1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

23
UJI TOKSISITAS PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Disusun oleh: Dyah Catur Ratnasari NIM. 1109045014 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

Transcript of 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Page 1: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

UJI TOKSISITAS PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Disusun oleh:

Dyah Catur Ratnasari

NIM. 1109045014

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2013

Page 2: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan sektor industri pengolahan nonminyak dan gas bumi pada tahun 2012 mengalami

peningkatan sebesar 6,4 persen dan menyumbang 23,84 persen produk domestik bruto (PDB).

Dalam hal ini sektor industri penyamakan kulit dan alas kaki menyumbang 2,1 persennya.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, industri alas kaki dan penyamakan kulit di

Indonesia mampu memberikan lapangan kerja bagi 700.000 orang. Namun, selain mendatangkan

manfaat bagi kemakmuran masyarakat, berkembangnya industri penyamakan kulit telah

menimbulkan dampak negatif seperti meningkatnya limbah industri yang berbentuk padat, cair

maupun gas. Berdasarkan PP No.19 Tahun 1994 limbah hasil dari penyamakan kulit tersebut

termasuk jenis limbah bahan berbahaya dan beracun.

Pada dasarnya industri penyamakan k ulit bertujuan untuk mengubah kulit hewan menjadi

lembaran-lembaran kulit jadi yang siap dipergunakan untuk bahan baku produk kulit seperti

jaket, sepatu, tas, kerajinan, dan lain-lain. Prosesnya sendiri terbagi dalam 3 tahapan yaitu tahap

persiapan (beamhouse process), tahap penyamakan (tanning), dan tahap penyelesaian (finishing)

termasuk pewarnaan dan pembuatan struktur permukaan. Dari masing-masing proses

menghasilkan limbah yang jenis dan kandungannya berbeda tergantung dari zat-zat kimia yang

digunakan pada tiap prosesnya.

Permasalahan limbah industri kulit sampai saat ini belum menemukan jalan keluarnya. Beberapa

industri besar memiliki sistem IPAL untuk menangani limbahnya, namun masih banyak pula

industri dengan skala rumah tangga membuang langsung limbahnya ke sungai. Limbah ini

jika bersentuhan langsung dengan kulit manusia dapat menimbulkan rasa gatal, panas, kulit

kering dan keras.

Mengingat besarnya pengaruh dan akibat yang ditimbulkan oleh limbah industri

penyamakan kulit ini, maka dilakukan suatu penelitian untuk menguji toksisitas limbah

Page 3: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

cair penyamakan kulit terhadap organisme, khususnya organisme air dengan uji pendahuluan

metode LC50 (median lethal concentration) dan uji lanjutan dengan uji reproduksi pada D. carinata.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui macam-macam uji toksikologi.

b. Untuk mengetahui hasil uji toksikologi pada limbah hasil industri penyamakan kulit.

c. Untuk mengetahui apakah limbah hasil industri penyamakan kulit termasuk limbah B3 atau

non-B3.

Page 4: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode yang digunakan pada industri penyamakan kulit ada dua macam yaitu penyamakan

menggunakan bahan alami berupa serat Mimosa sp (vegetable tanning) dan penyamakan

menggunakan bahan kimia berupa Kromium (Chrome tanning). Metode yang umum dipakai saat

ini adalah metode Chrome tanning karena prosesnya lebih mudah jika dibandingkan metode

vegetable tanning. Secara garis besar, proses penyamakan kulit dapat dilihat pada diagram

berikut:

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Penyamakan

Kulit

Page 5: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Cair Proses Penyamakan Kulit

