108-214-1-SM (1)

5
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012 | 175 175 175 175 175 ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 1 Dosen PGSD UHAMKA Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Menurut Plato berpikir adalah berbicara dalam hati. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa berpikir merupakan proses keji- waan yang menghubung-hubungkan atau mem- banding-bandingkan antara situasi fakta, ide atau kejadian dengan fakta, ide atau kejadian lainnya. Setelah proses berpikir itu seseorang memperoleh suatu kesimpulan hasil pemikirannya. Menurut Dewey dalam Kokom Komalasari, berpikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada suatu masa- lah (perplexity) dan menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghadapi adanya jalan keluar tersebut, meng- undang yang bersangkutan untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya terjadi suatu proses ter- tentu di otaknya sehingga ia mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang bersang- kutan melakukan proses yang dinamakan berpikir. Costa menyatakan bahwa berpikir terdiri atas kegiatan atau proses berikut: (1) menemukan hukum sebab akibat; (2) Pemberian makna terhadap sesuatu yang baru; (3) Mendeteksi keteraturan di antara fenomena; (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi); dan (5) menemu- OPINI Kemampuan Berpikir Kritis Kowiyah 1 Abstrack Ability thinks critical is an cognitive activity or process and action of mental to obtain knowledge, understanding and skill in a hope that is able to find way out and performs decision deductively, induc- tive and evaluatif as according to its step which is performed with thinking exhaustively about things which can be reached by experience of someone, inspection and performs logical common sense which is measured by through interpretation efficiency, analysis, assumptions recognition, deduction, evaluation inference, eksplanasi / explanation of, and x’self regulation. Key word: Ability, Think, Analysis, Critical kan ciri khas suatu fenomen. Hal senada tentang berpikir diungkapkan oleh Robert L. Solso, dimana ia menyatakan bahwa berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribut mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pe- mecahan masalah logis, pembentukan konsep kreativitas dan kecerdasan. Lilisari yang dikutip oleh Hasanudin menge- mukakan bahwa berpikir secara umum dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Proses kognitif anak mengalami tingkatan perkembangan yang teratur dan berurutan sesuai dengan umur anak. Seperti disebutkan oleh Piaget mengemukakan bahwa setiap individu mengalami tingkat perkembangan kognitif yang teratur dan berurutan sesuai dimulai dari tingkat sensori motor (0 – 2 tahun), pra- operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7- 11 tahun) dan operasional formal (11 tahun keatas). Mengenai tahapan berpikir yang terjadi sejak tahap operasional kongkrit sampai tahap opera- sional formal, Freenkel mengemukakan tahapan- tahapan sebagai berikut: (1) Tahap berpikir kon- vergen, yaitu mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan

description

cvb

Transcript of 108-214-1-SM (1)

  • Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 175175175175175

    1 Dosen PGSD UHAMKA

    Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklepas dari kegiatan berpikir. Menurut Plato berpikiradalah berbicara dalam hati. Kalimat di atas dapatdiartikan bahwa berpikir merupakan proses keji-waan yang menghubung-hubungkan atau mem-banding-bandingkan antara situasi fakta, ide ataukejadian dengan fakta, ide atau kejadian lainnya.Setelah proses berpikir itu seseorang memperolehsuatu kesimpulan hasil pemikirannya. MenurutDewey dalam Kokom Komalasari, berpikir dimulaiapabila seseorang dihadapkan pada suatu masa-lah (perplexity) dan menghadapi sesuatu yangmenghendaki adanya jalan keluar. Situasi yangmenghadapi adanya jalan keluar tersebut, meng-undang yang bersangkutan untuk memanfaatkanpengetahuan, pemahaman, atau keterampilanyang sudah dimilikinya terjadi suatu proses ter-tentu di otaknya sehingga ia mampu menemukansesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakanmencari jalan keluar terhadap masalah yangdihadapinya. Dengan demikian yang bersang-kutan melakukan proses yang dinamakan berpikir.

    Costa menyatakan bahwa berpikir terdiri ataskegiatan atau proses berikut: (1) menemukanhukum sebab akibat; (2) Pemberian maknaterhadap sesuatu yang baru; (3) Mendeteksiketeraturan di antara fenomena; (4) penentuankualitas bersama (klasifikasi); dan (5) menemu-

    OPINI

    Kemampuan Berpikir Kritis

    Kowiyah1

    AbstrackAbility thinks critical is an cognitive activity or process and action of mental to obtain knowledge,

    understanding and skill in a hope that is able to find way out and performs decision deductively, induc-tive and evaluatif as according to its step which is performed with thinking exhaustively about thingswhich can be reached by experience of someone, inspection and performs logical common sensewhich is measured by through interpretation efficiency, analysis, assumptions recognition, deduction,evaluation inference, eksplanasi / explanation of, and xself regulation.Key word: Ability, Think, Analysis, Critical

    kan ciri khas suatu fenomen. Hal senada tentangberpikir diungkapkan oleh Robert L. Solso, dimanaia menyatakan bahwa berpikir adalah proses yangmembentuk representasi mental baru melaluitransformasi informasi oleh interaksi kompleksdari atribut mental yang mencakup pertimbangan,pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pe-mecahan masalah logis, pembentukan konsepkreativitas dan kecerdasan.

    Lilisari yang dikutip oleh Hasanudin menge-mukakan bahwa berpikir secara umum dianggapsebagai proses kognitif, tindakan mental untukmemperoleh pengetahuan. Proses kognitif anakmengalami tingkatan perkembangan yang teraturdan berurutan sesuai dengan umur anak. Sepertidisebutkan oleh Piaget mengemukakan bahwasetiap individu mengalami tingkat perkembangankognitif yang teratur dan berurutan sesuai dimulaidari tingkat sensori motor (0 2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun) dan operasional formal (11 tahunkeatas).

    Mengenai tahapan berpikir yang terjadi sejaktahap operasional kongkrit sampai tahap opera-sional formal, Freenkel mengemukakan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Tahap berpikir kon-vergen, yaitu mengorganisasikan informasi ataupengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan

  • 176 176 176 176 176 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    Kemampuan Berpikir Kritis

    jawabang yang benar; (2) Tahap bepikir divergen,yaitu kita mengajukan beberapa alternatif sebagaijawaban. Diantara jawaban tersebut tidak adayang benar 100%. Oleh karena itu, kita tidak bisamemperoleh suatu kesimpulan yang pasti dari ber-pikir divergen; (3) Tahap berpikir kritis, yaitu bahwauntuk mampu berpikir secara kritis dalam meng-hadapi permasalahan seseorang harus terlebihdahulu memiliki beberapa alternatif sebagaijawaban yang mungkin atas permasalahan yangsedang dihadapi. Selanjutnya menentukan kriteriauntuk memiliki alternatif jawaban yang palingbenar. Penentuan kriteria itu didasarkan padapengetahuan dan konsep-konsep yang berhu-bungan dengan permasalahan yang sedang diha-dapi; (4) Tahap berpikir kreatif, yaitu menghasilkangagasan baru yang tidak dibatasi oleh fakta-fakta,tidak memerlukan penyesuaian dengan kenyata-an, tidak memperhatikan bukti dan bisa saja me-langgar aturan logis. Ruch dalam JalalludinRakhmat mendefinisikan berpikir adalah mani-pulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungandengan menggunakan lambang-lambang sehing-ga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yangtampak. Ruch menambahkan bahwa terdapat tigamacam berpikir realistik yaitu deduktif, induktif danevaluatif. Berpikir deduktif ialah mengambil kesim-pulan dari pernyataan umum ke khusus. Berpikirinduktif sebaliknya dimulai hal-hal yang khususkemudian mengambil kesimpulan umum. Se-dangkan berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, me-nilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu ga-gasan. Secara teknis, kemampuan berpikir dalambahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai ke-mampuan intelektual, yaitu kemampuan meng-analisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Bloom).Dalam bahasa lain kemampuan-kemampuan inidapat dikatakan sebagai kemampuan berpikirkritis.

