153914319-PTK
-
Upload
djewer-ghazali -
Category
Documents
-
view
78 -
download
3
description
Transcript of 153914319-PTK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan secara keseluruhan. Proses pelaksanaan pendidikan di sekolah
tidak akan sempurna, apabila di dalamnya tidak diajarkan pendidikan jasmani. Hal
ini sesuai pendapat Agus Mahendra (2004: 9) bahwa, “Pendidikan jasmani
merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat
program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu. Tanpa pendidikan jasmani, proses
pendidikan di sekolah akan pincang”.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang di dalamnya
dikembangkan banyak aspek diantaranya kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, sosial, penalaran, stabilitas emosional dan lain
sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka dalam
membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan benar.
Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengutamakan
aktivitas gerak. Di dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa macam cabang
olahraga yang wajib diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai kompetensi dasar
pendidikan jasmani, maka materi pokok pendidikan jasmani harus diajarkan
kepada siswa. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok
pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan
olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)
akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.
Bola basket merupakan salah satu materi pokok dalam pendidikan
jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain bola basket siswa sekolah,
maka faktor yang mendasar siswa harus menguasai macam-macam teknik dasar
bola basket. Adapun macam-macam teknik dasar permainan bola basket menurut
Machfud Irsyada (1999/2000: 20) yaitu, “(1) Gerakan dasar menggiring bola, (2)
2
Gerakan dasar mengoper dan menerima bola, (3) Gerakan dasar memasukkan
bola, (4) Gerakan dasar menangkap bola yang telah mengenai simpai keranjang”.
Mengoper dan menerima bola merupakan teknik dasar permainan bola
basket yang saling berkaitan. Mengoper bola atau disebut dengan istilah passing
merupakan salah satu teknik dasar bola basket yang memiliki kontribusi besar
dalam permainan bola basket. Pada prinsipnya passing dalam permainan bola
basket mempunyai tujuan untuk menghubungkan pemain satu dengan lainnya
dalam upaya menyerang pertahanan lawan. Passing dapat dilakukan berbagai cara
baik dengan satu tangan atau dua tangan. Berdasarkan arah bola, jenis passing
bola basket dapat dilakukan dari depan dada, dari atas kepala, dari samping badan
dan dipantulkan.
Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket
bagi siswa sekolah diperlukan cara belajar yang baik dan tepat. Pada umumnya
struktur kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menekankan pada cabang olahraga yang isi
materinya selalu ditekankan pada pencapaian keterampilan teknik. Pembelajaran
pendidikan jasmani yang menekankan pada keterampilan teknik merupakan cara
belajar teknik suatu cabang olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang
sampai terjadi otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Pembelajaran teknik
difokuskan pada penguasaan unsur-unsur teknik secara terpisah-pisah.
Pembelajaran keterampilan teknik ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan
penguasaan teknik suatu cabang olahraga, sehingga diharapkan siswa memiliki
keterampilan teknik untuk mendukung penampilannya dalam bertanding atau
bermain.
Berdasarkan cara belajar dengan pendekatan teknik menunjukkan bahwa,
penguasaan teknik merupakan unsur utama yang harus dikuasai siswa. Namun
disisi lain pendekatan ini kurang dapat memenuhi hasrat gerak siswa, karena pada
usia anak-anak kebebasan bergerak sangat dibutuhkan agar anak dapat merasakan
atau mengalami suana perlombaan atau pertandingan yang sebenarnya dari teknik
yang dipelajari. Di samping itu juga, siswa kurang senang dengan penjelasan dari
3
guru yang bertele-tele. Namun siswa lebih senang dan gembira jika dalam belajar
keterampilan olahraga hasrat gerak siswa tersalurkan dalam bentuk permainan,
meskipun kemampuan teknik yang dimiliki belum memadai. Dengan bermain
akan dapat merangsang kemampuan berpikir dan pemahaman terhadap konsep
gerakan dari cabang olahraga yang dipelajari. Melalui permainan siswa akan lebih
bersemangat dalam mengikuti tugas ajar, motivasi belajar meningkat. Dengan
motivasi belajar yang baik, diharapkan teknik yang dipelajari dapat dikuasai
dengan baik sesuai yang diharapkan.
Pembelajaran teknis dan taktis merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar passing dalam permainan bola
basket. Dari kedua bentuk pembelajaran tersebut masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang
labih efektif untuk meningkatkan hasil belajar passing bola basket. Untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar
passing bola basket, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik
teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.
Siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun
pelajaran 2008/2009 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian untuk
membuktikan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian.
Sebenarnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani telah berjalan dengan
baik termasuk pembelajaran passing bola basket. Dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan tidak semua siswa memiliki kemampuan passing bola basket yang
baik, terlebih siswa perempuan. Kondisi semacam ini perlu ditelusuri faktor-faktor
penyebabnya. Seorang guru harus mampu mengevaluasi dari semua fakor baik
dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa.
Upaya mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar passing
bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun
pelajaran 2008/2009, hendaknya dalam proses pembelajaran memanfatkan
berbagai jenis pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran pendidikan
jasmani yang diterapkan selama ini yaitu pendekatan konvensional. Namun
pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan belum menunjukkan hasil
4
yang maksimal. Oleh karena itu perlu dicari pendekatan pembelajaran yang tepat
di antaranya pendekatan teknis dan taktis. Dengan perencanaan yang baik,
pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat, serta kemampuan menerapkan
berbagai macam pendekatan pembelajaran dalam situasi yang tepat, maka akan
diperoleh hasil belajar yang optimal. Mengingat kemampuan passing bola basket
siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronandi, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul, “Pengaruh Pembelajaran Teknis dan Taktis terhadap
Hasil Belajar Passing Bola Basket pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Tidak semua siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri
tahun pelajaran 2008/2009 mampu melakukan passing bola basket dengan
baik dan benar.
2. Pembelajaran pendidikan jasmani yang diterapkan di SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri belum menunjukkan hasil belajar passing bola basket
secara maksimal.
3. Perlunya latihan secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan
kemampuan passing siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi
Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
4. Belum diketahui keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap
peningkatan hasil belajar passing bola basket.
5. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 belum diketahui.
5
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi
agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap peningkatan hasil belajar
passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi
Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
2. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaiamana keefektifan pembelajaran teknis dan taktis trehadap hasil belajar
passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi
Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara pembelajaran teknis dan taktis
terhadap hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk :
1. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran teknis dan taktis dalam passing
bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri
tahun pelajaran 2008/2009.
6
2. Membandingkan hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP
Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 antara
menggunakan pembelajaran teknis dan taktis.
F. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,
diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII
SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 yang
dijadikan objek penelitian.
2. Sebagai masukan untuk dijadikan pedoman guru Penjaskes SMP Negeri I
Nguntoronadi Wonogiri pentingnya pembelajaran yang tepat dan disesuaikan
dengan kondisi dan perkembangan siswa, sehingga akan diperoleh hasil
belajar yang optimal.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bola Basket
a. Permainan Bola Basket
Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang
berkembang cukup pesat di dunia. Permainan bola basket ditemukan pada bulan
Desember 1981 oleh A. James Naismith. Permainan bola basket merupakan
olahraga tim. Dalam pelaksanaan permainannya masing-masing tim terdiri lima
orang pemain. Maksud dan tujuan masing-masing tim yaitu, berusaha
memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan
berbuat hal yang sama terhadap timnya. Dalam pelaksanaan permainan bola
basket, setiap pemain dapat memainkan bola dengan satu tangan atau dua tangan
dengan cara bola dioper, dilempar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku. Hal ini sesuai pendapat Hal Wissel (2000: 2) bahwa:
Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men-dribble-nya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, permainan bola basket dimainkan
dengan cara memantulkan bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan,
menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan
permainan. Ditinjau dari cara memainkan bola dalam permainan bola basket
bahwa shooting atau menembakkan ke dalam keranjang lawan yang merupakan
strategi permainan bola basket untuk memperoleh kemenangan. Untuk mencapai
kualitas permainan yang baik, maka setiap pemain harus menguasai macam-
macam teknik dasar bola basket dan mampu menjalin kerjasama yang kompak
8
dalam satu tim. Tanpa didukung hal tersebut akan sulit memenangkan
pertandingan.
b. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Basket
Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen-komponen
yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Hal Wissel (2000: 15)
menyatakan, “Meskipun bola basket adalah permainan tim, namun penguasaan
teknik dasar individual sangatlah penting sebelum bermain di dalam tim”. Hal
senada dikemukakan A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun
(1992: 223) bahwa, “Keterampilan bermain bola basket dapat dicapai sampai
tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik. Oleh karena itu teknik dasar perlu
dilakukan dengan cara-cara yang benar agar keterampilannya dapat ditingkatkan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menguasai teknik
dasar bola basket secara individu merupakan kemampuan yang harus dimiliki
setiap pemain bola basket. Penguasaan teknik dasar bola basket yang baik akan
dapat mendukung penampilan seorang pemain baik secara individu maupun
secara tim. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan
bola basket terdiri dari: "(1) Operan, (2) Menangkap, (3) Menembak, (4)
Menggiring, (5) Olah kaki, (6) Gerakan berporos, (7) Melompat/meloncat, (8)
Gerak tipu". Hal senada dikemukakan Hal Wissel (2000: 15) bahwa, “Shooting,
passing, dribbling, rebounding, defending bergerak dengan bola dan bergerak
tanpa bola adalah teknik dasar yang harus dikuasai”
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar
permainan bola basket terdiri dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik
dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen
dalam permainan bola basket yang saling mendukung terhadap keterampilan
bermain bola basket. Teknik-teknik tersebut di atas harus dikuasai oleh setiap
pemain agar dapat mendukung penampilannya dalam bertanding. Dengan
menguasai macam-macam teknik dasar bermain bola basket dengan baik memberi
peluang untuk dapat memenangkan pertandingan.
