08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

42
Eksaminasi EKSAMINASI PUBLIK PUTUSAN KASUS TEMPO MaPPI FHUI dan Eksaminator HASIL EKSAMINASI MAJELIS EKSAMINASI Terhadap Berita Acara Pemeriksaan dengan Tersangka Hidayat Lukman alias Teddy Uban Berita Acara Pemeriksaan dengan Tersangka David Tjioe Surat Tuntutan Reg. Perkara No. P-162/JKTPS/03/2003 Surat Tuntutan Reg. Perkara No. P-139/JKTPS/03/2003 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.521/PID.B/2003/PN.JKT.PST Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.522/PID.B/2003/PN.JKT.PST Perkara Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Untuk Bertindak dengan Terdakwa Hidayat Luman alias Teddy Uban dan Terdakwa David Tjioe Pendahuluan Eksaminasi terhadap putusan perkara Kejahatan Terhadap kemerdekaan Untuk Bertindak Dengan Terdakwa Hidayat Luman alias teddy Uban dan Terdakwa David Tjioe, atau yang lebih www.pemantauperadilan.com 1

Transcript of 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Page 1: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

EKSAMINASI PUBLIK PUTUSAN KASUS TEMPO

MaPPI FHUI dan Eksaminator

HASIL EKSAMINASI

MAJELIS EKSAMINASI

Terhadap

Berita Acara Pemeriksaan dengan Tersangka Hidayat Lukman alias

Teddy Uban

Berita Acara Pemeriksaan dengan Tersangka David Tjioe

Surat Tuntutan

Reg. Perkara No. P-162/JKTPS/03/2003

Surat Tuntutan

Reg. Perkara No. P-139/JKTPS/03/2003

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No.521/PID.B/2003/PN.JKT.PST

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No.522/PID.B/2003/PN.JKT.PST

 

Perkara  Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Untuk Bertindak

dengan Terdakwa Hidayat Luman alias Teddy Uban dan

Terdakwa David Tjioe

  

Pendahuluan

Eksaminasi terhadap putusan perkara Kejahatan Terhadap

kemerdekaan Untuk Bertindak Dengan Terdakwa Hidayat Luman alias

teddy Uban dan Terdakwa David Tjioe, atau yang lebih dikenal

sebagai Eksaminasi Kasus Majalah Tempo, dilakukan dengan tujuan

apakah proses persidangan kasus tersebut serta pertimbangan

hukum yang digunakan sudah sesuai dengan penerapan hukum yang

berlaku atau belum. Tujuan lainnya adalah melakukan analisis

terhadap efektifitas penerapan undang-undang pers berkaitan

www.pemantauperadilan.com 1

Page 2: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

dengan perlindungan bagi insan pers dalam rangka kebebasan

memberikan informasi, serta mendorong partisipasi publik untuk lebih

kritis terhadap suatu perkara populis yang mencerminkan

ketidakpasrian hukum.

Adapun Majelis Eksaminasi tersebut terdiri dari beberapa unsur

yaitu, aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi,

mantan jaksa dan pengacara, yang diharapkan mempunyai posisi

obyektif, tidak memihak dengan kasus yang akan dieksaminasi dan

tidak mempunyai kepentingan, atau hubungan atau keterkaitan

langsung atau tidak langsung dengan kasus yang akan dieksaminasi,

yaitu antara lain Y. Day, S.H.; Antonius Sudjata, S.H.; DR. Rudy Satriyo

Mukantardjo, S.H., M.H.; Prio Trisnoprasetio, S.H; dan Hidayat Achyar,

S.H..

 

 

A. PENGANTAR

Merujuk pada apa yang telah dituliskan oleh Kompas Cyber

pada Media tanggal 11 Juli 2003, terbukti melakukan tindak pidana

penganiayaan terhadap Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Bambang

Harymurti dan wartawan Majalah Tempo, Ahmad Taufik, terdakwa

Hidayat Lukman alias Teddy dihukum lima bulan penjara dengan

masa percobaan 10 bulan. Sebaliknya, dalam perkara yang sama,

majelis hakim yang dipimpin Sunarjo membebaskan terdakwa David

Tjioe yang merujuk pada berkas tuntutan juga melakukan tindak

pidana penganiayaan terhadap Pemimpin Redaksi Majalah yang

sama, dengan alasan dakwaan jaksa terhadap David tidak terbukti.

Kepala Satuan Reserse Polres Jakarta Pusat Komisaris Angesta R

Yoyol di Jakarta, mengakui, David memang disangka dan pada proses

persidangan yang berlangsung didakwakan telah melanggar

ketentuan Pasal 335 KUHP dengan ancaman hukuman satu tahun

penjara. Demikian putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat, yang dibacakan Ketua Majelis Hakim Sunarjo. Namun,

www.pemantauperadilan.com 2

Page 3: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

selayaknya telah khalayak umum ketahui, bahwa Putusan terhadap

Teddy dan David dibacakan dalam sidang yang terpisah.

Akan tetapi, dalam Pasal 21 KUHAP butir b Ayat (4) tercantum

pasal-pasal khusus di KUHP yang memungkinkan pelanggar pasal

tersebut bisa langsung ditahan walaupun ancaman hukumannya

kurang dari lima tahun. Di antara pasal-pasal KUHP yang memberikan

perlakuan khusus berupa penahanan tersebut salah satunya adalah

ketentuan Pasal 335 Ayat (1) KUHP.

Kasus pidana ini merebak kepermukaan karena dipicu dengan

adanya pemberitaan dalam majalah Tempo edisi 3-9 Maret 2003 yang

pada halaman 30-31 terdapat pemberitaan yang berjudul “Ada Tomy

di Tanahabang?” Kedua terdakwa kemudian pada tanggal 8 Maret

2003 kedua terdakwa dengan rombongannya mendatangi kantor

majalah tempo hendak menuntut klarifikasi dan akhirnya berujung

pada suatu peristwa yang disangkakan kepada mereka sebagai suatu

tindak pidana.

Berbagai tanggapan muncul dan mengemuka yang melansir

kecurigaan bahwa polisi sengaja memberikan celah hukum bagi

tersangka David untuk dapat lolos dari hukuman. Sudah barang tentu

tidak cuma hal tersebut saja yang merupakan pertentangan,

melainkan masih banyak isu lainnya yang juga hangat dan diangkat

oleh rekan-rekan wartawan sebagai tajuk yang memiliki magnet bagi

para pembacanya untuk tetap setia mengikuti perkembangan kasus

tersebut. Hal ini juga yang mengakibatkan berangnya pihak

Kepolisian dikarenakan mass media telah menjalankan upaya-upaya

untuk membentuk opini rakyat. Sehingga cara-cara yang sedemikian

rupa dipandang telah mengganggu kinerja Kepolisian dan aparat

penegak hukum lainnya dalam melakukan proses terhadap kasus

perkara Tempo.

Vonis lima bulan dengan masa percobaan 10 bulan terhadap

Teddy tidak jauh berbeda dengan tuntutan yang diajukan Jaksa

Penuntut Umum M Manik. Teddy dituntut pidana enam bulan dengan

www.pemantauperadilan.com 3

Page 4: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

masa percobaan sembilan bulan. Sedangkan, vonis bebas terhadap

David, sama dengan tuntutan yang diajukan JPU Ramdhanu. Seperti

diberitakan, kedua terdakwa diajukan ke pengadilan karena dituduh

menganiaya Bambang Harymurti dan Ahmad Taufik. Akibat

perbuatan itu, kedua terdakwa didakwa melakukan tindak pidana

sebagaimana diatur dalam Pasal 335 KUHP. Dalam perkara David,

majelis hakim menyatakan, David tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana berupa kekerasan dan

perbuatan tidak menyenangkan terhadap Bambang Harymurti.

Hakim menilai, tidak ada tindak kekerasan seperti yang

dituduhkan kepada David. Karena itu, majelis hakim membebaskan

terdakwa David, dan menyatakan agar nama baik David

direhabilitasi. Menanggapi vonis bebas itu, Kepala Pusat Penerangan

Kejagung Antasari Azhar menyatakan, Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat

akan melakukan pemeriksaan (eksaminasi) terhadap JPU Ramdhanu

yang telah menuntut bebas terdakwa David. Eksaminasi untuk

meminta pertanggungjawaban terhadap Ramdhanu akan dilakukan

kejaksaan menyusul munculnya sorotan sejumlah pihak atas tuntutan

bebas David. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta pun

mengeluarkan pernyataan sikap bahwa "alat-alat keadilan" di

Indonesia sulit dipercaya. AJI Jakarta mendesak proses peradilan

diulang secara keseluruhan, agar tidak ada tuntutan bebas yang

dilakukan JPU.           

Uraian di atas juga merupakan tanggapan dan respon yang

timbul seputar kasus Tempo, yang dikutip dan diangkat oleh Kompas

Cyber Media sebagai corong penyebarluasan informasi. Namun,

terlepas dari berbagai isu yang berkembang di masyarakat, maka

kami mencoba untuk melakukan penelaahan ekslusif dalam tatanan

legal teoritis.

Mengingat terdapat beberapa perkara pidana yang tengah

dalam proses persidangan, maka berdasarkan kesepakatan dengan

penyelenggara eksaminasi kasus, yaitu dalam hal ini Masyarakat

www.pemantauperadilan.com 4

Page 5: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI), dan dengan memperhatikan

kesepakatan dengan para Majelis Eksaminasi lainnya, maka kasus

pidana yang akan di eksaminasi terbatas pada Berita Acara

Pemeriksaan Penyidikan, Surat Tuntutan dan Putusan terhadap

terdakwa Hidayat Lukman alias Teddy Uban dan David Tjioe.

  

 

B. FAKTA DALAM PERADILAN

1. Berita Acara Pemeriksaan[1]

Bahwa berdasarkan BAP, penyidik menyimpulkan tersangka

dapat dituntut Pasal 335 Ayat (1) Subsider 352 KUHP, dengan analisis

sebagai berikut:

a) Unsur-unsur Pasal 335 (1) KUHP:

- Barangsiapa, adalah tersangka Hidayat Lukman alias Teddy

Uban dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya.

- Dengan melawan hak memaksa orang lain supaya

melakukan, tiada melakukan atau membiarkan barang

sesuatu apa dengan kekerasan, dengan suatu perbuatan

lain ataupun dengan ancaman kekerasan, ancaman

dengan sesuatu perbuatan lain, ataupun dengan

ancaman perbuatan yang tak menyenangkan, akan

melakukan itu, baik terhadap orang itu maupun

terhadap orang lain, adalah perbuatan tersangka dengan

ancaman kekerasan maupun dengan perbuatan yang tidak

menyenangkan, bahkan berakhir dengan kekerasan dengan

melempar korban Ahmad Taufik dengan kotak tisu yang terbuat

dari kayu sehingga mengakibatkan saksi Abdul Manan

menderita luka di hidung lecet, memaksa korban Ahmad taufik

untuk menyebutkan sumber berita atas tulisan di majalah

Tempo edisi 3 – 9 Maret 2003 halaman 30 – 31 yang berjudul

“Ada Tomy di Tenabang?”.

www.pemantauperadilan.com 5

Page 6: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

 

b) Unsur-unsur Pasal 352 KUHP:

- Barangsiapa, adalah tersangka Hidayat Lukman alias Teddy

Uban dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya.

- Dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak, rasa

sakit atau luka, yang tidak menjadikan sakit atau

halangan melakukan jabatan atau pekerjaan, bahwa

tersangka telah melempar korban Ahmad Taufik dengan kotak

tisu yang terbuat dari kayu, kemudian ditangkis dengan tangan

oleh korban Ahmad Taufik dan mengenai saksi Abdul Manan

yang mengakibatkan luka lecet dan berdarah, namun

perbuatan tersangka tersebut tidak menjadikan korban sakit

atau halangan melakukan jabatan atau pekerjaannya.

 

Analisa Yuridis

Bahwa berdasarkan BAP, penyidik menyimpulkan tersangka

dapat dituntut sesuai dengan bunyi Pasal 335 Ayat (1) KUHP yang

uraiannya sebagai berikut:

- Barangsiapa, yaitu tersangka David Tjioe.

- Dengan melawan hak memaksa orang lain untuk

melakukan sesuatu dengan kekerasan, bahwa tersangka

memaksa saksi Bambang Harymurti untuk memberikan sumber

berita di Majalah Tempo edisi 3 – 9 Maret 2003 halaman 30 – 31

yang berjudul “Ada Tomy di Tenabang?”.

- Dengan perbuatan yang tidak menyenangkan, dengan

perbuatan tersangka mendorong saksi Bambang Harymurti saat

mereka berjalan ke ruang Kasat Serse, kemudian menonjok perut

dan memegang kepala saksi Bambang Harymurti jelas merupakan

perbuatan yang tidak menyenangkan.

- Dengan Ancaman Kekerasan, yaitu perbuatan tersangka

supaya saksi Bambang Harymurti memberikan sumber berita dan

www.pemantauperadilan.com 6

Page 7: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

karena saksi tidak mau tersangka mendorong, kemudian menonjok

perut dan memegang kepala serta menendang kaki saksi

Bambang Harymurti.

- Terhadap orang itu sendiri maupun terhadap orang lain,

yaitu terhadap saksi Bambang Harymurti.

  

2. Surat Dakwaan[2]

Hidayat Lukman alias Teddy Uban dan David Tjioe adalah salah

satu dari pengunjuk rasa yang mendatangi Kantor Tempo yang

terletak di Jl. Proklamasi No. 72, Menteng, Jakarta Pusat. Adapun

tujuan dari unjuk rasa tersebut adalah untuk mengetahui sumber

berita dari sebuah artikel yang dimuat di Majalah Tempo. Setelah

mendatangi Kantor Tempo, klarifikasi tersebut kemudian berlanjut

sampai di Kantor Polres Metro Jakarta Pusat. Untuk peristiwa inilah

kedua terdakwa didakwa perbuatan tidak menyenangkan.

 

a. Dakwaan Terhadap Terdakwa Hidayat Lukman alias Teddy

Hidayat Lukman alias Teddy (Terdakwa) didakwa melakukan

tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan, yang dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

 

Pada hari Sabtu tanggal 8 Maret 2003 sekitar pukul 11.00 WIB

telah terjadi unjuk rasa di Kantor Majalah Tempo yang terletak di

Jl. Proklamasi No. 72, Menteng, Jakarta Pusat.  Unjuk rasa

tersebut dilakukan oleh sekelompok massa untuk memprotes

pemberitaan di majalah Tempo edisi 3-9 Maret 2003 pada

halaman 30-31 yang berjudul “Ada Tomy di Tenabang”.

Terdakwa Teddy merupakan salah satu dari pengunjuk rasa yang

mendatangi Kantor Tempo tersebut bersama-sama David A.

Miaow dan beberapa orang lainnya. Kedatangan Teddy bersama

teman-temannya diterima Ahmad Taufik di pintu pagar masuk

halaman kantor, kemudian Ahmad menerima kepada para

www.pemantauperadilan.com 7

Page 8: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

pendemo atau pengunjuk rasa dengan ditemani oleh aparat polisi

untuk berdialog di ruang rapat kantor Majalah Tempo.

 

Di dalam ruang rapat tersebut Teddy menanyakan kepada

Ahmad Taufik tentang pemberitaan Majalah Tempo edisi 3-9

Maret 2003 pada halaman 30-31 yang berjudul “Ada Tomy di

Tenabang” seperti yang telah disebutkan di atas dan memaksa

kepada Ahmad untuk menyebutkan sumber beritanya dari mana

dan siapa orangnya agar dihadirkan segera. Pertanyaan Teddy

tersebut dijawab oleh Ahmad bahwa ia telah menerima somasi

atau surat peringatan dari Pengacara Tomy Winata bersama

Desmon J. Mahesa, selain itu Ahmad menyatakan bahwa ia tidak

mau menyebutkan sumber berita dan siapa orangnya. Hal ini

menyebabkan Teddy tidak puas lalu berdiri sambil mengucapkan

kata-kata kepada Ahmad “dasar wartawan! Paling UUD yang

dimaksudkan ujung-ujungnya duit, habis lu nulis nemuin boss

gua minta duit”. Ahmad bereaksi dan mengatakan bahwa apa

yang diucapkan Teddy adalah suatu penghinaan, mendengar hal

ini Teddy langsung mengambil kotak tissue terbuat dari kayu

yang berada di atas meja dan dilemparkan ke arah Ahmad Taufik

namun dapat ditangkis oleh Ahmad dan kotak tissue itu berubah

arah mengenai Abdul Manan yang duduk di samping Ahmad

Taufik dan menyebabkan Abdul Manan mengalami luka lecet dan

berdarah di bagian ujung hidung atas dan kacamata yang

dipakainya pecah.

 

Atas fakta yang tersebut diatas maka oleh Jaksa Penuntut

Umum Drs. M. Manik, S.H.,  terdakwa didakwa dengan dakwaan

tunggal, Pasal 335 Ayat (1) ke-1 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

 

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:

www.pemantauperadilan.com 8

Page 9: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

barangsiapa secara melawan hukum memaksa orang lain

supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan

sesuatu, dengan kekerasan, dengan suatu perbuatan lain

atau dengan perlakuan yang tak menyenangkan, atau

dengan ancaman kekerasan, dengan ancaman perbuatan

lain atau dengan ancaman perlakuan yang tak

menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun

orang lain.

  

b. Dakwaan Terhadap Terdakwa David Tjioe

David Tjioe (Terdakwa) didakwa melakukan tindak pidana

perbuatan tidak menyenangkan, yang dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

 

Pada hari Sabtu tanggal 8 Maret 2003 sekitar pukul 12.30 WIB

bertempat di Kantor Polres Metro Jakarta Pusat Jl. Kramat Raya

No. 61 Jakarta Pusat, terdakwa memaksa meminta kepada saksi

Bambang Harymurti, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, untuk

menyebut sumber berita dalam Majalah Tempo edisi 3-9 Maret

2003 halaman 30-31 dengan judul “Ada Tomy di Tenabang?”

yang ditulis oleh saksi Ahmad Taufik.

Atas permintaan terdakwa tersebut, saksi Bambang Harymurti

tidak bersedia menyebutkan sumber berita sebagaimana yang

diminta oleh terdakwa. Selanjutnya oleh karena saksi tidak mau

mengikuti permintaan terdakwa, kemudian terdakwa dengan

mempergunakan tangannya memukul perut saksi Bambang

Harymurti yang sedang duduk di kursi sofa, sebanyak 1 (satu)

kali dan terdakwa menendang kaki saksi Bambang Harymurti

dengan mempergunakan tangan sebanyak 3 (tiga) kali dan

mendorong saksi Bambang Harymurti sehingga mengakibatkan

kacamata saksi terlepas/jatuh, namun demikian saksi Bambang

www.pemantauperadilan.com 9

Page 10: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Harymurti tetap tidak mau menyebutkan sumber berita yang

diminta oleh terdakwa.

 

Atas fakta yang tersebut diatas maka oleh Jaksa Penuntut

Umum Ramdhanu Dwiyantoro, S.H.,  terdakwa didakwa dengan

dakwaan tunggal, Pasal 335 Ayat (1) ke-1 KUHP.

 

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

a. Terhadap Terdakwa Hidayat Lukman alias Teddy

Jaksa Penuntut Umum Drs M. Manik, S.H.; Payaman, S.H.,

M.Hum. dan Mujiono, S.H., dalam tuntutan pidana dengan Nomor

Registrasi Perkara No: P-462/JKTPS/03/2003, menuntut terdakwa

Hidayat Lukman alias Teddy supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memutuskan:

1) Menyatakan terdakwa Hidayat Lukman alias teddy terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

tidak menyenangkan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal

335 Ayat (1) ke-1 KUHP.

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Hidayat Lukman al.

Teddy dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dengan

masa percobaan 9 (sembilan) bulan.

3) Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak tisu

terbuat dari kayu dikembalikan pada kantor Majalah Tempo cq

saksi Ahmad Taufik.

4) Menetapkan supaya terdakwa Hidayat Lukman al. Teddy

dibebani membayar perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)

 

b. Terhadap Terdakwa David Tjioe

Jaksa Penuntut Umum Ramdhanu Dwiyantoro, S.H., dalam

tuntutan pidana dengan Nomor Registrasi Perkara No:

P-139/JKTPS/03/2003, menuntut terdakwa David Tjioe supaya Majelis

www.pemantauperadilan.com 10

Page 11: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan

mengadili perkara ini memutuskan:

1) Perbuatan Terdakwa DAVID TJIOE tidak terbukti bersalah

secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,

tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan memakai

kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan,

sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain

sebagaimana diatur dalam Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

2) Membebaskan terdakwa DAVID TJIOE dari tuntutan

pidana.

3) Menyatakan barang bukti:

4) Majalah Tempo edisi 3-9 Maret 2003 terlampir dalam

berkas perkara

5) Menetapkan membebankan biaya perkara kepada negara.

 

4. Putusan Pengadilan Negeri

a. Terhadap Terdakwa Hidayat Lukman alias Teddy

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Putusan No.

521/Pid.B/2003/PN.JKT.PST tanggal 9 Juli 2003) yang dipimpin oleh

Sunarjo, S.H., M.Hum dengan anggota Majelis hakim yang terdiri dari

Ridwan Masyur, S.H., H. Dwiarso Budi Santiarto, S.H., menyatakan

Hidayat Lukman alias Teddy dinyatakan terbukti bersalah melanggar

Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP dan divonis penjara selama 5 bulan

serta masa percobaan selama 10 bulan. 

 

b. Terhadap Terdakwa David Tjioe

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Putusan No.

522/Pid.B/2002/PN.JKT.PST tanggal 9 Juli 2003) yang dipimpin oleh

Sunarjo, S.H., M.Hum dengan anggota Majelis hakim yang terdiri dari

Ridwan Masyur, S.H., H. Dwiarso Budi Santiarto, S.H., menyatakan

www.pemantauperadilan.com 11

Page 12: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana sebagaimana didakwakan Penuntut Umum. Majelis Hakim

membebaskan (vrijspraak) terdakwa dari dakwaan serta memulihkan

hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta

martabatnya. 

Analisis terhadap kasus ini disusun dan dianalisa berdasarkan

Berita Acara Pemeriksaan Penyidikan, Tuntutan, Putusan Pengadilan

Negeri No.521/Pid.B/2003/PN.JKT.PST terhadap terdakwa Hidayat

Lukman alias Teddy Uban dan Berita Acara Pemeriksaan Penyidikan,

Tuntutan, Putusan Pengadilan Negeri No.522/Pid.B/2003/PN.JKT.PST

terhadap terdakwa David Tjioe, dan dengan demikian dapat dibagi

dalam beberapa bagian yang menurut kami merupakan hal yang

signifikan namun sederhana, tetapi tetap menarik untuk dibahas

bersama berkenaan dengan hal-hal yang sebelumnya turut dimuat

dalam gugatan maupun putusan-putusan perkara tersebut, yaitu:

 

 

C. ANALISIS TERHADAP SURAT DAKWAAN DAN TUNTUTAN

Secara umum dapat dikatakan bahwa peristiwa dan perbuatan

yang dilakukan oleh para terdakwa tersebut ada diantaranya yang

dilakukan dalam lokasi yang sama dan ada pula yang terjadi secara

terpisah, dimana terdakwa yang satu dengan terdakwa yang lain

tidak saling mengetahui peristiwa yang terjadi secara akurat. Namun

demikian, berdasarkan dokumen yang ada menunjukkan bahwa

adanya ancaman dan tindakan kekerasan yang berawal dan

mengambil tempat pada peristiwa unjuk rasa di depan kantor majalah

Tempo, yang kemudian tindak kekerasan tersebut juga dilakukan

ditempat lainnya. Hal yang menarik adalah tidak terdapat kerusakan

pada kantor majalah tempo atau setidaknya massa pengunjuk rasa

tidak melakukan perusakan yang sangat serius.

Dari kedua putusan tersebut di atas salah satu hal yang

menarik adalah dalam putusan No.522/Pid.B/2003/PN.JKT.PST secara

www.pemantauperadilan.com 12

Page 13: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

tegas-tegas dinyatakan bahwa antara perkara terdakwa David Tjioe

dengan perkara terdakwa Hidayat Lukman alias Tedy Uban

perkaranya satu sama lain dipisah (splitsing) namun diperiksa oleh

Majelis yang sama. Tetapi tidak disebutkan alasan yang sifatnya

spesifik tentang mengapa dilakukannya proses pemisahan dimaksud.

Asumsi-asumsi yang dapat diangkat adalah dikarenakan peristiwa

yang didakwakan tersebut terjadi pada lokasi yang berbeda dan

berdasarkan keterangan para saksi juga menunjukkan bahwa waktu

kejadiannya pun turut berbeda. Atau terbuka kemungkinan karena

alasan psikologis atau sosiologis yang juga melatarbelakangi

peristiwa dimaksud.

Analisis ini tidak membahas Putusan Pengadilan Negeri

No.521/Pid.B/2003/PN.JKT.PST terhadap terdakwa Hidayat Lukman

alias Teddy secara spesifik, karena pada prinsipnya telah diputus

bahwa terdakwa bersalah, melainkan hanya sebagai perbandingan

dan pembahasannya juga lebih global, dengan menelaah substansi

teoritis dari ketentuan Pasal 335 ayat (1).

 

1. Kelemahan Surat Dakwaan

Penggunaan Pasal 335   ayat (1) ke-1 KUHP

Pasal 335 ayat (1) KUHP merupakan pasal sapu jagat yang

dapat dipergunakan oleh siapapun juga yang manifestasinya adalah

tindak pemaksaan/kekerasan, dengan suatu perbuatan lain atau

dengan perlakuan yang tak menyenangkan. Yang cukup menyerap

perhatian adalah terhadap ketentuan Pasal 335 ayat (1) KUHP ini

dapat saja dilakukan oleh siapapun juga yang memperoleh perlakuan

yang tidak menyenangkan. Keunikan dari dakwaan kedua kasus ini

adalah ketentuan pasal tersebut berdiri sendiri dan tidak

menggantung pada dakwaan lainnya. Meskipun, hal ini merupakan

sesuatu hal yang tidak jarang terjadi, tetapi pada umumnya pasal ini

merupakan pasal ikutan. Semisal pada kasus pencurian, perkosaan,

penganiayaan atau bahkan pembunuhan, yang tujuannya adalah

www.pemantauperadilan.com 13

Page 14: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

untuk dapat menjerat dari pelaku tindak pidana dan oleh karenanya

yang bersangkutan tidak dapat mangkir. Dampak yang timbul dari

penggunaan perjenjangan dakwaan tersebut adalah terjadinya

akumulasi hukuman yang akan dijatuhkan terhadap si terdakwa.

Menurut hemat kami perlu untuk kembali pada tatanan teoritis

maupun contoh-contoh kasus yang sederhana dan mudah dipahami

dalam rangka melakukan pendekatan terhadap kasus ini. Yang harus

dibuktikan dalam pasal ini ialah:

a. bahwa ada seseorang yang dengan

melawan hak dipaksa untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan

sesuatu atau membiarkan sesuatu;

b. paksaan dilakukan dengan memakai

kekerasan, suatu perbuatan lain atau ancaman kekerasan,

ancaman perbuatan lain, atau ancaman perbuatan yang tidak

menyenangkan, baik terhadap orang itu maupun tehadap orang

lain.

 

Sejalan dengan adanya upaya untuk mengorek keterangan

tentang wartawan peliput dan sumber berita dimaksud yang datang

dari kelompok pengunjuk rasa, yang ditambah dengan semakin

meruncingnya suasana, ketika pihak majalah Tempo tidak merespon

sebagaimana yang diharapkan oleh para perwakilan dan terdakwa

dari kelompok pengunjuk rasa dimaksud. Menurut hemat kami

apabila memang benar apa yang disangkakan kepada terdakwa, yaitu

atas peristiwa pemukulan dan tindak kekerasan maupun perbuatan

tidak menyenangkan lainnya adalah sesuatu hal yang benar-benar

terjadi, maka sudah barang tentu tindakan serupa tersebut

merupakan suatu hal yang relevan untuk didakwakan terhadap diri

terdakwa.

Prinsip kebebasan pers merupakan perisai yang dipegang teguh

dan dipergunakan sebagai pertahanan pers (yang bertanggung

jawab) dalam menjalankan kapasitas profesionalisme kinerjanya.

www.pemantauperadilan.com 14

Page 15: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Kerahasiaan sumber berita tersebut secara umum diberikan sebagai

suatu hak istimewa dan perlindungan bagi mereka. Tidak jarang

untuk memperoleh suatu berita didalamnya terdapat faktor

terancamnya keselamatan dan jiwa seseorang, atau lain sebagainya.

Menurut kacamata hukum tindak kekerasan yang terjadi memangnya

dapat didakwakan Pasal 335 ayat (1) dimaksud. Tindakan tersebut

secara teoritis tidak temasuk sebagai suatu perbuatan yang jelas-

jelas dikecualikan sebagai tindak pidana. Tetapi, biasanya Jaksa

Penuntut Umum sangat jeli dalam berupaya menjerat pelaku suatu

tindak pidana dengan tidak hanya mencantumkan satu pasal mandiri,

yang apalagi terkenal sebagai pasal sapu jagat.

Menurut kami, berdasarkan fakta-fakta dari keterangan saksi

yang kami temukan baik dalam BAP Penyeidikan maupun pada

berkas-berkas persidangan menunjukan adanya indikasi-indikasi

tindak pidana lain. Kami katakan sebagai indikasi karena masih

banyak hal-hal yang seharusnya dapat digali lebih dalam oleh

penyidik Seandainya hal ini dapat dielaborasi lebih lanjut maka dapat

memberikan akibat hukum yang berbeda. Adapun dari indikasi-

indikasi tersebut apabila dikaji secara ilmiah yaitu dikaitkan dengan

pasal-pasal lain dalam KUHP, maka perbuatan Hidayat Lukman alias

Teddy Uban dan David Tjioe juga dapat dikenakan pasal-pasal

berikut:

Pasal 170 ayat (1) jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP

Pasal 335 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64

KUHP

Pasal 352 ayat (1) KUHP

 

2. Tuntutan

Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebutkan

dalam pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(“KUHAP”), dimana dari keterangan-keterangan yang diberikan oleh

www.pemantauperadilan.com 15

Page 16: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

para saksi yang diajukan ke hadapan persidangan nantinya akan

menjadi penilaian bagi Majelis Hakim terhadap putusan yang akan

dijatuhkan kepada diri si terdakwa. Terlepas dari kualifikasi-kualifikasi

yang mengatur tentang saksi, kami condong untuk mengangkat

secara teoritis mengenai adanya keterangan saksi yang sangat

kontradiksi, baik yang diberikan oleh saksi korban maupun saksi

lainnya yang berasal dari satuan Kepolisian.

Sebelum didengar kesaksiannya para saksi yang oleh undang-

undang tidak dikecualikan untuk disumpah, tunduk pada ketentuan

Pasal 265 ayat (3) HIR dan Pasal 160 ayat (3) KUHAP, dimana

sebelum didengar keterangannya, harus disumpah terlebih dahulu

menurut cara yang ditetapkan oleh agama masing-masing, bahwa

mereka akan memberikan keterangan yang mengandung kebenaran

dan tidak lain dari kebenaran.

Dalam kasus-kasus yang terbuka peluang terjadinya

penyampaian kesaksian palsu, Pasal 283 HIR dan Pasal 174 KUHAP,

mengatur hal seorang saksi memberikan suatu keterangan di bawah

sumpah, yang disangka bohong. Peristiwa semacam ini lazim

dikatakan sebagai sumpah palsu. Dalam hal ini Hakim dengan

kewenangan dan pengetahuan yang dimilikinya harus

memperingatkan seorang saksi itu atas persangkaan adanya sumpah

palsu itu. Barangkali saksi akan mengatakan menarik kembali

keterangan yang disangka bohong itu. Kalau tidak, maka Hakim

berkuasa untuk memerintahkan, supaya seketika itu saksi ditangkap

dan perkaranya, yaitu perkara pidana tentang sumpah palsu (Pasal

242 KUHP) diserahkan kepada Jaksa, supaya diperiksa lebih lanjut,

sedang pemeriksaan perkara pidana semula, dapat ditunda sampai

selesai pemeriksaan perkara sumpah palsu.

Saksi tersebut masih diizinkan menarik kembali keterangannya,

dan menerangkan keadaan yang sebenarnya. Jika ia melakukan

demikian, maka ia tidak akan dituntut, tetapi jika ia tetap bertahan

pada keterangan yang dianggap dusta tadi, maka Hakim

www.pemantauperadilan.com 16

Page 17: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

memerintahkan untuk menahan sementara saksi tersebut. Keadaan

semacam ini akan berbuntut panjang apabila ternyata perkara pidana

tersebut sangat mengandalkan saksi tersebut, atau misalnya yang

bersangkutan merupakan saksi kunci. Sidang perkara pidana karena

keadaan semacam ini dapat terganggu dengan adanya penundaan

persidangan dan terhadap pemeriksaan selanjutnya ditentukan

sampai selesainya tuntutan pidana terhadap saksi tersebut dan

rentetan prosedural lainnya yang harus dipenuhi berdasarkan

ketentuan undang-undang yang berlaku.

  Majelis Hakim dalam putusan No.522/Pid.B/2003/PN.JKT.PST

telah memutus bebas. Sebagai masyarakat yang taat hukum, maka

kami menghormati putusan yang telah dikeluarkan tersebut. Sejalan

dengan bunyi Pasal 183 KUHAP yang berbunyi, bahwa “Hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

 

Keterangan Saksi Yang digunakan Dalam Tuntutan Pada

Perkara David Tjioe

Pada penuntutan terhadap David Tjioe, JPU tidak berhasil

membuktikan salah satu unsur dakwaan, yaitu unsur “dengan

memakai kekerasan atau ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain

maupun perlakukan yang tak menyenangkan terhadap orang lain”.

Dengan tidak terpenuhinya unsur ini kemudian Jaksa Penuntut Umum

sendiri menuntut bebas terhadap David Tjioe. Pembuktian atas unsur

ini menarik untuk dianalisa. Dalam tuntutannya, Jaksa Penuntut

Umum menyatakan bahwa fakta yang ada di persidangan

menunjukan bahwa tidak terjadi kekerasa ataupun ancaman

kekerasan, perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan atas dasar sebagian besar saksi-saksi yang diperiksa

di persidangan menyatakan tidak melihat adanya kekerasan

www.pemantauperadilan.com 17

Page 18: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

ataupun ancaman kekerasan, perbuatan lain maupun

perlakuan tak menyenangkan tersebut.

Dalam uraian dakwaan Jaksa Penuntut Umum, kekerasan atau

ancaman kekerasan ini dilakukan dengan cara:

 

 “...terdakwa dengan mempergunakan tangannya memukul

perut saksi Bambang Harymurti yang sedang duduk di kursi sofa,

sebanyak 1 (satu) kali dan terdakwa menendang kaki saksi Bambang

Harymurti dengan mempergunakan tangan sebanyak 3 (tiga) kali dan

mendorong saksi Bambang Harymurti sehingga mengakibatkan

kacamata saksi terlepas/jatuh...” Hal yang berhubungan dengan

peristiwa hukum “terdakwa menjadi emosi sehingga kemudian 

memukul ke arah perut saksi Bambang Harimurti yang duduk di kursi

sofa dengan mempergunakan tangan sebanyak 1 (satu) kali,

menendang kaki kiri saksi Bambang Harimurti sebanyak 3 (tiga) kali

dan menepuk-nepuk kepala saksi Bambang Harimurti sebanyak 3

(tiga) kali dengan mempergunakan tangan serta mendorong saksi

Bambang Harimurti yang mengakibatkan kacamata saksi Bambang

Harimurti terlepas/jatuh dan saksi Bambang Harimurti mengalami

sakit” dan keterangan para saksi di persidangan, didapatkan

kenyataan sebagai berikut:

Pertama, 3 (tiga) orang saksi yaitu, saksi korban, Achmad

Taufik dan Karaniya Darmasaputra memberikan keterangan bahwa

benar telah terjadi peristiwa “terdakwa menjadi emosi sehingga

kemudian  memukul ke arah perut saksi Bambang Harimurti yang

duduk di kursi sofa dengan mempergunakan tangan sebanyak 1

(satu) kali, menendang kaki kiri saksi Bambang Harimurti sebanyak 3

(tiga) kali dan menepuk-nepuk kepala saksi Bambang Harimurti

sebanyak 3 (tiga) kali dengan mempergunakan tangan serta

mendorong saksi Bambang Harimurti yang mengakibatkan kacamata

saksi Bambang Harimurti terlepas/jatuh dan saksi Bambang Harimurti

mengalami sakit”

www.pemantauperadilan.com 18

Page 19: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Kedua, 4 (empat) orang saksi yaitu Hidayat Lukman alias

Teddy, Edi Purbosusianto, M Syarifin dan Suwandar, menurut JPU

pada pokoknya mereka menyatakan tidak melihat “terdakwa 

memukul ke arah perut saksi Bambang Harimurti yang duduk di kursi

sofa dengan mempergunakan tangan sebanyak 1 (satu) kali,

menendang kaki kiri saksi Bambang Harimurti sebanyak 3 (tiga) kali

dan menepuk-nepuk kepala saksi Bambang Harimurti sebanyak 3

(tiga) kali dengan mempergunakan tangan serta mendorong saksi

Bambang Harimurti yang mengakibatkan kacamata saksi Bambang

Harimurti terlepas/jatuh dan saksi Bambang Harimurti mengalami

sakit”.

 

Tuntutan Bebas Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara

David Tjioe

Ada suatu hal yang menarik dengan dakwaan yang diajukan

terhadap David Tjioe, dimana Jaksa Penuntut Umum melakukan

sesuatu hal yang menurut hemat kami kurang lazim, yaitu sebagai

pengacara negara justru menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk

memutus bebas terdakwa. Adapun alasan yang diajukan oleh Jaksa

Penuntut Umum adalah:

a. Perbuatan terdakwa David Tjioe tidak terbukti bersalah

secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,

tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan memakai

kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan,

sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain

sebagaimana diatur dalam Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP.

b. Membebaskan terdakwa David Tjioe dari tuntutan pidana.

c. Menyatakan barang bukti : Majalah Tempo edisi 3 – 9

Maret 2003 terlampir dalam berkas perkara.

www.pemantauperadilan.com 19

Page 20: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

d. Menetapkan membebankan biaya perkara kepada

negara.

 

Dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum sedikit

menakjubkan karena secara tegas dan jelas menuntut agar diri

terdakwa dibebaskan. Sementara itu Hakim seharusnya memproses

perkara yang didakwakan terhadap terdakwa sebelum berakhir

dengan kapasitas dan keyakinannya untuk memutus bebas terdakwa.

Setidaknya Majelis Hakim dapat meminta kepada Jaksa Penuntut

Umum untuk mencari bukti-bukti lainnya sehubungan dengan perkara

yang didakwakan terhadap diri terdakwa, apabila menurut

pandangannya dakwaan bebas terhadap terdakwa dikarenakan

kekurangan alat bukti yang meyakinkan bahwa dirinya bersalah.

Selanjutnya, baik terhadap dakwaan maupun ketidakadaan

pertanyaan dari Hakim tentang dakwaan yang diajukan terhadap diri

terdakwa, sebenarnya dapat dilakukan suatu pengkajian secara lebih

mendalam di luar dari lingkup eksaminasi ini.

Sistem Peradilan menurut KUHAP seharusnya

mengimplemantasikan adanya hubungan fungsional dan institusional

serta sinkronisasi antar lembaga-lembaga penegak hukum.[3]

Meskipun tidak dicantumkan dalam KUHAP namun secara eksplisit

konsepsi yang diterapkan KUHAP adalah “Integrated Criminal Justice

System” yang memandang proses penyelesaian perkara pidana

sebagai suatu rangkaian kesatuan sejak dari penyidikan, penuntutan,

putusan pengadilan hingga ditingkat lembaga pemasyarakatan.

Secara teoritis maka kita kembali pada apa itu penuntut umum.

Penuntut umum adalah instansi yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan dan

penetapan pengadilan. Sementara itu tentang apa yang dimaksud

dengan penuntutan adalah merujuk pada ketentuan Pasal 1 butir 7

dan Pasal 137 KUHAP, yang berarti penuntutan berarti tindakan

penuntut umum untuk:

www.pemantauperadilan.com 20

Page 21: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

a. Melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang

berwenang.

b. Dengan permintaan supaya perkara tersebut diperiksa dan diputus

oleh hakim di sidang pengadilan.

 

Kemudian dipertegas lagi dengan Pasal 137, yang dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Hanya penuntut umum saja yang berwenang menuntut atau

melakukan penuntutan terhadap seseorang yang melakukan

tindak pidana. Instansi atau pejabat lain di luar penuntut umum

tidak mempunyai wewenang melakukan penuntutan terhadap

siapapun yang didakwa melakukan tindak pidana.

b. Wewenang dan tindakan penuntut umum tersebut dilakukan oleh

penuntut umum dengan jalan “melimpahkan” perkaranya ke

pengadilan yang berwenang untuk mengadilinya. Dan sesuai

dengan apa yang dijelaskan pada Pasal 1 butir 7, dalam tindakan

pelimpahan berkas ke pengadilan inilah penuntut umum meminta

kepada pengadilan supaya perkara tersebut diperiksa dan diputus

oleh hakim dalam sidang pengadilan.

 

Berdasarkan kedua pasal di atas, maka hal-hal  yang dapat

dikemukakan adalah:

a. Melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri yang

berwenang,

b. Untuk diperiksa dan diputus oleh hakim dalam sidang

pengadilan,

c. Wewenang penuntutan perkara hanya semata-mata hak yang

ada pada penuntut umum.

 

www.pemantauperadilan.com 21

Page 22: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Tugas untuk mengungkapkan pelaku serta peristiwa pidana

merupakan kewenangan aparat penyidik Polri, sementara tugas untuk

menerapkan ketentuan pidana terhadap pelaku peristiwa dimaksud

menjadi tanggungjawab Jaksa/Penuntut Umum. Hakim pengadilan

bertanggung jawab untuk memeriksa, mempertimbangkan serta

memberi putusan atas perkara yang bersangkutan.

 

surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak

pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan

ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta

landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

Terhadap kasus David Tjioe, dimana telah dikatakan bahwa

justru jaksa penuntut umum dalam tuntutannya menuntut bebas

terhadap terdakwa, maka menurut hemat kami berdasarkan uraian

teoritis yang sangat mendasar menimbulkan beberapa pertanyaan

yang juga mendasar. Berkas yang sedianya dilimpahkan kepada

Pengadilan Negeri adalah berkas yang memuat tuntutan terhadap

perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa. Namun, dalam

perkara ini berkas memang telah dilimpahkan tetapi substansi lainnya

adalah untuk diperiksa dan diputus oleh hakim didalam persidangan.

Timbul pertanyaan tentang dakwaan tersebut justru tidak mendakwa

terdakwa dengan pasal-pasal pidana yang telah dilanggar tetapi

justru menuntut agar terdakwa dibebaskan.

Hal yang menarik untuk dibahas dengan adanya dakwaan itu

berarti tidak ada yang mesti dituntutkan terhadap terdakwa, dan

dengan demikian artinya dapat dikatakan tidak terdapat kasus

pidana. Sehingga hanya dengan definisi dari surat dakwaan saja

sebenarnya sudah dapat dipatahkan. Sebenarnya hakim dalam

menyikapi hal yang semacam ini dapat menyatakan kepada penuntut

umum bahwa surat dakwaan tidak dapat diterima atas alasan isi

rumusan dakwaan kabur atau obscuur libel. Sehingga hal yang

mungkin dipertanyakan adalah tentang bagaimana proses penyidikan

www.pemantauperadilan.com 22

Page 23: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

yang telah dilakukan atau dapat meminta kepada penuntut umum

untuk melakukan penyidikan secara lebih mendalam dalam mencoba

menggali tentang tindak pidana yang sebenar-benarnya telah

dilakukan oleh terdakwa. Tetapi, dalam kasus ini yang tidak kalah

menarik adalah hal semacam ini sepertinya dianggap sebagai sesuatu

hal yang wajar dan sebagaimana hasil pemeriksaan dokumen yang

telah kami terima, tidak terdapat suatu tindakan atau pernyataan

yang secara tegas-tegas ataupun terselubung memberikan komentar

khusus baik dari penuntut umum maupun hakim terhadap surat

dakwaan yang sedemikian rupa tersebut.

 

D. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

1. Dalam Perkara Terdakwa David Tjioe

Majelis Hakim tidak menggali keterangan saksi secara

mendalam berkaitan dengan pembuktian adanya tindakan kekerasan.

Majelis Hakim dalam putusannya tidak memberikan pertimbangannya

sendiri melainkan ‘hanya’ mengadopsi apa yang telah ada dalam

tuntutan Jaksa Penuntut Umum sehingga Majelis Hakim salah dengan

menyatakan tidak terpenuhinya unsur “melawan hukum memaksa

orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan

sesuatu”. Kelemahan-kelemahan dari putusan hakim dalam perkara

ini adalah sebagai berikut:

Pertama, mengapa dalam keterangan terdakwa (hal. 21

putusan) tidak terdapat keterangan yang berhubungan dengan

peristiwa hukum di kantor majalah TEMPO Jl. Proklamasi No. 72

Menteng Jakarta Pusat hari Sabtu tanggal 08 Maret 2003

sekitar pukul 11.00 WIB, padahal sebagaimana diketahui tempat

inilah sebagai awalnya. Meskipin yang menjadi locus delictie dalam

dakwaan adalah ruang Kasatserse Jakarta Pusat, namun semestinya

Majelis Hakim melihat bahwa peristiwa hukum di ruang Kasatserse

www.pemantauperadilan.com 23

Page 24: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

merupakan lanjutan dari apa yang terjadi sebelumnya di Kantor

Majalah TEMPO.

Kedua, hal. 26 putusan menyatakan “bahwa berdasarkan

uraian fakta-fakta hukum di atas ternyata bahwa perbuatan terdakwa

tidak memenuhi unsur “melawan hukum memaksa orang lain supaya

melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu” dengan jalan

meminta sumber berita. Memang benar, peristiwa hukum itu

tidak terjadi di ruang Kasatserse Jakarta Pusat, akan tetapi

itu terjadi di kantor majalah TEMPO Jl. Proklamasi No. 72

Menteng Jakarta Pusat hari Sabtu tanggal 08 Maret 2003

sekitar pukul 11.00 WIB. Kami melihat pertimbangan Majelis

Hakim yang menyatakan tidak terpenuhi unsur pemaksaan karena

terkait dengan poin pertama diatas, Majelis Hakim membatasi ruang

lingkup tempat terjadinya pidana yaitu peristiwa pidana terjadi hanya

di ruang Kasatserse. Padahal pemaksaan terjadi di Kantor Majalah

Tempo. Dengan demikian semestinya Majelis Hakim menyatakan

bahwa Kantor Majalah TEMPO juga merupakan locus delictie,

sehingga unsur adanya pemaksaan ini dapat terpenuhi.

Ketiga, hal. 28 putusan yang menyatakan bahwa dengan

membandingkan keterangan saksi-saksi tersebut di atas yaitu:

Bambang Harimurti, Ahmad Taufik, Karaya Dharma Saputra dengan

saksi-saksi Hidayat Lukman als Teddy, Eddy Purbosusianto dan

Suwandar, Majelis Hakim tidak mendapat keyakinan bahwa terdakwa

melakukan perbuatan sebagaimana di dakwakan penuntut umum.

Disini Majelis Hakim tidak memberikan pertimbangan ataupun

kesimpulan mengenai apakah terjadi pemukulan atau tidak terjadi

pemukulan oleh Terdakwa David.

 

2. Disparitas Putusan

Secara umum ancaman pidana yang didakwakan kepada kedua

terdakwa dalam eksaminasi ini adalah pasal yang sama yaitu Pasal

335 ayat (1) ke-1, tetapi dengan dasar pertimbangan Majelis Hakim,

www.pemantauperadilan.com 24

Page 25: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

maka terhadap Teddy dijatuhkan pidana dengan diputus bersalah dan

dilain pihak David diputus bebas.

Dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana, dimana

didalamnya kita berbicara tentang adanya suatu putusan didalam

pemidanaan yang akan mempunyai konsekuensi yang luas, baik yang

menyangkut langsung pelaku tindak pidana maupun masyarakat

secara luas. Lebih-lebih kalau putusan pidana tersebut dipandang

tidak tepat, maka akan menimbulkan reasi yang kontroversial, sebab

kebenaran di dalam hal ini sifatnya adalah relatif tergantung dari

mana kita memandangnya. Karena apabila terhadap suatu kasus

seseorang dinyatakan bersalah, maka sudah barang tentu

terhadapnya akan dijatuhkan sanksi pidana sebagai suatu bentuk

hukuman terhadap mereka yang melakukan suatu delik.

Di dalam ruang lingkup ini, maka disparitas pemidanaan

memiliki dampak yang dalam, karena didalamnya terkandung

perimbangan konstitusional antara kebebasan individu dan hak

negara untuk memidana. Begitu banyak faktor yang dapat

menyebabkan disparitas, yang salah satunya adalah disparitas itu

timbul dari hukum itu sendiri. Di dalam hukum pidana positif di

Indonesia Hakim mempunyai kebebasan yang sangat luas untuk

memilih jenis pidana (straafsoort) yang dikehendaki, sehubungan

dengan penggunaan sistem alternatif di dalam pengancaman pdana

di dalam undang-undang.

Pada kasus ini, maka dapat dilihat bahwa atas wewenang yang

dimiliki oleh Hakim maka terhadap suatu kasus yang didakwakan

ancaman pidana yang sama, ternyata pada prakteknya justru

berbeda putusan satu sama lain dan terhadap kasus tersebut proses

peradilannya secara tegas-tegas dalam salah satu putusannya

dinyatakan dengan cara splitsing.

            Sebenarnya dengan melihat pada Surat Dakwaan pada

masing-masing kasus dan masing-masing putusan sebenarnya sarat

dengan manifestasi kewenangan Jaksa Penuntut Umum dan Majelis

www.pemantauperadilan.com 25

Page 26: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Hakim yang begitu besar. Yang juga menarik adalah dari terpidana

Teddy yang sudah barang tentu mengetahui putusan yang ditetapkan

terhadap David, dapat saja meminta untuk diajukan banding dengan

menggunakan konsep disparitas pemidanaan. Meskipun tidak

dipungkiri bahwa peristiwa atas perbuatan yang diancam dengan

Pasal 335 ayat (1) ke-1 tersebut terdapat beberapa perbedaan,

misalnya tempat terjadinya peristiwa, tetapi mana tahu bahwa

perbuatan yang dilihat dari nilainya adalah sama bobotnya atau

mungkin lebih berat bobotnya yang dilakukan oleh David.

 

 

E. PERDUNGAN TERHADAP INSAN PERS MENURUT

UNDANG-UNDANG PERS

Undang Undang No. 40 Tahun 1999 hanya memuat satu

ketentuan mengenai tindak pidana yang termuat dalam pasal 18.

Memperhatikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tersebut

dapat disimpulkan bahwa ketentuan pidana untuk menjaring tindak

kekerasan terhadap wartawan sangat sedikit, hanya satu ayat,

sementara dua ayat yang lain ditujukan kepada perusahaan pers.

Terdapat kendala juridis untuk menerapkan Pasal 18 ayat (1) tersebut

antara lain bahwa ancaman pidana maksimal hanya 2 tahun serta

tidak dapat dilakukan penahanan terhadap pelaku.

Pengaturan tindak pidana yang dalam UU No. 40 Tahun 1999 ini

tidak dapat dikenakan terhadap David Tjioe ataupun Hidayat Lukman.

Adapun alasan-alasannya adalah, pertama, tindak pidana yang

dilakukan terhadap orang (individu) adalah untuk perbuatan pidana

yang dilakukan sebelum adanya pemberitaan dan kedua, perbuatan

tersebut mengakibatkan tidak tersiarnya suatu

pemberitaan/informasi. Yang terjadi dalam kasus ini adalah

pemberitaan telah dilakukan sehingga jelas pasal 18 ayat (1) UU No.

40 Tahun 1999 ini tidak dapat digunakan.

www.pemantauperadilan.com 26

Page 27: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Pasal 18 UU No. 40 Tahun 1999 ini sebenarnya merupakan lex

spesialis dari KUHP. Disini kita harus dapat melihat urgensi

diberlakukannya suatu peraturan khusus guna memberikan

perlindungan terhadap kalangan pers. Kegiatan jurnalistik yang

dilakukan oleh pers sebenarnya terkait pada dua hal yang paling

mendasar yakni sebagai jaminan kemerdekaan mengeluarkan

pendapat/pikiran sebagaimana diatur dalam pasal 28 UUD 1945 dan

sebagai Hak Asasi Manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh

informasi sebagaimana dinyatakan dalam Ketetapan MPR RI

XVII/MPR/1998 yang juga sejalan dengan Piagam PBB tentang HAM

pasal 19.[4]

Meskipun diberikan suatu kebebasan yang demikian luas bagi

pers namun kebebasan ini tetap diberikan batasan, terutama

berkaitan dengan sejauhmana pers dapat menyampaikan suatu

informasi kepada masyarakat. Sebagai suatu bentuk pertanggung

jawaban bagi pers dalam memberikan informasi diberikan hak kepada

wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama

atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakan,

hak ini disebut sebagai Hak Tolak.[5] Adanya Hak Tolak ini

bertujuan agar wartawan dapat melindungi sumber-sumber informasi,

dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak

tolak dapat dibatalkan demi kepentingan Sedangkan sebagai

instrumen pengawasan terhadap insan pers maka UU pers

menyediakan Hak Jawab dan Kewajiban Koreksi. Hak Jawab

adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan

tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang

merugikan nama baiknya.[6] Sedangkan Kewajiban Koreksi adalah

keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi,

data, fakta, opini, atau gambar yang tidak dibenarkan yang telah

diberitakan oleh pers yang bersangkutan.[7]

Dilihat dari perspektif perlindungan pers pada kasus ini

penggunaan dari Hak Tolak dan pelaksanaan Hak Jawab tersebut

www.pemantauperadilan.com 27

Page 28: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

ternyata menghadapi kendala. Mengenai Hak Tolak bagi wartawan,

meskipun telah diatur dalam UU Pers, ternyata dalam

pelaksanaannya penolakan memberikan sumber informasi tidak

selamanya ditanggapi sebagai upaya perlindungan terhadap pihak-

pihak tertentu (yang menjadi narasumber dari pemberitaan). UU Pers

tidak mengatur mengenai sanksi bagi pihak lain yang mengancam

wartawan yang menggunakan hak tolaknya. Kekosongan hukum ini

kemudian mengakibatkan perbuatan ancaman kepada wartawan

yang demikian ini pada akhirnya akan kembali mengacu kepada

ancaman-ancaman pidana dalam KUHP.

Undang-undang pers sebenarnya telah memberikan

penyelesaian di luar jalur hukum dalam hal terdapat pihak-pihak

tertentu yang berkeberatan dengan berita yang disiarkan yaitu

dengan adanya Hak Jawab bagi perusahaan pers. Namun mekanisme

Hak Jawab dalam kenyataannya menjadi tidak efektif mengingat

undang-undang pers tidak melihat mekanisme ini sebagai mekanisme

yang wajib ditempuh sebelum digunakan jalur hukum. Dalam

prakteknya mekanisme Hak Jawab justru sering digunakan beriringan

dengan mekanisme hukum atau bahkan diabaikan. Baik mekanisme

hukum maupun mekanisme Hak Jawab dapat memberikan dampak

yang berbeda. Mekanisme hukum lebih menekankan pada efek ‘jera’

yaitu agar pelaku tidak melakukan hal yang sama dikemudian hari

sedangkan mekanisme Hak Jawab lebih menekankan pada

pemahaman terhadap akuntabilitas dari suatu pemberitaan. Pada

masa sekarang ini, dimana masyarakat dianggap berhak untuk

mengetahui berbagai macam informasi maka tidak seharusnya hak

ini dihilangkan dengan membuat jera insan pers untuk meliput suatu

berita.

 

F. KESIMPULAN

1. Jaksa Penuntut Umum

www.pemantauperadilan.com 28

Page 29: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

Terdapat beberapa hal yang dapat diindikasikan sebagai

kelemahan Jaksa Penuntut Umum dalam membuat surat

dakwaan, antara lain:

a. Bahwa lemahnya dakwaan yang juga lahir dari rangkaian

penyelidikan dan penyidikan, merupakan suatu hal yang perlu

untuk dievaluasi kembali, apakah memang berdasarkan hasil

proses penyidikan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan memang

demikian adanya, atau ternyata proses tersebut belum berjalan

secara optimal. Terutama pasal yang dipergunakan sebagai dasar

penuntutan adalah pasal yang oleh sementara kalangan dikatakan

sebagai pasal sapu jagat, yang dalam kasus pidana pada

umumnya apabila dengan hanya menggunakan pasal ini secara

mandiri, seringkali tidak dapat menjerat terdakwa.

b. JPU telah tidak seksama dan kurang menggali lebih dalam

berkaitan dengan penunjukan penyebab (causa) serta akibat dari

tindak pidana oleh masing-masing Terdakwa; JPU kurang

mengorek hubungan atau keterkaitan para Terdakwa dalam

melakukan tindakan-tindakan pidana, sehingga dapat dikatakan

bahwa JPU tidak memberikan konstruksi dakwaan lengkap dan

jelas sehingga surat dakwaan dapat dikategorikan obscuur libel.

c. Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan delik dakwaan

semestinya tidak terpaku pada Pasal 335 ayat (1) KUHP saja,

melainkan perlu untuk memperhatikan peraturan dan perangkat

hukum lainnya yang dapat menjerat dan membuktikan peran

terdakwa atas delik dimaksud. Berdasarkan fakta-fakta yang

diperoleh dalam BAP pun sudah dapat mengarahkan dapat

dikenakannya pasal-pasal lain dalam KUHP. Semisal terhadap

pelanggaran atas ketentuan tindak pidana lainnya yang relevan

untuk diajukan delik pidananya.

d. Keterangan saksi-saksi yang digunakan oleh Jaksa

Penuntut Umum untuk menunjukan bahwa terdakwa David Tjioe

www.pemantauperadilan.com 29

Page 30: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

tidak terbukti melakukan tindak pidana bertentangan dengan

pasal 185 ayat (4) KUHAP.

 

2. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Majelis hakim PN dalam memberikan pertimbangan-

pertimbangan atas perkara tersebut tidak memberikan

pertimbangan secara mendalam.

Bahwa baik Jaksa maupun Majelis Hakim tidak mengupas fakta-

fakta yang telah berhasil dikumpulkan dalam bentuk dokumen-

dokumen maupun fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan

dakwaan yang diajukan. Akibat dari kurang optimalnya fokus tersebut

mengakibatkan yang diajukan dengan pertimbangan hukum yang

diambil. Penekanan terhadap inisiatif, wawasan dan peran optimal

dari Jaksa Penuntut Umum dan Majelis Hakim merupakan suatu hal

yang kami pandang perlu untuk dievaluasi kembali.

 

 

G. REKOMENDASI

1. Kejaksaan Agung RI

a. Bahwa agar Kejaksaan Agung melakukan Eksaminasi perkara

dengan melibatkan pihak luar, seperti akademisi, mantan jaksa,

mantan hakiim dan masyarakat, terhadap semua berkas yang

dibuat oleh JPU.  Dan serta mengumumkan kepada publik hasil

Eksaminasi yang dilakukan dalam rangka peningkatan

akuntabilitas publik kejaksaan.

b. Agar Kejaksaan Agung perlu mengambil langkah untuk lebih

meningkatkan profesonalisme Jaksa.

c. Agar kejaksaan Agung memberikan perhatian khusus pada

perkara-perkara yang sangat menarik perhatian masyarakat

(seperti kasus ini). Sehingga pelimpahan perkara tersebut

www.pemantauperadilan.com 30

Page 31: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

dilakukan setelah melalui pemaparan di Kejaksaan Agung yang

lebih seksama dan sungguh-sungguh.

d. Mendesak untuk segera melakukan pembentukan dewan

kehormatan profesi jaksa yang melibatkan pihak luar, seperti

akademisi, mantan jaksa, mantan hakim dan masyarakat.

 

2. Mahkamah Agung RI 

a. Bahwa agar tidak menjadikan putusan dalam perkara ini

sebagai yurisprudensi dalam memberikan pertimbangan hukum

dalam memutuskan suatu perkara. 

b. Bahwa agar Mahkamah Agung lebih

menggiatkan/mengefektifkan kegiatan Eksaminasi perkara-

perkara yang menarik perhatian masyarakat dengan

melibatkan pihak luar, seperti akademisi, mantan hakim,

mantan jaksa dan praktisi hukum lain. Dan mengumumkan

kepada publik hasil Eksaminasi yang dilakukan.

 

 

H. PENUTUP

Demikianlah putusan (hasil) Eksaminasi yang dilakukan Majelis

Eksaminasi terhadap berkas-berkas perkara dimulai dari Berita Acara

Pemeriksaan dengan Tersangka Hidayat Lukman alias Teddy, Surat

Tuntutan Reg. Perkara No. P-162/JKTPS/03/2003, Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat No.521/PID.B/2003/PN.JKT.PST dengan Terdakwa

Hidayat Lukman alias Teddy Berita Acara Pemeriksaan dengan

Tersangka David Tjioe, Surat Tuntutan Reg. Perkara No.

P-139/JKTPS/03/2003, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No.522/PID.B/2003/PN.JKT.PST. dengan Terdakwa David Tjioe.

Majelis Eksaminasi hanya membaca dan mencermati berkas-

berkas yang telah disebutkan di atas dan disertai dengan adanya

bukti baru yang tidak digunakan dalam pengadilan berupa video

rekaman siaran stasiun televisi SCTV berkenaan dengan pemberitaan

www.pemantauperadilan.com 31

Page 32: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

mengenai unjuk rasa di majalah Tempo. Pendekatan yang dijadikan

pangkal tolak adalah pendekatan ilmu pengetahuan hukum (pidana)

dan praktek peradilan selama ini. Majelis Eksaminasi melakukan

pengujian secara ilmiah dari sisi ilmu hukum pidana dan hukum acara

pidana yang menghasilkan kesimpulan yang pada bagian tertentu

sepaham dengan cara berpikir JPU dan hakim, pada bagian lain tidak

sepaham (berbeda) dengan cara berpikir JPU dan hakim dalam

menilai fakta dan menafsirkan serta menerapkan hukum. Dengan

kata lain hasil Eksaminasi dari Majelis Eksaminasi merupakan analisis

ilmiah hukum terhadap praktek penegakan hukum, khususnya pada

perkara tindak pidana dengan terdakwa Hidayat Lukman alias Teddy

dan David Tjioe.

Tentunya hasil Eksaminasi ini belum sempurna sehingga

diperlukan saran dan kritik yang membangun untuk lebih

menyempurnakan dan melengkapinya. Hasil Eksaminasi dari Majelis

Eksaminasi ini diputus pada tanggal Juni 2004 di Jakarta.

 

 

NOTE:

Uraian eksaminasi ini hanya merupakan resume. Untuk

melihat naskah Eksaminasi secara lengkap, Anda dapat

langsung mengunjungi  MaPPI  (Redaksi)

 

 

[1] Sebagaimana uraian keterangan saksi dalam BAP

Penyidikan.

[2]Sebagaimana uraian kasus posisi dalam surat dakwaan Jaksa

Penuntut Umum dan Tuntutannya.

[3] Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana, Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, 1928,

halaman 22

www.pemantauperadilan.com 32

Page 33: 08. Eksaminasi Publik Putusan Kasus Tempo

Eksaminasi

[4] Hinca I.P. Panjaitan dan Amir Effendi Siregar, Undang

Undang Pers, Lex Specialis. (Jakarta: B2H&A, 2004)

[5] Pasal 4 ayat (4) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

[6] Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

[7] Pasal 5 ayat (3)  UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan

Pasal 1 angka 12 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

www.pemantauperadilan.com 33