115060813111008_AYU NUR FADILAH

41
1 PROPOSAL TUGAS AKHIR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI WILAYAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) Disusun Oleh : Ayu Nur Fadilah (115060813111008) Dosen Pengampu : Ir. Heru Nurwasito, M.Kom PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 1

description

Makalah

Transcript of 115060813111008_AYU NUR FADILAH

PROPOSAL TUGAS AKHIRSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI WILAYAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP )

Disusun Oleh :Ayu Nur Fadilah(115060813111008)Dosen Pengampu :Ir. Heru Nurwasito, M.Kom

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKAPROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG20141

1

v

KATA PENGANTARPuji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan untuk memenuhi tugas matakuliah Metedologi Pneleitian yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Untuk Penentuan Lokasi Pemukiman Transmigrasi Menggunakan Metode Analitic Hierarchy Process (AHP).penelitian membahas tentang permasalahan pemilihan penentuan lokais pemukiman transmigrasi yang biasa dialami oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Diharapkan dengan adanya software atau aplikasi yang dibuat dapat membantu instansi terkait untuk memperoleh informasi tentang penentuan lokasi pemukiman trasnmigrasi yang tepat untuk dipilih sesuai dengan kriteria yang diajukan. Sistem pengambilan keputusan yang diberikan diproses menggunakan metode AHP ( Anlytical Hierarchy Process ) dimana metode ini dapat memberikan solusi secara sistemastis terhadap persoalan tidak terstruktur. Sehingga data yang diproses dengan metode tersebut diharapkan menjadi solusi tepat sebagai dasar pemilihan.Tidak ada gading yang tak retak, begitupula juga dengan laporan yang kami susun. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga di kesempatan berikutnya kami dapat meyusun laporan yang lebih baik lagi.

Malang, 3 April 2014Penulis,

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiDAFTAR GAMBARiiiDAFTAR TABELivDAFTAR PERSAMAANvBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah31.3 Tujuan Penelitian31.4 Manfaat Penelitian41.5 Batasan Penelitian51.6 Sistematika Penulisan51.7 Jadwal Pelaksanaan PenelitianBAB II DASAR TEORI72.1 Sistem Pendukung Keputusan72.2 Analytical Hierarchy Process102.3 Transmigrasi152.4 Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi16BAB III METODOLOGI PENELITIAN173.1 Studi Literatur183.2 Analisa Kebutuhan183.3 Metode Pengambilan Data193.4 Perancangan Sistem193.5 Implementasi203.6 Pengujian dan Analisis213.7 Pengambilan Kesimpulan22

DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Diagram AHP12Gambar 2.2 Tahapan AHP14Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Sistem17Gambar 3.2 Diagram Alir Desain Sistem20Gambar 3.3 Blok Diagram Pengujian Sistem22

DAFTAR TABELTabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian5Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan13Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Penilaian pada Elemen yang Sama13

DAFTAR PERSAMAAN

7

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSalah satu masalah pokok di bidang kependudukan di Indonesia adalah penyebaran penduduk yang kurang seimbang diantara berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia berada di Jawa dan Bali yang merupakan sebagian kecil saja dari luas Indonesia. Usaha pembangunan di bidang transmigrasi merupakan salah satu usaha untuk mengatasi penyebaran penduduk yang kurang seimbang ini [1].Tujuan transmigrasi bersifat ganda dan pelaksanaan transmigrasi yang berhasil akan dapat memperluas usaha-usaha pembangunan umumnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat baik di daerah asal maupun di daerah penerima. Oleh karena itu daya guna, hasil guna dan sasaran pelaksanaan transmigrasi akan lebih ditingkatkan [1].Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang kependudukan adalah kurang seimbangnya penyebaran penduduk apabila dikaitkan dengan penyebaran potensi alam khususnya potensi lahan pertanian. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, sekitar 61,9% penduduk Indonesia berdiam di Jawa yang luasnya diperkirakan sekitar 7% dari luas daratan seluruh Indonesia. Kepadatan penduduk di Jawa diperkirakan sekitar 690 jiwa/km2. Untuk daerah-daerah luar Jawa kepadatan penduduk per kilometer persegi lebih rendah. Sumatera diperkirakan sekitar 59 jiwa/km2, Kalimantan sekitar 12 jiwa/km2, Sulawesi sekitar 55 jiwa/km2, Maluku sekitar 19 jiwa/km2 dan Irian Jaya sekitar 3 jiwa/km2. Sisi lain dari kepadatan penduduk yang tinggi ialah sempitnya lahan pertanian. Jumlah rumah tangga yang masing-masing mengusahakan lahan pertanian kurang dari 0,5 ha, di Jawa tercatat se-kitar 11 juta rumah tangga petani. Dari jumlah tersebut ham- pir sekitar 6 juta rumah tangga petani mengusahakan lahan pertanian lebih kecil dari 0,25 ha. Keadaan tersebut menim-bulkan berbagai masalah antara lain kelestarian alam dan lingkungan hidup, kelayakan pemukiman, produktivitas, keamanan dan masalah urbanisasi [1].Sebelum suatu lokasi dibuka untuk pemukiman transmigrasi, maka terlebih dulu diperlukan suatu studi atau penelitian yang dimaksudkan untuk menentukan dan memilih lokasi yang cocok bagi pemukiman transmigrasi. Seringnya terjadi kekurang hati-hatian dalam penentuan lokasi sehingga lokasi yang ditentukan tidak atau kurang memenuhi persyaratan antara lain kebanjiran dan tergenang air, tanah mengandung pasir kwarsa, topografinya terlalu miring dan gambut tebal. Daerah yang diprioritaskan bagi pembangunan pemukiman transmigrasi adalah adalah daerah yang masih memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan, terutama untuk pengembangan usaha pertanian.Penentuan lokasi transmigrasi juga harus memperitmbangkan jarak lokasi transmigrasi dengan tempat tinggal transmigran, karena lokasi transmigrasi yang terlalu jauh dari tempat tinggal transmigran sehingga sukar dicapai oleh tranmigran akan memperlambat proses transmigrasi [2].Dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti akan merancang dan membangun sebuah sistem pendukung keputusan untuk menentukan lokasi permukiman transmigrasi yang sesuai dengan kriteria, standar, serta kebutuhan seperti yang telah dijelaskan dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 231 tahun 2002. Sistem pendukung keputusan penentuan lokasi pemukiman transmigrasi ini bertujuan untuk memudahkan instansi terkait dengan memberikan rekomendasi lokasi-lokasi transmigrasi yang memenuhi standar kebutuhan transmigran.Sistem pendukung keputusan ini dibangun dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Metode ini digunakan sistem untuk melakukan analisa perbandingan kriteria pemilihan lokasi transmigrasi yang tepat. Kriteria-kriteria tersebut akan diolah dalam skala angka kemudian akan dihasilkan sebuah rekomedasi lokasi pemabngunan pemukiman bagi transmigran. Perbandingan kriteria pemilihan lokasi wilayah transmigrasi sangat diperhatikan dalam metode ini untuk menganalisa seberapa besar tingkat prioritas kriteria tersebut dan pengaruhnya terhadap pemilihan lokasi pemukiman transmigrasi.Sistem pendukung keputusan penentuan lokasi pemukiman transmigrasi ini mampu memberikan rekomendasi wilayah lokasi trasnmigrasi yang tepat yang diserasikan dengan struktur pengembangan wilayah transmigrasi serta disesuaikan dengan potensi serta daya dukung lingkungan yang bersangkutan menggunakan metode analytical hierarchy process. Sehingga, instansi dapat memutuskan lokasi transmigrasi yang tepat sebagai langkah awal mensukseskan kegiatan transmigrasi sebagai upaya pemerataan penduduk dibandingkan dengan melakukan penentuan lokasi pemukiman transmigrasi secara manual.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :1. Bagaimanakah sistem pendukung keputusan dapat memberikan solusi bagi penentuan lokasi pemukiman transmigrasi ?2. Bagaimanakah peranan metode Analytical Hierarchy Process mampu menjawab kebutuhan sistem untuk memberikan alternative solusi untuk menentukan lokasi pemukiman transmigrasi1.3 Tujuan PenelitianMerancang dan membangun sebuah sistem pendukung keputusan untuk menentukan lokasi pemukiman transmigrasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process sebagai solusi dalam upaya pemerataan penduduk.1.4 Manfaat PenelitianManfaat yag diperoleh dari hasil penelitian ini diantaranya :1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana atau sumber informasi mengenai kegiatan trasnmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah.2. Bagi dinas tenaga kerja dan trasnmigrasi, hasil peelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu tool untuk membantu meningkatkan kinerja serta sarana untuk memaksimalkan upaya pemerataan penduduk melalui kegiatan transmigrasi yang diawali dengan pemilihan lokasi pemukiman bagi transmigran dengan tepat.3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang penerapan metode Analytical Hierarchy Process dalam penentuan lokasi pemukiman transmigrasi, serta digunakan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir.1.5 Batasan PenelitianMengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan, maka sistem diberi batasan sebagai berikut :1. Keluaran dari sistem pendukung keputusan pemilihan lokasi pemukiman transmigrasi ini berupa rekomendasi sejumlah wilayah yang berpotensi dan layak untuk diajadikan lokasi pemukiman bagi para transmigran.2. Sistem ini digunakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau orang yang berwenang melakukan pengambilan keputusan penentuan lokasi pemukiman transmigrasi.3. Sistem pendukung keputusan ini dibuat berbasis desktop.4. Visual C# digunakan sebagai platform pengembangan, dan Microsoft Visual Studio 2010 sebagai lingkungan pengembangan dan Microsoft Access sebagai DBMS nya.1.6 Sistematika PembahasanGambaran secara gari besar pembahasan dari keseluruhan isi laporan penelitian untuk setiap bab adalah sebagai berikut :BAB I PENDAHULUANDalam bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, permasalahan yang dihadapi, tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan, manfaat, serta sistematika pelaporan.BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORIBab ini berisi tentang teori-teori yang diambil dari sumber pustaka dan referensi yang terkait dengan teori-teori pembuatan aplikasi Penerapan Fuzzy Mamdani untuk Penerimaan Mahasiswa SPKPD Universitas Brawijaya.BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGANPada bab ini akan diuraikan tentang metode dan langkah kerja yang dilakukan dalam penulisan laporan penelitian yang terdiri dari studi literatur, perancangan sistem perangkat lunak, implementasi sistem perangkat lunak, pengujian dan anslisis, serta penulisan laporan.BAB IV PERANCANGANPada bab ini akan dibahas tentang analisis kebutuhan dan perancangan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Mahasiswa SPKPD Universitas Brawijaya.BAB V IMPLEMENTASIPada bab ini akan dibahas mengenai implementasi dari perangkat lunak sesuai dengan perancangan sistem yang telah dibangun.BAB VI PENGUJIAN DAN ANALISISPada bab ini membahas tentang proses dan hasil dari pengujian terhadap sistem yang telah dibangun dan memastikan bahwa program telah sesuai dengan perancangan disertai dengan analisis hasil pengujian.BAB VII PENUTUPPada bab terakhir ini sebagai penutup dimana pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan yang ditulis berdasarkan atas pengujian serta analisis yang telah dilakukan. Sedangkan saran berisi tentang rekomendasi dari penulis agar dapat dikembangkan.1.7 Jadwal Pelaksanaan PenelitianTabel Jadwal kegiatan penelitian ini sebagai berikut :Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan PenelitianNo.KegiatanBulan dan Minggu ke :

Bulan IBulan IIBulan IIIBulan IVBulan V

12341234123412341234

1.Studi Literatur

2.Analisis Kebutuhan Sistem

3.PerancanganSistem

4.ImplementasiSistem

5.Analisis dan Pengujian

6.Penulisan Laporan Penelitian

Sumber : Perancangan

5

BAB IIDASAR TEORI Dasar teori yang menunjang dalam laporan penelitian pembuatan sistem pendukung keputusan penetuan jumlah biaya hidup bagi transmigran ini meliputi sistem pendukung keputusan, Metode AHP, transmigran dan transmigrasi.2.1 Sistem Pendukung KeputusanSistem pendukung keputusan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970 oleh Michael S.Scott dengan istilah management decision system yang merupakan suatu sistem berbasis komputer yang membantu pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data dan model-model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang semi terstruktur ( Turban, 2005).Menurut Surbakti (2002), sistem pendukung keputusan mendayagunakan resources individu-individu secara itnelek dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. Jadi, ini merupakan sistem pendukung yang berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang berhubungan dengan masalah-masalah semi terstruktur.Tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan pengolahan-pengolahan informasi yang diperoleh atau tersedia dengan menggunakan model pengambil keputusan. Ciri utama sekaligus keunggulan dari sistem pendukung keputusan tersebut adalah kemmapuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur ( Surbakti, 2002 ).Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan adalah :1. Kegiatan Inteligen, kegiatan ini merupakan kegiatan mengamati lingkunga untuk mengetahui kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki. Kegiatan ini merupakan tahapan dalam perkembangan cara berfikir. Untuk melakukan kegiatan inteligen ini diperlukan sebuah sistem informasi dimana informasi yang diperlukan ini didapatkan dari kondisi internal maupun ekternal, sehingga seorang manager dapat mengambil sebuah keputusan dengan tepat.2. Kegiatan Merancang, kegiatan merancang merupakan sebuah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan, dan menganalisa berbagai alternatif tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Tahap perancangan ini meliputi pengembangan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan alternatif. 3. Kegiatan memilih dan menelaah, merupakan kegiatan yang digunkan untuk memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia dan melakukan penilaian terhadap tindakan yang telah dipilih.Jenis-Jenis sistem pendukung keputusan menurut tingkat kerumitan dan tingkat dukungan pemecahan misalnya adalah sebagai berikut : Mengambil elemen-elemen informasi Menganalisa seluruh file Menyiapkan laporan dari berbagai file Memperkirakan akibat dari keputusan Mengusulkan keputusan Membuat keputusanKarakteristik Sistem pendukung keputusan : Dukungan kepada pengambil keputusan untuk semua level manajerial Dukungan untuk semua individu dan kelompok Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan : intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi Dukungan di berbagai proses dna gaya pengambilan keputusan sepanjang waktu Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan ( kaurasi, timeline, kualitas ) daripada efisiensinya ( biaya pengambilan keputusan ) Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana Manfaat yang dapat diambil dari adanya sistem pendukung keputusan adalah : Memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data atau informasi bagi pemakainya. Membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat, serta hasilnya dapat diandalkan.Keterbatasan Sistem Pendukung Keputusan Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimiliki. Proses-proses yang dapat dilakukan sistem pendukung keputusan juga biasanya tergantung pada perangkat lunak yang digunakan. Sistem Pendukung Keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi yang dimiliki manusia. Sistem ini dirancang hanyalah untuk membantu mengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya.Aplikasi sistem pendukung keputusan terdiri dari beberapa subsistem yaitu [5 :5]1. Subsistem manajemen data, subsistem manajemen data memasukkan suatu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan kondisi. Dikelola oleh perangkat lunak yang disebut Database Management System. Subsistem manajemen data bisa diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan, suatu repository untuk data perusahaan yang relevan dengan pengambilan keputusan. Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini : Sistem Pendukung keputusan database Sistem Manajemen database Direktori Data Query Facility2. Subsistem manajemen model, subsistem manajemen model dari sistem pendukung keputusan terdiri dari elemen-elemen berikut ini : Basis model Sistem manajemen basis model3. Subsistem anatarmuka Pengguna, istilah antarmuka pengguna mencakup semua aspek komunikasi antar pengguna dan sistem. Cakupannya tidak hanya perangkat keras dan perangkat lunak, tapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan kemudahan penggunaan kemampuan untuk dapat diakses dan interaksi manusia- mesin.4. Susbsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan ( Knowledge Base ) [5 :6 ]Susbsistem ini mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen independen yang memberikan intelegensi untuk memperbesar pengetahuan si pengambil keputusan. Subsistem ini dapat diinterkoneksikan dengan repository pengetahuan perusahaan organisasional. 2.2 Analytical Hierarchy ProsesAnalytical Hierarchy Process ( AHP ) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an dna telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini. Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rassional dalam menstrukturkan permaslahan pengambilan keputusan. AHP merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan masalah multi criteria decision making ( MCDM ).Menurut Suhermin Ari Pujiati dan ALfira Mulya Astuti dalam thesisnya mengatakan bahwa AHP yang diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty di awal tahun 1970-an. Pada saat itu, AHP dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan pada beberapa perusahaan dan pemerintahan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap dari tingkat terendah hingga puncak. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP, ada permasalahan / goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing-masing alternatif dalam suatu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vektor matriks yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria. Masing-masing kriteria pun memiliki bobot tertentu ( didapat dengan cara yang sama ). Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga naik ke puncak level. Peralatan AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dnegan menggunakan suatu matriks.Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya adalah :1. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.2. Memeperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbnadingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.Proses utama Analytical Hierarchy Proses ( AHP ) adalah sebagai berikut :1. Menyusun struktur hirarki 2. Perbandingan tingkat kepentingan antar-faktor3. Menetapkan bobot relatif dan vektor prioritas untuk setiap factor4. Uji konsistensi terhadap penilaian factor5. tingkat kepentingan semua alternatif terhadap tiap factor6. Menetapkan bobot relatif dan bobot prioritas alternatif terhadap setiap factor7. Uji konsistensi terhadap penilaian alternative8. Menetapkan keseluruhan peringkat ( prioritas global )Zimmemann ( Kusuma Dewi dkk, 2006 : 69 ) mengemukakan bahwa MCMM adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan berbagai kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan - aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.Mengapa AHP ? AHP menguraikan masalah-masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty ( 1993 ), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Gambaran umum dari proses AHP dapat dilihat pada bagan berikut :

GoalCriterion 1Alternative1Criterion 2Criterion 3Criterion 4Alternative2Alternative3Alternative1Alternative2Alternative3Alternative1Alternative2Alternative3Alternative1Alternative2Alternative3Gambar 2.1 Diagram AHPSumber [6:2]Untuk menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria, dimana untuk melakukan proses perhitungan AHP perlu memahami konsep sebagai berikut :1. Penentuan komponen keputusan ( tujuan / sasaran, kriteria, dan alternatif )2. Penyusunan hirarki dari komponen keputusan3. Penilaian alternatif dna kriteria4. Pemeriksaan konsistensi penilaian5. Penentuan prioritas kriteria dan alternatifKriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Berikut ini merupakan tabel skala penilaian perbandingan berpasangan.Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan BerpasanganIntensitas KepentinganKeterangan

1Kedua elemen sama pentingnya

3Elemen yang sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada lainnya

9Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2, 4, 6, 8Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan - pertimbangan yang berdekatan

Perbandingan dilakukan dengan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misalnya A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang diabndingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini :Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Penilaian pada Elemen yang SamaA1A2A3

A11

A21

A31

Untuk mendapatkan keputusan yang rasional dengan menggunakan metode AHP, perlu dilakukan beberapa tahapan seperti pada gambar di bawah ini :

Menetapkan MasalahModel Hierarki KeputusanMatriks Perbandingan Berpasangan Dengan rata-rata geometri tiap level hierarkiPenghitungan normalisasi matriksPenghitungan bobot relatif tiap fakorPenghitungan Eigen VektorPenghitungan Lamda MaksimumCR