PTK Interaktif

51
0 PENGOPTIMALAN PENERAPAN METODE INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VI SDN Cemarajaya II Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Tahun Pelajaran 2009/2010) Disusun Sebagai Tindak Lanjut Kegiatan KKG BERMUTU Gugus II Kecamatan Cibuaya Oleh: AGUS WURYANTO, S.Pd. NIP: 19790709 200212 1 006 NUPTK: 4041757658200023

Transcript of PTK Interaktif

Page 1: PTK Interaktif

0

PENGOPTIMALAN PENERAPAN METODE INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

TERHADAP MATERI PELAJARAN IPA

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VI SDN Cemarajaya II Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Sebagai Tindak Lanjut Kegiatan KKG BERMUTUGugus II Kecamatan Cibuaya

Oleh:

AGUS WURYANTO, S.Pd.

NIP: 19790709 200212 1 006NUPTK: 4041757658200023

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGAUPTD TK,SD KECAMATAN CIBUAYA

SDN CEMARAJAYA II

2010

Page 2: PTK Interaktif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan “agent of change” bagi peserta didik (siswa). Status

ini membawa konsekuensi bahwa seorang guru dituntut untuk mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik potensi

intelegensi, keterampilan, sosial maupun moral dan kepribadian. Dengan

demikian tugas guru tidak hanya sekedar mengajar (mentransfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik) tetapi juga mendidik (memberikan

bimbingan moral dan kepribadian kepada peserta didik). Untuk mampu

melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk menguasai kompetensi

pendidik yang meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan

kompetensi profesional.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan mampu

mengembangkan pola pembelajaran variatif, melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan bahan ajar,

sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan

antusias dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran

PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang saat

ini sedang “booming” di lingkungan pendidikan, khususnya di Kabupaten

Karawang. Model PAKEM menuntut perubahan posisi lama guru dalam

pembelajaran, yang semula pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)

Page 3: PTK Interaktif

2

berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)

sehingga guru harus lebih memotivasi dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Sebagai bentuk pelaksanaan model PAKEM tersebut, proses

pembelajaran yang dilaksanakan dikelas VI SDN Cemarajaya II khususnya

pada mata pelajaran IPA, menggunakan metode “interaktif”. Penerapan

metode interaktif ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk berani

bertanya kepada guru dan menyampaikan gagasannya, baik melalui forum

tanya jawab yang sengaja disediakan oleh guru maupun secara spontanitas

oleh siswa dalam pembelajaran.

Penerapan metode interaktif juga sejalan dengan PP No. 19 tahun

2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 (war2nyahoo.blogspot.com/2010/02) yang

menyatakan bahwa ‘Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.’

Meskipun pelaksanaan pembelajaran di kelas telah menggunakan

metode interaktif, namun pencapaian hasil belajar siswa ternyata belum

maksimal. Hal tersebut ditandai dengan masih rendahnya nilai yang dicapai

siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan rata-rata nilai ulangan IPA yang

telah dilaksanakan, diperoleh data bahwa dari keseluruhan siswa kelas VI

yang berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai di bawah 6,

Page 4: PTK Interaktif

3

9 siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan hanya 8 siswa (26%) yang

mendapat nilai di atas 7.

Kondisi ini memotivasi guru untuk melakukan Penelitian Tindakan

Kelas dengan mengoptimalkan penerapan metode intaraktif dalam proses

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN

Cemarajaya II, Cibuaya Kabupaten Karawang.

B. Identifikasi, Analisis dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi selama proses

pembelajaran yaitu:

a. Beberapa siswa membuat suasana gaduh saat proses pembelajaran.

b. Ada beberapa siswa yang berucap spontan (menyeletuk) sehingga

mengganggu konsentrasi siswa lain.

c. Masih ada siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan

yang diberikan oleh guru meskipun sudah membaca dan

memperhatikan penjelasan guru.

d. Guru terlalu banyak membiarkan suasana kelas menjadi gaduh.

2. Analisis Masalah

Dari beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi, tindakan akan

lebih difokuskan pada 1 masalah, yaitu “Masih ada siswa yang belum bisa

menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru meskipun

sudah membaca dan memperhatikan penjelasan guru.”

Page 5: PTK Interaktif

4

Ada bebarapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut,

diantaranya:

a. Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran.

b. Siswa kurang konsentrasi baik pada saat membaca maupun pada saat

menerima penjelasan guru.

c. Pandangan guru lebih banyak terfokus pada siswa yang biasa aktif

(kurang meratakan pandangan kepada seluruh siswa.)

d. Kemampuan berfikir siswa rendah.

e. Siswa kurang menyukai metode interaktif yang diterapkan oleh guru.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisa masalah, peneliti merumuskan 2 (dua masalah)

yang akan difokuskan pada penelitian, yaitu:

a. Bagaimana pengaruh pengoptimalan metode interaktif terhadap

kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA?

b. Sejauhmana antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

IPA?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini betujuan:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA.

2. Mengetahui tingkat antusiasme siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran IPA.

Page 6: PTK Interaktif

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa: a) lebih konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran; b)

membiasakan siswa untuk berani bertanya kepada guru; c) meningkatkan

keberanian siswa untuk menyampaikan gagasannya.

2. Bagi peneliti: a) lebih berperan aktif dalam memotivasi siswa untuk

bertanya dan menyampaikan gagasannya; b) lebih mengenal karakter

siswa; c) mampu mengembangkan berbagai tehnik untuk meningkatkan

keaktifan siswa.

3. Bagi rekan sejawat: a) dapat dijadikan sebagai motivasi untuk

mengembangkan metode pembelajaran; b) penerapan metode interaktif

dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 7: PTK Interaktif

6

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Morgan (Ngalim Purwanto, 1998:84) mengemukakan bahwa

‘belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.’

Sedangkan Dimyati Mahmud (Sri Rukmini et. All, 1997:59)

menyatakan bahwa

‘Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat

diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan

terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.’

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang,

baik berupa tingkah laku yang dapat diamati secara langsung (misal:

gerakan tubuh) maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara

langsung (karakter/sifat) dan perubahan tersebut terjadi karena

adanya proses latihan (pengalaman) yang dialami olehnya.

Page 8: PTK Interaktif

7

b. Bentuk-Bentuk Belajar

Syamsu Yusuf et. all. (1993:12) mengemukakan bentuk-bentuk

belajar sebagai berikut:

1) Belajar keterampilan intelektual.

2) Belajar kognitif

3) Belajar verbal

4) Belajar keterampilan motorik

5) Belajar sikap

c. Gaya Belajar

“Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia

menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi” Bobbi

De porter et. all (2005:111).

Gaya belajar seseorang belum tentu sama dengan orang lain.

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan potensi

seseorang.

Rita Dunn (Bobbi De porter et. all, 2005:110) menemukan

banyak variable yang mempengaruhi cara belajar orang. Variable

tersebut mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan

lingkungan.

Sementara Bobbi De porter et. all (2005:110) membagi gaya

belajar berdasarkan modalitas seseorang menjadi tiga kelompok,

yaitu:

a. Gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat)

Page 9: PTK Interaktif

8

b. Gaya belajar Auditorial (belajar dengan cara mendengar)

c. Gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja,

dan menyentuh.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” (M Surya, 2003:11).

Keseluruhan yang dimaksud, meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Hal ini sejalan dengan taksonomi Bloom (E. Mulyana,

2001:110) yang mengelompokkan tujuan pembelajaran sebagai

berikut:

1. Domain Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Domain Afektif, meliputi: menerima, menanggapi,

menghargai, mengatur dan mengkaraktisasi.

3. Domain psikomotorik, meliputi: persepsi, mekanisme, respon

terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan orginalisasi.

b. Proses Pembelajaran

“Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi dinamis

antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditentukan” (Syamsu Yusuf et.all, 1993:34)

Page 10: PTK Interaktif

9

B. PAKEM

1. Pengertian PAKEM

“PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan.

(akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/)

Dari kepanjangannya PAKEM Suwarto

(war2nyahoo.blogspot.com/2010/02) mengemukakan empat ciri-ciri

Pembelajaran Aktif, Kreatif , Efektif, Menyenangkan.

a. Aktif.

Ciri aktif dalam PAKEM berarti dalam pembelajaran

memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan,

memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati

pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru terlibat secara

aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses

pembelajarannya. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang

mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya.

b. Kreatif

Kreatif merupakan ciri ke-2 dari PAKEM yang artinya

pembelajaran yang membangun kreativitas siswa dalam berinteraksi

dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama siswa lainnya terutama

dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya.Gurupun dituntut

untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

Guru diharapkan mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar

Page 11: PTK Interaktif

10

(KBM) yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat

kemampuan siswa.

c. Efektif

Ciri ketiga pembelajaran PAKEM adalah efektif . Maksudnya

pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat

meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Menyenangkan

Menyenangkan merupakan ciri ke empat dari PAKEM dengan

maksud pembelajaran dirancang untuk menciptakan suasana yang

menyenangkan. Menyenangkan berarti tidak membelenggu,

sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada

pembelajaran, dengan demikian waktu untuk mencurahkan perhatian

(time of task) siswa menjadi tinggi. Dengan demikian diharapkan

siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Lebih lanjut, Ahmad Sudrajat (wordpress.com/2008/01/22)

memberikan garis besar gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada

belajar melalui berbuat.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber

Page 12: PTK Interaktif

11

belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,

dan cocok bagi siswa.

c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan

belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan

interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

2. Rambu-rambu PAKEM

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan

PAKEM, yaitu :

a. Memahami sifat yang dimiliki anak,

b. Mengenal anak secara perorangan,

c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar,

d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan

kemampuan memecahkan masalah,

e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang

menarik,

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,

g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan

belajar,

h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

(Agus Wuryanto:salam02.wordpress.com/2009/02/11)

Page 13: PTK Interaktif

12

3. Pelaksanaan PAKEM

Kemampuan Guru yang harus dikuasai dalam pelaksanaan

Pembelajaran PAKEM, yaitu:

a. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, 

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:

Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar, Studi kasus,

Nara sumber, Lingkungan

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

keterampilan. Siswa:

Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara

Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri

Menarik kesimpulan, Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri

Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri

c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui:

Diskusi, Lebih banyak pertanyaan terbuka

Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri

d. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan

kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan

kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok

tersebut.

Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan

Page 14: PTK Interaktif

13

e. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-

hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya

sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan

sehari-hari. Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa

secara terus menerus.

f. Guru memantau kerja siswa

g. Guru memberikan umpan balik

(Agus Wuryanto:salam02.wordpress.com/2009/02/22)

C. Metode Interaktif

1. Pengertian Interaktif

Interaktif didefinisikan sebagai “kemampuan sistem/program yang bisa

menanyakan sesuatu pada pengguna (mengadakan tanya jawab), kemudian

mengambil tindakan berdasarkan respon tersebut.”

(http://www.total.or.id/info.php?kk=interactive).

Kata interaktif merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar interasi.

Interaksi didefinisiakan oleh Pius A Partanto et.all (1994:125), sebagai

“pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode interaktif adalah

metode pembelajaran yang mengedepankan komunikasi dua arah (two ways

system) antara siswa dengan guru, sehingga semua komponen yang ada (siswa

dan guru) terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Ruang Lingkup Metode Interaktif

Ihat Hatimah (2000:61) mengelompokkan jenis metode dua arah

(interaktif) sebagai berikut:

Page 15: PTK Interaktif

14

a. Metode Tanya Jawab

b. Metode Brainstorming

c. Metode Sambutan Melingkar

d. Metode Penugasan

e. Metode Latihan

Metode Interaktif ini sejalan dengan Model Quantum Teaching.

