BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a...
Transcript of BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN ... - a...
12
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB II
KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR
A. Kematangan Karir
Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja
memiliki kesiapan dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang tepat. Kesiapan
individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir tersebut dikenal sebagai
”kematangan karir”. Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang
sesuai pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career
maturity).
Super (Salwa, 2008: 20) konsep kematangan karir menunjukkan tingkat
perkembangan karir, tahap yang dicapai pada kontinum perkembangan karir dari
tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Kematangan karir dapat dipandang
sebagai umur karir, yang secara konseptual sama dengan umur mental. Selain itu,
kematangan karir juga merupakan konsep utama dari teori Super (Life Span
Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan
tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan
karir sebagai bagian dari perkembangan karir adalah proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karir dapat dilihat sebagai proses
dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu
menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu
mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan
kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu,
apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya.
13
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dillard (1985: 32) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap
individu dalam membuat keputusan karir yang ditampakkan oleh tingkat
konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu.
Supriatna (2009: 45) mengemukakan bahwa kematangan mempunyai arti
kesiapan siswa untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat yang
subtansinya mencakup dimensi kognitif dan non-kognitif. Dimensi kognitif terdiri
dari aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world-of-work
information), (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai
(knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang
membuat keputusan (decision making). Dimensi non-kognitif terdiri atas (1)
perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career exploration), dan
(3) realisme keputusan karir (realism). Dimensi-dimensi tersebut oleh Super
dinamakan Career Development Inventory (CDI).
Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994: 18) menjelaskan bahwa
kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan
melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun
aktivitas perencanaan.
Westbrook, dkk (1967: 5) mengemukakan bahwa konstruk kematangan
karir mencakup dimensi-dimensi perilaku baik dimensi afektif maupun kognitif.
Dimensi afektif terdiri dari variabel keterlibatan, orientasi, kemandirian dan
minat. Sementara dimensi kognitif terdiri dari variabel kemampuan memecahkan
masalah, perencanaan, pemilihan informasi pekerjaan, pemahaman diri dan
kemampuan menetapkan tujuan.
14
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Crites (1981: 125) mengemukakan Inventori Kematangan Karir (Career
Maturity Inventory/CMI) sebagai bagian dari studi longitudinal tentang
kematangan karir. Inventori ini terdiri dari dua bagian, yakni dimensi sikap dan
kompetensi. Skala sikap ditujukan untuk mengukur proses pilihan karir yang
dipandang sebagai kecenderungan tanggapan disposisional bahwa individu
terlibat secara utuh dalam suatu pembuatan keputusan.
Lebih lanjut Crites menyebutkan bahwa dimensi sikap tersebut meliputi
keterlibatan (involvement), kemandirian (independence), pengenalan (orientation),
penentuan (desiveness), dan kompromi (compromise). Sedangkan dimensi
kompetensi mengukur aspek pilihan karir yang sifatnya lebih kognitif, terdiri dari
pengukuran diri (self-apraisal), informasi jabatan jabatan atau pekerjaan
(problem-solving information), seleksi tujuan (goal setting), perencanaan
(planning), dan pemecahan masalah (problem-solving).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Crites, dapat disimpulkan
kematangan karir mempunyai arti tingkat kesesuaian individu dengan pemilihan
karir dalam mencapai tingkat tertentu sehingga individu mampu mengambil suatu
keputusan tentang pemilihan karir yang mencakup dimensi-dimensi
pendukungnya. Dimensi itu terdiri dari dimensi sikap dan kompetensi.
Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam
lima komponen, yaitu:
1) Orientation to vocational choice, which deals with concern about career
choice and using occupational nformation.
2) Information and planning about a prefererred occupation-that is, the
spesific information that the individual has about the occupation he or she
intend to enter.
15
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3) Consistency of vocational preference, concerned not only with stability of
an occupational choice over time, but also with its consistency within
occupational fields and levels.
4) Crystallization of traits, including seven indexes of attitudes toward work.
5) The wisdom of vocatonal preference, which refers to the relationship
between choice and abilities, activities, and interest.
Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam
lima komponen, yaitu: 1) orientasi pilihan karir, berhubungan dengan tingkat
kepedulian yang ditampilkan oleh individu dalam masalah karir dan
keefektifannya dalam mengolah sumber informasi yang valid dalam kaitannya
dengan tugas pembuatan keputusan karir, 2) informasi dan perencanaan karir,
berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu dengan pilihan karir, serta
rencana pilihan karir yang lebih khusus, 3) konsistensi tentang pilihan karir, tidak
hanya dikhususkan pada konsisten pilihan karir terakhir saja tetapi juga konsisten
terhadap karir pada setiap tahapan, 4) kristalisasi sifat, mempunyai indikator
minat karir dan kepeduliaan terhadap kompensasi karir, independensi karir, dan
penerimaan tanggung jawab perencanaan karir dan 5) kebijaksanaan pilihan karir,
menyangkut hubungan antara kemampuan dengan pilihan karir, minat dengan
pilihan karir dan aktivitas dengan pilihan karir.