No Proses Bahan Karakteristik Limbah Cair

1 Perendaman Air, Sodium Hipoklorida Mengandung sodium

2 Pengapuran Air, Air kapur , Kalsium Bersifat basa

3 Pembuangan

bulu

Air, Sodium Sulfida Bersifat alkalin, limbah

4 Penghilangan

kapur

Enzim, Garam Amonium Bersifat basa, limbah gas

ammonia

5 Pencucian Air Bersifat basa

6 Pengasaman Air, Asam Sulfur, Sodium Bersifat asam

7 Proses Krom Krom dioksida, Sodium Bersifat asam

8 Pemutihan Air, Natrium Karbonat, Bersifat asam

9 Pencucian Air Bersifat asam

10 Fat Liquoring Minyak Mengandung minyak

11 Pemucatan Bahan pemucat Mengandung zat pemucat

Sumber: Anonim, 2006

2.2 Pengaruh limbah cair terhadap perairan

Kegiatan industri yang menghasilkan bahan pencemar berupa zat organik akan menyebabkan

perubahan kualitas perairan dan menimbulkan gangguan pada ekosistem perairan. Sementara itu,

limbah yang mengandung bahan-bahan beracun yang tergolong logam berat dapat langsung

mematikan kehidupan organisme air.

Limbah cair industri penyamakan kulit mengandung amonium, sulfida, sulfat, klorida, minyak

dan lemak, kromium dan logam lain (aluminium, zirconium, dan kadmium) serta zat terlarut

lainnya (Bosnic et al., 2000).

Page 6: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Nitrogen dalam limbah dihasilkan dari proses pengasaman serta dari protein yang terkandung

dalam kulit. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan algal bloom sehingga

menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya. Sulfida diperoleh akibat penggunaan sodium

sulfida dan sodium hidrosulfida. Adanya sulfida ditandai dengan terciumnya bau busuk dari

limbah (Bosnic et al., 2000).

Minyak dan lemak diperoleh dari struktur alami kulit. Jika masuk kedalam perairan akan

menimbulkan lapisan tipis di permukaan sehingga mengurangi intensitas cahaya matahari yang

masuk, hal ini akan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis tanaman air (Bosnic et al.,

2000) dan juga menghalangi difusi oksigen dari udara.

Klorida dalam limbah diperoleh dari penggunaan sodium klorida. Zat ini bersifat stabil dan terlarut

sehingga tidak mudah hilang baik melalui suatu perlakuan maupun secara alami. Pada permukaan

air, klorida dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bakteri, dan ikan, serta dalam konsentrasi

yang tinggi dapat merusak struktur sel. Badan air dengan kadar klorida yang tinggi tidak dapat

digunakan sebagai air minum, selain itu juga tidak baik untuk irigasi (Bosnic et al., 2000).

2.3 Uji Toksikologi

            

Uji  toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat

atau bahan pencemar dan digunakan  juga untuk pemantauan rutin suatu  limbah. Suatu senyawa

kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam

jangka waktu singkat. Suatu senyawa kimia disebut bersifat racun kronis jika senyawa tersebut

dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang berulang-ulang

walaupun dalam jumlah yang sedikit).

           

Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh, yaitu melalui paru-paru

(pernafasan), mulut, dan kulit. Melalui ketiga rute tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat

masuk ke aliran darah, dan kemudian terbawa ke jaringan tubuh lainnya. Yang menjadi perhatian

utama dalam toksisitas adalah kuantitas/dosis senyawa tersebut. Sebagian besar senyawa yang

berada dalam bentuk murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya adalah senyawa

oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm adalah bersifat toksik. Konsentrasi oksigen yang

terlalu tinggi dapat merusak sel.

Page 7: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

2.3.1 Lethal Concentration 50

LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang  menyebabkan kematian sebanyak

50%  dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu

pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji, atau

dapat pula diartikan dengan konsentrasi bahan yang menyebabkan kematian 50% organisme yang

terpapar. Parameter ini sering digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhadap konsentrasi

bahan tertentu dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini waktu pemaparan

dan konsentrasi harus dinyatakan dengan jelas.

Untuk mengetahui nilai LC-50 digunakan uji statik. Ada dua tahapan dalam penelitian, yaitu:

1. Uji Pendahuluan

Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan

kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%.

