11-25-1-PB
description
Transcript of 11-25-1-PB
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
55
Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014
56
KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL BAGI WARGA NEGARA
Budi Arsih
(Dosen Fakultas Hukum Undaris Ungaran)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan dan
kesiapan pemerintah untuk mewujudkan program jaminan kesehatan
nasional. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis
sosiologis. Menggunakan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen.
Analisis data dilalukan secara kualitafif, dan simpulan dilakukan secara
deduktif. Hasil penelitian menunjukkan kesiapan pelaksanann jaminan
kesehatan nasional di Indonesia telah sesuai standar, namun ksesiapan ini
belum terlaksana secara merata. Tampak bahwa program jaminan
kesehatan masyarakat yang dimulai pada 2005, dan upaya pemerintah
melakukan percepatan dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS) pada Januari 2014, masih terdapat tantangan yang harus
dihadapi. Hal ini perlu kesiapan semua unsur untuk mendukung pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional.
Kata-kata kunci: jamiman kesehatan, kesejahteraan
A. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut prinsip negara kesejah-
teraan (welfare state) sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka
pemerintah Indonesia memupnyai tugas memajukan kesejahteraan umum bagi
warganegaranya. Pernyataan ini diperkuat Pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin serta berhak atas
jaminan sosial. Beberapa prinsip negara kesejahteraan adalah:
1. Tanggung jawab dan peran negara yang besar dalam mensejahterakan rakyat-
nya. Dalam hal ini adalah parlemen yang membuat undang-undang dan
pemerintah yang melaksanakan undang-undang.1
Hal ini mengandung arti
bahwa pemerintahan mempunyai kewenangan yang besar dalam mengatur
1 Robson, Welfare State and Welfare Society, Illusion and Reality, London:
George Allen & Unwin, 1977
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
57
rakyatnya melalui peraturan perundang-undangan.
2. S e jahtera adalah suatu kondisi sejahtera dari seluruh masyarakat bukan
hanya masyarakat miskin 2
3. Bentuk tanggung jawab negara kesejahteraan bagi masyarakatnya adalah
dengan membuat model atau sistem jaring pengaman sosial (social safety
net) atau asuransi social
4. Adanya standar minimum kebutuhan masyarakat agar berkehidupan layak.
Model jaminan sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UUSJSN). Dalam undang-undang
tersebut tercantum bahwa model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah
model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Diharapkan dengan adanya
asuransi kesehatan, maka setiap penduduk Indonesia dapat akses terhadap pe-
layanan kesehatan, yang dikenal dengan istilah cakupan semesta.
Dalam World Health Report 2010,3 dicantumkan tiga dimensi dalam
mencapai cakupan semesta. Tiga dimensi untuk mencapai cakupan semesta bagi
seluruh penduduk Indonesia yaitu:
1. Penduduk yang akan dijamin kesehatannya dilakukan dalam dua tahap yaitu:
a. Tahap pertama mulai 1 Januari 2014 yaitu penerima bantuan iuran yaitu
fakir miskin dan orang tidak mampu, anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan, dan Polri beserta anggota
keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes dan PT Jamsostek
beserta keluarganya.
b. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai
peserta paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
2. Pelayanan kesehatan mana yang akan ditanggung baik oleh pemerintah dan
masyarakat (benefit package) meliputi pelayanan komprensif (preventif, promo-
tif, kuratif dan rehabilitatif). Pelayanan ini dilaksanakan secara wajib oleh
fasilitas kesehatan milik pemerintah seperti puskesmas dan rumah sakit.
3. Sumber dana bagi peserta bantuan iuran dibayar oleh pemerintah, sedangkan
bagi peserta lainnya dalam bentuk pembayaran premi kepada Badan Penyeleng-
gara Jaminan Kesehatan (BPJS).4
Fasilitas kesehatan primer seperti Posyandu, Posbindu, Puskesmas dan
2 Atkinson, Incomes and Welfare State, Essays on Britain and Europe, Great
Britain: Cambridge University Press, 1995.
3 WHO, World Health Report 2010: Health Systems Financing The Path To
Universal Coverage, Geneva: WHO, 2010.
