BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a...

33
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR A. Kematangan Karir Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja memiliki kesiapan dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang tepat. Kesiapan individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir tersebut dikenal sebagai ”kematangan karir”. Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career maturity). Super (Salwa, 2008: 20) konsep kematangan karir menunjukkan tingkat perkembangan karir, tahap yang dicapai pada kontinum perkembangan karir dari tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Kematangan karir dapat dipandang sebagai umur karir, yang secara konseptual sama dengan umur mental. Selain itu, kematangan karir juga merupakan konsep utama dari teori Super (Life Span Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan karir sebagai bagian dari perkembangan karir adalah proses yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karir dapat dilihat sebagai proses dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu, apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya.

Transcript of BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a...

Page 1: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

12

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB II

KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR

A. Kematangan Karir

Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja

memiliki kesiapan dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang tepat. Kesiapan

individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir tersebut dikenal sebagai

”kematangan karir”. Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang

sesuai pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career

maturity).

Super (Salwa, 2008: 20) konsep kematangan karir menunjukkan tingkat

perkembangan karir, tahap yang dicapai pada kontinum perkembangan karir dari

tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Kematangan karir dapat dipandang

sebagai umur karir, yang secara konseptual sama dengan umur mental. Selain itu,

kematangan karir juga merupakan konsep utama dari teori Super (Life Span

Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan

tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan

karir sebagai bagian dari perkembangan karir adalah proses yang berlangsung

sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karir dapat dilihat sebagai proses

dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu

menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu

mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan

kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu,

apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya.

Page 2: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

13

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dillard (1985: 32) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap

individu dalam membuat keputusan karir yang ditampakkan oleh tingkat

konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu.

Supriatna (2009: 45) mengemukakan bahwa kematangan mempunyai arti

kesiapan siswa untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat yang

subtansinya mencakup dimensi kognitif dan non-kognitif. Dimensi kognitif terdiri

dari aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world-of-work

information), (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai

(knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang

membuat keputusan (decision making). Dimensi non-kognitif terdiri atas (1)

perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career exploration), dan

(3) realisme keputusan karir (realism). Dimensi-dimensi tersebut oleh Super

dinamakan Career Development Inventory (CDI).

Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994: 18) menjelaskan bahwa

kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan

melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun

aktivitas perencanaan.

Westbrook, dkk (1967: 5) mengemukakan bahwa konstruk kematangan

karir mencakup dimensi-dimensi perilaku baik dimensi afektif maupun kognitif.

Dimensi afektif terdiri dari variabel keterlibatan, orientasi, kemandirian dan

minat. Sementara dimensi kognitif terdiri dari variabel kemampuan memecahkan

masalah, perencanaan, pemilihan informasi pekerjaan, pemahaman diri dan

kemampuan menetapkan tujuan.

Page 3: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

14

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Crites (1981: 125) mengemukakan Inventori Kematangan Karir (Career

Maturity Inventory/CMI) sebagai bagian dari studi longitudinal tentang

kematangan karir. Inventori ini terdiri dari dua bagian, yakni dimensi sikap dan

kompetensi. Skala sikap ditujukan untuk mengukur proses pilihan karir yang

dipandang sebagai kecenderungan tanggapan disposisional bahwa individu

terlibat secara utuh dalam suatu pembuatan keputusan.

Lebih lanjut Crites menyebutkan bahwa dimensi sikap tersebut meliputi

keterlibatan (involvement), kemandirian (independence), pengenalan (orientation),

penentuan (desiveness), dan kompromi (compromise). Sedangkan dimensi

kompetensi mengukur aspek pilihan karir yang sifatnya lebih kognitif, terdiri dari

pengukuran diri (self-apraisal), informasi jabatan jabatan atau pekerjaan

(problem-solving information), seleksi tujuan (goal setting), perencanaan

(planning), dan pemecahan masalah (problem-solving).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Crites, dapat disimpulkan

kematangan karir mempunyai arti tingkat kesesuaian individu dengan pemilihan

karir dalam mencapai tingkat tertentu sehingga individu mampu mengambil suatu

keputusan tentang pemilihan karir yang mencakup dimensi-dimensi

pendukungnya. Dimensi itu terdiri dari dimensi sikap dan kompetensi.

Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam

lima komponen, yaitu:

1) Orientation to vocational choice, which deals with concern about career

choice and using occupational nformation.

2) Information and planning about a prefererred occupation-that is, the

spesific information that the individual has about the occupation he or she

intend to enter.

Page 4: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

15

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3) Consistency of vocational preference, concerned not only with stability of

an occupational choice over time, but also with its consistency within

occupational fields and levels.

4) Crystallization of traits, including seven indexes of attitudes toward work.

5) The wisdom of vocatonal preference, which refers to the relationship

between choice and abilities, activities, and interest.

Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam

lima komponen, yaitu: 1) orientasi pilihan karir, berhubungan dengan tingkat

kepedulian yang ditampilkan oleh individu dalam masalah karir dan

keefektifannya dalam mengolah sumber informasi yang valid dalam kaitannya

dengan tugas pembuatan keputusan karir, 2) informasi dan perencanaan karir,

berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu dengan pilihan karir, serta

rencana pilihan karir yang lebih khusus, 3) konsistensi tentang pilihan karir, tidak

hanya dikhususkan pada konsisten pilihan karir terakhir saja tetapi juga konsisten

terhadap karir pada setiap tahapan, 4) kristalisasi sifat, mempunyai indikator

minat karir dan kepeduliaan terhadap kompensasi karir, independensi karir, dan

penerimaan tanggung jawab perencanaan karir dan 5) kebijaksanaan pilihan karir,

menyangkut hubungan antara kemampuan dengan pilihan karir, minat dengan

pilihan karir dan aktivitas dengan pilihan karir.

Super (Winkel, 1997: 579) mengembangkan konsep kematangan karir

yang menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Dengan kata lain,

individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap

tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa

kehidupan selanjutnya.

Crites (Alvarez, 2008: 753) compares a person's maturity with others who

Page 5: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

16

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

differ in age, but are in the same stage of maturity, for example, students in the

exploratory stage (15-21 years). Definisi ini diartikan sebagai perbandingan

kedewasaan seseorang dengan orang lain yang memiliki perbedaan usia, tetapi

berada pada tahap kematangan yang sama, seperti siswa yang berada pada tahap

eksplorasi.

Alvarez et al (Alvarez, 2008: 753) mengungkapkan kematangan karir “as

behaviors that a person manifest in the intent to carry out different career

developmental task, appropriate to each stage of maturity”. Definisi ini

menekankan bahwa kematangan karir sebagai perwujudan perilaku seseorang

untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan

kematangannya.

Tabel 2.1

Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites

Alvarez et al (Alvarez, 2008: 754)

Super (1951, 1974) Crites (1965, 1971)

1. Career planfulness:

- Distant future

- Intermediate future

- Present

Degree of career development:

1. Consistency:

- Field

- Time

- Level

- Family

- Independence

2. Career exploration:

- Consultation

- Resources

- Participation

2. Realism:

- Interest

- Skills

- Personality

- Social class

3. Information:

- Education and instruction

- Income requirements

- Duties

- Supply and demand

- Conditions

- Career advancement

3. Competencies:

- Problem solving

- Planning

- Goal selection

- Self-appraisal

- Occupational information

4. Decision making: 4. Attitudes:

Page 6: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

17

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

- Principles

- Practice

- Orientation

- Preferences

- Commitment

- Involvement

5. Reality orientation:

- Self-knowledge

- Realism

- Consistency

- Crystallization

- Work experience

Setelah mencermati pemaparan dari beberapa ahli mengenai kematangan

karir di atas, yang dimaksud dengan kematangan karir yaitu kesuksesan individu

dalam menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan

tertentu dan kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan

tepat.

Beberapa ahli berpendapat berbeda mengenai dimensi-dimensi

kematangan karir. Ada yang berpendapat bahwa dimensi kematangan karir

meliputi dimensi kognitif dan non-kognitif seperti yang diungkapkan oleh

Westbrook, dkk, serta dimensi sikap dan dan kompetensi (Crites). Dalam

penelitian ini, hanya dibatasi pada dimensi sikap saja. Kematangan karir dalam

aspek sikap dapat digambarkan dengan merespon pernyataan-pernyataan yang

diungkapkan dari indikator kematangan karir yaitu 1) komitmen siswa dalam

proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 2) keterlibatan siswa dalam

proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 3) kemandirian dalam

mengambil keputusan dan 4) penentuan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan

yang diminati.

Page 7: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

18

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

B. Konsep Karir dan Perkembangan Karir

1. Pengertian Karir

Ketika berbicara mengenai karir, akan dikenal beberapa istilah seperti job,

employment dan occupation. Istilah karir tidak sama dengan ketiga istilah yang

telah disebutkan tetapi karir mempunyai makna yang lebih luas. Kata employment

dan job lebih terfokus pada seseorang yang sibuk mengerjakan sesuatu untuk

mendapatkan imbalan yang dapat dihitung secara ekonomis atas kompensasi dari

usaha dan waktu serta pengorbanannya, tanpa merasa terlibat secara psikologis

dalam pekerjaannya tersebut. Sedangkan occupation lebih terfokus pada individu

yang merasa terlibat dan memperoleh kepuasan dalam pekerjaannya, karena

adanya persiapan untuk memegang pekerjaan namun keterlibatannya masih

terbatas pada jam-jam bekerja. Sedangkan karir lebih menekankan aspek bahwa

seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi

seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (life

style). Oleh karena itu, pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan

perencanaan yang matang daripada sekedar mendapat pekerjaan yang difatnya

sementara waktu (Winkel, 1997: 571).

Dillard (1985: 1) menyatakan bahwa job dapat diartikan sebagai pekerjaan

yang tidak berkelanjutan. Job hanya menuntut kemampuan yang sangat minim

dan tidak terlalu mensyaratkan untuk menempuh jenjang pendidikan tertentu.

Berbeda dengan istilah karir yang yang memerlukan pelatihan, pendidikan,

tertentu dan komitmen pada budaya pekerjaan. Karir merupakan kesuksesan pada

apa yang telah dipilih oleh individu untuk melakukan pekerjaan dengan harapan

Page 8: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

19

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

untuk mendapatkan keuntungan secara finansial dan juga memperoleh

kebermaknaan dalam hidup.

Super (Sharf, 1992: 122) karir dalam konteks life span merupakan

perjalanan hidup yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud dapat diperoleh

oleh individu melalui integrasi peran, adegan kehidupan dan peristiwa yang

melibatkan pengambilan keputusan, gaya hidup, komitmen dan dedikasi serta

persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa

karir dalam perspektif life span lebih dari sekedar mengerjakan sesuatu atau untuk

bekerja pada suatu tempat, namun karir merupakan hasil manifestasi dari

kehidupan individu itu sendiri.

Gysbers (Rahmi, 2009: 22) menyatakan bahwa istilah karir dewasa ini

cenderung memperoleh pengertian yang lebih luas dan mendalam. Istilah karir

tidak hanya menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan

seseorang yang meliputi : (1) peranan hidup (life-role) misalnya selaku dalam

siswa, anak dan warga masyarakat; (2) lingkup kehidupan (life-setting) seperti

dalam keluarga, sekolah atau bermasyarakat; (3) peristiwa kehidupan (life-events)

seperti keluar sekolah, masuk peguruan tinggi atau belajar bekerja, dan

sebagainya.

Murray (Supriatna, 2009: 8) mengartikan karir sebagai suatu rentangan

aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan, dalam hal ini seseorang memajukan

kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap,

kebutuhan, aspirasi, cita-cita sebagai suatu rentang hidupnya sendiri (the span of

one’s life).

Page 9: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

20

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sementara itu, menurut Supriatna (2009: 10) karir didefinisikan sebagai

perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup

seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya inner person. Perwujudan

diri akan bermakna manakala ada kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan karir dalam penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan siswa dalam

mempersiapkan, memilih, mengidentifikasi, mempertimbangkan dan melanjutkan

studi serta pekerjaannya. kegiatan-kegiatan itu meliputi memahami diri, memilih

program studi di sekolah (IPA, IPS atau Bahasa), merencanakan dan memilih

kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus SMA.

2. Perkembangan Karir

Berikut ini akan dijelaskan teori mengenai perkembangan karir menurut

Ginzberg, Anne Roe dan Super.

a. Teori Perkembangan Karir dari Ginzberg

Ginzberg (Munandir, 1996: 90) membagi tahap perkembangan karir ke

dalam tiga tahapan, yaitu (1) masa fantasi (mencakup usia sampai kira-kira

sepuluh atau dua belas tahun), ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan

bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau

khayalan; (2) masa rentatif (usia 11-18 tahun). Awalnya mempertimbangkan karir

hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, kemudian minatnya

berubah-ubah, anak mulai menanyakan kepda diri sendiri tentang kapasitas

(kemampuan) melakukan suatu pekerjaan dan apakah kemampuan itu sesuai

dengan minatnya. Tahap selanjutnya anak mulai menyadari bahwa pekerjaan ada

Page 10: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

21

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang terkandung nilai-nilai baik, nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan

bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian

anak memasuki masa transisi dimana anak mulai memadukan orientasi-orientasi

pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasitas, nilai); (3) masa

realistik (usia 18 tahun), masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah,

atau mulai bekerja. Anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan

penilaian atau pengalaman kerjanya, memasuki lagi dunia kerja atau melanjutkan

pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap

pekerjaannya mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas dan ia

dapat mencapai keberhasilannya atau menemui kegagalan.

Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan

pekerjaan itu suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa

diubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi

antara faktor minat, kemampuan dan nilai) (Munandir (1996: 92).

b. Teori Pilihan Karir Anne Roe

Anne Roe (Winkel, 1997: 576) menekankan unsur perkembangan dalam

pilihan karir, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan

pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak kecil.

Teori Roe memiliki tiga komponen penting, yaitu: pertama, pengalaman-

pengalaman pada masa anak-anak awal mungkin berhubungan dengan vokasional;

kedua, pilihan vokasional dihubungkan dengan kebutuhan dasar individu sesuai

teori Maslow; serta ketiga, adalah mengenai pengaruh genetik terhadap keputusan

vokasional dan juga dalam perkembangan hirarki kebutuhan (Manrihu, 1992: 82).

Page 11: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

22

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Teori Super tentang Perkembangan Karier

Super (Sharf, 1992: 121) mengemukakan Teori Life-Span tentang

perkembangan karir pada masa remaja menggunakan dua konsep utama, yaitu

life-role dan life-stage. Konsep peran-peran hidup (life roles) menggambarkan

enam peran utama individu yaitu peran dalam keluarga (homemaker), pekerja

(worker), warga negara (citizen), aktivitas di waktu luang (leisurite), siswa

(student), dan anak (child).

Teori Super didasari oleh pandangan konsep diri (self-concept)

sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan

dipegang (vocational self-concept). Ia berpendapat bahwa konsep diri dalam karir

terbentuk setelah melalui beberapa tahap. Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 19)

menyimpulkan tahap-tahap perkembangan karir terdiri atas lima tahap, yaitu:

1) Tahap pertumbuhan (growth), yaitu antara usia 0-14 tahun. Pada tahap

ini anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan, sikap, minat,

dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri.

Konsep diri dibangun melalui proses identifikasi terhadap figur kunci

baik di keluarga maupun di sekolah. Sub-sub tahap pada tahap

pertumbuhan, yaitu:

Sub tahap fantasi : usia 4-10 tahun

Sub tahap minat: usia 11-12 tahun

Sub tahap kapasitas : usia 13-14 tahun

2) Tahap eksplorasi (exploration), yaitu antara usia 15-24 tahun. Pada

tahap ini individu mulai menilai diri, mencoba peran, dan

Page 12: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

23

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengekplorasi pekerjaan yang mungkin dimasuki setelah lulus

sekolah, melakukan aktivitas di waktu luang, dan bahkan bekerja

paruh waktu (part-time work). Sub-sub tahap pada tahap ekplorasi

ialah:

Sub tahap tentatif: usia 15-17 tahun. Pada masa ini kebutuhan, minat,

kapasitas, nilai, dan kesempatan dipertimbangkan. Pilihan tentatif

dicoba melalui diskusi, kursus, bekerja dan lain sebagainya.

Sub tahap transisi: usia 18-21 tahun. Pertimbangan nyata mulai

dilakukan dengan memasuki pekerjaan atau mengikuti pelatihan

profesional.

Sub tahap percobaan-sedikit komitmen: usia 22-24 tahun. Mulai

memegang satu peran pekerjaan.

3) Tahap pembinaan (maintenance), yaitu antara usia 45 sampai 64

tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai dewasa untuk

menyesuaikan diri dan menghayati terhadap jabatannya.

4) Tahap kemunduran (decline), yaitu usia 65 tahun ke atas. Pada tahap

ini individu mulai memasuki masa pensiun dan harus menemukan

pola hidup baru setelah melepaskan masa jabatannya.

Apabila dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan, maka

remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam

tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap ini faktor-faktor yang

diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-

nilai dan kesempatan.

Page 13: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

24

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai

berikut:

1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh

informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir.

2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan

kesempatan kerja.

3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan

minat dan kemampuan.

4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan

mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat

dan kemampuannya (Supriatna, 2009: 22).

Selanjutnya, Jordaan (Yusuf, 2006: 26) mengemukakan tugas-tugas

perkembangan karir remaja tahap eksplorasi sebagai berikut :

Tabel 2.2

Tugas Perkembangan Karir Remaja Tahap Eksplorasi

Aspek Profil Perilaku

Pengetahuan 1. Mengetahui program / tujuan sekolah

2. Mengetahui persyaratan/ tuntutan

pekerjaan yang diminati

3. Mengetahui gaji dari pekerjaan yang

diminati

4. Mengetahui tingkat kepuasan para pekerja

dalam bidang pekerjaan yang diminati

5. Mengetahui proses kenaikan pangkat

dalam pekerjaan yang diminati

6. Mengetahui tugas-tugas pokok yang harus

dikerjakan

7. Mengetahui keterampilan atau keahlian

yang dituntut / diperlukan

Page 14: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

25

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

8. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam

program studinya

9. Mengetahui karakteristik pribadinya secara

akurat

10. Mengetahui tentang cara-cara memperoleh

pekerjaan yang diminati

Mencari informasi 1. Membaca buku bahan-bahan bacaan

lainnya yang berkaitan dengan informasi

pekerjaan

2. Mendiskusikan pilihan-pilihan karir, baik

dengan orang tua, guru maupun guru

pembimbing

3. Berdiskusi dengan orang-orang yang

berpengalaman dalam pekerjaan yang

diminati

4. Mengikuti kursus yang mendukung

pekerjaan yang diminati

Sikap 1. Meyakini bahwa ia harus mengambil

keputusan sendiri meskipun masih

memerlukan nasihat orang lain

2. Mempercayai akan pentingnya pendekatan

yang sistematis dalam merencanakan dan

memecahkan masalah

3. Bertanggung jawab untuk memperoleh

informasi

4. Meyakini bahwa memecahkan masalah

sekolah dan perkerjaan merupakan

tanggungjawab sendiri

Perencanaan dan pengambilan

keputusan

1. Mampu memilih salah satu alternatif

pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang

beragam

2. Mampu mempertimbangkan berapa lama

menyelesaikan sekolah

3. Dapat merencanakan apa yang harus

dilakukan setelah tamat sekolah

4. Dapat memilih program studi yang sesuai

dengan minat/kemampuannya

5. Dapat mengambil keputusan di tempat

mana akan bekerja

Keterampilan karir 1. Dapat menggunakan sumber-sumber

informasi tentang karir

2. Dapat menjelaskan proses pengambilan

keputusan

3. Dapat meningkatkan perolehan

keterampilan akademik/non-akademik

4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk

meningkatkan keterampilan

5. Dapat mengelola waktu secara efektif

6. Dapat mengomentari ke-sahih-an data

tentang dirinya

Page 15: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

26

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

7. Dapat melakukan kebiasaan bekerja yang

efektif, seperti bekerja sama dengan orang

lain

Super (Santrock, 1996: 484) mengemukakan bahwa perkembangan karir

terdiri dari lima fase berbeda, yaitu (1) fase kristalisasi berkembang sekitar usia

14-18 tahun, individu membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur

dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada, (2) fase spesifikasi

berkembang sekitar usia 18-22 tahun, individu sudah mulai mempersempit pilihan

karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada

bidang karir tertentu, (3) fase implementasi berkembang sekitar usia 21-24 tahun,

individu sudah menyelesaikan masa sekolah atau pelatihannya dan menapaki

dunia kerja, (4) fase stabilisasi berkembang sekitar usia 25-35, pada tahap ini

pengambilan keputusan karir tertentu dilakukan, dan (5) fase konsolidasi

berkembang setelah usia 35 tahun, individu akan memajukan karir dan akan

mencapai posisi yang lebih tinggi.

Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super, usia

remaja (siswa SMA) berada pada fase kristialisasi, yaitu masa penggalian karir

yang ditandai dengan tahapan crystallizing; penentuan pilihan karir dan

spesifikasi karir. Pada masa ini terjadi transisi dalam perkembangan karir.

Setelah mencermati penjelasan dari beberapa ahli mengenai perkembangan

karir, maka perkembangan karir dalam penelitian ini mengacu pada konsep

perkembangan karir menurut Super dan Jordaan. Dilihat dari perkembangan karir

menurut Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 20) remaja dalam hal ini siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah masuk tahap eksplorasi pada tingkat

Page 16: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

27

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tentatif. Pada tahap ini masa remaja sudah mampu memfokuskan minat, nilai-nilai

dan kapasitas dirinya dalam mengambil keputusan secara tepat, jelas dan terarah.

5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir

Menurut Winkel (1997: 592), terdapat interaksi faktor-faktor internal dan

eksternal pada individu, yang berpengaruh terhadap perkembangan karier.

a. Faktor Internal

Faktor-faktor internal terdiri atas:

1. nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar

oleh seseorang di mana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi

pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat

menentukan gaya hidup seseorang. Namun, belum dapat

ditunjukkan kaitan langsung antara nilai-nilai kehidupan yang

dianut seseorang dan aneka bidang pekerjaan;

2. taraf inteligensi, yaitu kemampuan berpikir untuk mencapai

prestasi-prestasi;

3. bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang

usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian;

4. minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang

untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

bidang itu;

Page 17: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

28

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

5. sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama

memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah,

halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh;

6. pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang

pekerjaan dan diri sendiri secara akurat; dan

7. keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti

tinggi badan, tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta

jenis kelamin.

b. Faktor Eksternal

Faktor–faktor eksternal, terdiri atas:

1. masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu

dibesarkan;

2. keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan

ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat; serta

diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup

bagi anggota dari kelompok lain;

3. status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi

rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah

tempat tinggal dan suku bangsa;

4. pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti

(genogram);

5. pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang

dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan

Page 18: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

29

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam

bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan

kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak

perempuan;

6. pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan

dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam

pergaulan sehari-hari; dan

7. tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap

program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk

diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

C. Konsep Bimbingan Karir

1. Definisi Bimbingan Karir

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses

pendidikan. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dengan baik akan

memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Bimbingan dan

konseling dilaksanakan sebagai upaya bantuan kepada siswa agar berkembang

secara optimal, dapat menyesuaikan diri, dan dapat mengaktualisasikan

kemampuan-kemampuannya. Layanan bimbingan dan konseling meliputi

bimbingan belajar, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan

keluarga.

Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan

kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang

Page 19: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

30

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,

lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan

dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan

pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Kartadinata dkk, 2007: 13).

Solehuddin (2008: 13) sesuai dengan hakikat dan bidang garapannya,

tujuan bimbingan di SMA dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) siswa memahami

dan menghargai dirinya, khususnya berkenaan dengan potensi dan nilai-nilai yang

dimilikinya, serta memahami dan menghargai orang lain; 2) siswa memahamai

keadaan lingkungannya, terutama tuntutan-tuntutan dan kesempatan-kesempatan

pendidikan dan pekerjaan yang relevan dengan bidang karir yang dicita-

citakannya; 3) siswa memahami dan dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan

yang dialaminya (atau mungkin dialaminya), terutama berkenaan program

pendidikan yang ditempuh dan rencana karir yang dicita-citakannya; 4) siswa

menguasai cara-cara belajar yang baik, cara bergaul yang sehat, serta cara

memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang efektif; 5) siswa dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi diri dan lingkungannya, khususnya dengan

tuntutan program sekolah dalam batas-batas potensi diri yang dimilikinya; 6)

siswa dapat merencanakan masa depannya secara tepat dan bertanggung jawab

serta memahami hubungan antara upaya-upaya yang ditempuhnya saat ini dengan

kemungkinan pencapaian cita-cita karir yang direncanakannya.

Bimbingan karir merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan

konseling dapat digambarkan pada Bagan 2.1

Page 20: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

31

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bagan 2.1

Ragam Layanan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan gambar di atas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan

bagian dari bimbingan dan konseling di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan

mengenai pengertian bimbingan karir menurut para ahli.

Yusuf dan Nurihsan (2006: 11) menyebutkan bimbingan karir merupakan

bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan

pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-

tugas kerja, lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian

pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.

Gani (1986:11) mengemukakan bimbingan karir merupakan suatu proses

bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu

yang bersangkutan dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja,

merencanakan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,

untuk menentukan plihannya, dan mengambil suatu keputusan bahwa

keputusannya tersebut adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya

Bimbingan dan

Konseling

Bimbingan belajar

Bimbingan pribadi

sosial

Bimbingan karir

Bimbingan keluarga

Perkembangan

peserta didik

Page 21: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

32

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang

dipilihnya.

Supriatna (2009: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan

suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar dapat mengenal

dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang

sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan

mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.

Selanjutnya Winkel (1997: 139) menyatakan bahwa bimbingan karir

adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam

memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri

supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai

tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

Menurut Surya (Supriatna, 2009: 11) tujuan bimbingan karir yaitu agar

siswa dapat mencapai kompetensi dalam hal pemahaman informasi pendidikan,

pengenalan dunia kerja, orientasi dan informasi jabatan serta usaha, dan

pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan jabatan

serta arah pengembangan karir. Bimbingan karir tidak diarahkan semata-mata

untuk memilih dan menentukan jenis pekerjaan, namun mencakup berbagai peran

individu dalam kehidupan pada setiap tahap perkembangannya.

Muslihudin, dkk (Sudrajat, 2008: 2) mengemukakan bahwa bidang

bimbingan karir diarahkan untuk:

Page 22: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

33

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang

hendak dikembangkan.

2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang

hendak dikembangkan khususnya.

3. Orientasi dan informasi karir terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.

5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan

yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak

dikembangkan.

6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pelatihan diri untuk

keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan,

industri) sesuai dengan program kurikulum SMK yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

bimbingan karir adalah proses bantuan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing

kepada siswa agar siswa mampu memahami diri, mengenal dunia kerja,

merencanakan masa depan dan menentukan keputusan dengan

mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya.

2. Tujuan Bimbingan Karir

Tujuan bimbingan karir di sekolah menurut para ahli sebagai berikut.

Page 23: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

34

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kartadinata, dkk (2007: 13) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan

pada umumnya ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian

studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2)

mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal

mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan

yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,

masyarakat, maupun lingkungan kerja. Gani (1986: 12) mengemukakan bahwa

tujuan bimbingan karir agar para siswa:

1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi

dasar, minat, sikap dan kecakapan.

2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat

dicapai dari suatu pekerjaan.

3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan

dengan potensi dan minatnya.

4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya siswa

dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap pekerjaan.

5. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada

masyarakat.

6. Menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan lingkungannya,

dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Sementara itu, Yusuf (2006: 43) mengemukakan tujuan bimbingan karir

sebagai berikut:

Page 24: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

35

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan

pekerjaan.

2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam

bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi

dirinya dan sesuai dengan norma agama.

3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara

mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,

lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan

masyarakat.

4. Memiliki kemampuan dan merencanakan masa depan, yaitu merancang

kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai

dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila

seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa

harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-ekgiatan yang relevan dengan

karir keguruan tersebut.

6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau

kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan

minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami

kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan

apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan bimbingan karir tersirat bahwa

bimbingan karir dilaksanakan kepada seluruh siswa agar mampu memahami diri,

Page 25: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

36

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan menentukan keputusan

dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya.

3. Kegiatan Bimbingan Karir

Supriatna (2009: 55) dan Winkel (1997: 636) mengemukakan bahwa ada

banyak kegiatan bimbingan karir di sekolah, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa

mampu memahami diri, menentukan keputusan dalam memilih jurusan/prodi

yang sesuai dengan kemampuan dan memilih bidang pekerjaan sesuai dengan

kemampuan; dan pengenalan dunia kerja. Kegiatan itu diantaranya:

1. Menyelenggarakan bursa kerja

Kegiatan bursa kerja merupakan pemberian informasi mengenai peluang-

peluang karir yang dapat dipilih oleh siswa. Peluang karir ini contohnya

informasi mengenai jenis pekerjaan, cara melamar pekerjaan, persyaratan

dalam memasuki pekerjaan.

2. Mengadakan hari karir (career days)

Melalui kegiatan career days ini siswa diharapkan dapat memperoleh

informasi yang lebih lengkap dan dapat memahami tentang hal-hal yang

menyangkut pekerjaan dan penghayatan suatu jabatan/pekerjaan. Pada

kegiatan career days ini juga didatangkan narasumber atau ahli dari

berbagai pilihan karir tertentu. Para siswa dapat berkonsultasi mengenai

peluang karir yang bisa dipilihnya sesuai dengan bakat dan minatnya.

3. Kunjungan karir

Kunjungan karir merupakan salah satu kegiatan untuk membuka peluang

dan mengeksplorasi bidang karir tertentu secara mendalam. Fasilitator

Page 26: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

37

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dalam kegiatan ini bisa guru atau pemandu kunjungan karir yang

menentukan lembaga atau instansi yang akan dikunjungi. Kemudian,

guru atau pemandu kunjungan karir menjelaskan tentang kompetensi

yang harus dimiliki siswa sesuai dengan syarat-syarat dan peluang karir

di masa yang akan datang. Selanjutnya diadakan diskusi antara siswa dan

lembaga yang dikunjungi tadi.

4. Program Bimbingan Karir

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah bergantung kepada

bagaimana layanan tersebut dipersiapkan dan dilaksanakan secara sistematis,

terarah dan terpadu. Bimbingan karir merupakan bagian integral dari program

bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

Agar layanan bimbingan karir berjalan efektif maka perlu adanya suatu

program. Menurut Suherman (2007:59) mengemukakan bahwa program

bimbingan dan konseling di sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas

layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi

pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.

Program bimbingan dan konseling sekolah yang komperhensif di dalamnya akan

tergambar visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan, strategi, personel,

fasilitas dan rencana evaluasinya. Dengan demikian program bimbingan dan

konseling yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang

menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program, sistem

manajemen dan sistem pertanggungjawabannya.

Page 27: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

38

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Selain itu, program bimbingan dan konseling di sekolah dirancang untuk

menjamin semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat

program itu. Sehingga kenyataan yang sering muncul, yaitu aktivitas konselor

sekolah yang menghabiskan banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan

sebagian kecil siswa (secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi

rendah dan bermasalah) tidak terjadi lagi. Dengan demikian, secara mendasar

program dan bimbingan di sekolah di rekomendasikan sebagai upaya pemberian

layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program

tersebut.

Winkel (1997: 143) mengemukakan program bimbingan yaitu suatu

rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi

selama periode waktu tertentu.

Kartadinata, dkk (2007: 36) menyebutkan bahwa penyusunan program

bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan

mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan

program tersebut.

Kegiatan aspek ini meliputi (1) asesmen lingkungan yang terkait dengan

kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta

didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan

kualifikasi konselor dan kebijakan pimpinan sekolah ; (2) asesmen kebutuhan atau

masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-

aspek kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasan belajar, minat-minatnya

(pekerjaan, jurusan, oleh raga, seni dan keagamaan), masalah-masalah yang

Page 28: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

39

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dialami, dan kepribadian, dan tugas-tugas perkembangan, sebagai landasan untuk

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

Sejalan dengan pendapat dari berbagai ahli, Munandir (1996: 249)

menyebutkan bahwa ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan

program bimbingan karir, pertama program harus bertolak dari kebutuhan dan

kedua program merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir

terutama menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan dan

pemecahan masalah karir.

Analisis kebutuhan siswa dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen dari jenis laporan diri. Informasi yang didapat dari analisis kebutuhan

siswa yaitu :

1) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki:

a. bahan informasi pekerjaan dan bantuan yang berkenaan dengan

informasi itu

b. bantuan untuk memilih, menyiapkan diri, dan mendapatkan pekerjaan

untuk hidup kelak.

c. bantuan untuk mengatasi masalah atau kerisauan umum pekerjaan

d. bantuan untuk mengenali sifat ciri pribadi

e. bantuan untuk melihat hubungan sifat, ciri dan kemampuan diri dengan

pekerjaan pada umumnya, khususnya pekerjaan yang dipilih atau yang

sedang dipertimbangkannya

Page 29: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

40

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

f. bantuan untuk menguasai keterampilan memecahkan masalah,

menyusun rencana, dan mengambil keputusan

g. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus lain

2) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki:

a. bahan informasi atau bantuan untuk memilih jurusan atau program studi

b. bahan informasi dan bantuan untuk menentukan apakah akan

meneruskan pendidikan

c. bahan informasi dan bantuan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler

atau program muatan lokal

d. bantuan untuk mempelajari pelajaran yang sulit

e. bantuan untuk melihat hubungan pelajaran dengan pekerjaan pada

umumnya, khususnya yang dipilih atau dipertimbangkan

f. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus

pelajaran

g. bahan informasi atau bantuan untuk mengembangkan minat khusus,

hobi, rekreasi, dan pengisi waktu luang (Munandir, 1996: 250).

Adapun struktur program yang dikembangkan terdiri dari rasional,

deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan tema/topik,

media dan alat pendukung serta tahapan atau langkah implementasi program

sebagai upaya mengembangkan kematangan karir siswa.

Page 30: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

41

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. M. Yunan Rauf (2006)

Dalam penelitian Rauf (2006) yang berjudul Program Bimbingan untuk

Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA program IPA dan IPS di Pekanbaru

menunjukkan bahwa gambaran umum tentang kematangan karir siswa di

beberapa SMA Negeri di Pekanbaru yaitu kategori matang (28,57%), kurang

matang (39,52%) dan tidak matang (11,90%), sedangkan pada program IPA :

matang (25,83%), kurang matang (48,33%) dan tidak matang (25,83%), program

IPS : matang 18,10%), kurang matang (54,31%) dan tidak matang (27,59%).

Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan aspek dan indikator yang

serupa dengan yang diungkapkan Crites dalam CMI (Career Maturity Inventory)

yaitu aspek sikap dan kompetensi. Aspek sikap diikuti dengan lima indikator; a)

keterlibatan siswa; b) kemandirian siswa; c) orientasi siawa; d) komromi siswa

dan; e) keputusan karir siswa, sedangkan pada aspek kompetensi adalah a)

pengukuran diri; b) informasi jabatan dan pekerjaan; c) seleksi tujuan

perencanaan; d) perencanaan pekerjaan; dan e) pemecahan masalah.

2. Trya Achdisty Oktaviana (2008)

Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian besar sampel

yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang) yaitu sebesar

84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang

sangat tinggi (sangat matang), dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang

(cukup matang). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai

tingkat kematangan karir yang tinggi (matang).

Page 31: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

42

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa kelas XII program keahlian

Administrasi Perkantoran SMK Negeri se-Kota Bandung telah memiliki tingkat

kematangan karir yang tinggi (matang). Namun, pencapaian siswa tiap aspek

beragam, hal ini menunjukkan siswa tersebut masih memiliki tingkat konsistensi

pilihan karir yang cenderung berubah-ubah.

Aspek dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas perencanaan karir, yaitu dengan 1)

mengetahui wawasan dan persiapan karir; 2) memahami pertimbangan

alternatif pilihan karir; dan 3) memiliki perencanaan karir di masa depan.

b. Adanya keinginan untuk menggali dan mendapatkan informasi karir, yaitu

keinginan individu untuk mengumpulkan seluruh informasi karir dan

memanfaatkan sumber-sumber tersebut untuk dapat menggali informasi

tentang karir.

c. Memiliki pengetahuan tentang membuat keputusan yang memadai yaitu

dengan menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan

karir yang tepat.

d. Memiliki pengetahuan tentang beberapa informasi pekerjaan dan dunia kerja

yang ditandai oleh 1) pengetahuan tentang cara dan persyaratan memasuki

dunia kerja; 2) berkaitan dengan pengetahuan tentang informasi pengahasilan

dan situasi yang sering terfadi dalam dunia kerja; 3) pengetahuan mengenai

cara meraih sukses dalam berkarir.

3. Iis Lathifah Nuryanto (2010)

Hasil penelitian Nuryanto (2010) menujukkan sebagian besar sampel yang

Page 32: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

43

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mencapai tingkat kematangan karir dalam kategori sedang yaitu sebesar 91,32%,

kategori tinggi 5,26% dan rendah sebesar 3,42%. Persentase ini menunjukan

bahwa kematangan karir siswa SMK Negeri 1 Cimahi secara keseluruhan

cenderung homogen, artinya secara umum dapat dikatakan mayoritas siswa SMK

Negeri 1 Cimahi memiliki kematangan karir sedang.

Indikator yang diungkap dalam dalam penelitian ini yaitu keterlibatan

siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kemandirian

siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, orientasi siswa

dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kompromi siswa

dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, dan penentuan

keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa.

Terdapat perbedaan capaian pada setiap indikator dan sub indikator dari

keterlibatan pembicaraan pekerjaan, kemandirian menentukan pilihan pekerjaan,

orientasi diri terhadap pekerjaan, kompromi siswa memilih pekerjaan dan

penentuan keputusan pekerjaan yang berpengaruh pada keputusan karirnya di

masa yang akan datang.

4. Marina Purnamasari (2012)

Hasil penelitian Marina Purnamasari (2012) menunjukkan bahwa Secara

umum Santri Pondok Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun

Pelajaran 2011-2012 memiliki tingkat kematangan karir pada kategori sedang

yaitu 73,9%.

Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan dimensi sikap dan

kompetensi. Berdasarkan kedua dimensi tersebut, rata-rata persentase masing-

Page 33: BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050016_chapter2(1).pdf · Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa

44

Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

masing dimensi sikap mencapai 61.6%, sedangkan dimensi kompetensi mencapai

tingkat pencapaian dengan persentase 56.6%.

Dimensi dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Dimensi sikap meliputi (1) keterlibatan dalam proses pemilihan karir; (2)

orientasi terhadap pekerjaan; (3) kemandirian dalam pengambilan keputusan;

(4) faktor pemilihan karir; dan (5) konsep pemilihan karir.

b. Dimensi kompetensi meliputi (1) penilaian diri; (2) informasi pekerjaan; (3)

seleksi tujuan; (4) perencanaan karir; dan (5) pemecahan masalah karir.