2. Uji Lanjutan

Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi akut berdasarkan seri

logaritma konsentrasi yang dimodifikasi kriteria toksisitas suatu perairan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.3.1 Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50-48 jam pada lingkungan perairan

Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)

Racun Tinggi < 1

Racun Sedang >1 dan <100

Racun Rendah >100

Sumber: Wagner dkk (1993)

Kromium merupakan bahan yang penting dalam proses penyamakan kulit. Kromium digunakan

sebagai tanning agents dan juga untuk pencelupan, namun sebagian besar keluar kembali

dan terkandung dalam limbah. Dengan konsentrasi yang rendah, kromium dapat menyebabkan

kematian pada Daphnia serta menghambat proses fotosintesis pada tanaman, sehingga dapat

menyebabkan terputusnya rantai makanan dalam ekosistem perairan (Bosnic et al., 2000).

Page 8: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Logam lainnya yang terkandung dalam limbah penyamakan kulit antara lain alumunium dan

kadmium. Alumunium dapat menghambat pertumbuhan alga dan Crustacea meskipun dalam

konsentrasi yang rendah. Sedangkan kadmium apabila terakumulasi dalam tubuh organisme

dapat menimbulkan efek kronik, dan jika perairan yang mengandung kadmium tersebut

digunakan sebagai sumber air minum dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang (Bosnic et al.,

2000).

2.3.2 Lethal Dose 50

Lethal Dose50 (LD50) merupakan suatu dosis efektif untuk 50% hewan digunakan karena arah

kisaran nilai pada titik tersebut paling menyempit dibanding dengan titik-titik ekstrim dari kurva

dosis-respon. Pada kurva normal sebanyak 68% dari populasi berada dalam plus-minus nilai 50%.

Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian hubungan dosis respon adalah menggunakan

LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks oleh Trevan pada tahun 1927.

Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis tunggal derivat suatu bahan tertentu pada uji

toksisitas yang pada kondisi tertentu pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji

(hewan percobaan). Sebagai contoh: ditemukan suatu senyawa kimia baru dan untuk mengetahui

efek toksiknya digunakan LD50. Jumlah hewan percobaan paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis

dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0 – 100 satuan). Hubungan dosis dan respon

dituangkan dalam bentuk kurva dimana kurvanya sudah tipikal sigmoid.

Semakin banyak jumlah hewan uji dan rentang dosisnya, kurva sigmoid akan lebih teramati. Dosis

yang terendah menyebabkan kematian hewan uji sebesar 1%. Kurva sigmoid distribusi normal

seperti ini menunjukkan respon 0% pada dosis yang rendah dan respon sebesar 100% pada dosis

yang meningkat tetapi respon tersebut tidak akan melebihi rentang 0 – 100 %. Bagaimanapun juga

setiap bahan kimia mempunyai threshold dose yang tidak sama. Threshold dose adalah suatu dosis

minimal yang merupakan dosis efektif dimana dengan dosis yang minimal tersebut individu sudah

dapat memberikan atau menunjukkan responnya, sehingga untuk tiap individu threshold dose

inipun berbeda.

2.3.3 Toxicity Concentration Leaching Procedur (TCLP)

Guna mengetahui suatu limbah industri beracun, perlu dilakukan uji TCLP ( Toxicity Characteristic

Leaching Procedure) yang merupakan uji pelindian dan digunakan selain sebagai penentuan salah

Page 9: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

satu sifat berbahaya dan beracun suatu limbah juga dapat diterapkan dalam mengevaluasi produk

pretreatment limbah sebelum di landfill (di timbun dalam tanah) yaitu dalam proses stabilisasi/

solidifikasi (S/ S) . Dalam kaitannya dengan baku mutu yang akan diterapkan, maka uji TCLP ini

merupakan pendekatan dalam upaya pengendalian terhadap pembuangan limbah berbahaya.

