05. Eksaminasi Publik Putusan Perkara Korupsi Kepala Dinas k

download 05. Eksaminasi Publik Putusan Perkara Korupsi Kepala Dinas k

of 21

Transcript of 05. Eksaminasi Publik Putusan Perkara Korupsi Kepala Dinas k

Eksaminasi

EKSAMINASI PUBLIK PUTUSAN PERKARA KORUPSI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT NUSA TENGGARA BARAT (a.n dr. H.L. SEKARNINGRAT) Solidaritas Masyarakat Untuk Transparansi (SOMASI) Pendahuluan Di Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2004 mulai terkuak dibeberapa media massa lokal maupun nasional soal telah terjadi Tindak Pidana Korupsi pada pengadaan alat-alat Kesehatan dan obatobat serta Penunjukkan Langung (PL) pada tender proyek rehap puskesmas dan sejumlah Puskesmas Pembantu di Dinas Kesehatan Kab. Lombok Barat. Rp 7,5 milyar total jumlah proyek tersebut pada tahun 2003. Kasus ini berindikasi melibatkan Ketua Bappeda Lombok Barat H.L Srinata, Bupati Lombok Barat Drs Iskandar dan Seketaris Daerah Drs, HL Kusnandar Anggrat, akan tetapi akhirnya kasus ini hanya menyeret seorang tersangka saja yakni dr. H.L Sekarningrat yang juga selaku Kepala Dinas Kesehatan Lombok BaraT. Kasus dugaan korupsi markup pengadaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan, pada saat kasus ini masuk ke Kejaksaan dan dilakukan penyidikan yang ditemukan hanya soal fee proyek yang diberikan Sayangnya rekanan juga lebih kepada Kepala jauh Kepala Dikes Lobar Sekarningrat. SH, tidak Lobar Kejari Mataram Soetomo, putra

membeberkan

keterlibatan

Kakadis

Darmawan pada beberapa pengadaan obat yang berindikasi keterlibatannya dalam bentuk PL. Padahal dalam siaran pers yang pernah disampaikan Kepala Kejari Mataram bahwa Kejaksaan menemukan berbagai kejanggalan-kejanggalan terhadap proyek kesehatan tersebut sehingga merugikan Negara sekitar Rp 7,5 milyar. Sehingga kesimpulannya jika dugaan korupsi kesehatan itu pada manipulasi harga peralatan dan obat-obatan maka berakibatnya mark up harga ini daerah dirugikan karena harus mengeluarkan biaya

www.pemantauperadilan.com

1

Eksaminasi

yang jauh lebih besar ketimbang harga barang tersebut. Seharusnya Jaksa bukan hanya menyeret dr. H.L Sekarningrat pada Penerimaan Fee Proyek dari rekanan yang mengerjakan perbaikan Pustu, dan Meubelier yang totalnya kerugian negara Puskemesmas

mencapai Rp. 210,8 juta. Tetapi lebih pada apa yang sudah dijelaskan Kepala Kejari Mataram yang harus ditelusuri. Jika hanya pada soal fee proyek saja yang didakwaan seharusnya Kejari Mataram juga menyeret beberapa tersangka yakni Ketua Bapedda Lobar H.L Srinata, Bupati Lombok Barat Drs Iskandar, Seketaris Daerah Drs, HL Kusnandar Anggrat dan salah seorang anggota DPRD Lobar yaitu R. Nune Abriadi yang juga menerima jumlah uang dari hasil fee proyek tersebut I. a. UMUM Judul Eksaminasi : Tindak Pidana Korupsi dr. H. L. Sekarningrat (Kepala Dinas Kesehatan Kab. Lombok Barat-Nusa Tenggara Barat) b. Berkas yang dilakukan Eksaminasi : 1. 2. 3. Surat Dakwaan No. Reg. Perkara. PDS-02/P.2.10/Fd 1/12/2004 Surat Tuntutan No. Reg Perkara PDS-02/P.2.10/Fd 1/12/2004 Putusan Pengadilan Negeri Mataram No. 274/PID.B/2004/PN.MTR c. Pertimbangan pembentukan Majelis Eksaminasi 1. Bahwa, untuk melakukan proses eksaminasi dan menilai secara luas terhadap hal-hal yang dinilai saling berkaitan dalam proses persidangan perkara tindak pidana korupsi dengan terdakwa eksaminasi dr. H.L Sekarningrat maka dibentuklah majelis

www.pemantauperadilan.com

2

Eksaminasi

2. Bahwa, untuk menjaga hasil pengujian dan penilai (putusan) yang dilakukan oleh majelis Eksaminasi tersebut dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, maka susunan anggota majelis eksaminasi tersebut terdiri dari orang-orang yang memiliki perhatian yang besar terhadap hukum dan penegakan hukum serta yang memiliki basis keilmuan dibidang ilmu hukum atau berpengalaman dalam praktek penegakan hukum. d. Tujuan Eksaminasi 1. Mengetahui kelemahan-kelemahan dari produk hukum yang dihasilkan dalam kasus tersebut diantaranya sebagaimana tersebut diatas serta bagaiamana proses penyidikan dan persidangan yang dilakukan apakah telah sesuai dengan substansi atau materi dari putusan yang dihasilkan dan apakah telah sesuai dengan ilmu pengetahuan hukum pidana 2. Melakukan analisis terhadap proses persidangan perkara tindak pidana korupsi dengan terdakwa dr. H.L Sekarningrat guna melihat sampai sejauhmana pertimbangan hukum dimaksud sesuai ataukah bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan, baik dalam tataran hukum materiil maupun hukum formil dan juga dengan legal justice, moral justice serta sosial justice. 3. mendorong dan memberdayakan partisipasi publik untuk turut terlibat secara lebih jauh didalam proses analisa dan mempersoalkan proses peradilan sesuatu perkara dan putusan atas perkara ini yang dinilai controversial, mencerminkan tidak adanya kepastian hukum dan melukai rasa keadilan rakyat. 4. Mendorong dan mensosialisasikan lembaga dan hasil eksaminasi ke publik, agar publik mengetahui hasil yang didapat dari analisis hukum kasus tersebut dan sebagai kontrol pada lembaga peradilan agar dapat meminimalisir proses

www.pemantauperadilan.com

3

Eksaminasi

ketiadakadilan serta membiasakan publik melakukan penilaian dan pengujian terhadap suatu proses peradilan.

e.

Majelis Eksaminasi Adapun majelis eksaminasi tersebut terdiri dari beberapa

unsur yaitu, Akademisi Universitas Mataram dan Pengacara, yang diharapkan mempunyai posisi obyektif, tidak memihak dengan kasus yang akan dieksaminasi dan tidak mempunyai kepentingan atau hubungan atau keterkaitan langsung atau tidak langusng dengan kasus yang akan dieksaminasi, yaitu : 1. 2. 3. II. a. Dr. Anang Husni, SH (Akademisi) Anwar, SH (Praktisi) Lewis Gorindulu, SH (Akademisi) Bagian Pertama Posisi Kasus Korupsi yang diawali dari dugaan mark up pengadaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan dilingkungan instansi yang dipimpinnya senilai Rp 7,5 milyar pada tahun 2003, pada perkembangannya hasil penyidikan kasus ini berubah menjadi penerimaan fee proyek atas nama Kepala Kadikes Lombok Barat dr H.L Sekarningrat Melalui sebuah surat perintah penyidikan No. PRINT03/P.2.10/Fd.1/09/2004, Kejaksaan Negeri Mataram mulai melakukan penyidikan atas tersangka H.L Sekarningrat berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan dalam kasus menerima hadiah yang ada kaitannya dengan pekerjaan Rehabilitasi Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pengadaan Meubelair T.A 2003. Tindakan KKN yang dilakukan Sekarningrat berupa menerima sejumlah uang dari beberapa rekanan dalam proyek itu, yang totalnya mencapai Rp 210,8 juta. Ihwal saling memberi itu berawal dari proyek kesehatan senilai Rp 7,5 miliar di Dinas Kesehatan : Koordinator : Anggota : Anggota

www.pemantauperadilan.com

4

Eksaminasi

Lombok Barat tahun 2003. Dari delapan paket yang harus dikerjakan, ternyata ada satu paket yakni peningkatan sarana kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu yang terpaksa dilakukan dengan proses penunjukan langsung (PL). Proses itulah yang kemudian disoroti beraroma KKN. Sekarningrat diduga menerima uang dari sejumlah rekanan pemenang PL, misalnya Rp 19,75 juta dari CV Pembangunan Nusantara yang ditunjuk merehab Puskesmas Pemenang, Rp 7,4 juta dari CV Mulya yang ditunjuk merehab Puskesmas Pembantu (Pustu) Selengen, Rp 6,5 juta dari CV Karya Emas yang ditunjuk merehab Puskesmas Dopang, Rp 12,6 juta dari CV Delima Jaya yang ditunjuk merehab Pustu Selelos, Rp 18,8 juta dari CV Prameswari Jaya yang ditunjuk mengadakan meubelair Pustu Selelos, Rp 11 juta dari CV Serimpi yang ditunjuk merehab Pustu Menggale, Rp 12,4 juta dari Anra Wijaya yang ditunjuk merehab Pustu Gili Air, Rp 10,5 juta dari CV Bumi Subur yang ditunjuk merehab Pustu Ancak, Rp 7,19 juta dari CV Prima Jaya yang ditunjuk merehab Pustu Sukadana, Rp 11,6 juta dari CV Jaya Raharja yang ditunjuk merehab Pustu Gangga, Rp 11,2 juta dari Trasna Jaya yang ditunjuk merehab Pustu Sesait, Rp 59,5 juta dari CV Haropah Jaya yang ditunjuk merehab Puskesmas Tanjung, Rp 11,5 juta dari CV Lancar Dinata Jaya yang ditunjuk merehab Pustu Bentek, dan Rp 10,8 juta dari CV Mahkota Indah yang ditunjuk merehab Pustu Loloan. Pemberian uang itu dilakukan para rekanan dengan maksud agar Sekarningrat selaku Kadikes Lobar dapat memuluskan mereka mendapat proyek rehabilitasi Puskesmas dan Pustu tersebut. Pemeriksaan terhadap saksi yang dilakukan sejak tanggal 8 September 2005 hingga tanggal 28 September 2004 dengan keterangan 16 saksi dan 16 dokumen surat sebagai alat bukti, maka sangat jelas dr. H. L. Sekarningrat selaku Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat telah menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau sepatutnya harus diduganya hadiah atau janji itu diberikan

www.pemantauperadilan.com

5

Eksaminasi

karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau menurut pikiran yang memberi hadiah atau janji itu ada hubungannya dengan jabatannya demikian Jaksa Penyidik Fora Noenoehitoe, SH mengungkapkan kasus tersebut. sehingga kasus tersebut dilimpahkan kepengandilan pada tanggal 15 Desember 2004 dan mulai disidangkan pada tanggal 22 Desember 2005 hingga 17 Pebruari 2005. Atas perbuatannya ini Sekarningrat dihukum 5 bulan penjara dipotong masa tahanan serta denda senilai Rp 10 juta subsidier 3 bulan kurungan sedangkan tuntutan jaksa dalam sidang sebelumnya tim penuntut umum menuntut Sekarningrat dihukum dengan hukuman penjara selama 1 tahun 6 bulan, serta denda senilai Rp 50 juta. Jauh lebih tinggi ketimbang vonis hakim. Atas dasar hal inilah yang melatarbelakangi kasus dr. H.L. Sekanrningrat dieksamanisai guna memunculkkan anotasi yang tepat atas putusan hakim PN Mataram terhadap vonis yang diberkan kepada dr. H.L Sekarningrat, yang dirasa masyarakat sangat jauh dari rasa keadilan. b. Fakta Dalam Peradilan Dr. H.L Sekarningrat yang didakwa oleh JPU dengan pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 atas jabatannya yang diemban telah menerima sejumlah hadiah sebesar Rp 210.824.500,- yang dilakukan dengan cara memerintahkan saksi Amnan, Spd. SKM, Nur Astoyuwono, Sip dan Saksi I.B Karang dari rekanan seperti penjelasan diatas. Surat perintah penyidikan No. PRINT-03/P.2.10/Fd.1/09/2004, Kejaksaan Negeri Mataram mulai melakukan penyidikan hanya pada H.L Sekarningrat yang dijadikan tersangka sedangkan yang lainnya tidak dikenakan status tersangka, padahal jaksa bisa memberikan rekanan itu dengan pasal 5 dalam bentuk turut melakukan.

www.pemantauperadilan.com

6

Eksaminasi

Kasus yang muasalnya adalah korupsi yang terjadi pada proyek kesehatan senilai Rp 7,5 milyar tetapi dalam perjalanan penyidikannya hanya difokuskan pada fee proyek senilai 210,8 juta. Rp

Terungkap pula di BAP bahwa saksi tidak memberikan fee/hadiah tetapi uang toleransi sebesar Rp 59.500.000,- dan pengerjaan Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu di 4 lainnya kondisinya hampir sama tetapi jaksa hanya tetap fokus pada fee proyek saja. Semua CV yang mendapatkan proyek rehap Puskesmas di Lombok Barat tanpa tender pengadaan barang dan jasa serta penyelesaian proyek kurang dari waktu yang diperhitungankan secara akal sehat, pemberian fee dilakukan karena proses dari hasil loby yang dilakukan masingmasing CV langsung ke dr. H.L. Sekarningrat karena hal ini dianggap sebagai balas jasa atas telah memberi proyek.

Terdapat keterangan tersangka yang menyatakan bahwa Bupati Lobar Drs. L. Iskadar menerima uang dari hasil fee proyek sebesar Rp 100 juta dan Sekda Lobar sebesar Rp 20 juta yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan. Hal ini tidak ditelusuri juga kebenarannya oleh Jaksa, padahal saat memeriksa Bupati Iskandar jaksa tidak melakukan prosedur hukum yaitu meminta ijin kepada Gubernur untuk memeriksanya tetapi terobos langsung dan Iskadar mengelak dikatakan menerma uang dan dia anggap ini sebagai fitnah atau pencemaran nama baik. Akan tetapi apa yang diakui tersangka dalam BAPnya tidak jaksa jadikan acuan untuk memeriksa lebih jauh apa yang terungkap dalam penyidikan sampai pada persidangan Bupati Lobar tidak dipanggil untuk dijadikan saksi hanya dengan alasan keluar daerah.

1.

Surat Dakwaan

www.pemantauperadilan.com

7

Eksaminasi

Dr. H.L Sekarningrat didakwa JPU melakukan tindak pidana korupsi dengan menerima sejumlah fee proyek dari rekanan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: Bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kesewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya, yang dilakukan dengan cara yaitu pada waktu itu dr. H.L Sekarningrat selaku Kakadikes Lobar berdasarkan SK Gubernur NTB No. 821.2-8/183/PEG tanggal 20 Pebruari 1998 dan berdasarkan SK Bupati KDH Tk. II Lobar No. 824.4/10.Peg/2000 tanggal 20 Desember 2000 sebagai penanggung jawab kegiatan/pengadaan Meubelair serta 2 Puskesmas dan 12 Puskesmas Pembantu (Pustu) dimana dr. H.L Sekarningrat telah memberikan perintah kepada : 1. Amnan, S.Pd. SKM selaku Ketua Panitia Penunjukan langsung pengadaan barang dan jasa sekaligus sebagai tim supervisor bangunan fisik yang diangkat berdasarkan SK Kakadikesmas Kab. Lobar No. TU/296/IV/2003 tgl 10 April 2003 untuk menerima uang dari rekanan yang akan mengerjakan proyek/kegiatan 2. pengadaan Meubelair dan rehabilitasi Puskesmas serta Pustu di Kab. Lobar. Nur Astoyuwono selaku ketua panitia pemeriksaan dan penerimaan barang yang diangkat berdasarkan SK Kakadikesmas Lobar No. TU/296/IV/2003 tgl 10 April dengan kata-kata Nanti kalau ada rekanan yang menyerahkan uang terima saja. 3. Drs. IB Karang sebagai Kasubag Umum pada Dikes Lobar untuk menerima uang fee/hadiah dari rekanan yang mengerjakan proyek milik Dikes Lobar. Atas dasar inilah tiga orang tersebut kemudian menerima sejumlah fee dari beberapa rekanan diantaranya adalah yang

www.pemantauperadilan.com

8

Eksaminasi

diterima Amanan S.Pd. MM sebesar Rp 106.224.500,- yang berasal dari Robinzandhi, AH. MM an. CV Pembangunan Nusantara sebesar Rp 19.756.300,- yang pada bulan Oktober 2003 digunakan untuk rehap Puskesmas Pemenang, H.M Swandi an. CV Mulya sebesar Rp 7.400.000,bulan September 2003 untuk Rehap Puskesmas Pembantu Selengan, Wildan, Se an. CV Karya Emas sebesar Rp 6.500.000,- bulan Oktober 2003 untuk rehap Pustu Kopang., L. Mulyadi, SH an. CV. Delima Jaya sebesar Rp. 12.600.000 bulan Oktober 2003 untuk rehap Pustu Selelos serta an. CV. Prameswari Jaya sebesar Rp 18.875.000,- bulan Oktober 2003 untuk pengadaan meubelair Pustu Selelos, L. Ikbal, SH an. CV serimpi sebesar Rp 11.000.000 bulan Januari 2004 untuk rehap Pustu Menggale, I Gde Januarsa an. CV. Anra Wijaya sebeasar Rp 12.400.000,- bulan Januari 2004 untuk rehap Puskesmas Pembantu Gili Air. Ilham Wijaya an. CV. Bumi Subur sebesar Rp 10.500.000,- bulan Januari 2004 untuk rehap Pustu Ancak., L. Moh. Husaini an. CV.Prima Jaya sebesar Rp 7.193.200 bulan Januari 2004 untuk rehap Pustu Sukadana. Sedangkan dari Nur Astoyuwono sejumlah uang yang diberikan rekanan diserahkan seluruhnya kepada dr. H.L Sekarningrat sebesar Rp 93.800.000,- dimana-mana secara berturut-turut telah menerima uang dari rekanan yaitu Puji Raharjo an. CV. Jaya Raharja sebesar Rp 11.600.000,- pada bulan Oktober 2003 untuk rehap Pustu Gangga, Nanang Ekobudiono an. Trasna Jaya sebesar Rp 11.200.000,- bulan Desember 2003 untuk rehap Pustu Sesait, Mandra Wijaya an. CV. Haropah Jaya sebesar Rp 59.500.00,- bulan November 2003 untuk rehap Puskesmas Tanjung dan Mei Imam Subagyo an. CV. Lancar Dinata jaya sebesar Rp 11.500.000,- bulan Januari 2004 untuk rehap Pustu Bentek IB. Karang telah menerima uang pula dari rekanan Supriyadi an. CV. Mahkota Indah sebesar Rp 10.800.000,- bulan Oktober 2003 untuk rehap Pustu Loloan. Jadi Jumlah uang keseluruhan yang

www.pemantauperadilan.com

9

Eksaminasi

diterima dr. H.L Sekarningrat dari mereka bertiga adalah Rp 210.824.500,Atas perintah dr. H.L Sekarningrat, Amnan mencatatnya dalam buku penerimaan dan penggunaan atas uang pemberian para rekanan tersebut. Dari uang tersebut dr. H.L Sekarningrat menggunakan uang tersebut untuk bebeberapa hal antara lain: 1. Biaya perjalanan dr. H.L Sekarningrat ke Jakarta sebesar Rp 12.000.000,2. Biaya reparasi mobil dinas Kadikes Lobar sebesar Rp 17.400.000,3. Biaya penandatanganan proses pantia lelang (9orang) sebesar Rp 9.000.000,4. Biaya pembelian oleh-oleh untuk Dirjen Anggaran Jakarta sebesar Rp 3.000.000,5. Biaya perjalanan Nur Astoyuwono Jakarta dan Yogya sebesar Rp 11.000.000,6. Untuk R. Nune Abriadi (anggota DPRD) sebesar Rp 5.000.000 7. Untuk mendukung operasional Dikesmas Lobar sebesar Rp 135.000.000,8. Amnan menyerahkan uang pada tanggal 8 Maret 2004 kepada dr. H.L Sekarningrat sebesar 60.000.000,Total uang yang digunakan oleh dr. H.L Sekarningrat adalah Rp 254.400.000,- dan kelebihan sekitar Rp 41.575.500,- adalah berasal dari uang pribadi. Adapun para rekanan mau memberikan uang kepada terdakwa selaku Kakadikes Lobar dengan tujuan untuk memuluskan Dinas para rekanan Masyarakat diberikan mendapatkan Lobar selaku dan proyek rehabilitasi dengan yaitu Puskesmas dan Pustu serta pengadaan meubelair tahun 2003 pada Kesehatan terdakwa kewenangannya yang Kakadikes Lobar

bertanggungjwab secara administrasi baik administrasi keuangan

www.pemantauperadilan.com

10

Eksaminasi

maupun fisik proyek telah menunjuk perusahaan-perusahaan dari para rekanan yang memberikan uang/fee kepada terdakwa untuk mengerjakan proyek milik Dikes Lobar tahun 2003. Akibat perbuatan ia terdakwa, Negara dalam hal ini Pemda Lobar menderita kerugian sebesar Rp 210.824.500,- atau setidak-tidaknya sekitar sejumlah itu. Atas fakta yang tersebut di atas, maka oleh JPU, JPU Fora Noenoehitoe, SH, Sarwoto, SH dan Agus Prasetya, Shdidakwa dengan dakwaan pidana dalam pasal 11 jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (tanpa subsidier atau primair dakwaannya). 2. Putusan Pengadilan Negeri Mataram (Judex Factie) Pengadilan Negeri Mataram (Putusan No. 274/PID.B/2004/PN.MTR tanggal 17 Pebruari 2005) yang dipimpin oleh I Ketut Gede, SH, dengan anggota Majelis hakim H. Yuli Usman, SH dan Dewa Putu Wenten, SH, I Nengah Sutama, SH dan I Dewa Made Alit Darma, SH., menyatakan dr. H.L Sekarningrat dinyatakan terbukti secara sah bahwa dr. dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana H.L Sekarningrat selaku pegawai negeri atau korupsi dengan menerima fee dari para rekanan dan menyatakan penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya. Dan majelis hakim dalam amar putusannya menjatuhkan vonis kepada dr.H.L Sekarningrat yang berbunyi yaitu 1. Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 bulan dan denda sebesar Rp 10 juta subsidair 3 bulan kurungan. 2. Menetapkan lama masa tahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya terhadap hukuman yang dijatuhkan.

www.pemantauperadilan.com

11

Eksaminasi

3. Memerintahkan agar tahanan segera keluar dari tahanan. 4. Menetapkan barang bukti berupa : Buku catatan penerimaan dan penggunaan fee Kwitansi pengembalian fee dari saksi Amnan kepada tersangka dr. H.L Sekarningrat tanggal 8 Meret 2004 15 Dokumen Penunjukkan Langsung ke sejumlah kontraktor rekanan proyek. 5. Membebani terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 5000,-

III.

Bagian Kedua

Analisis A. Surat Dakwaan Jika dilihat surat dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum dalam kasus dr. H.L Sekarningrat, dapat dikatakan kabur (obscuur libel), karena tidak sesuai dengan pasal 143 ayat 2 (b) KUHAP yang menyebutkan Bahwa surat dakwaan harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan. Atas dasar kaburnya/tidak jelasnya surat dakwaan, maka dapat dikatakan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak memberikan konstruksi dakwaan lengkap dan jelas. Jaksa Penuntut Umum perlu menyadari bahwa surat dakwaan merupakan mahkota baginya, bukan sebaliknya menempati surat dakwaan hanya dijadikan landasan materiil semata tanpa melihat substansi peuntutan yang seharusnya dilakukan. Jaksa Penuntut Umum semestinya pula memaksimalkan kualitas dan keakuratan surat dakwaan karena Jaksa Penuntut Umum diberikan kewenangan untuk menggabungkan perkara (pasal 141 KUHAP) dan pemisahan perkara (pasal 142 KUHAP). Dimana Pasal 142 KUHAP menyebutkan dalam hal penutut umum menerima 1 (satu) berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang

www.pemantauperadilan.com

12

Eksaminasi

dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tak termasuk dalam ketentuan pasal 141 KUHAP penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah. Sehingga maksud dan tujuan Jaksa Penuntut Umum tersebut adalah sangat jelas, hanya mengginginkan terdakwa dr. H.L Sekarningrat saja. Ini patut diduga apa yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum adalah setengah-setengah. Kalau memang Jaksa Penuntut umum mau sungguh-sungguh memberantas Tindak Pidana Korupsi semua orang yang terlibat dan siapa pun orangnya dan apapun kedudukannya harus ditindak dan diperlakukan sama di muka hukum. Seperti tiga orang yang menerima fee dari rekanan tersebut yang kemudian diserahkan kepada dr. H.L Sekarningrat yaitu Amnan, SPd, SKM, Nur Astoyuwono dan Drs. I.B Karang dan 13 rekanan yang mengerjakan proyek rehabilitasi puskesmas dan puskesmas pembantu serta meubelair yang memberikan fee kepada tiga orang tersebut harus dijerat pula. Sebab dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah teruraikan perbuatan terdakwa dalam hal menerima hadiah berupa uang adalah tidak sendiri melainkan ada pihak lain yang membantu yaitu Amnan, SPd, SKM, Nur Astoyuwono dan Drs. I.B Karang. Jadi jelas peran dari 3 (tiga) orang tersebut, sebab tanpa adanya 3 (tiga) orang tersebut maka perbuatan terdakwa tidak akan terjadi. Dalam hal ini ada pihak yang menyuruh dan pihak yang disuruh atau ada pihak yang membantu dan pihak yang dibantu. Memperhatikan hal tersebut diatas yang dihubungkan dengan Surat Dakwaan yang dibuat oleh JPU yang telah menguraikan terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh dr. H.L Sekarningrat dimana terlaksananya disebabkan karena ada pihak-pihak yang mengambil peran-peran sebagai orang yang masuk dalam pengertian turut serta (medepleger) dalam melakukan tindak pidana atau penyertaan (deelneming).

www.pemantauperadilan.com

13

Eksaminasi

Apabila JPU lebih cermat dan teliti didalam mempersiapkan Surat Dakwaan berdasarkan hasil penyidikan yang sungguh-sungguh maka sangat dr. memungkinkan H.L Sekarningrat mengapa JPU untuk menggembangkan orang yang dakwaannya dengan jalan melakukan penggabungan perkara antara terdakwa dengan justru ketiga JPU tidak membantunya. Tetapi melakukan

pengabungan perkara tetapi hanya terfokus pada dr. H.L Sekarningrat sebagai terdakwa tunggal. Dalam dakwaan JPU diuraikan ada pihak yang memberi uang dan ada pihak yang menerima uang. Tujuan menerima dan memberi uang yang ada kaitannya dengan proyek dan kegaiatan yang akhirnya meyebabkan kerugian Keuangan Negara sejumlah Rp 210.824.500,-. Didalam pasal 13 UU No 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengancam terhadap orang yang melakukan penyuapan atau penyogokkan dengan jalan memberi janji atau hadiah (active omkoping). Sehingga surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum pun menjelaskan peran terdakwa dan para saksi sama-sama potensi untuk merugikan Keuangan Negara hanya ada syarat yang membedakannya. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum seharusnya menguraikan apa yang telah dilakukan, dikerjakan atau ditindakkan oleh masingmasing terdakwa/saksi dan bagaimana hubungan atau keterkaitan para terdakwa/saksi dalam tindak pidana korupsi dengan cara, menyalahkan kewenangan, kesempatan-kesempatan atau saranasarana yang ada padanya secara cermat mengenai kebersamaan tentang apa yang dikerjakan oleh terdakwa dan yang membantu terdakwa dalam menanggani proyek tersebut. Bahwa syarat dakwaan harus lengkap berarti harus memuat unsur tindak pidana yang didakwaan dan harus tertulis dalam uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam surat dakwaan. Tetapi Jaksa Penuntut Umum tidak ada upaya untuk menguraikan dan

www.pemantauperadilan.com

14

Eksaminasi

menjelaskan hubungan kedinasan dalam hal penyaluran keuangan dari rekanan Dalam sampai surat pada tanggung Jaksa jawab terdakwa dalam dr. penyerahan proyek. dakwaannya Penuntut Umum Sekarningrat yang didakwa dengan dakwaan tunggal yakni dengan pasal 11 jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dimana dakwaan tunggal adalah dakwaan yang hanya dikenakan kepada seorang atas satu perbuatan tindak pidana. Kalau dikaji dari hasil penyidikan dr. H.L Sekarningrat atas perbuatan tindak pidananya, seharusnya Jaksa Penuntut Umum menerapkan dakwaan alternatif, karena terdapat beberapa perbuatan pidana. Seperti yang telah dijelaskan diatas. Pada pasal 142 KUHAP jika Penuntut Umum menerima beberapa orang tersangka yang telah terurai oleh terdakwa didalam melakukan atau perbuatan termasuk dalam hal menerima hadiah berupa uang adalah tidak sendiri melainkan ada pihak yang membantunya.yakni 3 (tiga) orang. B. Surat Tuntutan Sebelum masuk ke isi Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ada baiknya dilihat bersama-sama fakta-fakta di persidangan dahulu. Dimana ada keganjilan dalam hal ini yaitu keterangan saksi yang hanya dibacakan disidang pengadilan hasil dari penyidikan tanpa menghadirkan saksi tersebut di muka meja persidangan. mempunyai kekuatan hukum apabila disampaikan Dalam didepan hukum pidana Indonesia keterangan seorang saksi baru dianggap persidangan dan dilakukan dibawah sumpah. Akan tetapi justru pada keterangan saksi kasus korupsi dr. Sekarningrat didepan persidangan hakim hanya menawarkan kepada Jaksa Penuntut Umum maupun Penasehat Hukum terdakwa untuk membaca keterangan saksi yang telah dibuat Jaksa Penyidik karena sebelumnya telah disumpah pada saat penyidikan.

www.pemantauperadilan.com

15

Eksaminasi

Dimana Anggrat

saksi

Bupati

Lombok oleh Jaksa

Barat

Iskandar, Umum

Ketua dalam

Bappeda Lobar H.L Srinata dan Sekda Lobar Kusnandar yang diajukan Penuntut dakwaannya juga tidak dihadirkan oleh jaksa penuntut umum di depan persidangan dengan alasan telah dipanggil dengan patut, akan tetapi alasan keluar daerahlah yang diutamakan jaksa sebelum melaksanakan upaya paksa terlebih dahulu. Jaksa menyatakan keterangan ketiga saksi tersebut telah disumpah pada proses BAP di kejaksaan, juga sangat meragukan dan terkesan kurang memiliki dasar hukum yang kuat, karena dalam kasus korupsi yang demikian seharusnya ketiga saksi wajib memenuhi panggilan demi penegakan hukum, artinya jaksa sangat lemah melaksanakan wewenangnya atau memang tidak melaksanakan kewenangannnya sebagai penuntut umum. Karena dengan tidak kuatnya pembuktian yang dilakukan Hakim untuk mendengarkan keterangan saksi dari terdakwa yang mengetahui kemana larinya uang yang Rp 120 juta yang diterima ketiga saksi tersebut, tentu berdampak pada hasil tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan putusan Hakim Dasar tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus korupsi dr. H.L Sekarningrat ini sangat meragukan sekali, karena dari isi surat dakwaan maupun proses persidangan sudah sangat jelas menggatakan bahwa terdakwa bersalah karena dibantu oleh 3 orang yakni saksi Amnan, Nur Astoyuwono dan I.B Karang serta atas pemberian 13 rekanan sehingga modus korupsi ini terjadi. Menyatakan terdakwa dr. H.L Sekarningrat telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 11 jo pasal 18 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sehingga padanya dijatuhkan pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan, dikurangi selama dalam tahanan sementara dengan perintah

www.pemantauperadilan.com

16

Eksaminasi

tetap ditahan dan membayar denda sebesar Rp 50.000.000,subsidiair 5 bulan kurungan. Menurut Hukum Pidana Indonesia tuntutan yang dijatuhkan kepada dr. Sekarningrat oleh Jaksa Penuntut Umum adalah masuk dalam dakwaan alternatif bukan dakwaan tunggal. Akan tetapi ada hal yang berbeda pada sisi tuntutan jaksa ini, karena sebelumnya jaksa menerapkan dakwaan tunggal di surat dakwaannya. Tetapi mengapa di tuntutan berbeda apa yang dilakukan jaksa. Fakta persidanggan yang menyatakan dr. H.L Sekarningrat bersalah seharusnya dijadikan acuan pula oleh Jaksa dalam menuntut terdakwa dengan batas yang maksimal yaitu 50 % dari jumlah hukuman yang harus diterima terdakwa yaitu 1 tahun 5 tahun penjara dalam UU, bukan hanya 1 tahun 6 bulan yang digunakan untuk menuntut. Hal ini semakin menegaskan, bahwa dalam pelaksanaan proses sidang ini jaksa tidak serius dalam menuntaskan kasus tersebut. Jika dakwaan subsidair sebagai dakwaan pengganti dalam pasal 18 ayat 1 (b) atas kerugian negara. Maka seharusnya jaksa menerangkan hal tersebut dalam tuntutannya bukan memisahkan dakwaan pada dakwaan pokok dan subsidair (lihat Surat Edaran Jaksa Agung RI No. SE-004/J.A/11/1993). Dan jaksa semesti pula memberikan tuntutan yang sesuai dengan batas antara minimum maupun maksimum dalam UU. C. Putusan (Judex Factie) Baik pasal yang dituntut oleh JPU ataupun putusan hakim terhadap dr. H.L Sekarningrat adalah sangat bertentangan atau tidak profesional. Karena secara jelas pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 pengganti UU No. 31 Tahun 1999 yang berbunyi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus

www.pemantauperadilan.com

17

Eksaminasi

lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya adalah melawan hukum. Berdasarkan profesional seorang Jaksa dalam surat tuntutannya yang harus menggunakan istilah yuridis disertai pertimbangan yang jelas dan rasional maka, dengan secara rinci menyebutkan pidana, berdasarkan alat-alat bukti yang mendukung dengan memperhatikan prinsip-prinsip hukum pembuktian. Maka sudah seharusnya hakim dalam memberikan pembuktian berprinsip pada jalannya persidangan yang berlangsung dalam memberikan pertimbangan hukum dan pembuktian yang diberikan. Bukan sebaliknya pada pertimbangan hukum yang timpang. Pertimbangan majelis hakim disini tidak cermat dan tidak sesuai dengan fakta-fakta yang telah terungkap kebenarannya dalam proses persidangan bahwa telah terjadi pemberian fee oleh rekanan kepada tiga orang yang telah membantu dr. H.L Sekarningrat. Akibat dari ketimpangan hakim selama proses pembuktian, putusan yang diberikan pun jauh dari nilai keadilan, kepastian dan kepatutan sebuah hukum. Menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 5 bulan dan denda sebesar Rp 10 juta subsidair 3 bulan kurungan. Sangat ngawur dari isi pasal 11 jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu: 1. Pidana penjara selama 5 bulan dan denda sebesar Rp 10 juta subsidair 3 bulan kurungan untuk dr. Sekarningrat adalah hukuman yang dijatuhkan majelis hakim bukan untuk Tindak Pidana Khusus seperti korupsi tetapi cocoknya diterapkan pada Tindak Pidana Ringan. Karena batas tindak pidana ringan hukumannya adalah 5 bulan. Seharusnya hakim menerapkan

www.pemantauperadilan.com

18

Eksaminasi

standar

persen

pula

dalam

memberikan

putusannya

ke

terpidana. 2. Dipidananya dr. H.L Sekarningrat yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi hanya 5 bulan dan subsidair 3 bulan dan dipotong selama masa tahanan. dengan Secara amar otomatis menggeluarkan hakim terpidana dari penjara. Pertanyaannya lalu, apakah putusan ini sebanding putusan mejelis yang menyatakan terpidana terbukti bersalah dan hukuman yang dijatuhkan sama dengan jumlah tahanan dr. H.L Sekarningra selama ditahan saat itu. 3. Pada Undang-undang No. 20 Tahun 2001 pengganti UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sudah menggariskan batas maksismum dan minimum hukuman bagi terpidana dan ganti kerugian atas dikorupsinya keuangan negara sebesar sejumlah Rp 210.824.500,-. Sehingga putusan hakim jauh dari rasa kepatutan dari isi UU tersebut yang seharusnya diterima terpidana dr. H.L Sekarningrat yakni pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 250 juta. 4. Dalam amar putusannya majelis hakim tidak memutuskan terpidana dr. H.L Sekarningrat untuk mengembalikan kerugian negara sebesar Rp 210.824.500,-. Dimana uang yang telah dikorupsi Sehingga keuangan itu seharusnya dikembalikan majelis telah seluruhnya tidak kerugian oleh dr. tanpa serius atas H.L menghapuskan pidana terhadap pelaku tindak pidana tersebut. kesimpulannya korupsi dan negara yang hakim memberantas Sekarningrat. mengembalikan dikorupsi

www.pemantauperadilan.com

19

Eksaminasi

IV.

Bagian Ketiga

Kesimpulan 1. Pada saat berkas perkara diterima dari tim jaksa penyidik, Jaksa Penuntut Umum seharusnya sudah bisa menjadikan saksi yang lain yakni Amnan, SPd, SKM, Nur Astoyuwono dan Drs. I.B Karang sebagai terdakwa dalam surat dakwaannya. Karena kasus korupsi ini lebih bersifat kasus kolektif yang dilakukan secara bersama-sama karena niat dari dr. H.L Sekarningrat dan ketiga saksi tersebut. 2. Surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum kabur (obscuur libel), karena tidak sesuai dengan pasal 143 ayat 2 (b) KUHAP yang menyebutkan bahwa surat dakwaan harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan. Atas dasar kaburnya/tidak jelasnya surat dakwaan, maka dapat dikatakan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak memberikan konstruksi dakwaan lengkap dan jelas. Jaksa Penuntut Umum perlu bmenyadari bahwa surat dakwaan hanya dijadikan landasan materiil semata tanpa melihat substansi penuntutan yang seharusnya dilakukan. 3. Dalam menanggani kasus ini Jaksa Penuntut Umum maupun Hakim tidak serius dan sungguh-sungguh untuk menuntaskan kasus korupsi. Sehingga terjadi beberapa kesepakatankesepakatan dalam persidangan. 4. Terdapat permainan-permainan tertentu, sehingga perkara ini harus displit. Rekomendasi Kejaksaan Agung perkara ini dan menggadili para tersangka yang lain, karena 1. Kejaksaan Agung harus segera membuka/melanjutkan kembali

www.pemantauperadilan.com

20

Eksaminasi

kasus korupsi adalah kasus yang tidak pernah ada daluarsanya. Sebab persoalan korupsi adalah persoalan keuangan negara yang dikorup dan mengganggu perekonomian negara. 2. Agar Kejaksaan Agung perlu mengambil langkah untuk mengevaluasi dan penindakan secara administratif kepada jaksa-jaksa yang menanggani perkara korupsi yang tidak sesuai dengan nilai kepastian dan kepatutan dari hukum tersebut. 3. Agar Kejaksaan Agung memberikan perhatian khusus pada perkara-perkara yang mendapat perhatian publik, sehingga tidak terjadi kesalahan penerapan hukum dengan jalan meningkatkan profesional jaksa. Mahkamah Agung memberikan putusan. Hal ini dilakukan sebagai langkah sock therapy bagi para hakim yang lain saat menanggani perkara korupsi. Karena jika tidak dilakukan tentu berdampak pada hilangnya keuangan negara yang telah dikorupsi. 2. Agar korupsi MA segera melakukan diputus eksaminasi di perkara-perkara Negeri atau yang telah Pengadilan

1. Agar MA segera menonaktifkan para hakim yang keliru dalam

Pengadilan Tinggi dan mengumumkannya kepada publik hasil eksaminasinya.

www.pemantauperadilan.com

21