9
2. Teknik Dasar Passing Bola Basket
a. Pengertian Passing
Passing atau operan merupakan teknik dasar permainan bola baket yang
paling sering dilakukan dalam permainan bola basket. Passing saling berkaitan
dengan tangkapan, sehingga kedua teknik ini tidak dapat dipisahkan dan
merupakan salah satu keindahan dalam permainan bola basket. Seperti
dikemukakan Hal Wissel (2000: 71) bahwa, “Operan dan tangkapan yang baik
penting bagi permainan tim, dan keahlian seperti itulah yang membuat bola basket
menjadi permainan tim yang indah”.
Passing atau operan pada dasarnya merupakan upaya seorang pemain
untuk memberikan atau mengumpan bola kepada teman seregunya untuk menjalin
kerjasama yang pada akhirnya ditembakan ke ring lawan. Hal ini seperti
diungkapkan Soebagio Hartoko (1993: 25) bahwa, “… untuk melakukan
tembakan, diperlukan usaha mendekati basket. Hal itu hanya mungkin bisa
dicapai dengan dua jalan yaitu oper-mengoper atau menggiring bola”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya seorang pemain atau tim
mendekati ring lawan untuk memasukkan bola akan lebih cepat jika dilakukan
dengan passing atau operan daripada men-dribble bola. Seperti dikemukakan Hal
Wissel (2000: 71) bahwa, “Operan lebih cepat memindahkan bola dari pada
dribble”. Melalui operan yang cepat dan tepat akan lebih mudah untuk menyerang
pertahanan lawan, karena lawan tidak mempunyai kesempatan untuk bertahan
atau memperketat penjagaan. Di samping itu juga, dari men-dribble bola pada
akhirnya dilakukan passing jika tidak mampu menerobos pertahanan lawan.
Pentingnya peranan passing, maka setiap pemain bola basket harus
menguasi teknik passing dan tangkapan yang benar. Sebuah tim yang mampu
mengontrol bola dengan operan dan tangkapan yang baik punya kesempatan luas
mencetak angka. Kemampuan seorang pemain menguasai passing dengan baik
mengetahui kapan dan dimana harus mengoper bola, tidak hanya memberikan
kesempatan untuk mencetak angka, tetapi juga mencegah kehilangan bola dari
intersepsi musuh yang seringkali memudahkan lawan mendapat angka.
10
b. Kegunaan Passing Bola Basket
Passing dalam permainan bola basaket merupakan upaya seorang pemain
melemparkan bola untuk diberikan kepada teman seregunya untuk ditangkap dan
selanjutnya bola dimainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang diingkan.
Melalui operan-operan inilah permainan bola basket lebih menarik dan nilai atau
angka tercipta melalui passing yang cermat dan akurat. Menurut Hal Wissel
(2002: 71) kegunaan khusus operan adalah:
1) Mengalihkan bola dari daerah padat pemain (contoh setelah rebound atau dijaga ketat).
2) Menggerakan bola dengan cepat pada fast break. 3) Membangun permainan yang ofensif. 4) Mengoper bola ke rekan yang sedang terbuka (tanpa dijaga lawan)
untuk penembakan dan, 5) Mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, passing mempunyai kegunaan
yang cukup luas yaitu: sebagai upaya mengalihkan bola dari permainan yang
cukup padat, dapat dijadikan sebagai serangan yang cepat dan, sebagai umpan
untuk mencetak angka. Agar passing dapat dilakukan dengan baik, maka harus
menguasai teknik passing yang baik dan benar.
c. Prinsip-Prinsip Pokok Passing
Memahami prinsip-prinsip pokok passing akan meningkatkan penilaian,
antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan yang kesemuanya akan
mempengaruhi kemampuan operan seorang pemain. Hal Wissel (2000: 72)
memberikan tips prinsip-prinsip operan untuk segala tingkat permainan sebagai
berikut:
1) Melihat lingkaran ring. Prinsip ini memungkinkan menggunakan sudut mata mengontrol lapangan termasuk rekan yang bebas penjagaan, dan apakah lawan menjaga anda melakukan operan, menembak atau menggiring bola.
2) Mengoper sebelum mendribble. Operan bergerak beberapa kali lebih cepat dari dribble.
3) Ketahuilah kekuatan dan kelemahan rekan-rekan tim anda. Ketahui posisi yang dituju rekan tim dan gerakan mereka berikutnya atau mengira-ira gerakan selanjutnya. Operan bola ke rekan anda ketika dan dimana ia dapat berbuat sesuatu untuk mencetak skor.
11
4) Time lead passes (waktu operan dipercepat). Antisipiasi kecepatan rekan anda yang sedang memotong ke arah ring dan berikan operan jenis ini sedikit di depan rekan anda itu pada ruangan terbuka.
5) Gunakan tipuan. Lihatlah sasaran anda tanpa melihat rekan yang akan menerima operan. Gunakan unsur kejutan.
6) Draw and kick (tarik perhatian dan serang). Tarik perhatian musuh dengan tembakan atau dribble sebelum mengoper. Jangan coba mengoper di depan penjaga yang lincah yang dapat dengan cepat mengagalkan operan.
7) Operlah dengan cepat dan tepat. Hilangkan gerakan tidak berguna. Jangan berputar untuk mengoper atau mengoper di belakang bidang tubuh.
8) Perkirakan kekuatan operan anda. Operlah sepenuh tenaga supaya jaraknya lebih jauh dan gunakan sentuhan kecil ketika dekat dengan penerimanya.
9) Yakinlah dengan operan anda. Lebih baik tidak mengoper daripada tidak yakin dapat menyelesaikan operan itu. Suatu operan yang baik harus dapat diterima jangan mengoper ke ruang yang padat pemain atau tidak terbebas dari penjagaan lawan.
10) Mengoper jauh dari penjaga. Ketika satu tim anda dijaga ketat, oper bola ke sisi lain dari pemain lawan. Ketika anda menerima operan tapi tidak pada posisi menembak, pertahankan tangan anda di atas pinggang, terima operan dan tangkap bola dengan rileks, dalam posisi siap menembus operan lainnya.
11) Mengoper ke rekan penembak yang bebas. Ketika teman anda bebas dan pada posisi siap menembak, oper bola ke tangan penembak. Penembak sebaiknya tidak menggerakkan tangannya atau mengubah posisi tubuh karena operan tersebut ke luar target. Ketika anda berada pada posisi untuk menembak dan menerima operan, bahkan bola datang kepada anda. Lompat di belakang bola, tangkap dengan tangan rileks pada posisi block and tuck, siaplah untuk menembak.
Prinsip-prinsip pokok passing tersebut penting untuk dipahami dan
dimengerti oleh setiap pemain bola basket. Kesalahan operan akan sangat
merugikan timnya, bola dapat rebut oleh lawan dan siap untuk melakukan
serangan balik. Serangan balik yang cepat akan sulit dipatahkan, karena belum
siap melakukan pertahanan. Oleh karena itu, dalam melakukan passing harus
cermat dan tepat pada sasaran yang diinginkan, sehingga bola dapat dimainkan
menurut kebutuhannya.
12
d. Teknik Pelaksanaan Passing dari Depan Dada
Memahami prinsip-prinsip pokok passing atau operan akan meningkatkan
penilaian, antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan kesemuanya tersebut
akan mempengaruhi kemampuan passing seorang pemain bola basket.
Berdasarkan cara pelaksanaannya passing bola basket dapat dilakukan dengan
empat cara, salah satunya dari depan dada. Kaitannya dengan penelitian ini, teknik
passing yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu passing dari depan dada.
Menurut Hal Wissel (2000: 74) teknik pelaksanaan passing dari depan dada
sebagai berikut:
1) Fase persiapan: a) Lihat target. b) Sikap berdiri yang seimbang. c) Tangan sedikit di belakang bola. d) Posisi pergelangan tangan yang rileks e) Bola di depan dada f) Siku masuk/rapat
2) Fase pelaksanaan: a) Lihat target. b) Pandangan jauh atau mengecoh sebelum operan. c) Melangkah pada arah operan. d) Rentangkan lutut, punggung dan lengan. e) Perkuat pergelangan dan jari-jari melalui bola. f) Perkuat tangan yang lemah melalui bola. g) Lepaskan bola dan jemari tangan pertama dan kedua berurutan.
