167904084-CEDERA-KEPALA.pdf
-
Upload
achmad-muthoillah -
Category
Documents
-
view
82 -
download
2
Transcript of 167904084-CEDERA-KEPALA.pdf
TRAUMA KAPITIS
DEFINISI :
Adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
TRAUMA KAPITIS
- Penyebab kecacatan & kematian yg cukup tinggi (80%) 5% meninggal ditempat kejadian. -75 -80% : trauma kapitis ringan, sisanya sedang & berat - Masalah kesehatan, ok penderita muda, sehat & produktif. - Prediksi insiden per tahun akan menurun secara signifikan dg adanya undang-undang pemakaian helm dan sabuk pengaman bagi pengendara moto dan mobil.
TRAUMA KAPITIS
Cedera kepala penyebab kematian
tertinggi
(15-45 tahun)
Kematian dan kecacatan terjadi akibat
Iskemi yang terjadi pada Cedera
kepala, berhubungan dengan:
Cedera kepala penyebab kematian tertinggi (15-45 tahun)
Kematian dan kecacatan terjadi akibat : - Iskemia serebral
Iskemi yang terjadi pada Cedera kepala, berhubungan dengan: - T T I K - hipotensi sistemik - hipoksia / hipoxemia
MANAJEMEN TRAUMA KAPITIS : - manajemen non operatif, ditangani oleh neurolog - manajemen operatif, ditangani oleh bedah saraf Manajemen trauma kapitis :
dapat menjawab tuntutan kebutuhan keluaran kualitas hidup yang baik setelah terjadinya
cedera otak pada penderitanya ( patient oriented )
yang mayoritas berusia muda, sehat & masih
berkesempatan untuk mengembangkan kariernya.
KLASIFIKASI
1. Patologi 1.1. Komosio Serebri 1.2. Kontusio Serebri 1.3. Laserasio Serebri 2. Lokasi lesi 2.1. Lesi Diffus 2.2. Lesi kerusakan vaskuler otak 2.3. Lesi fokal 2.3.1. Kontusio dan laserasi serebri 2.3.2.Hematoma Intrakranial
2.3.2. Hematoma Intrakranial 2.3.2.1. Hematoma ekstradural ( epidural ) 2.3.2.2. Hematoma subdural 2.3.2.3. Hematoma Intraparenkimal 2.3.2.3.1. Hematoma subarakhnoid 2.3.2.3.2. Hematoma Intraserebral 2.3.2.3.3. Hematoma Intraserebellar
3. Derajat Kesadaran berdasar GCS
3.1. Cedera Kepala Ringan, GCS = 13 – 15
3.2. Cedera Kepala Sedang, GCS = 9 – 12
3.3. Cedera Kepala Berat, GCS = 3 - 8
Penegakkan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar :
1. Anamnesis
- Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid.
- Perdarahan / otorrhea / rhinorrhea
- Amnesia Traumatika ( retrogard/anterogard )
2. Hasil pemeriksaan klinis Neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto servikal.
5. CT Scan Otak :
5. CT Scan Otak :
- gambaran kontusio
- gambaran edema otak
- gambaran perdarahan
- hematoma epidural
- hematoma subdural
- perdarahan subarakhnoid
- hematoma intraserebral
PEMERIKSAAN KLINIS UMUM DAN NEUROLOGIS
- Penilaian Kesadaran berdasarkan skala koma Glasgow
(GCS). - Penilaian fungsi vital tensi, nadi, pernafasan. - Otorrhea, Rhinorrhea. - Ecchymosis periorbital bilateral /eyes/hematoma kaca mata. - Ecchymosis mastoid bilateral / Battle`s Sign. - Gangguan fokal neurologik - Fungsi motorik : lateralisasi, kekuatan otot - Refgleks tendon, refleks patologis. - Pemeriksaan fungsi batang otak. - Ukuran besar, bentuk, isokor/anisokor & refleks pupil. - Refleks kornea. - Doll`s eye phenomen.
