAGNOSA KERUSAKAN FORMASI
5.1.1. Analisa Dengan Decline Curve5.1.2. Analisa Nodal5.1.3. Analisa Core5.1.4. Analisa Perilaku Laju Aliran 5.1.5. Analisa Tekanan Transient
5.1.5.1...........................................................................Pressure Build-Up
5.1.5.2.Pressure Draw Down 5.1.6. Analisa Well Logging
-
5.1.6.1...........................................................................Metode Detail Evaluation
5.1.6.2...........................................................................Meto
de Quick Lock
5.2. CARA PENANGGULANGAN KERUSAKAN FORMASI
5.2.1. Stimulasi Dengan Acidizing5.2.2. Stimulasi Dengan Cara Injeksi Gas5.2.3. Stimulasi Dengan Surfactant 5.2.4. Stimulasi Dengan Reactant5.2.5. Stimulasi Dengan Clean Up 5.2.6. Perforasi atau Reperforasi5.2.7. Hydraulic Fracturing5.2.8. Gravel Pack5.2.9. Wash and Scrapping
BAB VI. PEMBAHASAN
BAB VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I. LATAR BELAKANG MASALAH