4 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014
58
dokter praktik berfungsi sebagai gate keeper yaitu merupakan PPK yang melaku-
kan kontak pertama dengan individu, keluarga dan masyarakat sebagai proses
awal pelayanan kesehatan. Khususnya Posyandu Puskesmas mempunyai peran
ganda sebagai gate keeper yaitu sebagai tempat upaya kesehatan perorangan dan
masyarakat.5
Artinya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di puskesmas bersifat
komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Keadaan ini ber-
beda dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter praktik saat ini,
yaitu lebih mementingkan kuratif daripada aspek-aspek lainnya.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengembangan
sarana kesehatan tingkat pertama baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Pemerintah berfungsi sebagai pemegang tanggung jawab (duty bearers) dalam me-
nyediakan fasilitas tersebut agar masyarakat mendapatkan haknya atas kesehatan
(right holders).
Sejak 2005, pemerintah telah melaksanakan program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) sebagai perwujudan sistem jaminan sosial dan diberlaku-
kan bagi penduduk miskin sesuai kuota. Dalam perjalanannya, pemerintah melak-
sanakan pula program Jaminan Persalinan dan sebagian besar kabupaten/kota di
seluruh Indonesia menyelenggarakan pula jaminan kesehatan bagi penduduk
miskin nonkuota. Pada 1 Januari 2014, dimulailah secara bertahap seluruh pen-
duduk Indonesia diwajibkan mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer milik pemerintah, puskesmas
dan rumah sakit pemerintah diharapkan sebagai ujung tombak berpartisipasi dalam
memberi pelayanan kesehatan komprehensif bagi peserta JKN. Keadaan ini, tentu
saja memerlukan upaya-upaya yang strategis dan akse-leratif dalam pemenuhan
dan kemudahan akses kesehatan bagi masyarakat (availibility), kesiapan baik dari
pihak masyarakat dan BPJS.
B. METODE PENELITIAN
Masalah yang diteliti adalah bagaimana ketersediaan dan kesiapan peme-
rintah untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional? Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan dan kesiapan pemerintah
untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional. Penelitian ini bersidat
deskriptif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Data sekunder diperoleh melalui
studi dokumen, yakni tentang jumlah penduduk dan jumlah kesiapan tenaga dan
sarana prasarana kesehatan yang diambil dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun
5 Kementerian Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes,
2009.
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
59
2011- 2013, dan dokumen Proyeksi Penduduk 2000-2025 yang diterbitkan oleh
Biro Pusat Statistik Indonesia. Analisis kualitafif dipakai menganalisis data yang
terkumpul, selanjutnya disimpulkan secra deduktif.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam aspek kesehatan, komponen penduduk mempunyai peran penting
karena berpengaruh pada penyediaan sarana dan prarana kesehatan. Bila pemerin-
tah belum dapat mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan
fasilitas kesehatan dan biaya jaminan kesehatan dari tahun ke tahun niscaya
meningkat pesat, yang pada gilirannya membebani anggaran yang disediakan oleh
pemerintah. Jumlah penduduk pada tahun 2019 sebagai tahun pelaksanaan total
program JKN adalah sebesar 258.437.000. Sebanyak 56,27% penduduk Indonesia
tinggal di Pulau Jawa.
Keadaan ini menyebabkan, tingkat kesejahteraan dan
kesehatan bangsa Indonesia tergantung pada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa
(Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DKI dan Yogyakarta). Selanjut-
nya penduduk di Pulau Jawa bertambah dengan pesat yaitu dari 125.173.900 jiwa
pada tahun 2003, akan bertambah 20.252.000 jiwa (16,18%) dalam kurun waktu
17 tahun, menjadi 145.425.900 jiwa tahun 2019.6
Dari tiga provinsi yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah penduduk di Jawa Barat akan
bertambah dengan pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar 29,52% dibandingkan
dengan Jawa Tengah (4,68%) dan Jawa Timur (5,40%). Selanjutnya dari tiga
provinsi dengan jumlah penduduk relatif sedikit, jumlah penduduk di Banten
akan bertambah dengan pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar 50,08%, diikuti oleh
Yogyakarta sebesar 14,29% dan DKI sebesar 8.01%.
Informasi tentang pertambahan penduduk tersebut sangat diperlukan
dalam perhitungan penyediaan sarana kesehatan serta kebutuhan dana bantuan
iuran agar jaminan kesehatan dapat terlaksana dengan baik. Jaminan sosial (social
security) merupakan salah satu implementasi penyelenggaraan negara kesejahtera-
an. Dari definisi tentang jaminan sosial yang dikemukakan oleh Williams and
Heins dan yang tercantum dalam UUSJSN dapat disimpulkan bahwa jaminan
sosial mempunyai tiga unsur yaitu: 7
1. Perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara sebagai jaminan sosial.
6. Biro Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk 2000-2025, [dunduh 6 Desember
2013]. Tersedia dari: http://www.datastatistik indonesia.com/proyeksi/index.php.
7 Williams & Heins, Risk Management and Insurance, Sixth ed., Singapore:
McGraw- Hill Inc., 1989.
Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014
60
2. Perlindungan sosial ini terhadap risiko atau bahaya seperti kematian, kejadian
sakit, pengangguran dan kemiskinan.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak.
Selanjutnya terdapat tiga bentuk jaminan sosial seperti yang dikutip dalam
Williams and Heins: “Social insurance is part of a social security system. The
other major transfers included in the system are public assistance and income
supplements”.8
Diharapkan dengan adanya SJSN, seluruh masyarakat dapat terlindungi
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Selanjutnya dalam rencana
pengembangan jaminan sosial di Indonesia telah dicantumkan dalam Undang
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN). Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut menyebutkan:
Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata dan dikembangkan untuk
memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial
dasar. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah disempurnakan bersama
Sistem Perlindungan Sosial Nasional (SPSN) yang didukung oleh peraturan
perundang-undangan dan pendanaan serta sistem Nomor Induk Kependudukan
(NIK) dapat memberikan perlindungan penuh kepada masyarakat luas secara
bertahap sehingga pengembangan SPSN dan SJSN dilaksanakan dengan mem-
perhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di kalangan masyarakat luas.
Menurut Pasal 19 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (2) UUSJSN, program
jaminan kesehatan dilaksanakan dengan mekanisme asuransi sosial. Keadaan ini
mengakibatkan bahwa prinsip-prinsip asuransi sosial wajib menjadi pegangan
dalam pelaksanaaan JKN. Pada asuransi sosial, pengelolaannya bukan untuk
memperoleh keuntungan, tetapi memberikan jaminan sosial kepada masyarakat.
Beberapa definisi asuransi sosial dikemukakan oleh Williams & Heins, Baker &
Weisbrot, Black’s Law Dictionary, Mehr & Cammack serta Reyda:9
1. Merupakan asuransi wajib berdasarkan undang-undang. Keuntungannya adalah
setiap masyarakat harus ikut serta dalam asuransi ini, sehingga terjadi ke-
gotongroyongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua
dan muda serta yang berisiko tinggi dan rendah.
2. Perusahaan asuransi (penanggung) merupakan milik negara dan bertujuan
untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai
dengan UU Usaha Perasuransian, maka pengelola asuransi sosial adalah badan
usaha milik negara.
8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
9 Baker & Weisbrot, Social Security, The Phony Crisis, Chicago and London:
The University of Chicago Press, 1999.
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
61
3. Tertanggung adalah seluruh masyarakat.
4. Merupakan bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), sehingga
tidak bersifat memperoleh keuntungan.
5. Besarnya santunan (benefit) difokuskan kepada kepantasan masyarakat (social
adequacy) daripada keadilan pribadi (individual equity). Kepantasan masya-
rakat didefinisikan sebagai santunan yang dibayar memenuhi standar kehidup-
an tertentu pesertanya. Selanjutnya, besaran santunan ditetapkan dengan per-
aturan perundang undangan.
Dari keterangan tersebut, terdapat tiga komponen utama dalam pelaksanaan
asuransi sosial kesehatan yaitu masyarakat, BPJS dan fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan komprehensif.
Pembahasan mengenai penduduk, bukan hanya sekedar jumlah saja tetapi
harus lebih luas lagi yaitu menyangkut demografi. Demografi berasal dari dua kata
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti
menggambar atau menulis. Menurut hasil simpulan Sri Moertiningsih Adioetomo
dan Omas Bulan Samosir,10
demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik
kependudukan serta perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik dari
data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran dan komposisi
strukturnya yang dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Biro Pusat Statistik telah melakukan proyeksi jumlah penduduk Indonesia
sampai dengan tahun 2025. Dari hasil penelitian, tampak bahwa jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2019 sebagai tahun pelaksanaan total program JKN adalah sebesar
258.437.000. 56,27% penduduk Indonesia akan tinggal di Pulau Jawa. Keadaan ini
menyebabkan, tingkat kesejahteraan dan kesehatan bangsa Indonesia tergantung
pada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, DKI dan Yogyakarta).
Pemerintah sebagai duty bearers berkewajiban menyediakan fasilitas ke-
sehatan seperti Posyandu Puskesmas sampai dengan rumah sakit negri yang
tersebar di seluruh Indonesia. Posyandu Puskesmas dan Rumah Sakit mempunyai
peran strategis dan keunggulan dalam mendukung terlaksananya JKN disbanding-
kan dengan praktik dokter, dan klinik swasta. Ketiganya berfungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdaya-an masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.11
10 Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan Samosir, Dasar-dasar Demografi,
Edisi ke-2, Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI - Salemba Empat, 2010.
11 Keputusan Menkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014
62
Fungsi tersebut mempunyai makna bahwa Posyandu dan Puskesmas ber-
tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya, tidak hanya
menunggu sampai masyarakat menjadi sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh puskesmas tidak menitikberatkan pada upaya kuratif saja, tetapi juga upaya
preventif dan promotif.12
Adapun upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan wajib
diselenggarakan oleh seperti promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan
ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Kesiapan PPK (Pusat
Pelayanan Kesehatan) dalam mulai Januari 2014 tidak hanya ditentukan oleh
kesediaan PPK untuk ikut serta dalam JKN tetapi terdapat faktor lain yang
memengaruhinya, yaitu akses dan keterjangkauan. Di pihak lain, Dirjen Bina
Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan menyatakan akan merekrut 30 ribu orang
dokter yang bukan dokter puskesmas untuk dikontrak oleh BPJS yang akan disebar
di seluruh pelosok Indonesia.13
Terkait dengan kesediaan bidan praktik swasta dan
rumah bersalin, didapatkan responden yang menyatakan tidak bersedia cukup
besar. Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa
bidan dan perawat pada konteks JKN bukanlah merupakan gate keeper. Hal
tersebut menyiratkan bahwa bidan dan perawat bukan merupakan penapis rujukan
medis di tingkat layanan primer. Adapun tenaga kesehatan yang melakukan
penapisan rujukan medis di tingkat layanan primer adalah dokter.
Pada saat JKN akan dilaksanakan pembenahan sistem rujukan juga merupa-
kan hal yang harus dilakukan. Dengan diberlakukannya JKN, akan terjadi penurun-
an pasien di rumah sakit dan peningkatan jumlah kunjungan di puskesmas dan
layanan primer lainnya. Peningkatan jumlah pasien pada layanan primer akan
menyebabkan dibutuhkan tenaga dokter yang lebih banyak.
Lokasi penempatan dokter juga merupakan salah satu pertimbangan
kesediaan tenaga dokter untuk mau dikontrak oleh BPJS. Sebagai contoh di
Bandung terdapat sepertiga responden yang menolak, penempatan 30.000 dokter
yang akan disebar diseluruh Indonesia tentunya merupakan permasalahan yang
harus dipikirkan pemecahannya, termasuk juga aspek kontinuitas keberadaan
dokter pada layanan primer mengingat sebagian dokter yang bekerja pada layanan
primer merupakan masa transisi untuk proses pendidikan selanjutnya yaitu
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
12 WHO. Declaration of Alma Ata, 1978.
13 30-ribu Dokter Dikontrak untuk BPJS, www.manajemen-pembiayaan-
kesehatan.net, 8 Oktober 2013
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
63
pendidikan spesialisasi.