3) Fase follow-through: a) Lihat target b) Lengan direntangkan. c) Telapak tangan menghadap ke bawah. d) Jari-jari menunjuk pada target.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik paasing dari dengan dada
dalam permainan bola basket terdiri dari tiga tahapan atau fase yaitu, persiapan,
pelaksanaan dan followthrought. Dari ketiga fase tersebut dalam pelaksanaannya
harus dirangkaikan secara harmonis luwes dan lancar. Kualitas passing akan
tercermin dari penguasaan teknik yang baik dan benar. Berikut ini disajikan
ilustrasi gambar teknik pelaksanaan passing dari depan dada sebagai berikut:
13
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing dari Depan Dada (Hal Wissel, 2000: 74)
e. Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Passing dari Depan Dada
Passing bola basket merupakan teknik dasar permainan bola basket yang
sederhana, jika dibandingkan dengan teknik dasar lainnya. Namun tidak menutup
kemungkinan para siswa sekolah sering kali melakukan kesalahan. Kesalahan
dalam melakukan passing akan merugikan, yaitu bola akan mudah direbut oleh
lawan. Menurut Imam Sadikun (1992: 79) kesalahan dalam melakukan passing
bola basket antara lain:
1) Sikap berdiri pada umumnya kurang rileks. 2) Bola yang seharusnya dipegang dengan jari-jari, biasanya dipegang
dengan telapak tangan saja atau dengan telapak jari saja (telapak tangan tidak menyentuh bola).
3) Tidak melangkahkan kaki ke depan. Pada sikap kaki sejajar, salah satu kakinya harus dilangkahkan ke muka. Bila sikap semula salah satu kaki berada di depan dari kaki yang lain, maka hanya kaki belakanglah yang harus dilangkahkan ke depan.
4) Pada waktu berada di atas, kedua kaki biasanya ke samping. Seharusnya kedua siku tetap menempel pada badan bagian samping.
Kesalahan-kesalahan passing tersebut harus diperhatikan dalam
pembelajaran bola basket. Setiap kesalahan yang dilakukan siswa harus segera
dibetulkan agar tidak terjadi pola gerakan passing yang salah. Kesalahan dalam
melakukan passing akan menyebabkan bola mudah direbut lawan.
14
3. Hakikat Pembelajaran
a. Hakikat Mengajar
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan
mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada
siswa yang belajar. Seperti diungkapkan HJ. Gino dkk. (1998: 30) bahwa, “Istilah
pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai
arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan
sebagai perbuatan mengajar tentu ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang
diajar atau yang belajar yaitu siswa”.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak
hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar
siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru
terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa.
Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat
dicapai. Berkaitan dengan mengajar Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 3)
menyatakan, “Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa”. Hal senada dikemukakan Rusli Lutan
(1988: 376) bahwa:
Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks
yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang
bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau
keterampilan siswa menjadi lebih baik.
15
b. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan dengan belajar,
Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Menurut Muhammad Ali (2004: 14) bahwa, “Belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan”.
Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di
dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu,
apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik daripada
sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat permanen, sehingga
tidak akan cepat hilang. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka perlu
diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan
motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan serta perbedaan individual”.
Prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting untuk dipahami dan
dimengerti oleh setiap guru. Keberhasilan dalam kegaiatan belajar mengajar
sangat dipengaruhi dari prinsip-prinsip pembelajaran. Untuk mencapai hasil
belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan
dalam pembelajaran dengan baik dan benar.
c. Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan Pembelajaran
Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif.
Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin
menerapkan model-model atau materi mengajar yang tidak pernah diterapkan
sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang
serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian
16
integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan
mengajarnya.
Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran.
Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam
mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan
yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana
agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata
dengan waktu, alat yang serba terbatas? Dalam hal ini seorang guru harus mampu
menerapkan cara mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi
belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar.
Proses belajar mengajar dikatakan sukses, apabila tujuan mengajar dapat
dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang
saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Berikut ini disajikan bagan
bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar mengajar
menurut Rusli Lutan (2000: 8) sebagai berikut:
Bagan tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen yang
mendukung pencapaian tujuan mengajar meliputi: metode/gaya mengajar,
evaluasi, substansi tugas ajar dan proses belajar mengajar. Komponen-komponen
tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan belajar
mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus menjelaskan tujuan
belajar mengajar kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami. Setelah siswa
Tujuan
Substansi Tugas-ajar
Proses belajar
Mengajar Metode/Gaya Mengajar
Evaluasi
17
mengerti dan memahami tujuan belajar mengajar, guru harus mampu
membelajarkan siswa secara merata. Semua siswa harus berpartisipasi atau
melakukan giliran tugas ajar secara merata, sehingga siswa menjadi lebih aktif
dalam melaksanakan tugas ajar. Jika siswa mampu melakukan tugas ajar secara
aktif, maka semakin besar kemungkinan tujuan belajar mengajar akan tercapai.
Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran
selain bagan bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar
mengajar diatas yaitu perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah berbagai alat
perlengkapan, sumber, bahan, panduan, petunjuk, lembar observasi,instrumen tes
untuk evaluasi dan sejenisnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Karena proses pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan
semua potensi siswa, maka perangkat pembelajaran tersebut harus disusun
berdasarkan perencanaan yang seksama, komprehensif dan terukur. Perangkat
pembelajaran disusun atas dasar standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator-indikatornya.
Dengan adanya perangkat pembelajaran kegiatan interaksi belajar
mengajar menjadi lebih optimal. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan
dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah aspek format, bahasa, ilustrasi,
materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Perangakat pembelajaran yang
disusun dalam penelitian ini adalah : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Observasi (LO), dan Instrumen Evaluasi (IE).
RPP yang dimaksud adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis sebagai pedoman bagi guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. RPP yang disusun dengan sistematis :
bagian pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Detail unsur Yang ada dalam RPP meliputi : (a) identitas : terdiri atas
Materi pelajaran, Aspek, sub aspek, kelas, semester dan alokasi waktu; (b)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar : dalam hal ini guru harus memilih dari
kurikulum yang berlaku; (c) indikator : disusun oleh guru yang dijabarkan dari
kompetensi dasar; (d) tujuan pembelajaran : disesuaikan dengan pokok bahasan
18
dan sub pokok bahasan; (e) materi pelajaran : dipilih dari kurikulum serta
pembagian waktunya; (f) alat : disesuaikan dengan materi pelajaran; (g) skenario
pembelajaran : berisi tentang urutan kegiatan pembelajaran siswa; (h) evaluasi :
dilakukan secara klasikal atau perorangan kepada siswa.
Di sisi lain, LO berisi proses kegiatan pembelajaran. LO model ini
memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitas atau
kemampuanya khususnya dalam passing Bola Basket, walaupun masih ada peran
guru dalam memberikan arahan. LO model apapun yang di susun harus mampu
memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari proses
keilmuan.
LO dalam bertujuan untuk memberikan kemudahan, pertama bagi guru
dalam mengakomodasi tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda, dan kedua
bagi siswa untuk mempermudah pemahaman sesuai dengan program
pembelajaran yang diberikan dan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
siswa.
Adapun penyusunan IE dalam hal ini mendasarkan pada prinsip bahwa: (a)
IE harus mengukur apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan
tujuan instruksional dalam pembelajaran passing bola basket, (b) IE disusun
sesuai dengan materi yang dipelajari, (c)IE hendaknya disusun dengan tujuan
penggunaan instrument itu sendiri.
Untuk kepentingan penelitian khususnya, IE dapat dilaksanakan dalam
bentuk pretest dan postest. Pretest adalah tes yang diberikan sebelum
pembelajaran dimulai, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai materi pokok khususnya passing bola basket yang akan diberikan.
Sedangkan postest adalah tes yang diberikan sesudah pembelajaran, tujuanya
adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi pokok
passing bola basket yang telah diberikan. Jika proses belajar mengajar baik, maka
akan terdapat perbedaan antara hasil pretest dan postest.
19
d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus merumuskan tujuan
pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru harus memiliki kepandian dalam
merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001: 40)
merumuskan formula pembelajaran sebagai berikut, “Pb = fp (m s x y z). Formula
pembelajaran tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb) adalah fungsi (f),
pendidik (p), untuk membelajarkan (m), peserta didik (s), terhadap materi
pelajaran (x), untuk mencapai hasil belajar (y), yang menimbulkan pengaruh
belajar (z)”.
Rumus formula pembelajaran tersebut, jika dikaitan dengan tujuan
pembelajaran maka mencapai hasil belajar (y) merupakan tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran. Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku
peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.
Ranah kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan
aktivitas berfikir yang meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan serta
perkembangan kemampuan dan kecakapan intelektual. Ranah afektif merupakan
tujuan pendidikan yang berkenaan dengan perilaku, perasaan dan emosi. Perilaku
afektif bisa diklasifikasi ke dalam kategori-kategori dari sifat yang sederhana
sampai yang sifatnya kompleks. Sedangkan ranah psikomotorik merupakan tujuan
pendidikan yang berkenaan dengan gerakan atau keterampilan. Aktivitas
psikomotor terutama berorientasi pada gerakan dan menekankan respon-respon
fisik yang nampak.
Berkaitan dengan perubahan perilaku siswa dalam belajar keterampilan,
maka perubahan psikomotorik merupakan tujuan utama yang akan dicapai dalam
belajar keterampilan. Melalui belajar yang teratur dengan diterapkan pendekatan
pembelajaran yang baik, maka suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa
dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka seorang
guru harus mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang baik dan tepat,
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
20
e. Penilaian Hasil Belajar
Tujuan akhir dari kegiatan belajar mengajar yaitu terjadinya perubahan
pada diri siswa. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari
seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi
prosesnya. Hal ini maksudnya, seberapa jauh hasil belajar dimiliki siswa. Hasil
belajar ini harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab
tujuan itulah yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar.
