100072431 Dasar Patofisiologi

download 100072431 Dasar Patofisiologi

of 203

description

patofisiologi

Transcript of 100072431 Dasar Patofisiologi

  • DASAR PATOFISIOLOGI

    Pemahaman tentang patofisiologi membutuhkan peninjauan ulang mengenai patofisiologi normal-

    bagaimana tubuh bekerja dari hari ke hari dan dari menit ke menit pada tingkat sel, jaringan, organ dan

    sebagai suatu organisme utuh.

    Homeostasis

    Setiap sel dalam tubuh terlibat dalam upaya mempertahankan keseimbangan internal yang dinamis dan

    terus menerus, yang dinamakan homeostasis. Setiap perubahan atau kerusakan pada tingkat seluler

    dapet memengaruhi keseluruhan tubuh. Kalau homeostasis tersebut tergantung Karena stressor

    eksternal seperti cedera, kekurangan nutrien, atau invasi oleh parasit atau organisme lain maka dapat

    terjadi keadaan sakit (illness). Banyak stressor eksternal memengaruhi equilibrium internal tubuh

    sepanjang kehidupan seseorang. Patofisiologi dapet dipertimbangkan sebagai apa yang terjadi ketika

    pertahanan tubuh normal mengalami kegagalan.

    Mempertahankan Keseimbangan

    Ada tiga struktur dalam otak yang bertanggungjawab mempertahankan homeostasis tubuh;

    Medula oblongata, bagian pada batang otak yang berkaitan dengan berbagai fungsi vital, seperti

    respirasi dan sirkulasi.

    Kelenjar hipofisis, yang mengatur fungsi kelenjar lain dan melalui pengaturan ini, mengendalikan

    pertumbuhan, maturasi, serta reproduksi

    Formasio retikularis, yaitu suatu jalinan sel-sel saraf (nucleus)dan perabut saraf di dalam batang

    otak (brain stem) serta medulla spinalis yang membantu mengontrol semua reflex vital seperti

    fungsi kardiovaskuler dan respirasi.

    Homoestasis diprthankan lewat mekanisme umpan balik (feedback) melalui pengaturan sendiri.

    Mekanisme ini memiliki tiga komponen;

    Sensor yang mendeteksi pada homeostasis (yang disebabkan oleh impuls saraf atau preubahan

    kadar hormone)

    Pusat control dalam sistem saraf pusat yang menerima sinyal dari sensor dan mengatur respons

    terhadap gangguan pada homeostasis (dengan memulai mekanisme efetor)

    Efektor yang bekerja untuk memulihkan homestasis.

    Ada dua jenis mekanisme umpan balik;

    Mekanisme umpan balik positif yang menggerakkan system menjauhi homeostasis dengan cara

    menggalakkan perubahan dalam system tersebut. Sebagai contoh, jantung akan memompa

    dengan frekuensi dan kekuatan yang lebih tinggi ketika seseorang berada dalam keadaan syok.

    Jika syok ini berlanjut, kerja jantung dapat memerlukan lebih banyak oksigen daripada yang

    tersedia. Sebagai akibatnya, akan terjadi gagal jantung.

  • Mekanisme umpan balik negative yang bekerja memulihkan homeostasis dengan cara

    memperbaiki deficit yang terjadi dalam system.

    Mekanisme umpan balik yang negatif harus merasakan adanya perubahan dalam tubuh seperti kadar

    glukosa darah yang tinggi dan berupaya mengembalikan fungsi tubuh ke keadaan normal. Pada kasus

    kadar glukosa darah tinggi, mekanisme efektor akan memicu peningkatan produksi insulin oleh

    pancreas, mengembalikan kadar glukosa darah ke keadaan normal dan memulihkan homeostasis.

    Penyakit dan keadaan sakit

    Meskipun istilah penyakit (disease) dah keadaan sakit (illness) serimg tertukar dalam pemakaian,

    keduanya bukan sinonim atau padanan kata. Penyakit terjadi ketika homestasisi tidak dapat

    dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada daam kondisi sehat yang

    normal. Sebagai contoh, seseornag dapet menderita penyakit jantung koroner, diabetes, atau

    oenyakit asma tetapi tidak harus berada dalam keadaan sakit sepanjang waktu jika tubuhnya dapat

    beradaptasi terhadap penyakitnya. Dalam situasi ini, orang tersebut masih melakukan kegiatan sehari-

    hari yang diperlukan didalam kehidupannya. Biasanya kata sakit mengacu kepada gejala subjektif

    (keluhan) yang dapat menunjukkan keberadaan penyakit.

    Perjalanan dan hasil akhir suatu penyakit akan diperngaruhi oleh factor-faktor enetik (sperti

    kecenderungan untuk mengalami obesitas), perilaku tidak sehat (seperti kebiasaan merokok), sikap

    (sperti keperibadian Tipe A) dan bahkan persepsi seseorang terhadap penyakitnya (seperti

    penerimaan atau pengingkaran). Penyakit bersifat dinamis dan dapet bermnifetasi lewat berbagai cara

    menurut keadaan pasien atau lingkungannya.

    Penyebab

    Penebab penyakit dapat intrinsic ataupun ekstrinsik. Keteurunan, usia, jenis kelamin, agens infeksius

    atau perilaku (seperti kebiasaan bermalas malasan, merokok, atau perilaku (seperti kebiasan bermalas-

    malasan, merokok, atau menggunakan obat-obat illegal) dapat menyebabkan penyakit. Penyakit yang

    penyebabnya tidak diketahui dinamakan idiopatik.

    Perkembangan

    Proses perkembangan penyakit disebut pathogenesis. Bial tidak diketahui dan tidak berhasil ditangani

    dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola gejalanya yang khas. Sebagai

    penyakit akan sembuh sendiri (self-limiting), atau dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau

    tanpa intervensi; sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh. Pasien yang

    menderita penyakit kronis dapat mengalami masa-masa remisi dan eksaserbasi secara berkala.

    Biasanya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan pada metabolism atau

    mengakibatkan perubahan pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan

    munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi),

    hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lender) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang).

  • Cara sel-sel tubuh bereaksi terhadap penyakit bergantung pada agens penyebabnya dan sel, jaringan,

    serta organ tubuh yang terkan. Hilangnya penyakit bergantung pada banyk factor yang bekerja pada

    saat itu, seperti luas penyakit dan keberadaan penyakit lain.

    Stadium

    Secara khas, penyair berkembang melalui tiga stadium;

    Pajanan atau cedera-jarinagan sasaran terpajan agnes penyebab atau mengalami cedera.

    Masa latensi atau masa inkubasi- tidak terlihat tanda atau gejala (keluhan dan gejala) pada

    masa ini.

    Masa prodromal- tanda dan gejala biasanya ringan dan tidak khas.

    Fasreakut Penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan menimbulkan komplikasi.

    Fase ini dinamakan fase akut subklinis bila tubuh pasien masih bisa berfungsi seolah-olah tidak

    ada penyakit pada tubuhnya.

    Remisi Fase laten kedua ini terjadi pada sebgaian penyakit dan biasanya akan diikuti oleh fase

    akut lain.

    Konvalesensi-keadaan pasien berlanjut kea rah kesembuhan sesudah perjalan penyakit berhenti.

    Kesembuhan (recovery)- pasien kembali sehat dari tubuhnya sudah berfungsi normal kembali.

    Tidak terlihat tanda ata gejala penyakit yang tersisa.

    Stres dan penyakit

    Ketika terjadi suatu stressor seperti peubahan dalam kehidupan, seseorang dapat bereaksi lewat salah

    satu dari kedua cara ini; dengan adaptasi yang berhasil baik atau dengan kegagalan beradaptasi (respons

    maladaptive). Respons maladaptive terhadap stress dapat mengakibatkan penyakit.

    Hans Selye, seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit, menguraikan stadium

    adaptasi berikut ini kejadian yang menimnulkan stress; alarm, resistensi, dan permulihan (recovery) atau

    kelelahan (exhaustion) (Lhat respon fisik terhadap stress). Dalam stadium alarm, tubuh merasakan

    adanya stress dan membangkitkan SSP. Tubuh melapaskan zat-zat kimia untuk memobilisasi repons fight

    or fight. Dalam upaya yang bersifat ganda ini, respons medulla adrenal yang bekerja simpatik (respons

    simpotoadrenal) menyebabkan pelepasan epinefrin dan poros hipotalamus hipofisi adrnal

    menyebabkan pelepasan hormone-hormon glukokortikoid. Sitem ini bekerja secara harmonis untuk

    membuat tubuh mampu bereaksi terhdaap stressor. Pelepasan ini merupakan adrenaline rush yang

    disertai kepanikan atau agresi. Pada stadium resistensi, tubuh dapat beradaptasi dan memperoleh

    kembali keadaan homeostasis atau tidak mampu beradaptasi dan masuk kedalam stadium kelelahan

    (exchaustion stage) yang menyebabkan penyakit.

    Respons stress dikontrol oleh sejumlah penyakit dalam sel-sel saraf dan system endokrin. Aksi atau kerja

    ini mencoba mengarahkan ebnergi kepada organ yang paling menderita karena stress, seperti jantung,

    paru-paru atau otak.

  • Stressor dapat bersifat fisik atau psikologi. Stressor fisik, seprti terkena zat racun, dapat menimbulkan

    respons berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala

    yang dapat dikenali. Stressor psikologik, seperti kematian orang yang dcintai, dapat pula menimbulkan

    respons maladaptif. Kejadian yang menimbulkan stress dapat menyebabkan kembuh beberapa penyakit

    kronis, seperti diabetes atau multipelsklerosis. Strategi coping (mengatasi persoalan) yang efektif dapat

    mencegah atau mereduksi efek stress yang berbahaya.

    Fisiologi sel

    Sel merupakan komponen kehidupan yang paling kecil dalam organism hidup. Organism dapat tersusun

    atas sebuah sel tunggal, seperti bakteri, atau atas milyaran sel, misal manusia. Pada organism tingkat

    RESPONS FISIK TERHADAP STRES

    Menurut model adaptasi umum dari Hans Selye, tubuh manusia bereaksi terhadap stress dalam

    beberapa stadium seperti digambarkan di bawah ini

    STRESOR FISIK ATAU PSIKOLOGIK

    REAKSI ALARM (RESPON FIGHT OR FIGHT

    Sistem saraf mulai dibangkitkan

    Epinefrin dan neropinefrin bersama hormon lain dilepaskan sehingga terjadi

    peningkatanfrekuensi jantung, kekuatan kontraksi jantung, asupan oksigen, dan

    aktivitas mental.

    RESISTENSI

    Tubuh bereaksi terhadap stressor dan berupaya kembali ke kondisi homeostasis

    Mekanisme koping turut berperan

    PEMULIHAN

    Jika stress berhenti, tubuh

    kembali kepada keadaan normal

    sehingga terjadi pemulihan

    KELELAHAN

    Jika stress tidak berhenti, stadium

    kelelahan akan dimulai

    Tubuh tidak lagi mampu memproduksi

    hormone seperti yang dilakukan pada

    stadium alarm

    Kerusakan organ mulai terjadi

  • tinggi, sel-sel yang memiliki spesialisasi tinggi dan melaksanakan fungsi yang sama akan tersusun

    menjadi jaringan, seperti jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan saraf, dan jaringan otot. Selanjtnya,

    jaringan akan membentuk organ (kulit, skelet, otak, dan jantung) yang terintegrasi menjadi system

    tubuh, seperti SSP, system kardiovaskuler, dan system musculoskeletal.

    Komponen sel

    Seperti organisme, sel merupakan organisasi kompleks komponen-komponen dengan spesialisasi

    khusus, yang masing-masing memiliki fungsi sendiri. Pada sel yang normal, komponen terbesarnya

    adalah sitoplasma, mukleus, dan membrane sel yang membungkus komponen internal serta

    mempertahankan sel utuh. (lihat gambar komponen sel)

    Sitoplasma

    Sitoplasma, yang strukturnya menyerupai gel, terutama terdiri atas sitosol yang merupakan cairan

    kentall semitransparan; cairan ini tersusun atas ari sebanyak 70% hingga 90% disertai berbagai protein,

    garam, dan gula. Di dalam sitoplasma terdapat suspense banyk struktur halus yang dinamakan organel.