Ditinjau dari jenis layanan kesehatan pada PPK primer pada saat JKN yaitu
upaya kesehatan perorangan dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilatif maka konsep pendekatan wilayah dan pendekatan kedokteran
keluarga serta dokter bertempat tinggal di wilayah tempat praktiknya merupakan
pendekatan.
Hal tersebut dimungkinkan karena berdasarkan Undang Undang Praktik
Kedokteran mengijinkan seorang dokter untuk melakukan praktik di 3 tempat. Bila
ditinjau dari pelaksanaan JKN, ini menunjukkan dokter yang praktiknya tidak di
wilayah tempat tinggalnya dan dokter yang melakukan praktik di tiga titik akan
menyebabkan konsep JKN tidak dapat berjalan optimal. Kondisi tersebut dapat
memengaruhi kendali mutu pelayanan yang diberikan. Pengaruh terhadap kendali
mutu yang akan terjadi adalah pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta tidak
dapat berjalan dengan optimal mengingat dokter ataupun pasien yang menjadi
peserta JKN tidak tinggal dalam satu wilayah. Pemantauan hanya bersifat pasif
yaitu hanya terjadi saat pasien datang kembali berobat, sedangkan pemantauan
aktif tidak dapat berlangsung.
D. PENUTUP
Dari pertambahan jumlah penduduk belum yang terus meningat dan akan
bertambah maka perlu perhitungan dalam mendukung pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional tahun 2014-2019. Dan kesiapan sarana prasara pusat pelayan
kesxehatan primer dan kesiapan tenaga medis, termasuk bidan maupun doker untuk
menyongsong pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh masyarakat
Indonesia tahun 2019, pemerintah harus berupaya untuk melakukan akselerasi
penambahan kualitas dan kuantitas prasarana kesehatan berdasarkan pertambahan
jumlah penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, 1995, Incomes and Welfare State, Essays on Britain and Europe, Great
Britain: Cambridge University Press.
Baker & Weisbrot, 1999, Social Security, The Phony Crisis. Chicago and
London: The University of Chicago Press.
Djoko Prakoso, 2004, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan ke-5, Jakarta: Rineka
Cipta.
Garner BA (ed. in chief), 1999, Black’s Law Dictionary, Seventh ed. Minn,
USA: West Group St Paul.
Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014
64
Jeffrey Sachs, 2008, Welvaart Voor De Wereld, Economie Voor Een Overbevolkte
Planeet. Amsterdam/Antwerpen: Business Contact.
Kementerian Kesehatan, 2011, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003-2011,
Jakarta: Kemenkes.
Kementrian Kesehatan, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta: Kemenkes.
Man Suparman Sastrawidjaja, 2003, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga. Bandung: Alumni.
Reyda, 2008, Principles of Risk Management and Insurance, 10th
Ed. Boston:
Pearson Int.Ed.
Robson, 1977, Welfare State and Welfare Society, Illusion and Reality. London:
George Allen & Unwin.
Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan Samosir, 2010, Dasar-dasar
Demografi, Edisi 2, Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI -
Salemba Empat.
UNFPA, 2010, Human Rights Based Programming, New York: UNFPA.
WHO, 1978, Declaration of Alma Ata.
WHO, 2010, World Health Report 2010: Health Systems Financing The Path to
Universal Coverage, Geneva: WHO.
Williams & Heins, 1989, Risk Management and Insurance, sixth ed. Singapore:
McGraw- Hill Inc.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jang-
ka Panjang Nasional (RPJPN).
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Keputusan Menkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Biro Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk 2000-2025. [dunduh 30 Agustus 20013].
Tersedia dari: http://www.datastatistik indonesia.com/ proyeksi/ index.php.
Welfare State, http://en.wikipedia.org/wiki/Welfare_state, diunduh 11 Juni 2009.
--------
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan
65