10871-19976-1-SM
-
Upload
agnes-lauralay -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of 10871-19976-1-SM
MOTIVASI SEBAGAI PENENTU PERENCANAAN KEUANGAN(SUATU STUDI PUSTAKA)
Peter Garlans SinaInstitute Transformasi Indonesia-NGO
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan bagi keluarga dan setiap rumah tangga untuk segera membuat perencanaankeuangan guna mencapai kesejahteraan dan tidak menunda-nunda membuatnya. Karena orang yangmemiliki motivasi tinggi bertendensi tetap bersemangat berusaha mewujudkan kebebasan keuangan.Untuk itu, dapat diawali dari memenuhi kebutuhan paling dasar yaitu realisasi dasar-dasar transaksikeuangan, berlanjut pada mengontrol keuangan pribadi hingga kebutuhan teratas yang dinamakanmengelola keuangan pribadi.
Kata kunci : keuangan pribadi, motivasi, perencanaan keuangan, transaksi keuangan
ABSTRACT
The aim of this research was to help a family and every household to make financial planning immediatelyin order to achieve prosperity and not to postpone financial planning. Those who have high motivationtend to stay motivated in trying to fulfill financial freedom. Therefore, it can be started by fulfillingbasic needs such as the realization of basic financial transaction, and up to controlling personal financeto the highest need which is the management of personal finance.
Keywords : financial planning, financial transaction, motivation, personal finance
PENDAHULUAN
Setiap kegiatan sebaiknya diawali denganperencanaan yang bagus karena pada prinsipnyaperencanaan merupakan gambaran jelas dan spesifiktentang apa yang harus dicapai dan yang terutamaadalah peta jalan menuju visi. Hal yang sama jugauntuk bidang keuangan, yaitu perencanaan keuanganmerupakan langkah awal untuk mencapai kebebasankeuangan. Mengapa? Karena dalam perencanaankeuangan sudah tertuang tujuan keuangan yang maudiwujudkan (Hartono, 2012). Lebih tepatnya yakniperencanaan keuangan merupakan suatu hal yangwajib dilakukan bagi siapa saja yang sungguh-sungguhmenginginkan mencapai kebebasan keuangan yangterindikasi dalam keberhasilan mengakumulasi asetkeuangan sehingga jumlah aset lebih besar dari liabilitas.
Dalam bidang keuangan, manusia atau orangdikatakan sukses dan mencapai kebahagiaan jikasudah mencapai kemerdekaan keuangan (financialfreedom), dalam arti uang sudah tidak lagi dijadikansebagai tujuan kehidupan. Semua aktivitas dan
keputusan kehidupan sudah tidak lagi semata-mataditujukan untuk uang, tetapi uang dipandang sebagaisarana mencapai tujuan yang lebih hakiki. Uang tidaklagi mengendalikan kehidupan seseorang, tetapioranglah yang mengendalikan uang. Masih banyakhal-hal lain yang lebih menentukan kehidupan, sepertikesehatan, anak, keluarga, sahabat, amal ibadah, danlainlain (Wibawa, 2003 dalam Warsono, 2010).
Masih dari sumber yang sama, dijelaskan bahwaorang yang sudah mencapai kemerdekaan keuanganjika mampu menyelaraskan antara penggunaan danadengan pendapatannya. Ini berarti dalam praktikkeuangan yang sehat harus dihindari adanya praktikbesar pasak daripada tiang. Di samping itu keamanankeuangan di masa depan, terutama saat pensiunterjamin, dan antisipasi terhadap kerugian yang besardi masa mendatang, baik yang bersumber darikehilangan jiwa anggota keluarga maupun kekayaanperlu dilakukan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9 No. 1, Januari 201442
Sementara itu, Ika (2011) menegaskan bahwamengelola keuangan keluarga dimulai dari membuatrencana, melaksanakan dengan disiplin dan melakukanevaluasi atau revisi jika diperlukan. Ada dua pos pentingdalam keuangan keluarga yaitu pos pendapatan danpos pengeluaran. Bagi keluarga yang memiliki pospenghasilan tetap (fixed income) seperti karyawan,pengelolaan keuangan harus menyelaraskan antarapos pendapatan tetapnya dengan pos pengeluarannyayang bersifat variabel.
Mandell dan Klein (2007) memperkuat lagidengan menemukan hasil bahwa motivasi merupakanfaktor yang dominan mempengaruhi seseorangmembuat rencana keuangan. Dalam arti, motivasibertendensi merubah perilaku menjadi konsisten untukmembuat rencana keuangan. Lebih spesifiknya yaituorang yang memiliki motivasi tinggi akan memicuperilaku untuk meningkatkan literasi keuangan.Peningkatan pada literasi keuangan akan berpengaruhpada niat membuat rencana yang teratur dan cermatdalam rangka membangun aset keuangan demimewujudnyatakan kebebasan keuangan.
Merujuk pada penjelasan sebelumnya, diketahuibahwa pada kenyataannya motivasi merupakan faktoryang turut mempengaruhi niat membuat rencanakeuangan. Efeknya adalah meningkatkan peluangmencapai kebebasan keuangan. Mencapai kebebasankeuangan akan meningkatkan peluang mencapaikesejahteraan. Selain itu juga, diketahui bahwa padakenyatannya tidak semua keluarga dan rumah tanggadi Indonesia memiliki motivasi yang bagus untukmerencanakan keuangannya yang mana menjadimasalah yang akan dibedah. Oleh sebab itu, tujuanyang ingin dicapai yaitu bagi keluarga dan setiap rumahtangga untuk segera membuat perencanaan keuanganguna mencapai kesejahteraan dan tidak menunda-nunda membuatnya.
PEMBAHASAN
Perencanaan KeuanganSenduk (2004) menyatakan bahwa manajemen
keuangan pribadi meliputi perencanaan keuanganyakni, pertama bahwa membeli dan memiliki sebanyakmungkin harta produktif. Maksudnya adalah caranyadengan tentukan harta produktif yang ingin dimiliki,tulis pos-pos harta produktif yang anda inginkantersebut di kolom harta produktif, segera setelahmendapatkan gaji, prioritaskan untuk memiliki pos-
pos harta produktif sebelum membayar pengeluaranyang lain. Kalau perlu, pelajari seluk-beluk masing-masing harta produktif tersebut. Kedua, aturpengeluaran anda. Nalarnya adalah caranya usahakankalau perlu sedikit lebih keras pada diri untuk tidakmengalami defisit karena defisit adalah sumber semuamasalah besar yang mungkin muncul di masamendatang. Prioritaskan pembayaran cicilan utang,lalu premi asuransi, kemudian biaya hidup. Pelajaricara mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pospengeluaran. Ketiga, hati-hati dengan utang.Penjelasannya adalah caranya ketahui kapansebaiknya berutang dan kapan tidak berutang. Kuasaitip yang diperlukan jika ingin mengambil utang ataumembeli barang secara kredit. Kuasai tip yangdiperlukan bila pada saat ini terlanjur memiliki utang.
Keempat, sisihkan untuk masa depan. Caranyaambil kertas dan tulis pos pengeluaran yang perludipersiapkan untuk masa yang akan datang. Untukmasing-masing pos pengeluaran, tulis alternatif yangakan ditempuh untuk dapat mempersiapkan dananya.Sisihkan gaji dan bonus-bonus mulai dari sekaranguntuk mempersiapkannya. Kelima, miliki proteksi.Caranya miliki asuransi, entah asuransi jiwa, asuransikesehatan, atau asuransi kerugian. Miliki danacadangan sebagai proteksi jangka pendek kalaukehilangan penghasilan dan tidak mendapatkan uangpesangon, atau kalau uang pesangonn sangat kecil.Miliki sumber penghasilan lain di luar gaji secara terus-menerus, sebagai proteksi jangka panjang dari gajiyang sewaktu-waktu dapat saja terancam berhenti.
Tidak jauh berbeda, Karvof (2010) menyatakanbahwa perencanaan keuangan pribadi meliputi amalsebesar 10 persen merupakan bentuk dari tanggungjawab sosial individu (personal social responsibility)kepada sesama manusia, sehingga dengan literasi keuanganyang baik maka seseorang juga diwajibkan untukmemberdayakan orang lain (philanthropy) untukmencapai kebebasan keuangan (financial freedom).Adapun definisi kebebasan keuangan menurut Karvof(2010) adalah kondisi dimana pendapatan pasif melebihipendapatan aktif atau melebihi pengeluaran pada suatuperiode waktu tertentu, sedangkan pendapatan pasifdiartikan sebagai pendapatan yang diterima walaupunorang tersebut tidak bekerja atau beraktifitas.
Pendidikan dan proteksi dimaksud untukbagaimana seseorang secara berkelanjutanmeningkatkan literasi keuangan sehingga secarakontinyu akan memahami perubahan dalam keuangan
Peter Garlans Sina, Motivasi sebagai Penentu Perencanaan ... 43
dan mampu menentukan keputusan keuangan yangtepat sepanjang siklus hidup, sedangkan proteksiditujukan untuk melindungi jika terjadi peristiwa yangtidak diduga. Untuk investasi sebesar 30 persen daripendapatan ditujukan untuk lebih cepatmelipatgandakan arus kas masuk (cash inflow), danyang terakhir yaitu biaya hidup ditujukan untukbagaimana hidup hemat namun bukan didasari sifatpelit atau kikir. Adapun maksud dari sifat pelit yaitutidak mengeluarkan uang walaupun mampu dan perlu,sedangkan hemat adalah hanya mengeluarkan uangjika memang perlu.
Massaya (2005) sebagaiman dikutip Ika (2011)memperkuat melalui pernyataan bahwa perencanaankeuangan keluarga merupakan strategi bagaimanamencapai tujuan keuangan keluarga dalam jangkapendek, menengah dan panjang. Ada lima tahapanperencanaan keuangan yang didasarkan pada usiapengelola, dan harus berurutan dari usia produktifsampai pensiun. Kelima tahapan tersebut adalah:1) Usia 20 - 30 tahun
Masa dimana orang mulai membangun landasankeuangan. Pada usia ini seseorang dalam prosesmeniti karir dibidang apapun dan harus menciptakanfinancial habit. Langkah tepat yang perlu dilakukanadalah menginvestasikan penghasilan, membeliproperti, membeli asuransi (jiwa, kesehatan, dll.)dan merencanakan dana pensiun.
2) Usia 30 - 40 tahunMasa ini adalah masa dimana seseorang mulaimemantapkan landasan keuangan keluargadengan langkah-langkah strategis antara lainpenumpukan aset dan menambah jumlah finansialyang dimiliki.
3) Usia 40 - 50 tahunUsia ini merupakan masa puncak kemandirianyaitu masa menikmati hasil dari investasi yangtelah ditanamkan ke beberapa portofolioinvestasi, menikmati karir atau bisnis.
4) Usia 50 - 60 tahunUsia ini merupakan masa persiapan pensiun, halyang perlu dilakukan adalah membereskanseluruh hutang/kredit dan tersedianya dana yangcukup untuk pensiun.
5) Usia > 60 tahunUsia dimana seseorang tidak produktif ataumelakukan kegiatan sosial non profit dan menikmatipensiun dengan kecukupan dana yangdikumpulkannya dari awal mulai bekerja.
Sementara itu, Benson (2004) mempertegasbahwa ketika membuat rencana keuangan, perlumemperhatikan beberapa jebakan berikut ini.Tepatnya ada 12 hal yaitu :1) Tidak mengandalkan pada suatu hari nanti yang
menyesatkan.Tidak menunda-nunda untuk segera membangunaset dan remanajemen keuangan, tepatnyapenerimaan dan pengeluaran per periode waktutertentu.
2) Tidak menunggu hari hujan sebelum sadar bahwaanda tidak memiliki payung.Masa depan keuangan tidaklah pasti karena sulitutnuk memprediksi secara tepat, seperti biaya-biaya tidak terduga atau tidak diantisipasi. Olehkarena segeralah membangun aset keuangan.
3) Tidak memberi makan monster.Tidak melakukan aktivitas belanja barang-barangtanpa ada kontrol dan sadar jika berbelanjamenggunakan kartu kredit serta tidak memilikiutang yang berlebihan, sehingga menggangukeseimbangan pendapatan saat ini dan di masayang akan datang.
4) Tidak terjebak ke dalam keyakinan bahwa “andaadalah apa yang anda kendarai”.Mengeluarkan uang untuk membeli kendaraandengan mempertimbangkan benefit dan biayanya.Dengan kata lain, menikmati hidup namun tidakmelupakan memiliki aset untuk fungsi berjaga-jaga.
5) Tidak bermasalah dengan utang.Berhati-hati membeli barang-barang ataupun jasamenggunakan kartu kredit, sehingga tidak mengalamiutang yang berlebihan dan tidak mengalamikesulitan menabung serta investasi.
6) Tidak mengabaikan hubungan antara uang dan tubuh.Menggabungkan kerja cerdas dan keras untukmembangun aset atau menghasilkan uang.
7) Berhasil memanfaatkan 4 teman yang hebat.Teman pertama, kekuatan prioritas adalahmemindahkan sesuatu yang ada di bagian bawahdaftar pekerjaan ke atas. Hal itu mengubahtindakan dari dipikir belakangan (suatu hari nanti)menjadi hal yang paling penting (hari ini). Temankedua, kekuatan tabungan. Teman ketiga, kekuatanberinvestasi di bidang ekuitas. Teman keempat,yaitu kekuatan bunga-berbunga.
8) Tidak investasi ekstrim.Terhindar dari jebakan penipuan investasi, yangmenjanjikan return ilusi.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9 No. 1, Januari 201444
9) Tidak mengikuti asuransi ekstrim.Mengikuti asuransi dengan melihat kredibilitas dariperusahaan tersebut, serta memperhatikansyarat-syarat pemberlakuan suatu proteksi.
10) Tidak mengajarkan kesalahan yang sama padagenerasi berikutnya.Mengajari anak untuk meningkatkan literasikeuangan, sehingga tidak mengulangi pola yangsama dengan orang tuanya.
11) Tidak terjadi kekacauan finansial.Pendapatan tidak hanya untuk konsumsi saat ini,atau tidak merampok keuangan masa depan untukdibelanjakan saat ini.
12) Tidak bermain “suatu hari nanti” dengan masapensiun anda.Relatif tidak berpersepsi bahwa masa pensiunakan ada yang menanggung biaya, sepertipemerintah, sanak saudara, atau mungkin anak-anak. Hal ini akan berefek pada mengurangikemalasan atau bahkan mulai peduli untuk segeramembangun aset.
MotivasiHogarth dan Angelov (2003) menemukan bahwa
keluarga miskin bertendensi memiliki tabungan yangrendah dan faktor yang mempengaruhinya yaitumotivasi. Nalarnya adalah ketika seseorang memilikimotivasi tinggi akan mempengaruhi daya juang untukmewujudkan sesuatu. Hal yang sama juga padarencana keuangan, yakni orang akan berusaha untukmencermati kondisi keuangannya saat ini untukmemperbaikinya di masa mendatang melaluipembuatan rencana keuangan yang tepat. Ketikaorang miskin memiliki motivasi yang tinggi akanbertendensi untuk merubah keadaan keuangannyamelalui upaya yang intens untuk disiplin membuatrencana keuangan dan mengaplikasinnya.
Serupa Holgarth, Hazembuller dan Wilson (2006)melalui penelitian yang dilakukan menemukan bahwafaktor motivasi turut mempengaruhi persepsi oranguntuk tidak berperilaku boros atau pun menggunakanutang yang tidak normal. Efeknya yaitu akanmeningkatkan peluang untuk memperbaiki kondisikeuangan saat ini hingga masa depan melalui rencanakeuangan yang tersusun dengan baik. Lown (2008)menguatkan lagi bahwa dalam proses mempersiapkanpensiun yang bagus, perempuan diberikan motivasiuntuk mau belajar tentang investasi, membuat anggarandan tidak menerima hidup terbelenggu utang.
Mandell dan Klein (2007) mempertegas melaluihasil penelitiannya bahwa faktor motivasi merupakanprediktor bagi pengembangan diri yang ditujukanpada keuangan. Spesifiknya yaitu ketika seseorangsudah diberikan pelatihan atau pun pemahamantentang pentingnya literasi keuangan guna membuatkeputusan keuangan yang cerdas, namun seringkalikecerdasan keuangan tersebut hanya bersifatkontemporer sehingga seiring berjalannya waktuorang tersebut akan kembali pada perilaku keuanganyang keliru. Guna mencegah hal sebelumnya terjadi,perlu diberikan motivasi sehingga daya dorong untuktetap meningkatkan literasi keuangan yang terindikasidalam keputusan keuangan yang tepat dapat dirubahmenjadi relatif permanen.
