113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

7
Laporan PBL Sistem Kedokteran Tropis OLEH : Kelompok 5B Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar 2011

Transcript of 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Page 1: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Laporan PBL

Sistem Kedokteran Tropis

OLEH :

Kelompok 5B

Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia Makassar

2011

Page 2: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Anggota :

AGUSTINUS (1102070145) IBNU RIZAL (1102070130)

A. AYU HAFSARI (1102070144) FENNY NUR AFNY (1102070143)

RABIATUL ADAWIAH (1102070132) NURFADHILLAH KHALID (1102090058)

JUWITA ALI (1102090057) NARISA YAHYA (1102090060) IKA FEBRIANTI (1102090061)

AYU FITRIANA DEWI (1102090059) DAMAYANTI RACHMAN (1102090109)

A.NURJANNAH KADDIRAJA (1102090110)

Page 3: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

LAPORAN PBL SISTEM KEDOKTERAN TROPIS

MODUL 1 SKENARIO 1

LESU

SKENARIO B

Seorang anak perempuan berusia 7 tahun, diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan anak

tampak lesu. Si anak malas makan dan BB kurang dari normal tetapi perut tampak agak buncit.

Pada pemeriksaan fisis kuku terlihat panjang dan hitam, bising usus sangat ramai dan nyaring,

pemeriksaan laboratorium feces didapatkan telur yang dibuahi. Menurut ibunya si anak suka

main tanah dan mempunyai kebiasaan menggigit kukunya

KATA KUNCI

anak perempuan berusia 7 tahun

keluhan anak tampak lesu

anak malas makan dan BB kurang dari normal tetapi perut tampak agak buncit

pemfisis kuku terlihat panjang dan hitam, bising usus sangat ramai dan nyaring

pemeriksaan lab. feces didapatkan telur yang dibuahi

anak suka main tanah dan mempunyai kebiasaan menggigit kukunya

PERTANYAAN-PERTANYAA

1. Definisi lesu?

2. Penyebab lesu?

Ada beberapa penyebab letih-lesu-lelah yang paling sering ditemukan:

• Anemia Anemia atau kurang darah adalah kondisi disaat tubuh memiliki jumlah sel darah merah berada

di bawah batas normal. Anemia paling sering ditemukan pada wanita yang sedang menstruasi,

hamil ataupun pada orang yang mengalami pendarahan. Sedangkan pada anak-anak, anemia

sering muncul akibat kekurangan zat besi pada masa pertumbuhan.

• Infeksi atau serangan virus Beberapa infeksi dan virus, seperti serangan flu dapat menimbulkan letih-lesu-lelah.

• Depresi Keadaan tertekan, stres, dan depresi sangat memicu letih-lesu-lelah.

• Kanker Hampir semua jenis kanker pada stadium tertentu menyebabkan letih-lesu-lelah. Karenanya,

sangatlah penting untuk memeriksakan diri ke dokter bila letih-lesu-lelah berlangsung lebih dari

enam bulan.

• Metabolisme Rendah Metabolisme rendah adalah keterbatasan tubuh dalam mengubah nutrisi menjadi energi. Dalam

keadaan ini, tubuh membutuhkan waktu yang lama untuk proses metabolisme.

Page 4: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

• Diabetes Diabetes juga menjadi salah satu penyakit yang dapat menyebabkan letih-lesu-lelah.

• Gejala penyakit kronis Gejala penyakit kronis menimbulkan letih-lesu-lelah. Orang dengan penyakit kronis biasanya

merasakan letih-lesu-lelah meskipun waktu tidur mereka cukup dan tidak melakukan banyak

kegiatan.

Apa Yang Harus Dilakukan bila Letih-Lesu-Lelah Terus Berlanjut?

Pastikan dahulu penyebab letih-lesu-lelah. Jika hal tersebut tidak hilang dalam jangka waktu 3-4

minggu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau melakukan check-up. Pemeriksaan

sangat diperlukan khususnya bila Anda menderita beberapa gejala berikut ini: berkeringat di

malam hari, perubahan berat badan, kesulitan bernapas, terdapat darah pada tinja atau urine, dan

rasa haus terus menerus.

8. DD

1. ASKARIASIS

Etiologi dan Habitat:

Etiologi Ascaris lumbricoides (Linneus, 1758). Habitat A. lumbricoides pada usus halus

manusia merupakan tuan rumah definitive dan tidak membutuhkan tuan rumah perantara.

Morfologi dan Siklus hidup : Cacing dewasa merupakan nematode usus terbesar, berwarna putih kekuning-kuningan

sampai merah muda, sedangkan pada cacing mati berwarna putih. Badan bulat memanjang,

kedua ujung lancip, bagian anterior lebih tumpul dari bagian posterior. Pada bagian anterior

terdapat mulut dengan tiga lipatan bibir (1 bibir di dorsal dan 2 di ventral), pada bibir, tepi lateral

terdapat sepasang papil peraba.

Cacing jantan , memiliki ukuran panjang 15-30 cm x lebar 3-5 mm, bagian posterior

melengkung ke depan, terdapat kloaka dengan dua spikula yang dapat di tarik. Cacing betina,

berukuran panjang 22-35 cm x lebar 3-6 mm, vulva membuka ke depan pada 2/3 bagian

posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cincin kopulasi. Seekor cacing betina

menghasilkan telur 200.000 butir sehari, dapat berlangsung selama hidupnya, kira-kira 6-12

bulan.

Pada pemeriksaan tinja, penderita dapat ditemukan telur cacing. Ada 3 bentuk telur yang

dapat ditemukan, yaitu (1) telur yang dibuahi, berukuran 60 x 45 m, bulat atau oval dengan

dinding telur yang kuat, terdiri atas 3 lapis, yaitu lapisan luar terdiri atas lapisan albuminoid

dengan permukaan tidak rata, bergerigi berwarna kecoklat-coklatan karena pigmen empedu,

lapisan tengah merupakan lapisan kitin, terdiri atas polisakarida dan lapisan dalam, membrane

vitellin yang terdiri atas sterol yang liat sehingga telur dapat tahan sampai satu tahun dan

terapung di dalam larutan yang mengalami garam jenuh (pekat). (2) Telur yang mengalami

dekortikasi adalah telur yang dibuahi, akan tetapi kehilangan lapisan albuminoidnya. Telur yang

mengalami dekortikasi ini juga terapung di dalam larutan garam jenuh (pekat). (3) Telur yang

tidak dibuahi, mungkin dihasilkan oleh betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan

oleh betina yang subur. Telur ini berukuran 90 x 40 m, berdinding tipis, akan tenggelam dalam

larut garam jenuh.

Page 5: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Ukuran telur tergantung kesuburan (makanan) dalam usus hospes. Telur keluar bersama

tinja dalam keadaan belum membelah. Untuk menjadi infektif diperlukan pematangan di tanah

yang lembab dan teduh selama 20-24 hari dengan suhu optimum 30 derajat C. Telur infektif

berembrio, bersama makanan akan tertelan, sampai di lambung, telur menetas dan keluar larva

(Neva, 1994) yang disebut larva rhabditiform, berukuran 200-300 m x 14 m. Cairan lambung

akan mengaktifkan larva, bergerak menuju usus halus, kemudian menembus mukosa usus untuk

masuk ke kapiler darah.

Larva terbawa aliran darah kehati, jantung kanan, dan akhirnya ke paru-paru. Untuk

sampai ke paru-paru dibutuhkan waktu 1-7 hari setelah infeksi. Selanjutnya larva keluar dari

kapiler darah masuk ke dalam alveolus, terus ke broncheolus, bronchus, trachea sampai ke laring

yang kemudian akan tertelan masuk ke esophagus, ke lambung dan masuk kembali ke usus halus

untuk kemudian menjadi dewasa. Keluarnya larva dari kapiler alveolus untuk masuk ke dalam

alveolus, menurut Neva 1994, disebabkan karena diameter kapiler sekitar 0,01 mm, sedangkan

larva berdiameter 0,02 mm. Selama di dalam paru-paru larva mengalami penyilihan kulit kedua

dan ketiga.

Waktu yang diperlukan untuk larva bermigrasi, mulai larva menembus mukosa usus, ke

paru-paru dan berakhir di lumen usus , 10-15 hari, sedangkan waktu yang dibutuhkan mulai

berada di dalam usus yang kedua kalinya sampai jadi cacing dewasa yang dapat menghasilkan

telur, 6-10 minggu.

Penyebaran : Kosmopolit terutama di daerah tropic dengan uadara yang lembab dengan sangat erat

hubungannya dengan keadaan hygiene dan sanitasi.

Cacing ini terutama menyerang anak-anak usia 5 -9 tahun, laki-laki dan perempuan

memiliki kemungkinan terinfeksi yang sama.

Gambaran klinis :

Gejala kilinik tergantung dari beberapa hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan umum

penderita, daya tahan dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing. Pada infeksi biasa,

penderita mengandung 10-20 ekor cacing, sering tidak ada gejala yang yang dirasakan oleh

hospes, baru diketahui setelah pemeriksaan tinja rutin atau karena cacing dewasa keluar bersama

tinja

Gejala klinik pada ascariasis, dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa maupun pada

stadium larva. Cacing dewasa tinggal di mukosa usus halus, dapat menimbulkan iritasi sehingga

tidak enak di perut berupa mual, serta sakit perut yang tidak jelas, kadang-kadang cacing dewasa

terbawa kearah mulut karena kontraksi usus (regurgitasi) dan di muntahkan, keluar melalui

mulut atau hidung, kadang-kadang masuk ke tuba eustachii ataupun terisap masuk di bronkus.

Dinding usus dapat ditembus oleh cacing dewasa, menimbulkan peritonitis,jika dibiarkan

cacing akan keluar dari dinding perut. Pada anak-anak biasanya melalui umbilicus sedangkan

pada orang dewasa melalui inguinal. Migrasi cacing dewasa ini disebut erratic migration yang

disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya karena demam oleh penyakit lain ataupun karena

berbagai obat tertentu yang merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup cacing tersebut.

Page 6: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Cacing dalam jumlah yang banyak dan berkelompok, akan dapat menyumbat lumen usus,

mula-mula penyumbatan partial kemudian penyumbatan total. Cacing dewasa yang sudah hidup

ataupun mati dapat menghasilkan zat-zat yang bias merupakan racun bagi tubuh hospes. Pada

orang yang rentan zat ini akan menimbulkan menifestasi klisis berupa udem muka urtikaria,

insomnia, menurunnya nafsu makan, penurunan berat badan.

Stadium larva, dalam perjalanannya ketika bermigrasi ke paru-paru, dapat menimbulkan

peningkatan sel eosinofil, bagi yang sensitive menimbulkan manifestasi alergi berupa urtikaria ,

infiltrasi pada paru-paru dan serangan asma serta sembab pada bibir.

Sindroma Loffler dan tropical eosinofilia sering kali disebabkan oleh larva A.

Lumbricodes yang bermigrasi. Sinroma Loffler merupakan kumpulan tiga gejala yaitu

pneumonia dengan gejala batuk, eosinofilia meninggi dengan gambaran rontgen paru-paru

memperlihatkan bercak-bercak putih yang bersifat sementara.

Setiap 20 cacing dewasa, perhari akan merampas 2,8 gram karbohidrat, dan 0,7 gram

protein sehingga terutama pada anak-anak akan menimbulkan perut buncit, pucat, lesu, rambut

jarang berwarna merah dan badan kurus, apalagi jika anak sebelunya sudah mengalami under

nutrisi. Gambaran ini disebabkan oleh defisiensi gizi yang juga disebabkan oleh keadaan anemi.

Infeksi cacing gelang di usus besar gejalanya tidak jelas. Pada infeksi masif

dapat terjadi gangguan saluran cerna yang serius antara lain obstruksi total

saluran cerna. Cacing gelang dapat bermigrasi ke organ tubuh lainnya misalnya

saluran empedu dan menyumbat lumen sehingga berakibat fatal.

Telur cacing menetas di usus menjadi larva yang kemudian menembus dinding

usus, masuk ke aliran darah lalu ke paru dan menimbulkan gejala seperti batuk,

bersin, demam, eosinofilia, dan pneumonitis askaris. Larva menjadi cacing

dewasa di usus dalam waktu 2 bulan. Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi

malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Sering kali infeksi ini baru diketahui

setelah cacing keluar spontan bersama tinja atau dimuntahkan.

Bila cacing dalam jumlah besar menggumpal dalam usus dapat terjadi obstruksi

usus (ileus), yang merupakan kedaruratan dan penderita perlu dirujuk ke rumah

sakit.

Diagnosis :

Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada

pemeriksaan tinja.

No. Beratnya Ascariasis Jumlah telur per gram tinja Jumlah cacing betina

1. Ringan Kurang dari 7.000 5 atau kurang

2. Sedang 7.000-35.000 6-25

3. Berat Lebih dari 35.000 Lebih 25

* Hubungan tingkat infeksi ascariasis dengan jumlah telur per gram tinja dan jumlah cacing

betina

Page 7: 113170053-Laporan-Pbl-5b-Tropis.pdf

Penatalaksanaan:

- Piperazin merupakan obat pilihan utama dengan dosis:

Berat badan 0-15 kg : 1 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.

Berat badan 15-25 kg : 2 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.

Berat badan 25-50 kg : 3 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.

Berat badan diatas 50 kg : 3,5 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.

Efek samping penggunaan obat ini pusing, rasa melayang dan gangguan penglihatan.

- Pirantel pamoat, obat ini cukup efektif diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB dosis tunggal,

maksimum 1 g. Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit dan demam.

- Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama

tiga hari berturut-turut

- Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan

selama hamil.

Pencegahan : 1. Pengobatan masal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah yang rawan

askariasis.

2. Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene

pribadi seperti:

- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

- Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci

terlebih dahulu dengan menggunakan sabun.ua

- Sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai lalapan, harus dicuci

bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat

hidup dalam tanah selama bertahun-tahun.

- Buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun.

Bila pasien menderita beberapa spesies cacing, askariasis harus diterapi lebih

dahulu dengan pirantel pamoat.