11-25-1-PB

11
Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan 55

description

moel

Transcript of 11-25-1-PB

Page 1: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

55

Page 2: 11-25-1-PB

Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014

56

KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL BAGI WARGA NEGARA

Budi Arsih

(Dosen Fakultas Hukum Undaris Ungaran)

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan dan

kesiapan pemerintah untuk mewujudkan program jaminan kesehatan

nasional. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis

sosiologis. Menggunakan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen.

Analisis data dilalukan secara kualitafif, dan simpulan dilakukan secara

deduktif. Hasil penelitian menunjukkan kesiapan pelaksanann jaminan

kesehatan nasional di Indonesia telah sesuai standar, namun ksesiapan ini

belum terlaksana secara merata. Tampak bahwa program jaminan

kesehatan masyarakat yang dimulai pada 2005, dan upaya pemerintah

melakukan percepatan dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan (BPJS) pada Januari 2014, masih terdapat tantangan yang harus

dihadapi. Hal ini perlu kesiapan semua unsur untuk mendukung pelaksanaan

jaminan kesehatan nasional.

Kata-kata kunci: jamiman kesehatan, kesejahteraan

A. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut prinsip negara kesejah-

teraan (welfare state) sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka

pemerintah Indonesia memupnyai tugas memajukan kesejahteraan umum bagi

warganegaranya. Pernyataan ini diperkuat Pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin serta berhak atas

jaminan sosial. Beberapa prinsip negara kesejahteraan adalah:

1. Tanggung jawab dan peran negara yang besar dalam mensejahterakan rakyat-

nya. Dalam hal ini adalah parlemen yang membuat undang-undang dan

pemerintah yang melaksanakan undang-undang.1

Hal ini mengandung arti

bahwa pemerintahan mempunyai kewenangan yang besar dalam mengatur

1 Robson, Welfare State and Welfare Society, Illusion and Reality, London:

George Allen & Unwin, 1977

Page 3: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

57

rakyatnya melalui peraturan perundang-undangan.

2. S e jahtera adalah suatu kondisi sejahtera dari seluruh masyarakat bukan

hanya masyarakat miskin 2

3. Bentuk tanggung jawab negara kesejahteraan bagi masyarakatnya adalah

dengan membuat model atau sistem jaring pengaman sosial (social safety

net) atau asuransi social

4. Adanya standar minimum kebutuhan masyarakat agar berkehidupan layak.

Model jaminan sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UUSJSN). Dalam undang-undang

tersebut tercantum bahwa model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah

model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Diharapkan dengan adanya

asuransi kesehatan, maka setiap penduduk Indonesia dapat akses terhadap pe-

layanan kesehatan, yang dikenal dengan istilah cakupan semesta.

Dalam World Health Report 2010,3 dicantumkan tiga dimensi dalam

mencapai cakupan semesta. Tiga dimensi untuk mencapai cakupan semesta bagi

seluruh penduduk Indonesia yaitu:

1. Penduduk yang akan dijamin kesehatannya dilakukan dalam dua tahap yaitu:

a. Tahap pertama mulai 1 Januari 2014 yaitu penerima bantuan iuran yaitu

fakir miskin dan orang tidak mampu, anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri

Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan, dan Polri beserta anggota

keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes dan PT Jamsostek

beserta keluarganya.

b. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai

peserta paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2. Pelayanan kesehatan mana yang akan ditanggung baik oleh pemerintah dan

masyarakat (benefit package) meliputi pelayanan komprensif (preventif, promo-

tif, kuratif dan rehabilitatif). Pelayanan ini dilaksanakan secara wajib oleh

fasilitas kesehatan milik pemerintah seperti puskesmas dan rumah sakit.

3. Sumber dana bagi peserta bantuan iuran dibayar oleh pemerintah, sedangkan

bagi peserta lainnya dalam bentuk pembayaran premi kepada Badan Penyeleng-

gara Jaminan Kesehatan (BPJS).4

Fasilitas kesehatan primer seperti Posyandu, Posbindu, Puskesmas dan

2 Atkinson, Incomes and Welfare State, Essays on Britain and Europe, Great

Britain: Cambridge University Press, 1995.

3 WHO, World Health Report 2010: Health Systems Financing The Path To

Universal Coverage, Geneva: WHO, 2010.

4 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Page 4: 11-25-1-PB

Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014

58

dokter praktik berfungsi sebagai gate keeper yaitu merupakan PPK yang melaku-

kan kontak pertama dengan individu, keluarga dan masyarakat sebagai proses

awal pelayanan kesehatan. Khususnya Posyandu Puskesmas mempunyai peran

ganda sebagai gate keeper yaitu sebagai tempat upaya kesehatan perorangan dan

masyarakat.5

Artinya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di puskesmas bersifat

komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Keadaan ini ber-

beda dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter praktik saat ini,

yaitu lebih mementingkan kuratif daripada aspek-aspek lainnya.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengembangan

sarana kesehatan tingkat pertama baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Pemerintah berfungsi sebagai pemegang tanggung jawab (duty bearers) dalam me-

nyediakan fasilitas tersebut agar masyarakat mendapatkan haknya atas kesehatan

(right holders).

Sejak 2005, pemerintah telah melaksanakan program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) sebagai perwujudan sistem jaminan sosial dan diberlaku-

kan bagi penduduk miskin sesuai kuota. Dalam perjalanannya, pemerintah melak-

sanakan pula program Jaminan Persalinan dan sebagian besar kabupaten/kota di

seluruh Indonesia menyelenggarakan pula jaminan kesehatan bagi penduduk

miskin nonkuota. Pada 1 Januari 2014, dimulailah secara bertahap seluruh pen-

duduk Indonesia diwajibkan mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). Sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer milik pemerintah, puskesmas

dan rumah sakit pemerintah diharapkan sebagai ujung tombak berpartisipasi dalam

memberi pelayanan kesehatan komprehensif bagi peserta JKN. Keadaan ini, tentu

saja memerlukan upaya-upaya yang strategis dan akse-leratif dalam pemenuhan

dan kemudahan akses kesehatan bagi masyarakat (availibility), kesiapan baik dari

pihak masyarakat dan BPJS.

B. METODE PENELITIAN

Masalah yang diteliti adalah bagaimana ketersediaan dan kesiapan peme-

rintah untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional? Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan dan kesiapan pemerintah

untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional. Penelitian ini bersidat

deskriptif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Data sekunder diperoleh melalui

studi dokumen, yakni tentang jumlah penduduk dan jumlah kesiapan tenaga dan

sarana prasarana kesehatan yang diambil dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun

5 Kementerian Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes,

2009.

Page 5: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

59

2011- 2013, dan dokumen Proyeksi Penduduk 2000-2025 yang diterbitkan oleh

Biro Pusat Statistik Indonesia. Analisis kualitafif dipakai menganalisis data yang

terkumpul, selanjutnya disimpulkan secra deduktif.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam aspek kesehatan, komponen penduduk mempunyai peran penting

karena berpengaruh pada penyediaan sarana dan prarana kesehatan. Bila pemerin-

tah belum dapat mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan

fasilitas kesehatan dan biaya jaminan kesehatan dari tahun ke tahun niscaya

meningkat pesat, yang pada gilirannya membebani anggaran yang disediakan oleh

pemerintah. Jumlah penduduk pada tahun 2019 sebagai tahun pelaksanaan total

program JKN adalah sebesar 258.437.000. Sebanyak 56,27% penduduk Indonesia

tinggal di Pulau Jawa.

Keadaan ini menyebabkan, tingkat kesejahteraan dan

kesehatan bangsa Indonesia tergantung pada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa

(Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DKI dan Yogyakarta). Selanjut-

nya penduduk di Pulau Jawa bertambah dengan pesat yaitu dari 125.173.900 jiwa

pada tahun 2003, akan bertambah 20.252.000 jiwa (16,18%) dalam kurun waktu

17 tahun, menjadi 145.425.900 jiwa tahun 2019.6

Dari tiga provinsi yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah penduduk di Jawa Barat akan

bertambah dengan pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar 29,52% dibandingkan

dengan Jawa Tengah (4,68%) dan Jawa Timur (5,40%). Selanjutnya dari tiga

provinsi dengan jumlah penduduk relatif sedikit, jumlah penduduk di Banten

akan bertambah dengan pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar 50,08%, diikuti oleh

Yogyakarta sebesar 14,29% dan DKI sebesar 8.01%.