Sumber lain, Kamakura, Ramaswani danSrivastava (1991) yang membuat hirarki kebutuhanuntuk pengelolaan keuangan pada aras institusikeuangan, menjelaskan bahwa memahami kebutuhandapat membantu untuk mencapai pengelolaankeuangan yang bagus bagi suatu institusi keuangan.Sementara Kamakura, et al (1991) memfokuskanpada institusi, Xiao dan Noring (1994) mengaplikasikanhirarki kebutuhan dari Abraham Maslow pada kontekskeuangan pribadi (personal finance). Selengkapnyaadalah guna membuat perencanaan keuangan makaindividu atau keluarga perlu menjadikan kebutuhansebagai daya dorong perilaku.
Barbaca dan Zekan (2011) mempertajam melaluipengembangan model hirarki kebutuhan untukpengelolaan keuangan pribadi yang meliputi pembuatanperencanaan keuangan pribadi menjadi tiga tingkatandan tingkatan paling atas hanya dapat dipenuhi setelahkebutuhan paling bawah terpenuhi. Paling bawahyaitu realisasi dasar-dasar transaksi keuangan, keduaadalah mengendalikan keuangan dan yang terakhiryaitu mengelola keuangan pribadi. Lebih jelasnya akantampak seperti Gambar 1.
Gambar 1.Piramida Kinerja Keuangan
Peter Garlans Sina, Motivasi sebagai Penentu Perencanaan ... 45
Realisasi Dasar-Dasar Transaksi KeuanganPada tahap pertama, untuk mampu melakukan
transaksi keuangan yang tepat dibutuhkan pengetahuanyang memadai juga. Dalam arti, pengetahuan yangdimaksud adalah pengetahuan keuangan dasar sepertibagaimana kalkulasi bunga bank, mengenal instrumenkeuangan tabungan dan pengatahuan dasar lainnya.Oleh karena itu, menurut Barbaca dan Zekan (2011)bahwa kebutuhan paling dasar dari hirarki motivasiadalah melakukan transaksi keuangan.
Terkait pengetahuan dasar keuangan ini,diarahkan untuk mendeskripsikan bagaimana orangmenimbulkan motivasi melakukan dasar-dasartransaksi keuangan sehingga dapat membuat rencanakeuangan yang cermat. Oleh karena itu memilikikemiripan dengan pengetahuan keuangan dasar,seperti yang dijelaskan oleh Ida dan Dwinta (2010),untuk memiliki pengetahuan keuangan perlumengembangkan keahlian dan belajar menggunakanalat-alat keuangan (financial tools) sepertimemahami jenis-jenis tabungan serta penggunaannya,pemahaman dasar tentang asuransi dan jenis-jenisasuransi.
Sesuai juga dengan yang dijelaskan olehGreenspan (2002) dalam Clark, D’ambrosio,Mcdermed dan Sawan (2003) bahwa saat ini perlumemperlengkapi konsumen dengan pengetahuanyang dibutuhkan untuk membuat keputusan ketikamemilih dari sekian banyak produk-produk keuangandan berbagai pelayanan atau jasa keuangan.Memberikan pengetahuan yang dibutuhkan untukmenciptakan anggaran keuangan rumah tangga,Selain itu juga, memiliki dasar keahlian perencanaanakan membantu orang-orang untuk memenuhikewajiban keuangan jangka pendek dan untukmemaksimalkan kesejahteraan di masa yang akan datang.
Sejalan dengan maksud sebelumnya, Karvof(2010) menyatakan bahwa pendidikan keuangan yangterwujudkan dalam literasi keuangan menjadi bagianyang tidak terpisahkan dalam kehidupan seseorang,sehingga wajib untuk meningkatkan pengetahuankeuangan. Lebih lanjut, pengetahuan keuangan eratkaitannya dengan gagasan, dengan memilikipengetahuan yang luas maka seseorang mampumelakukan banyak hal, dan mampu lebih menikmatihidup secara lebih baik karena memiliki banyakgagasan untuk mendapatkan pendapatan pasif(passive income). Dengan kata lain, untuk mampumencapai kebebasan keuangan atau memiliki
pendapatan pasif maka pengetahuan keuanganmenjadi hal yang esensial.