Bobbi De Porter et.all. (2004:5) merumuskan Model Quantum Teaching

adalah “orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di

sekitar momen belajar”.

Dijelaskan pula bahwa model “Quantum Teaching” didasarkan

pada azas utama “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan

Dunia Kita ke Dunia Mereka” serta bertumpu pada 5 (lima) prinsip

interaktif, yaitu:

1. Segalanya Berbicara.

2. Segalanya Bertujuan.

3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama.

4. Akui Setiap Usaha.

5. Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.

(Bobbi De Porter et.all, 2004:7)

Page 16: PTK Interaktif

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksankan adala Penelitian Tindakan Kelas.

Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh seorang guru dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran.

Pengertian ini merujuk pada pendapat Ebbut (Kasihani Kasbolah,

1999:14) ang menyatakan: ‘Penelitian Tindakan merupakan study yang

sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam

pendidikan dengan melakukan tndakan praktis serta refleksi dari tindakan

tersebut.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan merujuk pad model spiral

Kemmis dan Mc. Taggart (1988), dengan rencana tindakan 2 (dua) siklus,

yang setiap siklusnya terdiri dari:

1. Perencnaan

2. Pelaksanaan Tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

Page 17: PTK Interaktif

16

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SDN Cemarajaya II,

Cibuaya, Kabupaten Karawang pada Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun

subyek penelitian adalah siswa kelas VI.

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka pengumpulan data dilakukan

melalui test evaluasi hasil belajar dan lembar observasi.

E. Teknik Analisa Data

Analisa data hasil penelitian akan dilakukan dengan merujuk pada

pengelolaan data menurut Hopkin (Kanda Ruskandi, 2001:55) melalui

tahapan berikut:

1. Pengumpulan data,

2. Validasi data,

3. Interpretasi data

Page 18: PTK Interaktif

17

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Studi Pendahuluan

1. Kondisi Siswa Kelas VI

Siswa kelas VI SDN Cemarajaya II, Cibuaya berjumlah 31 (tiga

puluh satu) orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

Dari keseluruhan siswa kelas VI, 40% berasal dari keluarga tidak mampu

dan 60% berasal dari keluarga ekonomi sedang serta rata-rata tingkat

kehadiran siswa sebesar 98% perbulan.

Rata-rata nilai ulangan harian pada mata pelajaran IPA yang telah

diperoleh siswa menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa kelas VI yang

berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai di bawah 6, 9

siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan hanya 8 siswa (26%) yang

mendapat nilai di atas 7

2. Kondisi Guru

Guru kelas VI dalam hal ini peneliti, berlatar pendidikan S-1 PGSD

tahun 2005. Peneliti mulai tugas di SDN Cemarajaya pada awal tahun

pelajaran 2008/2009. Sejak memulai tugas di SDN Cemarajaya II, peneliti

mendapat tugas sebagai guru kelas VI sampai penelitian ini dilaksanakan.

3. Kondisi Sumber Belajar

Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, peneliti tidak

mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber belajar. Buku sumber

Page 19: PTK Interaktif

18

yang digunakan adalah Buku IPA Bse Depdiknas kelas VI dengan rasio 1

buku 1 orang. Selain buku paket, tersedia pula alat peraga IPA,

diantaranya KIT IPA, minuatur tata surya, poster organ tubuh.

4. Kondisi Fasilitas Sekolah

Sejak tahun pelajaran 2008/2009 SDN Cemarajaya, berubah status

menjadi SDN-SMPN Satu Atap (SATAP), dengan jumlah ruang belajar

sebanyak 5 lokal (SD) dan 3 lokal (SMP). Selain itu terdapat pula kantor

guru, fasilitas ibadah (musholla), Aula, Perpustakaan, MCK, dan Gudang,

beserta alat peraga SD-SMP.