    LIHAT LEBIH DEKAT

    GAMBAR KOMPONEN SEL

    Ilustrasi di bawah ini memperlihatkan komponen dan struktur sel, setiap bagian memiliki fungsi

    untuk mempertahakan kehidupan sel serta homeostasis.

  • Organel meruupakan mesin metabolism sel. Masing-masing organel memiliki fungsi mempertahanakan

    kehidupan sel. Organel meliputi mitokondria, peroksisom, unsure-unsur sitoskeletal, sentrosom,

    mikrofilamen, dan mikrotubulus.

    Mitokondria merupakan bangunan berbentuk sferis atau batang dan menghasilkan sebagian

    adenosine trifosfat (ATP; adenosine triphosphate) tubuh. ATP memberikan energy kepada banyak

    aktivitas sel. Mitokondria merupakan tempat respirasi sel pemakaian metabolic oksigen untuk

    memproduksi energy, karbon dioksida, dan air.

    Ribosom merupakan tempat sintesis protein

    Retikulum endoplasma merupakan jalinan dua jenis tubulus yang terbungkus membrane. Retikulum

    endoplasma yang kasar terbungkus ribosom. Retikulum endoplasma yang halus berisi enzim-enzim

    yang mensintesis lipid.

    Apparatus golgi mensintesis molekul hidrat arang yang berikatan dengan protein yang diproduksi

    oleh Retikulum endoplasma kasar dan lipid yang diproduksi oleh Retikulum endoplasma yang halus

    untuk membentuk produk seperti lipoprotein, glikoprotein, dan enzim-enzim.

    Lisosom merupakan badan digestif yang menguraikan bahan nutrien dan bahan asiang atau bahan

    rusak di dalam sel. Membran yang membungkus setiap lisosom memisahkan enzim-enzim

    digestifnya dengan bagian sitoplasma yang lain. Enzim-enzim tersebut mencerna bahan nutrien yang

    dibawa kedalam sel melalui endositosis, tempat sebagian membran sel mengelilingi dan menelan

    bagan tersebut untuk membentuk vesikel intrasel yang terikat pada membran. Membran lisosom

    akan menyatu dengan membran vesikel yang membungkus bahan yang mengalami endositosis.

    Kemudian enzim-enzim lisosom mencerna bahan yang ditelan itu. Lisosom mencerna bahan asing

    yang dinamakan oleh sel darah putih melalui proses serupa yang dianamakan fagositosis.

    Peroksisom berisi oksidase yang merupakan enzim untuk mereduksi oksigen secara kmiawi menjadi

    hydrogen peroksida dan mengubag hydrogen peroksida menjadi air.

    Peroksisom berisi oksidase yang merupakan enzim untuk mereduksi oksigen secara kimiawi menjadi

    hydrogen peroksida dan mengubah hydrogen peroksida menjadi air.

    Unsure-unsur sitoskeletal membentuk jalinan struktur proten yang mempertahankan bentuk sel.

    Sentrosom berisi sentriol berbentuk sislinder pendek yang terletak di dekat nucleus dan mengambil

    bagian adalam pembelahan sel.

    Mikrofilamen dan mikrotubulus memungkinkan pergerakan vesikel intrasel (yang memungkinkan

    akson membawa neurotransmilter) dan pembentukan kumparan mitosis, yang merupakan kerangka

    kerja bagi pembelahan sel.

    Nucleus

    Pusat pengendalan sel adalh nucleus, yang berperan dalam pertumbuhan sel, metabolism, dan

    reproduksi. Di dalam nucleus, satu atau lebih nucleolus (struktur intranukleus yang berwarna gelap)

    mensintesis asam ribonukleat (RNA; ribonucleic acid), yaitu polinukleotida kompleks yang mnegontrol

    sointsis protein. Nucleus juga menyimpan asam deoksiribonukleat (DNA; deoxyribonucleic acid), yaitu

    struktur heliks ganda yang membawa materi genetic dan bertanggung jwaab atas reproduksi atau

    pembelahan sel.

  • Membran sel

    Membran sel yang semipermeabel membentuk batas eksternal sel yang memisahkan sel tersbut dari

    sel-sel lain dan dari lingkungan luar. Dengan tebal yang secara kasar 75A (3 per 10 juta inci), Membran

    sel tersusun atas lapisan ganda fosfolid dengan molekul-molekul protein tertanam di dalamnya.

    Molekul-molekul protein ini bekerja sebagai reseptor, saluran ion atau pengangkutan bagi substansi

    tertntu.

    Pembelahan sel

    Setiap sel harus mengadakan replikai sendiri untuk mempertahankan kelanjutan hidupnya. Replikasi ssel

    berlangsung dengan cara membelah diri melalui salh satu dari dua cara ini: mitosis (pembelahan yang

    menghasilkan dua buah sel anak (daughter cells) dengan DNA yang sama dan kandungan kromosom

    yang sama seperti sel induknya (mother cell), atau miosis (pembelahan yang menciptakan empat buah

    gametosit dan masing masing gametosit ini mengandung separuh dari jumlah kromosom pada sel

    induknya). Kebanyakan sel akan menjalani mitosis; miosis hanya terjadi sel-sel reproduksi.

    Mitosis

    Mitosis tipe pembelahan sel yang menghsailkan pertumbuhan jaringan akan menghasilkan pembelahan

    materi yang sama jumlahnya di dalam nucleus (kariokinesis) dan kemudian pembelahan ini akan diikuti

    oleh pembelahan badan sel (sitokinesis). Proses ini menghasilkan dua duplikat sel asal. (lihat Bab 4.

    Genetika, untuk pembahasan terinci tentang mitosis dan miosis).

    Fungsi sel

    Fungsi dasar sebuah sel adalah gerakan, konduksi, absorprsi, sekresi, ekskresi, repirasi, dan reproduksi.

    Dalam tubuh manusia, sel-sel yang berbeda mengalami spesialisasi untuk melaksanakan satu fungsi saja;

    sel-sel otot, misalnya, bertanggung jawab atas gerakan. Kendati demikian, respirasi dan reproduksi

    terjadi di dalam semua sel.

    Gerakan

    Beberapa sel, sperti sel otot, bekerja bersama untuk menghasilkan gerakkan pada bagian tubuh

    tertentu, gerakan isi/materi dalam sebuah organ atau gerakan keseluruhan organisme. Sel-sel otot yang

    membungkus organ berorgan atau kavitas berkontraksi, maka kontraksi sel-sel tersbut akan

    menggerakkan isi organ atau kavitas seperti gerakan peristalyik pada usus atau ejeksi darah dari jantung.

    Konduksi

    Konduksi merupakan transmisi stimulus, seperti implus saraf, panas gelombang suara dari bagian tubuh

    yang satu ke bagian yang lain.

    Absorpsi

  • Proses absorpsi terjdai ketika subtansi bergerak melewati membran sel. Sebagai contoh, makanan

    dipecah menjadi asam-asam amino, asam-asam lemak, dan glukosa di dalam seluran cerna. Sel-sel

    dengan spesialisasi khusus yang terdapat did alam usus akan mengabsorpsi nutrient serta membawanya

    ke dalam pembuluh darah, dan kemudian nutrient ini diangkutr melalui pembuluh darah ke dalam sel-

    sel tubuh yang lain. Selnjutnya sel-sel sasaran akan mengabsorpsi substansi tersebut dan

    menggunakannya sebagai sumber energy atau sebagai building block untuk membangun atau

    memperbaiki komponen structural dan fungsional sel.

    Sekresi

    Sebagian sel, sperti sel-sel kelenjar, melepas substansi yang digunakan oleh baian tubuh lain. Sel-sel

    beta pada pulau-pulau Langerhans pancreas, misalnya, akan menyekresi hormone insulin, yang akan

    diangkut oleh darah ke dalam sel-sel sasarannya, tempat hormone ini memfasilitsai gerakan glukosa

    melewati membran sel.

    Ekskresi

    Sel-sel mengekskresi limbah yang dihasilkan oleh proses metabolisme normal. Limbah ini meliputi

    substansi, seperti karbon dioksida serta asam tertentu dan molekul yang mnegandung nitrogen.

    Respirasi

    Respirasi sel terjadi dalam mitokondria, tempat ATP diproduksi, sel akan mengabsorpsi oksigen;

    kemudian akan menggunakan oksigen dan melaksanakan karbon dioksida selama metabolism seluler

    berlangsung. Energy yang disimpan dalam bentuk ATP akan dipakai dalam reaksi lain yang

    membutuhkan energy.

    Reproduksi

    Sel-sel baru diperlukan untuk mengganti sel-sel tua bagi keperluan pertumbuhan jaringan dan tubuh.

    Kebanyakan sel membelah dan bereproduksi melalui proses mitosis. Akan tetapi, beberapa sel seperti

    sel sperti sel saraf dan otot secara khas akan kehilangn kemampuan melakukan reproduksi sesudah

    kelahiran bayi.

    Tipe sel

    Masing-masing dari empat tipe jaringan (epitel, jaringan ikat, saraf, dan otot) tersusun atas beberapa

    tipe sel khusus yang melaksanakan fungsi tertentu.

    Sel epitel

    Sel epitel melapisi sebagian besar permukaan internal dan oksternal tubuh seperti epidermis kulit,

    organ-organ internal, pembuluh darah, rongga tubuh, kelenjar, serta organ-organ sensorik. Fungsi sel

    epitel meliputi fungsi pendukung, proteksi, absorpsi, ekskresi, dan sekresi.

  • Sel jaringan ikat

    Sel jaringan ikat (konektif) ditemukan di dalam kulit, tulng dan sendi, dinding arteri, fasia di sekeliling

    organ, saraf, dan lemak tubuh. Tipe sel jaringan ikat meliputi sel-sel fibroblast (seperti serat kolagen,

    elastin serta retikuler), sel-sel adipose (lemak), sel mast (yang melepaskan histamine serta substansi lain

    pada saat inflamasi), dan sel-sel tulang. Fungsi utama sel jaringan ikat adalah melindungi,

    memetabolisme, menyokong, mempertahankan suhu, dan elastisitas.

    Sel saraf

    Dua tipe sel saraf sel neuron dan neuroglia membentuk system saraf. Neuron memiliki badan sel,

    dendrite, dan akson. Dendrite membawa impuls saraf ke badan sel saraf dari akson pada neuron lain.

    Akson membawa impula saraf menjauhi badan sel dan mengangkatnya ke neuron lain atau organ tubuh.

    Sehubungan myelin di sekeliling akson akan memfasilitasi hantaran implus yang cepat dengan

    mempertahankan implus tersebut tetap di dalam sel saraf. Neuron melaksanakan fungsi berikut;

    Menghasilkan implus listerik

    Menghantar implus listrik

    Memengaruhi neutron yang lain, sel otot dan sel kelenjar dengan mentransmisi implus tersebut.

    Sel-sel neuron memberi sokongan, nutrisi dan proteksi terhadap neuron. Ada empat tipe sel neuroglia.

    Oligodendroglia, yang mempeoduksi myelin di dalam SPP

    Astrosit, yang menyediakan nutrient esensial bagi neuron dalam upaya memelihara potensial

    biolistrik yang bener untuk halaman implus dan transmisi sinaps.

    Sel ependimal, yang menonsumsikan dan mencerna debris jaringan ketika jaringan saraf

    mengalami kerusakan.

    Sel otot

    Sel otot berkontraksi untuk menghasilkan gerakan atau tegangan (tension) \. Protein intrasel katin dan

    myosin akan berinteraksi untuk membentuk jembatan silang yang menghasilkan kontraksi otot.

    Peningkatan kadar kalsium intrasel diperukan bagi kontraksi otot.

    Ada tiga tipe dasar sel otot :

    Sel otot rangka (lurik), merupakan sel-sel berbentuk silinder yang panjang dan membentang di

    seluruh panjang otot rangka (skelet). Otot ini, yang melekat langsung pada tulang atau yang

    terhubung dengan tulang melalui tendon, bertanggungjawab atas gerakan volunteer. Melalui

    gerakan kontraksi dan relaksi, sel-sel otot lurik mengubah panjang otot. Kontraksi

    memendekkan otot; relaksasi memungkinkan otot kembali pada panjang saat istirahat.