Senada, Lim (2001) menyatakan bahwa rumusuntuk mencapai kekayaan yang perlu dilkakukan olehindividu/rumah tangga adalah menjaga jangan sampaipengeluaran melebihi penerimaan. Hal inimengindikasikan bahwa pelaku pembuat keputusankeuangan perlu dibekali dengan berbagai pengetahuandasar sehingga tidak mengalami kekeliruan. Lanjutbahwa dengan mengontrol pengeluaran akibatbeberapa faktor seperti tekad yang kuat untukmengontrol keinginan yang tidak terbatas serta tidakmenunda-nunda untuk segera mengambil tindakanuntuk berhenti melakukan pembelian yang tidakbermanfaat.
Lebih spesifiknya yaitu jangan membuat prioritasbelanja yang tidak tepat melainkan perlu untuk segeramengambil langkah yang tepat untuk memenuhikebutuhan dan tidak terlalu memenuhi keinginankarena seringkali memenuhi keinginan secara terus-menerus akan mengakibatkan rumah tanggamengalami utang yang berlebihan karenamenggunakan utang untuk kepentingan konsumsi.
Tak jauh berbeda, Sher (2007) menjelaskanbahwa mencapai kekayaan dalam hidupmembutuhkan syarat pertama yang harus dipenuhiyaitu pendidikan yang apabila diperas lagi merupakanpengetahuan. Peningkatan pengetahuan keuanganyang meliputi pengetahuan akan dasar-dasarkeuangan akan membantu untuk paradigma (mindset)dalam memandang kekayaan dan bagaimanamencapainya dengan cara yang tepat. Lebihspesifiknya lagi yaitu bagaimana menentukanlangkah-langkah atau operasionalisasi untukmenciptakan kekayaan yang diinginkan dapat ditempuhapabila individu memiliki pengetahuan yang memadai.Lanjut, bermodalkan pengetahuan keuangan seseorangakan mengetahui aturan main dalam memperoleh uangsehingga meraih kesuksesan akan terasa jauh lebihmudah daripada yang tidak berpengetahuan.
Mengendalikan Keuangan PribadiDeskripsi kebutuhan untuk mengontrol keuangan
yakni adanya dorongan yang harus dipuaskan danhal inilah yang menciptkan perilaku. Ketika perilakuyang timbul relatif konsisten dapat mengakibatkanakumulasi aset keuangan melalui perencanaankeuangan yang berbasiskan informasi. Selanjutnyaadalah orang yang telah melewati tahap pertama dan
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9 No. 1, Januari 201446
meningkat kebutuhannya ke pengendalian keuanganpribadi akan menjadi lebih bertanggung jawabterhadap keuangannya.
Dalam hal bertanggung jawab atas keuanganinilah orang akan berusaha untuk mengontrol uangyang terindikasi dari perilakunya untuk mulaiberhemat, berpikir dahulu sebelum mengeluarkanuang, dan mulai membuat prioritas atas penggunaanpendapatan. Oleh karena itu, dapat juga dikatakanbahwa hirarki kebutuhan kedua ini bertendensimenimbulkan responsibiliti bahwa kesuksesankeuangan tidak ditentukan oleh orang lain melainkanoleh perilaku kita sendiri, dan semua itu akan memicuniat untuk membuat rencana keuangan yang cermat.
Lebih spesifiknya yakni seperti yang Sina danRaturomon (2011) bahwa niat bertanggung jawab ataskeuangannya merupakan karakteristik dari locus ofcontrol terhadap keuangannya. Efeknya adalahmemicu niat membuat rencana keuangan yang tepatsehingga peluang mencapai kebebasan keuanganmeningkat. Semakin besarnya motivasi ini makasemakin besar pula peluang mengulangnya lagi di masamendatang sehingga menimbulkan kelekatan perilakuyang positif dalam hal mengendalikan keuangan.
Arijanto (2010) menegaskan lagi bahwamengendalikan keuangan diindikasikan melalui hasratyang kuat untuk memilah kebutuhan dan keinginan.Maksudnya adalah mengendalikan keuangan memuatarti pengontrolan perilaku untuk mampu memprioritaskebutuhan daripada keinginan sehingga tidak terjebakdalam perilaku akumulasi liabilitas. Seperti taat padaprinsip membayar diri dahulu sebelum orang lain (payyour self first). Dikaitkan dengan motivasi, dipahamibahwa semakin tinggi motivasi maka semakin tinggipula hasrat atau niat untuk mendahulukan pemenuhankebutuhan hidup dibandingkan keinginan sehinggaberpeluang terhindar dari defisit keuangan.
Manajemen Keuangan PribadiHirarki kebutuhan terakhir adalah mengelola
keuangan pribadi. Kebutuhan ini merupakan jeniskebutuhan yang tertinggi atau teratas karena padaprinsipnya semakin tinggi kemampuan mengelolakeuangan pribadi maka semakin tinggi peluangterciptanya kebebasan keuangan. Meningakatnyapeluang tersebut, tentu saja diawali dari prosespembuatan rencana keuangan yang tepat. Olehkarena itu, tidak mengherankan apabila manajemenkeuangan pribadi menjadi kebutuhan teratas.
Pembahasan tentang manajemen keuanganpribadi (personal finance) yang dijadikan kebutuhantert inggi sebenarnya juga menggambarkankemampuan diri untuk mengelola perilaku. Sepertiarti dari manajemen keuangan pribadi menurutGodwin dan Koonce (1992) dalam Parrota danJohnson (1998) menyatakan bahwa manajemenkeuangan pribadi dapat diartikan sebagai prosesperencanaan, implementasi dan evaluasi keuanganyang dilakukan oleh unit individu ataupun keluarga.Dengan demikian, diharapkan individu ataupun rumahtangga akan mampu menciptakan kekayaan yangdibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan saat inimaupun di masa yang akan datang.
Dipertajam lagi oleh Gitman dalam Krishna,Rofaida, dan Sari (2010) bahwa manajemenkeuangan merupakan proses perencanaan, analisadan pengendalian kegiatan keuangan. Salah satubentuk aplikasi dari manajemen keuangan adalahyang disebut manajemen keuangan pribadi yaituproses perencanaan dan pengendalian keuangan dariunit individu atau keluarga. Manajemen keuanganpribadi meliputi : (1) Money Management, (2)Spending and Credit, dan (3) Saving and Investing.Apabila dikaitkan dengan motivasi maka orang yangmemiliki kebutuhan mengelola keuangan pribadinyabertendensi untuk berhasil dalam empat ranahmanajemen keuangan pribadi yang menurut Gitmanyaitu money management, spending and credit,saving and investing.
Sementara itu, Kiyosaki (2009) menerangkanbahwa supaya manajemen keuangan pribadi(personal finance) tidak mengalami salah arah, perluuntuk memahami apa yang dimaksud dengan asetdan apa yang dimaksud dengan liabilitas. Hal inipenting dilakukan karena seringkali rumah tanggaterkecoh antara kedua hal tersebut. Tepatnya adalahseringkali berkeyakinan bahwa semua harta yangdimiliki adalah aset.
Lebih spesifiknya yaitu ketika membeli ataumemiliki suatu harta, seringkali tidak mampumengidentifikasikan bahwa harta yang dimiliki tidakmembawa arus kas masuk melainkan memuat aruskas keluar. Apalagi ditambah dengan berbagai biaya-biaya tersembunyi dari kepemilikan harta tersebut.Dengan demikian, dalam hal penelitian ini tampakbahwa orang yang memiliki motivasi tinggi akanbertendensi sungguh-sungguh berupaya memahamimakna dari aset dan mengaplikasikannya dengan tepat.
Peter Garlans Sina, Motivasi sebagai Penentu Perencanaan ... 47
KESIMPULAN
Proses mewujudkan kebebasan keuangan diawalidari pembuatan rencana keuangan yang tepat, danuntuk itu memerlukan daya dorong yang kuat. Terkaitdaya dorong itulah yang dalam penelitian ini disebutsebagai motivasi. Oleh karena itu, untuk menjadimanusia yang merdeka dalam keuangan perlu memilikimotivasi yang kuat sehingga segera membuatperencanaan keuangan dan segera mengaplikasikannya.Sehubungan dengan motivasi, keluarga atau punrumah tangga dapat mengawalinya dari memenuhikebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan tertinggi.
DAFTAR REFERENSI
Arijanto, A. 2010. Dosa-Dosa Orang Tua TerhadapAnak Dalam Hal Finansial . Elex MediaKomputindo. Jakarta
Barbaca, D. B. & S. B. Zekan . 2011. Personal Financesand Hierarchy of Human Needs. EconomyTransdisciplinarity Cognition Vol. XIV, Issue 1/2011337-349
Benson, Daniel D. 2004. 12 Kesalahan Bodoh yangDilakukan Orang terhadap Uang Mereka danBagaimana Cara Mengatasinya. Gospel Press. Batam
Clark, R. L, M. B. D’ambrosio. A. A. Mcdermed. dan K.Sawan. 2003. Financial Education and RetirementSavings. Presented at Sustainable CommunityDevelopment: What Works, What Doesn’t, and Why.Conference Sponsored by the Federal ReserveSystem
Hartono, A. 2012. Nasibmu dalam Dompetmu. ElexMedia Komputindo. Jakarta
Hogarth, J. M. & C. E. Angelov. 2003. Can the Poor Save?Associa tion for Financia l Counsel ing andPlanning Education.
Holgarth, J, A. Hazembuller dan M. Wilson. 2006. HowMuch Can the Poor Save? CFED/Federal ReserveSystem — draft as of 11 September 2006
Ida dan C. Y. Dwinta. 2010. Pengaruh Locus of Control,Financial Knowledge, Income terhadap FinancialManagement Behavior. Jurnal Bisnis dan AkuntansiVol 12, No 3, Desember 2010, Hlm. 131 – 144
Ika, A. 2011. Personality Traits sebagai Penentu PerencanaanKeuangan Keluarga (Suatu Kajian Pustaka). Ragam
Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 2,Agustus 2011
Kamakura, W. A, Ramaswami S. N. dan R. K. Srivastava.1991. Applying Latern Trait Analysis in Evaluationof Prospects for Cross-selling of Financial Services.International Journal of Research in Marketing,Vol. 8 No.4, 1991, pp. 330.
Karvof, Anatoli A. 2010. Kaya dengan CEPIL; CaraCerdas Meraih Kekayaan dan Keberkatan Finansial.Elex Media Komputindo. Jakarta
Kiyosaki, Robert T. 2009. The Cash Flow Quadrant.Gramedia, Jakarta
Krishna, A., R. Rofaida dan M. Sari. 2010. AnalisisTingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswadan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Surveypada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia).Proceedings of The 4th International Conferenceon Teacher Education; Join Conference UPI &UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010
Lim, Johanes. 2001. Just Duit! Gramedia, JakartaLown, J. M. 2008. The Role of Retirement Personality
Type in Motivating Women to Plan for Retirement.Research Dialogue, September 2008
Mandell, L. dan L. S. Klein. 2007. Motivation and FinancialLiteracy. Financial Services Review 16 (2007)105–116
Parrota, J. L. dan P. J. Johnson. 1998. The Impact OfFinancial Attitudes and Knowledge on FinancialManagement and Satisfaction of Recently MarriedIndividuals. Association for Financial Counselingand Planning Education
Senduk, Safir. 2004. Siapa Bilang Jadi Karyawan NgakBisa Kaya; Lima Kiat Praktis Mengelola Gaji agarBisa Kaya. Elex Media Komputindo. Jakarta
Sher, B. 2007. Wht They Don’t Want U to Get Rich.Hikmah, Bandung
Sina, P. G. dan L. T. Raturomon. 2011. Pengaruh LiterasiKeuangan, Locuf of Control dan KemampuanKognitif terhadap Manajemen Keuangan Pribadi.Jurnal Bisnis & Manajemen Volume 8 No 1September 2011
Warsono. 2010. Prinsip-prinsip dan Praktik KeuanganPribadi. Journal of Science. Volume 13 Nomor 2Juli - Desember 2010
Xiao, J. J. dan F. E. Noring. 1994. Perceived SavingMotives and Hierarchical Financial Needs. FinancialCounseling and Planning, Volume 5, 1994
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9 No. 1, Januari 201448