1 HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DARAH DENGAN …

71
1 HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DARAH DENGAN TERJADINYA NEFROPATI DIABETIKUM 2 PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 3 DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 - 2015 Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. OLEH: ROHMAN SUNGKONO NIM: 1113103000001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of 1 HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DARAH DENGAN …

1 HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DARAH DENGAN

TERJADINYA NEFROPATI DIABETIKUM

2 PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

3 DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2013 - 2015

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran.

OLEH:

ROHMAN SUNGKONO

NIM: 1113103000001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M

ii

4

iii

5

iv

6

7

8

9

v

10 KATA PENGANTAR

11

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA

PROFIL LIPID DARAH DENGAN TERJADINYA NEFROPATI

DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN

2013 - 2015” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program

sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin

menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH selaku dosen pembimbing 1 yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan

dan membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian

ini.

4. dr. Silvia Dewi, Sp.PD selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

vi

5. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD selaku dosen penguji yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan

serta memberi masukan untuk penelitian ini.

6. dr. Muniroh, SpPK selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi masukan

untuk penelitian ini.

7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013.

8. Kedua orangtua penulis, Mayor H. Suprapto dan Hj. Ida Agus Irianti, SE

yang selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi, serta

memberikan dukungan baik moral maupun material, serta kedua abang

penulis Didik Widiantoro, M.Psi.,Psikolog dan dr. Rachmad Susilo yang

selalu mendoakan dan menjadi motivasi terselesaikannya penelitian ini.

9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Teman-teman seperjuangan riset, Azmi Jabbar Nasution, Charifa Sama,

Ahmad Sisjufri M, Nur Hakimatul Faizah, dan Raudya Iwana Tuzzahra

yang sejak awal hingga selesai selalu membantu dalam melewati berbagai

hal dalam penelitian ini.

11. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

angkatan 2013 yang ikut memberi dukungan dalam penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi

banyak manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 19 Oktober 2016

Rohman Sungkono

vii

12 ABSTRAK

Rohman Sungkono. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Hubungan Profil Lipid Darah dengan terjadinya Nefropati Diabetik Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013-2015

Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit tidak

menular dengan angka kejadian yang tinggi dan akan terus bertambah seiring

bertambahnya tahun. Pada penderita DM biasanya disertai dengan komplikasi

yang dapat memperburuk penyakitnya salah satunya nefropati diabetik. Diabetes

Melitus dengan komplikasi nefropati diabetik menjadi salah satu penyebab

terbanyak end stage renal disease di dunia. Abnormalitas profil lipid pada

penderita DM dapat menimbulkan terbentuknya aterosklerosis. Hal ini

mengakibatkan gangguan dari fungsi ginjal dimana terdapatnya albumin pada

urin atau disebut dengan albuminuria. Kondisi ini akan menyebabkan penderita

DM mengalami komplikasi nefropati diabetik. Metode: Penelitian ini adalah

penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data

diperoleh dari rekam medis pasien DM tipe 2 dengan komplikasi nefropati

diabetik yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan dari tahun

2013 – 2015 dengan teknik consecutive sampling. Uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi Square dimana didapatkan hubungan yang bermakna jika nilai

p<0,05. Hasil: Dari 56 subyek penelitian didapatkan hasil uji statistik

menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol LDL

dengan terjadinya nefropati diabetik (p=0,024), namun tidak didapatkan hubungan

yang bermakna antara kadar kolesterol total, tirgliserida, dan kolesterol HDL

dengan terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan:

Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar LDL dengan terjadinya nefropati

diabetik pada penderita DM tipe 2.

Kata Kunci: Diabetes Melitus tipe 2, profil lipid darah, Nefropati Diabetik.

viii

ABSTRACT

Rohman Sungkono. School Of Medicin, Medicine and Health Sciences Faculty.

The Association between Blood Lipid Profile and Diabetic Nephropathy In

Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in General Hospital of South Tangerang

in 2013-2015.

Background: Diabetes Mellitus (DM) is one of the non-communicable diseases

with high incidence rates and keep increasing every year. The patients with DM

usually accompanied by complications that may aggravate the disease, one of the

complications is diabetic nephropathy. Diabetes Mellitus with complications

diabetic nephropathy become one of the most common cause of end stage renal

disease in the world. Abnormality of lipid profile in patients with DM can leads to

the formation of atherosclerosis. This can cause a disruption of kidney function in

which the presence of protein in the urine, or so-called proteinuria. This condition

will cause the patient of DM have diabetic nephropathy complications. Methods:

This study is an observational analytic research with cross sectional approach.

Data were obtained from medical records of patients with type 2 diabetes mellitus

with diabetic nephropathy complications were hospitalized in General Hospital of

South Tangerang from the year 2013-2015 with consecutive sampling technique.

The statistical test used is the test Chi Square where a significant association if

the value of p <0.05. Results: From 56 subjects of research, it can be concluded

that results shows there is significant correlation between LDL cholesterol levels

with the onset of nephropathy diabetic (p = 0.024), however there is no

significant correlation between total cholesterol, tirgliserida, and HDL

cholesterol with diabetic nephropathy on patients with type 2 diabetes mellitus.

Conclusion: There was a significant correlation between the levels of LDL with

the occurrence of diabetic nephropathy in patients with type 2 diabetes mellitus.

Keywords: Diabetes mellitus type 2, blood lipid profiles, Diabetic Nephropathy.

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING .............................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar belakang masalah ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Hipotesis .............................................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4

1.5.1 Bagi Peneliti.................................................................................................. 4

1.5.2 Bagi Institusi ................................................................................................. 4

1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................................................... 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1 Diabetes Melitus .................................................................................................. 5

2.1.1 Definisi ......................................................................................................... 5

2.1.2 Epidemiologi................................................................................................. 5

2.1.3 Diagnosis ...................................................................................................... 5

2.1.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 7

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus ....................................................................... 7

2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................................ 9

2.2 Nefropati Diabetik ............................................................................................. 16

2.2.1 Definisi ....................................................................................................... 16

x

2.2.2 Epidemiologi............................................................................................... 17

2.2.3 Klasifikasi ................................................................................................... 17

2.2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 19

2.2.5 Skrining dan Diagnosis ............................................................................... 20

2.2.6 Tatalaksana ................................................................................................. 21

2.3 Lipid Darah ....................................................................................................... 21

2.3.1 Jenis Lipid ................................................................................................... 23

2.3.2 Lipoprotein dan Apolipoprotein ................................................................. 26

2.4 Hubungan profil lipid darah dengan terjadinya nefropati diabetik ................... 30

2.5 Kerangka Teori .................................................................................................. 35

2.6 Kerangka Konsep .............................................................................................. 36

2.7 Definisi Operasional .......................................................................................... 37

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 39

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 39

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 39

3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 39

3.3.1 Populasi target ............................................................................................ 39

3.3.2 Populasi terjangkau ..................................................................................... 39

3.3.3 Sampel ........................................................................................................ 39

3.3.4 Besar Sampel .............................................................................................. 40

3.3.5 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 40

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................. 40

3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................................ 40

3.4.2 Kriteria Eksklusi ......................................................................................... 40

3.5 Cara kerja Penelitian ......................................................................................... 41

3.6 Alur Penelitian ................................................................................................... 41

3.7 Analisis Data ..................................................................................................... 42

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 43

4.1 Deskripsi Sampel Penelitian .............................................................................. 43

4.2 Analisis Deskriptif ............................................................................................. 43

xi

4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarakan Kadar Kolesterol total, trigliserida,

kolesterol HDL, dan kolesterol LDL ................................................................... 43

4.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 45

4.3.1 Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Terjadinya Nefropati Diabetik 45

4.3.2 Hubungan Kadar Trigliserida dengan Terjadinya Nefropati Diabetik ....... 45

4.3.3 Hubungan Kadar Kolesterol LDL dengan Terjadinya Nefropati Diabetik 46

4.3.4 Hubungan Kadar Kadar Kolesterol HDL dengan Terjadinya Nefropati

Diabetik ............................................................................................................... 47

4.4 Pembahasan ....................................................................................................... 47

4.4.1 Profil Lipid Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik ............................... 47

4.4.2 Hubungan Kadar Lipid Darah Dengan Terjadinya Nefropati Diabetik...... 48

4.5 Keterbatasan Peneliti ......................................................................................... 50

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 51

5.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 51

5.2 SARAN ............................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 53

LAMPIRAN ............................................................................................................... 57

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………..………………………………65

1

BAB 1

13 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Dewasa ini hidup di era globalisasi dengan pola makan yang tidak sehat dan tidak

teratur dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian non-communicable disease

salah satunya Diabetes Melitus (DM). Menurut American Diabetes Association pada

tahun 2011, DM adalah suatu kelompok dari penyakit metabolik yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah di atas nilai normal yang disebabkan oleh

terganggunya sekresi insulin, kerja insulin itu sendiri ataupun keduanya.1 Sedangkan

menurut International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa Indonesia

menduduki urutan ketujuh angka prevalensi diabetes dan diperkirakan pada tahun

2030 akan memiliki penderita diabetes melitus sebanyak 21,3 juta jiwa.2 Berdasarkan

data World Health Organization (WHO) tahun 2010, bahwa akan ada 220 juta orang

di dunia yang terkena diabetes di tahun 2004 dan memperkirakan bahwa angka

kematian akibat diabetes akan berlipat ganda antara tahun 2005 dan 2030.3

Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik

yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Proporsi DM di

Indonesia yang diteliti oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013 sebanyak

6,9% dari seluruh penduduk Indonesia. Tingginya proporsi DM yang sebagian besar

tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan

genetis dan paparan terhadap lingkungan. Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun

2013, dari 6,9% penderita DM yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis

sebelumnya dan 69,9% tidak terdiagnosis sebelumnya. Proporsi nasional DM pada

penduduk perkotaan di Indonesia adalah 6,8% sedangkan pada penduduk pendesaan

adalah 7% dengan proporsi tertinggi penderita DM terdapat di Sulawesi Tengah

2

(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Sulawesi Selatan (3,4%). Sedangkan proporsi

diabetes melitus terendah di Lampung (0,8%) dan Bengkulu (1,0%).5

Pengidap Diabetes Melitus cenderung menderita komplikasi baik akut

maupun kronik. Salah satu komplikasi yang menjadi penyebab utama kematian pada

DM adalah penyakit ginjal. Riskesdas 2013 menyatakan persentase komplikasi

diabetes melitus di RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) tahun 2011

terbanyak adalah neuropati diabetik (54%) diikuti retinopati (33,4%), nefropati

diabetik (26,5%), dan ulkus kaki (8,7%). Penderita diabetes mempunyai

kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang

non-diabetik. Pada tahun 2006, 7 dari 10 kasus baru ESRD (End Stage Renal

Disease) di Amerika Serikat diakibatkan oleh nefropati diabetik dan hipertensi.

Keadaan ini juga mulai terjadi di Indonesia, dimana pada tahun 1983 prevalensi

nefropati diabetik hanya 8,3% dari semua gagal ginjal terminal dan kemudian

meningkat 2 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun yaitu 17%.5,6

Abnormalitas profil lipid sering dijumpai pada penderita diabetes melitus.

Wulandari (2012) melaporkan 155 kasus diabetes melitus dengan nefropati diabetik

yang ditelitinya, hiperkolesterolemia dijumpai pada 51% dan hipo-HDL sebanyak

56,8%. Sedangkan Widiastuti meneliti 70 subyek penelitian yang mengalami diabetes

melitus mendapatkan sebanyak 49 subyek dengan hiperkolesterolemia (70%),

hipertrigliseridemia pada 31 subyek (44,29%), dan kombinasi keduanya pada 28

subyek (40%). Hal ini menunjukkan pada pasien DM sebagian besar memiliki kadar

kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi. kondisi ini berperan dalam

pembentukan aterosklerosis. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar organ

menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, serta merangsang reaksi peradangan pada

dinding pembuluh darah sehingga terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh

darah. Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh

darah dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai

darah ke ginjal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan proses filtrasi di glomerulus

3

dan penurunan fungsi ginjal. Gangguan proses filtrasi tersebut dapat memperberat

komplikasi penderita diabetes melitus yaitu nefropati diabetikum.7

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya

nefropati diabetik pada penderita diabetes melitus tipe 2. Dengan adanya penelitian

ini, diharapkan dapat memberi informasi mengenai nefropati diabetik sehingga dapat

melakukan intervensi sedini mungkin agar progresitivitas penyakit dapat

dikendalikan, serta mengurangi angka mortalitas akibat komplikasi kronis DM

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya

nefropati diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe 2 ?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya nefropati

diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe 2.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara profil lipid darah pada penderita DM tipe 2

dengan terjadinya nefropati diabetik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol total dengan terjadinya

nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

b. Mengetahui hubungan antara kadar trigliserdia dengan terjadinya

nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

4

c. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol LDL dengan terjadinya

nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

d. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol HDL dengan terjadinya

nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan dalam melakukan penelitian

terutama di bidang penyakit metabolik endokrin

2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

1.5.2 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Menjadi salah satu informasi terkait tentang diabetes melitus dan

komplikasinya.

5

14 BAB 2

15 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemia yang disebabkan dari kesalahan pada sekresi insulin, kerja

insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia kronik akan berhubungan dengan kerusakan

organ yang berbeda dalam jangka panjang meliputi disfungsi dan kegagalan organ

tersebut terutama organ mata, ginjal, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah.1

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari

jumlah orang dewasanya. Di Amerika Serikat, penderita diabetes melitus meningkat

dari tahun 1995 yakni 30 juta warga hingga di tahun 2005 mencapai angka sekitar 65

juta orang. Sedangkan Indonesia kekerapana diabetes berkisar antara 1,4 dengan

1,6%, kecuali di dua tempat yaitu Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, 2,3% dan

di Manado 6%.4

Di Indonesia prevalensi diabetes melitus berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

pada tahun 2013 terdapat 2,1%. Angka tersebut meningkat dari tahun 2013 sebanyak

1,1%.5

2.1.3 Diagnosis

DM dapat ditegakkan dari pemeriksaan kadar glukosa darah. Selain dengan

pemeriksaan kadar glukosa darah dapat juga dengan berbagai keluhan yang dapat

ditemukan pada penderita diabetes melitus. Keluhan tersebut dapat menjadi

6

kecurigaan bahwa terdapat risiko terkena DM yaitu adanya keluhan klasik DM

sebagai berikut:8

- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak tahu penyebabnya.

- Keluhan lain dapat berupa : gatal, mata kabur, lemah badan, kesemutan, dan

disfungsi ereksi pada pria.7

Berdasarkan dari pemeriksaan kadar glukosa darah dan gejala klinis yang

khas ataupun tidak khas pada pasien bisa dapat menegakkan diagnosis DM. Jika

keluhan khas pada pasien dan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200

mg/dl sudah dapat ditegakkan diagnosis DM. Untuk pasien tanpa keluhan khas DM

dan ditambahkan dengan pemeriksaan glukosa darah yang abnormal tidak dapat

menegakkan diagnosis DM. Untuk itu diperlukan pemeriksaan glukosa darah sekali

lagi dan ditemukan nilai yang abnormal yaitu : glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl,

kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes

toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥

200 mg/dl.4

.

Gambar 1. Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa terganggu.4

7

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis DM.4

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang akan memberikan

dampak yang sangat besar ke berbagai organ lainnya. Dampak yang diberikan

berupa komplikasi yang dapat akut ataupun komplikasi kronik.8

a. Komplikasi akut DM

Gangguan keseimbangan gula darah jangka pendek dapat

menimbulkan beberapa komplikasi yang diantaranya :

- Hipoglikemia

Hipoglikemia dapat terjadi karena penurunan kadar glukosa

dalam darah yang disebabkan peningkatan dari kadar insulin yang

kurang tepat

8

- Ketoasidosis diabetik

Gangguan keseimbangan dari tingginya kadar gula dalam

darah dengan rendahnya kadar insulin menyebabkan tubuh tidak dapat

menggunakan glukossa sebagai sumber energi dengan optimal.

Sebagai gantinya tubuh akan mengkompensasi dengan memecah

lemak sebagai sumber energi alternatif didalam tubuh guna memenuhi

kebutuhan energi dalam tubuh. Proses pemecehan dari lemak tersebut

menghasilkan badan-badan keton dalam darah yang disebut dengan

ketosis. Ketosis yang tinggi menyebabkan derajat keasamaan darah

menurun atau dapat disebut dengan asidosis. Dari kedua hal ini maka

tubuh mengalami ketoasidosis.8

- Sindrom Hiperglikemik Hiperomolar Nonketokik (HHNK)

Perbedaan HHNK dan ketoasidosis diabetes adalah tidak

terjadinya ketosis dan asidosis pada HHNK. Pada keadaan ini tubuh

dengan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik

sehingga terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk itu tubuh

akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh dengan cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke ruang

ekstrasel. Gambaran klinis sindrom HNNK terdiri dari gejala

hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, tanda tanda neurologis yang

bervariasi.8,9

b. Komplikasi kronis

Selain akut, diabetes melitus akan memberikan komplikasi kronik

terhadap pembuluh darah sistemik tubuh.

- Komplikasi mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular ini ditandai dengan penebalan dari

membran basalis pembuluh darah kapiler. Gangguan dari fungsi

9

kapiler ini dapat menyebar serius ke dua arah tempat yaitu mata dan

ginjal. Kelainan patologis dari ginjal dikenal dengan istilah nefropati

diabetikum yang disebabkan penebalan pembuluh darah ginjal yang

berujung terjadinya kebocoran dari sistem ginjal yang tidak mampu

memfiltrasi protein sehingga adanya protein di dalam air kemih.

Sedangkan pada sistem mata ditandai dengan perubahan yang terjadi

pada pembuluh dara kecil di mata menyebabkan menurunnya fungsi

penglihatan pasien DM.8,9

2.1.6 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus sesuai dengan Konsesus

Pengelolahan DM di Indonesia tahun 2015 oleh PERKENI secara umum adalah

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM, yang meliputi:4

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki

kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3. Tujuan akhir pengelolahan : turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,

tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara holistik

dan komprehensif, yang meliputi :4

1. Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama :

a. Riwayat penyakit

Gejala yang dialami oleh pasien.

Pengobatan lain yang berpengaruh terhadap glukosa darah.

Faktor risiko : merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung

koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga.

Riwayta penyakit dan pengobatan.

10

Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status

ekonomi.

b. Pemeriksaan fisik

Pengukuran tinggi dan berat badan.

Pengkuruan tekanan darah, nadi, rongga mulut, kelenjar tiroid,

paru dan jantung.

Pemeriksaan kaki secara komprehensif.

c. Evaluasi laboratorium

HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada pasien

yang mencapai sasaran terapi dan yang memiliki kendali

glikemik stabil. dan 4 kali dalam 1 tahun pada pasien dengan

perubahan terapi atau yang tidak mencapai sasaran terapi.

Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.

d. Penapisan komplikasi

Penapisan ini diperiksa pada pasien DM tipe 2 yang baru saja

terdiagnosis:

Profil lipid dan kreatinin serum.

Urinalisis dan albumin urin kuantitatif.

Elektrokardiogram.

Foto sinar-X dada

Funduskopi dilatasi dan pemeriksaan mata secara komprehensif

oleh dokter spesialis mata atau optometris.

Pemeriksaan kaki secara komprehensif setiap tahun untuk

mengenali faktor risiko prediksi ulkus dan amputasi: inspeksi,

denyut pembuluh darah kaki, tes monofilamen 10 g, dan Ankle

Brachial Index (ABI).

Adapun langka-langkah penatalaksaan khusus pada pasien DM tipe 2 yang

dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan intervensi farmakologis

11

dengan obat antihiperglikemia secara oral ataupun suntikan. Langkah-langkah

tersebut:4

1. Edukasi dan Pendidikan Kesehatan

Edukasi dan pendidikan kesehatan memiliki peranan penting dalam

pengelolahan DM. Pendidikan kesehatan yang mencakup edukasi pola

hidup sehat dapat dibagi menjadi tiga bagian dalam pencegahan DM.

Pertama pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada

kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi. Kedua, pendidikan

kesehatan pencegahan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM.

sedangkan yang ketiga, pendidikan kesehatan pencegahan tersier diberikan

kepada pasien yang sudah mengidap DM yang penyulit menahun.4

2. Terapi Nutrisi Medis

Pasien DM perlu diberikanan penekanan bahwa pentingnya dalam

mengatur jadwal makan, jenis, jumlah makanan yang dikonsumsi, dan

terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau

insulin. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan protein 10-

15%.4

3. Latihan Olahraga

Olahraga sangat diperlukan bagi tubuh seseorang. Oleh karena itu dalam hal

pengendalian DM diperlukan perlakuan khusus terhadap latihan olahraga

yang akan dilakukan. Kegiatan olahraga sehari-hari dan latihan jasmani

secara teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total

150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari

berturut-turut. Latihan olahraga yang dianjurkan berupa latihan olahraga

yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung

12

maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien.4

4. Intervensi farmakologis

Terapi farmakologi ini diberikan secara bersamaan dengan pengaturan pola

makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan (insulin):4

a. Obat antihiperglikemia aral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5

golongan:

1) Pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan

glinid.

Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu

cara kerja pankreas dalam mensekresikan insulin.4

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonilurea,tetapi memiliki perbedaan penekanan pada

peningkatan sekresi insulin fase pertama. Obat ini dapat

mengatasi hiperglikemia post prandial.4

2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan

tiazolidindion (TZD).

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi

glukosa hati (glukoneogenesis) dan memperbaiki

pengambilan glukosa kembali dari perifer. Metformin

merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DM

tipe 2.4

Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari Peroxisome

Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu

reseptor inti termasuk di sel otot, lemak, dan hati. Golongan

ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan

13

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan

ambilan glukosa di perifer. Obat yang masuk dalam

golongan ini adalah Pioglitazone.4

3) Penghambat absorpsi glukosa

Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa

dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar

glukosa darah sesudah makan. Secara khusus golongan ini akan

menjadi penghambat glukosidase alfa.4

4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim

DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam

konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk

meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon

bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent).4

5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)

Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat

antidiabetes oral jenis baru yang menghambat reabsorpsi glukosa di

tubuli distal ginjal dengan cara menghambat transporter glukosa

SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini antara lain:

Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.4

14

Tabel 2.2 Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia.4

b. Obat antihiperglikemia suntik

1) Insulin

Tabel 2.3 Farmakokinetik insulin eksogen berdasarkan waktu kerja.33

15

2) Agonis GLP-1/Incretin Mimetic

Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan

pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat

bekerja sebagai perangsang pengelepasan insulin yang tidak

menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang

biasanya terjadi pada pengobatan insulin ataupun sulfonilurea.

Agonis GLP-1 bahkan mungkin menurunkan berat badan. Efek

samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah

dan muntah.33

c. Terapi kombinasi

Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik

secara terpisah ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet

tunggal, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme

kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar

glukosa darah yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan

kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari kelompok yang

berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin.33

16

Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang

banyak dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral

dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang),

yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Pendekatan terapi

tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang

baik dengan dosis insulin yang cukup kecil.33

Gambar 2. Algoritma pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia.4

2.2 Nefropati Diabetik

2.2.1 Definisi

Nefropati diabetik (ND) merupakan sebagai sindrom klinis pada pasien

diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap yaitu > 300 mg/24 jam

17

atau >200 ig/menit. Pemeriksaan minimal dua kali dalam kurun waktu 3 sampai

bulan.8

2.2.2 Epidemiologi

Angka kejadian pasien nefropati diabetikum pada penderita diabetes melitus

tipe 1 dan 2 adalah sebanding, tetapi pasien tipe 2 lebih banyak dibandingkan dengan

pasien tipe 1 maka insidens terhadap pasien tipe 2 lebih sering dibandingkan pasien

dengan tipe 1. Di Amerika, nefropati diabetikum ini menyumbang angka kematian

yang cukup tinggi diantara komplikasi diabetes melitus. Prevalensi nefropati diabetik

di Indonesia pada tahun 1983 hanya 8,3% dan pada tahun 1993 meningkat menjadi

dua kali lipat sebanyak 17%.6,8

2.2.3 Klasifikasi

Pada perjalanan penyakit nefropati diabetik terhadap sistem ginjal pada pasien

tipe 1 dan 2 oleh Mogensen dibagi menjadi 5 tahapan.8

Tabel 2.4 Tahapan nefropati diabetik oleh Mogensen.8

18

1. Tahap 1

Pada tahap ini Laju Filtrasi Glomerulus dan sekresi urin pasien meningkat.

Kondisi ginjal pada tahap ini adalah hipertrofi dan hiperfungsi.8

2. Tahap 2

Disebut juga dengan tahap Silent Stage atau tahap sepi. Pada tahap ini terjadi

setelah kisaran 5-10 tahun diagnosis DM ditegakkan namun secara klinis

belum tampak tanda tanda kelainan yang berarti pada ginjal tetapi seiring

dengan lamanya penyakit ini akan merubah beberepa struktur dari ginjal

pasien yaitu penebalan membran basalis yang tidak terlalu spesifik.8

3. Tahap 3

Pada tahap inilah tanda awal dari nefropati diabetik sudah tampak. Disebut

incipien diabetic nephropathy, dimana ditemukan mikroalbuminuria. Gejala

klinis yang diberikan yaitu LFG dapat meningkat ataupun normal dan tekanan

darah dapat meningkat. Tahap ini terjadi kisaran waktu 10-15 tahun sejak

diagnosis DM ditegakkan. Secara histologis tampak peningkatan ketebalan

membrana basalis dan mesangium fraksional dalam glomerulus.8

4. Tahap 4

Tahap ini memberikan gejala klinis berupa proteinuria yang nyata dengan

pemeriksaan biasa, LFG menurun sekitar 10 ml/menit/tahun, dan juga timbul

hipertensi pada sebagian pasien. Terjadi setelah 15-20 tahun sejak diagnosis

DM ditegakkan.8

5. Tahap 5

Pada tahap ini pasien sudah mengalami gagal ginjal terminal. Gejala klinis

pada tahap ini tamapk uremia dan LFG yang sangat menurun.8

19

2.2.4 Patofisiologi

Perjalanan dari proses terjadinya nefropati diabetik tidak dapat dijelaskan

secara pasti. Banyaknya faktor yang mempengaruhi dari fungsi dari ginjal seperti

pengaruh genetik, lingkungan, faktor metabolik dan hemodinamik yang berpengaruh

terhapa terjadinya proteinuria.10

Gambar 3. Interaksi komponen metabolik dan hemodinamik menghasilkan

komplikasi mikrovaskular pada diabetes, termasuk nefropati diabtetik.10

Berawal dari hiperglikemia dengan glukosa yang tinggi dapat bereaksi secara

non enzimatik dengan asam amino bebas dalam tubuh yang akan menghasilkan

AGE‟s (advance glycosialtion end-products). AGE‟s yang tinggi akan menimbulkan

kerusakan pada glomerulus ginjal. Terjadi juga akselerasi jalur poliol dan aktivasi

protein kinase C. 11,12

Jalur poliol (polyol pathway) terjadi peningkatan sorbitol dalam jaringan

akibat dari peningkatan reduksi glukosa oleh kativasi enzim aldose reduktase.

Sorbitol yang tinggi akan mengakibatkan kurangnya kadar inositol yang

menyebabkan gangguan dari sistem fungsi ginjal yaitu gangguan osmolaritas

membran basal ginjal. 11,12

20

Hipertensi yang timbul bersama memberatkan dari perjalanan penyakit ND ini

yang akan menambahkan kerusakan dari ginjal dengan mendorong terjadinya

sklerosis pada ginjal pasien diabetes. Penelitian pada hewan diabetes menunjukkan

adanya vasokontriksi arteriol sebagai akibat kelainan renin/angiotensin sistem.11,12

2.2.5 Skrining dan Diagnosis

Skirining untuk nefropatik diabetik pada penderita diabetes tipe 2 sejak 7

tahun diagnosis ditegakkan dengan mikroalbuminuria yang nyata. Sedangkan pada

pasien diabetes tipe 1 direkomendasikan setelah 5 tahun diagnosis diabetes

ditegakkan.13

American Diabetes Assosiation (ADA) guidelines merekomendasikan

langkah pertama dalam skiring dan diagnosis nefropati diabetik adalah untuk

mengukur albumin dalam sampel urin. Pengambilan sampel urin yang baik dilakukan

pada urin pertama pagi hari ataupun secara acak pengambilannya. ADA

menggunakan albuminuria cutoff values sebagai indikator menentukan stages dari

nefropati diabetik yang berguna untuk mendiagnosis pasien tersebut.13

Tabel 2.5 Stadium nefropati diabetik berdasarkan jumlah albumin untuk

diagnosis dan karakteristik bermakna klinis.13

Stadium Albuminuria

cutoff values

Karakteristik klinis

Mikroalbuminuria 20-199 µg/menit Pada malam hari terjadi penurunan tekanan

darah abnormal dan peningkatakan tekanan

darah

20-299 mg/24 jam Peningkatan trgiliserida, kolesterol total dan

kolesterol LDL, dan asam lemak jenuh.

30-299 mg/g* Peningkatan frekuensi komponen sindrom

metabolik.

Disfungsi endotel

Hubungan dengan retinopati diabetik,

amputasi, dan penyakit kardiovaskular.

Peningkatan kematian akibat kardiovaskular.

GFR stabil

21

Makroalbuminuria** 200 µg/menit Hipertensi.

300 mg/24 jam Peningkatan trigliserida, kolesterol total, dan

LDL kolesterol.

>300 mg mg/g* Iskemia miokard asimptomatik.

Penurunan GFR progessif

*sampel urin. **Pengukuran proteinuria total ( 500 mg/24 jam atau 430 mg/l di sampel

urin) dapat mendefinisikan stadium nefropati diabetik.

2.2.6 Tatalaksana

Prinsip pemberian terapi pada pasien nefropati diabetik adalah mengecek dari

albuminuria, apakah masih normoalbuminuria, atau sudah terjadi mikroalbumnuria

bahkan makroalbuminuria. Tahap-tahap inilah menjadikan landasan pemberian

tatalaksana pada pasien ND dengan pendekatan utama adalah melalui:

1. Pengendalian gula darah ( olahraga, diet, obat anti diabetes)

2. Pengendalian tekanan darah (diet renda garam, obat antihipertensi)

3. Perbaikan fungsi ginjal ( diet rendah protein, pemberian, Angiotensin

Converting Enyme Inhibitor (ACE-I) dan/ atau Angiotensin Receptor

Blocker (ARB)

4. Pengendalian faktor-faktor ke-mordibitas lain (pengendalian kadar lemak,

mengurangi obesitas dll).8

2.3 Lipid Darah

Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen. Namun beberapa jenis

lipid dapat mengandung fosfor dan nitrogen. Lipid tidak terlarut dalam air tetapi lipid

dapat larut dalam pelarut organik. Sifat lipid yang tidak dapat larut dalam air,

sehingga untuk beredar dalam sirkulasi darah tubuh lipid ini memerlukan suatu

system transport guna membawa lipid itu tersebut. Lipid membentuk suatu kompleks

makromolekul bersama dengan protein khusus yang disebut dengan apolipoprotein.

Kompleks tersebut dapat dikatakan dengan lipoprotein. Terdapat lima kelas utama

lipoprotein sebagai pengangkut lipid yaitu kilomikron, very low density lipoprotein

(VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan

22

high density lipoprotein (HDL). Kilomikron, VLDL, dan LDL merupakan lipoprotein

yang kaya akan trigliserida.25

Lipid dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu lemak netral, lemak

majemuk, dan sterol. Lemak netral sebagian besar mengandung tiga asam lemak dan

dapat disebut dengan trigliserida. Lipid majemuk adalah fosfolipid dan glikolipid.

Sedangkan jenis sterol dapat dikatakan dengan kolesterol. 26

Profil lipid saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III)

pada tahun 2011 telah membuat suatu batasan profil seseorang secara umum.15

2.6 Profil lipid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dL).15

23

2.3.1 Jenis Lipid

Terdapat berbagai jenis lipid yang berada dalam tubuh kita, lipid tersbut dapat

beredar bebas dalam tubuh kita ataupun terikat dengan suatu kompleks. Adapun

jenis-jenis lipid tersebut dimetabolisme dan diangkut sebagai berikut :

a. Kolesterol

Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang bersumber dari seluruh produk

binatang, contoh : daging, produk susu dan telur. Kolesterol ini sangat dibutuhkan

oleh tubuh manusia, banyak fungsi tubuh yang menggunakan kolesterol sebagai

bahan bakarnya seperti untuk untuk membentuk membran sel, memproduksi

hormon seks dan membentuk asam empedu. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk

memperoleh kesehatan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu

tinggi akam terjadi pengendarapan pada dinding pembuluh darah yang akan

menyebabkan kelainan pada pembuluh darah.16

Kolesterol dalam tubuh kita akan selalu diserap tiap hari dari saluran

pencernaan, yang disebut dengan kolesterol eksogen sedangkan kolesterol

endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma akan dibentuk oleh hati.

Kolesterol akan disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa tahapan reaksi.

Secara garis besar koenzim A akan diubah menjadi isopentenil piroposfat dan

dimetalil piroposfat melalu beberapa tahapana yang dibantuk dengan beberapa

reaksi enzim. Kemudian isopentenil piroposfat dan dimetalil piroposfat akan

diubah menjadi kolesterol. 16,26

Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh kosentrasi kolesterol di

dalam tubuh. Apabila dalam tubuh seseorang terdapat kosentrasi kolesterol dalam

jumlah yang cukup, maka kolsterol akan menghambat sendiri reaksi

pembentukkannya (hambatan umpanbalik). Sebaliknya bila kadar kolesterol di

dalam tubuh kurang atau menurun, maka kecepatan pembentukkan kolesterol

akan meningkat. 16

24

Kolesterol yang bersifat tidak dapat larut dalam air, maka perlu suatu

„pengangkut‟ guna bisa masuk dalam sirkulasi darah disebut lipoprotein.

Lipoprotein dalam sirkulasi tidak hanyak mengangkut kolsterol tetapi juga

mengangkut triglesirida, fosfolipid, dan protein dalam jumlah yang berbeda-beda

sehinggia setiap lipoprotein dalam tubuh memiliki densitas massa yang bervariasi.

Lipoprotein terbesar dan paling rendah densitasnya adalah kilomikron, kemudian

lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL),

lipoprotein densitas rendah ( low density lipoprotein, LDL), lipoprotein densitas

sedang (intermediate density lipoprotein, IDL), dan lipoprotein densitas tinggi

(high density lipoprotein). 25

VLDL merupakan lipoprotein yang terdidi dari trigliserid endogen yang

dibentuk oleh sel hati dari karbohidrat. VLDL bertugas membawa kolesterol

yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot dan disimpan sebagai cadangan bagi

tubuh. 16

LDL merupakan lipoprotein yang membawa 45% kolesterol dan bertugas

sebagai pengangkut kolesterol dalam plasma ke jaringan perifer untuk keperluan

pertukaran zat. Varian dari LDL bervariasi yang ditentukan oleh rasio kolesterol

dan trigliserid, dimana pada situasi ini trigliserid menurun pada partikel yang

lebih kecil (LDL-pk). LDL-pk bersifat aterogemik karena beberapa hal yaitu

secara umum partikel yang lebih kecil dan padat akan lebih mudah menerobos

endotel pembuluh darah dan melakukan penetrasi ke intima, sehingga LDL-pk

lebih mudah mengalami oksidasi dan glikasi yang memicu proses pembentukan

sel busa di intima. LDL ini akan beredar dipembuluh darah dan mudah menempel

pada pembuluh darah yang mengakiabtkan terbentuknya plak oleh karena itu

LDL sering disebut dengan “ kolesterol jahat”. 16,17

HDL sering disebut dengan “kolesterol baik” karena tugas dari lipoprotein ini

tergolong sangat menolong dalam proses pembentukan dan pembuangan

kolesterol. Dibentuk oleh sel hati dan usus, bertugas sebagai penyedot timbunan

25

yang terdapat pada jaringan tersebut, mengangkutnya ke hati dan membuangnya

ke dalam empedu.16

b. Trigliserida

Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan

kalor yang penting untuk proses-proses dalam tubuh kita sebagai energi bahan

bakar. Kadar trigliserida ini adalah kadar lemak yang paling banyak di dalam

darah dibandingkan dengan kadar lemak lainnya. Kadar tersebut dipengaruhi oleh

kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan. Umumnya orang-orang gemuk

mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma. Trigliserida ini banyak

disimpan juga pada lipatan kulit. Makin gemuk seseorang, maka makin banyak

lipatan-lipatan yang terbentuk dari pengumpulan trigliserida. Tidak jarang

ditemukan juga orang yang obesitas dan memiliki lipatan-lipatan kulit

mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini membuktikan

jika simpanan trigliserida banyak terdapata di lipatan kulit tersebut sedangkan

nilai trigliserida dalam darah masih dalam batas normal dan sewaktu-sewaktu

dapat tinggi apabila tubuh ingin menggunakannya sebagai cadangan energi.18

Trigliserida ini dapat diangkut sebagai kilomikron dari usus yang akan

menuju ke hepar, kemudian mengalami metabolisme dalam hepar dan akan

diteruskan menjadi beberapa lipoprotein, dalam jumlah besar sebagai VLDL

diangkut dari hepar menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu tingginya

trigliserida akan cenderungnya dengan peningkatan kadar VLDL dan LDL,

sementara HDL justru rendah.18

c. Fosfolipid

Kompleks lipid ini berasal dari asam fosfotidal. Dalam plasma fosfolipid yang

utama adalah sfingomielin, fosfatidil kolin atau lesitin, fosfatidil etanolamin, dan

fosfatidil serin. Berbagai kosentarasi tersebut terdapat dalam berbagai kompleks

lipoprotein yang terbanyak terdapat dalam HDL sekitar 50% dan pada LDL

sekitar 20-25%. 26

26

d. Asam lemak tak teresterifikasi (NEFA = Non esterified fatty acid )

NEFA merupakan bagian kecil asam lemak plasma yang tak teresterifikasi

oleh gliserol sehingga sering disebut juga dengan asam lemak bebas (FFA = free

fatty acid ) . Dalam tubuh diangkut dalam kompleks albumin. 16

2.3.2 Lipoprotein dan Apolipoprotein

Lipoprotein merupakan suatu makrosomal berbentuk bola, bagian alamnya

terdiri dari trigliserida dan kolesterol ester, yang dikelilingi oleh bagian permukaan

yang bersifat plar yaitu fosfolipid, kolesterol bebas dan apolipoprotein.27

Selain mengangkut lipid, lipoprotein juga mengandung bahan yang penting

untuk energi, bahan baku membrane sel, bahan baku hormone steroid, sehingga perlu

disampaikan pada organ atau jaringan yang membutuhkannya. Karakteristik fisik

lipoprotein dengan lipoprotein yang lainnya berbeda. Perbedaan ini berdasarkan dari

densitas masing-masing lipoprotein sehingga lipoprotein dapat dibedakan menjadi :

a. Kilomikron

Kilomikron merupakan partikel lipoprotein terbesar berdiameter antara

800 Ȧ sampai 1000 Ȧ mempunyai densitas <0,95 g/ml. Kilomikron

dapat diserap melalui usus kemudian masuk ke dalam saluran limfe.

Pada saat kilomikron sampai dalam sirkulasi darah, kilomikron akan

berinterksi dengan lipoprotein lipase pada permukaan endotel kapiler,

jaringan lemak dan otot. Akibat dari interkasi ini kilomikron akan

dipecah menjadi trigliserida yang akan disimpan pada tubuh dan

sisanya akan menjadi kilomikron remnant yang beredar dalam

sirkulasi darah. Kilomikron mengandung 2 % protein dan 98 % lemak

(84 % trigliserida, 7 % kolesterol, dan 7 % fosfolipid) dan

mengandung sejenis apolipoprotein B (B-48) yang diproduksi oleh sel

mukos intestinum.28

b. VLDL (very low density lipoprotein)

VLDL merupakan alat angkut yang berasal dari hepar, memiliki

densitas 0,95-1,006 g/ml. VLDL mengandung 8 % protein dan 90 %

27

lemak ( 50 % trigliserida, 20 % kolesterol , 9 % fosfolipid).

Metabolisme VLDL hampir sama dengan kilomikron dengan bantuan

lipoprotein lipase akan memecah VLDL menjadi trigliserida yang

akan disimoan dan sisanya VLDL akan menjadi VLDL remnan akan

berinteraksi dengan HDL menjadi IDL dan LDL. Selanjutnya IDL dan

LDL akan diangkut ke hepar dan akan dikenali dengan reseptor

masing-masing pada permukaan hepar. Partikel di dalam VLDL

terutama adalah berisi Apo B-100 dan sedikit Apo C polipeptida dan

Apo E.28

c. IDL (intermediate density lipoprotein)

IDL merupakan hasil dari metabolism VLDL dan hanya ditemukan

dalam kosentrasi yang sangat rendah pada individu. Memiliki densitas

1,006 – 1,019 g/ml.28

d. LDL (low density lipoprotein)

LDL merupakan liporprotein yang dibentuk dari VLDL dan IDL.

Memiliki densitas 1,019 – 1,063 g/ml. LDL mengandung 21 % protein

dan 78 % lemak ( 11 % trigliserida, 45 % kolesterol, 22 % fosfolipid

dan 1 % lemak bebas).28

e. HDL ( high density lipoprotein)

HDL merupakan lipoprotein yang terberat sedangkan memiliki

ukurannya yang kecil. HDL mengandung 50 % protein, 30 %

fosfolipid dan 20 % kolesterol. HDL terikat dengan Apo A-I,A-III, C

dan Apo E yang memilki densitas 1,063 – 1,21 g/ml. 28

Apolipoprotein merupakan gugus protein yang melekat pada lipoprotein.

Fungsi dari apolipoprotein berperan sebagai “ligand” untuk mengikat reseptor,

mengaktifkan enzim, menghambat enzim atau memindahkan kolesterol. Secara garis

besar apolipoprotein ini membantu lipoprotein dalam menentukan arah

metabolismnya. Pembagian apolipoprotein dan lipoprotein berdasarkan densitasnya

terdapat pada table 2.7.

28

Tabel 2.7 Pembagian Lipoprotein dan Apolipoprotein. 29

a. Apolipoprotein A-I

Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein struktural yang utama

dan terbesar dari fraksi HDL. Apo A-I disintesis di hati dan usus dan

bertanggung jawab untuk memulai transport balik dari kolesterol dimana

apabila tubuh mengalami kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer

maka akan dibawa kembali ke hati dan diekresi. Hati dan usus

memproduksi nascent HDL. Kolesterol bebas yang berasal dari makrofag

dan jaringan perifer lainnya akan mengalami esterifikasi oleh enzim

lecithin-cholesterol acyltransferase (LCAT), menjadi bentuk matur dari

HDL. HDL kolesterol diambil secara selektif oleh sel hati melalui reseptor

scavenger kelas BI (SR-BI). Cara lain, HLD matur akan ditransfer oleh

cholesteryl ester transfer protein (CETP) dari HDL ke VLDL dan

kilomikron dan kemudian akan diteruskan ke hati. 30

29

Gambar 4. Transpor balik kolesterol. 30

b. Apolipoprotein B (ApoB)

Apolipoprotein B (apoB) merupakan apolipoprotein terbesar dalam

fraksi VLDL dan dapat seluruh apolipoprotein dalam LDL adalah apoB.

Berfungsi sebagai transport lipid dari hati dan usus ke jaringa perifer,

apoB terdiri dari apo B-48 dan apo B-100. Apo B-48 disintesis oleh usus

kecil dan penting untuk penyerapan lipid di dalam usus. ApoB-48 ini ada

dalam kilomikron dan kilomikron remnant. Sedangkan apo B-100

disintesis oleh hati dan ditemukan dalam IDL dan LDL.30

Metabolisme dari apoB ini terdapat dua jalur yaitu transport lipid

eksogen dan endogen. Pada proses eksogen, kolesterol dan fatty acid yang

masuk kedalam tubuh lewat asupan makanan dan diserap melalui usus

akan diubah dahulu menjadi kolesterol dan trigliserida. Kedua zat ini akan

dikemas dalam bentuk kilomikron yang mengandung apoB. Kemudian TG

yang berada dalam kilomikron akan dipecah dengan bantuan lipoprotein

lipase di permukaan endotel kapiler. Pemecahan ini akan menghasilkan

asam lemak bebas dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan

masuk ke dalam jaringa perifer dan disimpan sebagai trigliserida.

Kilomikron remnant akan dimetabolisme di hati yang akan menghasilkan

30

kolesterol bebas. Sebagian besar kolesterol di ubah menjadi asam empedu

dan dikeluarkan ke dalam usus yang akan membantu dalam penyerapan

lemak dalam usus. Sebagian lagi akan dikeluarkan melalui saluran

empedu tanpa metabolisme.30

Jalur endogen berasal dari makanan karbohidrat yang berlebih

sehingga menimbulkan tingginya pembentukan TG di hati. TG akan

dibawa melalui aliran darah dalam bentuk VLDL, yang mengandung apo

B-100 dan apo CI,CII,CIII dan E. Apo CII akan merangsang kerja LPL

sehingga menghidrolisis VLDL menjadi IDL, kemudian menjadi LDL

yang akan kaya kolesterol.30

Gambar 5. Tranport lipid eksogen dan endogen.30

2.4 Hubungan profil lipid darah dengan terjadinya nefropati diabetik

Abnormalitas lipid darah dalam tubuh dapat ditandai dengan

terjadinya dislipidemia. Kelainan dari fraksi lipid tersebut meliputi kenaikan

kadar kolesterol total, kadar trigliserida dan kadar kolesterol LDL serta

penurunan kadar kolesterol HDL. 22

31

Pada kondisi diabetes melitus tipe 1, tubuh mengalami kerusakan sel

beta pankreas. Defisiensi insulin akan menghambat kerja dari lipoprotein

lipase sehingga tidak adanya proses katabolisme VLDL dan kilomikron yang

menimbulkan trigliserida dan kolesterol naik dan LDL berubah struktur

menjadi lebih padat dan kecil. Sedangkan pada kondisi diabetes melitus tipe 2

dicirikan dengan resistensi insulin perifer yang bermanifestasi meningkatnya

kilomikron, VLDL, trigliserida, LDL, dan menurunnya kolesterol HDL.

Makin resistensi insulin, makin meningkatnya sintesis trigliserida dan VLDL.

22,31

Pada keadaan resistensi insulin terjadi peningkatan dari apo C-III yang

menghambat dari aktivitas lipoprotein lipase. Sehingga tidak terjadinya

katabolisme dari TG yang berada dalam kilomikron. Tubuh merespon dengan

katabolisme TG dalam simpanan tubuh menjadi asam lemak bebas. Asam

lemak bebas ini menuju dan ditangkap oleh hati. Di hati akan disintesis

menjadi pembentukan VLDL. Kemudian VLDL ini dapat merangsang

pemecahan TG di dalam VLDL itu sendiri menjadi VLDL remnant. Sebagian

VLDL remnant akan kembali disintesis oleh hati dan sebagiannya lagi akan

dikonversi menjadi LDL. Pada kondisi ini tubuh juga merubha struktur LDL

menjadi small dense LDL. Pada kondisi diabetes melitus terdapat dua

abnormalitas metabolisme trigliserida sehingga terjadinya hipertrgiliseridemia

yaitu over produksi dari VLDL dan tidak efektifnya kerja dari lipoprotein

lipase (Gambar 6A). 22,31

Selain dari hipertrgiliseridemia, tubuh juga mengalami kondisi

hiperkolesterolemia karena over produksi dari VLDL yang dapat

meningkatkan kadar produksi IDL dan LDL, dan berkurangnya aktivitas

reseptor LDL. Berkurangnya aktivitas reseptor LDL ini dikarenakan efek dari

resistensi insulin. Hal ini menyebabkan penurunan dari klirens LDL dan

VLDL remnant yang menimbulkan meningkatnya kadar LDL dalam tubuh

(Gambar 6B).22.31

32

Gambar 6. Mekanisme lipoprotein kaya trigliserdemia dan hiperkolesterolemia

pada penderita diabetes melitus.31

Terjadinya nefropati diabetik pada penderita diabetes melitus berawal

dari kondisi abnormalitas lipid darah atau dislipidemia yang akan

menimbulkan ateroskelrosis pada pembuluh darah. Aterosklerosis dimulai

dengan disfungsi endotel pembuluh darah yang disebabkan berbagai faktor

yang diantaranya karena kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes

melitus dan salah satu faktor penyebabnya adalah kolesterol LDL (khususnya

small dense LDL). Small dense LDL ini bersifat paling aterogenik dan lebih

mudah menembus dinding endotel pembuluh darah dibantingkan dengan

lipoprotein lainnya. Pada kondisi disfungsi endotel pembuluh darah terjadinya

peningkatan permeabilitas pembuluh darah.22,29

Hal tersebut mengakibatkan disfungsi endotel dan mengakibatkan

influks dan akumulasi lipoprotein plasma dalam intima salah satunya LDL.

Kolesterol LDL dalam intima mengalami oksidasi yang mengakibatkan

disfungsi endotel dan rangsangan endotel guna mengeluarkan molekul penarik

monosit (monocyte-chemotatic protein I/ MCP-I), intercellular adhesion

molecule-I (ICAM-I), vascular cell adhesion molecule-I ( VCAM-I),

macrophag-colony stimulating factor (M-CSF), colony stimulating factor

33

(CSF), tissue factor dan plasminogen activator inhibitor (TPI-I) yang

mengakibatkan adhesi monosit pada endotel dan migrasi monosit kedalam

endotel. M-CSF juga merangsang deferensisasi monosit menjadi makrofag.

Reseptor scavenger dari makrofag akan menangkap oksidasi dari kolesterol

LDL sehingga terjadinya akumulasi dari oksidasi LDL dalam makrofag yang

berubah menjadi sel busa. Pada kondisi tersebut akan merangsang faktor-

faktor pertumbuhan (platelet-derivat growth factor/PDGF), interleukin-I,

tumor necrosis factor λ (TNFλ). IL-I dan TNFλ akan merangsang proliferasi

dari otot polos untuk bermigrasi dan berproliferasi dalam intima.22,29

Sel busa akibat dari akumulasi oksidasi LDL akan membentuk lipid

ekstraseluler dimana timbunan ini berupa kompleks agregat dari kolesterol

ester, kolesterol, trigliserida dan fosfolipid. Sel otot polos, jaringan ikat dan

lipid ekstraseluler akan membentuk plak aterosklerosis. Sehingga proses

selanjutnya akan terjadi ruptur plak aterosklerosis pada area timbunan

makrofag yang tinggi pada tubuh. Hasil rupture tersebut dengan trombus yang

berperan penting dalam progresi plak. 22,29

Terjadinya aterosklerosis dapat menyebabkan buruknya sirkulasi ke

sebagian besar organ yang menyebabkan hipoksia dan cedera pada jaringan.

Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh

darah dan penuruanan kecepatan aliran darah yang menyebabkan

berkurangnya suplai darah ke ginjal dimana fungsi ginjal adalah memfiltrasi

darah setiap harinya. Hal ini dapat menganggu dari fungsi ginjal dengan salah

satu manifestasinya gangguan memfiltrasi albumin sehingga terdapat albumin

di dalam urin dan dapat didiagnosis sebagai nefropati diabetik. 22,29

34

2.5 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka teori

Diabetes

Melitus

Intake makanan

Abnormalitas

lipid darah atau

dislipidemia

Resistensi

insulin hiperglikemia

merokok

Konsumsi

alkohol

- Kolesterol total

- Trigliserida

- Kolesterol LDL

- Kolesterol HDL

aterosklerosis

Obat yang

dipengaruhi lipid

Inflamasi

Nefropati

Diabetik

Stres

oksidasi

Olahraga

35

2.6 Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka konsep

Profil lipid

darah

Nefropati

Diabetik

Kolesterol

HDL

Kolesterol

total

Trigliserida Kolesterol

LDL

Diabetes

melitus

36

2.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran Skala

1 Kolesterol

total

Kolesterol total

adalah jumlah total

zat lemak yang

berada dalam tubuh

kita yang diubah

menjadi kolesterol.

Rekam medik

dan

pemeriksaan

laboratorium

darah

Berdasarkan hasil

pemeriksaan

laboratorium darah

dengan nilai ukur :

Normal : < 240 mg/dL

Tinggi : ≥ 240 mg/dL

Ordinal

2 Trigliserida Trigliserida adalah

bentuk simpanan

zat lemak dalam

tubuh dan

digunakan juga

sebagai cadangan

energi.

Rekam medik

dan

pemeriksaan

laboratorium

darah

Berdasarkan hasil

pemeriksaan

laboratorium darah

dengan nilai ukur :

Normal : < 200 mg/dL

Tinggi : ≥ 200 mg/dL

Ordinal

3 Kolesterol

LDL

Kolesterol LDL

(low density

lipoprotein) adalah

pengangkut

kolesterol dalam

darah yang memilki

kadar kolesterol

yang tinggi di

dalamnya.

Rekam medik

dan

pemeriksaan

laboratorium

darah

Berdasarkan hasil

pemeriksaan

laboratorium darah

dengan nilai ukur :

Normal : < 160 mg/dL

Tinggi : ≥ 160 mg/dL

Ordinal

4 Kolesterol

HDL

Kolesterol HDL

(high density

lipoprotein) adalah

Rekam medik

dan

pemeriksaan

Berdasarkan hasil

pemeriksaan

laboratorium darah

Ordinal

37

pengangkut

kolesterol dalam

darah yang memilki

kadar kolesterol

yang rendah di

dalamnya.

laboratorium

darah

dengan nilai ukur :

Normal : ≥ 40 mg/dL

Rendah : < 40 mg/dL

5 Nefropati

Diabetik

Nefropati diabetik

adalah komplikasi

mikrovaskular dari

diabetes melitus

baik tipe 1 maupun

tipe 2.

Rekam medik

dan

pemeriksaan

laboratorium

berupa

urinalisa urin

Berdasarkan hasil

pemeriksaan

laboratorium berupa

pemeriksaan urilanisa

urin terdapat

proteinuria.

Ordinal

6 Diabates

Melitus

Diabetes melitus

adalah penyakit

gangguan

metabolik yang

terjadi akibat

pankreas tidak

memproduksi

cukup insulin atau

tubuh tidak dapat

menggunakan

insulin yang

diproduksi secara

efektif

Rekam medik Data dalam rekam

medik yang diperoleh

dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisis,

hasil laboratorium

yang menunjukan

peningkatan gula

darah sewaktu dengan

nilai ukur:

kadar gds >200 mg/dl

atau kadar gdp >126

mg/dl

Ordinal

39

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan

cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara profil lipid darah dengan

terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus

2016. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi target

Pasien yang didiagnosis penderita nefropati diabetik.

3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien yang didiagnosis penderita nefropati diabetik di RSU Tangerang

Selatan tahun 2013-2015.

3.3.3 Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

40

3.3.4 Besar Sampel

( ) ( )( )

( )( )

54

keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = nilai Z pada derajat kemaknaan

P = perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti

Q = 1-P

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan

3.3.5 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Penderita yang telah didiagnosis proteinuria pada pemeriksaan urinalisis

urin dan dilakukan pemeriksaan lipid darah dalam kurun waktu yang sama

atau kurang lebih dalam kurung satu minggu.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Data hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan tidak lengkap.

b. Penderita menjalani terapi hemodialisis.

c. Penderita yang telah didiagnosis infeksi saluran kemih

41

3.5 Cara kerja Penelitian

1. Melakukan persiapan penelitian (menentukan pembimbing, menentukan

judul, proposal, dll) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. Melakukan survey berupa tempat penelitian, alur penelitian di tempat

penelitian.

3. Mengurus perizinan penelitian di tempat yang akan di teliti

4. Mengambil data rekam medis yang sesuai

5. Melakukan pengolahan data

6. Pelaporan hasil dari pengolahan data

3.6 Alur Penelitian

Populasi Terjangkau: Pasien

yang didiagnosis diabetes

melitus tipe 2 di RSU Kota

Tangerang Selatan tahun

2013- 2015.

Profil lipid darah

Sampel

consecutive sampling dengan

memperhatikan kriteria inklusi dan

ekslusi

proteinuria

Analisis data

dan uji

statistik.

positif Kolesterol

total

Trigliserida Kolesterol

LDL

Kolesterol

HDL

Negatif

Tidak

diikutsertakan

menjadi sampel

penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

42

3.7 Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalis dengan metode statistik uji fisher

menggunakan aplikasi SPSS 22: yaitu membandingkan profil lipid darah dengan

terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.

43

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel dari RSU Kota Tangerang Selatan. Sampel

diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis penderita nefropati diabetik maupun

yang non nefropati diabetik yang memiliki data pemeriksaan kolesterol

total,kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida pada tahun 2013 s.d 2015.

Dalam kurun waktu tersebut didapatkan total 123 dokumen rekam medis dengan

jumlah pasien yang non nefropati diabetik atau tidak didiagnosis nefropati diabetik

adalah sejumlah 10 sampel sedangkan pasien dengan diagnosis nefropati diabetik

adalah sejumlah 113 sampel. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 56 dan sampel yang diekslusi karena data hasil pemeriksaan yang

dibutuhkan tidak lengkap meliputi kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,

dan kolesterol HDL adalah sejumlah 67 sampel.

4.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi sampel menurut jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi %

Laki-laki 16 28,6

Perempuan 40 71,4

jumlah 56 100

Pada table diatas menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian ini

berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 71,4% sampel adalah perempuan sedangkan

28,6% sampel adalah laki-laki.

44

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarakan Kadar Kolesterol total, trigliserida,

kolesterol HDL, dan kolesterol LDL.

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan kadar kolesterol total,

trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada pasien DM tipe 2

dengan nefropati diabetik di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 –

2015

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

Kolesterol total

Normokolesterolemia

Hiperkolesterolemia

Trigliserida

Normotrigliseridemia

Hipertrigliseridemia

Kolesterol LDL

Normo-LDL

Hiper-LDL

Kolesterol HDL

Normo-HDL

Hipo-HDL

45

11

39

17

43

13

22

34

80,4

19,6

69,6

30,4

76,8

23,2

39,3

60,7

Pada tabel diatas dapat dilihat pada pasien DM tipe 2 dengan nefropati diabetik

di RSU Kota Tangerang Selatan yang mengalami peningkatan pada kadar kolesterol

total sebanyak 11 pasien (19,6 %), peningkatan kadar trigliserida sebanyak 17 pasien

45

(30,4%), peningkatan kadar kolesterol LDL sebanyak 13 pasien (23,2%), dan yang

mengalami penuruan kadar kolesterol HDL sebanyak 34 pasien (60,7%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Kadar Kolesterol Total Dengan Terjadinya Nefropati

Diabetik

Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dengan terjadinya nefropati diabetik

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Hubungan kadar kolesterol total dengan terjadinya nefropati diabetik

Variabel Nefropati diabetik Total P

Non Nefropati

Diabetik

Nefropati

Diabetik

n % n % n %

0,385

Normokolesterolemia 6 13,3 39 86,7 45 100

Hiperkolesterelemia 3 27,3 8 72,7 11 100

Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar

kolesterol total dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini

berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 0,385.

4.3.2 Hubungan Kadar Trigliserida Dengan Terjadinya Nefropati Diabetik

Hubungan antara Kadar Trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

46

Tabel 4.4 Hubungan kadar trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik

Variabel Nefropati diabetik Total P

Non Nefropati

Diabetik

Nefropati

Diabetik

n % n % n %

1,000

Normotrigliseridemia 6 15,4 33 84,6 45 100

Hipertrigliseridemia 3 17,6 14 82,4 11 100

Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar

trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini

berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 1,000.

4.3.3 Hubungan Kadar Kolesterol LDL dengan Terjadinya Nefropati Diabetik

Hubungan antara Kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik

dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut

Tabel 4.5 Hubungan kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik

Variabel Nefropati diabetik Total P

Non Nefropati

Diabetik

Nefropati

Diabetik

N % n % n %

0,024

Normo-

LDL

4 9,3 39 90,7 43 100

Hiper-LDL 5 38,5 8 61,5 13 100

47

Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar

kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini

berdasarkan nilai P < 0,05 yaitu p = 0,024.

4.3.4 Hubungan Kadar Kadar Kolesterol HDL dengan Terjadinya Nefropati

Diabetik

Hubungan antara kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik

dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Hubungan kadar kolesterol HDL dengan terjadinya nefropati diabetik

Variabel Nefropati diabetik Total P

Non Nefropati

Diabetik

Nefropati

Diabetik

N % n % n %

1,000

Normo-

HDL

3 13,6 19 86,4 22 100

Hipo-HDL 6 17,6 28 82,4 34 100

Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar

kolesterol HDL dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini

berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 1,000

4.4 Pembahasan

4.4.1 Profil lipid darah pada penderita Nefropati Diabetik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan pada

kadar kolesterol HDL pasien nefropati diabetik sebanyak 60,7%, sedangkan

80,4% penderita memiliki kadar kolesterol total dalam batas normal dan

69,6% memiliki kadar trigliserida normal dan sebanyak 43 subjek penelitian

ini ditemukan memiliki kadar kolesterol LDL normal (76,8%).

48

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari yang menyatakan

bahwa pada penderita nefropati diabetik ditemukan adanya abnormalitas lipid

yaitu penurunan kadar kolesterol HDL. Raka Widiana juga melaporkan bahwa

pada penderita NIDDM dengan mikroalbuminuria ditemukannya penurunan

kadar kolesterol HDL yang bila dibandingkan pada penderita NIDDM dengan

normoalbuminuria terdapat perbedaan bermakna.7,21

4.4.2 Hubungan kadar lipid darah dengan terjadinya Nefropati Diabetik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL terbukti

memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya penyakit nefropati

diabetik (p = 0,024). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Yamamoto et al

yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan small dense LDL pada

penderita nefropati diabetik. Hal ini selaras dengan teori bahwa pada

penderita DM tipe 2 sering ditemukan adanya peningkatan trigliserida,

penurunan dari kolesterol HDL, peningkatan small dense LDL serta

peningkatan Apo B yang akan menimbulkan aterosklerosis. Kondisi tersebut

akan mempercepat dari pemburukan dari fungsi ginjal yang akan

menimbulkan salah satunya protein dalam urin yang dapat didiagnosis dengan

nefropati diabetik.23

Hasil penelitian ini ternyata tidak mendapatkan hubungan yang

bermakna antara kadar kolesterol total (p = 0,385), kadar trigliserida (p =

1,000), dan kadar kolesterol HDL (p = 1,000) dengan terjadinya penyakit

nefropati diabetik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Soni bahwa salah

satu variabel yang berpengaruh terhadap progresivitas nefropati diabetik

menjadi gagal ginjal terminal adalah kadar kolesterol total 200 mg/dL( p =

0,005).20

Perbedaan dengan penelitian terdahulu mungkin disebabkan karena

metode yang digunakan berbeda. Penelitian terdahulu menggunakan metode

case control, sedangkan penelitian ini menggunakan metode cross sectional.

49

Pada penderita DM, kosentrasi kadar kolesterol-HDL berfungsi

sebagai pembersih plak yang biasanya sangat rendah kadarnya di dalam darah

berbeda dengan kosentrasi kolesterol LDL yang meningkat di dalam darah.

Abnormalitas dari profil lipid tersebut berpengaruh terhadap terbentuknya

aterosklerosis yang akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Pada kondisi

hiperglikemi akan menyebabkan peningkatan kosentrasi kadar sorbitol pada

dinding arteri yang mengakibatkan proliferasi otot polos subendotelial

sehingga terbentuk plak fibrous. Plak tersebut akan mudah terbentuk menjadi

fibrin karena adanya kerusakan dari faal endotel dan sel darah merah.22,24

Selain hiperglikemi pada penderita DM juga mengalami kondisi

resistensi insulin dimana akan meningkatkan kadar Apo C-III pada sirkulasi

darah yang akan menghambat kerja dari lipoprotein lipase (LPL) . LPL ini

bertugas sebagai enzim pemecah dari kolesterol darah. Kondisi tersebut

menimbulkan respon pada tubuh berupa peningkatan jalur lipolisis pada

penyimpanan kolesterol dalam tubuh sehingga tingginya kadar asam lemak

bebas yang akan diteruskan ke hati. Di dalam hati asam lemak bebas ini akan

membentuk VLDL sebagai pengangkut kolesterol tersebut di dalam sirkulasi

darah dan juga meningkatan kolesterol VLDL yang bermanifestasi

hipertrigliseridemia.22

Penurunan aktivitas dari LPL akan menimbulkan akumulasi dari

lipoprotein kaya trigliserida. Kolesterol VLDL dapat merangsang enzim

lipase hepatik untuk menghidrolisis lipoprotein kaya trigliserida untuk

menjadi IDL dan LDL. Pada kondisi tersebut juga terjadi perubahan susunan

LDL menjadi LDL kecil padat (small dense LDL). Small dense LDL lebih

berperan pada aterosklerosis oleh karena lebih mudah teroksidasi oleh radikal

bebas dan afinitasnya terhadap proteglikan dari dinding arteri lebih besar.

Kondisi disfungsi endotel pembuluh darah dapat mempermudah pengendapan

kolesterol LDL (terutama small dense LDL ) dalam pembuluh darah dan

mempercepat terbentuknya aterosklerosis. Timbulnya ateroskelrosis sangat

berkaitan dengan kualitas dari endotel pembuluh darah dimana terdapat

50

banyak faktor penentu selain kolesterol seperti asam urat, hipertensi, obesitas,

merokok dan stress. Faktor-faktor tersebut memiliki peran sendiri dalam

mempercepat pembentukan aterosklesoris.15,16,17,22,24

4.5 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini memiliki keterbatasan dari segi hasil dan jumlah pasien

dalam pengumpulan data. Hal ini disebabkan karena kurangnya data dalam

jumlah satu tahun maka dari itu jarak pengambilan sampel diperpanjang

menjadi 2013 sampai dengan 2015 dan yang digunakan merupakan data

sekunder berupa data rekam medis pasien. Keterbatasan lain dalam penelitian

ini adalah desain penelitian yang masih cross sectional sehingga tidak dapat

menentukan secara pasti apakah terdapat hubungan yang pasti antara kadar

lipid darah terhadap terjadinya nefropati diabetik dan juga adanya intervensi

pengobatan dapat mempengaruhi kadar lipid darah darah penderita. Faktor

yang tidak terkontrol seperti tidak lengkapnya pemeriksaan laboratorium yang

mencakup kadar lipid darah pada penelitian ini dapat menyebabkan sangat

berkurangnya jumlah sampel pada penelitian ini. Selain itu dalam penelitian

ini tidak dapat membedakan penyebab timbulnya nefropati diabetik selain dari

DM tipe 2 seperti hipertensi dan infeksi saluran kemih.

51

BAB 5

16 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar kolesterol LDL yang normal

ditemukan kejadian nefropati diabetik yang tinggi pada penderita DM tipe

2 (p=0,024).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total

dengan terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2

(p=0,385).

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL

dengan terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2

(p=1,000).

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar trigliserida dengan

terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2

(p=1,000).

5.2 SARAN

5.2.1 Untuk Penelitian Selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kadar lipid darah

dengan terjadinya nefropati diabetik pada rumah sakit yang lebih besar

sehingga didapatkan jumlah sampel yang lebih banyak.

2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan data primer

sehingga didapatkan data yang lebih lengkap mencakup seluruh pasien

yang datang ke rumah sakit.

52

3. Perlu dilakukan penelitian dengan studi desain kohort atau kasus kontrol

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai hubungan kadar lipid

darah terhadap terjadinya nefropati diabetik serta memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian seperti obat-obatan yang

dikonsumsi.

4. Perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan kultur urin pada penderita

nefropati diabetik.

5. Perlu dilakukan pemeriksan profil lipid darah mencakup kadar kolesterol

total, trigiliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada setiap pasien

DM tipe 2.

6. Perlu dilakukan pemeriksaan urinalisa urin pada setiap pasien DM tipe 2.

53

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. Position Statement: Diagnosis and

Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2011; 34(Suppl

1):S62-S69.

2. Infodatin. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

3. Diabetes: The Problem and The Solution. World Health Organization;

2010.

4. PERKENI. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia . Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015.

5. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.

Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2013.

6. Arsono S. Diabetes Melitus sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal

Ginjal Terminal. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005.

7. Wulandari, Anggun Desi. Hubungan Dislipidemia Dengan Kadar

Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik.

Semarang: Universitas Diponerogo; 2012.

8. Sudoyo Aru W, Setyohadi B, Idrus A, Marcellus SK, Setiati S. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Pubslishing; 2009.

9. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, et al.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th

Edition. New York:

McGraw-Hill Companies; 2012.

10. Sumantri, Stevent. Sindrom Metabolik Dan Nefropati Diabetik Pada

Diabetik Melitus Tipe. Jakarta: FK-UI; 2010.

54

11. Cooper ME. Pathogenesis, Prevention And Treatment Of Diabetic

Nephropathy. Lancet. 1998; 352:213-219.

12. Ismail N, Becker B, Strzelczyk P, et al. Renal Disease And

Hypertension In Non–Insulin-Dependent Diabetes Mellitus. Kidney

Int. 1999; 55:1-28.

13. Gross, Jorge L, Mirela J. De Azevedo, Sandra P. Silveiro, et al.

Review Article: Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and

Treatment. Diabetes Care. 2005; 28(1).

14. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.

Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

UI; 2012

15. Adam, J.M.F. Dislipidemia. Dalam: AW Sudoyo, B Setiyohadi, I alwi,

M Simadibrata K, S Setiadi (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid III. Edisi 8. Jakarta : Interna Publishing; 2014.

16. Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology edition

12th

. USA: Elsevier Saunders; 2014

17. Suhartono T. Dislipidemia pada Diabetes Melitus. Dalam: Darmono,

Suhartono T, Pemayun TG, Padmomartono FS, editors. Naskah

Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit

Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

18. Gilman, A.G. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi,

diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi

X,877, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta; 2007.

19. Boedhi-Darmojo R. Bersama MONICA Melaksanakan Hidup Sehat.

Bunga Rampai Karangan Ilmiah Prof. Dr. R. Boedhi-Darmojo.

Semarang: FK Undip; 1994: 433-50.

20. Martono H PK, Rahayu RA, Joni B, Huda IS, Murti Y. Diabetes

melitus pada lanjut usia. In: Darmono ST, dkk editor. Naskah lengkap

diabetes melitus. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;

2007.

55

21. Widiana IGR, Rully Roesli, Ketut Suwitra. Microalbuminuria in

nnon-insulin dependent diabetes mellitus : an Indonesian Experience.

Medical Journal Indonesia. 1998; 3(3).

22. Chen, Szu-chi, Chin-Hsiao Tseng. Dyslipidemia, Kidney Disease, and

Cardiovascular Disease in Diabetic Patients. The Review of Diabetic

Studies .2013; 10(2-3):88-100.

23. Yamato, et al. Significant Increase of Apoliprotein B48 Levels by a

Standard Test Meal in Type 2 Diabetic Patients with Nephropathy.

Journal of Atherosclerosis and Thrombosis. 2008; 15(4):199-205.

24. Avramoglu RK, Qiu W, Adeli K. Mechanisms of Metabolic

Dyslipidemia in Insulin Resistant States : Deregulation of Hepatic and

Intestinal Lipoprotein. Front Biosci. 2003; 464-476.

25. Jones, Ana. Biochemistry of Lipids, Lipoproteins and Membrans :

Lipoprotein structure Ed 4th

. Elsevier Science B.V. 2002; 483-504.

26. Marks, Dawn B, Allan D. Marks, Collen M. Smith. Biokimia

Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC; 2000:

515-530.

27. Botham KM, Mayes PA. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid.

Dalam: Wulandari N, Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, Dany L,

Rachman LY,ed. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2006:225-

249.

28. Wijaya A. Lipid, Lipoprotein and their Metabolism. Dalam : Makalah

Lengkap Kursus Dasar Lipid. Laboratorium Biomedik. Malang: FK

UNIBRAW; 2002

29. Zannis VI, Kypreos KE, Dimitris AC. Lipoproteins and

Atherogenesis. Dalam: Loscalzo J,ed. Molecular Mechanisms of

Atherosclerosis. USA: Taylor & Francis; 2005: 154-244.

30. Rader DJ, Hobbs HH. Disorders of Lipoprotein Metabolism. Dalam:

Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson

56

JL, ed. Harrison’s Endocrinology. New York, NY: McGraw-Hill;

2010: 323-346.

31. Foster, DW, Wilson JD. Textbook of endocrinology. Ed 8th

. USA :

WB Sounders Guarter; 1992: 11-15.

32. Widiastuti, Estiani. Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Metoda Direk

dengan Formula Friedewald ( Pada Penderita Diabetes Melitus).

PPDS-I Bagian Patologi Klinik. Semarang: FK UNDIP; 2003

33. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis: Terapi

Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Jakarta; 2015.

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis data

a. Diagram batang kadar kolesterol LDL pada penderita Nefropati Diabetik

b. Diagram batang kadar trigliserida pada penderita Nefropati Diabetik

58

(Lanjutan)

c. Diagram batang kadar kolesterol LDL pada penderita Nefropati Diabetik

d. Diagram batang kadar kolesterol HDL pada penderita Nefropati Diabetik

59

Lampiran 2. Data sampel penelitian

No.RM Nama jenis kelamin

kolesterol total trigliserida

kolesterol HDL

kolesterol LDL proteinuria

97358 SR perempuan 262 103 71 170 negatif

99018 MY perempuan 158 166 16 109 negatif

95250 SC perempuan 253 224 28 180 negatif

41218 ST perempuan 219 174 19 165 negatif

39893 RM perempuan 283 119 63 196 negatif

45009 RH perempuan 236 155 34 171 negatif

99057 IC perempuan 226 182 46 144 negatif

82299 ST perempuan 186 180 34 116 positif

81631 MS perempuan 208 176 41 132 positif

88717 NN perempuan 159 243 11 99 positif

96921 KR perempuan 188 92 54 116 positif

98196 NK perempuan 225 155 50 144 positif

76616 SU perempuan 319 316 67 189 positif

70109 IR perempuan 119 121 35 57 positif

93129 MT perempuan 112 154 11 70 positif

102438 SK perempuan 156 123 15 116 positif

43497 AM perempuan 157 86 43 97 positif

53981 RN perempuan 273 163 37 203 positif

39605 TM perempuan 245 259 61 132 positif

98015 WL perempuan 216 129 65 125 positif

62683 RL perempuan 187 242 31 108 positif

60

Lampiran 3. Surat izin pengambilan data rekam medis dari /RSU Kota

Tangerang Selatan

61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Rohman Sungkono

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Bangkinang, 01 Januari 1996

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Dusun Merbau RT 01 RW 02 Kec.Salo Timur, Kab.

Kampar, Bangkinang, Riau.

Nomor Telepon/Hp : 082390380131

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Tahun 2001-2007 : SDN 09 Langgini

2) Tahun 2007-2010 : SMP Uswatun Hasanah

3) Tahun 2010-2013 : MAN 2 Model Pekanbaru

4) Tahun 2013-Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta