1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

18
1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong FITRIA WIJAYA Pembimbing : Ni Made Taganing, MPSi., PSi. ABSTRAK Siswa yang terlibat memilih suatu jurusan pendidikan dengan mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadian yang dimilikinya cenderung dapat memilih jurusan yang tepat untuk dirinya. Pemilihan jurusan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kepribadian siswa dapat mengakibatkan siswa semangat, lebih serius dan termotivasi dalam belajar. Kemandirian siswa dalam pembuatan keputusan karir, yaitu siswa memilih jurusan tidak karena pengaruh orang lain, tetapi karena pilihannya sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan dirinya mengakibatkan siswa lebih bersemangat dalam belajar. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong. Untuk mengukur kematangan karir dilakukan dengan menggunakan Inventori Kematangan Karir CMI (Career Maturity Inventory) yang disusun oleh John O. Crites, Ph.D dan diadaptasi ke dalam budaya indonesia oleh Ni Made Taganing, dkk. (2006). Dari 30 item skala sikap yang diujicobakan terdapat 16 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.303-0.581 dengan koefisien reliabilitas 0.804. Pada tes kompetensi dari 50 item yang diujicobakan terdapat 28 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.300-0.618 dengan koefisien reliabilitas 0.862. Data dinyatakan tidak normal (0.000) dan linier (0.000). Sedangkan untuk mengukur motivasi belajar, dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar dari Sardiman (2001). Dari 60 item yang diujicobakan terdapat 40 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.300-0.714 dengan koefisien reliabilitas 0.876. Data dinyatakan normal (0.200) dan linier (0.000). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi Spearman rho diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.504 dengan taraf signifikansi 0.000 (p<0.01). Kata kunci : Kematangan Karir, Motivasi Belajar, Siswa Kelas X MAN Cibinong, Bogor

Transcript of 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

Page 1: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

1

Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong

FITRIA WIJAYA

Pembimbing : Ni Made Taganing, MPSi., PSi.

ABSTRAK Siswa yang terlibat memilih suatu jurusan pendidikan dengan mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadian yang dimilikinya cenderung dapat memilih jurusan yang tepat untuk dirinya. Pemilihan jurusan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kepribadian siswa dapat mengakibatkan siswa semangat, lebih serius dan termotivasi dalam belajar. Kemandirian siswa dalam pembuatan keputusan karir, yaitu siswa memilih jurusan tidak karena pengaruh orang lain, tetapi karena pilihannya sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan dirinya mengakibatkan siswa lebih bersemangat dalam belajar. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong.

Untuk mengukur kematangan karir dilakukan dengan menggunakan Inventori Kematangan Karir CMI (Career Maturity Inventory) yang disusun oleh John O. Crites, Ph.D dan diadaptasi ke dalam budaya indonesia oleh Ni Made Taganing, dkk. (2006). Dari 30 item skala sikap yang diujicobakan terdapat 16 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.303-0.581 dengan koefisien reliabilitas 0.804. Pada tes kompetensi dari 50 item yang diujicobakan terdapat 28 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.300-0.618 dengan koefisien reliabilitas 0.862. Data dinyatakan tidak normal (0.000) dan linier (0.000). Sedangkan untuk mengukur motivasi belajar, dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar dari Sardiman (2001). Dari 60 item yang diujicobakan terdapat 40 item yang valid dengan nilai korelasi item-total berkisar antara 0.300-0.714 dengan koefisien reliabilitas 0.876. Data dinyatakan normal (0.200) dan linier (0.000).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi Spearman rho diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.504 dengan taraf signifikansi 0.000 (p<0.01).

Kata kunci : Kematangan Karir, Motivasi Belajar, Siswa Kelas X MAN

Cibinong, Bogor

Page 2: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Siswa SMU berkisar antara 15-19 tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa remaja (Papalia & Olds, 1995). Masa remaja adalah masa memilih, hal ini terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1980) pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Maka remaja harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni, jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan remaja harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan. Sedangkan pada usia sekitar 17 tahun remaja menyadari bahwa mereka bertanggung jawab dalam perencanaan karirnya (Seligman, 1994). Di masa remaja perkembangan karir berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan mengalami dinamika yang penting pada masa sekolah menengah (Miller; Mitchell dalam Seligman 1994). Super (dalam Seligman, 1994) mengatakan perkembangan karir pada masa sekolah menengah sebagai tahap eksplorasi yang dimulai pada usia 15 sampai 24 tahun. Pada tahap ini remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja, dan mulai mencoba peran-peran baru, maka dalam hal ini diperlukan kematangan karir. Brown & Brooks (1990) mengemukakan kematangan karir

sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut. Untuk dapat memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir, yaitu meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan (Crites dalam Barnes, 1974). Rendahnya kematangan karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir, termasuk kesalahan dalam menentukan jurusan pendidikan bagi siswa SMA. Pada kenyataannya, banyak remaja yang memilih suatu jurusan pendidikan tanpa mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadiannya. Mereka cenderung mengikuti pilihan orang tua, teman, dengan dasar populariras pekerjaan atau identifikasi dengan orang tua. Kesalahan pemilihan pendidikan dapat mengakibatkan kerugian waktu, finansial dan kegagalan dalam belajarpun dapat terjadi, ini dikarenakan mereka tidak termotivasi untuk belajar. Karena masalah pemilihan dan persiapan karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting bagi remaja dan dapat mempengaruhi keseluruhan masa depan seseorang, maka apabila remaja berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya dapat membuat bahagia. Sebaliknya apabila seseorang gagal, hal ini dapat membuat tidak bahagia, timbul penolakan dari masyarakat, dan

Page 3: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

3

kesulitan dengan tugas perkembangan selanjutnya (Havinghurst, dalam Hurlock 1980).

Dengan demikian, Pemilihan dan persiapan karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting bagi remaja dan dapat mempengaruhi keseluruhan masa depan seseorang, termasuk dalam hal memilih jurusan pendidikan yang tepat. Remaja dapat memilih dan merencanakan karir sesuai dengan minat, harapan, cita-cita, dan kemampuannya, dalam hal ini remaja memerlukan kematangan karir. Siswa yang memiliki keterlibatan dan kemandirian dalam memilih suatu jurusan pendidikan dengan memperkirakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadian yang dimilikinya tanpa mengikuti pilihan orang tua atau teman, cenderung dapat memilih jurusan pendidikan yang tepat untuk dirinya, sehingga mengakibatkan siswa termotivasi untuk belajar.

Sardiman (2001) mengatakan motivasi belajar berperan sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat diperlukan agar kegagalan dalam belajar tidak terjadi, dan kemampuan siswa dapat dikembangkan secara optimal. Siswa yang merasa siap untuk membuat keputusan dalam bidang pendidikan yang berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkannya menyebabkan siswa memilih karir yang sesuai untuk dirinya, termasuk dalam memilih jurusan, hal ini menggambarkan kematangan karirnya tinggi. Crites (dalam Barnes, 1974) mengemukakan bahwa individu yang memiliki kematangan karir tinggi

ditandai dengan memiliki pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Dalam hal ini, siswa cenderung merasa senang dalam melakukan aktivitas belajar, ini dapat disebabkan karena pengetahuan siswa tentang karir yang dipilihnya, kemampuan dan minat siswa yang sesuai dengan karir yang dipilihnya, juga pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan untuk memilih suatu bidang yang akan ditekuninya. Maka siswa yang memiliki kematangan karir tinggi cenderung motivasi belajarnya juga tinggi.

Motivasi belajar merupakan tenaga dorong selama proses belajar untuk mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengelolanya, mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil serta menerapkan hasil ini dalam kehidupan (Sukadji, 2000). Adanya motivasi belajar pada seseorang ditandai oleh tanggung jawab, tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas, tidak mudah menyerah, memiliki sejumlah usaha, bekerja keras, memperhatikan umpan balik, waktu penyelesaian tugas dengan tidak menunda, dan menetapkan tujuan yang realistis (Sardiman, 2001).

Individu yang memiliki kematangan karir rendah cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya, hal ini dapat membuat seseorang memilih karir yang kurang tepat untuk dirinya. Sehingga motivasi belajarnya rendah pula, karena mereka melakukan karir yang dipilihnya karena pengaruh orang lain tidak dari dirinya sendiri.

Page 4: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

4

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris ada tidaknya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian : 1. Manfaat Teoritis . Hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar dengan cara siswa memiliki pemahaman terhadap diri sendiri, bakat, kemampuan, minat, keterbatasan, dan kualitas-kualitas lain yang dimiliki. Siswa memiliki informasi atau pengetahuan mengenai persyaratan dalam memilih suatu jurusan yang ditekuni dan dapat memilih jurusan yang tepat agar motivasi belajarnya meningkat.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar dengan cara siswa memiliki keterlibatan dalam belajar yang lebih serius, guru membimbing dan memberi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jurusan yang ditekuni siswa. Sekolah lebih meningkatkan fasilitas bimbingan konseling untuk memilih jurusan yang tepat untuk siswa agar motivasi belajarnya tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Belajar Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal

dari berbagai sumber. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada para ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadi belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002). Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang dapat membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan oleh anak untuk melakukan kegiatan belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar, seseorang tidak akan mungkin mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dengan adanya motivasi untuk belajar, seseorang bukan hanya ingin belajar tetapi juga mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan belajar. Fungsi Motivasi dalam Belajar Menurut Sardiman (2001) fungsi motivasi ada tiga, yaitu : a. Mendorong Manusia untuk Berbuat,

sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan Arah Perbuatan c. Menyeleksi Perbuatan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Page 5: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

5

Belajar dapat di pengaruhi oleh motivasi intrinsik, artinya dapat dibentuk didalam diri individu, adanya suatu kebutuhan dapat berkembang menjadi suatu perhatian atau suatu dorongan (Mustaqim & Wahid, 1991). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah : a. Kemasakan b. Usaha yang Bertujuan dan Ideal c. Pengetahuan Mengenai Hasil dalam

Motivasi d. Penghargaan dan Hukuman e. Partisipasi f. Perhatian Karakteristik Adanya Motivasi Belajar Anderson dan Faust ( dalam Prayitno, 1989) menjabarkan empat karakteristik adanya motivasi belajar dalam diri siswa, yaitu :

a. Adanya Ketekunan dalam Belajar b. Adanya Minat Belajar c. Adanya Perhatian terhadap Mata

Pelajaran d. Adanya Konsentrasi terhadap Mata

Pelajaran Aspek-Aspek Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2001), aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu: a. Tanggung jawab terhadap Tugas b. Tekun terhadap Tugas,

Berkonsentrasi untuk Menyelesaikan Tugas, dan Tidak Mudah Menyerah

c. Memiliki Sejumlah Usaha, Bekerja Keras, dan Menghabiskan Waktu untuk Kegiatan Belajar

d. Memperhatikan Umpan Balik e. Waktu Penyelesaian Tugas f. Menetapkan Tujuan yang Realistis

Kematangan Karir Remaja

Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1980) persiapan diri untuk menjalani suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting bagi remaja. Masalah karir merupakan suatu masalah penting, karena pekerjaan atau karir seseorang menentukan berbagai segi dari kehidupannya. Dimasa remaja perkembangan karir berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan mengalami dinamika yang penting pada masa sekolah menengah (Miller dalam Seligman, 1994). Pada masa ini remaja harus memilih bidang-bidang pekerjaan yang nantinya akan ditekuni. Sebagian besar remaja mulai menunjukkan minat pada bidang pekerjaan tertentu dan memiliki pengetahuan tentang tugas-tugas dari pekerjaan, aspek psikososial dalam pekerjaan, atribut-atribut yang dimiliki oleh pekerja, persiapan yang

dibutuhkan untuk memasuki suatu pekerjaan dan pendekatan-pendekatan untuk merencanakan karir (Seligman, 1994).

Super (dalam Seligman, 1994) mengatakan masa SMA sebagai sub tingkat pertama dari tahap eksplorasi, yaitu sub tahap sementara (tentative substage) yang dimulai pada usia sekitar 15 sampai 17 tahun. Tahap eksplorasi merupakan tahap dimana remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja dan mencoba peran-peran baru. Pilihan sementara terhadap bidang pekerjaan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan, minat, kemampuan dan nilai-nilai. Maka kematangan karir adalah keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir yang ditandai dengan memiliki informasi mengenai pendidikan dan karir, mengarahkan diri pada eksplorasi yang sistematis terhadap dunia kerja, memiliki kemampuan dalam

Page 6: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

6

mengambil keputusan, memiliki kesadaran terhadap gaya hidup yang diinginkan, berkembangnya citra diri dengan jelas, positif dan realistik, serta mampu membentuk rencana karir sementara dan tujuan yang sesuai dengan citra diri dan gaya hidup yang diinginkan (Seligman, 1994). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kematangan karir remaja adalah kesiapan individu untuk memenuhi tugas perkembangan karir yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya. Pada perkembangan karir, masa remaja merupakan tahap eksplorasi (Usia 15-24 tahun). Tahap ini adalah suatu perluasan dari uji realistis, dengan konsekuensi modifikasi konsep diri. Pada tahap ini, keputusan-keputusan pendidikan yang penting akan dialami pertama kali dan tujuan-tujuan karir pertama kali diuji secara serius. Perkembangan Karir Super dkk. (1957) membagi tahap-tahap perkembangan karir menjadi lima tahap, yaitu: a. Tahap Pertumbuhan (Usia-14 tahun)

Tahap ini dibagi menjadi tiga sub tahap, yaitu: a) Fantasi (usia 4-10 tahun) b) Minat (usia 11-12 tahun)

c) Kapasitas (usia 13-14 tahun) b. Tahap Eksplorasi (Usia 15-24 tahun)

Tahap ini dibagi menjadi tiga sub tahap, yaitu:

a) Sementara (usia 15-17 tahun b) Transisi (usia 18-21 tahun) c) Percobaan (usia 22-24 tahun)

c. Tahap Penentuan (Usia 25-44 tahun) Tahap ini dibagi menjadi dua sub tahap, yaitu: a) Percobaan (usia 25-30 tahun)

b) Stabilitasi (usia 25-30 tahun) d. Tahap Pemeliharaan (Usia 45-64

tahun)

e. Tahap Penurunan (usia 65 tahun ke atas)

Tahap ini dibagi menjadi dua sub tahap, yaitu: a) Pelambatan (usia 65-70 tahun) b) Pensiun (usia 71 tahun ke atas)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Menurut Seligman (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir pada remaja adalah : a. Faktor Individu b. Faktor Pengalaman c. Faktor Sosial Ekonomi d. Faktor Gender e. Faktor Usia Aspek dalam Proses Kematangan Karir Menurut Super (dalam Seligman, 1994) aspek-aspek dalam proses kematangan karir atau adaptasi terhadap karir terdiri dari : a. Perencanaan (Planfulness) b. Penjajagan (Exploration) c. Pengumpulan Informasi (Information

Gathering) d. Pengambilan Keputusan (Decision

Making) e. Orientasi Kenyataan (Reality

Orientation) Karakteristik Kematangan Karir Menurut Seligman (1994) kematangan karir yang positif ditandai oleh suatu urutan proses dalam kehidupan, yang meliputi : a. Meningkatnya kesadaran diri b. Meningkatnya pengetahuan akan pilihan-pilihan karir yang sesuai c. Meningkatnya kesesuaian antara

kemampuan, minat, dan nilai dengan karir yang diinginkan

d. Meningkatnya kesadaran akan karir yang diinginkan

Page 7: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

7

e. Meningkatnya kemampuan, perencanaan dan kesuksesan karir

f. Meningkatnya sikap yeng berhubungan dengan karir (orientasi berprestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi, self efficacy)

g. Meningkatnya kepuasan dan kesuksesan dalam perkembangan karirnya.

Career Maturity Inventory (CMI)

Penelitian ini menggunakan CMI (Career Maturity Inventory) yang dikembangkan oleh John E. Crites, Ph.D. dan diadaptasi ke dalam budaya Indonesia oleh Ni Made Taganing, dkk. bertujuan untuk menguji kembali validitas dan reliabilitas CMI yang diadaptasi ke dalam budaya Indonesia, dalam hal ini pada siswa MAN Cibinong kelas X dengan pertimbangan siswa kelas X sudah harus mempunyai perencanaan karir jangka panjang, paling tidak sudah harus mengambil keputusan untuk pemilihan jurusan. Peneliti menggunakan inventori ini yang terdiri dari skala sikap dan tes kompetensi yang dapat mengungkap perasaan-perasaan, reaksi subjektif dan kecenderungan individu dalam memilih karir. Inventori ini juga mengungkap aspek-aspek pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir, dan apa yang harus dilakukan.

Siswa

Djamarah (2002) menjelaskan bahwa anak didik dipahami sebagai individu yang belajar dan sebagai individu dengan segala perbedaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa adalah subjek

belajar yang menempati posisi sentral kegiatan belajar mengajar.

Kebutuhan Siswa

Pemenuhan kebutuhan siswa, di samping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa menurut Sardiman (2001), antara lain: a. Kebutuhan Jasmaniah b. Kebutuhan Sosial c. Kebutuhan Intelektual Karakteristik Siswa

Menurut Hamalik (2002), karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah : a. Latar Belakang Pengetahuan dan

Taraf Pengetahuan b. Gaya Belajar c. Usia Kronologis d. Tingkat Kematangan e. Spektrum dan Ruang Lingkup Minat f. Lingkungan Sosial Ekonomi g. Hambatan Lingkungan dan

Kebudayaan h. Intelegensi i. Keselarasan dan Attitude j. Prestasi Belajar k. Motivasi Hubungan antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong

Masa remaja adalah masa yang menentukan dalam perkembangan seseorang, baik perkembangan psikologis ataupun biologis. Pada masa remaja terbentuk pola tingkah laku dan aktivitas yang berhubungan dengan kelanjutan hidupnya, hal ini terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja

Page 8: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

8

yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Salah satunya adalah dalam memilih jurusan/program pendidikan lanjutan. Apabila remaja memilih jurusan pendidikan sesuai dengan minat, kemampuan dan kepribadian, maka remaja tersebut dapat dikatakan memiliki kematangan karir.

Kematangan karir adalah kesiapan individu untuk lebih terbuka terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai dengan usianya serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir setiap individu (Savickas, dalam Patton 2001).

Siswa yang terlibat memilih suatu jurusan pendidikan dengan mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadiannya cenderung dapat memilih jurusan yang tepat untuk dirinya. Pemilihan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kepribadian siswa dapat mengakibatkan siswa termotivasi dalam belajar. Namun sebaliknya, apabila siswa yang memilih suatu jurusan pendidikan tanpa mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadiannya. Misalnya cenderung mengikuti pilihan orang tua, teman, dengan dasar populariras pekerjaan atau identifikasi dengan orang tua. Kesalahan pemilihan pendidikan dapat mengakibatkan kerugian waktu, finansial dan kegagalan dalam belajarpun dapat terjadi, ini dikarenakan mereka tidak termotivasi untuk belajar. Faktor lain yang menyebabkan kematangan karir disebabkan karena dukungan dari guru dan teman-teman. Dukungan dari guru dan teman-teman dapat mempengaruhi tingkat aspirasi karir remaja untuk memilih jurusan pendidikan. Dalam hal ini, apabila siswa dalam memilih jurusan pendidikan didukung oleh teman dan gurunya, maka

cenderung lebih merasa yakin dengan jurusan pendidikan yang dipilihnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rice (1993) bahwa guru dan teman-teman disekolah berperan cukup besar dalam pemilihan karir siswa sekolah menengah.

Faktor keluarga dapat menyebabkan terjadinya kematangan karir, dalam hal ini keluarga dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi remaja dalam menentukan dan memilih bidang pekerjaan yang diinginkannya. Keluarga memberikan pengaruh positif apabila keluarga memberikan saran serta nasihat tentang jurusan yang menjadi pilihan anaknya. Sedangkan pengaruh keluarga dapat menjadi negatif apabila keluarga memaksakan kehendak mereka terhadap pemilihan dan perencanaan karir anaknya, termasuk memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak diinginkannya.

Faktor individu memiliki pengaruh yang kuat pada kematangan karir seseorang, hal ini mencakup self esteem, kemampuan, minat, kepribadian, dan prestige. Semakin kuat hubungan antara kemampuan, minat dan bakat seseorang dengan persyaratan bidang yang dipilihnya, maka tingkat kepuasan, kinerja dan stabilitas mereka akan semakin tinggi (Seligman, 1994). Dalam mencapai karir yang tepat bukan hanya kematangan karir yang dibutuhkan, tetapi motivasi belajar juga dibutuhkan. Motivasi belajar adalah dorongan yang membuat siswa melakukan kegiatan belajar, termasuk motivasi untuk mencapai karir yang tepat. Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat dibutuhkan kematangan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih suatu pekerjaan dan kemampuan untuk

Page 9: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

9

merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan (Crites, dalam Barnes, 1974). Keinginan seseorang perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan dalam mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangan, salah satunya memilih jurusan pendidikan yang tepat ( Mustaqim & Wahid, 1991). Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya motivasi belajar, diantaranya adalah faktor kemampuan siswa, yaitu keinginan seseorang perlu dibarengi dengan kemampuan dalam mencapainya. Maka apabila siswa memiliki kemampuan, motivasinya cenderung lebih kuat untuk melakukan tugas perkembangannya, salah satunya dalam memilih jurusan yang tepat dan sesuai dengan kemampuannya, hal ini menyebabkan siswa lebih termotivasi untuk belajar karena kemampuan yang dimilikinya dan kematangan karir cenderung meningkat.

Selain itu faktor kondisi siswa juga mempengaruhi motivasi belajar, yaitu kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani, mempengaruhi motivasi dalam belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani seseorang berpengaruh pada motivasi belajar. Maka, apabila siswa memiliki kondisi jasmani dan rohani yang baik, motivasi belajarnya cenderung meningkat dan menyebabkan siswa dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik untuk

mencapai kematangan karir. Pengaruh teman-teman baru, guru (Monks, dalam Dimyati & Modjiono, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Farmer (dalam Seligman, 1994) bahwa bagi remaja dukungan guru merupakan pengaruh penting bagi motivasi. Kondisi lingkungan siswa mempengaruhi motivasi belajar, dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan dalam belajar. Sebaliknya, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Maka apabila kondisi lingkungan siswa baik, motivasi belajarnya cenderung meningkat dan menyebabkan siswa dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik untuk mencapai kematangan karir.

Motivasi belajar adalah dorongan yang membuat siswa melakukan kegiatan belajar, termasuk motivasi untuk mencapai karir yang tepat. Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat dibutuhkan kematangan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih suatu pekerjaan dan kemampuan untuk merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan (Crites dalam Barnes, 1974). Kematangan karir yang tinggi dapat menyebabkan siswa mengambil keputusan karir yang tepat dalam menentukan pendidikan lanjutan. Dalam memilih jurusan pendidikan perlu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kepribadiannya, sehingga siswa termotivasi belajar. Apabila siswa

Page 10: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

10

memilih jurusan sesuai dengan minat yang disukainya, maka cenderung akan lebih bersemangat dan tertarik dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Menurut Sardiman (2001) siswa yang memiliki motivasi belajar akan menunjukkan minat yang besar terhadap bidang yang disukainya. Horrock (1976) menyatakan bahwa minat remaja dalam pemilihan bidang karir dan pilihan karirnya merupakan salah satu aspek penting dalam penyesuaian pribadi, prestasi dan kesuksesan dalam hidup mereka. Apabila remaja memilih rencana karir secara bijaksana dengan menyesuaikan antara kemampuan dan minatnya, maka mereka memiliki peluang yang lebih besar untuk beradaptasi, memperoleh kepuasan dan kesuksesan dalam tahap perkembangan berikutnya. Untuk menentukan bidang pekerjaan atau pendidikan yang akan ditempuh, kematangan karir dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang (Havinghurst, dalam Hurlock, 1980). Apabila seseorang memiliki kematangan karir, maka motivasi belajarnya cenderung lebih tinggi. Siswa yang memilih jurusan dengan tepat sesuai kemampuan dan minatnya dapat diartikan memiliki kematangan karir yang baik, hal ini dapat mempengaruhi motivasi belajarnya menjadi lebih tinggi, sehingga siswa mempunyai dorongan yang membuat dirinya melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang dalam mempelajari bidang yang ditekuni untuk karirnya dimasa depan. Hipotesis Berdasarkan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong.

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel Penelitian

Setelah menelaah landasan teori maka yang menjadi variabel adalah :

1. Variabel Bebas (X) : Kematangan Karir 2. Variabel Terikat (Y) : Motivasi Belajar

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kematangan Karir Kematangan karir adalah sebagai keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan tertentu, kematangan karir berkaitan dengan tugas perkembangan karir pada tiap-tiap tahap perkembangan karir. Dalam penelitian ini untuk mengukur kematangan karir yaitu dengan menggunakan Inventori CMI (Career Maturity Inventory) yang sudah diadaptasi ke dalam budaya indonesia oleh Ni Made Taganing K., MPsi.,Psi. dkk. tahun 2006 dan bertujuan untuk mengadaptasi, menguji kehandalan dan melakukan standarisasi terhadap Career Maturity Inventory yang disusun oleh John O. Crites, Ph.D. yang terdiri dari Skala Sikap dan Tes Kompetensi. Inventori ini terdiri dari skala sikap dan tes kompetensi yang dapat mengungkap perasaan-perasaan, reaksi subjektif dan kecenderungan individu dalam memilih karir. Inventori ini juga mengungkap aspek-aspek pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir, dan apa yang harus dilakukan. Motivasi Belajar

Page 11: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

11

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak atau dorongan yang ada dalam diri siswa yang menyebabkan timbulnya kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Pengukuran motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2001), yaitu tanggung jawab, tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas, dan tidak mudah menyerah, memiliki sejumlah usaha, bekerja keras, dan menghabiskan waktu untuk kegiatan belajar, memperhatikan umpan balik dan waktu penyelesaian tugas serta menetapkan tujuan yang realistis. Maka semakin tinggi motivasi belajar siswa, semakin tinggi kematangan karirnya. Sampel

Dalam penelitian ini pemilihan sampel terdiri dari 60 orang, yaitu siswa kelas X, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berasal dari sekolah MAN Cibinong. Sampel ini dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas X sedang berada pada tahap sudah merencanakan karir jangka panjang karena nantinya mereka akan mengambil keputusan untuk pemilihan jurusan. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode probability sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan kuesioner yaitu Inventori Kematangan Karir yang terdiri dari Skala Sikap dan Tes kompetensi serta Skala Motivasi Belajar.

1. Skala kematangan karir Inventori yang digunakan adalah

CMI (Career Maturity Inventory) yang disusun oleh John O. Crites, Ph.D. yang terdiri dari Skala Sikap dan Tes Kompetensi yang sudah diadaptasi ke dalam budaya indonesia oleh Ni Made Taganing K., MPsi.,Psi. dkk. tahun 2006.

Skala Sikap

Skala ini terdiri dari Skala Sikap berjumlah 30 item dan disusun berdasarkan dengan derajat favorable sebanyak 8 item dan derajat unfavorable 22 item. Dengan menggunakan kategori respons variasi jawaban sebagai berikut : Setuju (S), Tidak setuju (TS). Tes Kompetensi

Tes Kompetensi berjumlah 50 item dengan administrasi tes peraspek dan disusun berdasarkan dengan derajat favorable sebanyak 14 item dan derajat unfavorable 36 item. Dengan menggunakan kategori respons variasi jawaban sebagai berikut : Setuju (S), Tidak setuju (TS), Tidak Tahu (TT). Pilihan Tidak Tahu (TT) disertakan untuk menghindarkan subjek memilih jawaban karena menebak jika benar-benar tidak tahu jawaban yang benar.

2. Skala motivasi belajar

Skala yang digunakan adalah skala motivasi belajar yang disusun penulis berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2001), yaitu tanggung jawab, tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas, dan tidak mudah menyerah, memiliki sejumlah usaha, bekerja keras, dan menghabiskan waktu untuk kegiatan belajar, memperhatikan umpan balik dan waktu

Page 12: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

12

penyelesaian tugas serta menetapkan tujuan yang realistis. Skala ini terdiri dari 60 item dan disusun berdasarkan dengan derajat favorable sebanyak 30 item dan derajat unfavorable 30 item. Skala ini disusun berbentuk skala Likert dengan menggunakan kategori respons tingkat kesesuaian yang mempunyai variasi jawaban sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

Uji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS ver.15 for Windows.

Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman rho, yaitu untuk menganalisis hubungan antara kematangan karir (X) sebagai variabel bebas dengan motivasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS ver.15 for Windows.

PERSIAPAN, PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Persiapan Penelitian

Persiapan dalam penelitian ini yaitu dengan mempersiapkan alat ukur. Alat ukur dalam penelitian ini disiapkan dengan menyusun Skala Motivasi Belajar dan menggunakan Inventori Kematangan Karir CMI (Career Maturity Inventory) yang disusun oleh John O. Crites, Ph.D dan diadaptasi ke dalam budaya indonesia oleh Ni Made

Taganing K., dkk. tahun 2006, yang dikembangkan berdasarkan konstruk sikap pada skala sikap dan aspek-aspek pada tes kompetensi dalam kematangan karir dan aspek-aspek motivasi belajar dari Sardiman (2001). Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sistem try out terpakai, yaitu data yang diperoleh dengan sekali try out dalam penyebaran skala dan sekaligus digunakan sebagai data dalam penelitian. Penelitian dilakukan terhadap Siswa SMA/Sederajat, dalam penelitian ini siswa MAN Cibinong, Bogor. Proses pengambilan data di Sekolah MAN Cibinong berlangsung pada tanggal 3 Mei 2008. Beberapa hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 28 April 2008 peneliti datang ke Sekolah MAN Cibinong untuk meminta izin guna melakukan penelitian di Sekolah MAN Cibinong dan menjelaskan maksud dari kedatangan dan menanyakan persyaratan apa saja yang diperlukan untuk mengadakan penelitian di Sekolah tersebut. Peneliti juga meminta kesediaan guru di sekolah tersebut untuk membantu peneliti dalam menjalankan penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti menyebar 60 kuesioner dan semuanya dapat dianalisis lebih lanjut. Hasil Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Skala a. Skala Kematangan Karir

Skala sikap item yang valid memiliki nilai korelasi item-total berkisar antara 0.303 sampai 0.581. Pada tes kompetensi item yang valid memiliki nilai korelasi item-total berkisar antara 0.303 sampai 0.618. Pada skala sikap uji reliabilitas diperoleh angka koefisien

Page 13: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

13

reliabilitas sebesar 0.804. Pada tes kompetensi uji reliabilitas diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0.862.

b. Skala Motivasi Belajar Pada skala Motivasi Belajar item yang valid memiliki nilai korelasi item-total berkisar antara 0.300 sampai 0.714. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0.876. 2. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan usia. Yaitu dari 60 subjek yang diteliti, subjek berusia 15 tahun memiliki prosentase 57% (N=34) dan subjek berusia 16 tahun memiliki prosentase 37%(N=22). Sedangkan subjek berusia 17 tahun memiliki prosentase 6% (N=4). Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan jenis kelamin. Yaitu dari 60 subjek yang diteliti, subjek berjenis kelamin laki-laki memiliki prosentase 28% (N=17) dan perempuan memiliki prosentase 72%(N=43). Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan urutan kelahiran. Yaitu dari 60 subjek yang diteliti, subjek dengan urutan kelahiran sulung memiliki prosentase 46.67% (N=28), subjek dengan urutan kelahiran tengah memiliki prosentase 28.33% (N=17), subjek dengan urutan kelahiran bungsu memiliki prosentase 16.67% (N=10) dan subjek dengan urutan kelahiran tunggal memiliki jumlah prosentase terkecil yaitu 8.33% (N=5). 3. Uji Asumsi

Uji Normalitas Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel kematangan karir, pada skala sikap diperoleh hasil 0.000 pada Kolmogorov Smirnov (P<0.05). Sedangkan pada tes kompetensi diperoleh hasil 0.000 pada Kolmogorov Smirnov (P<0.05). Maka pengujian menunjukkan bahwa hasil distribusi skor kematangan karir pada subjek penelitian yang telah di ambil adalah tidak normal. Pada skala motivasi belajar diperoleh hasil 0.200 pada Kolmogorov Smirnov (P>0.05). Maka pengujian menunjukkan bahwa hasil distribusi skor motivasi belajar pada subjek penelitian yang telah di ambil adalah normal. Uji Linieritas

Dari hasil pengujian linieritas diperoleh nilai F sebesar 57.168 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05). hasil pengujian ini menunjukan bahwa hubungan variabel-variabel di atas adalah linier.

4. Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan tehnik uji korelasi Spearman rho, diperoleh koefisien korelasi kematangan karir sebesar 0.504 dengan taraf signifikansi 0.000 (p<0.01). Dari hasil tersebut, dapat dilihat adanya hubungan berarah positif dan sangat signifikan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong, hal ini berarti semakin tinggi kematangan karir maka motivasi belajar individu semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif antara kematangan karir dengan

Page 14: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

14

motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong” dapat diterima. 5. Analisis Tambahan

Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skala Kematangan Karir (Sikap, Tes Kompetensi) & Motivasi Belajar

Skala Motivasi Belajar Nilai mean empirik berada pada

titik 115.63, maka motivasi belajar yang dimiliki subjek cenderung sedang/rata-rata (MH+1SD<ME<MH+2SD=120<115.63<140). Skala Sikap dan Tes Kompetensi

Nilai mean empirik berada pada titik 13.02, maka sikap yang dimiliki subjek cenderung tinggi (MH+1SD<ME<MH+2SD=10.6<13.02<13.2).

Nilai mean empirik berada pada titik 22.37, maka kompetensi yang dimiliki subjek cenderung tinggi (MH+1SD<ME<MH+2SD=18.6<22.37<23.2). Sumbangan Relatif

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai sumbangan relatif (R²) = 0.496 atau 49.6%. Hal ini berarti kematangan karir memberikan sumbangan relatif atau kontribusi sebesar 49.6% terhadap motivasi belajar.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui adanya hubungan positif antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong, Bogor. Hal ini berarti apabila kematangan karir tinggi maka motivasi belajar tinggi, begitu juga

sebaliknya apabila motivasi belajar tinggi maka kematangan karir tinggi.

Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1980), persiapan diri untuk menjalani suatu pekerjaan atau karir tertentu merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa remaja, karena pekerjaan atau karir seseorang menentukan berbagai segi dari kehidupannya. Di masa remaja, perkembangan karir berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan mengalami dinamika yang penting pada masa sekolah menengah (Miller, Mitchell dalam Seligman, 1994). Pada masa ini remaja harus memilih bidang pekerjaan yang nantinya akan ditekuni. Jenis pekerjaan yang akan mereka tekuni menyebabkan remaja harus memilih jurusan pendidikan yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kepribadiannya. Sebagian besar remaja mulai menunjukkan minatnya pada bidang pekerjaan tertentu dan memiliki pengetahuan tentang tugas-tugas dari pekerjaan, aspek psikososial dalam pekerjaan, atribut-atribut yang dimiliki oleh pekerja, persiapan yang dibutuhkan untuk memasuki suatu pekerjaan, dan pendekatan-pendekatan untuk merencanakan karir mereka (Seligman, 1994). Tujuan dari persiapan pemilihan jurusan pendidikan adalah agar remaja mempersiapkan diri untuk memilih bidang pekerjaan yang nantinya akan mereka tekuni.

Horrock (1976) menyatakan bahwa minat remaja dalam pemilihan bidang karir dan pilihan karirnya merupakan salah satu aspek penting dalam penyesuaian pribadi, prestasi dan kesuksesan dalam hidup mereka. Apabila remaja memilih rencana karir secara bijaksana dengan menyesuaikan antara kemampuan dan minatnya, maka mereka memiliki peluang yang lebih

Page 15: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

15

besar untuk beradaptasi, memperoleh kepuasan dan kesuksesan dalam tahap perkembangan berikutnya. Tetapi jika remaja merencanakan karirnya secara tidak bijaksana, maka cenderung akan merasa tidak bahagia, bosan, dan mengalami frustasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan mengenai bidang pekerjaan yang dipilihnya. Mereka mulai memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan bidang pekerjaan yang mereka inginkan dan mulai merencanakan kehidupannya kelak. Remaja menyadari bahwa masa depannya tergantung pada perencanaan yang dilakukannya pada saat ini. Siswa yang memiliki keterlibatan dan kemandirian dalam memilih suatu jurusan pendidikan dengan memperkirakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadian yang dimilikinya tanpa mengikuti pilihan orang tua atau teman, cenderung dapat memilih jurusan yang tepat untuk dirinya, sehingga mengakibatkan siswa termotivasi untuk belajar. Namun sebaliknya, apabila siswa yang memilih suatu jurusan pendidikan tanpa mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadiannya. Misalnya cenderung mengikuti pilihan orang tua, teman, dengan dasar populariras pekerjaan atau identifikasi dengan orang tua dapat mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Kesalahan pemilihan pendidikan dapat mengakibatkan kerugian waktu, finansial dan kegagalan dalam belajarpun dapat terjadi, ini dikarenakan mereka tidak termotivasi untuk belajar karena jurusan pendidikan pendidikan yang dipilih tidak sesuai dengan kemampuan, minat dan kepribadiannya.

Kematangan karir amatlah penting dalam menentukan jurusan pendidikan yang tepat, siswa yang kurang memiliki kesadaran mengenai kemampuan dan minat yang dimiliki dirinya dapat memiliki persepsi yang salah tentang karir yang akan dipilih dan menyebabkan kurang termotivasi dalam menjalankan bidang karir yang dipilihnya. Itulah salah satu sebab mengapa kematangan karir diperlukan.

Pada analisis tambahan menunjukkan bahwa skala kematangan karir, yaitu pada sikap dan kompetensi dimana skor mean empirik berada di atas perhitungan mean hipotetik, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir pada subjek penelitian berada pada kategori tinggi. Kematangan karir yang tergolong tinggi kemungkinan karena sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan 72% (N=43) (lihat diagram 2). Kematangan karir pada perempuan ditandai dengan perempuan memiliki ketelitian yang tinggi, sehingga tekun terhadap tugas dan membuat perempuan lebih mengenal suatu pekerjaan yang dilakukannya. Perempuan cenderung lebih mengenali dirinya sendiri, sehingga tahu kemampuan, minat dan kepribadiannya serta tertarik untuk mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mariska (2007), yang mengemukakan bahwa wanita memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan kaum pria, dan lebih banyak bekerja di bagian kantor (head office) dimana jenis pekerjaannya lebih banyak menuntut tingkat ketelitian yang baik yaitu design, estimating, quatitiy surveying, cost control dan juga contracting. Hal ini diperkuat oleh McNair, dkk. (dalam Seligman, 1994) bahwa remaja perempuan memiliki tingkat kematangan karir yang lebih

Page 16: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

16

tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki pada tingkat usia yang sama.

Sedangkan pada perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik diketahui bahwa siswa memiliki kategori motivasi belajar yang tergolong rata-rata. Hal ini mungkin disebabkan karena fasilitas yang masih kurang maksimal, seperti fasilitas perpustakaan yang masih terbatas. Berdasarkan observasi peneliti, fasilitas kurang maksimal ditandai dengan tidak adanya kartu perpustakaan untuk siswa dan jenis buku perpustakaan yang kurang beragam. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa kematangan karir memberikan sumbangan relatif atau kontribusi sebesar (R²) = 0.496 atau 49.6% terhadap motivasi belajar dan selebihnya diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lain seperti cita-cita atau aspirasi siswa, usaha yang bertujuan dan ideal, penghargaan dan hukuman, partisipasi, kondisi siswa, serta unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

PENUTUP

Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa MAN Cibinong kelas X. Hal ini berarti semakin tinggi kematangan karir siswa, maka semakin tinggi motivasi belajarnya, begitu juga sebaliknya. Untuk kematangan karir pada subjek penelitian tergolong tinggi dan untuk motivasi belajar pada subjek penelitian tergolong rata-rata.

Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan karir memberikan sumbangan relatif atau

kontribusi sebesar 49,6% terhadap motivasi belajar dan selebihnya diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lain seperti cita-cita atau aspirasi siswa, usaha yang bertujuan dan ideal, penghargaan dan hukuman, partisipasi, kondisi siswa, serta unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Saran untuk Subjek Penelitian (siswa)

Motivasi belajar individu termasuk dalam kategori sedang, hal ini akan lebih baik jika subjek dapat meningkatkan motivasi belajarnya dengan cara belajar lebih rajin agar kematangan karirnya juga dapat tercapai dengan tepat. 2. Saran untuk Pihak Sekolah

Untuk pihak sekolah disarankan untuk tetap memberikan bimbingan konseling mengenai karir, dalam hal ini bimbingan memilih jurusan pendidikan yang tepat bagi siswa dan meningkatkan motivasi belajar, agar siswa mendapat pengetahuan yang lebih dalam dan luas mengenai karir dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya 3. Saran untuk Penelitian Lebih

Lanjut Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan subjek yang bukan hanya kelas X, sehingga hasil penelitian lebih beragam, dan juga disarankan untuk meneliti mengenai kematangan karir pada perempuan dan laki-laki, agar dapat diketahui secara empiris perbedaan kematangan karir pada laki-laki dan perempuan.

Page 17: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

17

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, J.W. & Raynor, J.o. (1978). Personality, motivation and achievement. New York: John Willey & Sons.

Azwar, S. (2005). Tes prestasi: fungsi

dan pengembangan prestasi belajar. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahri, S. (2002). Psikologi belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Barnes, W.J. (1974). The effect of

occupational investigation programs on ninth grade students. as measured by the career maturity inventory. Disertasi Tidak diterbitkan. Texas: A&M University

Brooks, L. (1990). Recent developments

in theory building. In D. Brown and L. Brooks (Eds.), Career choice and development: applying contemporary theories to practice (2nd ed). San Francisco: Jossey-Bass.

Dimyati & Modjiono (2002). Belajar dan pembelajarannya. Jakarta: Rineka cipta Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gage, N.L & Berlier, D.C. (1998).

Educational psychology (6th ed). Boston : Houghton Miffin company.

Hadibroto, I, dkk. 2003. Misteri perilaku

anak sulung, tengah, bungsu

dan tunggal. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hamalik, O. (2002). Psikologi belajar

dan mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Horrock. J.E. (1976). The psychology of

adolescence. (4th ed). Boston : Houghton Miffin company

Hurlock, E. (1980). Developmental

psychology: A life span approach. (5th ed). New Delhi: McGraw-Hill.

Mustaqim & Wahid (1991). Psikologi pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Naidoo, A.V. (1998). Career maturity: a

review of four decades of research. Bellville, South Africa: University of the Western Cape.

Ormrod, J.E. (2000). Educational

psychology. New Jersey: Prentice Hall.Inc.

Papalia, D.E & Olds, S.W. (1995).

Human development (6th ed). McGraw-Hill.Inc.

Patton, W. (2001). Developmental issues

in career maturity and career decision Status. career development quarterly, June 2001. Retrieved from http://www.Findarticles.com/cf_0/m0JAX/4_49/80746786/p1/article.jhtml

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam

belajar. Jakarta : Depdikbud,

Page 18: 1 Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar ...

18

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Pintrich, P.R & Schunk, D.H. (1996).

Motivation and education. New Jersey: Prentice Hall.Inc.

Rice, F.P. (1993). The Adolescent,

development, relationship, & culture (9th ed). USA: Allyn & Bacon

Sardiman, A. M (2001). Intreraksi dan motivasi belajar. Jakarta: Rajawali Seligman, L. (1994). Developmental

career counseling & assesment (2 nd ed). California : SAGE Publications.

Spokane, A.R. (1991). Career

intervention. New Jersey: Prentice Hall.Inc.

Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan

dan psikologi sekolah. Depok: LPSP3 Universitas Indonesia.

Super, D.E. et al. (1957). Vocational

development: A framework for research. New York: Teacher Collage, Columbia University Bureau of Publications.

Turner, J.S. & Helms, D.B. (1995). Life

span development (5th ed). Fort Worth: Holt, Rinehart, and Winston, Inc.

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan

konseling di institusi

pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Wlodkowski, R.J. (1999). Enhanching

adult motivation to learn. San Francisco: (Revised ed). Jossey-Bass Publishers.

Woolfolk, A.E. (1993). Educational

psychology. (5th ed). Boston : Allyn and Bacon.