    Dari beberapa pernyataan para ahli tentangdefinisi berpikir di atas dapat disintesiskan bahwaberpikir adalah suatu kegiatan atau proses kognitif,tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan,pemahaman dan keterampilan agar mampu me-nemukan jalan keluar dan keputusan secara de-duktif, induktif dan evaluatif sesuai dengantahapannya.

    Sehubungan dengan uraian di muka, dalammempelajari matematika diperlukan suatu prosesberpikir karena matematika pada hakikatnya ber-kenaan dengan stuktur dan ide abstrak yangdisusun secara sistematis dan logis melalui prosespenalaran deduktif. Oleh karena itu dalam mem-pelajari matematika kurang tepat bila dilakukandengan cara menghafal namun, matematikadapat dipelajari dengan baik dengan cara menger-jakan latihan-latihan. Dalam proses mengerjakanlatihan-latihan tersebutlah mulai berpikir bagai-mana merumuskan masalah, merencanakanpenyelesaian, mengkaji langkah-langkah penye-lesaian, membuat dugaan bila data yang disajikankurang lengkap diperlukan sebuah kegiatan ber-pikir yang disebut berpikir kritis. Terdapat banyakahli yang memberikan makna pada istilah berpikirkritis. Apakah sebenarnya berpikir kritis itu? Anakyang mampu berpikir kritis akan melontarkan per-tanyaan-pertanyaan yang tepat, menjawab perta-nyaan secara orisinil, mengumpulkan berbagaiinformasi yang dibutuhkan secara efesien dankreatif. Berpikir kritis sebagai berpikir untuksampai pada pengetahuan yang tepat, sesuai dandapat dipercaya mengenai dunia disekitar kita.

    Menurut Richard Paul memberikan definisibahwa: Critical thinking is that mode of thinking about any subject, content or problem in whichthe thinker improves the quality of his or her think-ing by skillfully taking change of the structures in-herent in thingking and imposing intellectual stan-dards upon them. Berpikir kritis adalah modeberpikir mengenai hal, substansi atau masalahapa saja, dimana si pemikir meningkatkan kualitaspemikirannya dengan menangani secara terampilstruktur-struktur yang melekat dalam pemikirandan menerapkan standar-standar intelektualpadanya. Menurut Edward Glaser mendifinisikanbahwa critical thinking as: (1) an attitude of beingdisposed to consider in a thoughtful way the prob-lems and subjects that come within the range ofones experience; (2) knowledge of the methodsof logical enquiry and reasoning; and (3) someskill in applying those methods. Critical thinkingcalls for a persistent effort to examine any beliefor supposed form of knowledge in the light of theevidence that supports it and the further conclu-

  • Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 177177177177177

    Kowiyah

    sions to which it tends.Definisi di atas menjelaskan bahwa berpikir

    kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secaramendalam tentang masalah-masalah dan hal-halyang berada dalam jangkauan pengalamanseseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis;dan (3) semacam suatu keterampilan untukmenerapkan metode-metode tersebut. Berpikirkritis menuntut upaya keras untuk memeriksasetiap keyakinan atau pengetahuan asumtifberdasarkan bukti pendukungnya dan kesim-pulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.Definisi berpikir kritis juga ditegaskan oleh Rob-ert Ennis yang menyatakan bahwa, Critical think-ing is reasonable, reflective thinking that is focusedon deciding what to believe or do. Berpikir kritisadalah pemikiran yang masuk akal dan reflektifyang berfokus untuk memutuskan apa yang mestidipercaya atau dilakukan. Michael Scriven ber-argumentasi bahwa berpikir kritis merupakankompetensi akademis yang mirip dengan mem-baca dan menulis dan hampir sama pentingnya.Oleh karena itu, ia mendefinisikan berpikir kritissebagai interpretasi dan evaluasi yang terampildan aktif terhadap observasi dan komunikasi,informasi dan argumentasi. Sedangkan Santrockmenyatakan pikiran kritis (critical thinking) adalahmemahami makna masalah secara lebih dalam,mempertahankan agar pikiran tetap terbukaterhadap segala pendekatan dan pandangan yangberbeda, dan berpikir secara reflektif dan bukanhanya menerima pernyataan-pernyataan dan me-laksanakan prosedur-prosedur tanpa pemahamandan evaluasi yang signifikan. Definisi ini mengan-dung makna bahwa pemikiran kritis sering meng-asumsikan pada penalaran kehidupan sehari-hariuntuk menerimapernyataan, hasil penelitiandan melaksanakanmekanisme pembelajaran.

    Berdasarkan beberapadefinisi berpikir kritis yangdikemukakan para ahli diatas dapat diketahuibeberapa elemen ataustruktur yang melekat

    padanya. Paul dan Elder menyatakan bahwa Letus begin with the elements of thought. There arethe inescapable structures underlying onesthingking every step along the parth of thought.Elemen-elemen berpikir ini merupakan strukturyang tidak dapat dipisahkan untuk membantupikiran seseorang disetiap jalur pikiran. Bila sese-orang memikirkan sesuatu, orang menggunakanstruktur berpikir ini. Dari perspektif filosofis,Watson dan Glaser menyatakan bahwa berpikirkritis sebagai gabungan sikap, pengetahuan dankecakapan. Kompetensi dalam berpikir kritisdirepresentasikan dengan kecakapan-kecakapanberpikir kritis tertentu. Kecakapan-kecakapan ber-pikir kritis adalah: (1) Inference, yaitu kecakapanuntuk membedakan antara tingkat-tingkat kebe-naran dan kepalsuan. Inference merupakan ke-simpulan yang dihasilkan oleh seseorang obser-vasi sesuai fakta tertentu; (2) Pengenalan asumsi-asumsi, yaitu kecakapan untuk mengenal asumsi-asumsi. Asumsi merupakan sesuatu yang diang-gap benar; (3) Deduksi, yaitu kecakapan untukmenentukan kesimpulan-kesimpulan tertentuperlu mengikuti informasi di dalam pertanyaan-pertanyaan yang diberikan; (4) Interpretasi, yaitukecakapan menimbang fakta-fakta dan mengha-silkan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan padadata yang diberikan. Interpretasi adalah kecakap-an untuk menilai apakah kesimpulan secara logisberdasarkan informasi yang diberikan; (5) Eva-luasi, yaitu kecakapan membedakan antara argu-men yang kuat dan relevan dan argumen yanglemah atau tidak relevan.

    Selain Watson dan Glaser, Facione jugamembagi proses berpikir kritis menjadi enamkecakapan yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,inference, penjelasan dan regulasi diri.

    Gambar 1. Unsur Kecakapan Berpikir Kritis

  • 178 178 178 178 178 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    Kemampuan Berpikir Kritis