    Sel otot polos (sel otot bukn lurik), ditemukan dalam dinding organ berongga seperti traktus GI

    serta genitourinarius, dan dinding pembuluh darah serta bronkiolus. Berbeda dengan sel otot

  • lurik, sel-sel berbentuk seperti kumparan ini berkontraksi secara involunter. Melalui gerakan

    kontraksi dan relaksi, sel-sel otot polos mengubah diameter lumen struktur berongga tersebut

    dan dengan cara demikian, substansi yang ada di dalamnya akan digerakkan di sepanjang organ

    ini.

    Sel otot jantung bercabang menyilang otot polos rongga jantung dan berkontraksi secara

    involunter. Sel-sel otot ini memproduksi dan mentransmisi potensial aksi jantung yang

    menyebabkan sel otot jantung berkontraksi. Implus berjalan dari sel yang satu ke sel lain karena

    tidak terdapat membran sel.

    SIAGA KLINIS Pada lanjut usia (lansia), sel otot rangka menjadi lebih kecil dan banyak di

    antaranya sudah digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Sebagai akibatnya, kekuatan dan

    massa otot akan berkurang.

    Perubahan patofisiologi

    Sel menghadapi beberapa tantangan di sepanjang hidupnya stressor, perubahan kesehatan tubuh,

    penyakit, dan sejumlah factor ekstrinsik lain dapat mengubah fungsi sel yang normal (homeostasis).

    Adaptasi sel

    Sel pada umumnya dapat berfungsi dengan baik kendalti terdapat perubahan atau stress yang berat

    atau berkepanjangan dapat mencederai atau bahkan menghacurkan sel. Ketika integritas sel terancam

    misalnya oleh keadaan hipoksia, anoksia, cedera kimia, infeksi, atau suhu yang ekstrem sel akan bereaksi

    dengan salah satu cara berikut:

    Dengan bergantung pada cadanagn energinya untuk mempertahankan fungsinya

    Dengan melakukan perubahan adaptif atau disfungsi seluler

    Jika cadangan energy sel tersedia dalam jumlah cukup dan tubuh tidak mendeteksi abnormalitas, maka

    sel beradaptasi dengan menjadi atrofi, hyperplasia, metaplasia, atau diplasia. (Lihat Perubahan Adaptif

    sel). Jika cadangan sel tidak mencukupi, maka terjadi kematian sel (nekrosis). Biasanya nekrosis terjadi

    secara local dan mudah dikenali.

    Atrofi

    Atrofi mrupakan keadaan berkurangnya ukuran sebuha ssel atau organ, yang dapat terjadi ketika sel

    tersebut mengalami penurunan beban kerja atau penyakit, aliran darah yang tidak mencukupi,

    malnutrisi atau penurunan stimulasi hormonal dan saraf. Contoh-contoh atrofi meliputi pengurangan

    massa dan tonus otot setelah menjalani tiah baring yang lama.

    Hipertrofi

    Berlawanan dengan atrofi, hipertrofi merupakan penurunan ukuran sebuah sel atau organ, yang terjadi

    karena peningkatan beban kerja. Tiga tipe dasar hipertrofi adalah hipertroi fisiologik, kompensatorik dan

    patologik.

  • hipertroi fisiologik mencerminkan peningkatan beban kerja yang bukan disebabkan olrh

    penyakit sebagai contoh, bertambahnya ukuran otot yang disebabkan oleh kerja difisik yang

    keras atau latihan beban.

    Hipertrofi kompensatorik terjadi ketika ukuran sel bertambah untuk mengambil alih sel-sel yang

    tidak berfungsi, sebagai contoh, ginjal akan membesar kalau ginjal lain tidak berfungsi atau

    diangkat.

    Hipertrofi patologil merupakan respons terhadap penyakit. Contonya adalah penebalan otot

    jantung karena jantung harus memompa lebih kuat untuk melawan peningkatan resistensi

    pembuluh darah pada pasien hipertensi.

    Hiperplasia

    Hyperplasia merupakan keadaan peningkatan jumlah el yang disebabjan olej peningkatan beban

    kerja, stimulasi hormonal atau penurunan densitas jaringan. Seperti halnya hipertrofi, hyperplasia

    dapat bersifat fisiologik, kompensatorik atau patologik.

    Hyperplasia fisiologik merupakan respom adaptif terhadap perubahan normal. Contohnya

    adalah pertambahan terhadap jumlah sel uterus setiap bulan yang terjadi sebagai respons

    terhadap stimulasi estrogen pada endometrium sesudah ovulasi.

    Hyperplasia kompensatorik terjadi pada beberapa organ guna mengganti jaringan yang

    rusak atau yang diangkat. Sebagai contoh, sel-sel hati akan mengadakan regenerasi ketika

    sebagian hati akan mengadakan regenerasi ketika sebagian hati diangkat dengan

    pembedahan.

    Hyperplasia patologik merupakan respons terhadap stimulasi hormonal yang berlebihan

    atau produksi hormon pertumbuhan yang abnormal. Contohnya adalah akromegali,

    produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan, yang meneyebabkan pertumbuhan tulang;

    pada hyperplasia endometrium, sekresi estrogen yang berlebihan menyebabkan perdarahan

    haid hebat dan kemungkinan perubahan maignan.

    Metaplasia

    Metaplasia merupakan pergantian tipe sel yang satu dengan tipe yang lain (tipe sel yang dapet bertahan

    lebih baik terhadap perubahan atau stresor). Penyebab umum metaplasia adalah iritasi atau cedera

    yang terus menerus dan memicu respons inflamasi. Tipe sel yang baru dapat bertahan lebih baik dalam

    menghadapi stress akibat inflamasi kronis. Metaplasia dapat bersifat fisiologik atau patologik

    Metaplasia fisiologik merupakan respons normal terhadap perubahan keadaan dan umumnya

    bersifat sepintas. Sebagai contoh, pada respon tubuh yang normal terhadap inflamasi, monosit

    yang bermigrasi kejaringan yang mengalami inflamasi akan berubah menjadi sel-sel makrofag.

    Metaplasia patologik merupakan respons terhadap toksin dari luar stresor dan umumnya

    bersifat irebersibel. Sebagai contoh, setelah bertahun-tahun terkana asp rokok, sel epitel

    skuamosa berlapis akan menggantikan sel epitel kolumner bersilia pada saluran bronkus.

    Meskipun sel-sel yang baru dapat bertahan lebih baik terhadap asap rokok, sel-sel tersebut tidak

  • dapat mensekresi lender dan juga tidak memiliki silia untuk melindungi sakuran napas. Jika

    pajanan asap rokok itu terus berlanjut, sel-sel akuamosa dapat berubah menjadi sel-sel kanker.

    Displasia

    Pada dysplasia, diferensiasi abnormal sel-sel yang sedang membelah akan menghasilkan sel-sel dengan

    ukuran, bentuk, dan penampilan yang abnormal. Meskipun perubahan sel yang displastik tidak bersifat

    ganas, keadaan ini dapat mendahului peubahan kea rah kanker. Contoh yang sering dijumpai adalah

    displasia sel epitel pada seviks atau traktus respiratirius.

    Cedera sel

    Cedera pada setiap komponen sel dapat menimbulkan keadaan sakit karena sel kehilangan

    kemampuannya untuk beradaptasi. Salah satu indikasi awal cedera sel adalah lesi biokimia yang

    ditemukan pada sel di tempat terjadinya cedera. Sebagai contoh, pada pasien alkoholisme kronik, lesi

    biokimia pada sel-sel system imun dapat meningkatkan kerentanan pasien terhadap infeksi, dan sel-sel

    pankeas serta hati turut terkena dengan cara menghalangi reproduksi sel tersebut. Sel-sel ini tidak dapat

    kembali berfungsi secara normal.

    LIHAT LEBIH DEKAT

    PERUBAHAN SEL YANG ADAPTIF

    Sel beradaptasi terhadap perubahan keadaan dan diperlihatkan di bawah ini

  • Penyebab cedera cel

    Cedera sel dapat terjadi karena beberapa penyebab intrinsic atau ekstrinsik:

    Toksin. Subtansi yang berasal dari adalm tubuh (factor endogenus) atau dari luar tubuh (factor

    eksogenus) dapat menyebabkan cedera toksin. Toksin endogenus yang sering ditemukan secara

    genetic, malformasi yang nyata, dan reaksi hipersensitivitas. Toksin eksogenus meliputi alcohol,

    timbale, karbon monoksida, dan obat-obatan yang mengubah fungsi sel. Contoh obat-obat

    tersebut adalah obat-obat kemoterapi yang digunakan untuk mencegah penolakan pada

    resipien transplantasi organ.

    Infeksi. Virus, fungus, protozoa, dan bakteri dapat menimbulkan cedera sel atau kematian sel.

    Organism ini akan memperngaruhi integritas atau keutuhan sel dengan mengganggu proses

    pembelahan sel sehingga membentuk sel sel yang novariabel dan mutan. Sebagai contoh, virus

    HIV (human Immunodeficiency virus) akan mengubah sel ketika virus tersebut mengadakan

    replikasi dalam RNA sel.

    Cedera fisik, cedera fisik terjadi karena kerusakan pada sel atau karena kerusakan yang

    berkaiayan dengan organet intrasel. Dua tiep utama cedera fisik adalah cedera termal dan

    mekanis. Penyebab cedera termal meliputi luka bakar, terapi radiasi untuk kanker, sinar X, dan

    rdaiasi ultraviolet. Penyebab cedera mekanis meliputi pembedahan, trauma akibat kecelakaan

    kendaraan dan frostbite.

    Cedera deficit. Ketika terjadi kekurangan air, oksigen, atau nutrient atau ketika suhu yang

    konstan dan pembuangan limbah yang adekuat tidak dapat bisa belangsung. Kekurangan salah

    satu dari ketiga kebutuhan dasar ini dapat menyebabkan disrupsi atau kematian sel. Penyebab

    kekurangan atau deficit tersebut meliputi hipoksia (pasokan oksigen tidak adekuat), iskemia

    (pasokan darah tidak adekuat) dan malnutrisi.

    Cedera sel yang irreversible terjadi ketika membrane sel atau organel tidak dapat lagi berfungsi.

    Degenerasi sel

    Degenerasi merupakan tipe kerusakan sel yang nonletal (tidak membawa kematian) dan umumnya

    terjadi dalam sitoplasma serta tidak memengaruhi nucleus. Biasanya degenerasi mengenai organ

    dengan sel-sel yang aktif secara metabolic aktif seperti hati, jantung, serta ginjal, dan disebabkan oleh

    permaslahan berikut ini :

    Peningkatan jumlah air didalam sel atau pembengkakan seluler

    Infiltrasi lemak

    Atrofi

    Autofagositosis (yaitu sel mengasorpsi bagian sel itu sendiri)

    Perubahan pigmentasi

    Kalsifikasi

    Infitltrasi hialin

    Hipertrofi

  • Dysplasia (yang berhubungan dengan iritasi kronik)

    Hyperplasia

    Saat perubahan dala sel bias dikenali, maka perwatan kesehatan yang tepat dapat memperlambat

    proses degenerasi dan mencegah kematian sel. Mikroskop electron dapat membantu mengenali

    peruabahn seluler dan dengan demikian diagnosis penyakit bisa ditegakkan sebelum pasien

    mengeluhkan gejalanya. Hanya sayangnya, banyak perubahan sel terjadi tanpa dapat dikenali meskipun

    pemeriksaan dengan mikroskop telah dilakukan. Kenyataan ini membuta deteksi dini penyakit tidak

    mungkin dilakukan. Contoh perubahan degenerative yang reversible adalah dysplasia serviks. Contoh

    perubahan degenerative yang ireversibel meliputi penyakit Huntington dan amiotrofik lateral sklerosis.

    Penuaan sel

    Selama proses penuaan yang normal, sel akan kehilangan struktur dan fungsinya. Atrofi, yaitu

    penurunan ukuran atau pelisutan, dapat menunjukkan kehilangan struktur sel. Hipertrofi atau

    hyperplasia merupakan cirri khas kehilangan fungsi sel. (lihat factor yang memengaruhi penuaan sel).

    Tanda penuaan terjadi pada semua system tubuh. Contohnya meliputi pernurunan elastisitas pembuluh

    darah, motilitas usus, massa otot dan jaringan lemak subkutan. Peniaan sel dapat berjalan lambat atau

    cepat menurut jumlah dan luas cedera di samping tergantung pula pada keausan serta kerusakan pada

    sel.

    Proses penuaan sel akan membatasi rentang usia menuasia (tentu saja, banyak manusia meninggal

    karena penyakit sebelum mereka mencapai usia maksimum sekitar 110 tahun). Beberapa teori mencoba

    menerangkan penyebab penuaan sel. (lihat teori biologi tentang penuaan).

    Kematian sel

    Seperti halnya penyakit, kematian sel dapat disebabkan oleh factor-faktor intristik yang membatasi

    rentang usia sel atau oleh factor-facktor ekstrinsik (external) yang turut menyebabkan kerusakan dan

    penuaan sel. Kalau terdapati stresor yang berat atau yang berkepanjangan, sel tidak lagi mampu

    beradaptasi dan kematian sel akan terjadi.

    Kematian sel atau nekrosis dapat bermanifestasi dengan berbagai cara menurut jaringan atau organ

    yang terkena.

    Apoptosis merupkan kematian sel yang sudah deprogram secara genetic. Apoptosis merupakan

    penyebab pergantian sel yang trjadi secara terus menerusdi dl dalam lapisan kertain luar pada

    kulit dan lensa mata.

    Nekrosis likuefaksi terjadi ketika enzim lisis (lytic enzyme) mencairkan sel-sel yang nekrotik. Tipe

    nekrosis ini sering ditemukan did alam otak yang banyak mengandung enzim-enzim lisis.

    Pada nekrosis kaseosa, sel-sel yang nekrotik akan terurai tetapi masih ada bagian-bagian sel

    yang masih tidak tercerna selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tipe jaringan nektrotik

    ini dibrei nama kaseosa Karen sifatnya yang rapuh seperti keju (kaseus). Nekrosis juga terjadi

    pada tuberculosis patu.

  • Pada nekrosis lemak, enzim-enzim yang bernama lipase memecah trigliserida intrasel menjadi

    asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan berikatan dengan ion natrium, magnesium, atau

    kalsium sehingga terbentuk sabun. Jaringan yang mengalami nekrosis lemak akan berwarna

    opaq dan putih seperti kapur.

    Nekrosis koagulatif umumnya terjadi ketika pasokan darah pada organ apa pun (kecuali otak)

    tergantung. Tipe nekrosis ini secara khas mengenai ginjal, jantung, dan kelenjar adrenal.

    Aktivitas enzim lisis (lisosom) di dalam sel akan dihambat sehingga sel-sel yang nekrotik tetap

    memperthankan bentuknya, paling tidak untuk sementara waktu.

    Nekrosis gangrenosa suatu bentuk nekrosis koagulatif yang secara khas terjadi karena

    kekurangn aliran darah dan diperburuk dengan komplikasi invasii dan pertumbuhan bakteri yang

    berlebihan. Tipe nekrosis ini umumnya terjadi pada tungkai bawah sebagai akibat aterosklerosis

    atau pada traktus GI. Gangren dapat dijumpai dalam salah satu dari ketiga bentuk ini. Kering

    lembap (basah), atau gas.

    hipertroi fisi

    FAKTOR YANG MEMENGARUHI PANUAAN SEL

    Penuaan sel dapat dipengaruhi oleh factor intrinsik dan ekstrinsik seperti tercantum dibwah ini:

    Factor intrinsik

    Kongenital

    Degeneratif

    Imunologik

    Keturunan

    Metabolik

    Neoplastik

    Nutrisi

    Psikogenik

    Faktor Ekstrinsik

    Zat kimia

    Listrik

    Kekuatan/gaya

    mekanis

    Kelembapan

    (humiditas)

    Radiasi

    Suhu

    Agens Infeksius

    Bakteri

    Fungus (jamur)

    Insekta

    Protozoa

    Virus

    Cacing

  • -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    TEORI BIOLOGI TENTANG PENUAAN

    Berbagai teori telah dikemukakan untuk mejelaskan proses penuaan yang normal. Teori biologis

    mencoba menerangkan penuaan fisik sebagai proses di luar kehendak, yang akhirnya membawa

    perubahan kumulatif pada sel, jaringan dan cairan.

    Teori Sumber Penghambat

    Cross-link theory (Teori kaitan-silang

    Ikatan kimia yang kuat antara molekul-molekul organic di dalam tubuh meningkatkan kekuatan, ketidakstabilan kimiawi, dan ketidaklarutan jaringan ikat serta DNA

    Lipid, Protein, hidratarang dan asam nukleas

    Membatasi kalori dan sumber latrogenik (agens antilink), sprit kacang panjang/buncis.

    Free-Radical Theory (Teori Radikal-bebas)

    Peningkatan jumlah radikal bebas yang tidak stabil akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi system biologis, seperti perubahan kromosom, akumulasi pigmen dan perubahan kolagen

    Polutan lingkungan, oksidasi lemak makanan, protein, hidrat arang, unsure-unsur berbahaya.

    Memperbaiki lingkungan, menghindari makanan yang memicu radikal bebas, meningktkan masukkan antioksidan, sperti vitamin A, C dan E.

    Immunologic theory (Teori Imunologik)

    System kekebalan yang menua tidak lagi mampu membedakan sel-sel tubuh dari sel-sel asing; sebagai akibatnya, system ini mulai menyerang dan menghancurkan sel-sel tubuh seolah-olah sel-sel itu asing. Keadaan ini menjelaskan awal mula keadaan yang dmulai pdaa usia dewasa seperti diabetes, penyakit jantung rematik, dan arthritis. Teori ini menspekulasikan keberadaan beberapa mekanisme sel yang salah sehingga memicu serangan pada berbagai jaringan normal melalui autogresi atau imunodefisiensi.

    Perubahan pada sel-sel T dan B pada system kekebalan humorial serta seluler.

    Rekayasa kekebalan melakukan perubahan dan peremajaan system imun secara selektif

    Wear anda tear theory (teori pakai dan aus)

    Sel, struktur dan faal tubuh akan menjadi aus atau digunakan berlebihan (overuse) akibat stressor baik dari dalam maupun luar. Efek kerusakan yang tersisa akan bertumpuk sehingga tubuh tidak lagi mampu bertahan terhadap stress dan akhirnya terjadi kematian

  • - Gangren kering terjadi ketika invasi bakteri minimal. Keadaan ini ditandai oleh jaringan yang

    mongering, berkeriput, dan berwarna cokelat gelap atau oleh jaringan yang kehitaman pada

    tungkai.

    - Gangren basah terjadi bersama nekrosis likuefaksi yang meliputi aktivitas lisis yang luas oleh

    bakteri dah sel darah putih sehingga terbentuk bagian tengah yang mencair di daerah yang

    terkena. Tipe gangren ini bisa terjadi pada organ-organ internal maupun pada ekstremitas.

    - Gas gangren terjadi ketika bakteri anaerob genus clostridium meninfeksi jaringan. Tipe gangren

    ini cenderung terjadi pada trauma berat dan dapat menyebabkan kematian. Bakteru gas

    gangren melepaskan toksin yang membunuh sel-sel disekitarnya dan infeksi gas gangren akan

    menyebar dengan cepat. Pelepasan gelembung-gelembung gas dari sel-sel otot yang terkena

    menunjukkan keberadaan gas gangren.

    Perubahan nekrotik

    Kalau sebuah sel mengalami kematian, maka enzim-enzim yang ada di dalamnya akan trelepas dan

    mulai melarutkan komponen-komponen di dalam sel tersebut. Keadaan ini memicu reaksi inflamasi

    akut dan sel darah putih akan bermigrasi ke daerah nekrotik tersebut serta mulai mencerna sel-sel yang

    mati. Pada saat ini, sel-sel mati trutama nucleus mulai mengalami perubahan morfologi melalui salah

    satu dari ketiga cara ini:

    Piknosis, yang dengan cara ini, nucleus akan mengerut mnjadi massa materi genetic yang padat

    dengan garis bentuk ireguler.

    Karioreksis, yang dengan cara ini, nucleus akan pecah dan materi genetiknya tersebar di seluruh

    sel.

    Kariolisis, yang denga cara ini, enzim-enzim hidrolitik yang lepas dari struktur intrasel dan

    dinamakan lisosom akan melarutkan nukleas.

  • Kanker

    Kanker, juga dimaksud neoplasia malignan, adalah sebuah kelompok yang atas lebih 100 jenis penyakit

    berbeda yang ditandai oleh kerusakan DNA (asam deoksiribonukleat) sehingga tumbuh-kembang sel

    tidak berlangsung normal. Sel yang melignan tidak mampu lagi membelah serta melakukan difrensiasi

    dengan cara yang normal, dan kedua, sel-sel malignan memiliki kemampuan menginvasi jaringan

    sekitarnya serta bermetastasis ketempat yang jauh.

    Di Amerika Serikat, kanker bertanggungjawab atas lebih dari setengah juta kematian setiap tahun dan

    menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Tinjauan pada tahun 1999 tentang sasaran

    kanker pada masyarakat sehat 2010, yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Pelayanan

    Masyarakat A.S., telah membuahkan hasil yang mengembirakan, yaitu pembalikan tren peningkatan

    insiden kanker dan kematian karena kanker secara tergabung dan untuk sebagian besar di antara 10

    jenis kanker pada urutan pertama menunjukkan penurunan dalam kurun waktu anatara 1990 dan 1996.

    Di seluruh dunia, jenis malignansi yang paling sering dijumpai meliputi kanker kulit, leukernia, limfoma,

    dan kanker payudara, tulang, saluran cerna serta struktur terkait, kelenjar tiroid, paru-paru, saluran

    perkemihan dan system reproduksi. (Lihat Tinjuan penyakit kanker yang lazim dijumpai, halaman 37

    hingga 46). Di Amerika Serikat, jenis kanker yang paling sering ditentukan adalah kanker kulit, prostat,

    payudara, paru-paru dan kolorekral. Sebagian kanker, seperti tumor germ cell ovarium dan

    retinoblastoma sangat banyak ditemukan pada kelompok pasien yang menderita penyakit kanker

    berusia di atas 65 tahun.

    Bagaimana kanker terjadi?

    Kebanyakan teori tentang karsinogenesis mengemukakan bahwa proses terjadinya kanker meliputi

    tahap; tahap permulaan (iniiasi), pengalakan (promosi), dan progresivitas.

    Permulaan

    Tahap permulaan atau inisasi merupakan tahap kerusakan atau mutasi pada DNA, yang terjadi ketika sel

    terpajan substansi atau kejadian yang memulai munculnya kanker (seperti zat kimia, virus, atau radiasi)

    pada saat replikasi (transkripsi) DNA. Biasanya, ada enzim-enzim yang mendeteksi kekeliruan itu

    terlewati. Jika protein pengaturan dapat memusnakan dirinya sendiri. Jika protein pengatur tidak

    mengenali kekeliruan itu, sel tersebut akan mengalami mutasi permanen yang diturunkan pada generasi

    sel berikut.

    Penggalakan

    Tahap penggalakan (promosi) meliputi keterpajanan sel dengan factor-faktor (penggalak;promoter) yang

    meningkatkan pertumbuhan. Pajanan ini dapat terjadi segera setelah tahap permulaan atau beberapa

    tahun kemudian.

    Promoter dapat berupa hormone seperti estrogen, bahan aditf pangan, seperti nitrat, atau obat-obatan

    seperti nikotin. Promoter dapat memengaruhi sel-sel yang sudah bermutasi itu dengan cara mengubah:

  • Fungsi gen yang mengontrol pertumbuhan dan duplikasi sel.

    Respons sel terhdapa stimulator atau inhibitor pertumbuhan

    Komukasi antarsel.

    Progresivitas

    Sebagian peneliti percaya bahwa tahap proresivitas merupakan fase penggalakan yang lanjut, ketika

    tumor sudah menginvasi, bermetastasis dan menjadi resisten terhadap obat. Tahap ini tidak bias

    diblaikkan lagi (ireversibel).

    Penyebab

    Tubuh yang sehat memiliki perlengkapan yang baik untuk mempertahankan diri terhadap kanker. Hanya

    ketika system imun dan pertahanan lain gagal, penyakit kanker muncul.

    Bukti terakhir menunjukan bahwa kanker terjadi karena interaksi kompleks antara pajanan karsinogen

    dan mutsai yang sudah menumpuk dalam beberapa gen. para peneliti telah menentukan lebih kurang

    100 gen kanker. Sebagian gen kanker, yang dinamakan onkogen, mengaktifkan pembelahan sel dan

    memengaruhi perkembangan embrionik. Gen kanker lain, gen supresor tumor, akan menghentikan

    pembelaan sel. Sel-sel manusia yang normal secara tipikal mengandung proto onkogen (precursor

    onkogen) dan gen supresor tumor yang tetap berada dalam keadaan tidak aktif atau dormani kecuali

    bila gas tersebut ditransfornasikan oleh mutasi yang bersifat genetic atau akuisita (didapat). Penyebab

    umum kerusakan gen yang akuisita adalah virus, radiasi, karsinogen lingkungan serta makanan dan

    hormone. Factor-faktor lain yang saling berinteraksi untuk meningkatan kecenderungan seseorang

    menderita kanker meliputi usia, status gizi, keseimbangan hormonal dan respons terhadapa stress;

    semua ini akan dibahas di bawah sebagai factor risiko.

    Genetik

    Sebagian kanker dan lesi pra-kanker dapat terjadi karena presdisposisi genetic langsung ataupun tidak

    langsung. Penyebab langsung terjadi ketika sebuah gen tunggal menjadi penyebab kanker, seperti tumor

    Wilm dan retinoblastoma. Karsinogenesis tak langsung berkaitan dengan keadaan yang diturunkan,

    seperti sindrom Down atau penyakit imunodefisiensi. Karakteristik umum pada kanker dengan

    presisposisi genetic menjadi:

    Awitan (onset) penyakit malignan yang dini

    Peningkatan insiden kanker bilateral pada organ yang berpasangan (payudara, kelenjar adrenal,

    ginjal dan nervus kranialis VII (neuroma akustikus)

    Peningkatan insidensi kanker primer yang multiple pada organ yang tidak berpasangan

    Komplemen kromosom yang abnormal dalam sel-sel tumor.

    Virus

    Protoonkogen virus secara tipikal mengandung DNA yang identik dengan DNA pada onkogen manusia.

    Dalam penelitian binatang tentang kemampuan virus untuk mentransformasikan sel, sebagian virus

  • yang yang mneginfeksi manusia telah menunjukkan potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker.

    Sebagai contoh, virus Epstein-Barr, yang menyebabkan mononucleosis infeksiosa, ternyata memiliki

    kaitan dengan limfoma Burkiit dan karsinoma nasofaring.

    Kegagalan imunosurveilen

    Riset menunjukkan bahwa sel kanker tumbuh dan berkembang secara terus menerus meskipun system

    imun mengenali sel-sel ini dan menghancurkannya. Mekanisme pertahanan ini, yang dinamakan

    imnusorveilens, memiliki dua komponen utama, yaitu: respon imun yang diantarai sel (cell-mediated)

    dan respon imun humoral. Kedua komponen ini secara bersama-sama berinteraksi untuk meningkatkan

    produksi antibody, imunitas seluler, dan memori imunologik. Para peneliti percaya bahwa system imun

    yang utuh menjadi penyebab regresi spontan sel-sel tumor. Jadi, perkembangan kanker merupakan

    persoalan bagi pasien yang harus menggunakan obat-obat imunosupresan.

    Respon imun yang diantarai sel

    Sel-sel kanker membawa antigen permukaan sel (molekul protein khusus yang memicu respons imun)

    yang dinamakan tumor-associated anigen (TAA) dan tumor specific antigen (TSA). Respons imun yang

    diantarai sel (cell mediated immune respons) dimulai ketika limfosit T bertemu dengan TAA atau TSA

    dan mengalami sensitiasi oleh kedua antigen tersebut. Setelah terjadi kontak berkali-kali, sel-sel T yang

    tersensitisasi itu akan melepas factor kimia limfokin yang sebagian di antaranya mulai menghancurkan

    antigen tersebut. Reaksi ini memicu transformasi populasi limfosit T yang berbeda menjadi limfosit T

    pembunuhan atau T killer. Limfosit ini memiliki sasaran pada sel-sel yang membawa antigen spesifik

    yang dalam hal ini, sel-sel kanker.

    Respon imun humoral

    Respon omun humoral bereaski dengan TAA dengan memicu pelepasan antibody dari sel-sel plasma dan

    mengaktifkan system serum kompelemen untuk menghancurkan sel-sel pembawa antigen. Akan tetapi,

    factor imun lawan yang merupakan antibody penghalang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor

    dengan melindungi sel-sel malignan tersebut terhadap penghancuran oleh system imun numoral.

    Kerusakan respon imun

    Imunosurveilens bukanlah system yang aman dari kegagalan. Jika system imun tidak berhasil mengenali

    sel tumor sebagai se lasing, respons imun tidak akan bekerja aktif. Tumor akan terus tumbuh sampai

    berada di luar kemampuan system imun untuk menghancurkannya. Selain kegagalan surveilens ini,

    mekanisme lain mungkin turut berperan.

    Sel-sel tumor dapat menekan pertahanan tubuh yang dihasilkan oleh system imun, antigen tumor dapat

    bergabung dengan antibody humoral untuk membentuk kompleks yang pada hakikatnya akan

    menyembunyikan antigen dari pertahanan imun tersebut. Kompleks ini dapat pula menekan produksi

    antibodi selanjutnya. Tumor juga dapat mengubah penampilan antigennya imun yang normal. Factor

    pertumbuhan tumor bukan hanya menggalakkan pertumbuhan tumor tetapi juga meningkatkan risiko

  • seseorang terhadap infeksi. Akhirnya, pajanan yang lama dengan antigen tumor dapat menghabiskan

    limsofit pasien dan selanjutnya mengganggu kemampuan untuk menghasilkan respons yang tepat.

    Populasi limfosit T supresor dalam tubuh pasien mungkin tidak memadai untuk mempertahankan tubuh

    terhadap tumor yang malignan. Limfosit T supresor biasanya membantu mengatur produksi antibody;

    limfosit ini juga member sinyal kepada system imun kalau respons imun sudah tidak diperlukan lagi.

    Karsinogen tertentu, seperti virus atau zat kimia, dpaat melemahkan system imun dengan

    menghancurkan atau merusak sel-sel T supresor atau prekursornya, dan pada akhirnya akan

    memberikan pertumbuhan tumor.

    Secara teoritis, kanker akan tumbuh dan berkembang katika salah satu dari beberapa factor ini merusak

    system imun:

    Sel tumbuh bertambah tua. Ketika sel tubuh menjadi tua, kekeliruan dalam mengopi materi

    genetic selama pembelahan sel dapat mengakibatkan mutasi. Jika system imun yang menua itu

    tidak dapat mengenali mutasi dapat memperbanyak diri dan membentuk tumor.

    Obat-obat sitotoksik atau steroid. Obat-obat ini akan menurunkan produksi antibody dan

    menghancurkan limfosit yang beredar.

    Stress yang ekstrem atau infeksi virus tertentu. Keadaan membiarkan proliferasi sel-sel kanker.

    Supresi system imun. Radiasi, terapi dengan obat sitotoksik dan penyakit limfoproliferatif serta

    mieloproliferatif (seperti leukemia limfatik dan mielositik) akan menekan produksi sumsum

    tulang dan mengganggu fungsi leukosit.

    Acquired immunodecficiency syndrome (AIDS). Keadaan ini melemahkan respons imun yang

    diantarai oleh sel.

    Kanker. Penyakit ini sendiri bersifat imunosupresif. Penyakit kanker yang lanjut akan

    melemahkan system imun sehingga timbul anergi (keadaan tidak terdapatnya kemampuan

    kekebalan tubuh untuk bereaksi).

    Factor risiko

    Banyak penyakit kanker berhubungan dengan factor lingkungan dan gaya hidup tretentu yang menjadi

    predisposisi bagi seorang untuk terkena kanker. Data-data yang terkumpul menunjukkan bahwa

    sebagian factor risiki lainnya bertindak sebagai promoter, dan sebagian factor risiko lainnya bertindak

    sebagai promoter, dan sebagian lainnya lagi memulai serta menggalakkan proses penyakit tersebut.

    Polusi udara

    Polusi udara ternyata berhubungan dengan perkembangan kanker, khususnya kanker paru. Orng-orang

    yang tinggal dekat kawasan industry yang melepas zat-zat kimia beracun tercatat sebagai populasi yang

    memiliki risiko kanker yang lebih besar. Banyak polutan udara di luar rumah seperti arsen, benzena,

    senyawa hidrokarbon, polivinil klorida dan emisi industry lain, serta gas buang kendaraaan bermotor

    telah diteliti untuk memperlajari sifat-sifat karsinogeniknya.

  • Polusi udara di dalam rumah, seperti asap rokok dan radom, juga berpotensi meningkatkan risiko

    kanker. Pada kenyataannya, polusi udara di dalam rumah dianggap lebih karsinogenik dibandingkan

    polusi udara di luar rumah.

    Tembakau

    Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko kanker paru lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan

    individu yang buka perokok pada akhir usia pertengahan. Asap rokok mengandung nitrosamine dan

    senyawa hidrokarbon polisiklik, yang diketahui dapat menyebabkan mutasi. Risiko kanker paru akibat

    kebiasaan merokok memiliki korelasi langsung dengan lama kebiasaan itu dan jumlah rokok yang diisap

    setiap hari. Asap rokok juga berkaitan dengan kanker laring dan dianggap sebagai factor yang turut

    menimbulkan kanker pada kandung kemin, pancreas, ginjal, dan serviks. Riset juga memperlihatkan

    bahwa individu yang berhenti mrokok akan menurunkan risiko terkena kanker paru.

    Meskipun risiko yang berkaitan dengan kebiasaan merokok pipa dan cerutu serupa dengan kebiasaan

    mengisap rokok biasa, beberapa bukti menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan oleh kedua kebiasaan

    di atas lebih ringan. Asap dari pipa dan cerutu bersifat lebih alkalis. Sifat alkalis ini akan menurunkan

    absorpsi nikotin dalam paru-paru dan lebih mengiritasi paru-paru sehinga perokok tidak mengisapnya

    dalam-dalam.

    Orang yeng menghirup asap rokok yang dihembuskan orang lain, atau perokok pasif, juga menghadapi

    peningkatan risiko terkena kanker paru dan kanker lain. Penggunaan tembakau tanpa asap yang bias

    membuat jaringan menyerap langsung nikotin dan karsinogen lain memiliki keterkaitan dengan

    peningkatan frekuensi anker mulut yang jarang ditemukan di antara individu yang tidak menggunakan

    produk tersebut.

    Alcohol

    Konsumsi alcohol, khusunya disertai kebiasaan merokok, sering brekaitan denga srosis hati tang

    merupakan precursor kanker hepatoseluler. Risiko kanker payudara dan kolorektal juga meningkat jika

    disertai dengan kebiasaan minum minuman keras. Mekanisme timbulnya kanker pyudara yang mungkin

    terjadi meliputi gangguan pengeluaran karsinogen oleh hati, ganguan respons imun dan gangguan pada

    permeabilitas membrane sel dalam jaringan payudara. Alcohol menstimulasi kproliferasi sel rectum

    pada tikus. Hasil pengamatan ini dapat membantu menjelaskan peningkatan insiden kanker kolorektal

    pada manusia.

    Kebiasaan minum minuman keras dan merokok berlebihan secara sinergis meningkatkan insidensi

    kanker pada mulut, laring, faring dan esophagus. Alcohol mungkin bertindak sebagai pelarut untuk

    subtansi karsinogenik yang ditemukan dalam asap rokok sehingga meningkatkan absorpsi subtansi

    tersebut.

