2417-4611-1-SM (1)

download 2417-4611-1-SM (1)

of 14

Transcript of 2417-4611-1-SM (1)

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    1/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    Ekonomi Politik Vincent Moscowoleh Media Online Entertainment kapanlagi.com

    Oleh: Indah Wenerda, S.Sn., M.A

    Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad DahlanYogyakarta

    Abstrak

    KapanLagi.com salah satu media online yang banyak diakses oleh masyarakat diIndonesia. Media online ini menyediakan berbagai macam informasi terkait selebritis, duniahiburan dan gaya hidup lainnya.

    Seiring perkembangannya, media online KapanLagi.com yang mengalami pasang surut.Demi mempertahankan eksistensi, profit merupakan salah satu ideologi yang harus selaludipertahankan. Mekanisme pengumpulan profit dilakukan dengan mengadakan pemberitaan yang

    selalu berpacu dengan kecepatan waktu. Akibatnya setiap membuat pemberitaan tidak melakukankroscek kebenaran, sehingga mengesankan pemberitaan yang asal-asalan.

    Jika dianalisa fenomena menggunakan kaca mata ekonomi politik, Vincent Moskow,menyebutkan bahwa dalam kegiatan produksi media online KapanLagi.com terdapat praktikkomodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi yang terjadi.

    Kata Kunci: media, online, infotainment, dan profit.

    A. Latar Belakang

    Dewasa ini setelah kemunculan media baru (baca: internet), muncul juga

    perubahan pola konsumsi perolehan berita/informasi. Semula sumber berita/informasi

    diperoleh melalui media cetak seperti koran dan majalah, atau media elektronik seperti

    radio dan televisi. Akan tetapi semenjak media baru/internet, para pencari

    berita/informasi melakukan migrasi media menuju media baru. Dengan prinsip berita

    yang dihadirkan lebih fluid dan dinamis oleh media baru, merupakan cerminan pola

    konsumsi saat ini yang diinginkan oleh masyarakat.

    Studi kasus dalam tulisan ini adalah sumber berita/informasi dari media baru,

    khususnya informasi dunia entertainment. Salah satu kanal yang menjadi fokus dalam

    tulisan ini adalah situs media online KapanLagi.com. Situs ini khusus menghadirkan

    informasi dari dunia entertainment. Dalam penyampaian infornasi, situs ini sangat fasih

    menggunakan prinsip fluid dan dinamis dalam pergantian informasinya. Kemudian

    prinsip tabloidisasi juga digunakan dalam pemberitaan, agar terkesan bombastis. Begitu

    silih bergantinya pemberitaan mengenai selebritis; mulai dari yang saling tuding, saling

    melaporkan ke pihak polisi, membuat sensasi baru, kematian, kelahiran, pernikahan,

    hingga informasi pengadaan konser-konser musik, peluncuran film terbaru, baik itu dari

    tingkat lokal hingga internasional.

    Melalui hasil catatan Google Analytics, lebih dari enam juta pembaca setiap bulannya

    mengkonsumsi artikel yang diproduksi oleh KapanLagi.com. Hingga pada tahun 2009 melalui

    Google Analytics juga mencatat, pembaca mencapai 40 juta orang. Angka

    Ekonomi Politik vincent Mosco 1oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    2/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    yang fantastis, ketika dilihat bahwa kebiasaan ini telah menjadi kebiasaan sehari-hari.

    Kebiasaan sehari-hari jika dunia siber tidak terlepas dari kehidupan manusia zaman

    sekarang dalam mencari informasi.Penjeasan di atas, mengantarkan pada pembahasan tulisan ini terkait ekonomi

    politik mediamedia online KapanLagi.com dalam mengumpulkan berbagai berita

    kepada khalayak. Media online ini lebih mengedepankan kecepatan berita, berita yang

    terkumpul segera diproses dalam meja editing, untuk kemudian dihadirkan kepada

    pembaca sebagai sebuah informasi. Dalam pengamatan, berita yang disajikan melalui

    media online ini sangat cepat pergantiannya. Diakui oleh dewan direksi sumber informasi

    ada dalam zona nasional dan internasional. Sumber informasi terkait hal-hal yang terjadi

    pada selebritis, baik life style, perfilman, musik, makanan dan lain sebagainya. Sehingga

    tidak dipungkiri untuk selang satu jam, terdapat 14 kali pergantian berita.

    Pemilihan ranah selebritis dan info hiburan (entertainment), diasumsikan bahwapilihan ini sangat bersifat profit oleh perusahaan. Isi informasi yang ringan merupakan

    kebiasaan yang sudah mendarahdaging dalam masyarakat, khususnya kelompok ibu-ibu.

    Yaitu bergosip, bergunjing, diadopsi menjadi program infotainment pada media televisi,

    oleh media online dibuatkan juga versi onlinenya. Ketika media online saat ini menjadi

    media favorit masyarakat dengan akses yang lebih mudah. Keadaan ini menjadi keadaan

    yang menguntungkan bagi perusahaan media online menjadikannya sebagai mesin uang.