    Berikut adalah penjelasan skema darikeenam kecakapan berpikir kritis utama: (1)Interpretasi, menginterpretasi adalah memahamidan mengekpresikan makna dari berbagai macampengalaman, situasi, data, penilaian prosedur ataukriteria. Interpretasi mencakup sub kecakapanmengkategorikan, menyampaikan signifikasi danmengklarifikasi makna; (2) Analisis, menganalisisadalah mengidentifikasi hubungan inferensial danaktual diantara pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi untuk mengekpresikankepercayaan, penilaian dan pengalaman, alasan,informasi dan opini. Analisis meliputi pengujiandata, pendeteksian argumen, menganalisisargumen sebagai sub kecapakan dari analisis; (3)Evaluasi, berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau representasi yang merupakanlaporan atau deskripsi dari persepsi, pengalamandan menaksir kekuatan logis dari hubunganinferensial, deskripsi atau bentuk representasilainnya. Contoh evaluasi adalah membandingkankekuatan dan kelemahan dari interpretasi alter-natif; (4) Inference, berarti mengidentifikasi danmemperoleh unsur yang diperlukan untuk mem-buat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal,membuat dugaan dan hipotesis, mempertimbang-kan informasi yang relevan dan menyimpulkankonsekuensi dari data; (5) Eksplanasi/Penjelasan,berarti mampu menyatakan hasil-hasil daripenalaran seseorang, menjustifikasi penalarantersebut dari sisi konseptual, metodologis dankonstektual; (6) Regulasi Diri, berarti secara sadardiri memantau kegiatan-kegiatan kognitifseseorang, unsur-unsur yang digunakan dalamhasil yang diperoleh, terutama dengan menerap-kan kecakapan di dalam analisis dan evaluasiuntuk penilaiannya sendiri.

    Berkaitan dengan struktur berpikir kritis,menurut Edward Glaser bahwa keterampilanpenting dalam pemikiran kritis dapat dipandangsebagai landasan untuk berpikir kritis mencakupkombinasi beberapa kemampuan; diantaranya: (a)Mengenal masalah, (b) Menemukan cara-carayang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c) mengumpulkan dan menyusuninformasi yang diperlukan, (d) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, (e)

    memahami dan menggunakan bahasa yang tepat,jelas dan khas, (f) Menganalisa data, (g) menilaifakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan,(h) mengenal adanya hubungan yang logis antaramasalah-masalah, (i) Menarik kesimpulan-kesim-pulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan,(j) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, (k) menyusunkembali pola-pola keyakinan seseorang berdasar-kan pengalaman yang lebih luas, dan (l) membuatpenilain yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam pendidikan moderen berpikir kritismerupakan suatu hal yang penting untuk dikem-bangkan. Ada beberapa pertimbangan untukmengembangkan berpikir kritis. Menurut H.A.RTilaar, ada 4 pertimbangan mengapa berpikir kritisperlu dikembangkan di dalam pendidikan mod-ern, diantaranya: (1) Mengembangkan berpikirkritis didalam pendidikan berarti kita memberikanpenghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi(respect as person); (2) Berpikir kritis merupakantujuan yang ideal di dalam pendidikan karenamempersiapkan peserta didik untuk kehidupankedewasaannya; (3) Pengembangan berpikir kritisdalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapaimelalui pelajaran ilmu-ilmu eksakta; (4) Berpikirkritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuh-kan dalam kehidupan demokratis. Sehingga ber-pikir kritis haruslah dikembangkan.

    Selain hal di muka keterampilan berpikir kritisdapat juga dilatih dan dikembangkan. Pennermengembangkan keterampilan berpikir kritis inisama dengan keterampilan motorik. Salah satupendekatan terbaik untuk mengembangkan kete-rampilan berpikir adalah dengan memberikan per-tanyaan-pertanyaan yang sambil membimbingsiswa mengaitkan dengan konsep yang telahdimilikinya. Menurut Bonnie dan Potts secarasingkat dapat disimpulkan bahwa ada tiga buahstrategi untuk mengajarkan kemampuan-ke-mampuan berpikir kritis, yaitu: (1) Building Cate-gories (Membuat Klasifikasi), (2) Finding Problem(Menemukan Masalah), dan (3) Enhancing theEnvironment (Mengkondusifkan lingkungan).Disebutkan pula bahwa beberapa ciri khas dari

  • Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 179179179179179

    Kowiyah

    mengajar untuk berpikir kritis meliputi: (1) Mening-katkan interaksi di antara para siswa sebagaipebelajar, (2) Dengan mengajukan pertanyaanopen-ended, (3) Memberikan waktu yang mema-dai kepada para siswa untuk memberikan refleksiterhadap pertanyaan yang diajukan atau masalah-masalah yang diberikan, dan (4) Teaching fortransfer (mengajar untuk dapat menggunakankemampuan yang baru saja diperoleh terhadapsituasi-situasi lain dan terhadap pengalamansendiri yang para siswa miliki). Antonius CahyaPrihandoko mengatakan bahwa sarana lain yangdapat digunakan untuk melatih siswa berpikir kritisadalah dengan mengerjakan soal cerita. Umum-nya untuk dapat menyelesaikan soal cerita siswaharus menggunakan penalaran secara deduktif.Pertama-tama siswa harus mampu mentransfersoal cerita tersebut ke dalam model matematika,selanjutnya dengan konsep-konsep yang sudahdimilikinya siswa akan menyelesaikan modeltersebut. Interpretasi dari penyelesaian modelmatematika inilah yang akhirnya digunakansebagai jawaban atas soal cerita.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka

    dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikirkritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitifdan tindakan mental untuk memperolehpengetahuan, pemahaman dan keterampilan agarmampu menemukan jalan keluar dan melakukankeputusan secara deduktif, induktif dan evaluatifsesuai dengan tahapannya yang dilakukandengan berpikir secara mendalam tentang hal-halyang dapat dijangkau oleh pengalamanseseorang, pemeriksaan dan melakukanpenalaran yang logis yang diukur melaluikecakapan interpretasi, analisis, pengenalanasumsi-asumsi, deduksi, evaluasi inference,eksplanasi/penjelasan, dan regulasi diri. Indikatorkemampuan berpikir kritis yang digunakan dalampenelitian ini adalah (1) Menginterpretasi yaitu a)mengkategorikan; b) mangklasifikasi; (2)Menganalisis yaitu a) Menguji; b) mengidentifikasi;(3) Mengevaluasi yaitu a) Mempertimbangkan; b)Menyimpulkan (4) Menarik kesimpulan yaitu a)Menyaksikan data; b) Menjelaskan kesimpulan;(5) Penjelasan yaitu a) Menuliskan hasil; b)Menghadirkan argumen; (6) Kemandirian yaitu a)Melakukan koreksi; b) Melakukan pengujian.

    Daftar Pustaka

    Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment, Research &Evaluation. [online]. Tersedia: http://www.edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3 (diakses padatanggal 17 Juni 2012

    Filsaine Dennis K., Menguak Berpikir Kritis dan Kreatif., Jakarta: Prestasi pustaka, 2008Fisher Alec., Critical Thinking An Introduction., Cambridge: University Press, 2004_____________., Berpikir Kritis, Sebuah Pengantar., Jakarta: Erlangga, 2009John W. Santrock., Life-Span Development, Jilid 1., Jakarta: Erlangga, 2002Kennedy Leonard M, Steve Tipps., Guiding Childrens Learning of Mathematics., California: Wadsworth

    Publishing Company, 1991Komalasari Kokom., Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi., Bandung: Refika Aditama,

    2010Liliasari, Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA, Disertasi.,

    Bandung: UPI, 2003Prihandoko Antonius Cahya., Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan

    Menarik., Jakarta: Depdiknas, 2006Rakhmat Jalaluddin., Psikologi Komunikasi., Bandung: Rosdakarya, 2005Solso Robert L., Psikologi Kognitif., Jakarta: Erlangga, 2007Suryabrata Sumadi., Psikologi Pendidikan., Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008Tarwin, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pendekatan Open Ended

    dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi., Bandung: UPI, 2005Tilaar H.A.R, Pedagogik Kritis, Perkembangan, substansi, dan Perkembangannya di Indonesia.,

    Jakarta: Rineka Cipta, 2011http://www.Criticalthinking.org/resources/articles/et-development-a-strage-theory.shtmlhttp://www.Criticalthinking.org/resources/articles/et-development-a-strage-theory.shtml