10 Barang publik

26
KEPENTINGAN PUBLIK Pengadaan Lahan untuk

Transcript of 10 Barang publik

Page 1: 10 Barang publik

KEPENTINGAN PUBLIKPengadaan Lahan untuk

Page 2: 10 Barang publik

PERBEDAAN BARANG PUBLIK & BARANG PRIBADI

Secara umum, perbedaan antara barang publik dan barang pribadi :

- Pertukaran barang pribadi dlm mekanisme pasar tidak akan menghasilkan eksternalitas

- Pertukaran barang publik dapat menimbulkan eksternalitas (manfaat eksternalitas dan beban ekternalitas) kepada pihak lain.

Page 3: 10 Barang publik

Secara rinci, alasan terjadinya perbedaan antara barang publik dengan barang pribadi adalah sbb:

Karena kegagalan mekanisme pasaro Mekanisme pasar hanya sesuai untuk penyediaan barang privat

adanya hak eksklusif bagi pembelio Barang publik tidak dapat disediakan melalui mekanisme pasar

Ditinjau dari proses penyediaan barang publiko Berapa jumlah yg hrs disediakano Jenis & kualitas barang publik

Konsumen dapat memilih sebagai free rider atas apa yang disediakan

oleh pemerintahDitinjau dari tingkat output yang efisien

o Barang pribadi marginal social benefit = marginal social cost

o Barang publik marginal social benefit > marginal social cost

Page 4: 10 Barang publik

Pentingnya Sektor Publik

Tanggung jawab pemerintah :• Penyediaan pertahanan nasional• Keadilan sosial• Pekerjaan umum

Alasan perlunya aktivitas publik dilakukan oleh pemerintah [John Stuart Mill (1921)] :• Memelihara perdamaian & melindungi masyarakat terhadap serangan

dari dalam maupun dari luar perlu pertahanan nasional• Pemerintah harus bersifat inferior dalam kegiatan industri &

perdagangan kegiatan ini biasanya dilakukan oleh sektor swasta• Individu akan lebih percaya diri apabila mengerjakan sesuatu untuk

kepentingannya sendiri untuk barang publik / kepentingan publik perlu pemerintah

Page 5: 10 Barang publik

Alasan-alasan di atas selanjutnya diterapkan dalam ekonomi kapitalis, namun akhirnya gagal karena mekanisme pasar dlm sistem kapitalis mempunyai beberapa kelemahan : Adanya barang publik tdk dapat disediakan oleh pasar Adanya perbedaan:

• Biaya pribadi & biaya sosial• Manfaat pribadi & manfaat sosial• Sehingga perlu pemerintah untuk mengelola biaya & manfaat

Sosial Adanya risiko yg sangat besar yg tdk mungkin dikelola oleh swasta Adanya sifat monopoli dlm bidang usaha tertentu Adanya inflasi & deflasi yg tdk dpt diselesaikan scr otomatis oleh

mekanisme pasar Adanya distribusi pendapatan yang tdk merata antar pelaku ekonomi

pasar

Page 6: 10 Barang publik

Penataan Proses Pengadaan Lahan

Pengadaan lahan untuk pembangunan kepentingan publik atau yang lebih dikenal dengan pembebasan lahan (land acquisition) di Indonesia secara umum dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:1. Tahap persiapan atau sebelum pembebasan lahan (pre-land acquisition),

• proses sosialisasi proyek dan ;• rencana pangadaan lahan kepada masyarakat.

2. Tahap pengadaan lahan (land acquisition process), • proses pengukuran, • penentuan harga sampai pada pembayaran dan ;• eksekusi lahan.

3. Tahap setelah atau pasca pembebasan (post-land acquisition), • rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah eksekusi lahan seperti upaya

pemukiman kembali (resettlement) dan ;• pemulihan ekonomi rumah tangga masyarakat terkena dampak langsung (living

recovery).

Page 7: 10 Barang publik

Tahapan dan Aktivitas dalam Program Pengadaan Lahan untuk Pembangunan

Page 8: 10 Barang publik

Pra-Pembebasan Lahan

Sebelum dimulainya musyawarah antar pihak dalam proses pembebasan lahan, maka ada dua aktivitas yang dapat dilakukan guna mendorong efektivitas musyawarah antar pihak, yaitu• sosialisasi dan ;• pelembagaan pihak-pihak.

Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan dengan program sosialisasi mencakup :• ruang lingkup proyek, • proses pengadaan lahan dan rencana pengendalian dampak sosial, • budaya dan ekonomi serta;• lingkungan pasca pelaksanaan proyek.

Page 9: 10 Barang publik

Untuk mencapai proses sosialisasi yang efektif, maka penataan kelembagaan yang perlu sebelum dilakukan proses pembebasan lahan adalah:Tahap 1. Berdasarkan Perpres 36/2005 dan Perpres 65/2006, maka pemerintah dapat membentuk lembaga yang akan melakukan proses sosialisasi proyek dan proses pembebasan lahan kepada masyarakat terkena dampak. Pembentukan kelembagaan yang dilakukan adalah:a. Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) dengan struktur organisasi

adalah Sekretaris Daerah (SEKDA) sebagai ketua dan Kepala Pertanahan setempat sebagai Sekretaris, serta anggota dari berbagai instansi atau lembaga pemerintah terkait proyek, antara lain Dinas PU, Pertanian, Perhubungan, Kehutanan, BAPPEDA.

b. Pembentukan atau penunjukan Tim Penilai Independen (TPI) dengan keanggotaan yang bebas dari kepentingan pihak terkait dengan upaya pengadaan lahan tetapi tetap berkoordinasi dengan pemerintah.

Pra-Pembebasan Lahan

Page 10: 10 Barang publik

Tahap 2. Sosialisasi tahap pertama oleh P2T dan TPI yang dibentuk oleh pemerintah dengan menggunakan pendekatan partisipatif (melibatkan individu-individu yang dianggap sebagai tokoh dan dipercaya masyarakat), dengan cakupan materi sosialisasi antara lain:Tahap 3.a. Rencana pembangunan proyek dan hubungannya dengan upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat.b. Lahan masyarakat yang terkena dampak dan berbagai proposisi tentang

proyek pembangunan untuk kepentingan publik,c. Dampak positif dan negatif yang akan diterima masyarakat akibat

pembangunan proyek tersebut,d. Rencana kerja pemerintah dalam menindaklanjuti dampak proyek

terutama terkait dengan dampak negatif proyek, dane. Proses pengadaan lahan yang akan dilakukan oleh pemerintah melalui

P2T dan TPI termasuk peran kedua lembaga dalam proses pengadaan lahan.

Pra-Pembebasan Lahan

Page 11: 10 Barang publik

Tahap 4. Pada tahapan ini masyarakat diberi waktu untuk memilih apakah akan menggunakan perwakilan dalam negosiasi atau negosiasi secara individual. Pembentukan kuasa masyarakat atas hasil kesepakatan masyarakat yang dilakukan secara musyawarah. Pasal 9 ayat 2 dan 3 Perpres 65/2006, menyatakan dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan terselenggaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah dilaksanakan oleh P2T dan Instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang memerlukan tanah dengan wakil-wakil yang ditunjuk di antara dan oleh para pemegang hak atas tanah, yang sekaligus bertindak selaku Kuasa Masyarakat. Penunjukan wakil atau kuasa dari para pemegang hak sebagaimana dimaksud harus dilakukan secara tertulis, bermaterai cukup yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah atau surat penunjukan/kuasa yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang.

Pra-Pembebasan Lahan

Page 12: 10 Barang publik

Tahap 5. Sosialisasi tahap kedua secara bersama-sama setelah dilakukan musyawarah antara P2T, TPI dan Kuasa Masyarakat tentang pendekatan yang akan digunakan.Cakupan materi sosialisasi tahap kedua antara lain:a. Waktu dan proses identifikasi dan inventarisasi yang akan

dilakukan oleh P2T dan TPI.b. Proses negosiasi yang akan dilakukan dengan prinsip kesetaraan

antara berbagai pihak yang terlibat melalui kuasa masyarakat.c. Tugas dan peran kuasa masyarakat dan masyarakat itu sendiri

dalam proses negosiasi yang akan dilakukan, dand. Metode penentuan nilai ganti rugi yang akan dilakukan serta

penyampaian keberatan oleh masyarakat.

Pra-Pembebasan Lahan

Page 13: 10 Barang publik

Tahapan proses pengadaan lahan untuk kepentingan publik, yaitu;(1) Inventarisasi dan Identifikasi

Pada tahap ini dilakukan penentuan dan pengukuran lokasi lahan yang akan dibebaskan serta luas, volume aset dan kepemilikan lahan masyarakat. Pengukuran lahan merupakan salah satu kegiatan dan berdasarkan studi kasus Waduk Jatigede proses ideal yang dapat diterima semua pihaka. Pengukuran yang dilakukan oleh P2T dan TPI dengan disaksikan oleh pemilik lahan dan tokoh masyarakat serta disaksikan oleh pemilik lahan lain yang berbatasan dengan lahan yang diidentifikasi. Hal ini dilakukan guna meminimalisir terjadinya sengketa lahan baik dalam keluarga maupun dengan pihak lain (pemilik lahan berbatasan).

Proses Pembebasan Lahan

Page 14: 10 Barang publik

b. Pengumuman atau sosialisasi hasil identifikasi guna memberi kesempatan kepada masyarakat pemilik lahan untuk menyampaikan keberatan. Penyampaian keberatan dengan batas waktu tertentu disampaikan melalui Kuasa Masyarakat kepada P2T.c. Reidentifikasi atau pengukuran ulang dapat dilakukan jika

masyarakat yang menyampaikan keberatan menyampaikan bukti tertentu bahwa hasil pengukuran dianggap tidak

akurat dan ada komplain dari masyarakat lain.d. Sosialisasi hasil inventarisasi dan identifikasi final sebagai

kesepakatan akhir tentang luas dan volume aset yang akan dibebaskan. Untuk mengatasi berlarut-larutnya tahapan ini maka pemerintah melalui P2T dapat membatasi waktu dan frekuensi penyampaian keberatan oleh masyarakat

berdasarkan aturan yang berlaku.

Proses Pembebasan Lahan

Page 15: 10 Barang publik

(2) Negosiasi dan Penentuan Nilai Ganti RugiFaktor utama yang perlu dipahami bersama adalah nilai ganti rugi (NGR) tidak selalu nilainya sama dengan nilai lahan dan aset. Penentuan nilai ganti rugi mencakup juga biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya pengambilalihan lahan untuk tujuan pembangunan kepentingan publik. Nilai ganti rugi hanya akan sama dengan harga jika pembebasan lahan dilakukan pada lahan kosong, sedangkan untuk lahan yang memiliki aset dan memiliki fungsi sosial dan ekonomi akan memiliki nilai lebih besar dibanding harga lahan.

Proses Pembebasan Lahan

Page 16: 10 Barang publik

Secara mendasar berdasarkan tipe dan fungsi lahan yang ada, maka terdapat stratifikasi Nilai Ganti Rugi (NGR) yang dapat digunakan, sebagai berikut:1. Pada lahan kosong dan tidak dimanfaatkan nilai ganti sama dengan

harga lahan dan aset yang dibebaskan, atau;NGR = NL

2. Pada lahan perumahan dan pemukiman nilai ganti rugi merupakan akumulasi nilai lahan dan aset dengan biaya yang dibutuhkan untuk pindah (Resettlement Cost/RC). Perhitungan nilai ganti rugi untuk lahan perumahan dan pemukiman, adalah;NGR = NL + RCResettlement Cost hanya diberikan kepada masyarakat yang pindah secara swadaya, tetapi untuk pemindahan yang dilakukan oleh pemerintah seperti melalui program transmigrasi lokal, antar daerah atau pulau maka tidak ada unsur RC dalam nilai ganti rugi. Penggunaan pendekatan RC ini akan memberikan pilihan bagi masyarakat, apakah akan pindah secara swadaya atau ikut dalam program relokasi oleh pemerintah.

Proses Pembebasan Lahan

Page 17: 10 Barang publik

Proses Pembebasan Lahan

3. Pada lahan usaha seperti pertanian dan perdagangan (toko, warung dan pabrik) disamping nilai lahan dan biaya pemindahan juga mencakup biaya kesempatan (opportunity cost) berupa kehilangan pendapatan sementara. Biaya ini disebut sebagai biaya pemulihan kehidupan (Living Recovery Cost/LRC) yang dapat diberikan sebagai kompensasi kehilangan sumber pendapatan atau subsidi rumah tangga sampai pada saat usaha mereka kembali normal. Pendekatan nilai ganti rugi untuk lahan usaha, adalah;NGR = NL + LRC

4. Pada kasus-kasus pengadaan lahan untuk proyek pembangunan kepentingan umum yang berada pada suatu hamparan luas seperti dalam kasus Waduk Jatigede, maka akan terdapat masyarakat yang sekaligus kehilangan lahan usaha dan pemukiman. Pendekatan nilai ganti rugi untuk kasus seperti ini adalah;NGR = NL + RC + LRC

Page 18: 10 Barang publik

(3) PembayaranPembayaran dilakukan sebagai awal proses eksekusi lahan untuk dibebaskan dan dilakukan setelah semua prosedur negosiasi dilakukan.

Proses Pembebasan Lahan

Page 19: 10 Barang publik

Pasca Pembebasan Lahan

Persoalan pasca pembebasan lahan lebih dominan ditemui pada pengadaan lahan untuk proyek pembangunan kepentingan publik pada suatu hamparan yang luas seperti waduk, lapangan terbang dan pelabuhan. Aktivitas pasca pembebasan atau eksekusi lahan pada kasus seperti ini memberikan berbagai pilihan alternatif bagi masyarakat maupun pemerintah. Pilihan bagi masyarakat adalah resettlement secara swadaya atau mengikuti program yang telah dirancang oleh pemerintah tetapi kedua pilihan memberikan konsekuensi berupa biaya relokasi (resettlement cost) dan pemulihan kehidupan (living recovery cost). Sebagaimana landasan hukum dalam proses pengadaan lahan untuk kepentingan publik, bahwa kewajiban pemerintah adalah menanggung semua biaya yang timbul akibat pembebasan lahan. Pemberian bantuan biaya pindah bagi yang memilih swakarsa, dan biaya pengembangan pemukiman baru oleh pemerintah menjadi sesuatu yang wajar, sedangkan subsidi biaya hidup dalam jangka waktu tertentu dan didasarkan perhitungan dampak dapat dijadikan pilihan dalam mengatasi dampak sosial pembebasan lahan.

Page 20: 10 Barang publik

Diagram Alir Kerangka Kajian Alternatif Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan

Page 21: 10 Barang publik

Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan DPRD Kota Yogyakarta

Nomor 02/NKB/200802/NKB/DPRD/2008

Tanggal 29 Januari 2008

TentangPrioritas dan Plafon Anggaran Tahun Anggaran 2008

Page 22: 10 Barang publik

Prioritas pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2008 : 1. Pembangunan Pariwisata berbasis budaya2. Meningkatkan upaya mewujudkan pendidikan berkualitas3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah4. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran5. Mewujudkan Yogyakarta Kota sehat6. Pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam

mewujudkan pemerintah yang bersih7. Pelaksanaan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan

tata kelola pemerintahan yang baik8. Pembangunan sarana dan prasarana berkualitas9. Peningkatan kualitas lingkungan10. Pengurangan risiko bencana

Page 23: 10 Barang publik

Pembangunan sarana dan prasarana berkualitas :1. Program Perbaikan/ Pemeliharaan Saluran Irigasi dan Drainase2. Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan3. Rebah/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan4. Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan5. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu-lintas Angkutan Jalan

(LLAJ)6. Peningkatan Pengaturan Lalu Lintas7. Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan Permukiman, Pemeliharaan

dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman8. Perbaikan/Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum9. Peningkatan Pelayanan Angkutan10. Peningkatan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam11. Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran12. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan13. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah14. Pengelolaan Ruang terbuka Hijau

Page 24: 10 Barang publik

RUANG LINGKUP KEPPRES 80/2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

• PENGADAAN YANG DILAKSANAKAN PENYEDIA BARANG/JASA – Pembiayaan Pengadaan – Tugas Pokok dan Persyaratan Para Pihak – Jadual Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa – Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri – Prakualifikasi dan Pascakualifikasi – Prinsip Penetapan Sistem Pengadaan – Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya – Sistem Pengadaan Jasa Konsultansi – Pejabat yang Berwenang Menetapkan Penyedia Barang/ Jasa – Sanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, Pengaduan Masyarakat, dan Pelelangan atau

Seleksi Gagal – Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa

• SWAKELOLA • PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN PERAN SERTA USAHA KECIL TERMASUK KOPERASI KECIL

– Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai Dana Dalam Negeri – Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai Dana Pinjaman/ Hibah Luar Negeri – Keikutsertaan Perusahaan Asing – Preferensi Harga – Penggunaan Produksi Dalam Negeri – Peran Serta dan Pemaketan Pekerjaan Untuk Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Page 25: 10 Barang publik

• Efisien • Efektif • Terbuka dan bersaing • Transparan • Adil/tidak diskriminatif • Akuntabel

Prinsip Dasar Keppres 80 Tahun 2003

Page 26: 10 Barang publik

Pokok-pokok gagasan dalam Keppres 80/2003

Menyederhanakan prosedur; Mengurangi ekonomi biaya tinggi; Mendorong persaingan usaha yang sehat; Mengefektifkan perlindungan dan perluasan

peluang usaha kecil; Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri; Menjamin konsistensi ketentuan-ketentuan

pengadaan barang dan jasa; dan Mendorong peningkatan profesionalitas pengelola

proyek.