PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN...

72
PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI DAN JEROAN SKRIPSI AUMA IRAMA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN...

Page 1: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN

RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING

SAPI DAN JEROAN

SKRIPSI

AUMA IRAMA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

RINGKASAN

AUMA IRAMA. D14204002. 2009. Profil Trigliserida, Kolesterol Darah dan

Respon Fisiologis Tikus Wistar yang Diberi Ransum Mengandung Gulai

Daging Sapi dan Jeroan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

Konsumsi daging bagi sebagian masyarakat cenderung dikaitkan dengan

peningkatan kolesterol tubuh yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif,

yaitu penyakit yang diakibatkan oleh penurunan kondisi metabolisme tubuh karena

faktor pertambahan usia (umur), seperti: penyakit jantung koroner, stroke,

atherosklerosis dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat memunculkan opini negatif

masyarakat untuk takut (fobia) terhadap kolesterol yang berasal dari daging merah,

sehingga hal ini akan berdampak terhadap perkembangan subsektor peternakan

umumnya dan terhadap ternak ruminansia khususnya (daging sapi dan jeroan).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsumsi gulai daging sapi

berlemak yang ditambah jeroan terhadap profil lemak dan kolesterol darah tikus serta

kaitannya sebagai pemicu penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.

Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

sebagai tempat persiapan perlakuan dan pemeliharaan hewan percobaan; analisis

proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Institut Pertanian Bogor; dan analisis profil lemak darah dan kolesterol hewan

percobaan dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Bogor. Penelitian ini dilakukan

selama 3 bulan, yaitu dari bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk analisis

profil lemak dan kolesterol darah dan RAL subsampling untuk pengukuran respon

fisiologis. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur LMR-wistar umur 28 hari.

Tikus tersebut dibagi menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri

atas 7 ekor tikus percobaan. Kelompok pertama (P0) yaitu kelompok yang diberi

ransum mengandung protein kasein, sedangkan kelompok kedua (P1) merupakan

kelompok yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan. Sebelum

penelitian dilakukan seluruh tikus diadaptasikan selama 5 hari yang diberi ransum

basal mengandung protein kasein. Masa perlakuan dilakukan selama 20 hari dan air

minum diberikan ad libitum. Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar

kolesterol total, kolesterol high density lipoprotein (HDL), kolesterol low density

lipoprotein (LDL), indeks atherogenik dan kadar trigliserida darah, serta respon

fisiologis (laju pernafasan, detak jantung, dan suhu tubuh). Analisis data dilakukan

dengan menggunakan program Minitab 14 dan program komputer Microsoft Excel.

. Hasil penelitian terhadap tikus sebanyak 14 ekor menunjukkan bahwa tikus

yang diberi konsumsi gulai daging sapi dan jeroan tidak menunjukkan kadar

kolesterol, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan indeks atherogenik

darah, serta respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, detak jantung, dan suhu

tubuh yang berbeda dengan tikus yang diberi kasein sebagai sumber protein.

Kata-kata kunci : Kolesterol, trigliserida, respon fisiologis, gulai daging sapi jeroan

Page 3: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

ABSTRACT

Blood Triglyceride and Cholesterol Profile and Physiological Responses

of Wistar Rats with Diets Containing Beef Curry and Offal

Irama, A., T. Suryati and H. Nuraini

The objective of this research was to study the effect of diet containing beef curry

and offal on profile triglyceride, blood cholesterol and physiological responses of

wistar rats. Fourteen male LMR-wistar rats, 50-65 grams of body weight age 28 days

and 5 weeks of age were used in this research. The rats divided into two groups. First

group (P0) consisted of seven rats fed with casein diet and second (P1) consisted of

seven rats fed with beef curry and offal. Before this research began, rats were

adapted for 5 days and fed basal diet that consisted of casein, and treatment would

take 20 days. Feed and water diet were given ad libitum. The experimental design

that used in this research was complete randomized design for the blood analysis and

subsampling on complete randomized design for physiological responses. The result

of this study showed that diet treatment cause no significant effect to blood

cholesterol of level, high density lipoprotein-cholesterol (HDL-cholesterol), low

density lipoprotein-cholesterol (LDL-cholesterol), triglyceride, atherogenic index

(AI); and also physiological responses of breath rate (respiration), heart rate, and

body temperature.

Keywords : cholesterol, triglyceride, physiological responses, beef curry and offal

Page 4: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN

RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING

SAPI DAN JEROAN

AUMA IRAMA

D14204002

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN

RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING

SAPI DAN JEROAN

Oleh

AUMA IRAMA

D14204002

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan

Komisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Desember 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

NIP. 132 159 706 NIP. 131 845 347

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr.

NIP. 131 955 531

Page 6: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 10 Oktober 1985 di Naggroe Aceh Darussalam. Lahir

dari pasangan Muhammad Khalidin dan Umi Selamah di sebuah desa kecil Gantung

Geluni, Blangkejeren, Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Pendidikan dasar

diselesaikan di SD Muhammadiyah No. 12 Blangkejeran pada tahun 1998,

pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Blangkejeren tahun

2001, pendidikan atas di SMA Negeri 1 Blangkejeren, Gayo Lues, NAD pada tahun

2004 dan pada tahun yang sama penulis diterima pada program studi Teknologi Hasil

Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti organisasi pada berbagai

lembaga kampus, seperti: Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Fakultas Peternakan

(FAMM AL-AN’AM), sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

tahun 2006-2007, Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Fakultas Peternakan (HIMAPROTER), sebagai ketua Departemen Human Resource

and Development (HRD) tahun 2007, lembaga internal kampus Fakultas Peternakan

tahun 2008, Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR) Nanggroe Aceh Darussalam,

sebagai staf PSDM tahun 2006-2007 dan pernah menjadi asisten pada mata kuliah

Pendidikan Agama Islam tahun 2008, Teknologi Pengolahan Daging tahun 2008-

2009 dan Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan tahun 2008-2009. Penulis juga

aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus, yaitu mengikuti program kreativitas

mahasiswa (PKM) dan didanai pada tingkat IPB, aktif mengikuti berbagai seminar,

baik internal kampus, maupun luar kampus guna menambah pengetahuan umum dan

keahlian penulis, dan aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh

pihak IPB.

Page 7: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Alhamdulillah, itulah kata yang pantas penulis ucapkan sebagai bentuk puji

syukur penulis kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Trigliserida,

Kolesterol Darah dan Respon Fisiologis Tikus Wistar yang Diberi Ransum

Mengandung Gulai Daging Sapi dan Jeroan”. Skripsi ini ditulis sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan sejak bulan Nopember 2007 sampai dengan Januari 2008

di Laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium

Klinik Prodia Bogor, dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan

Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan merupakan produk populer

yang sering dikonsumsi oleh masarakat dalam bentuk olahan berupa gulai karena

rasanya yang khas. Masyarakat sebagai konsumen yang mengkonsumsi daging sapi

dan jeroan terutama dalam bentuk olahan gulai terkadang cenderung menganggap

produk olahan tersebut sebagai pemicu timbulnya penyakit jantung, sroke, dan

pembuluh darah (kardiovaskuler) yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,

kadar kolesterol darah dan terjadinya penyumbatan (plaque) dan pengerasan

pembuluh darah (atherosklerosis).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengevaluasi pengaruh

konsumsi gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan terhadap kadar

kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, indeks atherogenik

serta respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, suhu tubuh dan detak jantung.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran terhadap konsumsi produk hasil

ternak (gulai daging sapi berlemek yang ditambah jeroan) serta pengaruhnya

terhadap pemicu penyakit jantung dan pembuluh darah. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga tulisan ini

bermanfaat bagi pembaca, baik kalangan akademisi, maupun masyarakat.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 8: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................. i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

Latar Belakang ..................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

Definisi Daging .................................................................................... 3

Komposisi Kimiawi Daging Sapi ........................................................ 3

Air ........................................................................................... 3

Protein ..................................................................................... 3

Lemak ..................................................................................... 4

Abu .......................................................................................... 4

Kalori ...................................................................................... 4

Jeroan Sapi ........................................................................................... 4

Lipida dan Kolesterol ........................................................................... 5

Trigliserida ............................................................................... 5

Kolesterol ................................................................................ 7

Lipoprotein ............................................................................... 8

Peranan High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density

Lipoprotein (LDL) terhadap Kolesterol Darah ....................... 9

Atherosklerosis dan Proses Pembentukannya .......................... 10

Penyakit Degeneratif ........................................................................... 13

Transpor Lemak .................................................................................. 13

Jalur Eksogen ........................................................................... 13

Jalur Endogen .......................................................................... 14

Kadar Kolesterol Otot .............................................................. 14

Indeks Atherogenik .............................................................................. 16

Tikus sebagai Hewan Percobaan ......................................................... 16

Respon Fisiologis ................................................................................. 17

Sistem Homeostatis .................................................................. 18

Laju Pernafasan ........................................................................ 18

Denyut Jantung ........................................................................ 18

Suhu Tubuh .............................................................................. 19

Page 9: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

viii

Pengambilan Sampel Darah Tikus ....................................................... 19

Plasma dan Serum Darah ......................................................... 19

Bumbu Gulai ........................................................................................ 20

Garam ....................................................................................... 20

Bumbu Masakan Siap Saji ....................................................... 20

Santan Kelapa .......................................................................... 21

Kunyit ...................................................................................... 21

Bawang Putih ........................................................................... 22

Bawang Merah ......................................................................... 22

METODE ......................................................................................................... 23

Lokasi dan Waktu ................................................................................ 23

Materi ................................................................................................... 23

Produk Olahan Daging ............................................................. 23

Percobaan in Vivo dan Analisis Darah Tikus ........................... 23

Prosedur ............................................................................................... 24

Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan ............................... 25

Penyusunan dan Pembuatan Ransum Hewan Percobaan ........ 26

Percobaan in Vivo Ransum Perlakuan ..................................... 27

Pengambilan Sampel Darah ..................................................... 27

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ............................................. 27

Peubah yang Diamati ........................................................................... 29

Kadar Air ................................................................................. 29

Kadar Protein ........................................................................... 29

Kadar Lemak ............................................................................ 30

Kadar Abu ................................................................................ 30

Kadar Kolesterol (Metode Lieberman – Buchards) ................. 30

Pengamatan Respon Fisiologis ................................................ 31

Analisis Profil Lemak dan Kolesterol Darah ........................... 31

Kadar Kolesterol Total (Rodriguez et al., 2000). ........ 32

Kadar Trigliserida (Rodriguez et al., 2000). ................ 32

Kadar Kolesterol HDL (Rodriguez et al., 2000). ........ 32

Kadar Kolesterol LDL (Matsubara et al., 2002) .......... 33

Indeks Atherogenik (Matsubara et al., 2002) .............. 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 34

Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Tikus

Wistar selama Percobaan .................................................................... 34

Respon Fisiologis Tikus Wistar

(Laju Pernafasan, Denyut Jantung dan Suhu Tubuh) ......................... 35

Laju Pernafasan ........................................................................ 36

Denyut Jantung ........................................................................ 37

Suhu Tubuh .............................................................................. 38

Profil Lemak dan Kolesterol Darah (Trigliserida, Kolesterol Total,

Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL) ................................................ 39

Kadar Kolesterol Total Tikus Percobaan ............................... 40

Kadar Trigliserida .................................................................... 42

Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein (k-HDL) ............. 43

Page 10: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (k-LDL) .............. 44

Indeks Atherogenik .................................................................. 45

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 46

Kesimpulan .......................................................................................... 46

Saran..................................................................................... ............... 46

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

LAMPIRAN ................................................................................................. 53

ix

Page 11: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Asam Lemak Ternak Sapi dengan Ternak Lainnya ....... 4

2. Komposisi Jeroan Daging Sapi ............................................................. 5

3. Perbandingan Kadar Kalori, Lemak, dan Kolesterol pada Daging Sapi

dengan Daging Ternak Lainnya dalam 100 g Bahan ............................ 12

4. Kadar Kolesterol Otot dari Musculus longissimi thoracis et lumborum 15

5. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lean dan Offal .......................... 15

6. Data Fisiologis Tikus Percobaan yang Direkomendasikan ................... 17

7. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol Sumber Protein Kasein ............... 26

8. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Sumber Protein

Daging Sapi dan Jeroan ........................................................................ 26

9. Bobot, Kenaikan Bobot Badan dan Tingkat Konsumsi Nutrisi Tikus .

Percobaan ............................................................................................ 34

10. Hasil Pengukuran Respon Fisiologis Tikus Percobaan ....................... 36

11. Profil Lemak dan Kolesterol Darah Tikus Percobaan ......................... 40

Page 12: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Kimia Kolesterol ...................................................................... 7

2. Pembentukan Plaque pada Arteri ........................................................... 10

3. Tahapan Pembentukan Atherosklerosis ................................................. 11

4. Tahapan Penelitian ................................................................................. 19

5. Tahapan Proses Pembuatan gulai Daging Sapi dan Jeroan .................... 31

6. Pengamatan Respon Fisiologis Tikus Percobaan ................................... 25

Page 13: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Proksimat Ransum ......................................................... 54

2. Hasil Analisis Proksimat Kasein Ransum ............................................. 54

3. Hasil Analisis Proksimat Gulai Daging Sapi Berlemak yang ...............

Ditambah Jeroan .................................................................................... 54

4. Komposisi Analisis Kolesterol Padatan ................................................ 55

5. Komposisi Bahan Makanan .................................................................. 55

6. Hasil Analisis Komponen Darah ........................................................... 55

7. Analisis Kruskal-Wallis Bobot Akhir Tikus Percobaan ....................... 56

8. Analisis Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus Percobaan ............. 56

9. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Darah Tikus Percobaan ..... 56

10. Analisis Kruskal-Wallis Kadar LDL darah Tikus Percobaan ................ 56

11. Analisis Kruskal-Wallis Kadar HDL Darah Tikus Percobaan .............. 56

12. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Trigliserida Darah Tikus Percobaan .... 57

13. Analisis Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik ........................................ 57

14. Analisis Ragam Respon Denyut Jantung Tikus Percobaan ................... 57

15. Analisis Ragam Respon Laju Pernafasan Tikus Percobaan .................. 57

16. Analisis Ragam Respon Suhu Tubuh Tikus Percobaan ......................... 58

17. Formula Komposisi Ransum Tikus Percobaan ...................................... 58

18. Komposisi Kimia Kebutuhan Nutrisi (NRC) Tikus (90 % BK) ............ 59

Page 14: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging merupakan pangan yang sangat populer dan sudah sangat dikenal di

kalangan masyarakat luas. Daging memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan merupakan

salah satu produk yang berkontribusi bagi pemenuhan gizi masyarakat karena daging

merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral terutama Fe. Kebutuhan

masyarakat akan daging yang mengandung protein hewani semakin meningkat,

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta bertambahnya

pengetahuan masyarakat akan peranan gizi seimbang.

Konsumsi daging bagi sebagian masyarakat cenderung dikaitkan dengan

peningkatan kolesterol tubuh yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif

yaitu penyakit jantung koroner, atherosklerosis dan pembuluh darah. Kondisi ini

dapat memunculkan opini negatif masyarakat untuk takut atau fobia terhadap

kolesterol, yang akan berdampak terhadap perkembangan subsektor peternakan

umumnya dan terhadap ternak ruminansia khususnya (daging sapi dan jeroan).

Lemak dan kolesterol merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Kolesterol berfungsi untuk transpor lemak dalam darah dan sebagai penyusun

membran sel jaringan tubuh juga berkontribusi sebagai sumber energi bagi tubuh.

Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh

dalam jumlah yang tepat. Sel hati akan memproduksi kolesterol apabila asupannya

tidak mencukupi. Komponen tersebut dapat meningkat jumlahnya oleh asupan

makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan lain sebagainya.

Daging hewan terutama daging merah yang mengandung lemak dan jeroan

sapi cenderung dianggap masyarakat sebagai pemicu timbulnya penyakit jantung

(kardiovaskuler) karena kandungan lemak dan kolesterolnya. Konsumsi lemak jenuh

yang tinggi cenderung akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol low density

lipoprotein (LDL-kolesterol). Kolesterol low density lipoprotein (LDL-kolesterol)

berperan dalam pengangkutan lemak jenuh dan kolesterol dari hati sampai ke seluruh

jaringan tubuh. Aktivitas kolesterol LDL sebaliknya berbeda dengan kolesterol high

density lipoprotein (HDL-kolesterol) yang berperan mengangkut lemak dan

kolesterol dari jaringan ke organ hati untuk dimetabolis dan dibuang melalui sintesis

garam empedu. Perbandingan konsentrasi kolesterol LDL terhadap kolesterol HDL

Page 15: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

seringkali dijadikan sebagai indikator tingkat resiko penyakit jantung dan pembuluh

darah. Resiko semakin tinggi apabila kadar kolsterol LDL lebih tinggi dibandingkan

kolesterol HDL dalam darah.

Mekanisme timbulnya penyakit jantung dan penyakit akibat pola konsumsi

daging masih memerlukan pembuktian dan penelitian untuk memastikan apakah

konsumsi lemak dan jeroan merupakan salah satu pemicu timbulnya penyakit

jantung dan penyempitan pembuluh darah melalui penggunaan tikus percobaan

sebagai hewan laboratorium. Penelitian ini berupaya mencari pembuktian dan untuk

memastikan apakah konsumsi daging sapi dan jeroan merupakan salah satu pemicu

timbulnya penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah, melalui pengukuran

kadar koleterol darah, kadar trigliserida darah, kolesterol high density lipoprotein

(HDL-kolesterol), kolesterol low density lipoprotein (LDL-kolesterol), indeks

athorogenik, dan pengukuran respon fisiologis yang meliputi : laju pernafasan,

denyut jantung dan suhu tubuh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

bukti yang dapat menjelaskan tentang persepsi negatif masyarakat dalam

mengkonsumsi daging merah.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsumsi gulai daging

sapi berlemak yang ditambah jeroan terhadap profil lemak dan kolesterol darah tikus

serta kaitannya terhadap potensi sebagai pemicu penyakit jantung dan penyakit

pembuluh darah.

2

Page 16: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Daging

Daging menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) didefinisikan sebagai

urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir,

hidung, dan telinga yang berasal dari hewan ternak yang sehat waktu dipotong (SNI

01-3947-1995). Bahar (2003) menjelaskan, bahwa daging terdiri atas jaringan otot.

Jaringan otot terdiri dari 3 macam, yaitu jaringan otot rangka, jaringan otot jantung

(cardiac), dan jaringan otot halus. Jaringan otot rangka adalah jaringan otot yang

menempel secara langsung atau tidak langsung pada tulang, yang menimbulkan suatu

gerakan, dan atau memberikan bentuk pada tubuh. Secara ekonomis, jaringan otot

rangka merupakan bagian yang terpenting dan utama dari karkas.

Selain mengandung nutrisi yang baik bagi pertumbuhan seperti protein yang

tinggi serta asam-asam amino essensial yang cukup dan berimbang, daging ternak

pun berkontribusi dalam memberikan sumber energi berupa lemak. Komponen

utama lemak hewan adalah palmitat, stearat dan oleat dengan sejumlah linoleat dan

sangat sedikit asam arakidonat (Poedjiadi, 1994).

Komposisi Kimiawi Daging Sapi

Daging memiliki beberapa komposisi kimiawi berdasarkan proksimat

diantaranya kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, serta kandungan kalori.

Air

Komposisi kimiawi terbesar dari daging sapi adalah air, berdasarkan

potongan komersial yaitu sebesar 66,6 % pada bagian round; 60,8 % pada bagian

chuck; 47,2 % pada bagian rib; 56,5 % pada bagian rump; dan 55,7 % pada bagian

sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Protein

Komposisi kimiawi daging sapi lainnya yaitu protein, berdasarkan potongan

komersial, yaitu sebesar 20,2 % pada bagian round; 18,7 % pada bagian chuck; 14,8

% pada bagian rib; 17,4 % pada bagian rump; dan 16,9 % pada bagian sirloin (Price

dan Schweigert, 1971). Protein daging dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok

besar, yaitu miofibril, stroma, dan sarkoplasma (Lawrie, 1995). Masing masing

protein memiliki fungsi yang berbeda serta memberikan kontribusi pada daging.

3

Page 17: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lemak

Komposisi lemak daging sapi berdasarkan potongan komersial yaitu sebesar

12,3 % pada bagian round; 19,6 % pada bagian chuck; 37,4 % pada bagian rib; 25,3

% pada bagian rump; dan 26,7 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Keragaman nyata dalam komposisi lemak atau lipida terdapat antara jenis ternak

memamah biak dan ternak tidak memamah biak karena adanya hidrogenasi yang

disebabkan oleh mikroflora di dalam rumen. Tabel 1 di bawah ini membandingkan

asam lemak yang terdapat pada daging sapi dengan daging lainnya.

Tabel 1. Perbandingan Asam Lemak Ternak Sapi dengan Ternak Lainnya

Asam-Asam Lemak Persentase Asam Lemak dari Lipida (%)

Sapi Domba Babi

Miristat (14 : 0) 2 1 3

Palmitat (16 : 0) 29 25 28

Stearat (18 : 0) 20 25 13

Oleat (18 : 1) 42 39 46

Linoleat (18 : 2) 2 4 10

Linolena (18 : 3) 0.5 0.5 0.7

Sumber : Buckle et al., 1987

Abu

Kadar abu daging sapi berdasarkan potongan komersial yaitu sebesar 0,9 %

pada bagian round; 0,9 % pada bagian chuck; 0,6 % pada bagian rib; 0,8 % pada

bagian rump; dan 0,8 % pada bagian sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Kalori

Kandungan kalori daging sapi berdasarkan potongan komersial (per 100

gram) yaitu sebesar 197 kalori pada bagian round; 257 kalori pada bagian chuck; 401

kalori pada bagian rib; 303 kalori pada bagian rump; dan 313 kalori pada bagian

sirloin (Price dan Schweigert, 1971).

Jeroan Sapi

Jeroan sapi adalah komponen bagian dalam dari ternak sapi. Jeroan dapat

meliputi hati, ginjal, kepala, kedua kaki, paru-paru, usus, perut atau rumen, limpa dan

pankreas. Jeroan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang

4

Page 18: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

enak atau khas dan masih memiliki kandungan gizi tinggi disamping harganya yang

terjangkau. Menurut Kiernat et al. (1964) bahwa kandungan nutrisi yang terkandung

dalam hati dan paru-paru dalam 100 g dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Jeroan Daging Sapi

Sumber : Kiernat et al. , 1964

Lipida dan Kolesterol

Lemak adalah sekelompok senyawa organik yang terdiri atas elemen-elemen

yang sama dengan karbohidrat, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

tetapi jumlahnya berbeda. Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol (gliserin).

Asam lemak dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak tak jenuh yang harus

didatangkan dari luar tubuh, dan asam lemak jenuh yang merupakan senyawa lemak

yang dapat disenyawakan sendiri dalam tubuh (Soehardi, 2004). Lemak sebagai

bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, kloroform, tetapi tidak larut dalam air.

Lemak merupakan ikatan gliserol yang bersifat trihidrik dengan asam-asam lemak

yang bersifat monobasik, sehingga pada hidrolisa lemak terpecah menjadi tiga buah

molekul asam lemak dan satu molekul gliserol (Nicholl, 1976).

Ada tiga bentuk lemak utama yang didapatkan dalam diet manusia dan

hewan, yaitu: (1) gliserida, terutama trigliserida (triasilgliserol); (2) fosfolipida, dan

(3) sterol. Struktur lipida ditandai dengan relatif kurang mengandung oksigen.

Lemak hampir semua terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H) yang dapat

menyebabkan hidrofobik dan hampir semuanya tidak dapat bergabung dengan air

(Linder, 1992).

Trigliserida

Definisi trigliserida menurut Soehardi (2004) adalah lemak netral suatu ester

gliserol yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam

lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama

trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk

Bagian

Jeroan Sapi

Kandungan Gizi (%)

Protein Air Lipida Karbohidrat Kalori Abu

Hati 19,9 69,7 3,8 5,3 140 1,3

Paru-paru 18,5 77,2 3,7 0 107 1,0

5

Page 19: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

trigliserida. Enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi

gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah apabila sel

membutuhkan energi. Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam

lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung

karbohidrat (sederhana dan kompleks).

Lipida di dalam hati ada yang dioksidasi untuk menghasilkan energi dan ada

yang disimpan untuk cadangan. Mekanisme penyerapan trigliserida dari makanan

antara lain, senyawa trigliserida dalam makanan dicerna oleh enzim lipase usus dan

selanjutnya kembali diesterifikasi oleh cairan mukosa usus (Hawab et al., 1989).

Selama absorbsi lemak, trigliserida yang ada dalam epitel usus akan diekskresikan ke

organ limfa dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke

jaringan-jaringan di seluruh tubuh (Azain, 2004). Butiran lemak yang disebut

kilomikron tersebut masuk ke dalam darah melalui sistem limfatik. Kilomikron

memiliki diameter 0.1-1µm dan terdiri atas beberapa jenis kolesterol, lipoprotein

kulit, dan trigliserida sebagai komponen utama (Hawab et al., 1989).

Prawirokusumo (1994) menjelaskan bahwa lemak atau lipida disimpan di

dalam tubuh dalam bentuk trigliserida, yang dikenal sebagai proses lipogenesis

(deposisi lemak) yang terjadi akibat masukan energi melebihi keluaran energi. Proses

lipogenesis mendeposisikan lemak di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang

merupakan hasil sintesa dari asam-asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan

hormon insulin (Prawirokusumo, 1994). Selain lemak, kandungan karbohidrat juga

merupakan bahan untuk terjadinya lipogenesis yang menghasilkan asam-asam lemak

dan gliserol (Pilliang dan Djojosoebagio, 1990). Pendapat serupa dinyatakan

Soehardi (2004) bahwa trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam

lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung

karbohidrat (sederhana dan kompleks).

Trigliserida juga merupakan komponen lipida yang berperan dalam proses

metabolisme lipida di dalam tubuh. Kadar trigliserida, kolesterol total, dan LDL

dalam darah harus rendah. Kadar trigleserida yang ada di dalam darah dipengaruhi

oleh kadar lemak yang dicerna dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari

luar tubuh (Soehardi, 2004). Lemak dari makanan akan diubah menjadi kilomikron

6

Page 20: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

dan masuk ke saluran darah, dan setelah sampai di jaringan lemak atau otot akan

diubah menjadi trigliserida sebagai cadangan energi.

Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa (zat) kimia yang tergolong dalam kelompok

pelarut organik (compound organic) yang dikenal sebagai lipida yang tidak dapat

larut dalam air, tetapi larut dalam eter dan pelarut organik (solvent organic) lainnya.

Kolesterol berfungsi sebagai bahan baku pembentuk hormon steroid yang menjadi

bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi yang dibutuhkan untuk

memproduksi hormon korteks adrenal, hormon seks pada pria dan wanita, hormon

kelenjar anak ginjal dan untuk memproduksi garam empedu. Kolesterol dalam tubuh

berikatan dengan sejenis protein membentuk lipoprotein. Lipoprotein ini terbagi

menjadi low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL)

(Soehardi, 2004). Kolesterol seperti yang ditambahkan Mayers (1996) merupakan

kelompok steroid, suatu zat yang termasuk golongan lipida dengan rumus molekul

C27H45OH dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten. Hal ini karena

kolesterol mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada C5

dan C6 serta percabangan pada C10, C13 dan C17. Struktur kimia kolesterol dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol

Sumber: Mayes, 1996

Kolesterol menurut Jae (2003) merupakan salah satu komponen lemak.

Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita

disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak

merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak

disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya atau khususnya kolesterol

7

Page 21: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk

membentuk dinding sel-sel dalam tubuh.

Lipoprotein

Lipoprotein darah terdiri atas beberapa fraksi yaitu kilomikron, very low

density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density

lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Ikatan lipoprotein tersebut

yang paling perlu diketahui adalah LDL atau lipoprotein densitas rendah dan HDL

atau lipoprotein densitas tinggi. Kedua jenis LDL dan HDL mempunyai fungsi yang

berlawanan. Jenis LDL bersifat efek aterogenik dan disebut juga dengan kolesterol

jahat karena mudah melekat pada pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan

lemak yang lambat laun akan mengeras (membentuk flak) dan menyumbat pembuluh

darah yang disebut dengan aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh

darah arteri). Proses aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat

memicu terjadinya jantung koroner, apabila terjadi di pembuluh darah otak dapat

menyebabkan terjadinya stroke. Jenis HDL disebut juga dengan kolesterol baik

karena mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari

pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati selanjutnya dikeluarkan lewat empedu

(Assmann et al., 2004).

Kilomikron. Disintesis dalam mukosa usus, terutama mengandung trigliserida, dan

kurang lebih 98% dari berat keringnya berupa lipida. Kilomikron berfungsi utama

dalam pengangkutan lemak diet ke dalam tubuh. Selain itu, mengangkut pula

kolesterol yang sebelumnya diubah menjadi ester kolesterol sebelum bergabung

dengan kilomikron (Montgomery et al., 1993).

Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Jenis lipoprotein berkepadatan sangat

rendah (VLDL), mengandung sekitar 90% lipida (50-65 % adalah trigliserida).

VLDL disintesis dalam hati dan bertugas mengangkut trigliserida dari hati ke

jaringan lain, terutama jaringan adiposit (Montgomery et al., 1993).

8

Page 22: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Intermediate Density lipoprotein (IDL). Lipoprotein berkepadatan sedang terbentuk

dalam plasma selama terjadi perubahan VLDL menjadi LDL. Memiliki dua fungsi

utama, yaitu mengeluarkan kelebihan asam lemak dari hati dan mengambil ester

kolesterol yang telah terbentuk dalam plasma(Montgomery et al., 1993).

High Density Lipoprotein (HDL). Kolesterol lipoprotein densitas tinggi (k-HDL,

high density lipoprotein) dibagi menjadi tiga, yaitu HDL1, HDL2 dan HDL3.

Kolesterol lipoprotein densitas tinggi (k-HDL, high density lipoprotein) HDL1

didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan

pernah dihubungkan dengan induksi atherosklerosis. Komponen HDL adalah 13%

kolesterol, kurang dari 5% trigliserida dan 50% protein. Kadar HDL kira-kira sama

antara laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki

sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Individu dengan nilai

lipida yang normal, kadar HDL-nya relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45

mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada wanita) (Suyatna dan Handoko, 2002).

Low Density Lipoprotein (LDL). Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density

lipoprotein) merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia

(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan 50%

kolesterol (Suyatna dan Handoko, 2002).

Metabolit very low density lipoprotein (VLDL), fungsinya membawa

kolesterol ke jaringan perifer (untuk mensintesis membran plasma dan hormon

steroid). Kadar LDL plasma tergantung dari banyaknya faktor termasuk kolesterol

dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan

VLDL. Kolesterol LDL adalah komponen normal plasma dalam keadaan puasa.

Plasma mengandung LDL kadar tinggi tetap jernih setelah proses pendinginan

karena LDL berukuran relatif kecil (Suyatna dan Handoko, 2002).

Peranan High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density

Lipoprotein (LDL) terhadap Kolesterol Darah

Lipoprotein jenis LDL dan HDL memiliki fungsi yang berlawanan

(Montgomery et al., 1993). Low density lipoprotein (LDL) bersifat efek atherogenik

disebut juga dengan kolesterol jahat karena mudah melekat pada pembuluh darah dan

menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun mengeras (membentuk plaque)

9

Page 23: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

dan menyumbat pembuluh darah yang disebut dengan atherosklerosis (penyempitan

dan pengerasan pembuluh darah arteri). Proses atherosklerosis yang terjadi di

pembuluh darah jantung dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner.

Penyumbatan pembuluh darah pada otak dapat menyebabkan terjadinya gejala

stroke. Dorfman et al. (2004) menyebutkan, bahwa peningkatan konsentrasi plasma

HDL dapat melindungi dinding arteri terhadap pengembangan flak atherosklerotik,

yang difasilitasi oleh mekanisme balik transpor kolesterol, dalam mengeluarkan

kolesterol pada jaringan periferal menuju hati. Fungsi HDL inilah yang

mengasumsikan bahwa HDL disebut juga dengan kolesterol baik karena memiliki

efek antiatherogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan

jaringan lain menuju hati kemudian organ hati mengekskresikannya melalui empedu.

Gambar potongan melintang dari arteri serta pembentukan plaque di

dalamnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar tersebut menjelaskan aliran darah

normal serta aliran darah yang terhambat akibat pembentukan plague pada arteri.

Gambar 2. Pembentukan Plaque pada Arteri

Sumber: National Heart Lung and Blood Institute, 2006

Atherosklerosis dan Proses Pembentukannya

Aterosklerosis menurut Linder (1992) adalah penyakit pembuluh darah yang

ditandai dengan permukaan bagian dalam arteri besar membentuk plaque (raised

plaque) yang desebabkan oleh peninggian sel-sel, urat daging licin, serat, lipida serta

peninggian bagian dinding arteri dengan berbagai tingkat nekrose, kalsifikasi dan

hemoragi. Penyumbatan (plague) adalah penebalan suatu lapisan medial dari dinding

10

Page 24: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

arteri, yang menonjol ke arah lumen dan menyebabkan pengurangan aliran darah dan

elastisitas pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya occlusive

thrombi (pembekuan) dan dapat menyebabkan infark miokardium dan stroke. Plaque

yang kurang menonjol dan kompleks juga ada yang disebut dengan fatty stearaks;

terdiri dari proliferasi sel-sel urat daging licin bersama dengan berbagai level lipida

intraseluler dan ekstraseluler (Gambar 3-bagian A). Serat-serat jaringan pengikat

dalam fibrous plaque, selanjutnya membentuk semacam tutup atau topi di atas lipida

ekstraseluler bagian dalam dan puing seluler, membentuk peninggian dan selanjutnya

mengganggu lumen (Gambar 3-bagian B). Umumnya, ada hubungan antara umur

rata-rata dan terbentuk atau ditemukannya berbagai plaque yang dimulai dangan

garis-garis lemak (hanya ditemukan pada anak-anak) yang berkembang ke darah atau

menjadi fibrous flaque (sudah dapat ditemukan pada anak-anak remaja) sampai

pembentukan compleks raised plaque (Gambar 3-bagian B) sampai terjadinya

aterosklerosis dan pecahnya pembuluh darah (Gambar 3-bagian C).

A B C

Gambar 3. Tahapan Pembentukan Atherosklerosis

Sumber: Packard dan Libby, 2008

Hasil-hasil utama metabolik kolesterol sebagian besar berupa asam-asam

empedu. Ditinjau dari segi kuantitatif, Montgomery et al. (1993) menyebutkan,

bahwa produksi asam empedu merupakan jalur katabolik kolesterol paling penting.

Perubahan sinambung kolesterol menjadi asam empedu dalam hati mencegah tubuh

terlalu dibebani dengan kolesterol. Pengumpulan kolesterol yang berlebih akan

merugikan, karena kolesterol tidak dapat dirusak oleh oksidasi menjadi CO2 dan air.

Hal ini disebabkan karena jaringan mamalia tidak memiliki enzim yang mampu

mengkatabolis inti steroid. Mekanisme pengaturan kolesterol yang tidak berfungsi ini

menyebabkan penyakit patologis, yaitu artherosklerosis yang melibatkan

pengumpulan kolesterol pada dinding arteri. Fungsi utama kolesterol juga merupakan

bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol dalam tubuh berlebih

akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi

11

Page 25: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

yang disebut aterosklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.

Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Kolesterol

yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam

jumlah yang tepat. Kholesterol tersebut bisa meningkat jumlahnya karena makanan

eksternal yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan

sisa (junkfood) (Soehardi, 2004). Perbandingan kadar kalori, lemak, dan kolesterol

pada daging sapi dengan daging ternak lainnya dalam 100 g bahan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Kadar Kalori, Lemak dan Kolesterol Daging Sapi

dengan Daging Ternak lainnya dalam 100 g Bahan

Nama Daging Kalori (kal.) Lemak (mg) Lemak Jenuh (mg) Kolesterol (mg)

Daging Sapi 207 14,0 5,1 70

Daging Kerbau 84 0,5 * *

Daging

Kambing 154 9,2 3,6 70

Daging Domba 206 14,8 * *

Daging Babi 376 35,0 11,3 70

Daging Ayam 302 25,0 0,9 60

Keterangan: *( tidak ada data)

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2001

Daging sapi (Tabel 3) menurut Departemen Kesehatan RI (2001) memiliki

kandungan lemak sebesar 14 mg dalam 100 g, lebih tinggi dibandingkan lemak

yang terdapat pada daging kambing sebesar 9,2 mg/100 g dan daging kerbau sebesar

0,5 mg/100 g, akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan lemak yang terdapat

pada daging domba (14,8 mg/100 g), daging ayam (25 mg/100 g) dan lemak yang

terdapat pada daging babi (35 mg/100 g). Lemak jenuh yang terdapat pada daging

sapi sebesar (5,1 mg/100 g) dibandingkan daging kambing (3,6 mg/100 g) dan

daging ayam (0,9 mg/100 g) dan lebih rendah dibandingkan dengan daging babi

(11,3 mg/100 g). Kolesterol yang terdapat pada daging sapi, domba dan daging babi

umumnya sama, yaitu sebesar 70 mg/100 g, sedangkan daging ayam memiliki

kolesterol sebesar 60 mg dalam 100 g kolesterol.

12

Page 26: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang diakibatkan oleh penurunan

kondisi metabolisme tubuh karena faktor pertambahan usia (umur). Penyakit

degeneratif timbul karena faktor usia, tidak bisa disembuhkan namun dapat

dikendalikan. Penyakit degeneratif disebut juga dengan penyakit yang mengiringi

proses penuaan, seperti penyakit jantung koroner, stroke, atherosklerosis dan

pembuluh darah. Menjaga kesehatan tubuh merupakan salah satu cara untuk untuk

mencegah penyakit degeneratif, yaitu melalui gaya hidup sehat. Diagnosis dini

mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui resiko penyakit

degeneratif yang timbul, sehingga dapat dicegah dengan mengubah pola makanan

dan gaya hidup. Diagnosis secara dini disisi lain merupakan satu-satunya cara untuk

mengendalikan penyakit kronik yang sangat mahal dan fatal (Rugmono, 2007).

Transport Lemak

Lemak dalam darah sebagaimana yang dijelaskan oleh Poedjiadi (1994)

merupakan lemak yang diangkut dalam tiga bentuk yaitu kilomikron, partikel

lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin.

Kilomikron menyebabkan darah tampak keruh, terdiri atas lemak 81-82 %, protein

2%, fosfolipid 7% dan kolesterol 9%. Kekeruhan akan hilang dan darah menjadi

jernih kembali karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein

lipase. Lipoprotein lipase sebagian besar terdapat pada jaringan dan dalam jumlah

banyak pada jaringan adipose dan otot jantung. Lemak yang diabsorpsi diangkut ke

hati kemudian lemak diubah menjadi fosfolipid yang kemudian diangkut ke organ-

organ maupun jaringan-jaringan tubuh. Lemak dalam darah diangkut dengan dua

cara, yaitu jalur eksogen dan jalur endogen (Smaolin dan Grosvenor, 1997).

Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Trigliserida dalam

kilomikron di bawa ke dalam aliran darah dan mengalami penguraian oleh enzim

lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan.

Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah

kembali menjadi trigliserida sebagai cadangan energi (Smaolin dan Grosvenor,1997).

13

Page 27: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan

kolesterol bebas. Kolesterol yang mencapai organ hati sebagian diubah menjadi asam

empedu, yang akan dikeluarkan melalui usus yang berfungsi seperti detergen dan

membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Ditambahkan lagi oleh Smaolin

dan Grosvenor, 1997), bahwa kolesterol sebagian lagi dikeluarkan melalui saluran

empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan

mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen.

Jalur Endogen

Trigliserida dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density

lipoprotein (VLDL), yang kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein

lipase menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). Pembentukan trigliserida

dalam hati akan meningkat apabila makanan sehari-hari mengandung karbohidrat

yang berlebihan. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian

membentuk trigliserida. Intermediate density lipoprotein (IDL) melalui beberapa

tahap proses akan berubah menjadi low density lipoprotein (LDL) yang kaya akan

kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia

mengandung partikel LDL, yang mana LDL ini berfungsi menghantarkan kolesterol

ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, di

mana pertama-tama akan berikatan dengan high density lipoprotein (HDL). Aktivitas

HDL juga membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh (Smaolin dan

Grosvenor, 1997).

Kadar Kolesterol Otot

Kolesterol merupakan lemak jaringan yang terdapat dalam lemak

intramuskuler (marbling), yang deposisinya dipengaruhi oleh spesies ternak, umur

dan lokasi otot (Soeparno, 1992). Kisaran kandungan kolesterol jaringan otot

menurut Seman dan McKenzie-Parnell (1989) sedikit bervariasi antar spesies.

Semakin meningkat umur individu, maka kadar kolesterol cenderung meningkat.

Kadar kolesterol terdapat pada Tabel 4 pada Musculus longgissimi thoracis et

lumborum beberapa jenis ternak yang terlihat dari beberapa jenis ternak dengan

tingkat umur yang berbeda, yaitu anak (3-4 bulan) dan ternak muda (sekitar 12

14

Page 28: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

bulan). Kandungan kolesterol terdapat pada Tabel 5 menunjukkan dalam daging lean

dan offal dalam 100 g.

Tabel 4. Kadar Kolesterol Otot dari Musculus longissimi thoracis et

lumborum

Bangsa Ternak Anak (3-4 bulan) Muda (sekitar 12 bulan)

------------------------------ mg / 100 g ----------------------------------

Sapi Bali 1)

- 97,87

Kerbau 1)

- 98,69

Sapi PO 1)

- 92,81

Domba 2)

121,60 92,87

Kambing 2)

118,50 109,48

Keterangan: 1. Komariah, 1997

2. Sakuntal, 1987

Tabel 5. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lean dan Offal

Sumber Kolesterol (mg/100 g)

Daging Sapi 59

Daging Domba 79

Daging Babi 69

Ginjal Sapi 400

Ginjal Domba 400

Ginjal Babi 410

Hati Sapi 270

Hati Domba 430

Hati Babi 260

Sumber: Paul dan Squthgate, 1978

Kandungan kolesterol dalam daging lean dan offal (Tabel 5), kandungan

kolesterol daging sapi tidak berbeda jauh dengan kolesterol daging kambing, domba,

dan babi. Kolesterol yang terdapat pada daging ayam lebih rendah dibandingkan

dengan beberapa produk susu dan hasil olahan daging ayam serta makanan asal laut.

Daging sapi mengandung kolesterol sebanyak 59 mg persen, ikan dan domba adalah

70 mg persen sedangkan untuk daging kambing 76 mg persen. Kandungan kolesterol

daging babi dan ayam adalah 60 mg persen. Hal ini memperlihatkan, bahwa

15

Page 29: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

kandungan kolesterol setiap otot Musculus longissimi thoracis et lumborum setiap

ekor ternak hampir seimbang.

Indeks Atherogenik

Nilai indeks atherogenik ini sangat tergantung dengan kadar HDL. Indeks

atherogenik merupakan indikator untuk mengetahui resiko atherosklerosis yang

menjadi penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Kadar HDL yang semakin

tinggi menyebabkan indeks atherogenik semakin rendah sehingga resiko terjadinya

atherosklerosis juga semakin kecil. Nilai indeks atherogenik ideal untuk laki-laki

adalah di bawah 4,5 dan untuk wanita di bawah 4,0 (Sihombing, 2003).

Tikus sebagai Hewan Percobaan

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) taksonomi tikus putih

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Klas : Mamalia

Sub Klas : Theria

Ordo : Rodentia

Sub Ordo : Myomorpha

Famili : Muridea

Sub Famili : Murinae

Genus : Rattus

Species : Rattus novergicus

Tikus yang sering digunakan dalam penelitian adalah jenis tikus putih Rattus

norvegicus yang berjenis kelamin jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam

kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain dan jika dipegang dengan cara

yang benar tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus putih yang biasa dijadikan sebagai hewan laboratorium terdiri atas lima

macam yaitu Long Evans, Osborne mendel, Sherman, Sparague dawley, dan Wistar.

Tikus percobaan memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah: (1) nocturnal,

yaitu aktifitasnya pada malam hari dan tidur pada siang hari, (2) tidak mempunyai

gall blader (kantung empedu), (3) tidak dapat mengeluarkan isi perut (muntah), dan

16

Page 30: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

(4) tidak pernah berhenti tumbuh, walaupun kecepatan pertumbuhannya akan

menurun setelah berumur 100 hari (Muchtadi, 1989).

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) faktor yang mempengaruhi

kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berkembangbiak serta

aktifitas hidup sehari-hari adalah kualitas makanan. Makanan tikus tidak berbeda

seperti hewan percobaan lainnya yang membutuhkan protein, lemak, energi dan

mineral. Makanan yang dikonsumsi tikus perhari setiap ekor berkisar 12-20 g dan

konsumsi minum 20-45 ml air. Makanan yang disediakan harus sesuai dengan

kebutuhan tikus agar dapat memenuhi nutrisi sesuai kebutuhan tikus.

Respon Fisiologis

Respon fisiologis merupakan perpaduan setiap fungsi dari semua sel dan

organ tubuh dalam kesatuan fungsional (Cunningham, 1997). Pengaturan yang

terjadi dapat melalui perubahan irama denyut jantung, laju pernafasan maupun suhu

tubuh. Peubah respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, denyut jantung, dan

suhu tubuh, merupakan suatu parameter fisiologis yang dapat mendukung terciptanya

sistem kerja homeostasis yang stabil karena adanya pengaruh lingkungan. Data

fisiologis tikus percobaan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6. Data Fisiologis Tikus Percobaan yang Direkomendasikan

Kriteria Penilaian Nilai

Denyut Jantung

Tekanan Darah

Suhu Tubuh

Kolesterol Serum

Lemak Serum

Trigliserida

Berat Dewasa

Berat Lahir

330-480/menit, turun menjadi 250

dengan anestesi dan naik menjadi 550

dalam stress

90-180 sistol, 60-145 diastol

36-39 oC (rata- rata 37,5

oC)

10-54 mg/100ml

70-415 mg/dl

26-145 mg/dl

300-400 g jantan, 250-300 g betina

5-6 g

Sumber: 1. Smith dan Mangkoewidjojo, 1988

2. Malole dan Pramono, 1989

17

Page 31: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Sistem Homeostatis

Hewan mamalia yang berdarah panas (homeotermik) dibekali oleh sistem

homeostasis yang berfungsi untuk mengendalikan diri sehingga tercapai

keseimbangan internal tubuh, baik yang berasal dari lingkungan luar maupun yang

berasal dari dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Ditambahkan lagi oleh Guyton

dan Hall (1997), bahwa sistem homeostasis merupakan suatu sistem pengendalian

diri sehingga tercapai keseimbangan di dalam tubuh. Hal ini dapat dijadikan suatu

ukuran dalam mempelajari gejala penyakit jantung dan pembuluh darah yang

timbul akibat mengkonsumsi bahan pangan. Daging sapi ditambah jeroan merupakan

bahan pangan hasil ternak yang dapat mempengaruhi nilai respon fisiologis

pengkonsumsinya akibat adanya komponen lemak yang mempengaruhi aktivitas

hormon-hormon yang berbahan dasar lemak seperti hormon steroid sehingga dapat

memicu paningkatan pompa aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Parameter

fisiologis mendukung terciptanya sistem homeostasis, yang nilainya meliputi sistem

kardiovaskuler, sistem pernafasan dan suhu tubuh.

Laju Pernafasan

Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup dua proses, yaitu

pernafasan luar (eksternal), yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh

secara keseluruhan serta pernafasan dalam (internal), yaitu penggunaan O2 dan

pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media

cair sekitarnya (Ganong, 1999). Respirasi atau pernafasan merupakan proses

memasukkan O2 ke jaringan tubuh untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2

hasil dari metabolisme.

Denyut Jantung

Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan

menyebar melalui sebuah sistem ke semua bagian miokardium dan pada keadaan

normal bagian-bagian jantung berdenyut dengan urutan teratur (Ganong, 1999).

Disampaikan juga oleh Ganong (1999), bahwa frekuensi denyut jantung merupakan

hitungan beberapa kali jantung berdenyut dalam satu menit. Frekuensi jantung

terutama dikendalikan oleh persyarafan jantung, rangsangan simpatis yang

meningkatkan frekuensi, dan rangsangan parasimpatis yang menurunkannya.

18

Page 32: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan salah satu kriteria dari penilaian respon fisiologis.

Suhu tubuh merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam yang bernilai konstan saat

pengukuran dan merupakan energi yang dimetabolisme dari makanan yang masuk

atau dari senyawa yang ada dalam tubuh (Ganong, 1999).

Pengambilan Sampel Darah Tikus

Tikus merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam

sebuah percobaan di laboratorium. Penelitian yang menggunakan analisis sampel

komponen darah perlu mengetahui teknik pengambilan darah dari hewan percobaan.

Teknik pengambilan sampel darah menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : memotong ujung ekor (cara ini

tidak baik untuk pengambilan darah berulang), dari vena lateralis ekor (cara ini lebih

mudah dilakukan pada tikus daripada mencit), cara memperoleh darah dari sinus

orbitalis (jarang dipakai dan perlu anestesi), cara pengambilan dari jantung tikus,

cara dekapitasi, dan cara pengambilan darah dari vena saphena atau vena jugularis

tidak lazim dipakai.

Plasma dan Serum Darah

Unsur seluler darah-darah putih, sel darah merah dan trombosit tersuspensi

dalam plasma. Volume darah normal total yang beredar sekitar 8% dsri berat badan

seseorang atau sekitar 5600 ml pada orang dengan berat badan 70 kg, yang

mencakup 55% komposisinya adalah plasma darah. Bagian cair darah disebut

dengan plasma darah. Plasma darah adalah suatu larutan yang yang mengandung

komposisi kimia yang lengkap mengandung ion, molekul anorganik dan molekul

organik dalam jumlah yang sangat banyak saat disirkulasikan dalam tubuh atau

memiliki fungsi sebagai transport zat-zat lainnya dalam tubuh. Volume plasma

normal adalah 5% berat badan. Plasma yang berada dalam suhu ruang akan cepat

membeku dan akan tetap dalam kondisi cair bila ditambahkan dengan antikoagulan.

Darah yang dibiarkan membeku dan sisa bekuan dipisahkan, maka cairan yang

tertinggal disebut dengan serum darah. Serum komposisi kimianya hampir sama

dengan plasma darah, kecuali fibrinogen dan faktor-faktor pembekuannya

(trotrombin, proalelarin, faktor labil, globulin, aselarator, prokonvertin, dan SPCA)

19

Page 33: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

bila telah dipisahkan, maka serum mengandung lebih tinggi serotonin karena adanya

pemecahan trombosit selama pembekuan (Ganong, 1979).

Bumbu Gulai

Bumbu masakan (seasonings) menurut Farrel (1990) merupakan campuran

yang terdiri atas satu atau beberapa spices (rempah-rempah) yang ditambahkan pada

makanan pada saat pengolahan atau penyiapan, yang berfungsi untuk meningkatkan

flavor alami dari makanan, sehingga dapat meningkatkan derajat penerimaan

konsumen. Formula bumbu menurut Palupi (1995) dilakukan dengan mencampurkan

dua macam atau lebih rempah-rempah, baik berdasarkan resep yang telah banyak

dikenal maupun berdasarkan penemuan-penemuan baru secara organoleptis dapat

diterima oleh konsumen. Bumbu gulai yang digunakan dalam proses pembuatan

gulai adalah garam, bumbu masakan siap saji dan santan kelapa.

Garam

Garam merupakan bumbu yang sering digunakan dalam masakan, umumnya

berfungsi sebagai penyedap rasa dan meningkatkan flavor. Garam juga berfungsi

sebagai penghambat selektif bagi mikroba pencemar non halofilik (Buckle et al.,

1987). Konsentrasi tinggi, garam dapat menurunkan aktivitas air bahan, sehingga

dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kenaikan asupan garam dalam tubuh

berperan dalam meningkatkan tekanan arteri karena garam tidak mudah

diekskresikan oleh ginjal (Guyton dan Hall, 1997).

Bumbu Masakan Siap Saji

Bumbu masakan menurut Rokayah (2001) merupakan bumbu masakan

(seasoning) yang terdiri atas satu atau lebih rempah-rempah (spices) yang

ditambahkan pada makanan pada saat pengolahan atau penyiapan yang berfungsi

untuk meningkatkan flavor alami makanan, sehingga dapat meningkatkan derajat

penerimaan konsumen. Formula bumbu yang digunakan dengan cara mencampurkan

dua macam atau lebih rempah-rempah, baik berdasarkan resep yang telah banyak

dikenal maupun berdasarkan penemuan-penemuan baru secara organoleptis dapat

diterima oleh para konsumen.

Proses pembuatan bumbu (rempah-rempah) instan kering meliputi:

pengirisan, penepungan, pemblansiran dan pengemasan. Kondisi proses pengolahan

20

Page 34: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting dari bahan

segar (Hambali et al., 2005).

Santan Kelapa

Santan kelapa (coconut milk) merupakan hasil olahan sari daging kelapa.

Santan kelapa (coconut milk) yang dibuat dengan cara mengekstrak parutan kelapa

sehingga kandungan air serta lemak nabati yang terkandung di dalamnya akan

terekstrak keluar (Winarno, 1992). Mutu santan yang diperoleh diengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti jenis kelapa, tingkat ketuaan atau umur kelapa, ukuran

partikel kelapa parut, suhu air untuk pengambilan santan, perbandingan air dan

kelapa parut, serta tekanan yang digunakan pada waktu memeras santan (Hambali et

al., 2005). Lemak nabati yang terkandung dalam santan kelapa mengandung

fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sehingga umumnya

berbentuk cair (Winarno, 1992).

Kunyit

Kunyit (Curcuma Domestica Val.) merupakan tanaman obat dan bersifat

tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kunyit merupakan

tumbuhan semak yang berumur musiman, tumbuh berumpun-rumpun, tingginya 50-

150 cm, berbatang semu terdiri dari kumpulan kelopak atau pelepah daun yang

berpautan. Daunnya lemas tidak berbulu, licin tanpa berbintik-bintik dan berwarna

hijau muda (Darwis, 1991).

Kurkumin merupakan komponen utama dalam pigmen kunyit. Rumus

molekulnya adalah C21H20O6 yang ditemukan oleh Silber dan Ciamician pada tahun

1897 yang kemudian disebut sebagai diferuloil metana oleh Molibedzka dan kawan-

kawan pada tahun 1910 (Kloppenburg-Versteegh, 1988). Zat kurkumin yang

dikandungnya mempunyai khasiat anti bakteri dan dapat merangsang dinding

kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya kerja pencernaan lebih

sempurna. Minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit dapat mencegah keluarnya

asam lambung yang berlebihan, dengan demikian dapat membantu menyembuhkan

penyakit maag dan mengurangi kerja usus yang terlalu berat (Darwis, 1991).

21

Page 35: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Bawang Putih

Bawang putih telah lama digunakan sebagai salah satu bumbu masakan oleh

masyarakat secara luas (baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia)

karena aromanya yang khas. Penggunaan bawang putih akhir-akhir ini tidak hanya

sebagai bahan penyedap rasa, akan tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan

yang dapat memberikan efek kesehatan (Ardiansyah, 2006).

Bumbu dengan penambahan Allium sativum (bawang putih) dapat

dimanfaatkan untuk mencegah atherosklerosis dengan menurunkan kadar kolesterol

darah (Gunawan, 1988). Bawang putih mempunyai zat antioksidan yang dapat

mengikat radikal bebas. Bawang putih juga mengandung senyawa allicin. Senyawa

tersebut bereaksi dengan darah merah menghasilkan sulfida hidrogen yang

meregangkan saluran darah dan membuat darah mudah mengalir (Gunawan, 1988).

Bawang Merah

Bawang merah (Allium acalonicum L.) adalah nama tanaman yang berasal

dari famili Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman

bawang merah merupakan bahan utama untuk bahan utama untuk bumbu dasar

masakan Indonesia (wikipedia, 2007). Bawang merah, seperti halnya bawang putih

berfungsi sebagai bahan pengawet makanan. Penggunaan bawang merah lebih

diutamakan karena aromanya yang kuat (Wibowo, 1991).

22

Page 36: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

sebagai tempat perlakuan dan pemeliharaan hewan percobaan; analisis proksimat

dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian

Bogor; dan analisis profil lemak darah dan kolesterol hewan percobaan dilakukan di

Laboratorium Klinik Prodia Bogor Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari

bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008.

Materi

Produk Olahan Daging

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gulai daging sapi adalah

daging sapi berlemak dan jeroan (paru, hati, limpa, usus) yang berasal dari sapi jenis

brahman cross berumur 3 tahun. Daging yang digunakan terdiri atas daging bagian

paha belakang bagian knuckle sebanyak 5 kg dan jeroan sebanyak 2,5 kg. Bahan

tambahan lain yang diperlukan dalam pembuatan gulai diantaranya yaitu air, bumbu

gulai instan (non santan) merk Bamboe dan santan kelapa instan Sun Kara. Alat yang

digunakan dalam pembuatan produk olahan daging yaitu diantaranya timbangan

digital, pisau, talenan dan peralatan memasak.

Percobaan in Vivo dan Analisis Darah Tikus

Hewan yang digunakan dalam percobaan in vivo adalah tikus putih jantan

albino Rattus norvegicus (norway rats) galur wistar yang diperoleh dari SEAMEO

Universitas Indonesia Salemba, Jakarta sebanyak 14 ekor. Tikus tersebut dibagi

menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas 7 ekor tikus

percobaan. Kelompok pertama (P0), yaitu kelompok yang diberi ransum

mengandung protein kasein, sedangkan kelompok kedua (P1) merupakan kelompok

yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan. Tikus yang digunakan

berumur 5 minggu. Tikus tersebut memiliki bobot badan berkisar antara 50-65 g

dengan perbedaan bobot badan masing-masing kurang lebih 15 g. Alat yang

digunakan dalam pemeliharaan adalah kandang individu sebanyak 14 buah terbuat

dari kotak plastik dengan tutup berupa kawat kasa, tempat pakan dari plastik dan

Page 37: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

tempat minum dari botol gelas sirop. Alat lain yang digunakan selama pemeliharaan

adalah termometer digital yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh tikus,

timbangan digital untuk mengukur bobot badan tikus, stop watch, serta alat

pendukung lingkungan pemeliharaan seperti RH meter digital dan alat pengatur

kelembaban ruangan merk Daisap Swallow. Kandang pemeliharaan dibersihkan

setiap hari dan dilakukan penggantian sekam setiap seminggu sekali, namun bila

sekam cepat kotor, maka dilakukan penggantian hari itu juga. Alat dan bahan untuk

pengambilan sampel darah antara lain syringe 2,5 ml, vacuum tainer 10 ml yang

telah mengandung antikoagulan lithium heparin, toples kaca sebagai tempat

pemingsanan hewan percobaan, termos es, dan bahan anestesi. Analisis darah

menggunakan Alat yang digunakan untuk analisis darah yaitu automated clinical

analyzer TRX – 7010 Version 1.70.

Prosedur

Penelitian profil lemak, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus wistar

yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan ini dibagi ke dalam

lima tahap. Kelima tahap tersebut dilakukan secara dapat dilihat pada Gambar 4

berikut.

Pemotongan daging dan jeroan daging sapi + pembuatan produk olahan

daging (gulai daging sapi dan jeroan)

Analisis komposisi kimia (analisis proksimat dan

analisis kadar kolesterol) gulai daging sapi dan jeroan

Penyusunan ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan

Percobaan ransum perlakuan secara in vivo dan pengamatan respon fisiologis tikus

percobaan selama masa perlakuan

Pengambilan sampel darah, pengujian kadar kolesterol, trigliserida, kolesterol HDL,

dan kolesterol LDL serta indeks atherogenik

Gambar 4. Tahapan Penelitian

24

Page 38: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Proses pengolahan tahap pertama ( Gambar 4), yaitu pengolahan daging sapi

menjadi gulai daging sapi dan jeroan. Tahap kedua menganalisis komposisi kimia

gulai daging sapi melalui metode analisis proksimat serta analisis kadar kolesterol

total olahan gulai daging sapi dan jeroan. Tahap ketiga meliputi penyusunan ransum

berdasarkan data analisis proksimat gulai daging sapi dan jeroan sebagai sumber

protein. Tahap keempat yaitu pengujian secara in vivo ransum yang mengandung

gulai daging sapi dan jeroan terhadap tikus sebagai hewan percobaan serta

pengamatan respon fisiologis selama masa perlakuan meliputi laju pernafasan,

denyut jantung dan suhu tubuh. Tahap kelima yaitu dilakukan pengambilan sampel

darah yang dilanjutkan dengan pengujian kadar kolesterol total, kolesterol HDL,

trigliserida, dan kolesterol LDL.

Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan

Gulai daging sapi berlemak dan jeroan dipotong sebesar ibu jari, selanjutnya

dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih, kemudian direbus di atas kompor

hingga volume air menjadi 2/3 bagian. Seluruh bumbu gulai instan dimasukkan

bersama ½ bagian santan instan yang diencerkan dengan air hingga mendidih. Santan

kental ½ bagian (tidak diencerkan) dimasukkan ke dalam adonan gulai dan dimasak

hingga matang sambil diaduk, hingga volume air menjadi 1/8 volume awal. Proses

pembuatan gulai daging sapi berlemak ditambah jeroan dapat dilihat pada Gambar 5

di bawah ini.

Daging sapi berlemak (bagian knuckle) + jeroan (paru, hati, limpa, usus)

dipotong-potong dan dibersihkan dibawah air mengalir

direbus dalam panci/wajan berisi air

volume air rebusan menjadi 2/3 bagian

mendidih

gulai daging sapi berlemak + jeroan

(volume air menjadi 1/8 bagian)

Gambar 5. Tahapan Proses Pembuatan Gulai Daging Sapi dan Jeroan

Bumbu gulai

instan dan ½

bagian santan

instan yang

Santan

kental (½

bagian)

25

Page 39: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Penyusunan dan Pembuatan Ransum Hewan Percobaan

Tahap penyusunan dan pembuatan ransum hewan percobaan dapat dilihat

pada Lampiran 17. Tahap ini dilakukan setelah komponen kimiawi gulai daging sapi

hasil analisis proksimat diketahui. Penyusunan komposisi ransum kontrol maupun

perlakuan disesuaikan dengan kebutuhan tikus percobaan berdasarkan kebutuhan

harian (Lampiran 17). Komposisi ransum kontrol (ransum kasein sebagai sumber

protein) dan ransum kontrol (gulai daging sapi dan jeroan) dapat diketahui setelah

melalui analisis komposisi kimia (Lampiran 1). Kandungan nutrisi ransum masing-

masing perlakuan yang mengacu pada komposisi bahan makanan (Lampiran 5) dari

Departemen Kesehatan RI (2001). Tabel di bawah ini menjelaskan komposisi nutrisi

harian tikus kontrol (Tabel 7) dan tikus perlakuan (Tabel 8) berdasarkan kebutuhan

nutrisi yang harus terpenuhi dari setiap ekor tikus.

Tabel 7. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol Sumber Protein Kasein

Bahan makanan Bahan Kering

(%)

Protein

(%)

Lemak

(%)

Gross Energy

Kasein 9 7,82 0,18 0,0027 kal

Minyak Nabati 7,77 - 7,77 70,0854 kal

Campuran Mineral 4,48 - - -

Selulosa 1 - - -

Pati Jagung 76,82 4,24 0,077 263,4926 kal

Vitamin 1 - - -

Jumlah 100 12,06 8.03 333,5807 kal

Tabel 8. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Sumber Protein Daging Sapi

dan Jeroan

Bahan makanan Bahan Kering

(%)

Protein

(%)

Lemak

(%)

Gross Energy

Daging sapi 26 11,91 8,69 53,82 kal

Minyak nabati 7,77 - 7,77 69,454 kal

Campuran mineral 4,48 - - -

Selulosa 1 - - -

Pati Jagung 59,75 0,18 - 204,9425 kal

Vitamin 1 - - -

Jumlah 100 12,09 8,46 328,2165 kal

26

Page 40: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Percobaan inVivo Ransum Perlakuan

Tikus sebelum pemberian perlakuan diaklimatisasikan terlebih dahulu yaitu

diberi waktu untuk beradaptasi selama 5 hari untuk membiasakan tikus pada

lingkungan laboratorium yang digunakan. Selama masa adaptasi, tikus diberi ransum

kontrol (sumber protein kasein) dan konsumsi air minum disediakan ad libitum.

Langkah selanjutnya adalah penimbangan bobot badan tikus tiap dua hari sekali dan

konsumsi ransum setiap hari. Setelah masa adaptasi aklimatisasi diberikan ransum

perlakuan selama 20 hari dan air minum juga diberikan ad libitum.

Pengambilan Sampel Darah

Tahap ini dilakukan setelah habis masa perlakuan, tikus percobaan kemudian

dipuasakan selama satu hari dan dilakukan pengambilan sampel darah. Tikus

sebelumnya dipingsankan dengan pemberian anestesi, kemudian pengambilan darah

dilakukan dengan cara menyedot darah langsung dari jantung tikus menggunakan

syringe 2,5 ml. Darah diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung

vacuum tainer. kapasitas 10 ml yang sudah mengandung antikoagulan lithium

heparin. Sampel darah yang telah terkumpul kemudian diletakkan dalam termos es.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua rancangan, yaitu rancangan acak lengkap

(RAL) untuk peubah analisis darah yang meliputi kadar kolesterol total, trigliserida,

kolesterol HDL, dan kolesterol LDL dan indeks atherogenik. Rancangan kedua

adalah rancangan acak lengkap dengan metode penarikan anak contoh (subsampling)

untuk peubah respon fisiologis, yang meliputi laju pernafasan, denyut jantung dan

suhu tubuh. Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian ransum dengan sumber

protein yang berbeda, antara kasein (kontrol) dan gulai daging sapi dan jeroan.

Ulangan yang digunakan yaitu tikus percobaan sebanyak 7 ekor. Model matematika

rancangan acak lengkap (RAL) tahap pertama, rancangannya adalah sebagai berikut

(Steel dan Torrie, 1991) :

27

Page 41: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Yij = µ + �i + �ij

Keterangan :

Yij = Perubahan respon ulangan ke-j karena pengaruh ransum perlakuan ke-i

µ = Rataan umum

�i = Pengaruh taraf perlakuan ransum ke-i

�ij = Galat percobaan perlakuan ransum ke-i dan ulangan ke-j

Rancangan kedua yaitu menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan

penarikan anak contoh (subsampling) untuk menganalisis data pengukuran respon

fisiologis. Peubah yang diukur meliputi laju pernafasan, suhu tubuh, dan detak

jantung tikus percobaan. Rancangan ini meliputi dua perlakuan yaitu perlakuan

ransum kontrol (ransum kasein) dan ransum perlakuan (gulai daging sapi dan

jeroan), dengan masing-masing perlakuan memiliki tujuh sampel tikus percobaan,

dan delapan kali pengulangan (pengukuran respon fisiologis). Model matematikanya

adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991) :

Yijk = µ + τi + �ij + �ijk

Keterangan :

Yijk = Perubahan ulangan respon fisiologis ke-k dalam sampel tikus ke-j yang

memperoleh perlakuan ransum ke-i

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ransum ke-i

�ij = Pengaruh galat sampel tikus ke-j yang memperoleh perlakuan ransum ke-i

�ijk = Pengaruh galat dari ulangan respon fisiologis ke-k dalam sampel tikus ke-j

yang memperoleh perlakuan ransum ke-i

Analisis data yang digunakan untuk rancangan percobaan pertama, yaitu

Rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan ANOVA (Steel dan Torrie, 1991),

yang diolah dalam program komputer Minitab 14. Rancangan kedua, yaitu RAL

dengan penarikan anak contoh (subsampling), data dianalisis menggunakan ANOVA

(Steel dan Torrie, 1991), yang diolah dalam program komputer Microsoft Excel.

28

Page 42: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini terbagi atas tiga bagian, yaitu : (1)

analisis kimia produk olahan daging, terdiri dari kadar air, kadar protein, kadar

lemak, kadar abu, dan kadar kolesterol; (2) analisis profil lemak dan kolesterol darah,

yang terdiri dari kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL,

dan indeks atherogenik; serta peubah (3) meliputi respon fisiologis, yaitu laju

pernafasan denyut jantung, dan suhu tubuh.

Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven (AOAC,

1984). Sebanyak 5 g sampel gulai daging sapi dan jeroan ditimbang dalam cawan

logam yang berat keringnya telah diketahui sebelumnya. Cawan beserta isinya

dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 12 jam. Sampel kemudian

didinginkan hingga beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan :

Berat cawan a (g) – Berat cawan b (g)

Kadar air % = X 100%

Berat cawan a (g)

Keterangan : (1) berat cawan a = berat cawan + sampel awal

(2) berat cawan b = berat cawan + sampel yang dikeringkan

Kadar Protein

Kadar protein diukur dengan menggunakan metode Kjeldahl (AOAC, 1984).

Sampel gulai daging sapi ditambah jeroan sebanyak 0,3 g (X) dimasukkan ke dalam

labu Kjehdal, kemudian ditambahkan katalis dan H2SO4 pekat 25 ml. Campuran

dipanaskan di atas bunsen, kemudian didekstruksi hingga jernih dan berwarna hijau

kekuningan. Labu dekstruksi didinginkan dan larutan dimasukkan dalam labu

penyulingan serta diencerkan dengan 300 ml air yang bebas N, kemudian ditambah

batu didih dan NaOH 33%. Labu penyuling dipasang dengan sangat cepat pada alat

penyuling hingga 2/3 cairan dalam labu penyuling menguap dan ditangkap oleh

larutan H2SO4 berindikator dalam labu Erlenmeyer. Kelebihan H2SO4 dalam labu

Erlenmeyer dititar dengan NaOH 0,3 N (Z ml) sampai terjadi perubahan warna

menjadi biru kehijauan lalu dibandingkan dengan titar blanko (Y ml). Kadar protein

dihitung dengan rumus :

29

Page 43: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

(Y-Z) x 0,014 x titar NaOH x 6,25

Kadar protein kasar = x 100%

X

Kadar Lemak

Kadar lemak ditentukan dengan metode Soxhlet (AOAC, 1984). Labu yang

akan digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian didinginkan dalam indikator dan

ditimbang beratnya. Gulai daging sebanyak 5 g sapi ditambah jeroan dibungkus

dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Alat

kondenser diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu

lemak secukupnya. Pelarut lemak didestilasi dan ditampung kembali. Abu lemak

yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC hingga beratnya

konstan, dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang, kadar

lemak dapat dihitung dengan rumus :

Berat lemak (g)

Kadar lemak (% BB) = x 100%

Berat sampel (g)

Kadar Abu

Sampel gulai daging sapi sebanyak 5 g ditempatkan dalam cawan porselin

yang telah diketahui beratnya, kemudian diangkat dan dipijarkan pada suhu 600ºC

selama 4 jam, hingga beratnya konstan. Kadar abu dihitung dengan persamaan :

Berat abu (g)

Kadar abu (%BB) = x 100%

Berat sampel (g)

Kadar Kolesterol (Metode Lieberman – Buchards)

Analisis kadar kolesterol daging gulai menggunakan metode Lieberman–

Buchards (Herpandi, 2005). Sebanyak 0,1 g sampel gulai daging sapi dimasukkan

dalam tabung sentrifuse dan ditambahkan 8 ml alkohol : heksan (8:1) lalu aduk

sampai homogen. Pengaduk dibilas dengan 2 ml larutan alkohol : heksan (2:1)

kemudian di sentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan

dituangkan kedalam gelas piala untuk diuapkan di penangas air. Residu yang tersisa

diuapkan dengan kloroform sedikit demi sedikit sambil dituangkan dalam tabung

berskala sampai volume 5 ml, kemudian ditambahkan 2 ml acetic anhidrid, 0,2 ml

H2S04 pekat, lalu di kocok dengan alat vorteks dan dibiarkan ditempat gelap selama

30

Page 44: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

25 menit, kemudian dibaca absorbansinya pada � 550 nm. Perhitungan kadar

kolesterol dilakukan dengan rumus :

Absorbansi contoh

x konsentrasi standar

Absorbansi standar

Kadar kolesterol (mg/dl) =

Bobot sampel

Pengamatan Respon Fisiologis

Pengamatan respon fiologis dilakukan setelah hewan percobaan makan atau

pada waktu pagi hari. Peubah yang diamati dalam pengamatan respon fisiologis

(Gambar 6), meliputi: laju pernafasan, detak jantung, dan suhu tubuh. Pengamatan

laju pernafasan dan detak jantung dilakukan dengan menempelkan jari tangan

masing-masing pada diafragma dan dada sebelah kiri. Suhu tubuh diukur dengan

memasukkan termometer digital pada bagian rektal tikus, angka yang terlihat

selanjutnya pada termometer menunjukkan suhu tubuh hewan percobaan.

(a) (b) (c)

Keterangan : (a) Pengukuran Laju Pernafasan

(b) Pengukuran Detak Jantung

(c) Pengukuran Suhu Tubuh

Gambar 6. Pengamatan Respon Fisiologis Tikus Percobaan

Analisis Profil Lemak dan Kolesterol Darah

Analisis kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida darah menggunakan alat

automated clinical analyzer TRX-7010. Alat tersebut menganalisis sampel secara

otomatis, data analisis akan keluar dalam data print out. Prinsip kerja alat ini yaitu

dengan mencampurkan reagen dengan sampel lalu dibaca absorbansinya. Alat ini

bekerja mulai dari persiapan sampai akhir perhitungan secara otomatis menggunakan

31

Page 45: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

program komputer. Prinsip dasar analisis trigliserida, kolesterol, HDL dan LDL

darah pada alat automated clinical analyzer TRX-7010 sama seperti yang dilakukan

Sihombing (2003). Darah disentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit. Plasma yang

terpisah dari serum diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam

tabung Evendorf lalu ditutup.

Kadar Kolesterol Total (Rodriguez et al., 2000). Metode pengukuran dilakukan

dengan cholesterol oxidase phenol amino phenazone (CHOD-PAP). Sebanyak 10 µl

sampel plasma darah dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan 1 ml larutan

reagen. Reagen yang digunakan berasal dari cholesterol assay kit, DiaLINE

diagnostic systems. Larutan buffer pH 6.7, chloro-4-phenol 5 mmol/l, dan beberapa

enzim yang terdiri atas cholesterol oxydase 50 U/l, peroxidase 3 kU/l, cholesterol

esterase 200 U/l, dan 4-aminophenazone 0,3 mmol/l. Sebagai blanko juga digunakan

1,00 ml larutan reagen. Larutan campuran lalu divorteks, dan diinkubasi selama 20

menit (20-25 °C) atau 10 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada � 546 nm.

Penghitungan dilakukan melalui rumus dibawah ini:

Konsentrasi (mg/dl) = 900 × � A sampel

Kadar Trigliserida (Rodriguez et al., 2000). Metode pengukuran dilakukan dengan

enzymatic colorimetric test GPO-PAP. Sebanyak 10 µl sampel plasma dimasukkan

ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 1,00 ml larutan reagen, lalu

divorteks. Reagen yang digunakan berasal dari triglycerides assay kit, DiaLINE

diagnostic system. Reagen tersebut terdiri dari larutan glycerol phosphate

oxidase(GPO), buffer Ph 7.2, 4-chlorophenol 4 mmol/l, enzim glycerol kinase (GK)

9,5 kU/l, peroxidase 2 kU/l, lipoprotein lipase 2 kU/l, dan 4-aminophenazone 0,5

mmol/l. Sebagia blanko digunakan 1,00 ml reagen. Larutan diinkubasi selama 20

menit (20-25 °C) atau 10 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada � 546 nm.

Penghitungan dilakukan melalui rumus dibawah ini:

Konsentrasi (mg/dl) = 1150 × � A sampel

Kadar Kolesterol HDL (Rodriguez et al., 2000). Metode pengukuran dilakukan

menggunakan HDL test kit (Daiichi Pure Chemicals Co., Ltd) menurut. Sebanyak 3,0

µl sampel plasma dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan 300 µl larutan

reagen lalu divorteks. Reagen tersebut terdiri atas DSBmT (N,N-bis (4-sulfobutyl)-

32

Page 46: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

m-garam toluidine disodium) 0,5 mmol/l, cholesterol oxidase 1,0 IU/l, dan 4-

aminoantipyrine 1,0 mmol/l. Sebagian blanko digunakan 1,00 ml reagen. Larutan

diinkubasi selama 5 menit (37°C). Absorbansi larutan dibaca pada � 600 nm.

Kadar Kolesterol LDL (Matsubara et al., 2002). Kadar kolesterol LDL (k-LDL)

dihitung secara langsung menggunakan persamaan Friedwald :

k-LDL (mg/dl) = kolesterol total (mg/dl) – k-HDL (mg/dl) - trigliserida (mg/dl)

5

Indeks Atherogenik (Matsubara et al., 2002). Perhitungan indeks atherogenik (IA)

dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Indeks Aterogenik (IA) = (Kolesterol Total – Kolesterol HDL) / Kolesterol HDL

33

Page 47: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Tikus Wistar selama Percobaan

Konsumsi ransum merupakan banyaknya zat makanan atau pakan yang

dimasukkan (food intake) dan kemudian terjadi proses metabolisme dalam tubuh dan

diserap dalam tubuh untuk dijadikan sebagai keperluan biologis dan cadangan energi

tubuh. Peubah statistik tentang tikus percoban dijelaskan dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Bobot, Kenaikan Bobot Badan dan Tingkat Konsumsi Nutrisi Tikus

Percobaan

Peubah Ransum Kontrol Ransum Perlakuan

Bobot Awal (g) 41 ± 3,6 61 ± 3,3

Bobot Akhir (g) 85A ± 10,3 147

B ± 16,6

Kenaikan Bobot Badan (%) 107 143

Konsumsi Ransum BK (g/hari) 11,6 ± 3,9 15,8 ± 4,1

Konsumsi Lemak (g/hari) 0,56 0,79

Konsumsi Protein (g/hari) 1,17 1,58

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata (P < 0,01)

Kenaikan bobot badan tikus yang diberi ransum kontrol (107%) lebih

rendah dibandingkan kelompok tikus yang diberi ransum perlakuan mengandung

gulai daging sapi ditambah jeroan (143%) sebagai sumber protein. Nilai kenaikan

bobot badan akhir antara tikus yang diberi ransum mengandung protein kasein

(sebesar 85 ± 10,3 g) dan tikus yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi

dan jeroan (sebesar 147 ± 16,6 g) menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini dapat

dipicu oleh faktor perbedaan bobot badan awal tikus yang diberi ransum protein

kasein dan tikus yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan

memiliki selisih sebesar 20 g. Kisaran bobot badan tikus tersebut diperkirakan masih

berada dalam masa pertumbuhan. Sebagaimana yang diterangkan oleh Smith dan

Mangkoewidjojo (1988), bahwa umumnya bobot badan tikus pada umur empat

minggu adalah 35–40 g, dan bobot dewasa rata-rata 200-250 g. Umur dewasa tikus

adalah 40–60 hari, sehingga umur tikus percobaan yang dipakai pada penelitian ini

hingga berakhirnya masa percobaan (± 60 hari), masih dalam fase menuju dewasa.

Tingginya bobot akhir yang diperoleh dalam penelian ini mengindikasikan bahwa

Page 48: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

tikus masih berada dalam fase produksi ekonomis, yaitu umur 1 tahun (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988). Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh jumlah

dan kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi sebagian besar akan digunakan untuk

pertumbuhan otot tikus pada masa pertumbuhan. Pertambahan berat badan ini sangat

stabil karena didukung oleh faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang

baik.

Gulai daging sapi yang ditambah jeroan merupakan produk olahan yang

memiliki gizi dan aroma tinggi karena kandungan asam lemak yang dapat

meningkatkan selera konsumsi hewan percobaan. Aroma merupakan faktor penting

dalam hal penerimaan konsumen terhadap bahan makanan (Meissinger et al., 2006).

Aroma merupakan faktor sensoris penting yang berpengaruh terhadap palatabilitas

daging. Bumbu- bumbu siap saji yang terdapat di dalam bumbu siap saji memiliki

bahan bawang putih, rempah-rempah dan bawang merah serta santan kara yang

ditambahkan berperan serta meningkatkan nilai palatabilitas produk tersebut.

Penambahan bawang putih, bawang merah dan garam turut meningkatkan

palatabilitas produk. Menurut Krysztofiak (2005), penambahan bumbu selain

meningkatkan pengaruh sensoris, juga dapat meningkatkan nutrisi dan daya simpan

produk. Konsumsi lemak dan protein lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kontrol.

Hal ini dipicu oleh palatabilitas tinggi terhadap daging sapi ditambah jeroan karena

gulai merupakan produk olahan yang memiliki rasa yang khas. Gulai memiliki

keunikan karena berwarna kuning yang disebabkan oleh filtrat dari kunyit dan

campuran rempah-rempah (seasonings). Pembuatan gulai dilakukan dengan

melakukan penambahan bahan-bahan bumbu (seasonings) serta penambahan santan

(Bahar, 2002).

Respon Fisiologis Tikus Wistar

(Laju Pernafasan, Denyut Jantung dan Suhu Tubuh)

Respon fisiologis merupakan suatu fungsi fisiologis dari hewan yang menjadi

satu kesatuan untuk mempertahankan kondisi dari pengaruh lingkungan luar yang

masuk. Hasil analisis ragam respon fisiologis yang meliputi laju pernafasan, denyut

jantung dan suhu tubuh tikus yang diberi konsumsi ransum yang mengandung gulai

daging sapi dan jeroan tidak berbeda nyata ( P > 0,05 ) dibandingkan tikus kontrol

berdasarkan pada Tabel 10.

35

Page 49: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Tabel 10. Hasil Pengukuran Respon Fisiologis Tikus Percobaan

Peubah Respon

Fisiologis Kelompok Tikus Kontrol

Kelompok Tikus

Perlakuan

Laju Pernafasan ( /menit) 148,9 ± 20,60 144,1 ± 18,31

Denyut Jantung ( /menit) 211,5 ± 27,99 220,3 ± 19,34

Suhu Tubuh (oC) 35,7 ± 0,82 35,9 ± 0,70

Laju Pernafasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tikus perlakuan yang

memperoleh ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan sebagai sumber

protein memiliki laju pernafasan sebesar 144,1 ± 18,31 kali per menit. Hal ini

tidak berbeda nyata dengan laju pernafasan tikus kontrol sebagaimana yang

ditunjukkan pada Tabel 10. Laju pernafasan normal pada tikus adalah sebesar 71-

146 kali/menit (Margi, 2005), sehingga nilai rata-rata laju pernafasan kontrol

(148,9 ± 20,60 per menit) dan tikus perlakuan (144,1 ± 18,31 per menit) yang

diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan masih berada pada

kisaran normal. Menurut Frandson (1992) bahwa laju pernafasan yang normal

berhubungan dengan konsumsi oksigen basal yang normal dari miokardium

jantung.

Respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Kedua kelompok tikus

perlakuan yang ditempatkan pada posisi ruangan dan suhu lingkungan yang sama

mengalami perubahan respirasi yang relatif sama apabila suhu lingkungan sekitar

juga stabil. Data biologis tikus terhadap frekuensi laju pernafasan tikus normal, yaitu

65-115/menit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Suhu lingkungan yang berubah

akan berpengaruh terhadap frekuensi pernafasan. Konsumsi ransum juga dapat

memberikan mekanisme umpan balik dalam proses pelepasan karbondioksida

sebagai pelepas kalor yang diproduksi oleh tubuh. Ransum perlakuan dapat

memberikan hasil metabolisme tubuh berupa energi dalam bentuk kalor,

karbondioksida, dan uap air yang terbuang sebagian melalui sistem respirasi. Jumlah

energi yang rendah dalam ransum perlakuan, menyebabkan tikus perlakuan tidak

membutuhkan lebih banyak respirasi untuk membuang kelebihan energi berupa

kalor.

36

Page 50: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Konsumsi daging sapi dan jeroan dalam hal ini tidak menyebabkan laju

pernafasan menjadi lebih tinggi. Hasil ini dapat diasumsikan bahwa, asupan makanan

harus selalu cukup dan terpenuhi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan

juga tidak boleh berlebihan sehingga tidak menyebabkan obesitas (Guyton dan Hall,

1997). Konsumsi makanan yang berlebihan dapat menyebabkan metabolisme

oksigen dan berbagai nutrien yang bercampur dengan oksigen untuk melepaskan

energi, sehingga dalam kondisi ini akan menyebabkan seluruh organ tubuh akan

bekerja lebih besar untuk menstabilkan keadaan normal tubuh. Sistem pernafasan

terutama berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 antara lingkungan dan jaringan,

dan konsumsi O2 dan produksi CO2 tergantung tingkat metabolismenya dan aktivitas

hewan percobaan tersebut (Cunningham, 1997).

Denyut Jantung

Rataan frekuensi denyut jantung antara tikus kontrol (ransum kasein) dan

tikus perlakuan (daging sapi ditambah jeroan) tidak berbeda nyata. Frekuensi denyut

jantung tikus kontrol (211,5 ± 27,99 per menit) dan tikus perlakuan (220,3 ± 19,34

per menit) seperti yang terdapat dalam Tabel 10, lebih lambat dibandingkan normal,

yaitu berkisar antara 250-450 denyut per menit (Malole dan Pramono, 1989) atau

313-493 denyut per menit (Sirois, 2005). Hal ini sejalan juga menurut Alemany et al.

(2006), bahwa tikus yang berumur ± 17 minggu dengan bobot badan berkisar antara

250-3000 g adalah sebanyak 250-350 denyut per menit.

Jumlah frekuensi denyut jantung yang berbeda ini diasumsikan bisa

disebabkan oleh adanya perbedaan umur, suhu lingkungan, dan bobot badan tikus

percobaan. Frekuensi denyut jantung diperkirakan dipengaruhi juga oleh kecernaan

energi dari ransum yang dikonsumsi. Peningkatan denyut jantung merupakan respon

dari tubuh hewan untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ

yang lebih dingin (Siagian, 2005), sehingga makin panas lingkungan maka makin

cepat pula denyut jantung untuk menyebarkan panas ke bagian tubuh yang lebih

dingin.

Denyut jantung juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan pada

pembuluh darah berupa penumpukan flak atau metabolisme yang terganggu yang

dapat menghambat jalannya darah keseluruh tubuh. Frekuensi denyut jantung tikus

yang diberikan ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan tidak berbeda nyata

37

Page 51: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

dengan denyut jantung tikus kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa pada

pembuluh darah kedua kelompok tikus perlakuan tidak terdapat adanya penumpukan

flak dan kandungan lipida yang terkandung dalam darah atau salauran darah

sehingga kondisi frekuensi denyut jantung dalam batas ini masih dalam batas yang

aman. Hal ini berdampak terhadap hasil kerja jantung yang memberikan hasil negatif

terhadap timbulnya frekuensi denyut jantung tikus yang diberikan ransum

mengandung gulai daging sapi dan jeroan yang melebihi batas ambang normal. Hal

ini mengindikasikan bahwa frekuensi denyut jantung tikus tersebut masih normal.

Darah berperan dalam pengangkutan komposisi kimia metabolisme seperti

oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak dan berbagai jenis lipida, yang

dibutuhkan oleh setiap sel dalam tubuh (Cunningham, 1997). Kesimpulan dari hasil

pengamatan terhadap denyut jantung bahwa, jika darah yang dipompakan semakin

banyak maka frekuensi denyut jantung akan semakin tinggi pula.

Suhu Tubuh

Hasil uji statistika terhadap suhu tubuh menunjukkan bahwa tikus perlakuan

yang memperoleh ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan memberikan

hasil tidak berbeda nyata dengan laju pernafasan tikus kontrol. Hasil pengukuran

suhu tubuh yang tersaji dalam Tabel 10, menunjukkan suhu tubuh tikus kontrol (35,7

± 0,82 oC) dan perlakuan (35,9 ± 0,70

oC) lebih rendah dibandingkan dengan suhu

tubuh tikus normal (37,7oC) (Sirois, 2005). Hasil Pengukuran yang didapat

menandakan bahwa suhu tubuh tikus percobaan tersebut masih berada dalam kisaran

suhu tubuh normal yaitu 35,9-39 oC (rata-rata 37,5

oC) (Smith dan Mangkoewidjojo,

1988; Malole dan Pramono, 1989).

Tikus merupakan salah satu hewan mamalia berdarah panas (homeotermik)

sehingga mempunyai sistem pertahanan suhu tubuhnya atau disebut juga dengan

homeostatis. Sistem homeostasis berfungsi untuk mengendalikan diri (panas) tubuh

sehingga tercapai keseimbangan dalam tubuh. Sistem homeostasis menurut Siagian

(2005), menjelaskan bahwa dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang

melibatkan semua organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat halus

namun bersifat dinamis. Hewan dalam mempertahankan dan menyeimbangkan

regulasi suhu tubuh berprinsif pada pengaturan produksi dan pembuangan panas.

Sistem homeostatis ini akan menstabilkan suhu tubuh, sehingga tubuh berada dalam

38

Page 52: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

kondisi normal. Suhu tubuh tikus yang tertera pada Tabel 10 di atas menunjukkan

kondisi suhu tubuh yang masih stabil karena adanya sistem kendali internal tikus

tersebut yang disebut juga dengan sistem homeostatis.

Konsumsi ransum sebagai bahan makanan yang mengandung gulai daging

sapi berlemak yang ditambah jeroan menunjukkan tidak terdapat adanya pengaruh

yang nyata terhadap suhu tubuh tikus percobaan. Pengukuran suhu tubuh dilakukan

pada bagian rektum tikus percobaan. Tikus percobaan dikondisikan seragam, yaitu

dalam ruangan yang sama, galur yang sama, umur yang sama, bobot yang sama

(maksimal perbedaan yaitu 15 g) serta pemberian ransum antara kontrol dan

perlakuan dengan komposisi kebutuhan nutrisi yang terpenuhi. Mekanisme ini

dilakukan untuk mengurangi pengaruh bias faktor eksternal terhadap respon

fisiologis. Kondisi suhu lingkungan percobaan tidak mempengaruhi respon terhadap

suhu tubuh tikus percobaan. Suhu lingkungan percobaan berkisar antara 26-30 oC,

dan masih berada dalam kondisi suhu kandang yang ideal yaitu berkisar antara 18-27

°C (Malole dan Pramono, 1989), sehingga bias suhu lingkungan terhadap respon

suhu tubuh dapat ditekan. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Cunningham (1997)

yang menyatakan bahwa, hewan memperoleh panas dari lingkungan ketika suhu

lingkungan melebihi tubuhnya.

Panas yang diproduksi oleh adanya faktor proses metabolisme tikus

percobaan tidak berdampak terhadap perubahan suhu tubuh secara signifikan. Hal ini

diasumsikan bahwa pengaruh metabolisme lemak dalam gulai daging sapi ditambah

jeroan menghasilkan laju pembentukan panas dan laju kehilangan panas dari dalam

tubuh. Seluruh energi makanan dapat dikonversi ke dalam panas dan diradiasi ke

dalam udara (Cunningham, 1997). Konversi energi dari makanan untuk

menghasilkan panas terjadi, baik selama proses metabolisme maupun selama

beraktivitas. Panas yang dihasilkan ini harus selalu dikeluarkan dari tubuh ke

lingkungan jika suhu tubuh tetap atau konstan.

Profil Lemak dan Kolesterol Darah

(Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL)

Hasil analisis statistik profil lemak dan kolesterol darah terhadap kadar

kolesterol total darah, kolesterol LDL, kolesterol HDL, kadar trigliserida dan indeks

atherogenik seperti yang digambarkan Tabel 11. Hasil analisis ragam dari kelima

39

Page 53: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

peubah profil lemak dan kolesterol darah tersebut menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara grup tikus perlakuan yang diberi ransum mengandung

gulai daging sapi dan jeroan, dengan kelompok tikus percobaan yang diberi ransum

kontrol berupa protein kasein.

Tabel 11. Profil Lemak dan Kolesterol Darah Tikus Percobaan

Peubah Profil Lemak Darah Kelompok Ransum

Kontrol

Kelompok Ransum

Perlakuan

Kadar Kolesterol Total (mg/dl) 107 ± 8 90,7 ± 19,14

Trigliserida (mg/dl) 70,7a ± 29,9 117,3

b ± 9,1

Kadar Kolesterol HDL (mg/dl) 38,3 ± 4,9 37,3 ± 1,53

Kadar Kolesterol LDL (mg/dl) 54,5 ± 7,5 29,9 ± 18,79

Indeks Atherogenik 1,8 ± 0,23 1,4 ±0,42

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (P < 0,05)

Kadar Kolesterol Total Tikus Percobaan

Kolesterol yang terdapat di dalam serum darah berasal dari makanan

(eksogen) dan dari hasil sintesis dalam tubuh (endogen). Total kolestrol yang

terdapat pada kelompok ransum perlakuan dengan komposisi ransum mengandung

gulai daging sapi ditambah jeroan (90,7 ± 19,14 mg/dl). Hasil ini menunjukkan

bahwa kadar kolesterol ini masih berada dalam batas normal sebagaimana yang

disebutkan oleh Malole dan Pramono (1989), bahwa kadar kolesterol tikus adalah

sebesar 40-130 mg/dl. Malole dan Pramono (1989) menambahkan lagi, bahwa gulai

daging sapi dan jeroan memberikan pengaruh terhadap peningkatan total kolesterol

darah tikus percobaan, namun peningkatannya tidak signifikan dan masih bisa

ditolerir sehingga kadar kolesterol ini tidak membahayakan tubuh dan tidak

berindikasi terhadap pemicu penyakit jantung dan pembuluh darah (atherosklerosis).

Menurut Nakai dan Modler (2000), bahwa fraksi protein yang terdapat dalam daging

paralel dengan hidrofobisitasnya. Fraksi protein mempunyai kemampuan yang kuat

untuk berikatan dengan sterol seperti asam empedu karena hidrofobisitasnya yang

tinggi. Ikatan peptida dan asam empedu ini dibuang melalui feses tanpa direabsorbsi

ke dalam usus halus sehingga kadar kolesterol menurun (Nakai dan Modler, 2000).

40

Page 54: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Menurut Russel (2007), bahwa kolesterol dalam darah dapat meningkat bila

jumlah kolesterol yang berasal dari bahan pangan lebih besar daripada yang

dihasilkan oleh tubuh. Perlakuan terhadap tikus dengan komposisi ransum

mengandung gulai daging sapi dan jeroan didapatkan kolesterol lebih tinggi

dibandingkan tikus kontrol karena tikus kontrol tidak mengandung kolesterol yang

diberikan hanya protein kasein. Hal ini mengindikasikan bahwa tikus dengan

komposisi ransum mengandung gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan

tersebut akan menurunkan sintesis kolesterol di dalam tubuh karena adanya aktivitas

dan umur tikus yang masih dalam fase pertumbuhan. Aktivitas dan sifat agresivitas

tikus percobaan ini dapat juga mempengaruhi kadar kolesterol total karena

banyaknya gerakan dapat mereduksi dan membakar lemak yang terdapat dalam tikus

tersebut. Perlakuan dengan gulai daging sapi dan jeroan yang digunakan merupakan

suatu kesatuan olahan daging dan bumbu.

Bumbu yang digunakan antara lain bawang putih dan kunyit dan beberapa

jenis rempah-rempah (lada). Bumbu dengan penambahan Allium sativum (bawang

putih) dapat dimanfaatkan untuk mencegah atherosklerosis dengan menurunkan

kadar kolesterol darah (Gunawan, 1988). Bawang putih mempunyai zat antioksidan

yang dapat mengikat radikal bebas. Bawang putih juga mengandung senyawa allicin.

Senyawa tersebut bereaksi dengan darah merah menghasilkan sulfida hidrogen yang

meregangkan saluran darah dan membuat darah mudah mengalir. Pramadhia (1988)

meyebutkan bahwa Curcuma domestica (kunyit) juga dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Konsumsi gulai daging sapi dan jeroan dengan penambahan

bumbu-bumbu seperti bawang putih dan kunyit menghasilkan kadar kolesterol darah

yang tidak berbeda dengan kelompok tikus kontrol.

Menurut Zhao et al. (2004), bahwa diet tinggi asam lemak tak jenuh ganda

memberikan pengaruh kardioprotektif atau melindungi kesehatan jantung, dengan

menurunkan kadar lipida dan tingkat lipoprotein. Bahan dasar lain yang berindikasi

menghambat peningkatan kolesterol total adalah santan kelapa (coconut milk) yang

ditambahkan dalam proses pengolahan daging sapi ditambah jeroan. Santan kelapa

(coconut milk) yang dibuat dengan cara mengekstrak parutan kelapa sehingga

kandungan air serta lemak nabati yang terkandung di dalamnya akan terekstrak

41

Page 55: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

keluar. Lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam

lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1992).

Proses pengolahan daging dan bumbu-bumbu gulai menjadi produk olahan

(gulai) dilakukan dengan api sedang, yang bertujuan menghindari kandungan asam

lemak tak jenuh dalam produk olahan berubah menjadi asam lemak trans maupun

asam lemak jenuh, yang apabila dikonsumsi akan berpotensi meningkatkan kadar

kolesterol darah. Penelitian Dorfman et al. (2004) menyatakan, bahwa asam lemak

trans memiliki pengaruh buruk terhadap profil lipoprotein manusia, yang

ditunjukkan dalam penelitian pengaruh asam lemak jenuh dan tak jenuh yang

diujikan menggunakan hamster. Keberadaan lemak terhidrogenasi (asam lemak

trans) pada manusia, diperkirakan lebih bersifat merugikan dibandingkan lemak

jenuh. Baghurst (2004) menyebutkan, bahwa asam lemak trans merupakan bentuk

asam lemak tak jenuh yang memiliki bentuk lurus pada rantai ganda, serta terbentuk

akibat proses pengolahan. Berbagai studi mengenai diet yang berhubungan dengan

kolesterolemia, Purnamaningsih (2001) mengemukakan, bahwa lemak jenuh akan

meningkatkan kolesterol sedangkan lemak tak jenuh akan menurunkannya.

Kadar Trigliserida

Hasil analisis kadar trigliserida darah tikus disajikan dalam Tabel 11. Kadar

trigliserida darah tikus perlakuan (117,3 ± 9,1 mg/dl) lebih tinggi bila dibandingkan

dengan tikus kontrol (70,7 mg/dl), berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bahaudin (2008) terhadap daging domba ditambah jeroan memiliki kadar trigliserida

sebesar (77,3 ± 5,03 mg/dl) dan penelitian Rimadianti (2008) terhadap profil lemak

darah sate domba (100,0 ± 22,3 mg/dl). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan kadar trigliserida tikus kontrol yang diberi ransum protein

kasein bila dibandingkan dengan ransum perlakuan. Kadar trigliserida darah ini

masih normal walaupun lebih tinggi daripada tikus kontrol. Sebagaimana yang

disebutkan oleh Malole dan Pramono (1989), bahwa kadar trigliserida darah tikus

percobaan berada dalam kisaran antara 26-145 mg/dl. Tingginya selisih trigliserida

antara kelompok ransum kontrol dengan ransum perlakuan dapat diasumsikan,

bahwa saat melakukan penelitian awal perlakuan bobot awal rata-rata tikus perlakuan

(61 ± 3,3 g) tersebut, lebih tinggi dibandingkan dengan bobot awal rata-rata tikus

42

Page 56: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

kontrol (41 ± 3,6 g). Hal ini diindikasikan dapat memberikan efek terhadap laju

pertumbuhan dan hasil analisis kadar trigliserida darah.

Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini (143% ransum perlakuan dan 107%

ransum kontrol) yang disajikan dalam Tabel 11, dapat dilihat dari bobot akhir tikus

perlakuan (147 ± 16,6 g). Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan

bobot akhir

tikus kontrol (85 ± 10,3 g). Kondisi ini dapat mempengaruhi tingkat konsumsi

ransum perlakuan menggunakan gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan

(15,8 ± 4,1 g/hari

) dan kelompok ransum kontrol menggunakan ransum protein

kasein (11,6 ± 3,9 g/hari).

Ransum dengan komposisi gulai daging sapi dan jeroan merupakan ransum

yang mempunyai kadar trigliserida yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

ransum dari produk hasil ternak lainnya (domba dan daging sapi lean). Hal ini dapat

memberikan penjelasan, bahwa kadar trigliserida dalam darah dipengaruhi oleh

kadar lemak yang dicerna dalam makanan. Konsumsi lemak dapat diduga

menyebabkan kadar trigliserida darah antara tikus kontrol dan perlakuan tidak

berbeda nyata. Mekanisme konsumsi lemak ransum ini antara lain yaitu, senyawa

trigliserida dalam makanan dicerna oleh enzim lipase usus dan selanjutnya kembali

diesterifikasi oleh cairan mukosa usus (Hawab et al., 1989). Azain (2004)

menjelaskan, bahwa. selama absorbsi lemak, trigliserida yang ada dalam epitel usus

akan diekskresikan ke organ limfa dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah

lemak ditransfer ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.

Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein (k-HDL)

Hasil analisis darah terhadap profil kadar kolesterol lipoprotein densitas

tinggi/high density lipoprotein (k-HDL) memberikan hasil yang tidak berbeda (P >

0,05) antara tikus yang diberi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan

sebagai sumber protein dan tikus kontrol yang diberi protein kasein. Kelompok tikus

percobaan dengan komposisi ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan

memiliki kadar k-HDL sebesar 37,3 ± 1,53 mg/dl dan tikus kontrol sebesar 38,3 ±

4,9 mg/dl yang diberi protein kasein. Kadar kolesterol HDL pada serum darah tikus

yang normal adalah sebesar � 35 mg/dl (Schaefer dan McNamara, 1997).

Hasil sidik ragam kelompok perlakuan daging sapi dan jeroan memberikan

gambaran bahwa kadar kolesterol HDL lebih tinggi dari kadar kolesterol HDL

43

Page 57: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

normal dan memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan. Kadar kolesterol HDL

serum darah yang tinggi sangat bermanfaat untuk menurunkan terjadinya resiko

aterosklerosis karena kolesterol HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan

periferal menuju ke hati, sehingga mencegah terjadinya pengapuran dan plaque

akibat kolesterol LDL. Fungsi kolesterol HDL berlawanan dengan kolesterol low

density lipoprotein (LDL). Kolesterol LDL berfungsi mengirim kolesterol dari hati

keseluruh jaringan tubuh atau jaringan periferal sehingga menimbun kolesterol pada

jaringan tersebut dan dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada pembuluh

koroner. Peningkatann kolesterol HDL sebesar satu poin dapat menurunkan resiko

menderita penyakit jantung koroner sebesar 2-3 %.

Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) penting untuk

membersihkan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme ester

kolesterol dalam plasma. Kolesterol HDL biasanya membawa 20-25 % kolesterol

darah. Kadar tinggi HDL2 dan HDL3 dihubungkan dengan penurunan insiden

penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Sehingga dalam hal ini, konsumsi

terhadap daging berlemak ditambah jeroan tidak menimbulkan resiko terhadap

terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah sebagaimana yang dikhawatirkan

oleh masyarakat. High Density Lipoprotein (HDL) berfungsi mengangkut kolesterol

dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.

Kadar HDL berkurang pada penderita obesitas (kegemukan), perokok, penderita

diabetes melitus yang tidak terkontrol dan pada pemakai estrogen-progesti. High

density lipoprotein (HDL) secara normal terdapat pada plasma puasa (Suyatna dan

Handoko, 2002).

Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (k-LDL)

Hasil analisis ragam terhadap kadar kolesterol LDL tikus percobaan dengan

komposisi ransum mengandung gulai daging sapi ditambah jeroan adalah sebesar

29,9 ± 18,79 mg/dl. Hal ini mengindikasikan, bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan bila dibandingkan dengan tikus kontrol sebesar yang diberi berupa protein

kasein. Kadar kolesterol LDL hasil percobaan ini masih normal, yaitu � 130 mg/dl

(Sihombing, 2003). Hal ini memberikan sebuah keterangan bahwa tikus dengan

komposisi ransum mengandung gulai daging sapi berlemak yang ditambah jeroan

tidak memberikan efek positif terhadap resiko terjadinya penyakit jantung dan

44

Page 58: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

pembuluh darah dan bemanfaat bagi konsumen yang masih dalam fase pertumbuhan.

Anggapan masyarakat terhadap resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh

darah yang selama ini dikhawatirkan tidak terlalu beralasan karena dalam penelitian

ini dapat memberikan gambaran bahwa diet menggunakan ransum mengandung

daging sapi berlemak yang ditambah jeroan tidak meningkatkan kadar kolesterol low

density lipoprotein (k-LDL).

Indeks Atherogenik

Hasil perhitungan indeks atherogenik disajikan dalam Tabel 11. Indeks

atherogenik daging sapi dan jeroan menggambarkan hasil yang tidak berbeda nyata

terhadap kemungkinan terjadinya resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal

ini berarti indeks atherogenik tersebut masíh dalam batas aman atau tidak berindikasi

terhadap terjadinya resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Indeks atherogenik

berkisar antara 1,8 ± 0,23 (untuk tikus kontrol) dan 1,4 ±0,42 (tikus dengan gulai

daging sapi berlemak yang ditambah jeroan), sehingga makin kecil nilai indeks

atherogenik, maka makin kecil resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sesuai dengan pernyataan (Sihombing, 2003) bahwa nilai indeks atherogenik ideal

untuk laki-laki adalah di bawah 4,5 sedangkan untuk wanita di bawah 4,0. Indeks

aterogenik dipengaruhi oleh kolsterol high density lipoprotein (HDL), semakin kecil

nilai indeks atherogenik, maka resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh

darah akan semakin kecil. Indeks atherogenik yang rendah mengindikasikan nilai

kolesterol HDL yang tinggi (Usoro et al., 2006). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian ini, bahwa nilai kolesterol HDL sebesar 37,3 ± 1,53 mg/dl lebih tinggi dari

batas normal, yaitu � 35 mg/dl (Schaefer et al., 1997).

45

Page 59: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian ransum mengandung gulai daging sapi dan jeroan terhadap tikus

jantan galur LMR-wistar sebanyak 14 ekor umur 28 hari tidak menunjukkan adanya

pengaruh nyata terhadap peningkatan profil lemak darah dan kolesterol yang

meliputi kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol

LDL, serta nilai indeks atherogenik. Pengujian terhadap respon fisiologis yang

meliputi laju pernafasan, denyut jantung, dan suhu tubuh, dapat menunjang hasil

analisis profil lemak dan kolesterol darah tikus dan tidak memberikan pengaruh

terhadap kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut terhadap profil lemak dan kolesterol darah tikus

umur dewasa atau tua untuk melihat kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan

pembuluh darah terhadap orang tua atau lanjut usia, serta perlu penelitian

menggunakan tikus percobaan dari umur muda sampai umur tua melalui

pengontrolan secara terus-menerus profil lemak dan kolesterol darah tikus tersebut.

Page 60: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan berkah, rahmat, dan ampunan serta karunia Allah SWT. Shalawat dan

salam semoga tercurah kepada pelopor dan reformis umat manusia Rasulullah

Muhammad SAW, yang telah membuka kalbu dan mata kita untuk mengenal Islam

dengan lebih baik, juga shalawat dan salam kepada keluarga, sahabat, serta umat

yang senantiasa mengikuti jejak beliau hingga yaumil akhir.

Bakti dan do’a penulis haturkan kepada kedua orang tua Muhammad

Khalidin dan Umi Selamah yang penulis kasihi, cintai dan banggakan, serta

kehangatan kasih sayangnya yang begitu luar biasa. Kepada kelima saudara: Banta

Ibrahim, M. Amin, Anwar Syahadat, Ima Dwitawati dan adikku M. Firdaus

terimakasih atas dukungan moral dan materinya. Penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. dan Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si. yang

telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam penyusunan proposal,

penelitian hingga penulisan skripsi. Terimakasih juga kepada Dr. Ir. Rarah R. A. M.,

DEA. sebagai pembimbing akademik, Ir. Hj. Komariah, M.Si. sebagai dosen

pembahas seminar serta kepada Epi Taufik, S.Pt., MPVH. dan Dr. Ir. Dewi Apri

Astuti, MS. selaku dosen penguji ujian siding skripsi.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan satu tim penelitian

Juliansyah Sudrajat, S.Pt., Aziz Bahaudin, S.Pt., Rohmah Retno Wulandari, S.Pt.,

Etik Piranti, S.Pt. dan Dini Maharani, S.Pt. Kepada teman dan sahabat, Helmi, Rizal,

Fatimah Siti, Nisa, Julfikar, Cahyanto, Dudi F., Tito, Abdi R., Saefan J., S.Pt.,

Salahuddin A., Tofan, S.Pt., Niko, Rizal H., Catur, Zul; Pondok Saroha, Pondok

Ramteng/Dahlia dan Pondok Kungfow Chicken (Omin S., Hadan M.) teman Wisma

Bijie, serta rekan-rekan Program Studi Teknologi Hasil Ternak yang tidak dapat

disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih telah memberikan berbagai

pengalaman kehidupan kepada penulis selama kuliah. Terakhir, penulis ucapkan

terimakasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB juga kepada keluarga

besar Institut Pertanian Bogor yang telah membuka wawasan dan pengalaman.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 61: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

DAFTAR PUSTAKA

Alemany, O. 2006. Studied on the palatability factors of meat. Journal Japanese

Society of Nutrition and Food Science. 59 (1): 39-50.

AOAC. 1984. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical

Chemists. Agricultural Chemistry, Washington DC.

Ardiansyah. 2006.Bawang putih untuk kesehatan. http//www.beritaiptek.com. [11

Juni 2007].

Assmann, G. Gotto, A.M., DPhil Jr, MD. 2004. HDL Cholesterol and protective

factors in atherosclerosis (Circulation. 2004; 109: III-8 – III-14). American

Heart Association, Inc., New York.

Azain, M.J. 2004. Role of fatty acids in adipocyte growth and development. Journal

of Animal Science. 2004. 82: 916-924.

Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-39476-1995. Daging. Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Baghurst, K. 2004. Dietary fat, marbling, and human health. Australian Journal of

Experimental Agriculture. 44: 635-644. http://www.publish.csiro.au [11

April 2008].

Bahaudin, A. 2008. Profil lemak darah dan respon fisiologis tikus putih yang diberi

pakan gulai daging domba dengan penambahan peroan. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bahar, B. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.

Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cunningham, J.G. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. 2nd

Edition. W.B.

Saunders Company, United States of America.

Darwis, D.N. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Puslitbang Tanaman

Industri, Bogor.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

Dorfman, S.E., S. Wang, S.V Lopez, M. Jauhiainen, dan H. Lichtenstein. 2004.

Dietary fatty acids and cholesterol differentially modulate HDL cholesterol

metabolism in Golden-Syrian hamsters. Journal of Nutrition. 135 (3): 492 –

497.

De Almeida, J.C., M.S. Perassolo, J. L. Camargo, N. Bragagnolo and J.L. Gross.

2006. Fatty acid composition and cholesterol content of beef and chicken

meat in Southern Brazil. Revista Brasileira de Ciencias Farmaceuticas.

Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 42: 109-117.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

Page 62: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Farrel. 1990. Spices, Condiment and Seasonings. On AVI Book, Von Nostrand

Reinhold, New York.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan: Srigandono, B dan

K. Praseno. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Ganong, W.F. 1976. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Terjemahan: A. Dharma. Editor:

Sutarman. CV EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Ganong, W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisis 14. Terjemahan: P. Andrianto.

Editor: J. Oswari. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Gunawan, N., 1988. Pengaruh Campuran Ekstrak Bawang Putih dan Daun Beluntas

terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah Tikus Putih. Fakultas Farmasi,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. http://www.intisari.com [5 Januari

2008].

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Setiawan I.,

Ken A.T, Alex S., Terjemahan: Setiawan S. Editor. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Hambali, E., Fatmawati dan R. Permanik. 2005. Membuat Aneka Bumbu Instan

Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hawab, M., M. Bintang dan E. Kustaman. 1989. Biokimia Lanjutan. Penuntun

Praktikum. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Herpandi. 2005. Aktivitas Hipokolesterolemik Tepung Rumput Laut pada Tikus

Hiperkolesterolemia. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Jae, K. W. 2003. Kolesterol. copyright: Yayasan Jantung Indonesia.

Kloppenburg-Versteegh, J. 1988. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-tanaman di

Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional (Kunir atau

Kunyit-Curcuma domestica Val.). Jilid 1: bagian Botani,Yogyakarta.

Komariah. 1997. Kandungan asam lemak, kholesterol dan energi daging sapi Bali,

Peranakan Ongole dan Kerbau pada berbagai tingkat umur. Tesis Magister

Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Edisi 5. Terjemahan: Aminuddin Parakkasi dan

Yudha A. Universitas Indonesia Press, jakarta.

Linder., M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: Aminuddin

Parakkasi dan A.Y. Amwila. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Li D., S. Siriamornpun, M.L. Wahlqvist, N.J. Mann, and A.J. Sinclair. 2005. Lean

meat and heart health. Asia Pasific Journal of Clinical Nutrion. 14 (2): 113-

119.

Malole, M.B.M., dan C.S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan

di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

49

Page 63: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Margi, S. 2005. Laboratory Animal Medicine: Principles and Procedures. Elsevier

Mosby, United States of America.

Matsubara, M., H. Chiba, S. Maruoka dan S. Katayose. 2002. Elevated serum lipid

concentrations in women with hyperuricemia. Journal of Atherosclerosis.

Thromb. 9(1): 28-34.

Mayes, P.A. 1996. Lipid transport and storage. Dalam: Murry R.K., D.K. Granner.,

P.A. Mayes., dan V.W. Rodwell (eds). Harper’s Biochemistry. Prentice-

Hall International lnc., London.

Meisinger, J. L., J. M. James and C. R. Calkins. 2006. Flavor relationships among

muscles from the beef chuck and round. Journal of Animal Science. 84:

2826-2833.

Montgomery, R., R. L. Dryer, T. W. Conway, dan A. S. Spector. 1993. Biokimia :

Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Jilid 2, Edisi Keempat. Terjemahan

M. Ismadi. Gadjah Mada Univerity Press, Yogyakarta.

Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Petunjuk Laboratorium. Pusat Antar

Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nakai, S. Dan Modler, H. W. 2000. Food Protein Processing Aplications. Wiley-

Vch, Toronto.

National Academy of Science. 1978. Nutrient requirement of domestic animal.

Nutrient Requirements of Laboratory Animal. 3rd

Edition. National

Academy of Science. Washington, D.C.

National Heart Lung and Blood Institute. 2006. High blood cholesterol, what is

cholesterol?. http://www.americanheart.org [5 Januari 2008].

Nicholl, L. 1976. Ilmu Gizi dan Ilmu Diet di Daerah Tropik. Terjemahan:

Sediaoetama, A.D. PN Balai Pustaka, Jakarta.

Packard R.R.S. dan P. Libby. 2008. Inflammation in atherosclerosis from vascular

biology to biomarker discovery and risk prediction. Clinical Chemistry. 54

24-38. http://www.clinicalchemistry.org [11 April 2008].

Palupi, N.S. 1995. Mempelajari aspek pengolahan bumbu mie instan terhadap

ketersediaan besi in vitro. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Paul, A.A. dan, D.A.T. Squthgate. 1978. The Composition of Food. 4th

Editions.

McCance dan Widdowson, London.

Pilliang, W.G. dan S.D.A. Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Volume 1. IPB Press, Bogor.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Pramadhia B., 1988. Pengaruh kurkuminoid dari temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) terhadap kolesterol total, trigliserida, HDL-kolesterol darah kelinci

dalam keadaan hiperlipidemia. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran Bandung, Bandung.

http//www.intisari.com [5 Januari 2008].

50

Page 64: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

http://www.rizkibuku.com [20 Januari 2009].

Price, J.F. dan B.S. Schweigert. 1971. The Science of Meat and Meat Products.W.H.

Freedman and Company, San Francisco.

Purnamaningsih, H., H. Wuryastuti, dan S. Raharjo .2001. Pengaruh pemberian

ransum tinggi kolesterol dan/atau tinggi lemak terhadap kadar kolesterol

plasma pada tikus Sprague dawley. Jurnal Sain Veteriner. 19 (1): 34-38.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Rimadianti. D. M. A. 2008. Profil trigliserida dan kolesterol darah tikus dengan

pemberian pakan sate domba dan pakan kontrol. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Robinson, R. 1979. Taxonomi and Genetics. In: H.J. Baker, J.R. Lindsey dan S.H.

Weisborth. (Eds). The Laboratory Rat. Academic Press. London. 2nd

Editions. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.

Rodriguez, E., M. Gonzales, B. Caride, K.A. Lamas and M.C. Taboada. 2000.

Nutritional value of Holothuria forskali protein and effect on serum lipid

profile in rats. Journal of Phisiological Biochemistry. 56 (1): 39-44.

Rokayah, N. 2001. Pengaruh penambahan garam, gula dan cara sterilisasi terhadap

bumbu masak siap pakai. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rukmono, J.T. 2007. Penyakit degeneratif tidak dapat disembuhkan namun dapat

dikendalikan. Infokom. http://www.pemerintahkotasemarang.go.id. [11

Desember 2008].

Russel, M. 2007. What you might not know about cholesterol.

http://www.cholesterolguide-to.com [10 Agustus 2007].

Sakuntal. 1987. Kadar dan total kolesterol daging domba dan kambing pada umur

yang berbeda. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Seman, D.J. and J.M. McKenxie-Parnell. 1989. The Nutritive Value of Meat as

Food. In: Meat Production and Processing, New Zealand Society of Animal

Production (Inc.), New Zealand.

Schaefer, E.J. dan J. McNamara. 1997. Overview of The Diagnosis and Treatment of

Lipid Disorders. Dalam: Rifai N., Warnivk G.R., Dominiczak M.H. eds.

Handbook of Lipoprotein Testing. Washington: AACC Press Shahidi, F.

1998. Flavour of Meat Product and Seafood. Blackie Academic and

Professional, New York.

Siagian, M. 2005. Homeostasis keseimbangan yang halus dan dinamis. Departemen

Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. http://www.

detik.com [18 Pebruari 2008].

Sihombing, A.B.H. 2003. Pemenfaatan rumput laut sebagai sumber serat pangan

dalam ransum untuk menurunkan kadar kolesterol darah tikus percobaan.

Skripsi. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi

Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

51

Page 65: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Sirois, M. 2005. Laboratory Animal Medicine: Principles and Procedures. Elsevier

Mosby, United States of America.

Smaolin, L.A, dan M.B. Grosvenor. 1997. Nutrition, Science and Applications. 2nd

Editions. Saunders College Publishing, New York.

Smith, J.B, dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia

Press, Jakarta.

Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani melalui Makanan. Penerbit

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Pertama. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Soraya, G.E. 2006. Studi komparatif kadar kolesterol darah dan lemak total daging

pada kambing dan domba lokal. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Steel, R.G. Dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: B.

Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyatna, F.D., T. Handoko. 2002. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia, Jakarta.

Usoro, C.A.O., C.C. Adikwuru, I.N. Usoro and A.C. Nsanwu. 2006. Lipid profile of

postmonopausal woman in calabar, Nigeria. Pakistan. Journal of Nutrition.

5 (1): 79-82.

Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang: Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang

Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wikipedia. 2007. Sate. http//www.id.wikipedia.org/wiki/sate. [11 Juni 2007].

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zhao, G., T.D Etherton, K.R. Martin, S.G. West, P.J. Gillies, dan P.M.K. Etherton.

2004. Dietary ��linolenic acid reduces inflammatory and lipid

cardiovascular risk factors in hypercholesterolemic men and women.

Journal of Nutrition. 134 (11): 2991 – 2997.

52

Page 66: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

LAMPIRAN

Page 67: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 1.Hasil Analisis Proksimat Ransum

Jenis

Sampel

Kadar

Air

Abu Lemak Protein

Bobot

Segar

Bobot

Kering

Bobot

Segar

Bobot

Kering

Bobot

Segar

Bobot

Kering

Ransum

Kontrol

-------------------------------------------%-----------------------------------------------

50.27 2.39 4.81 2.92 5.87 2.92 5.87

Ransum

Perlakuan 39,20 3,04 5,00 5,02 8,26 10,05 16,53

Lampiran 2. Hasil Analisis Proksimat Kasein Ransum

Parameter Konsentrasi (%)

Kadar Air 5,95

Kadar Abu 4,5

Kadar Lemak 1,96

Kadar Protein 86,98

Serat Kasar 0

Lampiran 3. Hasil Analisis Proksimat Gulai Daging Sapi Berlemak yang

Ditambah Jeroan

Parameter Konsentrasi

Kadar Air (%) 58,81

Kadar Abu (%)

berat segar 2,25

berat kering 5,46

Kadar Lemak (%)

berat segar 13,76

berat kering 33,41

Kadar Protein (%)

berat segar 18,86

berat kering 45,79

Kadar Kolesterol Padatan (mg/gram) 1,0195

54

Page 68: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 4. Hasil Analisis Kolesterol Padatan

Jenis Sampel Konsentrasi (mg/gram)

Gulai Daging Sapi Lean 0,7865

Gulai Daging Sapi Berlemek yang Ditambah Jeroan 1,0195

Gulai Daging Domba Lean 0,7948

Gulai Daging Domba Ditambah Jeroan 1,8064

Sate Sapi 0,5140

Sate Domba 0,4346

Lampiran 5. Komposisi Bahan Makanan

Bahan

Makanan

Sumber Nutrisi

Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (g)

Minyak

Nabati 902 0 100 0 0

Maizena 343 0,3 0 85,0 14

Daging

Sapi 207 18,8 14,0 0 66

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2001

Lampiran 6. Hasil Analisis Komponen Darah

Kelompok

Tikus

Komponen Darah

Kolesterol

Total HDL Trigliserida LDL

K1 99 36 65 50

K2 107 35 44 63.2

K6 115 44 103 50.4

Rataan ± St

Dev. 107 ± 8 38.3 ± 4,9 70,7 ± 29,9 54,5 ± 7,5

GSJ 1 85 37 127 22,6

GSJ 2 75 36 116 15,8

GSJ 4 112 39 109 51,2

Rataan ± St

Dev. 90,7 ± 19,1 37,3 ± 1,5 117,3 ± 9,1 29,9 ± 18,8

Keterangan : K : Kontrol

GSJ : Gulai Daging Sapi Ditambah Jeroan

55

Page 69: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 7. Analisis Kruskal-Wallis Bobot Badan Akhir Tikus Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 7 86,65 4,0 -3,13

2 7 145,57 11,0 3,13

Overall 14 7,5

H = 9,80 DF = 1 P = 0,002

Lampiran 8. Analisis Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 119 11,58 87,7,5 -6,64

2 112 14,75 146,1 6,64

Overall 238 116,0

H = 44,15 DF = 1 P = 0,000

Lampiran 9. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Darah Tikus

Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 3 107,0 4,3 1,09

2 3 85,0 2,7 -1,09

Overall 6 3,5

H = 1,19 DF = 1 P = 0,275

Lampiran 10. Analisis Kruskal-Wallis Kadar LDL Darah Tikus Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 3 50,40 4,3 1,09

2 3 22,60 2,7 -1,09

Overall 6 3,5

H = 1,19 DF = 1 P = 0,275

Lampiran 11. Analisis Kruskal-Wallis Kadar HDL Darah Tikus Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 3 36,00 3,2 -0,44

2 3 37,00 3,8 0,22

Overall 6 3,5

H = 0,19 DF = 1 P = 0,663

H = 0,20 DF = 1 P = 653

56

Page 70: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 12. Analisis Kruskal-Wallis Kadar Trigliserida Darah Tikus

Percobaan

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 3 65,00 2,0 -1,95

2 3 116,00 5,0 1,96

Overall 6 3,5

H = 3,86 DF = 1 P = 0,050

Lampiran 13. Analisis Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik

Perlakuan Uji Kruskal-Wallis

N Median Ave Rank Z

1 3 1,750 4,3 1,09

2 3 1,300 2,7 -1,09

Overall 6 3,5

H = 1,19 DF = 1 P = 0,275

Lampiran 14. Analisis Ragam Respon Denyut Jantung Tikus Percobaan

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 1 2161,286714 2161,285714 0,806456034 4,6 8,86

Galat 1 14 37519,71429 2679,979592 9,847694038 1,82 2,3

Galat 2 96 26125,71429 272,1428572

Total 111 65806,71429

Lampiran 15. Analisis Ragam Respon Laju Pernafasan Tikus Percobaan

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 1 660,5714286 660,5714286 0,7647309 4,6 8,86

Galat 1 14 12093,14286 863,7959186 1,9850044 1,82 2,3

Galat 2 96 41775,42857 435,1607143

Total 111 42436

57

Page 71: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 16. Analisis Ragam Respon Suhu Tubuh Tikus Percobaan

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 1 1,395089286 1,395089286 0,683632204 4,6 8,86

Galat 1 14 28,56982143 2,040701531 5,558781633 1,82 2,3

Galat 2 96 35,24285714 0,367113095

Total 111 65,20776786

Lampiran 17. Formula Komposisi Ransum Tikus Percobaan

Bahan campuran Jumlah (%)

Produk Olahan Daging X (10% protein) = 1,6 x 100 / % N sampel

Minyak Biji Kapas / Minyak Nabati 8 - X x % ekstrak eter/100

Campuran Garam 5 - X x % kadar abu / 100

Selulosa 1 - X x % kadar serat kasar/100

Air 5 - X x % kadar air/100

Sukrosa / Pati Jagung Digunakan hingga ransum 100 %

Campuran Vitamin 1

Sumber: AOAC, 1984

58

Page 72: PROFIL TRIGLISERIDA, KOLESTEROL DARAH DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59602/1/D09air.pdf · profil trigliserida, kolesterol darah dan respon fisiologis tikus

Lampiran 18. Komposisi Kimia Kebutuhan Nutrisi (NRC) Tikus (90 % BK)

Nutrisi Konsentrasi Komposisi Kebutuhan Nutrisi Tikus

(Fase Pertumbuhan, Gestation, atau Laktasi)

Protein 12,00%

Lemak 5,00%

Energi Tercerna 3.800 kcal/kg

Mineral

Kalsium 0,50%

Klorida 0,05%

Magnesium 0,04%

Fosfor 0,40%

Potassium 0,36%

Sodium 0,05%

Sulfur 0,03%

Kromiun 0,30 mg/kg

Tembaga 5,00 mg/kg

Fluor 1,00 mg/kg

Iodin 0,15 mg/kg

Besi 35,00 mg/kg

Mangan 50,00 mg/kg

Selenium 0,10 mg/kg

Seng 12,00 mg/kg

Vitamin

A 4.000 IU/kg

D 1.000 IU/kg

E 30,00 IU/kg

K 50,00 �g/hg

Kolin 1.000 mg/kg

Asam Folat 1,00 mg/kg

Niasin 20,00 mg/kg

Pantotenat (kalsium) 8,00 mg/kg

Riboflavin 3,00 mg/kg

Thiamin 4,00 mg/kg

Vitamin B6 6,00 mg/kg

Vitamin B12 50,00 �g/hg

Sumber: National Academy of Science, 1978

59