Adapun sasaran uji TCLP ini adalah membatasi adanya lindi ( leaching) berbahaya yang dihasilkan

dari penimbunan (landfilling) setelah limbah di stabilisasi/solidifikasi. Untuk melakukan uji

perlindian (TCLP) terhadap limbah beracun memerlukan alat Rotary Agitator yaitu suatu alat yang

berputar secara rotasi end-over-end dengan kecepatan putaran 30 ± 2 rpm selama 18 ± 2 jam.

Adapun cara pengujian pelindian (leachate) limbah beracun ini adalah: 

a. Sample padat imbah B3 tanpa fasa cair, diayak terlebih dahulu dengan partikel yang lolos dari

ayakan 0, 9 cm

b. Ke dalam masing-masing botol pengekstrak yang berkapasitas lebih dari 1000 mL, masukkan

contoh limbah padat B3 masing-masing sebanyak 50 gram. Selanjutnya tambahkan larutan

asam asetat (pH 5) sebanyak 1000 mL. Perbandingan berat limbah padat B3 dengan larutan

asam asetat yaitu 1 : 20

c. Kocok larutan yang telah berisi limbah B3 ini pada alat Rotary Agitator dengan kecepatan

putaran 30 ± 2 rpm selama 18 ± 2 jam

d. Saring larutan hasil pengocokan ( leachate) tersebut dengan kertas saring khusus untuk TCLP

yaitu whatman GF/ F (porositas 0, 7 mm)

e. Hasil ekstraksi ini kemudian dianalisis menggunakan baik spektrofotometer serapan atom nyala

(AAS Flame) maupun AAS-Flameless terutama untuk menentukan konsentrasi logam-

logam berat seperti perak (Ag), barium (Ba), boron (B), kadmium (Cd) krom (Cr), tembaga

(Cu), timah hitam (Pb), seng ( Zn), arsen (As), selenium (Se) dan merkuri (Hg) yang ada

dalam limbah padat beracun tersebut.

Setelah dianalisis, bila kandungan logam-logam berat dari hasil leachate ( lindi) tersebut lebih

rendah dari baku mutu TCLP yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka limbah padat tersebut

dikatakan tidak berbahaya/ beracun sehingga ia dapat di landfill setelah dilakukan proses stabilisasi

dan solidifikasi terlebih dahulu.

Berdasarkan  kepada  lamanya,  metode  penambahan  larutan  uji dan maksud  serta tujuannya

maka uji toksisitas diklasifikasikan  sebagai berikut (Rosianna 2006):

1. Klasifikasi menurut waktu

Page 10: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

a. Uji hayati jangka pendek (short term bioassay).

b. Uji hayati jangka menengah (intermediate bioassay)

c. Uji hayati jangka panjang (long term bioassay).

2. Klasifikasi menurut metode  penambahan larutan  atau cara aliran larutanya

a. Uji hayati statik (static bioassay)

b. Pergantian larutan  (renewal biossay)

c. Mengalir (flow trough bioassay).

3. Klasifikasi  menurut  maksud  dan tujuan penelitian adalah pemantauan kualitas air limbah,

uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan toksisitas serta daya tahan dan

pertumbuhan organisme uji.

Page 11: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

BAB III

PEMBAHASAN

Daphnia sp. merupakan komponen utama zooplankton air tawar dan juga herbivora paling

dominan di badan-badan air. Organisme ini ditemukan di kolam, sungai, atau tempat-tempat

dimana kesadahan air sangat bervariasi. Daphnia sp. telah diujikan kepada 500 jenis senyawa

kimia, dan merupakan organisme uji yang paling sering digunakan dalam toksikologi lingkungan

perairan (Dhahiyat dan Djuangsih, 1997).