- Monitor pola pernafasan :
cheyne stokes : lesi di hemisfer central neurologic hyperfentilation : lesi di
mesensefalon – pons apneustic breath : lesi di pons ataxic breath : lesi di medulla oblongata - Gangguan fungsi otonom. - Funduskopi
HEMATOMA EPIDURAL
Perdarahan yang terjadi diantara tabula interna – duramater. Hematoma masif, akibat pecahnya a. meningea media atau sinus venosus. Tanda diagnostik Klinik : 1. Lucid interval (+). 2. Kesadaran makin menurun. 3. Late Hemisfer kontralateral lesi. 4. Pupil anisokor. 5. Babinsky (+) kontralateral lesi. 6. Fraktur di daerah temporal
Epidural
hematom
HEMATOMA EPIDURAL di FOSSA POSTERIOR
Gejala dan tanda Klinis : 1. Lucid interval tak jelas. 2. Fraktur kranii oksipital. 3. Kehilangan kesadaran cepat. 4. Gangguan serebelum, batang otak & pernafasan. 5. Pupil isokor. Penunjang Diagnostik : CT Scan otak : gambaran hiperdens ( perdarahan ) di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal, dan tampak bikonveks.
HEMATOMA SUBDURAL
Perdarahan yang terjadi di antara duranater – arakhnoid, akibat robeknya “ bridging
vein “ ( vena jembatan ). Jenis : 1. Akut : Interval Lucid : 0 – 5 hari 2. Sub Akut : Interval Lucid : 5 hr – bbrp mngg. 3. Kronik : Interval Lucid : > 3 bulan.
HEMATOMA SUBDURAL AKUT Gejala dan tanda Klinis : - sakit kepala - kesadaran menurun +/- Penunjang Diagnostik : - CT Scan kepala gambaran
hiperdens ( perdarahan ) di antara duramater dan arakhnoid, umumnya karena robekan dari bridging vein, dan tampak seperti bulan sabit.
Subdural
Hematom Akut
(SDH akut)
HEMATOMAINTRASEREBRAL
Perdarahan yang terjadi di parenkim otak, akibat
pecahnya a. intraserebral mono atau multiple.
FRAKTUR BASIS KRANII
1. Anterior Gejala dan tanda Klinis : - keluarnya cairan likuor melalui hidung - perdarahan bilateral periorbital ecchymosis
- anosmia. 2. Media Gejala dan tanda Klinis : - keluarnya cairan likuor melalui telinga - gangguan n. VII & VIII.
FRAKTUR BASIS KRANII
3. Posterior Gejala dan tanda Klinis : - bilateral mastoid ecchymosis Penunjang diagnostik : - memastikan cairan cerebrospinal secara sederhana dengan tes Halo. - Scaning otak resolusi
DIFFUSE AXONAL INJURY ( DAI )
Gejala dan tanda Klinis :
- koma lama pasca trauma kapitis ( prolonged
coma )
- disfungsi saraf otonom
- demam tinggi
Penunjang diagnostik :
CT Scan otak :
- awal – normal, tidak ada tanda adanya
perdarahan, edema, kontusio.
- ulangan setelah 24 jam – edema luas.
Diperkenalkan pertama oleh Strich (1956) dan diuji klinis oleh Genarelli (1982).
Di sini pasien disertai defisit neurologis yang jelas, atau kehilangan kesadaran namun tanpa lesi yang jelas pada gambaran CT-Scan Kranio-Serebral
Pada prinsipnya, diagnosa pasti DAI ditegakkan berdasar pemeriksaan mikroskopis.
Diffuse Axonal Injury (DAI)
DAI Hemaragik tanpa efek
masa
PERDARAHAN SUB ARAKHNOID TRAUMATIKA
Gejala dan tanda Klinis :
- Kaku kuduk
- Nyeri kepala
- Bisa didapati gangguan kepala
Penunjang diagnostik :
CT Scan otak :
- perdarahan ( hiperdens ) di ruang
subarakhnoid
3. Posterior 3. Posterior
TRAUMATIK
PSA
PENANGANAN TRAUMA KAPITIS AKUT
Penanganan emergensi sesuai dg beratnya trauma kapitis ( ringan, sedang, berat ) berdasar urutan :
1. Survei Primer menstabilkan kondisi pasien : A= Airway ( jalan nafas ). bebaskan jalan nafas dg memeriksa mlut dan mengeluarkan darah,gigi yg patah, muntahan dsb. Bila perlu lakukan
intubasi ( waspadai kemungkinan adanya fraktur tlg leher. B = Breathing ( pernafasan ). Pastikan pernafasan adekuat. Perhatikan frekuensi, pola nafas dada atau perut, simetris/tdk, cari penyebab gangguan sentral atau perifer.
Bila perlu beri oksigen sesuai kebutuhan dg target saturasi
O2 > 92 %.
1.
C = Circulation ( sirkulasi ) Pertahankan tekanan Darah Sistolik > 90 mm Hg. pasang sulur intravena, berikan cairan intravena drip.
D = Disability ( untuk mengetahui lateralisasi dan kondisi umum. - Tanda xital : tekanan darah, nadi,pernafasan, suhu - GCS - Pupil : ukuran, bentuk dan reflek cahaya. - Pemeriksaan Neurologi : hemiparesis, refleks patologis. - Luka - luka. - Anamnesa : AMPLE ( Allergies, Medication, Past illness, Last meal, Event / Environment related to the injury )
2. Survei Sekunder
meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi pasien stabil.
E = Laboratorium Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis lekosit, trombosit,
ureum, kreatinin, gula darah sewaktu, analisa gas darah dan elektrolit. Urin : perdarahan (+)/(-). Radiologi : - foto polos kepala posisi AP, lateral,tangensial. - CT Scan otak - Foto lainnya sesuai indikasi ( termasuk foto servikal ).
F. Manajemen Terapi
- siapkan untuk operasi pada pasien yang
mempunyai indikasi.
- siapkan untuk masuk ruang rawat
- penanganan luka-luka.
- pemberian terapi obat-obatan sesuai kebutuhan.
INDIKASI OPERASI PENDERITA TRAUMA
KAPITIS
1. EDH ( epidural hematoma ) a. > 40 cc dg midline shifting pada daerah temporal/ frontal/ parietal dg fungsi batang otak masih baik. b. > 30 cc pada daerah fossa posterior dg tanda-tanda
penekanan batang otak atau hidrosefalus dg fungsi batang otak masih baik.
c. EDH progresif. d. EDH tipis dg penurunan kesadaran bukan indikasi opereasi. 2. SDH ( subdural hematoma ) a. SDH luas ( > 40 cc/ > 5 mm dg GCS > 6, fungsi batang otak masih baik. b. SDH tipis dg penurunan kesadaran bukan indikasi operasi. c. SDH dengan edema serebri/ kontusio serebri disertai midline shift dg fungsi batang otak masih baik.
3. ICH ( perdarahan intraserebral ) pasca trauma Indikasi operasi ICH pasca trauma :
a. Penurunan kesadaran progresif. b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda- tanda gangguan
nafas. c. Perburukan defisit neurologi fokal.
4. Fr. Impresi melebihi 1 ( satu ) diploe. 5. Fr. Kranii dg laserasi serebri. 6. Fr. Kranii terbuka ( pencegahan infeksi intra – kranial ). 7. Edema serebri berat yang disertai tanda
peningkatan TIK dipertimbangkan operasi dekompresi.
SIMPLE HEAD INJURY
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka – luka
3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam.
Bila selama di rumah terdapat hal – hal sbb :
- pasien cenderng mengantuk
- sakit kepala yang semakin berat
- muntah proyektil, maka pasien segera kembali ke RS.
4. Pasien perlu dirawat apabila ada hal – hal berikut :
- Ada gangguan orientasi ( waktu, tempat )
- Sakit kepala dan muntah
- Tidak ada yang mengawasi di rumah
- Letak rumah yang jauh dan sulit untuk kembali ke RS.
TRAUMA KAPITIS RINGAN
1. Di rawat 2 x 24 jam. 2. Pasien tidur dengan posisi kepala ditingkatkan 30
derajat 3. Obat-obat simtomatis seperti analgetik, anti emetik,
dan lain-lain sesuai indikasi. TRAUMA KAPITIS SEDANG DAN BERAT 1. Lanjutkan penanganan ABC. 2. Pantau tanda vital ( suhu, pernafasan, tekanan darah ),
pupil, GCS, gerakan ekstremitas, sampai pasien sadar( memakai lembar pantauan kondisi medis/ observation Chart :
- pantauan dilakukan tiap 4 jam. - lama pantauan sampai pasien mencapai GCS 15 - Dijaga jangan terjadi kondisi sbb : tekanan darah sistolik < 90 mm Hg, suhu > 38 derajat Celsius dan frekwensi nafas > 20 x/menit.
3. Cegah kemungkinan terjadinya TIK yg meninggi dg cara :
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat.
- Bila perlu dapat diberikan Manitol 20 % ,
dosis awal
1 gr/kg BB,berikan dalam waktu ½ - 1 jam.
- Berikan analgetika, dan bila perlu dapat
diberikan sedasi jangka pendek
4. Atasi komplikasi :
- kejang : profilaksis OAE selama 7 hari utk mencegah immediate dan early seizure pada risiko tinggi. - infeksi akibat fraktur basis kranii/fraktur terbuka : profilaksis antibiotika, sesuai dosis infeksi intrakranial, selama 10 – 14 hari. - gastrointestinal – perdarahan lambung. - demam - DIC : pasien dengan trauma kapitis tertutup cenderung mengalami koagulopati akut.
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat. 6. Roboransia, neuroprotektan ( citicolin ), nootropik sesuai indikasi.
TRAUMA MEDULA SPINALIS ( TMS )
Adalah trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di
medula spinalis sehingga menimbulkan gangguann neurologis,
dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian.
Keadaan darurat neurologi yg perlu tindakan cepat, tepat dan
cermat untuk kurangi angka kecacatan dan kematian.
Insidens : 30 – 40 per satu juta per tahun dan sekitar 8.000 –
10.000 kasus per tahun.
Angka mortalitas 48% / 24 jam pertama dan 80% meninggal di
tempat kejadian, ini disebabkan vertebra servikalis yang memiliki
resiko trauma yang paling besar, dengan kevel tersering C5, diikuti
C4, C6 dan kemudian T12, K1 dan T10.
Tujuan pengobatan TMS adalah :
Menjaga sel yang masih hidup agar terhindar dari
kerusakan lanjut. Eliminasi kerusakan akibat proses patogenesis
sekunder. Mengganti sel saraf yang rusak Menstimuli pertumbuhan akson dan koneksitasnya. Memaksimalkan penyembuhan defisit neurologis Stabilisasi vertebra. Neurorestorasi dan neurorehabilitasi untuk
mengembalikan fungsi tubuh
Prognosis TMS tergantung pada :
Lokasi lesi ( lesi servikal atas prognosis lebih buruk ).
Luas lesi ( komplit / inkomplit ).
Tindakan didi ( prehospital dan hospital ).
Trauma multiple.
Faktor penyulit ( komorbiditas ).
DIAGNOSIS
Anamnesis riwayat trauma Berdasarkan Gejala dan Tanda Klinis Gambaran klinis tergantung letak dan luas
lesi MEKANISME TMS : A. Fraktur vertebra/dislokasi. B. Luka penetrasi/tembus. C. Perdarahan epidural/subdural D. Trauma tidak langsung E. Trauma intramedular/kontusio
WHIPLASH INJURY :
gerakan tiba-tiba hiperekstensi
kemudian diikuti hiperfleksi servikal, menyebabkan cedera jaringan lunak spinal, tidak ada kerusakan pada medula spinalis.
MANAJEMEN PRE HOSPITAL
Untuk mendukung tujuan penyembuhan yang optimal, maka perlu diperhatikan tatalaksana di saat pre hospital :
Stabilisasi manual
Membatasi fleksi dan gerakan –gerakan lain
Penanganan imobilitas vertebra dengan kolar leher dan vertebral brace.
MANAJEMEN PRE HOSPITAL
Untuk mendukung tujuan penyembuhan yang optimal,maka perlu diperhatikan tatalaksana di saat pre hospital : Stabilisasi manual Membatasi fleksi dan gerakan –gerakan lain Penanganan imobilitas vertebra dengan kolar leher
dan vertebral brace. MEKANISME TMS : a. Fraktur vertebra/dislokasi. b. Luka penetrasi/tembus. c. Perdarahan epidural/subdural d. Trauma tidak langsung e. Trauma intramedular/kontusio
MANAJEMEN DI UNIT GAWAT DARURAT
Tindakan darurat mengacu pada : 1.A ( AIRWAY ) Menjaga jalan nafas tetap lapang. 2.B ( BREATHING ) Mengatasi gangguan pernafasan, kalau
perlu lakukan intubasi endotrakeal ( pada cedera medulla spinalis servikal atas ) dan pemasangan alat bantu nafas supaya oksigenasi adekuat.
3. C (CIRCULATION
- Perhatikan tanda-tanda hipotensi, terjadi
karena pengaruh pada sistem saraf ortosimpatis.