B. Penerapan Metode Interaktif dalam Proses Pembelajaran IPA

1. Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 23 Februari s.d. 3 Maret 2010

dengan tahapan sebagai berikut:

1.1 Tahap perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I diawali dengan pengumpulan data

awal berupa rata-rata nilai ulangan harian yang telah diperoleh

siswa yang kemudian diolah dan dianalisa, dengan menentukan

nilai rata-rata kelas, median serta pencapaian kelulusan dengan

acuan KKM yang telah ditetapkan di awal semester (KKM=68).

Adapun data yang berhasil diperoleh sebagai berikut:

Page 20: PTK Interaktif

19

TABEL 4.1RATA-RATA NILAI ULANGAN IPA

SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYASEMESTER II, TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KKM = 66NO NAMA SISWA RATA-RATA NILAI LULUS TIDAK

ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 35 √2 INTAN SUSENO 60 √3 PINLIAH 35 √4 SUNANTO 40 √5 CUWANDI 45 √6 FITRI KLODIA 38 √7 AHMAD MAULANA 30 √8 KRISDAYANTI 56 √9 ADE SURYANA 67 √

10 ANITA AGUSTIANI 35 √11 ENDRA MAULANA 75 12 EKA MULYANA 60 √13 INDAH HANDAYANI 75 √ 14 MUHAMAD MARTA 61 √15 MUHAMMAD SAMSUDIN 65 √16 MUHAMAD NASIR 74 √

17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 70 √

18 NURJAMAN 58 √19 NURLELAH 54 √20 RUDI BAHTIAR 40 √21 RUDI SANTOSO 76 √ 22 RENDI JULIANTO 78 √ 23 SUMA 55 √24 SAIPUL ANWAR 62 √25 SANDITA 67 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 30 √27 YANA 63 √28 ABDUL ROHMAN 46 √29 SARJANA 70 √ 30 SRI MULYANI 78 √ 31 WANDI 62 √

JUMLAH NILAI 1760 RATA-RATA NILAI 56.77 MEDIAN 60 PROSENTASE LULUS 29.03 PROSENTASE TIDAK LULUS 70.97

Page 21: PTK Interaktif

20

Dari data di atas terlihat bahwa dari keseluruhan siswa kelas

VI yang berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai

di bawah 6, 9 siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan

hanya 8 siswa (26%) yang mendapat nilai di atas 7, dengan median

nilai 60. Diketahui pula bahwa siswa yang lulus melampaui KKM

hanya 29,03% sedangkan yang tidak lulus mencapai 70,97%.

Setelah melakukan pengolahan dan analisa data awal,

langkah selanjutnya adalah membuat scenario pembelajaran,

sebagai berikut:

a. Membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan persebaran

prestasi siswa merata pada setiap kelompok, serta pembagian

jumlah anggota kelompok sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pembagian Kelompok Siklus I

KELOMPOKJUMLAH

ANGGOTA KETUA KELOMPOKI 5 Rendi JII 5 Rudi SIII 5 Indah HIV 5 Sri MulyaniV 5 M NasirVI 6 Endra M

b. Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan

dipelajari, yaitu KD: Menyajikan informasi tentang

perpindahan dan perubahan energy listrik.

c. Membuat RPP.

Page 22: PTK Interaktif

21

d. Mempersiapkan instrument penilaian, berupa lembar observasi

dan tes evaluasi hasil belajar siswa.

1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

a. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan mengacu

pada rencana pembelajaran yang telah dibuat (RPP).

b. Observasi

Observasi dilakukan oleh rekan sejawat pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Obyek observasi adalah guru dan

siswa.

1.3 Tahap Refleksi

Secara teknis tahap ini terbagi menjadi 2 sub, yaitu a) tahap

pengolahan data, b) tahap analisa data (refleksi).

a) Tahap pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sebagai berikut:

TABEL 4.3NILAI EVALUASI HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYAPTK SIKLUS I

KKM = 66NO

NAMA SISWARATA-RATA NILAI LULUS TIDAK

ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 40 √2 INTAN SUSENO 69 √ 3 PINLIAH 40 √4 SUNANTO 46 √5 CUWANDI 52 √6 FITRI KLODIA 44 √7 AHMAD MAULANA 35 √8 KRISDAYANTI 64 √