    Perilaku seksual dan reproduksi

    Praktik seksual ternyata berhubungan dengan tipe kanker tertentu. Usia pada melakukan hubungan

    intim yang oertama dan jumlah pasangan seksual memiliki korelasi positif dengan risiko yang lebih besar

  • jika pasangannya itu mempunyai lebih dari seorang pasangan seksual. Mekanisme yang dicurigai

    melandasi kejadian ini meliputi penularan virus, yang kemungkinan besar berupa HPV (human

    papillomavirus). HPV tipe 6 dan 11 berkaitan dengan kondiloma akuminata. HPV merupakan jenis virus

    yang paling sering menyebabkan hasil Pap smear abnormal dan dysplasia serviks menjadi menjadi

    precursor langsung karsinomasel skuamosa pada servikc, yang keduanya berkaitan dengan HPV

    (khususnya tipe 16 31).

    Pekerjaan

    Karena pajaan substansi tertentu, beberapa jenis pekerjaan memperbesar risiko terkena kanker. Orang

    yang trepajan asbes, seperti para pekerja pemasangan listrik dan pekerja tambang, berisiko terkena

    suatu jenis kanker paru yang disebut mesotelioma.asbes juga dapat bertindak sebagai produksi bahan

    pewarna, karet, cat dan betanaftilamin juga berisiko lebih besar terkena kanker kandung kemih.

    Radiasi ultraviolet

    Pajanan sinar ultraviolet atau sinar matahari dapat menyebabkan mutasi genetic pada gen kntrol PS3.

    Sinar matahari juga melepaskan tumor necrotizing factor (TNF) alfa kulit yang terpajan sehingga

    mungkin dapat menurunkan respons imun, sinar ultraviolet dari matahari merupakan penyebab

    langsung kanker sel basal dan sel skuamosa pada kulit. Derajat pajanan radiasi ultraviolet juga

    berhubungan dengan tipe kanker yang terjadi. Sebagai contoh, pajanan kumultif sinar ultraviolet dari

    matahari berkaitan dengan kanker sel basal sel skuamosa kulit, dan kejadian luka bakar serta lepuh yang

    berat pada usia muda berkaitan dengan melanoma.

    Radiasi ionisasi

    Radiasi ionisasi (seperti sinar X) berhubungan dengan leukemia akut, kanker tiroid, payudara, paru-paru,

    lambung, kolon dan traktus urinarius, serta myeloma multipet. Radiasi pada dosis rendah dapat

    menyebabkan mutasi DNA serta kelainan kromosan, dan pada dosis besar bisa menghambat

    pembelahan sel. Kerusakan ini dapat memengaruhi secara langsung karbohidrat, protein, lipid dan asam

    nukleat (makromolekuk\l) atau air intrasel untuk menghasilkan radikal bebas yang merusak

    makromolekul tersebut.

    Radiasi ionisasi dapat pula meningkatkan efek kelainan genentik. Sebagai contoh, radiasi ini

    meningkatkan risiko kanker pada penderita kelainan genetic yang mengganggu mekanisme perbaikan

    DNA. Variable lain yang ikut memperberat meliputi bagian serta persentase tubuh yang terpajan, usia

    pasien, keseimbangan hormonal, obat-obat yang diresepkan, dan keadaan yang sudah ada sebelumnya

    atau yang terjadi bersamaan.

    Hormon

    Hormon, khususnya hormone steroid seks seprti estrogen, progesterone dan testosterone, turut pula

    terlibat sebagai prormotor yang menggalakkan pertumbuhan kanker payudara, endometrium, ovarium

    atau prostat.

  • Estrogen yang menstimulasi proliferasi sel-sel payudara dan endometrium dianggap sebagai promotor

    kanker payudara dan endometrium. Pajanan estrogen yang lama, seperti pada wanita dengan menarke

    dini dan menopause terlambat, memperbesar risiko kanker payudara. Demikian pula, penggunaan

    terapi sulih estrogen yang lama tanpa suplementasi progesterone untuk mengatasi gejala menopause

    akan memperbesar risiko kanker endometrium pada wanita. Progesterone dapat berpearn sebagai

    pelindungan yang mengimbangi efek stimulasi yang dimiliki estrogen.

    Hormon seks laki-laki menstimulasi pertumbuhan jaringan prostat. Namun, riset yang dilakukan gagal

    menunjukkan peningkatan risiko kanker prostat pada laki-laki yang menggunakan preparat androgen

    eksogen.

    Diet

    Ada banyak aspek diet yang berkaitan dengan peningkatan insidensi kanker. Aspek-aspek tersebut

    meliputi:

    Obesitas (hanya pada wanita, kemungkinan berhubungannya dengan produksi estrogen oleh

    jaringan lemak), yang berkaitan dengan peningkatan risisko kanker endometrium.

    Konsumsi lemak yang tinggi; yang berkaitan dengan kanker endometrium, payudara, prostat,

    ovarium dan rectum.

    Konsumsi makanan produk pengasapan, ikan atau daging yang diasinkan dan makanan yang

    mengandung senyawa nitrit yang berkaitan dengan kanker lambung.

    Karsinogen yang secara alami terdapat dalam makanan (seperti hidrazim dan aflatoksin) yang

    berkaitan dengan kanker hati.

    Karsinogen yang diproduksi oleh mikroorganisme dan tersimpan dalam makanan; karsinogen ini

    berkaitan dengan kanker lambung

    Diet rendah serat (yang memperlambat transportasi makanan melalui usus) yang berkaitan

    dengan kanker kolorektal.

    American cancer society (ACS) telah menyusun pedoman gizi khusus untuk pencegahan kanker. (lihat

    pedoman ACS: diet, nutrisi, dan pencegahan kanker).

    Perubahan patofisiologi

    Ciri khas penyakit kanker terdapat pada proliferasi sel yang cepat serta tidak terkendali dan pada

    penyebaran independen dari suatu lokasi primer (tempat asal sel kanker) ke jaringan lain tenpat sel

    kanker membentuk focus sekunder (metastasis). Penyebaran ini terjadi melalui sirkulasi darah atau

    cairan limfatik, transplantasi tanpa sengaja dari satu tempat ke tempat lain pada saat pembedahan, dan

    melalui peluasan setempat. Jadi, sel kanker juga dapat bermigrasi ke jaringan dan system organ yang

    jauh letaknya. (lihat karakteistik sel kanker, halaman 19)

    Pertumbuhan sel

    Secara khas setiap sel yang jumlahnya miliaran di dalam tubuh manusia memiliki lonceng internal yang

    memberitahukan kapan sel itu bereproduksi. Reproduksi dengan cara mitosis berlangsung dalam

  • rangkaian yang disebut siklus sel. Pembelahan sel normal terjadi dengan proporsi yang berbanding

    dengan kematian sel dan dengan demikian dihasilkan suatu mekasnisme untuk mengendalikan

    pertumbuhan serta diferensiasi sel. Pengendalian ini tidak terdapar pada sl kanker, dan produksi sel

    melebihi kematian sel. Akibatnya, sel kanker dan produksi sel melebihi kematian sel. Akibatnya, sel

    kanker akan memasuki siklus sel dengan frekuensi yang lebih sering ditemukan pada fase sintesis serta

    mitosis pada siklus sel dan menghabiskan waktu yang sangat sedikit pada fase istirahat.

    Sel norml bereproduksi dengan cepatan yang dikendalikan oleh aktivitas gen pengendali atau pengatur

    (yang dinamakan protoonkogen jika gen berfungsi normal). Gen ini memproduksi protein yang bekerja

    seperti tombol mati dan hidup Gen pengendali yang bersifat umum tidak ditemukan. Sel-sel yang

    berbeda hnya benreaksi terhadap gen pengendali khusus. Gen P53 dapat menghentikan replikasi DNA

    jika DNA sel mengalami kerusakan; c-myc akan membantu memulai replikasi DNA dan bila meraskan

    adanya kekelituan dalam repllikasi DNA, genc-myc dapat membuat sel tersebut menghancirkan diri

    sendiri.

    Hormone, factor pertumbuhan dan zat-zat kimia yang dilpeaskan oleh sel-sel tetangga atau oleh sel-sel

    imun atau sel-sel inflamasi dapat memengauhi aktivitas gen pengendali. Subtansi ini akan berikatan

    dengan reseptor khusus pada membran sel dan mengirimkan sinyal yang membuat gen pengendali

    menstimulasi atau mensupresi reproduksi sel. Contoh hormone dan factor pertumbuhan yang

    memengaruhi gen pengdali adalah:

    Eritropoietin, yang menstimulasi proliferasi seld arah merah.

    Factor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor), yang menstimulasi proliferasi

    jaringan lemak dan jaringan ikat.

    Platelet derived growth factor yang menstimulasi proliferasi sel jaringan ikat.

    Substansi yang dilepas oleh sel-sel di dekatnya yang cedera atau terinfeksi atau yang dilepas oleh sel-sel

    system imun jugda dapat memengaruhi reproduksi sel. Sebagai contoh, interleukin yang dilepas oleh sel

    imun akan menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel. Inferferon yang dilepas oleh sel yang terinfeksi

    virus dan sel imun dapat memengaruhi kecepatan reproduksi sel.

    Di samping itu, sel-sel yang saling berdekatan tampaknya dapat berkomunikasi satu sama lain memlalui

    gap junctions (saluran tempat lewat ion dan molekul kecil lain). Komunikasi ini menghasilkan informasi

    pada sel tentang tipe sel tetangganya dan jumlah ruang yang tersedia. Sel-sel yang ada di dekatnya

    kemudian mengirim sinyal fisik dan kimia yang mengendalikan kecepatan reproduksi sebagai contoh,

    jika daerah itu sudah penuh, sel-sel di dekatnya akan memberi tahu tipe sel yang sama untuk

    memperlambat atau menghentikan reproduksi. Dengan cara demikian, hanya akan ada satu lapisan sel

    yang sama untuk memperlambat atau menghentikan reproduksi. Dengan cara demikian, hanya aka nada

    satu lapisan sel yang dibentuk. Sifat ini dinamakan hambatan pertumbuhan yang bergantung pada

    kepadatan.

    Pada sel kanker, gen pengendali tidak mampun berfungsi secara normal. Pengendaliannya mungkin

    hilang atau mungkin saja gen pengendalinya rusak. Gangguan keseimbangan factor pertumbuhan

  • mungkin terjadi, atau sel-sel mungkin tidak bias berespon terhadap aktivitas supresi factor perumbuhan.

    Salah satu mekanisme ini dapat menimbulkan reproduksi sel yang tidak terkendali.

    Salah satu karakteristik sel kanker yang mencolok terdapat pada ketidakmampuannya untuk mengenali

    sinyal yang dipancarkan oleh sel-sel di dekatnya tentang ruang yang tersedia. Bukan membentuk anya

    satu lapisan yang tunggal, tetapi sebaliknya sel kanker melanjutkan akumulasinya dengan susunan yang

    tidak teratur.

    Kehilangan kendali atas pertumbuhan normal tersebut dinamakan otonomi. Sifat yang independen ini

    lebih lanjut dibuktikan oleh kemampuan sel-sel kanker untuk melepaskan diri dan bermmigrasi ke

    tempat-tempat lain.

    PANDUAN ACS:

    DIET, NUTRISI, DAN PENCEGAHAN KANKER

    Karena beberapa aspek dalam diet dan nutrisi turut

    menyebabkan proses timbulnya penyakit kanker,

    American Cancer Society (ACS) telah menyusun daftar

    panduan untuk mengurangi risiko kanker pada

    individu usia dua tahun atau lebih.

    Pilih sebagian besar makanan yang anda makan

    dari sumber rubati.

    - Makan lima takaran saji atau lebih sayuran

    dan buah setiap hari.

    - Konsumsi makanan lain dari sumber nabati,

    seperti roti, sereal, produk biji-bijian, nasi,

    pasta atau sejenis buncis beberapa kali sehari.

    Batasi asupan makanan berlemak tinggi,

    khususnya sumber hewani.

    - Pilih makanan rendah lemak

    - Batasi konsumsi daging, khususnya daging

    merah dan berlemak tinggi.

    Lakukan aktivitas fisik dan pertahankan berat

    badan yang sehat

    - Lakukan aktivitas yang cukup selama 60 menit

    atau lebih hamper setiap hari dalam seminggu

    - Pertahankan berat badan dalam batas-batas

    yang sehat.

    Batasi konsumsi alcohol jika anda tidak bias sama

    sekali meninggalkan kebiasaan ini.

    KARAKTERISTIK SEL KANKER

    Sel kanker yang pertumbuhan dan

    perkembangannya tidak terkendali

    biasanya memperlihatkan ciri berikut:

    Mempunyai ukuran dan bentuk yang

    bervariasi

    Melakukan mitosis yang abnormal

    Berfungsi secara abnormal

    Tidak mirip dengan sel asal

    Menghasilkan zat yang biasanya tidak

    berhubungan dengan sel atau jaringan

    asal

    Tidak mempunyai kapsul

    Dapat menyebar ke tempat lain.

  • Diferensiasi

    Biasanya sel akan menjadi sel dengan spesialisasi tertentu selama perkembangannya, yaitu sel akan

    mengembangkan karakteristik individual yang tinggi, yang mencerminkan struktur serta fungsinya yang

    sangat spesifik dalam jaringan yang saling berhubungan. Sebagai contoh, semua sel darah berasal dari

    stem cell tunggal yang sama, yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah

    putih, trombosit, monosit, dan limfosit. Ketika sel tersebut sudah menjadi lebih spesialis, reproduksi dan

    perkembangannya akan melambat. Pada akhirnya, sel yang sudah sangat berdiferensiasi tidak lagi

    mampu bereproduksi dan sebagian sel kulit, misalnya, sudah deprogram untuk mati dan digantikan.

    Sel kanker sudah kehilangan kemampuan untuk berdiferensiasi. Dengan kata lain, sel kanker memasuki

    suatu keadaan yang dinamakan anaplasia, yakni sel kanker tidak lagi tampak atau berfungsi seperti

    asalnya. (lihat memahami anaplasia).

    Anaplasia terjadi dengan derajat yang bervariasi. Semakin sedikit sel tersebut menyerupai sel asalnya,

    semakin anaplastik sifat sel itu. Karena sel yang bersifat anaplastik terus bereproduksi, maka sel tersebut

    akan kehilangan sifat sel asalnya yang khas.

    Sebagian sel anaplastik mulai bekerja seperti tipe sel yang lain dan kemungkinan menjadi tempat untuk

    produksi hormon. Sebagai contoh, sel kanker paru oat cell sering memproduksi hormon antidiuretik

    yang dihasilkan oleh hipotalasmus, tetapi disimpan dan disekresi oleh kelenjar hipofisis posterior.

    Ketika anaplasia terjadi, sel-sel dengan tipe yang sma pada tempat yang sma memperlihatkan banyak

    bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Mitosis berlangsung secara abnormal dan cacat kromosom lazim

    ditemukan.

    Perubahan intrasel

    Poliferasi yang abnormal dan tidak terkendali pada sel kanker berkaitan dengan banyaknya perubahan

    dalam sel kanker itu sendiri. Perubahan ini memengaruhi membrane sel, sifoskeleton, dan nucleus.

    Membrane sel

    Struktur semipermeabel yang tipis dan dinamis ini memisahkan lingkungan internal sel dari lingkungan

    eksternalnya. Membrane sel tersusun atas dua lapisan molekul lipid (yang disebut lipid bilayer) dengan

    molekul protein melekat atau tertanam pada setiap lapisan. Lapisan ganda tersebut tersusun atas

    fosfolid, glikolipid, dan jenis-jenis lipid lain, seperti kolestrol.

    Molekul protein membantu menstabilkan struktur membrane dan turut berpartisipasi dalam

    pengangkatan serta pertukaran materi antara sel dan lingkungannya. Glikoprotein berukuran besar yang

    dinamakan fibronektin bertanggungjawab untuk menahan sel di tempat dan memelihara susunan

    reseptor yang spesifik guna memudahkan pertukaran materi.

    Pada sel kanker, fibronektinnya cacat atau pecah pada saat diproduksi dan dengan demikian akan

    memengaruhi pengorganisasian, struktur, adesi, serta migrasi sel. Sebagian protein atau glikolipid lain

  • juga tidak ada atau mengalami perubahan. Perubahan ini berpengaruh pada kerapatan reseptor pada

    membrane sel dan bentuk sel. Komunikasi antarsel akan tergangu, respons terhadap factor

    pertumbuhan semkain bertambah, dan kemampuan mengenali sel-sel lain berkurang. Sebagai

    akibatnya, terjadi pertumbuhan yang terkendali.

    Permeabilitas membrane sel kanker juga berubah. Selama prolifensi yang cepat dan tidak terkendali, sel

    kanker memiliki kebutuhan metabolic yang lebih besar untuk memperoleh nutrient bagi

    pertumbuhannya.

    Pada perkembangan sel yang normal, pembelahan sel hanya bias terjadi ketika sel tersebut terkait

    dengan sel di dekatnya atau dengan molekul ekstrasel melalui taut pengait (anchoring junction). Pada

    sel kanker, anchoring junctions ini tidak perlu ada. Karena itu, sel kankre terus membelah diri dan dapat

    bermetastasis.

    Disrupsi atau penghalang pada gap junction akan menggangu komunikasi antarsel. Ini dapat merupakan

    mekanisme yang menjadi dasar mengapa sel kanker terus tumbuh dan bermigrasi dengan membentuk

    lapisan sel yang tidak berdiferensiasi bahkan dalam lingkungan yang sudah penuh seak.

    Sitoskeleton

    Sitoskeleton tersusun atas jalinan filament protein termasuk akun dan mikrotubulus. Biasanya filament

    aktin menarik moleku organic ekstrasel yang mengikat sel-sel menjadi satu. Mikrotubulus mengatur

    bentuk, gerakan, dan pembelahan sel. Pada sel kanker, fungsi semua komponen ini juga berubah. Selain

    itu, jumlah komponen dam sitoplasma menjadi lebih sedikit dan bentuknya pun menjadi abnormal.

    Pekerjaan seluler menjadi lebih sedikit karena penurunan jumlah reticulum endoplasma dan

    mitokondria.

    Nucleus

    Pada sel kanker, nucleus tampak peomorfik, yang artinya berukuran besar dan memiliki bentuk serta

    ukuran bermacam-macam. Nukleus sel kanker juga sangat berpigmen dan memiliki nucleus pada sel

    normal. Membrane nucleus secara khas tidak teratur dan sering memiliki tonjolan, kantung-kantung

    atau vesikel besar (blebs) sementara pori-porinya lebih sedikit. Kromatin (kromosom yang tidak

    bergelung) dapat bergumpal di sepanjang bagian luar nukleu. Pemutusan, penghapusan, translokasi dan

    kariotipe (bentuk serta jumlah kromosom) yang abnormal merupakan perubahan yang lazim ditemukan

    dalam kromosom. Cacat kromosom tampaknya berasal dari peningkatan keceptan mitosis yang terjadi

    pada sel kanker. Penampilan sel kanker yang ebrsifat mitotic di bawah mikrosop cahaya sering diartikan

    sebagai gambaran atipikal dan ginjal/aneh.

    Perkembangan dan pertumbuhan tumor

    Secara khas terdapat periode waktu yang lama antara kejadian yang mengawali dan awitan penyakit.

    Selama periode ini, sel kanker terus tumbuh, berkembang, dan memperbanyak diri dan selalu menjadi

    perubahan yang berurutan serta mutasi lebih lanjut.

  • Berapa cepat tumor tumbuh akan bergantung pada karakteristik tumor itu sendiri dan

    pejamu/hospesnya.

    Kebutuhan pertumbuhan tumor

    Agar tumor dapat tumbuh, kejadian yang mengawalinya harus menimbulkan mutasi yang akan

    mentransformasi sel normal menjadi sel kanker. Setelah kejadian yang mengawali itu, tumor akan terus

    tumbuh hanya jika tersedia nutrient, oksigen, dan pasokan darah yang cukup, sementara system imun

    tidak berhasil mengenali atau bereaksi terhadap kehadiran tumor tersebut.

    Efek karakteristik tumor

    Ada dua karakteristik penting tumor yang memengaruhi pertumbuhannya, yaitu lokasi tumor dan

    pasokan darah yang tersedia. Lookasi menentukan tipe sel yang menjadi asal sel kanker dan selanjutnya

    menentukan waktu siklus sel. Sebagai conto, sel epitel memiliki siklus sel yang lebih pendek daripada sel

    jaringan ikat. Jadi, sel tumor epitel tumbuh lebih cepat daripada tumor jaringan ikat.

    Tumor memerlukan psaokan darah untuk member nutrient serta oksigen bagi kelanjutan

    pertumbuhannya dan untuk mengeluarkan limbah metaboliknya. Akan tetapi, tumor yang berukuran 1

    hingga 2 mm secara tipikal sudah tumbuh melampaui pasokan darah yang tersedia. Sebagai tumor akan

    menyekresi factor angiogenesis, yang menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru untuk

    memenuhi kebutuhan tersebut.

    Drajat anaplasia juga memengaruhi pertumbuhan tumor. Ingat, semakin anaplastik, sifat sel tumor,

    semakin kurang sifat diferensiasi pada sel tumor tersebut dan semakin cepat sel tersebut membelah diri.

    Banyak sel kanker juga memproduksi factor pertumbuhan sendiri. Banyak reseptor factor pertumbuhan

    terdapat pada membrane sel-sel kanker yang sedang tumbuh dengan cepat. Peningkatan jumlah

    reseptor ini serta perubahan pada membrane sel selanjutnya akan meningkatkan proliferasi sel kanker.

    Efek karakteristik hospes

    Ada beberapa karakteristik penting hospes (pejamu) yang mengaruhi pertumbuhan tumor. Karakteristik

    ini meliputi usia, seks, status kesehatan secara keseluruhan, dan fungsi system imun.

    KEWASPADAAN KLINIS Usia merupakan factor penting yang memengaruhi pertumbuhan

    tumor. Hanya sedikit kanker ditemukan pada anak-anak. Jadi, insiden kanker mempunyai

    korelasi langsung dengan pertambahan usia. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kejadian

    atau kumpulan kejadian diperlukan agar mutasi awal dapat berlanjut dan akhirnya

    membentuk tumor.

    Penyakit kanker tertentu lebih prevalen pada jenis kelamin yang satu daripada yang lain. Sebagai conto,

    hormone seks memengaruhi pertumbuhan tumor pada payudara, endometrium, serviks dan prostat.

    Para peneliti percaya bahwa hormone membuat sel menjadi sensitive terhadap factor pemicu

    permulaan dan dengan demikian menggalakkan karsinogenesis.

  • Status kesehatan secara keseluruhan juga merupakan karakteristik penting. Setelah mendapat nutrient

    untuk pertumbuhannya dari pejamu, sel-sel tumor dapat mengubah proses metabolic tubuh yang

    normal dan menyebabkan kaseksia. Sebaliknya, jika pasien mengalami deplesi (penurunan) gizi,

    pertumbuhan tumor dapat melambat. Trauma jaringan yang kronis juga memiliki keterkaitan dengan

    pertumbuhan tumor karena kesembuhan memerlukan pembelahan sel yang cepat. Semakin cepat sel

    membelah, semakin besar kemungkinan terjadi mutasi.

    Penyebab kanker

    Antara kejadian yang mengawali dan kemunculan tumor yang terdeteksi, sebagian atau semua sel yang

    mengalami mutasi mungkin sudah mati. Jika masih ada yang hidup, sel-sel yang bermutasi itu melakukan

    reproduksi sampai tumor mencapai diameter 1 hingga 2 mm. pembuluh darah yang baru akan terbentuk

    untuk mendukung keberlanjutan pertumbuhan dan proliferasi. Setelah mengadakan mutasi lebih lanjut

    dan membelah lebih cepat lagi, sel-sel tumor menjadi lebih tidak berdeferensiasi. Jumlah sel akan

    menjadi kanker segera mulai melampaui jumlah sel yang normal. Akhirnya, masa tumor meluas,

    menyebar ke dalam jaringan setempat itu berupa darah atau cairan limf, tumor bisa mendapatkan akses

    ke dalam sirkulasi. Setelah akses ini didapat, sel-sel tumor dapat melepaskan atas memisahkan diri

    untuk bermigrasi ke tempat yang jauh dalam tubuh pejamu dan sel-sel tumor dapat hidup serta

    membentuk tumor baru pada tempat kedua itu. Proses ini dinamakan metastasis.

    Displasia

    Tidak semua sel yang melakukan proliferasi dengan cepat akan menjadi kanker. Di sepanjang rentang

    hidup manusia, berbagai jaringan tubuh mengalami periode pertumbuhan pesat yang benigma, seperti

    pada saat penyembuhan luka. Kadang-kadang perubahan ukuran, bentuk, dan pengorganisasian sel

    menimbulkan keadaan yang disebut displasia.

    Pajanan zat kimia, virus, radiasi atau inflamasi kronis menyebabkan perubahan displastik yang dapat

    dibalikkan dengan menghilangkan stimulus yang mengawali atau dengan mengatasi efeknya. Walaupun

    begitu, jika stimulus tidak dihilangkan, lesi pre-kanker atau lesi displastik ini dapat berlanjut dan

    menimbulkan kanker. Sebagai contoh, keratosis aktinika, yaitu bercak-bercak tebal pada kulit muka dan

    penggunaan tabir surya akan membantu mengurangi risiko lesi ini berlanjut menjadi dasar pemikiran

    untuk deteksi dini dan pemeriksaan skrining sebagai tindakan pencegahan yang penting.

    Tumor terlokalisasi

    Pada awalnya sebuah tumor akan tetap terlokalisasi. Ingat, sel kanker melakukan komunikasi yang buruk

    dengan sel-sel di sekitarnya. Sebagai akibatnya, sel kanker terus tumbuh dan membesar dengan

    membentuk massa atau gumpalan sel. Massa tersebut menekan sel-sel di sekitarnya, menyumbut

    pasokan darah ke sel-sel tersebut, dan akhirnya menyebabkan kematian sel.

    Tumor invasif

    Invasi merupakan pertumbuhan tumor ke dalam jaringan di sekitarnya. Keadaan ini merupakan tahap

    pertama dalam metastasis. Ada lima mekanisme yang terkait dengan invasi, yaitu; multiplikasi seluler,

  • tekanan mekanis, lisis sel-sel di dekatnya, penurunan adhesi sel, dan peningkatan motilitas. Data

    eksprimental menunjukkan bahwa interaksi kelima mekanisme tersebut diperlukan untuk melakukan

    invasi.

    Bedasarkan sifat sel itu sendiri, sel kanker aan memperbanyak diri dengan cepat (multiplikasi seluler).

    Setelah tumbuh, sel kanker menimbulkan tekanan pada sel dan jaringan di sekitarnya, yang akhirnya

    mati karena psaokan darahnya terpotong atau tersumbar (tekanan mekanisme). Hilangnya tahanan

    mekanis memberikan jalan kepada sel kanker untuk menyebar di sepanjang lintasan yang tahanannya

    paling rendah dan menempati ruang yang tadinya diisi oleh sel-sel tumbuh yang mati.

    Vesikel pada permukaan sel kanker banyak mengandung reseptor untuk laminin, yaitu kompleks

    glikoprotein yang merupakan komponen utama membran basalis. Membran basalis merupakan

    lembaran jaringan ikat nonseluler yang menjadi dasar menempelnya sel. Reseptor ini memungkinkan sel

    kanker memproduksi dan mengekskresi enzim proteolitik yang kuat. Sebagaian sel kanker yang lain

    menginduksi sel pejamu (hospes) yang normal untuk memproduksi enzim tersebut. Enzim ini, seperti

    kolagenase dan protease, akan menghancurkan sel-sel normal dan menerobos melalui membrane

    basalisnya sehingga sel kanker dapat memasukinya.

    Penurunan adhesi sel juga terlihat pada sel kanker. Sebagaimana dibicarakan dalam bagian mengenai

    perubahan intrasel, penurunan adhesi sel cenderung terjadi ketika glikoprotein yang menstabilkan sel,

    yaitu fibronektin, brkurang jumlahnya atau menurun kualitasnya (detektif). Sel kanker juga menyekresi

    factor kemotaksis yang menstimulasi motilitas. Jadi, sel kanker sekarang dapat bergerak bebas ke dalam

    jaringan sekitar dan ke dalam sirkulasi untuk kemudian bermigrasi ke tempat kedua. Akhirnya, pada sel

    kanker tumbuh tonjolan mirip jari yang disebut paseudopodia. Paseudopodia ini berfungsi memfasilitasi

    gerakan sel kanker. Tonjolan Paseudopodia akan mencederai serta pembuluh darah sehingga

    memungkinkan sel kanker untuk memasukinya.

    Tumor metastastik

    Tumor metastastik adalah tumor dengan sel-sel kanker yang sudah bermigrasi dari tempat asalnya atau

    tempat pertama ke tempat kedua atau tempat yang lebih jauh. Paling sering, metastasis terjadi lewat

    pembuluh darah dan system limfatik. Sel tumor juga dapat terbawa dari lokasi yang satu kelokasi lain

    dengan bantuan eksternal, seperti terbawa instrument atau sarung tangan selama pembedahan.

    Penyebaran hematogen. Sel tumor yang invasive memecah membrane basalis serta dinding pembuluh

    darah, kemudian tumor tersebut melepaskan sel-sel malignan ke dalam sirkulasi. Sebagai besar sel itu

    akan mati, tetapi beberapa di antaranya dapat terhindar dari system pertahana tubuh pejamu dan

    lingkungan turbulen dalam arus aliran darah. Dari sini, massa sel tumor yang berhasil hidup dan disebut

    emboli sel tumor bermigrasi ke hilir dan biasanya tersangkut dalam capillary hed (bantalan kapiler) yang

    ditemukan pertama. Sebagai contoh, darah dari sebagian besar organ tubuh akan memasuki kapiler

    paru-paru yang merupakan tempat metastastis yang paling sering ditemukan.

    Setelah tersangkut, sel tumor membentuk selubung pelindung dari fibrin, trombosit, dan factor

    pembekuan agar tidak terdeteksi oleh system imun. Kemudian sel tumor melekat pada epithelium untuk

  • akhirnya menginvasi dinding pembuluhd darah, interstisium dan parenkim organ yang menjadi

    sasarannya. (lihat cara kanker bermetastastis, halaman 23). Agar tetap hidup, tumor yang baru

    terbentuk itu akan mengembangkan jalinan pembuluh darahnya sendiri dan pada kahirnya dapat

    melakukan penyebaran kembali.

    Penyebaran limfatik. System limfatik merupakan jalur yang paling sering dipakai sel tumor untuk

    bermetastasis ke tempat yang jauh. Sel tumor memasuki pembulu limfatik melalui membrane basalis

    yang rusak dan terbawa kemodus limfa regional. Pada keadaan ini, tumor akan terperangkap dalam

    modus limfa pertama yang dijumpainya. Pembesaran modus limfa, yang menjadi buku pertama

    metastasis, dapat terjadi karena peningkatan pertumbuhan tumor sehingga membatasi penyebaran

    lebih lanjut. Sel tumor yang lolos dapat masuk ke dalam darah dari sirkulasi limfatik melalui banyka

    koneksi yang ada di antara system vena dan limfatik.

    Tempat metastasis. Secara khas, pembuluh darah pertama, baik dari system limfatik maupun system

    vaskuler, yang ditemukan oleh massa tumor yang beredar akan menentukan tempat atau lokasi

    metastasis. Sebagai contoh, karena paru-paru menerima semua darah vena yang kembali dari peredaran

    sistemik, maka organ ini merupakan lokasi metastasis yang sering dijumpai. Pada kanker peyudara

    merupakan lokasi metastasis yang sering ditemukan. Tipe kanker lain tampak memiliki kecenderungan

    menyebar ke organ tubuh yang spesifik. Organ tropisme ini dapat terjadi karena factor pertumbuhan

    atau hormon yang disekresikan oleh organ sasaran atau karena factor kemotaktik yang menarik tumor.

    (lihat tempat metastasis yang lazim ditemukan).

    Tanda dan gejala

    Pada sebagian pasien, semakin dini kanker ditemukan semakin efektif terapai yang dapat diberikan dan

    semakin baik prognosinya. Sebagai kanker dapat didiagnosis pada pemeriksaan fisik yang dilakukan rutin

    bahkan sebelum tanda dan gejala muncul. Sebagian pasien yang lain hanya memperlihatkan tanda

    peringatan yang dini. ACS telah membuat sebuah singkatan pengingat untuk mengenali tanda-tanda

    peringatan kanker. (lihat tujuh tanda peringatan penyakit kanker).

    Sayangnya, mungkin orang tidak begitu memprehatikan atau menghiraukan tanda peringatan ini.

    Beberapa pasien ditemukan memiliki beberapa tanda dan gejala penyakit yang sudah lanjut, seperti

    keletihan, kaseksia, nyeri, anemia, trombositopenia serta leucopenia dan infeksi. Tanda dan gejala ini

    tidak spesifik dan dapat meyertai banyak penyakit.

    Keletihan

    Pasien umumnya mengeluh keletihan sebagai perasaan lemah, mudah lelah, dan kehilangan tenaga atau

    kehilangan kemampuan berkonsentasi. Mekanisme yang mendasari keluhan keletihan ini tidak diketahui

    tetapi diyakini terjadi sebagai akibat gabungan beberapa mekanisme patofisiologi.

    Keberadaan tumor itu sendiri dapat turut menyebabkan keletihan. Tumor malignan memerlukan

    oksigen dan nutrisi untuk tumbuh. Jadi, sel tumor akan menghabiskan pasokan darah dan oksigen

    jaingan sekitarnya. Sebagai contoh, tumor vaskuler dapat menimbulkan letargi yang terjadi sekunder

  • karena tidak cukup pasokan oksigen ke dalam otak. Kanker paru dapat mengganggu pertukaran gas dan

    pasokan oksigen ke jantung dan jaringan perifer. Akumulasi produk limbah metabolic dan penurunan

    massa otot karena pelepasan produk metabolic yang toksik atau substansi lain dari tumor akan

    menambah keluhan keletihan.

    Factor lain juga berperan dalam patogenesiis keletihan. Nyeri dapat menguras kemampuan fisik dan

    emosional. Stress, ansietas, dan factor emosional lain akan menambah beat persoalan. Jika pasien

    kekurnagn energi yang diperlukan untuk merawat diri sendiri maka malnutrisi yang menrupakan akibat

    dari kruang energy dan anemia dapat turut menimbulkan keluhan keletihan.

    CARA KANKER BERMENTASTASIS

    Biasanya kanker menyebar lewat alian darah ke organ atau jaringan lain, seperti diperlihatkan di sini.

    Sel kanker menyekresi enzim dan factor motilitas

    Membrane basalis pada pembuluh darah dirusak

    Sel kanker bermigrasi ke dalam sirkulasi

    Sel-sel yang tidak tredeteksi keluar dari dalam darah

    Jaringan baru di sebelah hilir diinvasi

    Tarikan kimiawi terjadi

    Timbul tumor metastatik

    Enzim disekresi

    Dinding sel terputus

    Tempat atau lokasi baru diinvasi

    Sel malignan menargetkan lokasi tertentu

    Sel kanker memperbanyak diri

  • Kakeksia

    Kakesia, yaitu merupakan keadaan hilangnya lemak dan protein, sering dijumpai pada penderita kanker.

    Pasien dengan kakeksia akan tampak kurus dan lisut disertai kemunduran total pada status fisiknya.

    Kakeksia ditandai oleh anoreksia (penurunan selera makan), perubahan persepsi indera pengecap,

    perasaan cepat kenyang, penurunan berat badan, anemia, kelemahan yang mencolok dan perubahan

    metabolism protein, karbohidrat serta lipid.

    Anoreksia dapat menyertai rasa nyeri atau reaksi merugikan yang dialami akibat kemoterapi atau terapi

    radiasi . berkurangnya persepsi rasa manis, asam, atau asin juga turut menimbulkan anoreksia. Makanan

    yang tadinya terasa berbumbu sedap dan lezat kini terasa tawar.

    Malnutrisi protein kalori dapat menyebabkan hipoalbuminemia, edema (penurunan kadar protein dalam

    serum, yang biasanya berfungsi mempertahankan cairan agar tetap dalam pembuluh darah,

    memungkinkan cairan berpindah kedalam jaringan), pelisutan oto