4. Selanjutnya : pasang Foley kateter untuk monitor hasil urine
dan
cegah retensio urine.
pasang pipa naso gastrik ( hati-hati pada cedera
servikal ), dg tujuan untuk :
- dekompresi lambung pada distensi
- kepentingan nutrisi enteral
5.Pemeriksaan Umum dan Neurologi Khusus
Jika terdapat fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis.
- servikal : pasang kerah fiksasi leher, jangan
dimanipulasi dan disamping kanan – kiri
leher ditaruh bantal pasir.
- Torakal : lakukan fiksasi ( torakolumbal brace )
- Lumbal : fiksasi dengan korset lumbal
Defisit Neuroligis
Berdasar gejala & tanda klinis sesuai dengan tinggi dan luas lasi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : lengkap
b. Radiologi :
- Foto vertebra posisi AP/Lat
- CT Scan/MRI jika dg foto konvensional
masih meragukan atau bila akan dilakukan
tindakan operasi.
c. Pemeriksaan lain :
- EKG bila terdapat aritmia jamtung
7.Pemberian Kortikosteroid
Bila diagnosis ditegakkan < 3 jam pasca trauma berikan :
- Methylprednisolon 30 mm/KgBB iv bolus selama 15 ‘
dengan ditunggu selama 45 manit ( tidak diberikan
methylprednisolon dl kurun waktu ini ), selanjutnya
diberikan infus terus menerus methylprednisolon
selama 23 jam dengan dosis 5,4 mg/Kg BB/Jam
Bila 3-8 jam, idem, hanya infus methylprednisolon
dilanjutkan untuk 47 jam.
Bila > 8 jam tidak dianjurkan pemberian
methylprednisolon.
KONSENSUS MANAJEMEN DI RUANG RAWAT
1. Perawatan Umum
- Lanjutkan ABC sesuai keperluan
- Usahakan suhu badab tetap normal ( jika lesi
diatas C-8, termoregulasi tidak ada )
- Jika ada gangguan miksi pasang kondom
kateter atau daeur kateter dan jika ada
retensi alvi, berikan laksan/ klisma.
2. Pemeriksaan Neurologi Klinik - SSEP
3. Medikamentosa
a. Lanjutkan pemberian methylprednisolon.
b. Anti spastisitas otot sesuai kaadaan klinis
c. Analgetika
d. Mencegah dekubitus, kalau perlu pakai kasur khusus.
e. Mencegah trombosis vena dalam (DVT) dengan stoking kaki
khusus atau fisioterapi. Kalau perlu dapat diberikan
antikoagulan ( Heparin atau LMWH ).
f. Mencegah proses sekunder dg pemberian anti oksidan .
g. Terapi obat lain sesuai indikasi, seperti antibiotika dll.
h. Memperbaiki sel saraf yang rusak dengan stem sel ( dimasa
mendatang ).
4. Operasi
Waktu Operasi
Waktu operasi antara 24 jan – 3 minggu.
Tindakan operatif ( < 24 jam ) lebih bermakna menurunkan perburukan neurologis, komplikasi, dan keluaran skor motorik satu tahun paska trauma.
Indikasi operatif
Ada fraktur, pecahan tulang menekan medula spinalis
Gambaran neurologis progresif memburuk
Fraktur, dislokasi yang labil
Terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medula spinalis.
Konsultasi ke Bagian Bedah Saraf.Spinal Ortopedik berdasarkan indikasi.
NEURORESTORASI DAN NEUROREHABILITASI
Tujuan
1. Memperbaiki penerangan & pendidikan kepada pasien dan keluarga mengenai trauma medula spinalis.
2. Memaksimalkan kemampuan mobilisasi & self-care ( latihan mandiri ) dan atau latih langsng jika diperlukan.
3. Mencegah komorbiditi ( kontraktur, dekubitus,infeksi paru dll ).
Tindakan
1. Fisioterapi
2. Terapi Okupasi
3. Latihan miksi dan defekasi rutin
4. Terapi psikologis
RAHABILITASI CEDERA SPINAL SERVIKAL
Merupakan suatu pelayanan kesehatan profesional yang bersifat
multi-disiplin, yang dimulai sejak fase akut, secara terus-
menerus dan ekstensif, lalu melakukan pelayanan khusus selama
fase sub-akut meliputi :
- Perawatan - terapi fisik
- terapi kerja - menjaga pernafasan & obat-obatan
- istirahat & rekreasi - psikologi
- pelayanan nutrisi - latihan wicara
- pekerja sosial -konseling kesehatan seksual