Informasi tentang pertambahan penduduk tersebut sangat diperlukan

dalam perhitungan penyediaan sarana kesehatan serta kebutuhan dana bantuan

iuran agar jaminan kesehatan dapat terlaksana dengan baik. Jaminan sosial (social

security) merupakan salah satu implementasi penyelenggaraan negara kesejahtera-

an. Dari definisi tentang jaminan sosial yang dikemukakan oleh Williams and

Heins dan yang tercantum dalam UUSJSN dapat disimpulkan bahwa jaminan

sosial mempunyai tiga unsur yaitu: 7

1. Perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara sebagai jaminan sosial.

6. Biro Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk 2000-2025, [dunduh 6 Desember

2013]. Tersedia dari: http://www.datastatistik indonesia.com/proyeksi/index.php.

7 Williams & Heins, Risk Management and Insurance, Sixth ed., Singapore:

McGraw- Hill Inc., 1989.

Page 6: 11-25-1-PB

Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014

60

2. Perlindungan sosial ini terhadap risiko atau bahaya seperti kematian, kejadian

sakit, pengangguran dan kemiskinan.

3. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak.

Selanjutnya terdapat tiga bentuk jaminan sosial seperti yang dikutip dalam

Williams and Heins: “Social insurance is part of a social security system. The

other major transfers included in the system are public assistance and income

supplements”.8

Diharapkan dengan adanya SJSN, seluruh masyarakat dapat terlindungi

untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Selanjutnya dalam rencana

pengembangan jaminan sosial di Indonesia telah dicantumkan dalam Undang

Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN). Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut menyebutkan:

Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata dan dikembangkan untuk

memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial

dasar. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah disempurnakan bersama

Sistem Perlindungan Sosial Nasional (SPSN) yang didukung oleh peraturan

perundang-undangan dan pendanaan serta sistem Nomor Induk Kependudukan

(NIK) dapat memberikan perlindungan penuh kepada masyarakat luas secara

bertahap sehingga pengembangan SPSN dan SJSN dilaksanakan dengan mem-

perhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di kalangan masyarakat luas.

Menurut Pasal 19 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (2) UUSJSN, program

jaminan kesehatan dilaksanakan dengan mekanisme asuransi sosial. Keadaan ini

mengakibatkan bahwa prinsip-prinsip asuransi sosial wajib menjadi pegangan

dalam pelaksanaaan JKN. Pada asuransi sosial, pengelolaannya bukan untuk

memperoleh keuntungan, tetapi memberikan jaminan sosial kepada masyarakat.

Beberapa definisi asuransi sosial dikemukakan oleh Williams & Heins, Baker &

Weisbrot, Black’s Law Dictionary, Mehr & Cammack serta Reyda:9

1. Merupakan asuransi wajib berdasarkan undang-undang. Keuntungannya adalah

setiap masyarakat harus ikut serta dalam asuransi ini, sehingga terjadi ke-

gotongroyongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua

dan muda serta yang berisiko tinggi dan rendah.

2. Perusahaan asuransi (penanggung) merupakan milik negara dan bertujuan

untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai

dengan UU Usaha Perasuransian, maka pengelola asuransi sosial adalah badan

usaha milik negara.

8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

9 Baker & Weisbrot, Social Security, The Phony Crisis, Chicago and London:

The University of Chicago Press, 1999.

Page 7: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

61

3. Tertanggung adalah seluruh masyarakat.

4. Merupakan bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), sehingga

tidak bersifat memperoleh keuntungan.

5. Besarnya santunan (benefit) difokuskan kepada kepantasan masyarakat (social

adequacy) daripada keadilan pribadi (individual equity). Kepantasan masya-

rakat didefinisikan sebagai santunan yang dibayar memenuhi standar kehidup-

an tertentu pesertanya. Selanjutnya, besaran santunan ditetapkan dengan per-

aturan perundang undangan.

Dari keterangan tersebut, terdapat tiga komponen utama dalam pelaksanaan

asuransi sosial kesehatan yaitu masyarakat, BPJS dan fasilitas kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan komprehensif.