Perubahan pada diri siswa akibat dari belajar dapat diketahui melalui
evaluasi atau penilaian. Syaiful Sagala (2005: 56) berpendapat, “Maksud dan
tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai siswa”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, evaluasi
merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Melalui evaluasi atau penilaian akan diketahui apakah materi yang diberikan
dapat dikuasi dengan baik ataukah sebaliknya. Adapun yang dimaksud dengan
penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) yaitu:
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penilaian merupakan suatu bentuk
hasil belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut
akan diketahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa. Lebih lanjut Nana
Sudjana (2005: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar
mengajar memiliki fungsi yaitu: “(1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan guru”.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan cerminan dari guru
dan siswa. Hal ini maksudnya, hasil belajar yang dicapai siswa menandakan siswa
dapat menguasai materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar
yang dicapai siswa dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau
efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Seperti yang di kemukakan
21
Danu Hoedaya (2001:105) bahwa guru perlu mengetahui sejauh mana efektifitas
hasil pengajaran yang diterapkan. Artinya, guru harus senantiasa mengevaluasi
kemajuan hasil belajar para siswa dengan mengacu kepada rambu-rambu
penilaian tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi, penilaian hendaknya
keperluan umpan balik dalam mendeteksi kekuatan dan kelemahan/kekurangan,
baik pada diri siswa maupun pada instruksi guru dan program pengajaran.
Oleh karena itu penilaian harus mencakup semua aspek yang menunjang
penampilan baik itu untuk pembelajaran taktis maupun untuk pembelajaran teknis.
Bahwa penilaian penampilan bermain tidak hanya ditentukan oleh
ketrampilan gerak motorik dan ketrampilan mengolah bola saja, tetapi juga oleh
aspek lainya yaitu kemampuan membuat keputusan dengan cepat dan tepat,
kemudian bertindak dengan cepat melaksanakan keputusan itu, selain pergerakan
pemain tanpa bola di lapangan permainan.
Sedangkan para guru pendidikan jasmani pada umumnya mengandalkan
penilaian yang mengacu kepada pengetesan ketrampilan teknis seperti
kemampuan dalam passing ( Misalnya chest pass ke tembok). Pemasalahanya
adalah bahwa tes seperti ini tidak bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan
tingkat kemampuan bermain siswa, jadi hasil tesnya kurang mencerminkan hal-
hal yang berkaitan dengan penampilan sisiwa di dalam permainan bola basket
sebenarnya.
Kekurangannya terutama tampak pada rendahnya kemampuan mengambil
keputusan tentang apa yang harus dilakukan dengan teknik yang diajarkan yang
berhubungan dengan situasi permainan yang dihadapi.
4. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis
a. Pengertian Pembelajaran Teknis
Pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani pada umumnya masih
cenderung menggunakan konsep pendekatan pembelajaran yang sifatnya
tradisional. Artinya, konsep tersebut masih menekankan pada penguasaan teknik
suatu cabang olahraga tertentu, dan berorientasi pada keterampilan teknik yang
22
berbasis ke cabang olahraga tertentu. Pendekatan teknik merupakan cara belajar,
suatu teknik cabang olahraga dilakukan secara berulang-ulang hingga menguasai
gerakan teknik cabang olahraga secara otomatis dan reflektif. Berkaitan dengan
pembelajaran teknis Wahjoedi dalam Jurnal Iptek (1999: 122) menyatakan,
“Pendekatan pembelajaran teknik adalah cara pembelajaran teknik yang dilakukan
secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap sesuai
dengan yang telah ditentukan sebelumnya”. Sedangkan Amung Ma’mun & Toto
Subroto (2001: 7) berpendapat, “Pendekatan tradisional atau teknik adalah cara
belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”. Hal senada
dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 15) bahwa, “Pembelajaran dengan
pendekatan teknik menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar
suatu cabang olahraga”.
Pendekatan pembelajaran yang sifatnya tradisional seringkali
menyudutkan pengajar ke dalam situasi dilematis yaitu, apakah pembelajaran
menekankan pada keterampilan penguasaan teknik gerakan atau pada kemampuan
bermain suatu cabang olahraga atau kedua-duanya. Pada umumnya pembelajaran
keterampilan teknis passing bola basket tergolong ke dalam pembelajaran yang
sifatnya tradisional. Pembelajaran teknis ini menekankan pengajaran pada
penguasaan keterampilan teknik passing bola basket. Hasil akhir dari pengajaran
yang bersifat tradisional diharapkan menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara
melakukan teknik passing bola basket yang baik dan benar.
Dalam kegiatan pembelajaran teknis, organisasi pembelajaran diatur
sedemikian rupa oleh guru. Tugas siswa adalah memahami dan menguasai serta
melakukan tugas gerak sesuai instruksi dari guru. Pendektan teknik ini
mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan drill. Dalam hal ini
Sugiyanto (1996: 72) berpendapat, “Pendekatan drill yaitu pendekatan
pembelajaran dimana guru menciptakan situasi tertentu untuk memacu pelajar
berfikir dan berbuat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh guru. Gurulah yang
menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan pelajar untuk mencapai tujuan.
Pelajar melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru,
dan melakukannya berulang-ulang”.
23
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pembelajaran teknik merupakan cara belajar suatu teknik
cabang olahraga (passsing bola basket) yang dilakukan secara berulang-ulang.
Teknik passing bola basket yang terdiri dari sikap siap melakukan passing,
gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut dipelajari secara seksama dan dilakukan
secara berulang-ulang. Dengan melakukan gerakan secara berulang-ulang tersebut
dimaksudkan agar masing-masing teknik passing bola basket dikuasai dengan
baik dan benar. Dengan menguasai teknik passing, maka gerakan passing bola
basket dapat dilakukan dengan benar dan diaharapkan akan mendukung
penampilannya dalam bermain bola basket.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan
Teknis
Bertolak dari pengertian pembelajaran teknis, maka pembelajaran passing
bola basket yaitu cara belajar teknik-teknik passing yang terdiri dari sikap
permulaan gerakan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut
dipelajari atau dilakukan secara berulang-ulang. Pembelajaran teknis ini
diharapkan siswa memahami kosep gerakan passing yang baik dan benar. Untuk
mencapai hal guru telah merencanakan program pembelajaran yang akan
disajikan. Susunan materi pembelajaran passing bola basket dapat dilakukan dari
cara yang lebih mudah yaitu, gerakan passing tanpa bola, kemudian ditingkatkan
secara bertahap. Pada tahap awal guru menjelaskan teknik passing bola basket
dari sikap permulaan passing yang baik dan benar, gerakan pelaksanaan passing,
dan gerak lanjut. Setelah tekni-teknik tersebut dijelaskan, guru memberikan
contoh dari bagian-bagian teknik passing bola basket. Setelah guru memberikan
contoh, guru mengorganisasi pembelajaran agar semua siswa terlibat dalam
pembelajaran, dan siswa belajar bagian-bagian teknik passing bola basket sesuai
instruksi dari guru. Setelah bagian-bagian teknik passing bola basket dikuasai,
kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan keseluruhan teknik passing bola
basket tersebut. Untuk selanjutnya pembelajaran passing dapat dilakukan dengan
lempar tangkap di tempat, dilakukan dengan berjalan atau berlari dan lain-lain
sesuai inisiatif dan kreativitas dari guru.
24
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka dalam pembelajaran
teknis siswa harus aktif melakasanakan tugas ajar. Hal ini sesuai pendapat Rusli
Lutan (1988: 399) bahwa, “Keaktifan sendiri dari pihak siswa merupakan kunci
utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada
tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada
inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri”. Sedangkan Sugiyanto
(1996: 72) berpendapat, “Setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar
perhatian tertuju pada kebenaran gerak”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, suatu teknik
akan dapat dikuasai siswa dengan baik apabila siswa melakukannya secara terus
menerus dan berulang-ulang. Keaktifan siswa belajar sangat dituntut dalam
pembelajaran teknis. Sedangkan guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak,
melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik. Koreksi ini sangat
penting dalam pembelajaran teknis. Kesalahan teknik yang dibiarkan akan terjadi
pola gerakan teknik yang salah. Jika hal ini dibiarkan siswa tidak akan tahu teknik
gerakan yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi
pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis sebagai berikut:
Guru
X X X X X O X X X X X X
X X X X X O X X X X X X
X X X X X O X X X X X X
Siswa Siswa Gambar 2. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan
Pendekatan Teknis
Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis pada
prinsipnya merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada penguasaan
25
unsur-unsur teknik passing bola basket. Dalam pelaksanaan pembelajaran passing
bola basket dengan pendekatan teknis yaitu, mempelajari teknik-teknik passing
bola basket yang terdiri dari: sikap siap gerakan passing, gerakan pelaksanaan
passing dan gerak lanjut. Format pembelajaran teknis ini memiliki efektifitas
terhadap peningkatan penguasaan teknik passing bola basket yang baik dan benar.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran passing bola basket tersebut di atas dapat
diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran passing bola
basket dengan pendekatan teknis antara lain:
1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik passing bola basket yang
baik dan benar.
2) Siswa dapat memperagakan teknik passing bola basket dengan benar.
3) Dapat meminimalkan kesalahan teknik passing bola basket, sehingga siswa
dapat terhindar dari pola gerakan teknik yang salah.
4) Kesalahan teknik dapat dikenali atau diketahui lebih dini, karena guru selalu
mengadakan koreksi.
5) Siswa akan memiliki kemampuan teknik passing bola basket yang baik.
Sedangkan kelemahan pembelajaran passing bola basket dengan
pendekatan teknis antara lain:
1) Hasrat gerak siswa tidak dapat terpenuhi sehingga siswa akan cepat bosan,
karena siswa mengulang-ulang gerakan yang sama secara terus menerus.
2) Pendekatan teknis ini kurang memberikan tantangan karena siswa tidak
mengalami penggunaan teknik yang dipelajari dalam situasi permainan atau
pertandingan yang sebenarnya.
3) Siswa kurang memahami relevasinya teknik yang dipelajarai dengan situasi
permainan atau pertandingan yang sesungguhnya.
5. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis
a. Pengertian Pembelajaran Taktis
Pembelajaran taktis merupakan kebalikan dari pembelajaran teknis.
Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk
26
permainan yang di dalamnya terkandung unsur belajar teknik passing bola basket.
Dalam pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis
tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan, mengabaikan unsur disiplin, dan
menghilangkan subtansi pokok-pokok dalam gerakan passing bola basket. Tetapi
pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis berisi seperangkat
teknik passing bola basket yang disajikan dalam bentuk permainan yang
bervariasi, memperkaya perbendaharaan gerak dan membangkitkan gairah dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan
taktis berisi kegiatan eksplorasi siswa, tetapi tetap bertujuan hingga kemudian
teknik passing bola basket dikuasai siswa. Berkaitan dengan pendekatan taktis
Wahjoedi (199: 121) menyatakan, “Pendekatan taktis adalah pembelajaran yang
diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Menurut Beltasar Tarigan (2001:
17) bahwa, “Pengajaran melalui pendekatan taktis adalah meningkatkan
penampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis
dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk yang sebenarnya”.
Sedangkan menurut Kurikulum Penjaskes SMP (2004: 28) dijelaskan,
“Pendekatan permainan taktis merupakan pendekatan untuk mengajarkan
permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara
mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”.
Berdasarkan pengertian pendekatan taktis yang dikemukakan empat ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran taktis merupakan bentuk
pembelajaran suatu teknik cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk
permainan. Dalam hal ini pembelajaran passing bola basket disusun dan dirancang
dalam bentuk permainan. Dalam pembelajaran taktis menuntut kemampuan siswa
untuk menerapkan teknik ke dalam permainan atau pertandingan yang
sesungguhnya. Suasana kegembiraan diperkuat oleh pemenuhan dorongan
berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang menyangkut
perkembangan kognitif, emosional, maupun perkembangan geraknya. Hal ini
sesuai pendapat Danu Hoedaya (2001: 14) bahwa, “Tujuan utama dalam
pengajaran suatu permainan adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif dan
27
peningkatan tampilan bermain siswa yang akan berdampak positif terhadap
perilaku hidupnya”.
Sudah selayaknya seorang guru memahami secara mendasar akan
pentingnya penyajian pembelajaran pendidikan jasmani termasuk passing bola
basket yang bernuansa pendidikan jasmani berupa permainan. Melalui permainan
hasrat gerak siswa akan terpenuhi, motivasi belajar siswa meningkat namun tetap
bertujuan terhadap metari pelajaran yang diberikan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan
Taktis
Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran pendidikan jasmani
yang dikonsep dalam bentuk permainan. Banyak manfaat yang diperoleh melalui
permainan. Seperti dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 15-16)
bahwa beberapa keuntungan yang akan diperoleh melalui permainan di antaranya:
1) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan menipulatif, lokomotor dan non lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.
2) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani. 3) Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani.
Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru.
4) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.
5) Mengetahui aturan, strategi dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih.
6) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi dan berkomunikasi.
7) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani.
Berdasarkan keuntungan dari pembelajaran taktis menunjukkan bahwa,
banyak manfaat yang diperoleh dari bermain di antaranya meningkatkan
kemampuan gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan
kebugaran jasmani, meningkatkan penguasaan keterampilan baru dan masih
banyak lainnya, seperti aspek sosial yaitu menghargai orang lain.
28
Bertolak dari pengertian pembelajaran taktis, pelaksanaan pembelajaran
passing bola basket dengan pendekatan taktis yaitu: seorang guru merancang
bentuk-bentuk permainan passing bola basket, misalnya permainan passing 3 on 3
separoh lapangan. Dari permainan yang telah dirancang, kemudian guru
memberikan contoh gerakan passing bola basket yang baik dan benar dari sikap
permulaan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut. Untuk
memberikan variasi pembelajaran passing dapat dilakukan dengan satu tangan
atau dua tangan, passing dari depan dada, passing dari samping badan, passing
dari atas kepala atau passing dengan dipantulkan. Tetapi passing yang
diprioritaskan yaitu passing dari depan dada. Setelah siswa paham teknik passing
bola basket, selanjutnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
melakukan permainan passing yang telah dirancang oleh guru. Agar ada unsur
kompetetif (bersaing), maka pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kelompok,
sehinga dari masing-masing kelompok saling berlomba untuk tampil lebih baik
atau memenangkan permainan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi
pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis sebagai berikut:
Gambar 3. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis
XO C X C X C
29
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan
Pendekatan Taktis
Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis merupakan
cara belajar yang menuntut kemandirian siswa. Dalam pembelajaran taktis siswa
dituntut memiliki kreativitas, inisiatif, kemampuan untuk berfikir dan memahami
teknik passing yang baik dan benar ke dalam konsep permainan. Berdasarkan
dari pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis,
pembelajaran ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan
gembira serta motivasi belajar meningkat.
2) Dengan bermain berarti siswa aktif bergerak sehingga dapat meningkatkan
kesegaran jasmani siswa.
3) Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan
penampilan siswa dalam bermain.
4) Dapat meningkatkan rasa sosial saling menghargai sesama teman bermainnya
dan meningkatkan kerjasama.
5) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan
kemampuannya selama proses pengajaran.
Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran passing bola
basket dengan pendekatan taktis juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis antara lain:
1) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik passing bola basket yang
baik dan benar, karena siswa langsung diaktualisasikan dalam bentuk
permainan.
2) Akan sering terjadi kesalahan teknik dan siswa tidak mampu mengenalinya.
3) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang
dilakukan siswa.
30
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar passing Bola
Basket daripada pembelajaran teknis.
Ditinjau dari proses bahwa Pembelajaran passing bola basket dengan
pendekatan teknis dan taktis memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing
proses pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda. Pembelajaran
passing bola basket dengan pendekatan teknis menekankan pada pembelajaran
teknik passing bola basket yang dilakukan secara berulang-ulang. Teknik passing
bola basket yang terdiri dari sikap permulaan passing, gerakan pelaksanaan
passing dan gerak lanjut passing dipelajari secara berulang-ulang, untuk
selanjutnya dirangkaikan. Dengan mempelajari teknik passing bola basket secara
berulang-ulang diharapkan terjadi otomatisasi gerakan atau keterampilan teknik
passing bola basket yang lebih baik.
Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis
merupakan cara belajar teknik passing bola basket yang dikonsep dalam bentuk
permainan. Teknik gerakan passing bola basket yang dipelajari dilakukan dalam
bentuk permainan atau pertandingan. Maksud dan tujuan pembelajaran passing
bola basket dengan pendekatan taktis yaitu untuk memenuhi hasrat gerak siswa,
untuk menimbulkan rasa senang dan gembira, meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Melalui permainan passing bola basket
siswa dituntut untuk menerapkan keterampilan teknik dan taktik yang telah
dimiliki dalam situasi permainan, sehingga hal ini akan merangsang kemampuan
berpikir dan memecahkan masalah yang menghadapi dalam permainan.
Kreativitas, inisiatip dan kemandirian siswa sangat dituntut dalam pendekatan
pembelajaran taktis.
Berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing pembelajaran teknis dan taktis
menunjukkan bahwa, masing-masing memiliki perbedaan karakteristik atau
31
penekanan dalam proses pembelajaran. Perbedaan perlakuan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan respon yang berbeda pada
kemampuan passing siswa. Dengan demikian diduga, proses pembelajaran taktis
lebih efektif daripada pembelajaran teknis terhahap peningkatan hasil belajaran
passing bola basket.
2. Pembelajaran Taktis Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar
Passing Bola Basket
Ditinjau pelaksanaan pembelajaran teknis dan taktis, kelebihan dan
kelemahan dari masing -masing pendekatan pembelajaran di atas menunjukkan
bahwa, pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap
peningkatan hasil belajar passing bola basket. Hal ini karena, pembelajaran taktis
didasarkan pada perkembangan anak, dimana pada usia sekolah (SMP) hasrat
gerak anak cukup besar, sehingga pembelajaran taktis relevan dengan
perkembangan anak. Disisi lain, pembelajaran passing bola basket dengan
pendekatan taktis, yaitu mempelajari teknik passing bola basket yang dikonsep
dalam bentuk permainan tetapi di dalamnya dikembangkan unsur kecepatan,
ketepatan, kerjasama dan pola gerakan passing dalam situasi permainan yang
sebenarnya. Dengan demikian siswa mengetahui relevansinya pembelajaran taktis
yang diterimanya dengan permainan bola basket yang sebenarnya.
Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis
merupakan bentuk pembelajaran teknik passing yang dilakukan secara berulang-
ulang. Bagian-bagian teknik dasar passing bola basket dipelajari secara terpisah-
pisah dan dilakukan secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dirangkaikan dalam
pola gerakan passing bola basket yang benar. Dari bentuk pembelajaran teknis ini
siswa kurang memahami relevansinya teknik yang dipelajari dengan keterampilan
atau permainan yang sebenarnya. Dengan demikian diduga, pembelajaran taknis
lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar passing bola basket.
Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dibuat bagan sebagai berikut:
32
Meningkatkan hasil belajar passing bola basket dengan pendekatan
pembelajaran taktis dan teknis.
Gambar 4 : Paradigma Penelitian Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran
Pendidikan jasmani Aspek penjas : 1. Kebugaran jasmani 2. Ketrampilan gerak 3. Ketrampilan berfikir kritis 4. Sosial 5. Penalaran & stabilitas
emosional
Mengutamakan aktivitas gerak
Materi pokok penjas diantara permainan dan olahraga
Bola basket
Teknik dasar diantaranya adalah passing
Berhubungan dengan: 1. Kecepatan 2. Ketepatan 3. Kerja sama 4. Pola gerak
Pembelajaran penjas di sekolah
Pendekatan pembelajaran passing bola basket
Kinerja guru
Aktivitas murid
Kelompok belajar
Tujuan pembe-lajaran
Pembelajaran taktis
Efektivitas pembelajaran passing bola basket Program
Pembelajaran I, II, III …dst
Hasil belajar siswa
Kemampuan guru mengelola pembelajaran
· Observasi langsung terhadap siswa
· Ketuntasan belajar siswa
Metode, pendekatan
Perangkat pembelajaran
IBM
Dikonsep dalam bentuk
permainan
Pembelajaran teknis
Konsep pembelajaran
bersifat tradisional
Menekankan pada
pembelajaran teknik saja
33
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1 Ditinjau dari proses, pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil
belajar passing Bola Basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1
Nguntoronadi tahun Pelajaran 2008/2009.
2 Ditinjau dari produk, Pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada
pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran
2008/2009.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Pelaksanaan Penelitian
a. Tempat Penelitian.
Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini dilaksanakan di lapangan bola
basket SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri.
b. Waktu Penelitian.
Penelitian berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Oktober 2009.
Detail jenis rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan dapat dilihat sebagai
berikut :
No Kegiatan Bulan Ke ...... Tahun 2009
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan - Pengajuan
Judul
- Penyusunan Proposal
- Konsultasi Proposal 2 Pelaksanaan - Seminar - Konsultasi - Tes Awal - Treatment - Tes Akhir
3 Penyelesaian - Analisis Data - Penyusunan Skripsi - Konsultasi - Penyerahan Skripsi
c. Pelaksanaan Perlakuan ( treatment )
Perlakuan ( treatment ) dalam Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini
dilakukan oleh peneliti dibantu guru pengampu, untuk program dengan
pendekatan pembelajaran taktis dipegang oleh peneliti sedangkan program
pendekatan pembelajaran teknis dipegang oleh guru pengampu.
Pelaksanaannya menggunakan lembar observasi siswa dan dilaksanakan
selama pembelajaran berlangsung.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
35
Salah satu jenis penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
(PPKP) adalah Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK). PEK ini bersifat khas dalam
hal subjek penelitian, karena dalam PEK seluruh subjek kelompok belajar
digunakan untuk eksperimen dan bukan menggunakan subjek penelitian yang di
acak sebagaimana halnya dalam penelitian eksperimen murni. Itulah sebabnya,
mengapa hasil PEK tidak digeneralisasikan, kecuali hanya subjek penelitian itu di
kenakan. Oleh karena itu, PPKP ini diarahkan ke PEK yang menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, PEK ini
dilaksanakan dengan desain Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group
(Aznam et al., 2006: 5-6). Desain ini terdiri atas satu kelompok eksperimen dan
satu kelompok kontrol. Kelompok yang digunakan merupakan intack group dan
variabel dependennya, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dilaksanakan.
Pretest dalam desain ini, selain digunakan untuk pengontrolan statistik juga
digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score).
Ilustrasi desain PEK yang dituju dapat dilihat sebagai berikut:
Intact Classes Pretest Treatment
(Experiment Variable)
Posttest
(Dependent Variable)
G1 Classes1 O1 Aproach (X1) O2
G2 Classes2 O3 Tradisional (-) O4
Keterangan :
X1 : Treatment dengan pendekatan taktis
(-) : Treatment dengan pendekatan teknis
O1 dan O3 : Pretest O2 dan O4 : Posttest
G1 Classes1 : Kelompok eksperimen
G2 Classes2 : Kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
36
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) yaitu:
1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu: pembelajaran teknis
dan pembelajaran taktis.
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan passing dalam permainan bola
basket.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam PEK meliputi :
a) Peneliti
Peneliti yang memberi pembelajaran pada kelompok eksperimen dan
dibantu oleh guru penganmpu yang memberi pembelajaran pada kelompok
kontrol.
b) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang di berikan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah sama, yakni pembelajaran passing bola basket.
c) Waktu
Jumlah waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan lelompok kontrol adalah sama.
d) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah sama.
4. Variabel tak terkontrol.
Variabel tak terkontrol dalam PEK ini adalah kondisi kesehatan siswa, cara
belajar siswa dan jarak tempat tinggal siswa dengan sekolah.
D. Subjek Penelitian
Subjek PEK ini adalah siswa putra kelas VIIIA dan VIIID SMP Negeri 1
Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes
dan pengukuran kemampuan passing bola basket dari Barry L. Johnson dan Jack
K. Nelson (1986: 277-278).
Data kemampuan siswa dalam proses pembelajaran diperoleh melalui
observasi/pengamatan secara langsung di lapangan. Pada lembar observasi
aktivitas siswa, peneliti menuliskan kategori aktivitas siswa dalam pembelajaran
dalam selang waktu 2X40 menit. Menurut Danu Hoedaya (2001: 113) Kategori
dalam pembelajaran taktis meliputi 5 aspek yang dinilai yaitu:
1. Keterlibatan dalam permainan = jumlah keputusan yang tepat + jumlah
keputusan yang tidak tepat + jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien +
jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien + jumlah tindakan dalam
memberikan dukungan yang tepat.
2. Standar mengambil keputusan ( SMK ) = jumlah mengambil keputusan yang
tepat : jumlah keputusan yang tidak tepat.
3. Standar ketrampilan ( SK ) = jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien :
jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien.
4. Standar memberikan dukungan ( SMD ) = jumlah tindakan dalam
memberikan dukungan yang tepat: jumlah tindakan dalam memberikan
dukungan yang tidak tepat.
5. Penampilan bermain = (SMK + SK+ SMD) : 3.
Sedangkan kategori dalam pembelajaran teknis meliputi 5 aspek yang
dinilai yaitu:
1 Keterlibatan dalam pembelajaran teknik = jumlah sikap permulaan passing
yang tepat + jumlah sikap permulaan passing yang tidak tepat + jumlah gerak
pelaksanaan passing yang tepat + jumlah gerak pelaksanaan passing yang
tidak tepat + jumlah pelaksanaan gerak lanjut yang tepat.
2 Sikap permulaan passing = jumlah sikap permulaan passing yang tepat :
jumlah Sikap permulaan passing yang tidak tepat.
3 Gerak pelaksanaan passing = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat :
jumlah gerak pelaksanaan passing yang tidak tepat.
38
4 Pelaksanaan Gerak lanjut = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat :
jumlah pelaksanaan Gerak lanjut yang tidak tepat.
5 Penampilan dalam pembelajaran teknik (Sikap permulaan passing + Gerak
pelaksanaan passing + Pelaksanaan Gerak lanjut) : 3.
Hasil observasi di analisis dengan mencari norma. Pentunjuk pelaksanaan
tes terlampir.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang
diajukan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan analisis statistik deskriptif
dan inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran (treatment) baik
kelompok pendekatan teknis dan taktis dengan menggunakan skor rata-rata dari
masing-masing kelompok berdasarkan pertemuan atau perlakuan yang diberikan.
Data kegiatan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai ada tiga macam yaitu: (1)
Keputusan yang diambil, (2) Melaksanakan keterampilan dan, (3) Memberi
dukungan.
Dari ketiga aspek yang dinilai pada lembar observasi tersebut, kemudian
diberikan nilai dari setiap pertemuan yang hasilnya dijumlahkan dan hasilnya
dibandingkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk
mengetahui kelompok mana yang lebih baik hasilnya antara pendekatan taktis dan
teknis terhadap hasil belajar passing dalam permainan bola basket.
Ketuntasan belajar. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan
ketuntasan belajar adalah hasil belajar passing bola basket yang ditunjukkan oleh
skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setiap
siswa dikatakan tuntas belajarnya ( tuntas secara individu ) jika skor yang
diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 75 % skor total. Selanjutnya suatu
kelompok dikatakan tuntas ( tuntas secara klasikal ) jika dalam kelompok tersebut
39
terdapat lebih dari atau sama dengan 80 % siswa tuntas belajarnya dari BSNP (
2006 : 10 ).
2. Mencari Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam
penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari
Ismaryati (2006: 27), dengan rumus sebagai berikut :
MSs – MSw
R = MSs
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
MSs = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSw = Jumlah rata-rata antar kelompok
3. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dalam penelitian ini meliputi beberapa
langkah sebagai berikut:
Untuk menguji hipotesis penelitian, maka data prestasi passing bola basket
dalam PEK ini dianalisis dengan Anakova. Data yang dianalisis adalah hasil skor
pretest dan skor posttest. Alasan menggunakan Anakova karena dengan PEK ini
memakai variabel kovariat sebagai variabel independen yang sulit untuk
dikontrol, tetapi dapat diukur bersamaan dengan variabel dependen. Desain
analisis data dideskripsikan seperti terlihat dalam gambar 4, dengan menempuh
prosedur Anakova, yakni: (a) menentukan model regresi, (b) uji keberartian
koefien X dalam model regresi, (c) uji linieritas model regresi (d)uji kesamaan
dua model regresi, dan (e) uji kesejajaran dua model regresi.
40
Gambar 5: Rancangan Analisis Kovarian dalam PEK
Langkah–langkah dalam analisis kovarian yang ditempuh dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Menentukan Model Regresi
Model regresi linier dibutuhkan karena ingin melihat bentuk hubungan
antara dua variabel, yaitu dependen dan variabel independen.
Misalnya X = hasil awal passing bola basket siswa (variabel kovariat)
Y = hasil akhir passing bola basket siswa (variabel dependen)
N = banyaknya siswa
Maka model regresi linier Y atas X adalah Y = a + bX, dengan a dan b adalah
estimator untuk q1 dan q2 dalam persamaan Y =q1+q2 bX untuk mencari nilai a
dan b digunakan rumus (Netter & Wesermen, 1974 : 39).
a = n1
(SY1 – b S X1) Model regresi linier dilakukan untuk
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
b =
å
å åå
-
-
nX
X
n
XYYX
ii
ii
22
11
)(
Grup Eksperimen Grup Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest keterangan : (X1) (Y1) (X2) (Y2) X1 , X2 : skor hasil awal passing bola
basket siswa sebagai variabel kovariat pada kelompok ekperimen dan kontrol.
X11 Y11 X12 Y12 Y1 , Y2 : skor hasil akhir passing bola basket siswa sebagai variabel dependen pada kelompok ekperimen dan kontrol.
X21 Y21 X22 Y22 N1 , N2 : banyaknya subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol.
X31 Y31 X32 Y32
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
XN1,1 YN1,1 XN2,2 YN2,2
41
b. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi
Uji keberartian koefisien bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh
hasil awal passing bola basket siswa (skor prestest) terhadap hasil akhir passing
bola basket siswa (skor posttest) pada kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol. Untuk menguji keberartian koefisien X dalam model regresi linier
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : q2 = 0 (koefisien regresi tidak berarti; artinya tidak ada pengaruh
skor pretest terhadap skor posttest.
HA : q2 ≠ 0 (koefisien regresi berarti; artinya ada pengaruh skor pretest
terhadap skor posttest.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians menggunakan
statistik – F, dengan rumus (Netter & Weserman).
F* = MSEMSR
Kriteria tolak Ho jika F* ≥ F ( 1 - a, 1, n – 2 ) dengan a = 5%
Keterangan :
MSR = regression mean square = SSR 1
SSR=
SSR = regression sum of square = ÷÷ø
öççè
æ-å å å
n
YXYXb ii
ii
SSTO = total sum of square = S Yi 2 –
( )n
Yi
2å
SEE = error sum of square = SSTO – SSR
MSE = error mean square = 2 n
SSE-
c. Uji Linieritas Model Regresi
Untuk menguji hubungan secara linier antara hasil awal passing bola
basket siswa (skor pretest) terhadap hasil akhir passing bola basket siswa
(skor posttest), dilakukan uji linieritas model regresi pada kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol dengan rumusan hipotesis :
42
Ho : model regresi linier
HA : model regresi tidak linier
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisa varians
menggunakan statistik – F, dengan rumusan (Netter & Wasermen, 1974 :
119).
F* = MSPEMSLF
Kriteria tolak Ho jika F* ≥ F (1 - a, c – 2; n – 2) dengan a =
5%
Keterangan :
MSLF = lack off fit mean square = 2 c
SSLF-
SSLF = lack of fit sum of square = SSE – SSPE
SSPE = pure error sum of square = å=
c
j 1å=
m
i 1
( Y ij - Y )2
MSPE = pure error mean square = c N
SSPE-
c = banyaknya data X yang berbeda
n = banyaknya siswa
d. Uji Kesamaan Model Regresi
Uji kesamaan dua model regresi bertujuan menguji kesamaan model
regresi kelompok eksperimen dan model regresi kelompok kontrol.
Regresi linier kelompok eksperimen : YE = q1 + q2 XE dan regresi linier
kelompok kontrol : YK = q3 + q4 XK. Untuk menguji kesamaan dua
model regresi dirumuskan hipotesis :
Ho : q1 = q3 dan q2 = q4 ( kedua model regresi sama )
HA : q1 ≠ q3 dan q2 ≠ q4 ( kedua model regresi tidak sama )
Untuk menguji hipotesa tersebut digunakan analisa varians
menggunakan statistik – F, dengan rumus (Netter & Waserman, 1974 :
119)
43
F* =
)4()(
)4()2(
)()(
-+
----+-
KE
KEKE
nnFSSE
nnnn
FSSERSSE
Kriteria tolak Ho jika F* ≥F ( 1 - a,2; nE + nK – 4) dengan a = 5%
Keterangan :
SSE = SSTO(R) – SSR(R)
SSTO(R) = S Yi 2 –
( )n
Yi
2å
SSR(R) = ÷÷ø
öççè
æ-å å å
n
YXYXb ii
ii
SSE(F) = SSEE + SSEK
Dengan SSEE = error sum of square kelompok eksperimen
SSEK = error sum of square kelompok kontrol
nE = banyaknya siswa dikelompok eksperimen
nK = banyaknya siswa dikelompok kontrol
Jika dalam pengujian hipotesis nol diterima, maka kedua model
regresi adalah tidak berbeda, dengan kata lain kedua model regresi
adalah sama.
e. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi
uji kesejajaran dua model regresi dilakukan apabila dalam pengujian
nilai butir disebelum hipotesis nol ditolak. Uji kesejajaran dua model
regresi bertujuan untuk menguji kesejajaran model regresi kelompok
eksperimen dan model regresi kelompok kontrol.
Untuk menguji kesejajaran dua model regresi dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Ho : q2 = q4 (kedua model regresi sejajar)
HA : q2 = q4 ( kedua model regresi tidak sejajar)
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians
menggunakan statistik – F, dengan rumus (Ferguson, 1989: 368).
44
F* =
)2(
)1(
knnA
k
AB
KE -+
--
Kriteria tolak Ho jika F* ³ F (1 - a, k-1; N – 2k) dengan a = 5%
Keterangan :
( )( )( )
( )å å
å
å= =
=
=
ïï
þ
ïï
ý
ü
ïï
î
ïï
í
ì
=-
úû
ùêë
é--
--=k
j
nj
iadjxnj
iij
nj
iijij
ij SSTXX
XXYY
YYA1 1
)(
1
2
2
12
( )x
y SSTSPT
SSTB2
-=
SPT = jumlah total produk
SSTx = jumlah kuadrat total X
SSTy = jumlah kuadrat total Y
k = banyaknya kelompok
N = banyaknya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Jika kedua model regresi sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar passing bola basket kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan interprestasinya. Sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka sajian hasil penelitian yang
dikemukakan berkenaan dengan deskripsi keefektifan penerapan pendekatan
pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket.
Penyajian hasil penelitian didasarkan hasil analisis statistik, baik secara deskriptif
maupun inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
PEK dalam PPKP ini berlangsung dari bulan Mei hingga Juni 2009. PEK
ini bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran teknis
dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket. Sebagai kelompok
eksperimen adalah siswa putra kelas VIII A SMP Negeri 1 Nguntoronadi
Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 dan kelompok kontrol adalah siswa putra
kelas VIII B.
a. Analisis data treatment / perlakuan terhadap siswa
Berikut ini disajikan hasil observasi atau pengamatan secara langsung
dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara pendekatan pembelajaran
teknis dan taktis sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Proses Treatment pada Kelompok Pembelajaran
Taktis dan Teknis
Kelompok Jumlah Rerata SD Pembelajaran Taktis 182,19 9,109 1,784 Pembelajaran Teknis 139,59 6,980 1,349
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, dari hasil pengamatan
secara langsung dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara
pendekatan teknis dan taktis diketahui bahwa, pembelajaran taktis lebih efektif
46
terhadap hasil belajar passing bola basket dengan rerata 9,109 > dari rerata
pendekatan teknis yaitu 6,980.
b. Analisis perbandingan data hasil belajar passing bola basket.
Dari data hasil belajar passing siswa sesudah mendapat perlakuan, atas
dasar skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
dapat di lihat pada perhitungan statistik deskriptif. Hasil perbandingannya secara
deskriptif hasil belajar passing bola basket siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut .
Tabel 2: Perbandingan Hasil belajar passing pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Variabel Kelompok
eksperimen
Kelompok
Kontrol
Banyaknya siswa
Rata-rata Hasil Belajar Passing siswa
Banyaknya Siswa yang Tuntas Belajar
Persentase yang Tuntas Belajar
Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
20
120
20
100
Tuntas
20
108
15
75
Tidak Tuntas
2. Mencari Reliabilitas
Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir kemampuan passing bola
basket diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir
kemampuan passing bola basket dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal
Hasil Tes Reliabilitas Kategori Data tes awal passing bola basket 0.981 Tinggi sekali
Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes awal passing bola basket yaitu
tinggi sekali dengan nilai reliabilitas 0.981.
47
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Akhir
Hasil Tes Reliabilitas Kategori Data tes akhir passing bola basket 0.764 cukup
Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes akhir passing bola basket yaitu
cukup dengan nilai reliabilitas 0.764.
3. Analisis Statistik Inferensial
PEK dalam PPKP ini selain bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan
model pembelajaran dari segi proses, juga bertujuan untuk membandingkan
kemampuan passing bola basket dari segi produk. Adapun data yang dianalisis
secara statistik inferensial secara berturut-turut disajikan sebagai berikut:
d. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket
Hasil rekapitulasi kemampuan passsing bola basket antara kelompok
pembelajaran taktis dan teknis disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket pada
Kelompok Pembelajaran Taktis dan Kelompok Pembelajaran Teknis
Kelompok Tes N Hasil Tertinggi
Hasil Terendah
Mean SD
Kelompok 1 (K1)
Awal 20 104 71 86.879 13.158
Akhir 20 129 105 119.683 8.810
Kelompok 2 (K2)
Awal 20 106 73 85.961 11.297
Ahkir 20 129 84 107.478 11.802
b. Model Regresi
Model regersi kelas/kelompok eksperimen adalah Ŷ = 89.740 + 0.346X
Model regresi kelas/kelompok kontrol adalah Ŷ = 35.980 + 0.833X
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
48
c. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi /Uji
Independensi
Hasil analisis untuk keberartian X dalam model regresi pada kelompok
eksperimen disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada
Kelompok Eksperimen
Source of Variance SS df MS F* F(0,95;1;16) Regression Error
391,928 1077,822
1 18
391,928 59,879
6,545 4,41
Total 1469,750 19
Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan
demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket
awal pada kelompok eksperimen mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil
passing Bola Basket akhir.
Tabel 7. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada Kelompok Kontrol
Source of Variance SS df MS F* F(0,95;1;16) Regression Error
1696,563 964,437
1 18
1696,563 53,580
31,664 4,41
Total 2661,000 19
Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan
demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket
awal pada kelompok kontrol mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil
passing Bola Basket akhir.
d. Uji linieritas model regresi
Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok eksperimen di
sajikan pada tabel 8 berikut:
49
Tabel 8: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok Eksperimen
Source of Variance SS df MS F* F(0,95;12;6) Lack of Fit Pure Error
663,267 414,556
12 6
55,272 69,093
0,800 4,41
Total 1077,822 18 Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;12;6) = 4,41. Dengan demikian
F* < F(0,95;12;6) , sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok
esperimen adalah linier.
Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok komtrol di sajikan
pada tabel 9 berikut:
Tabel 9: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok kontrol
Source of Variance SS df MS F* F(0,95;13;5) Lack of Fit Pure Error
416,798 547,639
13 5
32,061 109,528
0,293 4,64
Total 964,437 18
Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;13;5) = 4,64. Dengan demikian
F* < F(0,95;13;5) , sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok
esperimen adalah linier.
e. Uji kesamaan dua model regresi linier
Hasil analisis uji kesamaan du model regresi linier pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 10 berikut.
Tabel 10 : Hasil Anova Untuk Uji Kesamaan Model Regresi Linier pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
a b SSR(R) SSTO(R) SSE(R) SSE(F) F* F(0,95;2,36)
64,058 0,574 1890,414 5631,375 3740,961 2042,259 20,654 4,42
50
Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;2,36) = 4,42. Dengan
demikian F* > F(0,95;2,36) , sehingga Ho ditolak. Ini berarti kesamaan dua model
regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tidak sama.
f. Uji kesejajaran dua model regresi linier
Berdasarkan hasil pada sub- sub bab butir d, maka pengujian dilanjutkan
dengan menguji kesejajaran dua model regresi linier. Hasil analisis uji kesejajaran
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontroldisajikan pada tabel 11 berikut.
Tabel 11: Hasil Anova untuk Uji kesejajaran Dua model Regresi linier pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.
A B F* F(0,95;1,36)
2042,26 2375,30 2,20 4,11
Dengan taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1,36) = 4,11. Fengan
demikian F* < F(0,95;1,36) , sehingga Ho diterima. Ini berarti kesejajaran dua model
regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sejajar
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interprestasi lebih lanjut,
terutama mengenai hasil analsis data yang telah dikemukakan sebelumnya.
Pembahasannya sebatas dalam pengertian evaluasi dan tidak atau belum ke arah
verifikasi suatu teori. Karena itu, pendekatan pembahasannya lebih cenderung ke
deskripsi empiris.
Atas dasar hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial diperoleh dua
informasi penting yakni, (1) dari segi proses penerapan pendekatan pembelajaran
taktis terhadap hasil belajar passing bola basket adalah lebih efektif dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran teknis, dan (2) dari segi produk perbandingan
kemampuan passing bola basket antara siswa yang mendapat perlakuan
pendekatan pembelajaran taktis lebih baik daripada siswa yang mendapat
perlakuan pendekatan pembelajaran teknis.
51
Keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran taktis seperti ditunjukkan
oleh hasil-hasil analisis data bahwa, (1) proses pembelajaran passing bola basket
dengan pendekatan taktis adalah lebih efektif dengan rerata 9.109 lebih besar
daripada kelompok pendekatan pembelajaran teknik dengan rerata 6.980, dan (2)
dari hasil perbandingan secara deskriptif, ternyata siswa yang menggunakan
pembelajaran taktis adalah tuntas dalam belajar baik secara individu maupun
klasikal. Siswa dikatakan tuntas belajarnya secara individu bila skor yang
diperoleh siswa > 75 % skor total, sedang kelompok siswa dikatakan tuntas
belajarnya secara klasikal bila dalam kelompok tersebut terdapat lebih dari atau
sama dengan 80 % tuntas. Mengacu kriteria tentang keefektifan pembelajaran
taktis dalam pembelajaran passing bola basket pad bab III, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran passing dalam passing bola basket
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri adalah efektif.
Dari segi produk atau peningkatan kemampuan passing bola basket juga
menunjukkan bahwa, dari uji hipotesis PEK ini teruji bahwa hasil belajar passing
Bola basket dengan pembelajaran taktis lebih baik daripada pembelajaran teknis.
Berdasarkan hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran ternyata dua model regresi
linier tidak sama, namun sejajar. Oleh karena, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar passing Bola basket antara pembelajaran teknis dan
pembelajaran taktis. Konstanta garis regresi kelompok eksperimen adalah 89,740.
Konstanta ini lebih besar dari konstanta garis regresi kelompok kontrol yaitu
35,980. Secara geometris garis regresi kelompok eksperimen di atas garis regresi
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar passing bola basket
dengan pembelajaran taktis lebih baik dibanding hasil belajar passing Bola Basket
dengan pembelajaran teknis.
52
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Sesuai dengan deskripsi sajian analisis data dan pembahasannya, maka
dapat ditarik simpulan penelitian sebagai berikut:
1. Secara proses bahwa pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar
passing bola basket daripada pembelajaran teknis. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata proses pembelajaran taktis yaitu 9.109 lebih besar dari rata-rata
pembelajaran teknis yaitu 6.980 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal
mencapai 100 %.
2. Dari segi produk pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada
pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri Tahun pelajaran
2008/2009. Hasil penghitungan kemampuan passing bola basket siswa yang
mendapat perlakuan pembelajaran taktis adalah 120 sedangkan siswa yang
mendapat perlakuan pembelajaran passing dengan pendekatan teknis adalah
108.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pendekatan
pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada pendekatan
pembelajaran teknis terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran
2008/2009.
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan
pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan
passing dalam permainan bola basket. Oleh karena itu, dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus
53
menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi
siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, khususnya untuk
meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada guru Penjas di SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri,
disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus
diterapkan pendekatan pembelajaran yang baik agar diperoleh peningkatan
keterampilan optimal.
2. Untuk meningkatkan kemampuan passing bola basket dapat diterapkan
pendekatan pembelajaran taktis dan teknis.
54
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Amung Ma’mum dan Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis
Dalam Permainan Bolavoli Konsep & Metode Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat jenderal Olahraga.
A. Sarumpaet dkk.1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud
Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Aznam et al. 2006. Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran: Penelitian Eksperimen Kuasi dalam PPKP. Kumpulan Makalah dalam Penelitian Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP). Jakarta. Direktorat Ketenagaan Dirjendikti Depdiknas.
Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson. 1986. Practical Mesurment for Evaluation
Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Badan Standar Nasional Pendidikan . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta. Danu Hoedaya. 2001. Pendekatan Ketrampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola
Basket. Jakarta:Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan direktorat Jenderal Olahraga.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Ferguson. 1989. Statical Analysis in Psychology and Education. New York: Mc
Graw Hill Companies, Inc.
55
Hal Wissel 2000. Bola Basket Dilengkapi dengan Program Pemahiran dan Teknik. Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan
Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Husdarta & Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Imam Sadikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta. Machfud Irsyada. 1999/2000. Bola Basket. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-II.
Muhammad Ali. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. Netter, J. and Waserman, W. 1974. Applied Linear Statistical Models. Illionis:
Richard D. Irwin Inc. Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.
Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet. Soebagio Hartoko. 1993. Teori dan Praktek Bola Basket I. Surakarta: UNS Press. Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.