Uji reproduksi dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari limbah cair industri

penyamakan kulit terhadap kemampuan reproduksi D. carinata. Penelitian dibagi menjadi

dua tahapan yaitu uji toksisitas akut (LC50-48 jam) dan uji toksisitas kronis terhadap

kemampuan reproduksi dan perubahan morfometri D. carinata.

3.1 Uji Toksisitas Akut (LC50-48 jam) D. carinata

- Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical range test)

yang menjadi dasar dari penentuan konsentrasi yang digunakan dalam uji lanjutan, yaitu

konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian

terkecil mendekati 50%. Konsentrasi yang digunakan pada uji ini adalah konsentrasi

dengan kelipatan 10 (seri logaritma). Sebagai pembanding digunakan kontrol.

Uji batas kisaran kritis ini dilakukan selama 48 jam. Jumlah D. carinata yang mati

dihitung pada jam ke-24 dan ke-48. Total D. carinata yang mati selama 48 jam menjadi

dasar dalam penentuan lima konsentrasi larutan untuk uji lanjutan.

- Uji Lanjutan

Pada uji lanjutan, dilakukan 3 kali pengulangan untuk setiap konsentrasi yang telah

ditentukan termasuk kontrol. Pengamatan jumlah individu yang mati dilakukan selama

24 & 48jam, dan pada akhir pengamatan dihitung jumlah total individu yang mati.

- Uji Reproduksi D. carinata

Untuk toksisitas kronis yang diamati adalah kuantitas perkembangbiakannya (reproduksi).

Page 12: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Penentuan tingkat perkembangbiakan D. carinata dilakukan setelah nilai LC50-48

jam diketahui. Konsentrasi uji yang digunakan adalah hasil penurunan konsentrasi

yang digunakan dalam uji toksisitas akut (LC50-48 jam) yang diperkirakan tidak

menyebabkan kematian terhadap D. carinata. Uji reproduksi ini dilakukan dengan

memberikan lima kombinasi konsentrasi termasuk kontrol dan pengulangan sebanyak 5

kali. Uji reproduksi dilakukan pada suhu ruangan, dan tanpa aerasi. Pengamatan dilakukan

setiap hari pada waktu yang sama. Parameter yang diamati adalah jumlah neonate yang lahir

dari setiap induk dan frekuensi anakan dalam waktu 21 hari (Rand, 1995).

Hasil Uji Toksisitas Akut (LC50-48 jam) Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Terhadap D. carinata

Tabel 4.1 Persentase kematian D. carinata pada limbah cair industri penyamakan kulit

No. Konsentrasi

Persentase Kematian (%)

24 jam 48 jam

1 0 0 02 0,1 0 16,673 0,18 10,00 36,674 0,32 20,00 56,675 0,56 16,67 60,006 1 23,33 70,00

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa jumlah kematian 50% organisme uji pada limbah

cair industri penyamakan kulit selama 48 jam terdapat pada interval konsentrasi 0,18 – 0,32%.

Tabel 4.2 Nilai LC50 limbah cair industri penyamakan kulit

Sampel Nilai LC50-48 jam (%)

Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit 0,35

Tabel 4.2 menunjukkan nilai LC50-48 jam limbah industri penyamakan kulit yang diperoleh

dengan probit analisis yaitu sebesar 0,35 %. Mengacu pada kriteria tingkatan racun menurut

IMCO, FAO, UNESCO, WMO dan Group of Experts (1973) yang disajikan pada lampiran 2,

maka tingkat toksisitas limbah industri penyamakan kulit dapat dikategorikan ke dalam kriteria

toksik rendah.

Page 13: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Hasil Uji Toksisitas Kronis Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Terhadap D.

carinata

Rata-rata jumlah neonate dan frekuensi reproduksi D. carinata yang dihasilkan pada uji

toksisitas kronis limbah cair industri penyamakan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Neonate dan Frekuensi Reproduksi D. carinata pada

Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

Konsentrasi (%) Rata-rata Jumlah Neonate *) Frekuensi ReproduksiKontrol 87 ± 4,7 6 kali

0,02 80 ± 8,3 5 kali0,04 60 ± 5,3 5 kali0,06 43 ± 9,9 4 kali0,08 41 ± 12,2 3 kali0,1 35 ± 3,2 3 kali

Pada kontrol, neonate pertama kali lahir pada hari ke-8 dan ke-9 dengan frekuensi reproduksi

sebanyak 6 kali selama 21 hari pengujian. Pada perlakuan limbah cair industri penyamakan

kulit dengan konsentrasi 0,02% dan 0,04%, neonate dihasilkan pertama kali pada hari ke-8

sampai hari ke-11 dengan frekuensi reproduksi sebanyak 5 kali, sedangkan pada konsentrasi

0,06% dan 0,08% neonate dihasilkan pada hari ke-10 sampai hari ke-12 dengan

frekuensi reproduksi berturut-turut sebanyak 4 kali dan 3 kali. Pada konsentrasi 0,1% neonate

paling lambat lahir yaitu pada hari ke-11 sampai hari-14 dengan frekuensi reproduksi sebanyak

3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan limbah maka semakin

sedikit jumlah neonate yang dilahirkan dan semakin kecil pula nilai frekuensi reproduksinya.

Dapat diartikan bahwa konsentrasi berbanding terbalik dengan jumlah neonate yang dilahirkan

dan frekuensi reproduksi D. carinata.

Page 14: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Uji toksikologi terbagi menjadi 2 yaitu, nilai akut dan nilai kronis. Uji nilai akut dapat

di lakukan dengan metode Lethal Dose 50 dan Lethal Concentration 50 sedangkan

nilai kronis adalah uji lanjutan yang dapat ditentukan dengan metode Toxicity

Concentration Leaching Procedur (TCLP).

b. Berdasarkan nilai LC50-48 jam limbah industri penyamakan kulit yang diperoleh dengan

probit analisis yaitu sebesar 0,35 %, mengacu pada kriteria tingkatan racun menurut IMCO,

FAO, UNESCO, WMO dan Group of Experts (1973) yang disajikan pada lampiran 2,

maka tingkat toksisitas limbah industri penyamakan kulit dapat dikategorikan ke dalam

kriteria toksik rendah.

c. Untuk mengetahui hasil limbah industri penyamakan kulit ini termasuk limbah bahan

berbahaya dan beracun maka diperlukan uji lanjutan yaitu uju TCLP untuk mendapatkan

hasil yang lebih akurat dan maksimal.

Page 15: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1984. Kultur Makanan Alami Daphnia sp. Departemen Pertanian. Direktorat

Jendral Perikanan. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Sukabumi.

APHA. 1995. Standard methods for The Examination of Water and Waste Water. 19th edition.

American Public Health Association, Washington.

BAPEDALDA. 2001. Himpunan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Bosnic M., J. Buljan, and R.P. Daniels. 2000. Pollutants in Tannery Effluents. UNIDO, New

York.

Dhahiyat, Y. dan N. Djuangsih. 1997. Uji Hayati (Bioassay); LC50 (Acute Toxicity Test)

Menggunakan Daphnia dan Ikan. PPSDAL-LP. Unpad, Bandung.

EPA. 1991. Methods for Measuring The Acute Toxicity of Effluents and Receiving Waters to

Freshwater and Marine Organism. 4th Edition. United States Enviromental Protection

Agency, Washington.

Rand, G.M. 1995. Fundamentals of Aquatic Toxicology Effects, Environmental Fate and Risk

Assesment. Second Edition. Taylor&Francis Press, USA.

http://keslingmks.wordpress.com/2008/08/18/industri-penyamakan-kulit-dan-dampaknya-terhadap-

lingkungan/

http://3diyanisa3.blogspot.com/2011/05/lethal-concentration-50-lc50.html

Page 16: 1109045014 Dyah Catur r. - Uji Toksisitas Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit