111004081-Urinalisis

17

Click here to load reader

Transcript of 111004081-Urinalisis

Page 1: 111004081-Urinalisis

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

URINALISIS

Kelas : VI B

Kelmpok : 4

Gelombang : 1

Anggota : Anatyara Safitri

Ikha Nur Astuti

Ira Juhairiah

Juni Trianto

Novi Adelita

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2012

Page 2: 111004081-Urinalisis

BAB I

PENDAHULUAN

Judul Praktikum : Urinalisis

Tanggal : 6 Maret 2012

Tujuan

1. Mendeteksi gangguan endokrin dan kelainan meta bolisme

2. Mendeteksi kelainan organ:

a. Kelainan hati (hepatitis) : Bilirubinuria & urobilinogenuria meningkat

b. Saluran empedu : urobilinogenuria menurun

c. Pankreas : Glukosuria

d. Hemolisis intravascular : Hemoglobinuria meningkat

e. Hemolisis ekstravascular : Eksresi urobilinogenuria meningkat

Page 3: 111004081-Urinalisis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin

sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter

menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam

terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan

interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting

bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan

yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih

atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin

dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber

nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan

kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang

penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang

sehat.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari

dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan

dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,

sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran

kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan

berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin

dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan

urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning

pekat atau cokelat.

Page 4: 111004081-Urinalisis

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis

infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,

memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi

(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

A. Spesimen

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,

perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu

temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem

urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar

membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu

membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan

tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi

untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.

Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus

untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam

mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk

mengalami pemekatan.

Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari

langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung

antiseptik.

Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan

terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus

dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan

pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan

dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan

pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi

bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan

menguap.

Page 5: 111004081-Urinalisis

B. Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin

Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin

rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan

protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah

pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,

urobilinogen, darah samar dan nitrit.

a. Pemeriksaan Makroskopik

Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan

kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan

berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan

konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau

sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam

urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular

berlebihan atau protein dalam urin.

1. Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis

kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.

Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa.

Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut

poliuri.

Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang

berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula

disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,

pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini

dikatakan oliguri.

Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis

menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml.

Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam

keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan

tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Page 6: 111004081-Urinalisis

2. Warna urin

Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan

adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit

dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat

mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan

berwarna jernih.

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :

• Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.

• Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.

• Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.

• Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

• Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.

• Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

• Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

• Seprti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein yang membeku.

3. Bau urin

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang

abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang

berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,

bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh

bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau

busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya

pada karsinoma saluran kemih.

Page 7: 111004081-Urinalisis

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.

Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat

ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang

dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai

lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu

dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-

rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang

kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan

+++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik

dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,

eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik

tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

1. pH urin

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh

tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi

sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-

basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi

sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat

basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa

menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-

obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH

urine.

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan

berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap

albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan

mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine

dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.

Page 8: 111004081-Urinalisis

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :

• pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus

atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi,

asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

• pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik

(kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu

pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

2. Pemeriksaan glukosa

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain

itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan

cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor

selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-

obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan

dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,

sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa,

fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip

palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton

melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk

mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,

phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal

yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

3. Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik celup, dan

urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup, namun pemeriksaan berat

jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang

pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.

Page 9: 111004081-Urinalisis

BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 – 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada

orang normal 1,003 – 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan

protein negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari

1,030 kemungkinan glukosuria.

Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan

dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat sedikit

Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.

4. Pemeriksaan protein urin

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh

tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10

mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis.

Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan

protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas

juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin

merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit

glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan

berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit

tubulointerstitiel.

Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif

terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan

mukoprotein.

Protein Bence Jones merupakan protein globulin monoclonal yang dapat ditemui di dalam

darah dan urin yang berukuran kecil dengan berat molekul antara 22 hingga 24 kDa (kilo

Dalton). Pada keadaan normal, protein Bence Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika

protein Bence Jones ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi bahwa

orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga dengan nama Plasma Cell

Gambar refraktometer

Page 10: 111004081-Urinalisis

Myeloma atau Kahler’s disease. Multiple myeloma merupakan bentuk kanker dari sel-sel

plasma dimana sel-sel yang abnormal akan terakumulasi di tulang sehingga menyebabkan

terjadinya lesi atau luka pada tulang.

Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada

urin digunakan sebagai penegakan diagnosis awal atas

seseorang yang menderita kegagalan ginjal sebagai

manifestasi dari penyakit Multiple Myeloma atau

Kahler’s disease. Ukurannya yang kecil membuat

protein Bence Jones dapat lolos dari proses

penyaringan (filtrasi) yang terjadi di ginjal. Keadaan ditemukannya protein di dalam urin

disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya gejala-gejala yang

mengarah pada keadaan multiple myeloma merupakan dasar dilakukannya pengujian (tes

kuantitatif) protein Bence Jones.

Urine immunofixation adalah metode pengujian terbaik untuk mendeteksi protein

Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi melalui proses pengendapan yang terjadi sebagai

akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara Antigen (dalam hal ini adalah protein Bence Jones)

dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang atau mikroskop.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

Page 11: 111004081-Urinalisis

Alat dan Bahan

1. Urin

2. Asam sulfo salisilat 20 %

3. Larutan Benedict

4. Tabung reaksi

5. Glas ukur

6. Carik celup

7. pH indikator

8. Pipet tetes

9. Piknometer

Prosedur Kerja

1. Pemeriksaan warna urin

Isilah tabung reaksi dengan urin dan perhatikan warna urin pada sikap miring.

2. Pemeriksaan kejernihan urin

Isilah tabung reaksi dengan urin dan perhatikan kejernihan urin pada sikap miring

kearah cahaya. Kejernihan dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh dan sangat

keruh.

3. Pemeriksaan bau urin

Siapkan urin dalam wadah, kemudian cium bau urin.

4. Pemeriksaan pH urin

Siapkan urin dalam wadah kemudian kemudian celupkan pH indikator dan amati berapa

pH urin tersebut.

5. Pemeriksaan berat jenis urin

a. Piknometer

• Timbang pikno kosong dan catat beratnya.

• Kemudian timbang pikno yang berisi air dan catat beratnya.

Page 12: 111004081-Urinalisis

• Timbang pikno yang berisi urin dan catat berapa beratnya. Setelah di peroleh

beratnya masing-masing, hitung berapa BJ urin.

b. Urinometer

• Tuang urin kedalam glas ukur 100 ml

• Masukan urinometer ke dalam gelas ukur tersebut

• Baca sekala pada urinometer

6. Uji protein

• Isilah 2 tabung reaksi dengan urin masing-masing sebanyak 2 ml

• Ambil satu tabung yang berisi urin kemudian tambahkan asam sulfosalicyl 20 %

sebanyak 8 tetes

• Bandingkan urin yang telah di tambahkan asam sulfosalicyl 20 % dengan urin

yang tidak di tambahkan asam sulfosalicyl 20 %

7. Uji glukosa

• Siapkan larutan benedict sebanyak 2 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi

• Ambil satu tabung yang berisi benedict kemudian tambahkan 4 tetes urin

• Bandingkan benedict yang di tambahkan urin dengan benedict yang tidak di

tambahkan urin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 13: 111004081-Urinalisis

Tanggal praktek : 6 Maret 2012

Sampel urin : 100 ml urin sewaktu

A. Hasil Praktikum Makroskopis Urin

No Nama Mahasiswa Uji Warna Kejernihan Bau Urin

1 Fida Amalia Kuning Jernih Tidak berbau

2 M. Adrian Kuning tua Jernih Tidak berbau

3 Ari Permana Kuning tua Jernih Tidak berbau

4 Juni Trianto Kuning muda Jernih Tidak berbau

5 Fadila Kuning tua Jernih Tidak berbau

B. Hasil Praktikum Kimia Urin

No Mahasiswa

BJ UrinUji

Benedict

Tes Carik Celup Uji Protein

(As Sulfo salisilat 20%)

Urinometer

Piknometer

Glukosa

Protein pH

1 Fida Amalia 1,004 1,0131 - - - 6 -

2 M. Adrian 1,044 1,0288 - - 15 6 -

3 Ari Permana 1,020 1,0163 - - - 6 -

4 Juni Trianto 1,008 1,0121 - - - 6 -

5 Fadila 1,004 1,0045 - - - 6 -

Perhitungan BJ :

BJ = (pikno + urin) – (pikno kosong)

(pikno + air) – (pikno kosong)

Page 14: 111004081-Urinalisis

BJ urin kelompok 1 = = 1,0045 g/ml

BJ urin kelompok 2 = = 1,0288 g/ml

BJ urin kelompok 3 = = 1,0163 g/ml

BJ urin kelompok 4 = = 1,0121 g/ml

BJ urin kelompok 5 = = 1,0131 g/ml

Pembahasan :

1. Pemeriksaan Makroskopis Urin

Pemeriksaan makroskopis urin yaitu meliputi pemeriksaan warna, bau, dan kejernihan.

Pada uji kejernihan urin, kelima sempel dinyatakan jernih. Urin yang baru di kemihkan

berwarna jernih jika terjadi kekeruhan kemungkinan disebabkan oleh adanya bakteri-bakteri,

fosfat-fosfat karena makanan banyak karbonat, cylus, atau unsur-unsur sedimen dalam jumlah

besar seperti eritrosit, leukosit, sel-sel epitel.

Pada pemeriksaan bau urin, kelima sampel tidak ada bau yang abnormal. Jika terjadi

bau yang berlainan seperti bau amoniak penyebabnya yaitu karena infeksi kandung kemih

sehingga terjadi perombakan ureum oleh bakteri dalam kandung kemih. Dan pada tingkat

keganasan bau urin menjadi bau busuk.

Pada pemeriksaan warna urin terjadi beberapa perbedaan warna. Tiga sampel urin

berwarna kuning tua, satu sampel berwarna kuning dan satu sampel berwarna kuning muda.

Urin yang berwarna kuning disebabkan oleh urobilin, bilirubin, dan obat-obatan seperti

santonin, ribovlavin. Urin yang berwarna kuning muda disebabkan oleh besarnya diuresis.

49,301 – 22,700

48,556 - 22,700

47,712 – 22,761

47,600 - 22,761

48,017 – 23,014

47,639 - 23,014

47,884 – 22,688

47,584 - 22,688

48,001 – 22,709

47, 595 - 22,709

Page 15: 111004081-Urinalisis

Karena pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, semakin besar diuresis

maka semakin muda warna urin tersebut.

2. Pemeriksaan Kimia Urin

Pemeriksaan kimia urin yaitu meliputi pemeriksaan Berat jenis urin, uji protein, uji

glukosa, dan pemeriksaan pH urin. Pada pemeriksaan pH urin, kelima sampel urin pH-nya

adalah 6. pH urin normal dapat berkisar 4,6 – 8,5. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi

oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa

menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-

obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH

urine.

Pada uji glukosa, kelima sampel hasilnya negatif. Pada orang normal tidak didapati

glukosa dalam urin. Jika terdapat glukosa dalam urin kemungkinan orang itu mengalami

glukosuria. Pada pemeriksaan BJ urin, kelima sampel urin tersebut BJ-nya bervariasi. BJ dari

kelima sampel urin tersebut normal. BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 – 1,030. jika BJ

urin tinggi itu artinya diuresis menurun, begitu juga sebaliknya. Pada uji protein, kelima

sampel urin tersebut menunjukan negatif ketika uji benedict. Tetapi pada carik celup ada satu

sampel urin yang mengandung protein.

BAB V

KESIMPULAN

Page 16: 111004081-Urinalisis

1. Bj normal pada urin sekitar 1,025

2. pH urin sekitar 4,6 – 8,5

3. Urin yang baik pada orang normal tidak mengandung glukosa dan protein

4. Pada pemeriksaan urinalisis, kelima sampel urin tersebut normal tidak menunjukan

adanya kelainan atau adanya penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html

Page 17: 111004081-Urinalisis

http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaan-urine

http://informasitips.com/protein-bence-jones

http://www.ivanhoesada.com/id/artikel/urinalisis

http://id.wikipedia.org/wiki/Urin