Page 23: PTK Interaktif

22

9 ADE SURYANA 77 √ 10 ANITA AGUSTIANI 40 √11 ENDRA MAULANA 86 √ 12 EKA MULYANA 69 √ 13 INDAH HANDAYANI 86 √ 14 MUHAMAD MARTA 70 √ 15 MUHAMMAD SAMSUDIN 75 √ 16 MUHAMAD NASIR 85 √

17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 80 √

18 NURJAMAN 67 √ 19 NURLELAH 62 √20 RUDI BAHTIAR 46 √21 RUDI SANTOSO 87 √ 22 RENDI JULIANTO 90 √ 23 SUMA 63 √24 SAIPUL ANWAR 71 √ 25 SANDITA 77 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 35 √27 YANA 73 √ 28 ABDUL ROHMAN 53 √29 SARJANA 81 √ 30 SRI MULYANI 90 √ 31 WANDI 71 √

JUMLAH NILAI 2024 RATA-RATA NILAI 65.29 MEDIAN 69 PROSENTASE LULUS 58.06 PROSENTASE TIDAK LULUS 41.94

b) Tahap Refleksi

Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan

rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan

bahwa pnerapan metode interaksi belum optimal dilaksanakan.

Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung ada

beberapa siswa yang aktif negative (tampak aktif, tapi tidak

memperhatikan penjelasan guru dan kurang disiplin dalam

melaksanakan tugas). Selain itu keaktifan siswa masih

Page 24: PTK Interaktif

23

didominasi oleh beberapa siswa, sedangkan sebagian besar

siswa lainnya belum menunjukkan keberaniannya untuk aktif

berinteraksi dan menyampaikan gagasannya kepada guru

maupun kepada sesama anggota kelompok.

Meskipun data hasil observasi belum menunjukkan

perubahann yang signifikan terhadap keaktifan siswa, namun

data hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang diperoleh siswa pada PTK siklus I dibandingkan dengan

nilai yang mereka peroleh sebelum peaksanaan metode

interaktif.

TABEL 4.4PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA

NO KETERANGAN SEBELUM PTK PTK SIKLUS I1 JUMLAH NILAI 1760 20242 RATA-RATA NILAI 56,77 65,293 MEDIAN 60 694 PROSENTASE LULUS 29,03 58,065 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil

belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus I dibandingkan

dengan nilai sebelum pelaksanaan PTK. Terjadi peningkatan

yang cukup signifikan pada nilai median dan prosentase

kelulusan, namun rata-rata nilai siswa belum menunjukkan

peningkatan yang tinggi. Hal tersebut mencerminkan adanya

perbedaan nilai yang cukup mencolok diantara siswa.

Page 25: PTK Interaktif

24

Kondisi ini mendorong peneliti untuk lebih mengoptimalkan

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode interaktif

pada siklus II dengan lebih memperhatikan perbedaan individu

siswa yang selanjutnya memotivasi mereka untuk aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Siklus II

2.1. Tahap Perencanaan

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 13 Maret 2010.

Setelah melakukan pengolahan dan analisa data hasil PTK

siklus I, langkah selanjutnya adalah membuat scenario

pembelajaran, sebagai berikut:

a. Membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan persebaran

prestasi siswa merata pada setiap kelompok, serta pembagian

jumlah anggota kelompok sebagai berikut:

Tabel 4.5

Pembagian Kelompok Siklus II

KELOMPOKJUMLAH

ANGGOTA KETUA KELOMPOKI 4 Indah HII 4 Sri MulyaniIII 4 M NasirIV 4 Endra MV 4 SarjanaVI 4 M Ardianto DVII 4 Rudi SVIII 3 Rendi J

Page 26: PTK Interaktif

25

b. Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan

dipelajari, yaitu KD: Mengidentifikasi kegunaan energi listrik

dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Membuat RPP.

d. Mempersiapkan instrument penilaian, berupa lembar observasi

dan tes evaluasi hasil belajar siswa.

1.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

a. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan mengacu

pada rencana pembelajaran yang telah dibuat (RPP).

b. Observasi

Observasi dilakukan oleh rekan sejawat pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Obyek observasi adalah guru dan

siswa.

1.5 Tahap Refleksi

Seperti pada siklus I, refleksi pada siklus II pun secara teknis

terbagi menjadi 2 sub, yaitu a) tahap pengolahan data, b) tahap

analisa data (refleksi).

a) Tahap pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sebagai berikut:

Page 27: PTK Interaktif

26

TABEL 4.6NILAI EVALUASI HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYAPTK SIKLUS II

KKM = 66NO

NAMA SISWARATA-RATA NILAI LULUS TIDAK

ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 42 √2 INTAN SUSENO 72 √ 3 PINLIAH 42 √4 SUNANTO 48 √5 CUWANDI 54 √6 FITRI KLODIA 46 √7 AHMAD MAULANA 36 √8 KRISDAYANTI 67 √ 9 ADE SURYANA 80 √

10 ANITA AGUSTIANI 42 √11 ENDRA MAULANA 90 √ 12 EKA MULYANA 72 √ 13 INDAH HANDAYANI 90 √ 14 MUHAMAD MARTA 73 √ 15 MUHAMMAD SAMSUDIN 78 √ 16 MUHAMAD NASIR 89 √

17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 84 √

18 NURJAMAN 69 √ 19 NURLELAH 65 √20 RUDI BAHTIAR 48 √21 RUDI SANTOSO 91 √ 22 RENDI JULIANTO 94 √ 23 SUMA 66 √ 24 SAIPUL ANWAR 74 √ 25 SANDITA 80 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 36 √27 YANA 76 √ 28 ABDUL ROHMAN 55 √29 SARJANA 84 √ 30 SRI MULYANI 94 √ 31 WANDI 74 √

JUMLAH NILAI 2111 RATA-RATA NILAI 68.10 MEDIAN 72 PROSENTASE LULUS 64.52 PROSENTASE TIDAK LULUS 35.48

Page 28: PTK Interaktif

27

b) Tahap Refleksi

Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan

rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan

bahwa penerapan metode interaksi sudah menghasilkan adanya

perubahan sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa

yang aktif negative mulai berkurang. Siswa mulai terkondisi

dan tampak antusias dalam melaksanakan pembelajaran secara

interaktif.

Data hasil evaluasi pun menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang cukup signifikan diperoleh siswa pada PTK siklus II

dibandingkan dengan nilai yang mereka peroleh pada

pelaksanaan PTK Siklus I.

TABEL 4.7PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA

NO KETERANGAN PTK SIKLUS I PTK SIKLUS II

JUMLAH NILAI 2024 2111 RATA-RATA NILAI 65,29 68,10 MEDIAN 69 72 PROSENTASE LULUS 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 41,94 35,48

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil

belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus II dibandingkan

dengan nilai pada pelaksanaan PTK siklus I. Terjadi

Page 29: PTK Interaktif

28

peningkatan yang cukup signifikan pada nilai median,

prosentase kelulusan. Meskipun peningkatan rata-rata nilai

siswa tidak terlalu tinggi, hal tersebut tetap mengindikasikan

bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada

pelaksanaan PTK siklus II.

C. Pembahasan Hasil Penelitian Secara Keseluruhan

Perbandingan pencapaian hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan

PTK dengan pencapaian setelah PTK siklus I dan siklus II secara ringkas

tersaji pada table berikut:

TABEL 4.8PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA

NO KETERANGAN SEBELUM PTKPTK SIKLUS

IPTK SIKLUS

II JUMLAH NILAI 1760 2024 2111 RATA-RATA NILAI 56,77 65,29 68,10 MEDIAN 60 69 72 PROSENTASE LULUS 29,03 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94 35,48

Dari table tersebut tampak adanya peningkatan secara berkala nilai

hasil belajar siswa.