Pembahasan mengenai penduduk, bukan hanya sekedar jumlah saja tetapi

harus lebih luas lagi yaitu menyangkut demografi. Demografi berasal dari dua kata

Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti

menggambar atau menulis. Menurut hasil simpulan Sri Moertiningsih Adioetomo

dan Omas Bulan Samosir,10

demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari

perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik

kependudukan serta perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik dari

data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran dan komposisi

strukturnya yang dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Biro Pusat Statistik telah melakukan proyeksi jumlah penduduk Indonesia

sampai dengan tahun 2025. Dari hasil penelitian, tampak bahwa jumlah penduduk

Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2019 sebagai tahun pelaksanaan total program JKN adalah sebesar

258.437.000. 56,27% penduduk Indonesia akan tinggal di Pulau Jawa. Keadaan ini

menyebabkan, tingkat kesejahteraan dan kesehatan bangsa Indonesia tergantung

pada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Banten, DKI dan Yogyakarta).

Pemerintah sebagai duty bearers berkewajiban menyediakan fasilitas ke-

sehatan seperti Posyandu Puskesmas sampai dengan rumah sakit negri yang

tersebar di seluruh Indonesia. Posyandu Puskesmas dan Rumah Sakit mempunyai

peran strategis dan keunggulan dalam mendukung terlaksananya JKN disbanding-

kan dengan praktik dokter, dan klinik swasta. Ketiganya berfungsi sebagai pusat

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdaya-an masyarakat

dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.11

10 Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan Samosir, Dasar-dasar Demografi,

Edisi ke-2, Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI - Salemba Empat, 2010.

11 Keputusan Menkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan

Page 8: 11-25-1-PB

Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014

62

Fungsi tersebut mempunyai makna bahwa Posyandu dan Puskesmas ber-

tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya, tidak hanya

menunggu sampai masyarakat menjadi sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh puskesmas tidak menitikberatkan pada upaya kuratif saja, tetapi juga upaya

preventif dan promotif.12

Adapun upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan wajib

diselenggarakan oleh seperti promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan

ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan

dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Kesiapan PPK (Pusat

Pelayanan Kesehatan) dalam mulai Januari 2014 tidak hanya ditentukan oleh

kesediaan PPK untuk ikut serta dalam JKN tetapi terdapat faktor lain yang

memengaruhinya, yaitu akses dan keterjangkauan. Di pihak lain, Dirjen Bina

Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan menyatakan akan merekrut 30 ribu orang

dokter yang bukan dokter puskesmas untuk dikontrak oleh BPJS yang akan disebar

di seluruh pelosok Indonesia.13

Terkait dengan kesediaan bidan praktik swasta dan

rumah bersalin, didapatkan responden yang menyatakan tidak bersedia cukup

besar. Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa

bidan dan perawat pada konteks JKN bukanlah merupakan gate keeper. Hal

tersebut menyiratkan bahwa bidan dan perawat bukan merupakan penapis rujukan

medis di tingkat layanan primer. Adapun tenaga kesehatan yang melakukan

penapisan rujukan medis di tingkat layanan primer adalah dokter.

Pada saat JKN akan dilaksanakan pembenahan sistem rujukan juga merupa-

kan hal yang harus dilakukan. Dengan diberlakukannya JKN, akan terjadi penurun-

an pasien di rumah sakit dan peningkatan jumlah kunjungan di puskesmas dan

layanan primer lainnya. Peningkatan jumlah pasien pada layanan primer akan

menyebabkan dibutuhkan tenaga dokter yang lebih banyak.

Lokasi penempatan dokter juga merupakan salah satu pertimbangan

kesediaan tenaga dokter untuk mau dikontrak oleh BPJS. Sebagai contoh di

Bandung terdapat sepertiga responden yang menolak, penempatan 30.000 dokter

yang akan disebar diseluruh Indonesia tentunya merupakan permasalahan yang

harus dipikirkan pemecahannya, termasuk juga aspek kontinuitas keberadaan

dokter pada layanan primer mengingat sebagian dokter yang bekerja pada layanan

primer merupakan masa transisi untuk proses pendidikan selanjutnya yaitu

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

12 WHO. Declaration of Alma Ata, 1978.

13 30-ribu Dokter Dikontrak untuk BPJS, www.manajemen-pembiayaan-

kesehatan.net, 8 Oktober 2013

Page 9: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

63

pendidikan spesialisasi.

Ditinjau dari jenis layanan kesehatan pada PPK primer pada saat JKN yaitu

upaya kesehatan perorangan dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif

dan rehabilatif maka konsep pendekatan wilayah dan pendekatan kedokteran

keluarga serta dokter bertempat tinggal di wilayah tempat praktiknya merupakan

pendekatan.

Hal tersebut dimungkinkan karena berdasarkan Undang Undang Praktik

Kedokteran mengijinkan seorang dokter untuk melakukan praktik di 3 tempat. Bila

ditinjau dari pelaksanaan JKN, ini menunjukkan dokter yang praktiknya tidak di

wilayah tempat tinggalnya dan dokter yang melakukan praktik di tiga titik akan

menyebabkan konsep JKN tidak dapat berjalan optimal. Kondisi tersebut dapat

memengaruhi kendali mutu pelayanan yang diberikan. Pengaruh terhadap kendali

mutu yang akan terjadi adalah pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta tidak

dapat berjalan dengan optimal mengingat dokter ataupun pasien yang menjadi

peserta JKN tidak tinggal dalam satu wilayah. Pemantauan hanya bersifat pasif

yaitu hanya terjadi saat pasien datang kembali berobat, sedangkan pemantauan

aktif tidak dapat berlangsung.

D. PENUTUP

Dari pertambahan jumlah penduduk belum yang terus meningat dan akan

bertambah maka perlu perhitungan dalam mendukung pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional tahun 2014-2019. Dan kesiapan sarana prasara pusat pelayan

kesxehatan primer dan kesiapan tenaga medis, termasuk bidan maupun doker untuk

menyongsong pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh masyarakat

Indonesia tahun 2019, pemerintah harus berupaya untuk melakukan akselerasi

penambahan kualitas dan kuantitas prasarana kesehatan berdasarkan pertambahan

jumlah penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, 1995, Incomes and Welfare State, Essays on Britain and Europe, Great

Britain: Cambridge University Press.

Baker & Weisbrot, 1999, Social Security, The Phony Crisis. Chicago and

London: The University of Chicago Press.

Djoko Prakoso, 2004, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan ke-5, Jakarta: Rineka

Cipta.

Garner BA (ed. in chief), 1999, Black’s Law Dictionary, Seventh ed. Minn,

USA: West Group St Paul.

Page 10: 11-25-1-PB

Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 25, Nomor 1, Februari 2014

64

Jeffrey Sachs, 2008, Welvaart Voor De Wereld, Economie Voor Een Overbevolkte

Planeet. Amsterdam/Antwerpen: Business Contact.

Kementerian Kesehatan, 2011, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003-2011,

Jakarta: Kemenkes.

Kementrian Kesehatan, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta: Kemenkes.

Man Suparman Sastrawidjaja, 2003, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat

Berharga. Bandung: Alumni.

Reyda, 2008, Principles of Risk Management and Insurance, 10th

Ed. Boston:

Pearson Int.Ed.

Robson, 1977, Welfare State and Welfare Society, Illusion and Reality. London:

George Allen & Unwin.

Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan Samosir, 2010, Dasar-dasar

Demografi, Edisi 2, Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI -

Salemba Empat.

UNFPA, 2010, Human Rights Based Programming, New York: UNFPA.

WHO, 1978, Declaration of Alma Ata.

WHO, 2010, World Health Report 2010: Health Systems Financing The Path to

Universal Coverage, Geneva: WHO.

Williams & Heins, 1989, Risk Management and Insurance, sixth ed. Singapore:

McGraw- Hill Inc.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jang-

ka Panjang Nasional (RPJPN).

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Keputusan Menkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat.

Biro Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk 2000-2025. [dunduh 30 Agustus 20013].

Tersedia dari: http://www.datastatistik indonesia.com/ proyeksi/ index.php.

Welfare State, http://en.wikipedia.org/wiki/Welfare_state, diunduh 11 Juni 2009.

--------

Page 11: 11-25-1-PB

Budi Arsih, Kesiapan Pemerintah dalam Mewujudkan

65