Super (Winkel, 1997: 579) mengembangkan konsep kematangan karir
yang menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Dengan kata lain,
individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap
tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa
kehidupan selanjutnya.
Crites (Alvarez, 2008: 753) compares a person's maturity with others who
16
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
differ in age, but are in the same stage of maturity, for example, students in the
exploratory stage (15-21 years). Definisi ini diartikan sebagai perbandingan
kedewasaan seseorang dengan orang lain yang memiliki perbedaan usia, tetapi
berada pada tahap kematangan yang sama, seperti siswa yang berada pada tahap
eksplorasi.
Alvarez et al (Alvarez, 2008: 753) mengungkapkan kematangan karir “as
behaviors that a person manifest in the intent to carry out different career
developmental task, appropriate to each stage of maturity”. Definisi ini
menekankan bahwa kematangan karir sebagai perwujudan perilaku seseorang
untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan
kematangannya.
Tabel 2.1
Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites
Alvarez et al (Alvarez, 2008: 754)
Super (1951, 1974) Crites (1965, 1971)
1. Career planfulness:
- Distant future
- Intermediate future
- Present
Degree of career development:
1. Consistency:
- Field
- Time
- Level
- Family
- Independence
2. Career exploration:
- Consultation
- Resources
- Participation
2. Realism:
- Interest
- Skills
- Personality
- Social class
3. Information:
- Education and instruction
- Income requirements
- Duties
- Supply and demand
- Conditions
- Career advancement
3. Competencies:
- Problem solving
- Planning
- Goal selection
- Self-appraisal
- Occupational information
4. Decision making: 4. Attitudes:
17
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
- Principles
- Practice
- Orientation
- Preferences
- Commitment
- Involvement
5. Reality orientation:
- Self-knowledge
- Realism
- Consistency
- Crystallization
- Work experience
Setelah mencermati pemaparan dari beberapa ahli mengenai kematangan
karir di atas, yang dimaksud dengan kematangan karir yaitu kesuksesan individu
dalam menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan
tertentu dan kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan
tepat.
Beberapa ahli berpendapat berbeda mengenai dimensi-dimensi
kematangan karir. Ada yang berpendapat bahwa dimensi kematangan karir
meliputi dimensi kognitif dan non-kognitif seperti yang diungkapkan oleh
Westbrook, dkk, serta dimensi sikap dan dan kompetensi (Crites). Dalam
penelitian ini, hanya dibatasi pada dimensi sikap saja. Kematangan karir dalam
aspek sikap dapat digambarkan dengan merespon pernyataan-pernyataan yang
diungkapkan dari indikator kematangan karir yaitu 1) komitmen siswa dalam
proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 2) keterlibatan siswa dalam
proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 3) kemandirian dalam
mengambil keputusan dan 4) penentuan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan
yang diminati.
18
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
B. Konsep Karir dan Perkembangan Karir
1. Pengertian Karir
Ketika berbicara mengenai karir, akan dikenal beberapa istilah seperti job,
employment dan occupation. Istilah karir tidak sama dengan ketiga istilah yang
telah disebutkan tetapi karir mempunyai makna yang lebih luas. Kata employment
dan job lebih terfokus pada seseorang yang sibuk mengerjakan sesuatu untuk
mendapatkan imbalan yang dapat dihitung secara ekonomis atas kompensasi dari
usaha dan waktu serta pengorbanannya, tanpa merasa terlibat secara psikologis
dalam pekerjaannya tersebut. Sedangkan occupation lebih terfokus pada individu
yang merasa terlibat dan memperoleh kepuasan dalam pekerjaannya, karena
adanya persiapan untuk memegang pekerjaan namun keterlibatannya masih
terbatas pada jam-jam bekerja. Sedangkan karir lebih menekankan aspek bahwa
seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi
seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (life
style). Oleh karena itu, pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang daripada sekedar mendapat pekerjaan yang difatnya
sementara waktu (Winkel, 1997: 571).
Dillard (1985: 1) menyatakan bahwa job dapat diartikan sebagai pekerjaan
yang tidak berkelanjutan. Job hanya menuntut kemampuan yang sangat minim
dan tidak terlalu mensyaratkan untuk menempuh jenjang pendidikan tertentu.
Berbeda dengan istilah karir yang yang memerlukan pelatihan, pendidikan,
tertentu dan komitmen pada budaya pekerjaan. Karir merupakan kesuksesan pada
apa yang telah dipilih oleh individu untuk melakukan pekerjaan dengan harapan
19
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
untuk mendapatkan keuntungan secara finansial dan juga memperoleh
kebermaknaan dalam hidup.
Super (Sharf, 1992: 122) karir dalam konteks life span merupakan
perjalanan hidup yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud dapat diperoleh
oleh individu melalui integrasi peran, adegan kehidupan dan peristiwa yang
melibatkan pengambilan keputusan, gaya hidup, komitmen dan dedikasi serta
persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa
karir dalam perspektif life span lebih dari sekedar mengerjakan sesuatu atau untuk
bekerja pada suatu tempat, namun karir merupakan hasil manifestasi dari
kehidupan individu itu sendiri.
Gysbers (Rahmi, 2009: 22) menyatakan bahwa istilah karir dewasa ini
cenderung memperoleh pengertian yang lebih luas dan mendalam. Istilah karir
tidak hanya menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan
seseorang yang meliputi : (1) peranan hidup (life-role) misalnya selaku dalam
siswa, anak dan warga masyarakat; (2) lingkup kehidupan (life-setting) seperti
dalam keluarga, sekolah atau bermasyarakat; (3) peristiwa kehidupan (life-events)
seperti keluar sekolah, masuk peguruan tinggi atau belajar bekerja, dan
sebagainya.
Murray (Supriatna, 2009: 8) mengartikan karir sebagai suatu rentangan
aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan, dalam hal ini seseorang memajukan
kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap,
kebutuhan, aspirasi, cita-cita sebagai suatu rentang hidupnya sendiri (the span of
one’s life).
20
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Sementara itu, menurut Supriatna (2009: 10) karir didefinisikan sebagai
perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup
seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya inner person. Perwujudan
diri akan bermakna manakala ada kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan karir dalam penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan siswa dalam
mempersiapkan, memilih, mengidentifikasi, mempertimbangkan dan melanjutkan
studi serta pekerjaannya. kegiatan-kegiatan itu meliputi memahami diri, memilih
program studi di sekolah (IPA, IPS atau Bahasa), merencanakan dan memilih
kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus SMA.
2. Perkembangan Karir
Berikut ini akan dijelaskan teori mengenai perkembangan karir menurut
Ginzberg, Anne Roe dan Super.
a. Teori Perkembangan Karir dari Ginzberg
Ginzberg (Munandir, 1996: 90) membagi tahap perkembangan karir ke
dalam tiga tahapan, yaitu (1) masa fantasi (mencakup usia sampai kira-kira
sepuluh atau dua belas tahun), ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan
bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau
khayalan; (2) masa rentatif (usia 11-18 tahun). Awalnya mempertimbangkan karir
hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, kemudian minatnya
berubah-ubah, anak mulai menanyakan kepda diri sendiri tentang kapasitas
(kemampuan) melakukan suatu pekerjaan dan apakah kemampuan itu sesuai
dengan minatnya. Tahap selanjutnya anak mulai menyadari bahwa pekerjaan ada
21
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
yang terkandung nilai-nilai baik, nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan
bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian
anak memasuki masa transisi dimana anak mulai memadukan orientasi-orientasi
pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasitas, nilai); (3) masa
realistik (usia 18 tahun), masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah,
atau mulai bekerja. Anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan
penilaian atau pengalaman kerjanya, memasuki lagi dunia kerja atau melanjutkan
pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap
pekerjaannya mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas dan ia
dapat mencapai keberhasilannya atau menemui kegagalan.
Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan
pekerjaan itu suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa
diubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi
antara faktor minat, kemampuan dan nilai) (Munandir (1996: 92).
b. Teori Pilihan Karir Anne Roe
Anne Roe (Winkel, 1997: 576) menekankan unsur perkembangan dalam
pilihan karir, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan
pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak kecil.
Teori Roe memiliki tiga komponen penting, yaitu: pertama, pengalaman-
pengalaman pada masa anak-anak awal mungkin berhubungan dengan vokasional;
kedua, pilihan vokasional dihubungkan dengan kebutuhan dasar individu sesuai
teori Maslow; serta ketiga, adalah mengenai pengaruh genetik terhadap keputusan
vokasional dan juga dalam perkembangan hirarki kebutuhan (Manrihu, 1992: 82).
22
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
c. Teori Super tentang Perkembangan Karier
Super (Sharf, 1992: 121) mengemukakan Teori Life-Span tentang
perkembangan karir pada masa remaja menggunakan dua konsep utama, yaitu
life-role dan life-stage. Konsep peran-peran hidup (life roles) menggambarkan
enam peran utama individu yaitu peran dalam keluarga (homemaker), pekerja
(worker), warga negara (citizen), aktivitas di waktu luang (leisurite), siswa
(student), dan anak (child).
Teori Super didasari oleh pandangan konsep diri (self-concept)
sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan
dipegang (vocational self-concept). Ia berpendapat bahwa konsep diri dalam karir
terbentuk setelah melalui beberapa tahap. Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 19)
menyimpulkan tahap-tahap perkembangan karir terdiri atas lima tahap, yaitu:
1) Tahap pertumbuhan (growth), yaitu antara usia 0-14 tahun. Pada tahap
ini anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan, sikap, minat,
dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri.
Konsep diri dibangun melalui proses identifikasi terhadap figur kunci
baik di keluarga maupun di sekolah. Sub-sub tahap pada tahap
pertumbuhan, yaitu:
Sub tahap fantasi : usia 4-10 tahun
Sub tahap minat: usia 11-12 tahun
Sub tahap kapasitas : usia 13-14 tahun
2) Tahap eksplorasi (exploration), yaitu antara usia 15-24 tahun. Pada
tahap ini individu mulai menilai diri, mencoba peran, dan
23
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mengekplorasi pekerjaan yang mungkin dimasuki setelah lulus
sekolah, melakukan aktivitas di waktu luang, dan bahkan bekerja
paruh waktu (part-time work). Sub-sub tahap pada tahap ekplorasi
ialah:
Sub tahap tentatif: usia 15-17 tahun. Pada masa ini kebutuhan, minat,
kapasitas, nilai, dan kesempatan dipertimbangkan. Pilihan tentatif
dicoba melalui diskusi, kursus, bekerja dan lain sebagainya.
Sub tahap transisi: usia 18-21 tahun. Pertimbangan nyata mulai
dilakukan dengan memasuki pekerjaan atau mengikuti pelatihan
profesional.
Sub tahap percobaan-sedikit komitmen: usia 22-24 tahun. Mulai
memegang satu peran pekerjaan.
3) Tahap pembinaan (maintenance), yaitu antara usia 45 sampai 64
tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai dewasa untuk
menyesuaikan diri dan menghayati terhadap jabatannya.
4) Tahap kemunduran (decline), yaitu usia 65 tahun ke atas. Pada tahap
ini individu mulai memasuki masa pensiun dan harus menemukan
pola hidup baru setelah melepaskan masa jabatannya.
Apabila dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan, maka
remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam
tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap ini faktor-faktor yang
diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-
nilai dan kesempatan.
24
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh
informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir.
2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan
kesempatan kerja.
3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan
minat dan kemampuan.
4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan
mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat
dan kemampuannya (Supriatna, 2009: 22).
Selanjutnya, Jordaan (Yusuf, 2006: 26) mengemukakan tugas-tugas
perkembangan karir remaja tahap eksplorasi sebagai berikut :
Tabel 2.2
Tugas Perkembangan Karir Remaja Tahap Eksplorasi
Aspek Profil Perilaku
Pengetahuan 1. Mengetahui program / tujuan sekolah
2. Mengetahui persyaratan/ tuntutan
pekerjaan yang diminati
3. Mengetahui gaji dari pekerjaan yang
diminati
4. Mengetahui tingkat kepuasan para pekerja
dalam bidang pekerjaan yang diminati
5. Mengetahui proses kenaikan pangkat
dalam pekerjaan yang diminati
6. Mengetahui tugas-tugas pokok yang harus
dikerjakan
7. Mengetahui keterampilan atau keahlian
yang dituntut / diperlukan
25
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
8. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam
program studinya
9. Mengetahui karakteristik pribadinya secara
akurat
10. Mengetahui tentang cara-cara memperoleh
pekerjaan yang diminati
Mencari informasi 1. Membaca buku bahan-bahan bacaan
lainnya yang berkaitan dengan informasi
pekerjaan
2. Mendiskusikan pilihan-pilihan karir, baik
dengan orang tua, guru maupun guru
pembimbing
3. Berdiskusi dengan orang-orang yang
berpengalaman dalam pekerjaan yang
diminati
4. Mengikuti kursus yang mendukung
pekerjaan yang diminati
Sikap 1. Meyakini bahwa ia harus mengambil
keputusan sendiri meskipun masih
memerlukan nasihat orang lain
2. Mempercayai akan pentingnya pendekatan
yang sistematis dalam merencanakan dan
memecahkan masalah
3. Bertanggung jawab untuk memperoleh
informasi
4. Meyakini bahwa memecahkan masalah
sekolah dan perkerjaan merupakan
tanggungjawab sendiri
Perencanaan dan pengambilan
keputusan
1. Mampu memilih salah satu alternatif
pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang
beragam
2. Mampu mempertimbangkan berapa lama
menyelesaikan sekolah
3. Dapat merencanakan apa yang harus
dilakukan setelah tamat sekolah
4. Dapat memilih program studi yang sesuai
dengan minat/kemampuannya
5. Dapat mengambil keputusan di tempat
mana akan bekerja
Keterampilan karir 1. Dapat menggunakan sumber-sumber
informasi tentang karir
2. Dapat menjelaskan proses pengambilan
keputusan
3. Dapat meningkatkan perolehan
keterampilan akademik/non-akademik
4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk
meningkatkan keterampilan
5. Dapat mengelola waktu secara efektif
6. Dapat mengomentari ke-sahih-an data
tentang dirinya
26
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
7. Dapat melakukan kebiasaan bekerja yang
efektif, seperti bekerja sama dengan orang
lain
Super (Santrock, 1996: 484) mengemukakan bahwa perkembangan karir
terdiri dari lima fase berbeda, yaitu (1) fase kristalisasi berkembang sekitar usia
14-18 tahun, individu membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur
dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada, (2) fase spesifikasi
berkembang sekitar usia 18-22 tahun, individu sudah mulai mempersempit pilihan
karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada
bidang karir tertentu, (3) fase implementasi berkembang sekitar usia 21-24 tahun,
individu sudah menyelesaikan masa sekolah atau pelatihannya dan menapaki
dunia kerja, (4) fase stabilisasi berkembang sekitar usia 25-35, pada tahap ini
pengambilan keputusan karir tertentu dilakukan, dan (5) fase konsolidasi
berkembang setelah usia 35 tahun, individu akan memajukan karir dan akan
mencapai posisi yang lebih tinggi.
Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super, usia
remaja (siswa SMA) berada pada fase kristialisasi, yaitu masa penggalian karir
yang ditandai dengan tahapan crystallizing; penentuan pilihan karir dan
spesifikasi karir. Pada masa ini terjadi transisi dalam perkembangan karir.
Setelah mencermati penjelasan dari beberapa ahli mengenai perkembangan
karir, maka perkembangan karir dalam penelitian ini mengacu pada konsep
perkembangan karir menurut Super dan Jordaan. Dilihat dari perkembangan karir
menurut Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 20) remaja dalam hal ini siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah masuk tahap eksplorasi pada tingkat
27
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tentatif. Pada tahap ini masa remaja sudah mampu memfokuskan minat, nilai-nilai
dan kapasitas dirinya dalam mengambil keputusan secara tepat, jelas dan terarah.
5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir
Menurut Winkel (1997: 592), terdapat interaksi faktor-faktor internal dan
eksternal pada individu, yang berpengaruh terhadap perkembangan karier.
a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal terdiri atas:
1. nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar
oleh seseorang di mana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi
pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat
menentukan gaya hidup seseorang. Namun, belum dapat
ditunjukkan kaitan langsung antara nilai-nilai kehidupan yang
dianut seseorang dan aneka bidang pekerjaan;
2. taraf inteligensi, yaitu kemampuan berpikir untuk mencapai
prestasi-prestasi;
3. bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang
usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian;
4. minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang
untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
bidang itu;
28
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
5. sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama
memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah,
halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh;
6. pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang
pekerjaan dan diri sendiri secara akurat; dan
7. keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti
tinggi badan, tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta
jenis kelamin.
b. Faktor Eksternal
Faktor–faktor eksternal, terdiri atas:
1. masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu
dibesarkan;
2. keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan
ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat; serta
diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup
bagi anggota dari kelompok lain;
3. status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi
rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah
tempat tinggal dan suku bangsa;
4. pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti
(genogram);
5. pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang
dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan
29
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam
bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan
kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak
perempuan;
6. pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan
dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam
pergaulan sehari-hari; dan
7. tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap
program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk
diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.
C. Konsep Bimbingan Karir
1. Definisi Bimbingan Karir
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Bimbingan dan
konseling dilaksanakan sebagai upaya bantuan kepada siswa agar berkembang
secara optimal, dapat menyesuaikan diri, dan dapat mengaktualisasikan
kemampuan-kemampuannya. Layanan bimbingan dan konseling meliputi
bimbingan belajar, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan
keluarga.
Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang
30
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan
dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Kartadinata dkk, 2007: 13).
Solehuddin (2008: 13) sesuai dengan hakikat dan bidang garapannya,
tujuan bimbingan di SMA dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) siswa memahami
dan menghargai dirinya, khususnya berkenaan dengan potensi dan nilai-nilai yang
dimilikinya, serta memahami dan menghargai orang lain; 2) siswa memahamai
keadaan lingkungannya, terutama tuntutan-tuntutan dan kesempatan-kesempatan
pendidikan dan pekerjaan yang relevan dengan bidang karir yang dicita-
citakannya; 3) siswa memahami dan dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan
yang dialaminya (atau mungkin dialaminya), terutama berkenaan program
pendidikan yang ditempuh dan rencana karir yang dicita-citakannya; 4) siswa
menguasai cara-cara belajar yang baik, cara bergaul yang sehat, serta cara
memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang efektif; 5) siswa dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi diri dan lingkungannya, khususnya dengan
tuntutan program sekolah dalam batas-batas potensi diri yang dimilikinya; 6)
siswa dapat merencanakan masa depannya secara tepat dan bertanggung jawab
serta memahami hubungan antara upaya-upaya yang ditempuhnya saat ini dengan
kemungkinan pencapaian cita-cita karir yang direncanakannya.
Bimbingan karir merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan
konseling dapat digambarkan pada Bagan 2.1
31
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Bagan 2.1
Ragam Layanan Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan gambar di atas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan
bagian dari bimbingan dan konseling di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai pengertian bimbingan karir menurut para ahli.
Yusuf dan Nurihsan (2006: 11) menyebutkan bimbingan karir merupakan
bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-
tugas kerja, lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian
pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.
Gani (1986:11) mengemukakan bimbingan karir merupakan suatu proses
bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu
yang bersangkutan dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja,
merencanakan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
untuk menentukan plihannya, dan mengambil suatu keputusan bahwa
keputusannya tersebut adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya
Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan belajar
Bimbingan pribadi
sosial
Bimbingan karir
Bimbingan keluarga
Perkembangan
peserta didik
32
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang
dipilihnya.
Supriatna (2009: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan
suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar dapat mengenal
dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang
sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan
mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
Selanjutnya Winkel (1997: 139) menyatakan bahwa bimbingan karir
adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam
memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri
supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Menurut Surya (Supriatna, 2009: 11) tujuan bimbingan karir yaitu agar
siswa dapat mencapai kompetensi dalam hal pemahaman informasi pendidikan,
pengenalan dunia kerja, orientasi dan informasi jabatan serta usaha, dan
pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan jabatan
serta arah pengembangan karir. Bimbingan karir tidak diarahkan semata-mata
untuk memilih dan menentukan jenis pekerjaan, namun mencakup berbagai peran
individu dalam kehidupan pada setiap tahap perkembangannya.
Muslihudin, dkk (Sudrajat, 2008: 2) mengemukakan bahwa bidang
bimbingan karir diarahkan untuk:
33
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang
hendak dikembangkan.
2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang
hendak dikembangkan khususnya.
3. Orientasi dan informasi karir terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.
5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan
yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak
dikembangkan.
6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pelatihan diri untuk
keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan,
industri) sesuai dengan program kurikulum SMK yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan karir adalah proses bantuan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing
kepada siswa agar siswa mampu memahami diri, mengenal dunia kerja,
merencanakan masa depan dan menentukan keputusan dengan
mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya.
2. Tujuan Bimbingan Karir
Tujuan bimbingan karir di sekolah menurut para ahli sebagai berikut.
34
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Kartadinata, dkk (2007: 13) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan
pada umumnya ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian
studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja. Gani (1986: 12) mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan karir agar para siswa:
1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi
dasar, minat, sikap dan kecakapan.
2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat
dicapai dari suatu pekerjaan.
3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan
dengan potensi dan minatnya.
4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya siswa
dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap pekerjaan.
5. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada
masyarakat.
6. Menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan lingkungannya,
dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Sementara itu, Yusuf (2006: 43) mengemukakan tujuan bimbingan karir
sebagai berikut:
35
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan
pekerjaan.
2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya dan sesuai dengan norma agama.
3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan
masyarakat.
4. Memiliki kemampuan dan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa
harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-ekgiatan yang relevan dengan
karir keguruan tersebut.
6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami
kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan bimbingan karir tersirat bahwa
bimbingan karir dilaksanakan kepada seluruh siswa agar mampu memahami diri,
36
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan menentukan keputusan
dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya.
3. Kegiatan Bimbingan Karir
Supriatna (2009: 55) dan Winkel (1997: 636) mengemukakan bahwa ada
banyak kegiatan bimbingan karir di sekolah, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa
mampu memahami diri, menentukan keputusan dalam memilih jurusan/prodi
yang sesuai dengan kemampuan dan memilih bidang pekerjaan sesuai dengan
kemampuan; dan pengenalan dunia kerja. Kegiatan itu diantaranya:
1. Menyelenggarakan bursa kerja
Kegiatan bursa kerja merupakan pemberian informasi mengenai peluang-
peluang karir yang dapat dipilih oleh siswa. Peluang karir ini contohnya
informasi mengenai jenis pekerjaan, cara melamar pekerjaan, persyaratan
dalam memasuki pekerjaan.
2. Mengadakan hari karir (career days)
Melalui kegiatan career days ini siswa diharapkan dapat memperoleh
informasi yang lebih lengkap dan dapat memahami tentang hal-hal yang
menyangkut pekerjaan dan penghayatan suatu jabatan/pekerjaan. Pada
kegiatan career days ini juga didatangkan narasumber atau ahli dari
berbagai pilihan karir tertentu. Para siswa dapat berkonsultasi mengenai
peluang karir yang bisa dipilihnya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3. Kunjungan karir
Kunjungan karir merupakan salah satu kegiatan untuk membuka peluang
dan mengeksplorasi bidang karir tertentu secara mendalam. Fasilitator
37
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dalam kegiatan ini bisa guru atau pemandu kunjungan karir yang
menentukan lembaga atau instansi yang akan dikunjungi. Kemudian,
guru atau pemandu kunjungan karir menjelaskan tentang kompetensi
yang harus dimiliki siswa sesuai dengan syarat-syarat dan peluang karir
di masa yang akan datang. Selanjutnya diadakan diskusi antara siswa dan
lembaga yang dikunjungi tadi.
4. Program Bimbingan Karir
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah bergantung kepada
bagaimana layanan tersebut dipersiapkan dan dilaksanakan secara sistematis,
terarah dan terpadu. Bimbingan karir merupakan bagian integral dari program
bimbingan dan konseling secara keseluruhan.
Agar layanan bimbingan karir berjalan efektif maka perlu adanya suatu
program. Menurut Suherman (2007:59) mengemukakan bahwa program
bimbingan dan konseling di sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi
pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.
Program bimbingan dan konseling sekolah yang komperhensif di dalamnya akan
tergambar visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan, strategi, personel,
fasilitas dan rencana evaluasinya. Dengan demikian program bimbingan dan
konseling yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang
menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program, sistem
manajemen dan sistem pertanggungjawabannya.
38
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Selain itu, program bimbingan dan konseling di sekolah dirancang untuk
menjamin semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat
program itu. Sehingga kenyataan yang sering muncul, yaitu aktivitas konselor
sekolah yang menghabiskan banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan
sebagian kecil siswa (secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi
rendah dan bermasalah) tidak terjadi lagi. Dengan demikian, secara mendasar
program dan bimbingan di sekolah di rekomendasikan sebagai upaya pemberian
layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program
tersebut.
Winkel (1997: 143) mengemukakan program bimbingan yaitu suatu
rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi
selama periode waktu tertentu.
Kartadinata, dkk (2007: 36) menyebutkan bahwa penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan
mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan
program tersebut.
Kegiatan aspek ini meliputi (1) asesmen lingkungan yang terkait dengan
kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta
didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan
kualifikasi konselor dan kebijakan pimpinan sekolah ; (2) asesmen kebutuhan atau
masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-
aspek kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasan belajar, minat-minatnya
(pekerjaan, jurusan, oleh raga, seni dan keagamaan), masalah-masalah yang
39
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dialami, dan kepribadian, dan tugas-tugas perkembangan, sebagai landasan untuk
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
Sejalan dengan pendapat dari berbagai ahli, Munandir (1996: 249)
menyebutkan bahwa ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan
program bimbingan karir, pertama program harus bertolak dari kebutuhan dan
kedua program merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir
terutama menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan dan
pemecahan masalah karir.
Analisis kebutuhan siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen dari jenis laporan diri. Informasi yang didapat dari analisis kebutuhan
siswa yaitu :
1) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki:
a. bahan informasi pekerjaan dan bantuan yang berkenaan dengan
informasi itu
b. bantuan untuk memilih, menyiapkan diri, dan mendapatkan pekerjaan
untuk hidup kelak.
c. bantuan untuk mengatasi masalah atau kerisauan umum pekerjaan
d. bantuan untuk mengenali sifat ciri pribadi
e. bantuan untuk melihat hubungan sifat, ciri dan kemampuan diri dengan
pekerjaan pada umumnya, khususnya pekerjaan yang dipilih atau yang
sedang dipertimbangkannya
40
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
f. bantuan untuk menguasai keterampilan memecahkan masalah,
menyusun rencana, dan mengambil keputusan
g. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus lain
2) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki:
a. bahan informasi atau bantuan untuk memilih jurusan atau program studi
b. bahan informasi dan bantuan untuk menentukan apakah akan
meneruskan pendidikan
c. bahan informasi dan bantuan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler
atau program muatan lokal
d. bantuan untuk mempelajari pelajaran yang sulit
e. bantuan untuk melihat hubungan pelajaran dengan pekerjaan pada
umumnya, khususnya yang dipilih atau dipertimbangkan
f. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus
pelajaran
g. bahan informasi atau bantuan untuk mengembangkan minat khusus,
hobi, rekreasi, dan pengisi waktu luang (Munandir, 1996: 250).
Adapun struktur program yang dikembangkan terdiri dari rasional,
deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan tema/topik,
media dan alat pendukung serta tahapan atau langkah implementasi program
sebagai upaya mengembangkan kematangan karir siswa.
41
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. M. Yunan Rauf (2006)
Dalam penelitian Rauf (2006) yang berjudul Program Bimbingan untuk
Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA program IPA dan IPS di Pekanbaru
menunjukkan bahwa gambaran umum tentang kematangan karir siswa di
beberapa SMA Negeri di Pekanbaru yaitu kategori matang (28,57%), kurang
matang (39,52%) dan tidak matang (11,90%), sedangkan pada program IPA :
matang (25,83%), kurang matang (48,33%) dan tidak matang (25,83%), program
IPS : matang 18,10%), kurang matang (54,31%) dan tidak matang (27,59%).
Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan aspek dan indikator yang
serupa dengan yang diungkapkan Crites dalam CMI (Career Maturity Inventory)
yaitu aspek sikap dan kompetensi. Aspek sikap diikuti dengan lima indikator; a)
keterlibatan siswa; b) kemandirian siswa; c) orientasi siawa; d) komromi siswa
dan; e) keputusan karir siswa, sedangkan pada aspek kompetensi adalah a)
pengukuran diri; b) informasi jabatan dan pekerjaan; c) seleksi tujuan
perencanaan; d) perencanaan pekerjaan; dan e) pemecahan masalah.
2. Trya Achdisty Oktaviana (2008)
Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian besar sampel
yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang) yaitu sebesar
84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang
sangat tinggi (sangat matang), dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang
(cukup matang). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai
tingkat kematangan karir yang tinggi (matang).
42
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa kelas XII program keahlian
Administrasi Perkantoran SMK Negeri se-Kota Bandung telah memiliki tingkat
kematangan karir yang tinggi (matang). Namun, pencapaian siswa tiap aspek
beragam, hal ini menunjukkan siswa tersebut masih memiliki tingkat konsistensi
pilihan karir yang cenderung berubah-ubah.
Aspek dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas perencanaan karir, yaitu dengan 1)
mengetahui wawasan dan persiapan karir; 2) memahami pertimbangan
alternatif pilihan karir; dan 3) memiliki perencanaan karir di masa depan.
b. Adanya keinginan untuk menggali dan mendapatkan informasi karir, yaitu
keinginan individu untuk mengumpulkan seluruh informasi karir dan
memanfaatkan sumber-sumber tersebut untuk dapat menggali informasi
tentang karir.
c. Memiliki pengetahuan tentang membuat keputusan yang memadai yaitu
dengan menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan
karir yang tepat.
d. Memiliki pengetahuan tentang beberapa informasi pekerjaan dan dunia kerja
yang ditandai oleh 1) pengetahuan tentang cara dan persyaratan memasuki
dunia kerja; 2) berkaitan dengan pengetahuan tentang informasi pengahasilan
dan situasi yang sering terfadi dalam dunia kerja; 3) pengetahuan mengenai
cara meraih sukses dalam berkarir.
3. Iis Lathifah Nuryanto (2010)
Hasil penelitian Nuryanto (2010) menujukkan sebagian besar sampel yang
43
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mencapai tingkat kematangan karir dalam kategori sedang yaitu sebesar 91,32%,
kategori tinggi 5,26% dan rendah sebesar 3,42%. Persentase ini menunjukan
bahwa kematangan karir siswa SMK Negeri 1 Cimahi secara keseluruhan
cenderung homogen, artinya secara umum dapat dikatakan mayoritas siswa SMK
Negeri 1 Cimahi memiliki kematangan karir sedang.
Indikator yang diungkap dalam dalam penelitian ini yaitu keterlibatan
siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kemandirian
siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, orientasi siswa
dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kompromi siswa
dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, dan penentuan
keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa.
Terdapat perbedaan capaian pada setiap indikator dan sub indikator dari
keterlibatan pembicaraan pekerjaan, kemandirian menentukan pilihan pekerjaan,
orientasi diri terhadap pekerjaan, kompromi siswa memilih pekerjaan dan
penentuan keputusan pekerjaan yang berpengaruh pada keputusan karirnya di
masa yang akan datang.
4. Marina Purnamasari (2012)
Hasil penelitian Marina Purnamasari (2012) menunjukkan bahwa Secara
umum Santri Pondok Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun
Pelajaran 2011-2012 memiliki tingkat kematangan karir pada kategori sedang
yaitu 73,9%.
Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan dimensi sikap dan
kompetensi. Berdasarkan kedua dimensi tersebut, rata-rata persentase masing-
44
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
masing dimensi sikap mencapai 61.6%, sedangkan dimensi kompetensi mencapai
tingkat pencapaian dengan persentase 56.6%.
Dimensi dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Dimensi sikap meliputi (1) keterlibatan dalam proses pemilihan karir; (2)
orientasi terhadap pekerjaan; (3) kemandirian dalam pengambilan keputusan;
(4) faktor pemilihan karir; dan (5) konsep pemilihan karir.
b. Dimensi kompetensi meliputi (1) penilaian diri; (2) informasi pekerjaan; (3)
seleksi tujuan; (4) perencanaan karir; dan (5) pemecahan masalah karir.