    Berbagai akses dapat digunakan oleh konsumen dalam mendapatkan berita, salah

    satunya melalui gadget. Hal ini menjadi capaian KapanLagi.com, dengan mengejar berita

    dalam waktu tercepat, dengan memanfaatkan kecanggihan dunia siber yang mampu

    mencerabut ruang dan waktu melalui teknologi. Menyadari bahwa setiap pemberitaantidak terlepas dari kode etik jurnalistik, pemberitaan harus tetap konsisten walaupun pada

    akhirnya disandingkan dengan orientasi profit. Inilah bentuk asumsi yang dapat

    dikemukakan, ketika media online KapanLagi.com adalah salah satu dari media online

    yang saat ini diminati oleh konsumen.

    Melalui kacamata ekonomi politik media, Vincent Moskow, bahwa terdapat tiga

    fase, yakni komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi dalam media massa yang digunakan

    oleh pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan. Karena pada umumnya latar belakang

    pemilik media adalah pengusaha, jadi bagaimana sebisa mungkin apa saja yang dimiliki,

    dapat digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Seperti media online KapanLagi.com

    digunakan oleh Steve sebagai pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan.

    B. Kerangka Teori

    1. Regulasi dalam Media Internet

    Internet merupakan sebuah penemuan oleh ARPANET dalam menyatukan jarak

    melalui sambungan (line) telepon, sehingga tidak ada lagi jarak dalam mengirimkan data

    secara cepat. Perkembangannya internet menggunakan sistem yang tidak melibatkan kawat

    (wireless) dari transmisi melalui menara, juga satelit komunikasi, jaringan dan layangan

    2 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    3/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    online1. Secara tidak sadar perangkat internet menggunakan ranah publik (public

    domain)2 dalam pengoperasiannya, sehingga dalam sistem demokrasi jika media

    menggunakan ranah publik (frekuensi), maka ada regulasi yang mengawasinya, misal

    konten yang harus tersebar, tidak mengacu pada ideologi pemilik modal, dan sebagainya.

    Di Indonesia badan yang berfungsi sebagai regulator adalah KPI (Komisi Penyiaran

    Indonesia) dan Departemen Komunikasi dan Informatika, atas penggunaan frekuensi dan

    pemberian izin penyiaran atas sebuah media.

    2. Model Penyiaran di Internet

    Internet sebagai media baru, menghadirkan cara-cara baru dalam mengakomodir

    kebutuhan penggunanya. Cara-cara baru merupakan sebagai bentuk inovasi dari cara

    lama, yang terpadukan dalam kehidupan sehari-hari.

    Tidak berbeda dengan televisi dan radio, internet sebagai media juga merupakansebuah agen yang mengkonstruksi, dan oleh karenanya mampu membentuk identitas,

    citra, dan opini publik. Seiring dengan keluarbiasaan yang dimiliki oleh internet, dengan

    kecepatan yang lebih besar ketimbang televisi dan radio (yang membutuhkan proses

    editing yang lama sebelum disiarkan, ketimbang media di internet) dalam membentuk

    identitas, opini dan citra, internet mempunyai posisi lebih rentan ketika membentuk

    sebuah konstruksi dalam opini publik. Sehingga akan sangat diperlukan kontrol yang

    ketat dari regulator.

    Dalam sistem penyiaran demokratis, internet seharusnya juga tidak terlepas dari

    visi dan misi ini. Sebagai salah satu ruang publik, keberagaman isi/konten dalam

    penyampaiannya setidaknya harus lepas dari kepentingan dari pemilik modal/media.Sehingga jaminan dalam hak dasar sosial dan politik warga negara terpenuhi, jauh dari

    monopoli informasi dan media oleh segelintir orang yang memasung konteks demokrasi.

    Karena media sebagai salah satu bagian dari ruang publik, hendaknya memungkinkan

    terjadinya pertukaran informasi dan pandangan yang terkait dengan kepentingan orang

    banyak yang menyuarakan opini publik.

    3. Persaingan Usaha Penyiaran di Internet

    Kemunculan komputer (sebagai sebuah instrumen pelengkap, dalam

    menggunakan internet) pada awalnya saja sudah bersifat politis, ketika hanya sebagian

    orang saja yang dapat mengoperasikannya. Karena hanya mereka yang mempunyaikarakteristik sosial tertentu saja yang dapat menggunakannya.

    Sehingga tidak salah jika gejala ini menentukan pergerakan berikutnya, ketika

    akhirnya internet dimanfaatkan oleh sebagian orang dalam ideologi kapitalisme (peluang

    dalam upaya komodifikasi)3. Disebutkan oleh Timothy Luke:

    1David Bell,An Introduction to Cybercultures, hal. 18.2Puji Rianto, Iwan Awaluddin Yusuf, Moch. Faried Cahyono, Saifudin Zuhri, Wisnu Martha

    Adiputra, Amir Effendi Siregar,Dominasi TV Swasta (Nasional), Tergerusnya Keberagaman Isidan Kepemilikan, hal.5.

    3Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, hal. 12

    Ekonomi Politik vincent Mosco 3oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    4/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    [a]n accurate census of internet users needs to be updated daily or weekly, notmonthly or yearly, to keep track of its exponential growth... Numbers can be

    cited, but they become inaccurate even as they are reported.4

    Berdasarkan kutipan di atas, internet merupakan ladang bagi sebagian orang, karena

    internet mampu menghasilkan keuntungan dengan pertumbuhan yang sangat signifikan, yang

    berlipat-lipat. Pendapat ini dipertegas oleh Saskia Sassen5, sebagai berikut:

    This is a particular moment in history of digital network, one when powerfulcorporate actors and high-performance networs are strengthening the role of

    private electronic space and altering the structure of publikc electronic space.Electronic space has emerged not simply as a means for communicating, but as a

    major new theatre for capital accumulation and the operations of global actors.

    Kemudian disimpulkan oleh Bell, bahwa ekonomi politik dalam cyberspace

    menimbulkan isu baru bahwa cyberspace sebuah teater menuju pengakumulasian kapital.

    Sehingga dengan adanya isu seperti itu, muncul strata sosial dalam term baru yang

    memiliki oposisi seperti dalam/luar, acces-grante/acces-denied, dan sebagainya. Bahkan

    yang lebih krusialnya lagi, akan terjadi distorsi dalam visi misi, sebagai ranah akses yang

    demokratis, karena hanya sebagai pusat retorika utopis dari cyber-hype. Ekonomi

    politik seperti ini oleh Luke disebut dengan dromoeconomies, dimana mode produksi

    yang diselenggarakan dikontrol dengan arus cepat, baik itu dari segi modal, tenaga kerja,

    informasi, produk, sumber daya, dan teknik yang mengalir melalui mode global produksi.

    Dalam proses akumulasi kapital, agar materi pada dunia maya ada, dibutuhkan

    data dan orang-orang untuk memasukkan data tersebut ke dalam sistem. Andrew Ross6

    menyebutkan, bahwa untuk materi dunia maya, dibutuhkan banyak orang di negeri

    periferi seperti mereka perempuan-perempuan miskin di Jamaika, Mauritius atau Filipina.

    Mereka memasukkan data ke dalam sistem dengan bayaran yang rendah, sementara

    perusahaan-perusahaan yang pusatnya ada di London, Paris, atau San Diego dengan

    dromoeconomiesnya dapat mengakumulasi kekayaan melalui tangan-tangan periferi.

    Kegiatan input yang dilakukan oleh mereka yang ada di periferi dengan bayaran

    sedikit, tersebut dapat dikatakan sebagai praktek open sources. Karena praktek yang

    bersifat taktis ini sengaja dilakukan oleh perusahaan besar yang mengelola dunia maya,

    untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang mereka anggap sebagai keuntungan

    strategis.Bentuk agenda lain yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan media massa

    adalah kepemilikan beberapa perusahaan yang dikelola oleh orang-orang yang masih dalam

    satu keluarga. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat, dalam hal ini kepemilikannya atas

    studio film, tv jaringan, tv kabel, majalah, dan penerbitan buku. Penyebaran media-media ini

    melintasi segala perbatasan dalam proses globalisasi. Sentralisasi dari berbagai media

    tersebut, hampir keberadaannya terlindung oleh pemerintahan Republik dan

    4David Bell, Op.Cit. hal. 165

    Ibid., hal. 196Ibid.

    4 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    5/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    Demokrat. Akibatnya akan muncul permasalahan, ketika peran individu dalam demokrasi

    Amerika dipertanyakan, akibat sentralisasi atas kepemilikan media-media tersebut7.

    Dalam media massa (AS) tersebut menyediakan berita dan sesekali laporaninvestigasi, juga menghadirkan dokumenter yang membahas isu-isu politik. Namun

    pemimpin perusahaan raksasa budaya pop ini, justru sangat tertarik pada dunia hiburan,

    asumsinya bahwa bidang ini akan menghasilkan khalayak yang besar, akibat perhatiannya

    terhadap titik fokus tersebut. Dengan memadukan gaya jurnalistik berita dan hiburan,

    hingga melahirkan produk infotaiment. Titik fokus ini akan selalu dipupuk oleh pemilik

    media melalui arus globalisasi, kemudian diramu menjadi sebuah gaya hidup. Ciri khas

    dari ramuan ini adalah dengan adanya aroma komersialisasi dimana-dimana. Infomersial,

    sebagai upaya penempatan seluruh produk-produk global dalam sebuah sistem media

    global. Terlebih dengan adanya internet dapat meningkatkan efisiensi dan cakupan

    jaringan individu dan kelompok, yang memungkinkan kompromi akrab dalam menjualbarang, serta penyediaan lahan untuk mengiklankan produk dan jasa.

    Bentuk kegiatan seperti ini, dengan adanya peningkatan akan daya perusahaan dan

    jangkauan global, serta sentralisasi media, namun malah terjadi penurunan terhadap penyiaran

    publik yang pada akhirnya bersaing dengan peningkatan periklanan yang intens, menunjukkan

    kenyataan yang sebenarnya yang terjadi dalam kerajaan bisnis transnasional. Keadaan ini bagi

    penonton/konsumen justru cendrung memanjakan, karena menghadirkan seluruh

    kemauannya, tanpa sadar jika telah dijadikan sebagai objek untuk mencetak uang.

    4. Infotaiment

    Infotainment merupakan acara hiburan yang kebanyakan ditayangkan oleh semuastasiun televisi swasta di Indonesia. Infotainment menghadirkan dunia citraan yang sangat

    berpotensi melebih-lebihkan porsinya dari realitas. Infotainment dimulai dari agenda

    simulasi dan tabloidisasi, dimana adanya produksi dunia citraan yang dikembangkan oleh

    media, terhadap selebritis melalui gaya hidup, pakaian, hobi, serta perilaku gemerlap

    lainnya. Akibat tabloidisasi yang dilakukan media, dengan cara memberitakan kehidupan

    selebritis secara dramatis, bombastis serta sensasional.

    Infotainment sekaliguas dijadikan sebagai jelmaan panggung catwalk bagi para

    artis yang sedang menanjak bahkan menjaga stabilitas popularitasnya. Dan efektifitas

    infotainment adalah dengan menghadirkan episode-episode menggantung (clift hanger),

    dimana di setiap akhir tayangan pembuat infotainment sengaja membuat rasa penasaran

    penonton untuk selalu setia menanti perkembangan berita selanjutnya.

    Infotainment merupakan hasil komodifikasi dari perubahan wujud rasanan, ngrumpi

    atau gosip keseharian yang dilakukan masyarakat ke dalam media8. Namun oleh produsen,

    infotainment menjelma menjadi salah satu unsur dari masyarakat kapitalistik, sehingga

    produk dengan mode informasi seperti ini leluasa dikembangkan. Dihadirkan dengan sangat

    gencar, mulai dari pagi hari, siang, sore bahkan siaran ulang pada dini hari. Dalam proses

    produksinya, infotainment menafikan proses jurnalistik. Dengan budget yang

    7Edward S. Herman & Noam Chomsky,Manufacturing Consent, The Political Economy ofMass Media, hal. 13

    8Hedi Pudjo Santosa,Menelisik Lika-liku Infotainment di Media Televisi, hal. 4.

    Ekonomi Politik vincent Mosco 5oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    6/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    rendah, televisi menghadirkan infotainment yang beragam namun hanya memberikamekstase sesaat yang tidak bermanfaat.

    Isi berita infotaiment sangat dipengaruhi oleh basis ekonomi dari institusi media yang

    memproduksi berita, sehingga wartawan dengan produk beritanya berada di bawah kendali

    pemilik modal. Selanjutnya media melalui tangan-tangan wartawannya memproduksi

    kesadaran palsu, dimana oleh Littlejohn relevansi kebenaran atas informasi yang

    disampaikan, apakah perkaranya dapat mencerahkan atau tidak, menjadi dipertanyakan,

    seiring dengan proses kapitalisme global, model produksi kapitalis, adanya permainan

    simulasi dan tabloidisasi serta komodifikasi, diracik menjadi satu di dalamnya. Terlebih ada

    semangat yang sedang menggebu-gebu, ketika penyajian informasi sebebas-bebasnya serta

    proses produksi secepat-cepatnya dengan satu tujuan, yaitu kapital.

    C. Perspektif Ekonomi Politik, Vincent Moskow

    Dalam perspektif yang dikemukakan oleh Vincent Moskow, terdapat tiga tahap yang

    dapat digunakan dalam membongkar rahasia yang dilakukan oleh media massa, yakni

    komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi. Komodifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh

    media massa dalam merubah segalanya agar dapat dijadikan sebagai alat penghasil

    keuntungan. Dalam uraiannya disebutkan komodifikasi terhadap konten, audien/penonton,

    dan pekerja. Komodifikasi terhadap konten dilakukan agar dapat menarik perhatian penonton,

    sehingga terkait pada bagaimana konten tersebut digunakan untuk pemosisian periklanan

    (akibat banyak penonton yang mengikuti sebuah program), sehingga memicu kegiatan

    tersebut pada pemasukan untuk perusahaan. Sementara komodifikasi terhadap pekerja,

    dilakukan pada saat bagaimana proses eliminasi pekerjaan yang sudah dilakukan pekerja

    sehingga ada manipulasi laporan penerimaan gaji, yang dikurangi dari semestinya.

    Berikutnya adalah spasialisasi, yakni upaya yang dilakukan pemilik media untuk

    mengatasi jarak dan waktu, dengan pemanfaatan teknologi, agar dapat memaksimalkan

    kerja dalam rangka peningkatan keuntungan. Terdapat horizontal integration, yakni upaya

    sebuah perusahaan untuk mengembangkan usahanya di berbagai bidang, dan vertical

    integration, yakni upaya kontrol yang dilakukan pemilik media ke anak-anak medianya

    yang lain, dalam rangka menyamakan ideologi kerja.

    Sedangkan strukturasi adalah kelanjutan bentuk vertical integration pada

    spasialisasi, tetapi lebih kepada agen dan struktur Giddens, yang saling mempengaruhi

    dalam kegiatan produksi di media massa akibat perbedaan akses antara pekerja danpemilik modal, sehingga menentukan kuasa siapa yang berpengaruh pada saat bekerja.

    D. Analisa

    1. Konten KapanLagi.com

    Kebutuhan informasi yang menghibur merupakan kebutuhan/keinginan penonton.

    Kebutuhan ini memunculkan ide kreatif untuk menggabungkan konsep berita dengan hiburan,

    yang kemudian melahirkan konsep tayangan baru seperti infotainment. Konsep kreatif ini

    luput dari pengamatan penonton, yang kemudian dimanfaatkan oleh kepentingan

    6 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    7/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    produsen sebagai agenda kapital9. Menghadirkan program infotainment pada jam-jam

    tertentu, membuat penonton akhirnya melakukan penyesuaian jam tayang dengan

    kegiatan sehari-hari mereka.Infotainment mulanya hadir sebagai tayangan televisi dalam bentuk audio visual.

    Seiring dengan perkembangan, kini hadir dalam bentuk media online yang termediasi

    dengan internet. Adanya internet10

    membuat infotainment hadir semakin tanpa batas.

    Awalnya menurut Hedi dalam Menilisik Lika-liku Infotainment di Media

    Televisi, infotainment diproduksi secara cepat dengan tujuan dapat memperoleh

    informasi se-aktual mungkin tentang kehidupan selebritis, membidik persoalan pribadi

    kehidupan orang terkenal, memberikan informasi dengan cara yang berlebihan, kemajuan

    teknologi komunikasi menjadikan seorang selebritis dapat berganti-ganti peran secara

    cepat, infotainment muncul dalam masyarakat kontemporer yang mempunyai mode dan

    sistem informasi relatif bebas, dan memanfaatkan tabloidisasi kehidupan tokoh terkenaldan selebritis yang disajikan secara menghibur dan personal.

    Adanya internet, muncul ide untuk membuat versi infotainment melalui mediaonline. Salah satunya, KapanLagi.com. Sebuah media online yang memulai karirnya sejak

    Agustus 2003. Mempunyai motto, kalau bukan sekarang, kapan lagi?.11

    Media online ini

    mempunyai dua kantor untuk business development di Jakarta, dan satu kantor di Malang

    untuk bagian editor, programmer dan designer. Kemampuan yang dimiliki oleh internet

    melebihi kemampuan televisi, seperti pemampatan waktu dan ruang, membuat percepatan

    dalam menyampaikan informasi menjadi berkali lipat dari media televisi (spasialisasi). Seperti

    pengamatan pada layout KapanLagi.com, pergantian informasi yang ditampilkan dalam satu

    waktu, dapat menghasilkan beberapa informasi hiburan. Berbeda dengan televisi, yangmenghadirkan informasi melalui audio visual, media online hanya dalam bentuk visual yang

    dilengkapi dengan pesan verbal dalam beberapa paragraf.

    Pada headline sebuah informasi, media online sengaja menggunakan kata-kata

    provokatif yang sangat bersifat persuasif, dimana sangat mendorong pembaca untuk

    membuka halaman tersebut untuk kemudian dibaca.

    9Vincent Moskow, The Political Economy of Communication,hal. 12.10Ibid., hal.15.11Wikipedia/kapanlagi.com, diakses pada tanggal 13 April 2013.

    Ekonomi Politik vincent Mosco 7oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    8/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    Gambar 1. Penggunaan Kata Provokatif dalam Headline

    Dalam penyebaran informasi, media online KapanLagi.com menggunakan prinsip

    hypermedia12

    . Hypermedia adalah fasilitas yang hanya dimiliki oleh media baru sebagai

    salah satu kelebihan. Kemudahan dengan mekanisme clickable pointers akan

    menghubungkan satu artikel kepada artikel lainnya. KapanLagi.com menggunakan email,

    jejaring sosial facebook dan twitter, serta yahoo messenger untuk menyebarluaskan

    informasi kepada pembaca. Menggunakan kata-kata persuasif seperti yang juga

    disebutkan di atas, mampu menarik pembaca untuk membuka halaman pemberitaan pada

    jejaring sosial tersebut. Inilah upaya yang dilakukan produsen agar pemberitaan sampai

    kepada penonton.

    Gambar 2. Kapanlagi.com dalam Akun Facebook

    Tidak berbeda dengan infotainment yang ditayangkan sebagai program televisi

    yang menggunakan clift hanger untuk membangun rasa penasaran penonton,

    KapanLagi.com juga melakukan mekanisme yang sama. Menghadirkan berita mengenai

    seorang selebritis yang seolah-olah ber-episode, dengan perkembangan terbaru atas kasus

    yang dialami selebritis tersebut. Ambil saja kasus baru-baru ini mengenai kematian

    komedia Olga Syahputra. KapanLagi.com selalu menghadirkan kabar terbaru mengenai

    pemberitaan ini, disampaikan melalui sepenggal kalimat tagline yang provokatif lewat

    akun facebook atau twitter, yang tentu saja selalu hadir dalam timeline.

    12Pavlik, Hal. 15.

    8 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    9/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    Terkait percepatan yang dapat dilakukan, relevansinya dengan kebenaran

    mengenai informasi yang disampaikan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena target

    pencapaian yang harus dicapai dalam setiap waktunya. Tentu saja ini terkait denganakumulasi kapital yang selalu dihitung-hitung oleh pemilik media.

    Media online KapanLagi.com di usia yang sudah mencapai 1 dekade, sudah meraih

    peringkat tingkat top 5 sebagai media online terkenal dan terpercaya13

    di Indonesia. Dalam

    perjalanan panjang tersebut terdapat testimoni menggelitik yang ditujukan kepada

    KapanLagi.com dari artis yang nota bene adalah sumber berita. Pada umumnya tertimoni

    terkait kebenaran atas pemberitaan yang dilakukan oleh KapanLagi.com.

    Gambar 3. Testimoni Selebritis kepada Kapanlagi.com

    Selain memberitakan kehidupan privat selebriti, KapanLagi.com juga

    menyediakan beberapa fitur lain, seperti film, musik, hollywood, Asian Star, lifestyle,

    foto dan profil selebritis, kuis, jadwal bioskop, KL Trailer, kartu ucapan, KL forum, KL

    album online, kamus, radio, mobile, WAP, dan city guide.

    2. Jaringan KapanLagi.com

    Sejak berdiri Agustus 2003 yang lalu, KapanLagi.com mampu menunjukkaneksistensinya hingga terdapat beberapa kanal yang terintegrasi dalam satu halaman.

    Terobsesi menjadi The Indonesias Biggest Entertainment Site, KapanLagi.com tidak melulu

    membahas privasi selebritis, tetapi juga menyediakan kanal yang ber-menu-kan politik.

    Halaman ini tergabung dalam media online yang berjudul Merdeka.com. Selain politik, juga

    membuka kanal yang bermenu-kan otomotif, dalam Otosia.com, Vemale.com

    13KapanLagi.com/Kami., diakses pada tanggal 13 April 2013

    Ekonomi Politik vincent Mosco 9oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    10/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    segala yang berhubungan dengan wanita, serta Bola.net segala informasi mengenai sepakbola.

    Berdasarkan pengamatan, empat kanal berikut juga KapanLagi.com berada dalampayung organisasi yang sama. Dimana dari pemimpin redaksi hingga reporter yang

    meliput berita terkait suatu topik, ternyata adalah orang sama. Ini sedikit menunjukkan

    sentralisasi14

    atas kepemilikan yang ditunjukkan melalui struktur organisasi dalam satu

    jaringan KapanLagi.com, dengan beberapa kanal yang terintegrasi. Dengan perspektif

    yang sama yakni adanya bentuk hegemoni yang dilakukan oleh atasan/pemilik modal15

    ,

    di bawah satu pimpinan redaksi membawahi beberapa orang reporter untuk mencari

    banyak materi dalam pemenuhan kanal-kanal, merupakan salah satu bentuk eksploitasi

    bertingkat (pimpinan redaksi dituntut oleh pemilik media, sehingga pimred akhirnya

    menuntut reporter dan bawahan lainnya untuk melakukan semua target) terhadap seluruh

    pekerja media online ini. Kejadian ini sama persis seperti open source yang dilakukanpemilik media kepada perempuan-perempuan miskin di beberapa daerah pinggir di AS,

    untuk mencari dan memasukkan data ke dalam sistem di dunia siber. Kejadian ini

    menyebutkan bahwa tindakan open source yang dilakukan, hanya dibayar dengan upah

    yang sedikit16

    , sementara pusat-pusat perusahaan mendapatkan keuntungan atas

    pemasukan data yang menjadi perhatian bagi pembaca atau pengguna.

    Berdasarkan data yang didapatkan, KapanLagi.com dimiliki oleh seorang

    pengusaha online, Steve Christian. Ia seorang pebisnis yang memulai bisnisnya di dunia

    online sejak tahun 1994, Tahun ini bersama dengan Andi S. Boediman, CEO dari

    Mojopia mendirikan IDS International Design School, sebuah perusahaan pendidikan

    komunikasi terintegrasi di Jakarta. Saat ini ia aktif di 5 perusahaan teknologi lainnya yangbergerak di bidang permainan internet, aplikasi penyedia layanan dan media.

    17

    Gambar 4. Steve Christian, pemilik KapanLagi.com

    Berdasarkan pengalaman Steve sebagai seorang pengusaha besar, dengan tujuanpertama bersama temannya Eka Wiharto untuk KapanLagi.com, yang juga seorang

    14Edward S. Herman & Noam Chomsky, Op.Cit. hal.13.15Vincent Moskow, Opcit., hal. 209.16

    Ibid., hal. 13.17http://www.indonesianfilmcenter.com, diakses pada tanggal 20 April 2013.

    10 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

    http://www.indonesianfilmcenter.com/http://www.indonesianfilmcenter.com/http://www.indonesianfilmcenter.com/http://www.indonesianfilmcenter.com/
  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    11/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    pebisnis ulung, mengatakan bahwa di mana ada uang, di situ dia harus ada. Adanya

    sentralisasi atas kepemilikan beberapa kanal dalam jaringan KapanLagi.com, membuat

    tujuan pebisnis dunia online ini hidup, hingga mencapai usia 10 tahun. Terlebih selainkepemilikan Steve atas KapanLagi.com, ia juga menguasai perusahaan permainan

    internet, yang saat ini juga banyak peminatnya, membuat akumulasi kapital untuk dirinya

    sebagai pemilik media semakin berlipat-lipat, seperti yang disebutkan oleh Timothy Luke

    dalam dromoeconomies-nya, akumulasi kapital dalam dunia siber. Kejadian yang hampir

    sama seperti kepemilikan yang disebutkan dalam Manufacturing Consent, atas

    kepemilikan sembilan perusahaan transnasional18

    yang tergabung, dimana penggabungan

    kepemilikan beberapa perusahan tersebut justru sangat berpengaruh dalam produksi dan

    distribusi suatu konten, karena proses produksi dan distribusi atas suatu konten tertentu

    dapat diatur oleh pemilik media.

    Bentuk akumulasi kapital yang lain, yang diterima oleh pemilik modal19

    ,dapat dilihat dari iklan-iklan yang terpasang rapi pada layout KapanLagi.com.

    iklan-iklan yang dipasang berupa iklan produk seperti sampo, motor, film, dan

    pakaian.

    18

    Edward S. Herman & Noam Chomsky, Op.Cit. hal.13.

    19Vincent Moskow, Opcit., hal. 12.

    Ekonomi Politik vincent Mosco 11oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    12/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 23389176

    Gambar 5. Iklan dalam Kapanlagi.com

    Berdasarkan pengamatan yang lain, yang menghasilkan sebuah asumsi

    (awal), mengenai keterkaitan KapanLagi.com sebagai media online dengan

    media konvensional televisi yang sama-sama menghadirkan berita mengenai

    hiburan, bahwa reporter video KapanLagi.com juga terintegrasi dengan beberapa

    rumah produksi infotainment lainnya. Sebab, salah satu video yang diperoleh dari

    halaman KapanLagi.com juga digunakan oleh infotainment media konvensional

    televisi lain untuk mengabarkan isu terkait (Kasus Adi Bing Slamet vs Eyang

    Subur). Dugaan ini mengarah pada sebuah kesimpulan, bahwa selain terintegrasi

    dengan beberapa kanal lain selain dunia entertainment dalam media online (dunia

    siber), KapanLagi.com juga melebarkan sayapnya pada ranah media

    konvensional televisi dalam sebuah rumah produksi infotainment, dalam rangka

    akumulasi kapital yang sebesar-besarnya.

    1. KapanLagi.com Bermasalah

    Selalu mengedepankan kecepatan dalam mengabarkan informasi terbaru

    mengenai ruang privat selebritis, KapanLagi.com justru menafikan kode etik

    yang salah satunya menyebutkan, bahwa kebenaran suatu berita harusnya terlebih

    dahulu diuji kebenarannya melalui sumber berita primer, sebelum berita tersebut

    rilis ke khalayak. Namun apa yang terjadi, ketika kode etik harus berhadapandengan target berita yang berbanding lurus dengan keuntungan bagi pemilik

    media, melalui tangan-tangan reporter dan editor, KapanLagi.com akhir tahun

    2012 tersandung kasus pencemaran nama baik. Dalam kasus ini Polda Metro Jaya

    memanggil pimpinan redaksi Didik Supriyanto20

    , terkait pemberitaan yang

    dibuat KapanLagi.com atas sebuah pemberitaan.

    20Kapanlagi.com, diakses pada tanggal 17 April 2013.

    12 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    13/14

    ISSN: 23389176 hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14

    Diterbitkan oleh Fakultas Sastra dan BudayaUniversitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

    E. Penutup

    Sebagai salah satu media online yang banyak diakses oleh masyarakat di Indonesia,yang menyediakan berbagai macam informasi terkait selebritis, dunia hiburan dan gaya hidup

    lainnya, ternyata tidak terlepas dari jaringan kepemilikan oleh satu orang, yang juga memilik

    usaha serupa dalam dunia online. Steve Christian yang sudah banyak pengalamannya, mulai

    dari tahun 1994 menggeluti dunia online dalam mengepakkan usahanya, diduga

    KapanLagi.com bukanlah satu-satunya usaha yang saat ini ia geluti. Sebagai pengusaha yang

    berpengalaman, Steve tentu sangat mahir memainkan peranannya sebagai pebisnis ulung

    dalam melihat setiap celah yang sekiranya dapat menghasilkan kapital. Seperti

    KapanLagi.com yang sengaja memilih dirinya sebagai halaman yang menyediakan informasi

    khusus bagian selebritis dan dunia hiburan. Jelas pemilihan ini sebagai kontennya tidak

    terlepas dari pertimbangan, soal bagaimana kesukaan atau hobi yang saat ini digemari oleh

    masyarakat Indonesia. Bermula dari kebiasaan bergosip dengan tetangga, kemudian dicomot

    oleh kreatif program televisi sebagai salah satu program yaitu infotainment, dan

    bermetamerfosis lagi dengan adanya perkembangan dan pemanfaatan teknologi yaitu internet,

    infotainment tidak lagi hadir dalam program televisi, namun juga hadir dalam media online.

    Sehingga membuat KapanLagi.com menjadi media online dengan peringkat ke lima sebagai

    media online tereksis dan terbanyak yang mengakses.

    Seiring perkembangannya, media online KapanLagi.com yang mengalami pasang

    surut dalam bertahan hidup, ternyata tidak terlepas dari kasus, akibat ideologis yang harus

    selalu dipertahankan oleh semua kerabat kerja, yaitu profit. Dimana dalam mengadakan

    pemberitaan yang selalu berpacu dengan kecepatan waktu, membuat media online ini

    suka asal-asalan dalam mengabarkan suatu pemberitaan. Kejadian ini berlangsung akhir

    tahun 2012, dimana KapanLagi.com harus berurusan dengan Polda Metro Jaya atas kasus

    pencemaran nama baik. Kasus ini tentu akibat dari menafikan kode etik, yang seharusnya

    ditaati oleh wartawan infotainment.

    Fenomena yang terjadi pada media online Kapanlagi.com dalam kaca mata

    ekonomi politik, dengan menggunakan perspektif Vincent Moskow menyebutkan bahwa

    adanya praktik-praktik komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi (hanya sedikit, dan

    sebatas permukaan saja temuannya) yang terjadi, seperti komodifikasi konten hiburan

    yang sengaja dipilih oleh pemilik media online ini, kemudian berlanjut kepada

    komodifikasi konten hiburan yang disenangi oleh banyak penonton sebagai lahan untuk

    beriklan, selanjutnya komodifikasi pada tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kontentersebut, yang mana kerja mereka tidak sesuai dengan bayaran yang diterima. Praktik

    spasialisasi dalam fenomena ini adalah adanya pemanfaatan teknologi dunia siber yang

    sengaja dimanfaatkan karena dapat menyusutkan ruang dan waktu, tetapi tidak

    menyusutkan keuntungan. Terakhir praktik strukturasi, adanya ideologi yang sama

    terhadap seluruh aset-aset pemilik media online ini, yang menginternalisasi di dalam diri

    pekerjanya, bahwa usaha yang mereka lakukan dalam rangka mengerjar profit, sehingga

    tidak memikirkan resiko yang bakal terjadi di belakang.

    Ekonomi Politik vincent Mosco 13oleh Media Online Entertainment Kapanlagi.com

  • 7/25/2019 2417-4611-1-SM (1)

    14/14

    hannel,Vol. 3, No. 1, April 2015, hal. 1-14 ISSN: 2338917

    Referensi

    Pustaka:

    Bakardjieva, Maria.Internet Society - The Internet in Everyday Life. Sage Publication. 2006.Newyork, Thousand Oaks, New Delhi.

    Bell, David.An Introduction to Cybercultures. Routledge. 2001. London & Newyork. HermanEdward S.. Chomsky, Noam.Manufacturing Consent, The Political Economy of

    Mass Media. Pantheon Book. Newyork.

    Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication. 2009. Sage Publication. Rianto, Puji.Yusuf, Iwan Awaluddin. Cahyono, Moch. Faried. Zhuri, Saifudin. Adiputra,

    Wisnu Martha. Siregar, Amir Effendi.Dominasi TV Swasta (Nasional),TergerusnyaKeberagaman Isi dan Kepemilikan. PR2Media. 2012. Yogyakarta.

    Santosa, Hedi Pudjo.Menelisik Lika-liku Infotainment di Media Televisi. Gapai Asa Media Prima.Yogyakarta.

    Internet:

    http://www.indonesianfilmcenter.com, diakses pada tanggal 20 April 2013.

    http://Kapanlagi.com, diakses pada tanggal 14 April 2013.http://Wikipedia/kapanlagi.com, diakses pada tanggal 13 April 2013.

    14 Indah Wenerda, S.Sn., M.A

    http://www.indonesianfilmcenter.com/http://www.indonesianfilmcenter.com/