Jumlah nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar 264

dari jumlah nilai sebelum PTK, yaitu dari 1.760 menjadi 2.024 dan pada

siklus II mengalami kenaikan sebesar 87 dari jumlah nilai PTK siklus I, yaitu

dari 2.024 menjadi 2.111. Peningkatan jumlah nilai pada siklus II tidak terlalu

Page 30: PTK Interaktif

29

signifikan, hal ini terjadi karena pada siklus I jumlah ilai siswa telah

mengalami peningkatan yang cukup tinggi.

Rata-rata nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar

8,52 dari rata-rata nilai sebelum PTK, yaitu dari 56,77 menjadi 65,29 dan

pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,81 dari rata-rata nilai PTK siklus

I, yaitu dari 65,29 menjadi 68,10. Peningkatan rata-rata nilai pada siklus II

lebih rendah dari pada peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus I, hal ini

tentunya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah nilai siswa.

Demikian pula pada pencapaian median dan prosentase kelulusan

siswa pada pelaksanaan PTK siklus I lebih besar dari pada peningkatan

median dan prosentase kelulusan pada pelaksanaan PTK siklus II.

Page 31: PTK Interaktif

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dengan

mengacu pada rumusan masalah yang dikemukakan pada bab I, peneliti

menyimpulkan:

1. Pengoptimalan penerapan metode interaktif mampu meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA. Adanya

peningkatan pemahaman terhadap materi IPA tercermin pada peningkatan

nilai hasil evaluasi belajar siswa, baik pada pelaksanaan PTK siklus I

maupun pada siklus II.

2. Antusiasme siswa dalam mengikoti proses pembelajaran IPA mengalami

peningkatan dengan diterapkannya metode interaktif pada proses

pembelajaran. Kesimpulan ini didasarkan dari data hasil observasi rekan

sejawat yang menjadi observer pada pelaksanaan pembelajaran, baikpada

siklus I maupun pada siklus II. Hal ini juga berkorelasi dengan

meningkatnya pencapaian hasil belajar siswa.

B. Saran

Page 32: PTK Interaktif

31

Mengacu pada kesimpulan di atas, maka metode interaktif dapat

dijadikan sebagai metode alternative untuk meningkatkan partisipasi aktif

siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Kepada rekan sejawat (guru) diharapkan mampu mengoptimalkan

pelaksanaan pembelajaran dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif

siswa melalui pembelajaran yang interaktif.

2. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kiranya Bapak Kepala Sekolah

dan Pengawas TK/SD perlu memberikan bimbingan secara berkala kepada

guru, terutama untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran. Perju juga

kiranya untuk mensosialisasikan keberhasilan penerapan metode interaktif

di SDN Cemarajaya II kepada rekan guru di wilayah Cibuaya, sebagai

perbandingan dan sharing pengetahuan dalam membimbing siswa.

3. Kepada peneliti berikutnya yang akan menerapkan metode yang sama,

diharapkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan sebagai

salah satu referensi dan perbandingan. Termasuk memberikan saran

konstrujtif dan mengoreksi kelemahan yang terdapat pada laporan PTK

ini, untuk kemajuan pendidikan di Cibuaya.

Page 33: PTK Interaktif

32

DAFTAR PUSTAKA

De Porter Bobbi. et.all. (2005). Quantum Learning, Bandung: PT Mizan Pustaka.

De Porter Bobbi. et.all. (2004). Quantum Teaching, Bandung: PT Mizan Pustaka.

Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Andira.

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rukmini, S. et.all. (1997). Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIP

Yogyakarta.

Ruskandi, K. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning, Tesis: Bandung tidak diterbitkan.

Sudrajat, A. (2008) Konsep PAKEM, (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem)

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.

Warnyoto, (2010). Konsep PAKEM, (Online), (http://war2nyahoo.blogspot.com/2010/02/konsep-pakem-1.html)

Wuryanto, A. (2009). Pakem. (Online), (http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem, http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem-2, http://salam02.wordpress.com/2009/02/22/pakem-3)

http://www.total.or.id/info.php?kk=interactive

Page 34: PTK Interaktif

33

Page 35: PTK Interaktif

34